BUSANA, FASHION DAN IDENTITAS MUSLIMAH KONTEMPORER Studi Interpretatif Fashion pada Komunitas Hijabers Malang

BUSANA, FASHION DAN IDENTITAS
MUSLIMAH KONTEMPORER
Studi Interpretatif Fashion pada Komunitas Hijabers Malang

SKRIPSI

Oleh:
DINI RAHMANISARI
05220239

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

BUSANA, FASHION DAN IDENTITAS
MUSLIMAH KONTEMPORER
Studi Interpretatif Fashion pada Komunitas Hijabers Malang
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan untuk Mendapat Gelar S-1

Oleh:
DINI RAHMANISARI
05220239

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabaraakaatuh
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. atas segala
limpahan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Busana, Fashion dan Identitas Muslimah Kontemporer (Analisis Semiotika
Fashion dan Transformasi Sosial pada Komunitas Hijabers Malang)”.
Skripsi ini disusun berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis di
Basecamp Komunitas Hijabers Malang mulai tanggal 3 Januari 2012 sampai dengan 9

Maret 2012. Selain skripsi ini merupakan salah satu syarat bagi mahasiswa untuk dapat
meraih gelar strata 1, skripsi ini juga sebagai wujud penulis dalam mengkritisi fenomena
sosial yang muncul dan sedang menjadi pembicaraan hangat di masyarakat, khususnya
di Kota Malang.
Hadirnya skripsi ini tentu tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang turun
tangan memberikan dukungan moral maupun spiritual selama proses penulisan hingga
terselesaikannya skripsi ini. Penulis menyampaikan rasa hormat dan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. My Precious, Allah swt. atas limpahan rahmat yang sangat berharga, terutama
rahmat berupa hati yang menghasilkan buah pikir saat menulis.
2. Bapak Joko Susilo, M.Si dan Bapak Drs. Abdullah Masmuh, M.Si selaku dosen
pembimbing atas bimbingan dan bantuannya dalam mengerjakan tugas akhir.

3. Seluruh dosen dan staf Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Muhammadiyah Malang atas bimbingan dan bantuannya
selama penulis menempuh pendidikan.
4. My beloved, Ibuk dan Bapak atas doa di setiap sujudnya, juga kepada Akhi
Azhar dan seluruh keluarga atas dukungan material dan non material kepada
penulis. You are the most important to me.
5. Teman-teman KB-TK Permata Iman atas pengertian, doa dan semangat, juga

krucil-krucilku, senyum kalian menambah ribuan watt semangatku.
6. Teman-teman Green Radio, Eko Prihasanto, Adji Huru Hara, Cheng Prudjung,
dan Mar’atus Sholihah atas kesempatan berbagi ilmu, semangat dan ejekan.
7. Komunitas Hijabers Malang, atas kesempatan yang diberikan dan kesabaran
menjawab setiap pertanyaan penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
penulis membuka diri terhadap segala saran dan kritik yang membangun. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Malang,

April 2012

Penulis

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

i


LEMBAR PENGESAHAN

ii

PERNYATAAN ORISINALITAS

iii

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

iv

ABSTRAKSI

v

KATA PENGANTAR

vii


DAFTAR ISI

ix

DAFTAR GAMBAR

xiii

DAFTAR BAGAN

xiv

DAFTAR TABEL

xv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah


1
9

C. Tujuan
D. Manfaat

9

9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Busana dan Komunikasi Artifaktual
B. Fashion dalam Makna dan Dimensi Historis

13
16

C. Identitas dan Citra Sosial
C.1. Sebuah Konstruksi Identitas
C.2. Identitas dalam Masyarakat Kontemporer


20
20

C.3. Citra Sosial: Budaya Citra dan Budaya Cita Rasa
27
C.4. Transformasi Sosial
D. Muslimah Kontemporer: Ideologi Beragama dan Budaya
D.1. Agama sebagai Cara Pandang

28
29

D.2. Hedonisme Spiritual
34
E. Kerangka Teoritik
F.1. Pendekatan Semiotik sebagai Alat Analisis Budaya dan
Fashion

37

37

F.1.1. Gagasan Utama dari Tradisi Semiotik
F.1.2. Variasi dalam Teori Semiotik
F.1.3. Teori Simbol: Susanne Langer

