Rumusan Masalah Tujuan Makalah Reduplikasi Reduplikasi Fonologis

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang asal mula nya adalah bahasa Melayu. Bahasa Indonesia sudah mengalami perkembangan dalam struktur bahasanya sehingga lambat laun meninggalkan bahasa Melayu sebagai bahasa induk, dan banyaknya kata atau bahsa serapan yang berasal dari asing maupun melayu. Bahasa sudah mengalami perkembangan dalam hal perkembangan struktur dan antara lain adalah pengulangan kata dalam bahasa Indonesia terjadi baik dalam tataran fonologis, mofologis maupun sintaksis. Reduplikasi sendiri tidak mengalami perubahan makna sehingga belum dapat dikatakan sebagai kata ulang yang sesungguhnya. Hal ini terjadi karena pengulangan tersebuit hanya pada bunyi bukan leksem. Pengulangan kata atau reduplikasi dalam tata bahasa indonesia ialah pengulangan satuan gramatikal, baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan disini disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang adalah bentuk dasar. Reduplikasi atau pengulangan bentuk satuan kebahasaan merupakan gejala yang terdapat dalam banyak bahasa di dunia ini. Dalam bahasa Indonesia reduplikasi merupakan mekanisme yang terpenting dalam pembentukkan kata, di samping afiksasi, komposisi dan akronimisasi. Lalu meskipun reduplikasi terutama adalah masalah morfologi, masalah pembentukkan kata, tetapi adapula masalah morfologi yang menyangkut masalah fonologi, masalah sintaksis, dan masalah semantik. Menurut Ramlan 1978:19 morfologi ialah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata terhadap golongan kata dan arti kata, atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik. Pembahasan pada makalah ini akan difokuskan kepada jenis-jenis reduplikasi, pengulangan pada akar, dasar berafiks, maupun kompositum serta mengenai reduplikasi dasar nomina, reduplikasi dasar verba, reduplikasi dasar adjektifa, mapun reduplikasi kelas kata tertutup.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah: 1. Apakah yang dimaksud denga reduplikasi? 2. Apa yang membedakan reduplikasi fonologis, reduplikasi sintaksis, reduplikasi semantis, dan reduplikasi morfologis? 3. Bagaimana proses morfologis pembentukan reduplikasi berafiks? 4. Bagaimana proses bentuk reduplikasi pada nomina, verba dan adjektifa? 5. Apa yang dimaksud dengan reduplikasi kelas tertutup?

1.3 Tujuan Makalah

Adapun tujuan makalah yang diharapkan penyusun adalah untuk memahami tentang reduplikasi dalam Morfologi Bahasa Indonesia. dan untuk memperluas pengetahuan tentang reduplikasi juga untuk mempresentasikan tugas kelompok tentang reduplikasi bahas indonesia. BAB II PEMBAHASAN

2.1 Reduplikasi

Menurut Ramlan 1978:19 morfologi ialah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata terhadap golongan kata dan arti kata, atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik. Reduplikasi atau pengulangan bentuk satuan kebahasaan merupakan gejala yang terdapat dalam banyak bahasa di dunia ini. Dalam bahasa Indonesia reduplikasi merupakan mekanisme yang terpenting dalam pembentukkan kata, di samping afiksasi, komposisi dan akronimisasi. Lalu meskipun reduplikasi terutama adalah masalah morfologi, masalah pembentukkan kata, tetapi adapula masalah morfologi yang menyangkut masalah fonologi, masalah sintaksis, dan masalah semantik.

2.2 Reduplikasi Fonologis

Reduplikasi fonologi berlangsung terhadap dasar yang bukan akar atau terhadap bentuk yang statusnya lebih tinggi dari akar. Status bentuk yang diulang tidak jelas dan reduplikasi fonologis ini tidak menghasilkan makna gramatikal, melainkan menghasilkan makna leksikal. Yang termasuk reduplikasi fonologis adalah bentuk-bentuk seperti berikut : 1. Bentuk-bentuk sebuah kata yang bunyi kedua suku katanya sama adalah: kuku, dada, pipi, cincin, dan sisi. Bentuk tersebut bukan berarti bentuk dasar dari kata ku, da, pi, cin ataupun si. 2. Bentuk ulang yang memang jelas diulang secara utuh adalah: foya- foya, tubi-tubi, sema-sema, anai-anai, dan ani-ani. Dari contoh tersebut sudah jelas sekali bahwa sebuah kata diulang secara utuh namun bentuk dasarnya tidak berstatus mandiri karena dalam bahasa Indonesia tidak ada bentuk dasar dari kata-kata tersebut. 3. Bentuk yang juga jelas sebagai bentuk ulang dan dasar yang diulang pun jelas ada, tetapi hasil reduplikasinya tidak menghasilkan makna gramatikal. Hasil reduplikasinya hanya menghasilkan makna leksikal. Seperti berikut: laba-laba, kupu- kupu, paru-paru, onde-onde, dan rama-rama. 4. Bentuk berikut merupakan bentuk yang tidak diketahui mana yang menjadi bentuk dasar pengulangnya. Sedangkan makna nya pun hanya makna leksikal, bukan makna gramatikal. Dalam berbagai buku tata bahasa tradisional, bentuk ini disebut kata ulang semu Alisyahbana, 1953 : Mondar-mandir, luntang-lantung, kocar- kacir, dan teka-teki.

2.3 Reduplikasi Sintaksis