31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pemeriksaan Bahan Tumbuhan 4.1.1 Identifikasi bahan tumbuhan
Hasil identifikasi tumbuhan dilakukan di “Herbarium Medanense”, Fakultas MIPA Biologi USU  menyatakan  bahwa  tumbuhan yang digunakan adalah
tumbuhan  ranti  Solanum amiricanum  Mill. suku Solanaceae.  Hasil identifikasi dapat dilihat pada Lampiran 1 halaman 44.
4.1.2 Karakterisasi simplisia
Hasil pemeriksaan makroskopik daun  ranti  segar  yaitu  berwarna hijau, berdaun tunggal dan tersebar dengan panjang 2,5 - 8,5 cm dan lebar ± 2,5 cm dan
permukaan merata. Bentuk  daun jorong, pangkal daun membundar, ujung runcing, tepi daun rata,  pertulangan daun menyirip. Daun mempunyai tangkai
dengan panjang ± 1 cm.  Gambar dapat dilihat pada Lampiran  2, halaman  45. Makroskopik simplisia daun ranti yaitu berwarna
hijau kecoklatan, agak menggulung keatas, bertulang menyirip, berbau khas dan rasa sedikit pahit. Hasil pemeriksaan  mikroskopik serbuk simplisia daun ranti
terlihat adanya  fragmen pembuluh kayu,  stomata tipe anisositik dan rambut penutup berbentuk kerucut panjang  yang dapat dilihat pada  Lampiran 6 halaman
49. Menurut Kemenkes RI, suatu simplisia yang akan digunakan sebagai bahan
baku obat harus memenuhi persyaratan mutu  yang tercantum dalam monografi terbitan resmi Kementerian  Kesehatan  RI  Farmakope Herbal  Indonesia, 2009,
32 akan tetapi monografi simplisia daun ranti  belum ada. Hasil pemeriksaan
karakterisasi serbuk simplisia daun ranti dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1 Hasil karakterisasi serbuk simplisia daun ranti
No Karakteristik serbuk simplisia
Kadar 1
Kadar air 4,65
2 Kadar sari yang larut dalam air
18,59 3
Kadar sari yang larut dalam etanol 15,32
4 Kadar abu total
6,43 5
Kadar abu yang tidak larut dalam asam 0,92
Hasil karakterisasi serbuk simplisia daun ranti menunjukkan bahwa kadar air 4,65. Persyarakan kadar air ini memberikan batas kandungan air yang masih
dapat ditolerir untuk menjaga stabilitas simplisia, karena simplisia yang mengadung kadar air tinggi atau lebih dari 10 maka akan menjadi media yang
baik untuk pertumbuhan mikroba dan jamur.  Penetapan  kadar sari  dilakukan untuk mengetahui kandungan senyawa kimia yang larut dalam air dan dalam
etanol. Hasil kadar sari  yang larut dalam air yaitu  18,59  sedangkan  kadar sari yang larut dalam etanol  15,32. Penetapan kadar abu total bertujuan untuk
mengetahui kadar senyawa - senyawa anorganik seperti oksida logam Mg, Ca, Pb, dan Si. Penetapan kadar abu tidak larut asam  untuk mengetahui senyawa
anorganik  yang tidak larut asam seperti silikat. Besarnya kandungan logam tersebut, dapat membahayakan kesehatan.  Hasil yang didapat untuk kadar abu
total  adalah 6,43 dan kadar abu tidak larut asam adalah 0,92.
4.1.3 Skrining fitokimia serbuk simplisia