40
53

F.1.4. Teori Sistem Non-Verbal
F. Hipotesis
54

57
59
60
65
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
B. Objek Penelitian


68
69

C. Subjek Penelitian
D. Teknik Pengumpulan Data
D.1. Visualisasi Iklan Hijab Style

72
75

D.2. Dokumentasi Foto
75
E. Analisis Data
75
76
BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN
A. Gambaran Komunitas Hijabers Malang
B.1. Format Komunitas Hijabers Malang


77
78

B.2. Sistem Organisasi Komunitas Hijabers Malang
B.3. Pendekatan Organisasi

82

B.4. Jaringan Komunitas Hijabers Malang

83
84

BAB V ANALISIS DATA
FASHION DAN TRANSFORMASI SOSIAL MUSLIMAH
KONTEMPORER
A. Fungsi dan Makna pada Busana dan Fashion

85


B. Identitas Diri sebagai Produk dari Keanggotaan Kelompok
C. Identitas dalam Kode Hijabers Community
D. Fashion sebagai Fenomena Komunikasi dan Budaya

88
91

E. Konsumsi, Selera dan Transformasi Sosial
102
110
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Kelemahan Penelitian

117
120

C. Saran
B.1. Saran Akademis
B.2. Saran Praktis

121
121
122

DAFTAR PUSTAKA

123

LAMPIRAN
1. The Committee of Hijabers Malang Community
2. Visualisasi iklan Hijab Style

127
128

3. Visualisasi Jakarta Fashion Week 2012
Ady and Ali
Dian Pelangi

130
130

Hannie Hananto
132
Herman Nuary
Ida Royani

135

Irna Mutiara

137

Iva Lativah
140
Jenny Tjahyawati
Lia Afif
Merry Pramono

141
142

Monika Jufri
Najua Yanti
Nieta Hidayani
Nuniek Mawardi

144
146
147

Tuti Adib
Yessi Roscowati

149

4. Selebritis Era Jilbab
Neno Warisman

151
152

Tya Subiakto
Ratih Sanggarwati
Inneke Koesherawati

153
154

5. Selebritis Era Hijab
157
Zaskia Adya Mecca
Marshanda

158
158
158
159
159
160
160
160

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1.1

Piramida Hirarki Kebutuhan Abraham Maslow

11

Gambar 2.3.1.1

Model Perkembangan Identitas Martin dan

23

Nakayama

Gambar 2.3.1.2
Gambar 2.3.4.1
Gambar 2.3.4.2
Gambar 2.3.4.3
Gambar 2.5.1
Gambar 2.5.2

Empat Tingkatan dalam Perwujudan Identitas
Teori Keseimbangan Heider
Model Balance dan Imbalance Heider
Proses Perubahan Sosial Kelman
Proses Persepsi
Beberapa Proses Psikologi yang Mempengaruhi

25
31
32
33
46
48

Persepsi Seseorang
Langkah Dasar dalam Proses Self-Fulfilling
Gambar 2.5.3

Prophecy

50

Segitiga Semantik Ogden dan Richard
Gambar 2.5.1.1
Gambar 2.5.1.2
Gambar 3.1.1

Pencitraan Makna
Model Induktif dalam Penelitian Kualitatif
Model Operasionalisasi Majemuk Satu Tahap

53
55
66

Gambar 3.2.1

Panel atau Meja Bundar

69

Gambar 4.1.1.1

Seminar

78

Gambar 4.1.1.2

Simposium

79

Gambar 4.1.1.3

Model Komunikasi Laswell

79

Gambar 5.1.1

Visualisasi Iklan Hijab Style

84

Gambar 5.2.1

Logo Hijabers Community

87

Gambar 5.3.1

Ikon Hijabers Community

89

Gambar 5.3.2
Gambar 5.3.3
Gambar 5.3.4
Gambar 5.3.5

Logo Hijabers Malang Community
Slogan Komunitas Hijabers Malang
Grand Launching Malang Hijabers Community
Gathering Malang Hijabers Community di Cafe Ria

94
95
97
99

Djenaka
Gambar 5.5.1

113

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1.1

Pemberitaan Tren Berbusana Muslimah di Media

4

Online

Bagan 1.1.2

Pemberitaan Mengenai Pertumbuhan Gaya

8

Berjilbab
Pemberitaan Mengenai Pertumbuhan Gaya Berhijab
Bagan 1.1.3

9

DAFTAR TABEL

Tabel 2.5.1.4

Kode Kinesis dalam Komunikasi Non Verbal

64

Tabel 5.1.1

Makna Budaya Warna Hijabers Community

Tabel 5.1.4

Makna Budaya Warna Hijabers Malang Community 90
93

DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, Elvinaro., Q-Anees, Bambang. 2009. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Barnard, Malcolm. 2011. Fashion sebagai Komunikasi: Cara Mengkomunikasikan
Identitas Sosial, Seksual, Kelas, dan Gender. Diterjemahkan Oleh Idy Suband
Ibrahim dan Drs. Yosal Iriantara, MS. Yogyakarta: Jalasutra.
Castells, Manuel. 2004. The Power of Identity, Information Age: Economy, Society, and
Culture, 2nd ed.
-----------------------. 2009. Communication Power. New York: Oxford University.
Dayaksini, Tri., Hudaniah, eds, 2006. Psikologi Sosial. Malang: UMM Press.
Danesi, Marcel. 2011. Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai
Semiotika dan Teori Komunikasi, 2nd ed. Diterjemahkan oleh Evi Setyarini dan
Lusi Lian Piantari. Yogyakarta: Jalasutra
DeVito, J. A. 1997. Komunikasi Antarmanusia, 5th ed. Diterjemahkan oleh Agus
Maulana MSM. Jakarta: Professional Books.
Ibrahim, Idi Subandy. 2011. Budaya Populer sebagai Komunikasi: Dinamika Popscape
dan Mediascape di Indoneisa Kontemporer. Yogyakarta: Jalasutra.
Littlejohn, Stephen W., Foss, Karen A. 2009. Teori Komunikasi, 9th ed. Diterjemahkan
oleh Mohammad Yusuf Hamdan. Jakarta: Salemba Humanika.
Piliang, Yasraf Amir. 2011. Dunia yang Dilipat: Tamasya Melampaui Batas-batas
Kebudayaan, 3rd ed. Bandung: Matahari.

Rakhmat, Jalaluddin. 2007. Psikologi Komunikasi, 24th ed. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Rivers, William L., Peterson, Theodore., Jensen, Jay W. 2008. Media Massa dan
Masyarakat Modern, 2nd ed. Diterjemahkan oleh Haris Munandar dan Dudy
Priatna. Jakarta: Kencana.
Nugroho, Eko. 2008. Pengenalan Teori Warna. Yogyakarta: ANDI
Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: RajaGrafindo Persada
Sachari, Agus. 2002. Budaya Visual Indonesia. Jakarta: Erlangga
Samovar, L. A., Porter, R. E., McDaniel, E. R. 2010. Komunikasi Lintas Budaya, 7th ed.
Diterjemahkan oleh Indri Margaretha Sidabalok. Jakarta: Salemba Humanika.
Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, 6th ed. Bandung:
Alfabeta.
Thompson, Michael., Ellis, Richard., dkk. 1990. Cultural Theory. Colorado: Westview.
M.A, Morissan. 2010. Psikologi Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia.
Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, 7th ed. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Telaah buku:
Listiani, Wanda. 2009. Pemetaan Unsur Paradigma Kajian Gaya Hidup dan Konsumsi
5:98-118. Ditulis dalam buku bersama Irwan Abdullah dkk yang berjudul

Dinamika Masyarakat dan Kebudayaan Kontemporer. Yogyakarta: TICI
Publication.
Qodir, Zuly. 2009. Kontekstualisasi Religiusitas dan Kontestasi Publik: Agama di
Dunia Modern 7: 143-164. Ditulis dalam buku bersama Irwan Abdullah dkk
yang

berjudul

Dinamika

Masyarakat

dan

Kebudayaan

Kontemporer.

Yogyakarta: TICI Publication.

E-Books
Barthes, Roland. 2001. Semiologi. Diterjemahkan oleh Kurniawan. Magelang:
IndonesiaTera. Retrived January 3, 2012. http://books.google.co.id
Budiman, Kris. 2004. Jejaring Tanda-tanda: Strukturalisme dan Semiotik dalam Kritik
Kebudayaan.

Magelang:

IndonesiaTera.

Retrived

January

10,

2012.

http://books.google.co.id
Davis, Fred. 1992. Fashion, Culture, and Identity. Chicago: University of Chicago
press. Retrived January 10, 2012. http://books.google.co.id
Goble, Frank G. 1987. Mazhab Ketiga: Psikologi Humanistik Abraham Maslow.
Diterjemahkan oleh Drs. A. Supratinya. Yogyakarta: Kanisius. Retrived January
21, 2012. http://books.google.co.id

Sumber non-buku:
Cita Cinta. 2011. Fashionpedia. Bonus Buklet CC23/XII

Donovan, Kevin. 2002. American Comedy-Action Film: The Tuxedo. Actor: Jackie
Chan as Jimmi Thong, Jeniifer Love Hewitt as Del Blaine, Jason Isaacs as Clark
Devlin. USA: Dreamworks
Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedi Bebas. 2011. Neno Warisman. Retrived
January 3, 2012. http://id.wikipedia.org/wiki/Neno_Warisman.
-----------------------.

2011.

Tya

Subiakto.

Retrived

January

3,

2012.

http://id.wikipedia.org/wiki/Tya_Subiakto.
-----------------------.

2011.

Ratih

Sanggarwati.

Retrived

January

3,

2012.

Retrived

January

3,

2012.

Retrived

January

3,

2012.

http://id.wikipedia.org/wiki/Ratih_Sanggarwati
-----------------------.

2011.

Inneke

Koesherawati.

http://id.wikipedia.org/wiki/Inneke_Koesherawati

-----------------------.

2011.

Zaskia

Adya

Mecca.

http://id.wikipedia.org/wiki/Zaskia_Adya_Mecca

-----------------------.

2011.

Marshanda.

http://id.wikipedia.org/wiki/Marshanda

Retrived

January

3,

2012.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia tidak bisa lepas dari berbagai kebutuhan untuk memenuhi
keberlangsungan hidupnya. Untuk itu, Abraham Maslow mengemukakan
gagasannya mengenai hierarki kebutuhan yang dijabarkan dalam
visualisasi piramida kebutuhan.
Maslow menyebutkan lapisan paling dasar – bagian terbesar –
adalah kebutuhan fisiologis. Kemudian dilanjutkan pada tingkat yang lebih
mengerucut, yaitu kebutuhan akan rasa aman dan kedamaian, kebutuhan
untuk dicintai dan disayangi, kebutuhan untuk dihargai, dan kebutuhan
untuk aktualisasi diri. Masing-masing tahap pada piramida tersebut
bersifat homeostatis. Artinya, seseorang tidak akan beranjak ke tingkat
berikutnya jika kebutuhan dalam tingkat tertentu belum terpenuhi. Adapun
tingkat-tingkat kebutuhan tersebut dapat divisualisasikan sebagai berikut:

Gambar A.1
Piramida Hierarki Kebutuhan

Aktualisasi diri
Apresiasi
Cinta dan Kasih Sayang
Rasa Aman dan Kedamaian
Fisiologis

Sumber: Abraham Maslow

Pada tingkat paling dasar, yaitu kebutuhan yang bersifat fisiologis
mencakup kebutuhan primer manusia, yaitu kebutuhan akan sandang,
pangan dan papan dan kebutuhan biologis. Kebutuhan ini sering juga
disebut sebagai kebutuhan dasar (basic needs).
Kebutuhan pangan adalah kebutuhan akan makan dan minum.
Kemudian kebutuhan papan, yaitu tempat tinggal untuk berlindung. Dan
yang terakhir adalah kebutuhan sandang, yaitu pakaian untuk menutup dan
melindungi tubuh dari suhu di lingkungan hidupnya.
Ketiga kebutuhan dasar tersebut merupakan kebutuhan dasar yang
substansial. Artinya, jika tidak dipenuhi dalam keadaan yang sangat
ekstrim (misalnya kelaparan), manusia akan kehilangan kendali atas
perilakunya sendiri. Karena seluruh kapasitas manusia dikerahkan dan
dipusatkan hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar tersebut. Begitu pula
sebaliknya, jika kebutuhan dasar ini relatif sudah tercukupi, maka akan
muncul kebutuhan yang lebih tinggi, yang mulai beranjak pada tingkat
kebutuhan berikutnya.
Seiring

dengan

perkembangan

kehidupan

manusia,

ketiga

kebutuhan dasar tersebut juga mempunyai perkembangan fungsi.
Kebutuhan akan sandang, misalnya. Pakaian awalnya digunakan manusia
untuk menutup tubuh, sebagai pelindung dari suhu dan udara di sekitar.
Namun seiring dengan berkembangnya kehidupan manusia, pakaian juga
digunakan sebagai simbol, status, jabatan, maupun kedudukan seseorang
yang memakainya. Sehingga berkembanglah fungsi pakaian dalam estetika

berpakaian hingga peran pakaian sebagai produk fashion (yang tentu saja
juga merambah pada artefak-artefak fashion).
Deskripsi verbal fashion adalah gaya dan up to date. Fashion juga
dapat berupa benda-benda atau atribut yang dipakai manusia untuk
mengidentifikasikan dirinya secara khusus dan kelompok sosialnya
sebagai satu kesatuan dirinya dengan pikiran-pikiran atau pernyataan citra
diri pribadi ataupun yang sifatnya komunal. Benda-benda tersebut dapat
berupa gaya berpenampilan dan segala atribut yang dipandang sebagai
identitas pribadi atau kelompok.
Pakaian atau busana juga apapun yang kita kenakan untuk
menunjang penampilan sesungguhnya merupakan sesuatu yang erat
dengan diri kita. Maka dari itu tak heran jika pepatah jawa menyebutkan
“ajining rogo, soko busono” (Harga diri dapat dinilai dari cara
berpakaian). Pakaian yang dikenakan akan memberikan pernyataan
tentang diri seseorang. Bahkan jika seseorang bukan termasuk orang yang
terlalu memperhatikan penampilan pun, orang yang bertemu dan
berinteraksi tetap akan menafsirkan penampilan seolah-olah sedang
sengaja membuat suatu pesan. Pernyataan ini membawa pada fungsi
komunikasi dan non-komunikasi dari pakaian yang dikenakan.
Saat ini fashion, busana dan pakaian merupakan sebuah bagian
yang sangat penting. Apalagi bagi sebagian masyarakat di kota-kota besar
yang kental dengan atmosfer budaya pop. Ragam industri fashion saling
bersaing untuk memperebutkan segmen konsumen. Bahkan kepentingan
industri fashion saat ini sudah mulai menyentuh budaya muslim. Disadari

atau tidak hal tersebut perlahan-lahan namun pasti telah menggerus nilainilai budaya muslim.
Muslimah dalam budaya pop di kota-kota besar, di kampus dan di
mall, ramai menjalankan aksi „jilbabisasi‟ dengan penampilan berbusana
yang lebih gaya. Seakan menampilkan identitas baru seorang muslimah,
dari muslimah yang ortodoks, dengan jilbab – bahkan jilbab lebar dan
bercadar– yang membatasi diri dari kehidupan hedonis, menjadi muslimah
yang modern dengan mobilitas yang lebih fleksibel.

Bagan A.1
Pemberitaan tren berbusana muslimah di media online

62600

70000

66500

62000
56000

60000
50000
40000
30000
20000
10000

4380

1110

0
1991

1998

2000

2001

2005

2011

Sumber: Google search engine

Dalam sebuah masyarakat dimana, di satu sisi persoalan gaya
adalah segalanya dan, di sisi lain perhatian ilmuwan, akademisi atau
pemerhati sosial budaya masih tergolong langka, diperlukan penjelasan
yang diharapkan dapat membantu memahami seluk-beluk dan pernakpernik pertumbuhan gaya hidup dalam masyarakat Indonesia mutakhir.

Padahal dalam masyarakat ini style sedang menjadi perhatian yang cukup
serius bagi kebanyakan orang.
Menurut Subandy (2011), Masyarakat konsumen Indonesia
mutakhir tampaknya tumbuh transformasi kapitalisme konsumsi yang
ditandai dengan menjamurnya pusat perbelanjaan bergengsi, industri mode
atau fashion, industri kecantikan, industri gosip, kawasan hunian mewah,
dan segala serbuan gaya hidup lewat industri iklan dan televisi yang sudah
sampai ke ruang-ruang jiwa yang paling pribadi.
Tak bisa dilupakan pula globalisasi industri media dari
mancanegara dengan modal besar mulai marak masuk ke tanah air.
Serbuan majalah-majalah mode dan gaya hidup trans-nasional yang terbit
dalam edisi khusus bahasa Indonesia jelas menwarkan gaya hidup yang
belum memungkinkan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
Majalah-majalah

dengan

segmentasi

menengah

keatas

ini

jelas

menanamkan nilai, cita rasa dan gaya yang terlihat dari kemasan, rubrik
serta konten yang menawarkan gaya hidup „serba wah!‟. Begitu pula
majalah dengan segmentasi muda dan anak-anak yang telah menjadi
ladang persemaian gaya hidup.
Subandy menambahkan, ditengah kegelisahan kawula muda
mencari identitas dan citra-diri ini kini beredar bacaan yang menawarkan
gaya hidup dengan budaya selera di seputar perkembangan tren busana,
problema gaul, pacaran, shopping, dan acara mengisi waktu senggang
yang jelas perlahan tapi pasti akan ikut membentuk budaya kawula muda
(youth culture) yang berorientasi pada gaya hidup fun!

Media pun seakan tengah menanamkan semacam ideologi yang
samar-samar terbentuk: beragama tapi tetap trendi atau biar religius tapi
tetap modis! Rupanya para pemuka agama perlu mengerutkan dahi dengan
harus mulai melihat bahwa sensibilitas keagamaan pun mulai mengalamai
komodifikasi (menjadi komoditas) di pentas konsumsi massa.
Saat ini kerudung, jilbab, gamis, dan baju koko – dengan pelbagai
model, corak dan warna – mulai menjadi bisnis besar serta banyak dipakai
oleh para artis dalam dunia hiburan. Bahkan yang terasa saat ini seperti
terjadi „ledakan islamisasi‟ namun ironisnya ledakan tersebut terjadi dalam
perilaku konsumtif di dunia mode dan shopping, padahal yang mungkin
terjadi sebenarnya adalah kapitalisasi islam atau penaklukan semangat
keagamaan oleh pasar, dunia bisnis, atau kapitalisme itu sendiri.
Dalam hal ini, tentu saja media massa tdak dapat sembunyi tangan,
karena media massa mempunyai kontribusi peran yang tidak kalah penting
dalam menyebarkan informasi. Label fungsi media sebagai hiburan,
sumber informasi dan alat persuasi yang melekat pada citra media tentu
sudah menjadi kajian umum yang sering dibahas. Seperti yang
dikemukakan Black dan Whitney (Nurudin, 2007: 64) “fungsi komunikasi
antara lain: To inform (menginformasikan), (2) to entertain (memberi
hiburan), (3) to persuade (membujuk), ...”
Dengan menggelandang fungsi-fungsi tersebut, Public figure yang
menjadi sorotan akan dikupas habis dalam berita infotainment cetak
maupun elektronik. Industri busana dan kosmetik pun tidak tinggal diam.
Kesempatan emas untuk menjangkau segmen pasar yang lebih luas tentu

tidak akan disia-siakan. Mereka pun turut menjajal peruntungan dengan
menampilkan artis „berpenampilan baru‟.
Pada Bagan 1.2. Peneliti menentukan tahun berdasarkan artis yang
menjadi tokoh berjilbab yang kerap muncul di berbagai media massa saat
itu. Dengan asumsi bahwa gaya yang ditampilkan masyarakat adalah
sebuah plagiasi dari penampilan artis yang menjadi public figure.
Tahun 1991 Neno Warisman yang dikenal dengan gaya
berjilbabnya lewat video clip lagu a-ba-ta-tsa. Meskipun model berjilbab
Neno Warisman tidak jauh beda dengan gaya berjilbab masa kini, namun
pada saat itu gaya berjilbab Neno Warisman lebih akrab dengan gaya
berbusana muslim ibu-ibu. Tujuh tahun kemudian televisi menampilkan
komposer sekaligus pianis muda yang enerjik, Tya Subiakto. Dua tahun
menjelang, muncul Ratih Sanggarwati yang lebih dikenal sebagai bintang
catwalk memutuskan berjilbab di tahun 2000. Tidak hanya itu, wanita
yang akrab dengan nama Ratih Sang ini juga meluncurkan beberapa buku
tentang mode dan gaya berjilbab.
Yang cukup mengejutkan masyarakat adalah saat Inneke
Koesherawati, yang dikenal sebagai model dan bintang film dewasa era
90-an ini memutuskan untuk berjilbab pada tahun 2001. Dengan
penampilan baru, Inne beberapa kali mamainkan peran dalam film dan
sinetron religi. Salah satu industri kosmetik untuk muslimah pun tertarik
menjadikannya brand ambassador. Berikutnya pada 2005 Zaskia Adya
Mecca tampil dalam sinetron religi garapan Deddy Mizwar. Menyusul
pada tahun 2011 Marshanda pun tampil dengan gaya berjilbabnya.

Hebohnya pemberitaan media tentu menjadi pemicu kehebohan
gaya hidup masyarakat. Saat peneliti mencari data pertumbuhan berita
mengenai gaya berjilbab di media online, angka yang ditunjukkan cukup
mengejutkan.
Bagan A.2
Pertumbuhan gaya berjilbab

350000
300000
250000
200000
150000
100000
50000
0

302000

648

646

963

1991 1998

1998 2000

2000 2001

2580
2001 2005

2005 2011

Sumber: Google Search engine

Mengikuti masa kejayaan artis berjilbab yang tampil di media
massa, Inneke Koesherawati pada masanya telah menoreh „prestasi‟ luar
biasa. Karena pada jangka waktu satu tahun, pemberitaan mengenai gaya
berjilbab berkembang pesat. Kemudian disusul oleh Zaskia Adya Mecca.
Pada era Marshanda, penutup kepala sebagai bagian dari aurat wanita
bukan lagi disebut sebagai jilbab, namun hijab. Pada masa itu pula
semakin marak perempuan yang menutup diri dengan hijab. Berikut bagan
yang menggambarkan pesatnya perkembangan berhijab dimulai dari era
Zaskia sampai Marshanda:

Bagan A.3
Pertumbuhan Gaya Berhijab
17700
18000
16000
14000
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0

14900

4590
174

399

2005

2006

1040

2007

2380

2008

2009

2010

2011

Sumber: Google search engine

Ketika perkembangan trend fashion, model busana, rancangan
pakaian dan gaya muslimah di tanah air mencapai titik yang mengesankan
sekaligus menggelisahkan, ketika berbagai media massa – cetak,
elektronik sampai dunia maya menawarkan model terkini, etalase toko
atau butik sengaja memajang busana dengan corak, warna dan rancangan
yang menarik cita rasa dan memikat perhatian segmen konsumen.
Diperlukan pemahaman yang mendalam mengenai peran dan makna
busana bagi pemakai dan orang yang memandangnya. Juga bagaimana
transformasi sosial muslimah kontemporer dalam komunitas hijabers?

B. Rumusan Masalah
Menanggapi fenomena yang telah disampaikan diatas, peneliti
merumuskan beberapa permasalahan untuk ditindaklanjuti. Diantaranya;
1. Apakah fungsi dan makna busana muslimah dalam Komunitas
Hijabers Malang bagi pemakai dan orang yang memandangnya?
2. Bagaimanakah transformasi sosial muslimah dalam Komunitas
Hijabers Malang?

C. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai
fungsi dan makna busana muslimah dalam komunitas Hijabers Malang,
baik bagi pemakai dan juga orang yang memandangnya. Dan yang
berkaitan dengan fenomena tersebut, lebih jauh penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui gambaran transformasi sosial muslimah dalam
Komunitas Hijabers Malang pula.

D. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para
akademisi, praktisi, maupun masyarakat. Manfaat dari penelitian ini
diantaranya adalah;
1. Manfaat Akademis, hasil penelitian ini dapat digunakan oleh para
akademisi untuk menjadi sebuah referensi penelitian lebih lanjut
mengenai budaya, identitas, citra dan peran media dalam mengemas
materi tersebut. Khususnya, penelitian mengenai semiotika fashion dan

transformasi sosial dalam masyarakat kontemporer yang telah
berkolaborasi dengan budaya pop.
2. Manfaat Praktis, melalui penelitian ini diharapkan mahasiswa Ilmu
Komunikasi khususnya Universitas Muhammadiyah Malang dan
masyarakat pada umumnya, menjadikannya sebagai bahan masukan
yang dapat memperluas wawasan agar lebih kritis menanggapi berbagai
fenomena baru yang muncul dalam atmosfer budaya populer.
3. Manfaat Teoritis, penelitian ini dapat memberikan kontribusi mengenai
makna tanda dalam fashion dan budaya pada lingkup masyarakat
kontemporer.