PERAN PUSAT KAJIAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM MENANGANI KASUS PERDAGANGAN ANAK DI KOTA MEDAN MENURUT UU NO. 35 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UU NO. 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK.
PERAN PUSAT KAJIAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
DALAM MENANGANI KASUS PERDAGANGAN
ANAK DI KOTA MEDAN MENURUT UU NO. 35
TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS
UU NO 23 TAHUN 2002 TENTANG
PERLINDUNGAN ANAK
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian
persyaratan memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh :
Diana
NIM. 3113311014
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2015
ABSTRAK
DIANA, NIM 3113311014. PERAN PUSAT KAJIAN DAN PERLINDUNGAN
ANAK DALAM MENANGANI KASUS PERDAGANGAN ANAK DI KOTA
MEDAN MENURUT UU NO. 35 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN
ATAS UU NO. 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Peran Pusat Kajian dan Perlindungan
Anak Dalam Menangani Kasus Perdagangan Anak di Kota Medan Menurut
Undang–undang No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU No. 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak. Perdagangan anak sangat bertentangan dengan
nilai kemanusiaan serta nilai keadilan. Apabila dilihat dari sudut pandang nilai
kemanusiaan, perdagangan anak merupakan tindakan yang tidak manusiawi,
karena anak-anak secara paksa diperjualbelikan untuk kepentingan trafiker yang
hanya ingin mengambil keuntungan. Anak-anak secara habis-habisan telah
dieksploitasi secara seksual dan organ tubuhnya tentu saja hal ini sangat tidak adil
bagi anak sebagai korban perdagangan. Mereka seharusnya mendapatkan hak
hidup, hak atas pendidikan dan hak atas tumbuh kembangnya. Maka dengan ini
penulis membuat penelitian tersebut. Adapun metode penelitian yang digunakan
penulis adalah metode kualitatif deskriptif. Penulis mendeskripsikan hasil
penelitiannya berlandaskan data yang diperoleh dari obeservasi, wawancara,
dokumentasi dan studi literatur. Dengan jumlah Populasi keseluruhan staf PKPA
31 orang. maka penulis mengambil sampel dengan menggunakan Purposive
Sampling. Purposive Sampling yang berarti sampel dipilih sesuai dengan tujuan
untuk memperoleh data yang akurat. Berdasarkan penjelasan diatas peneliti
mengambil sampel penelitian ini melalui wawancara dengan Bapak Misran Lubis
yaitu Direktur Eksekutif PKPA, Ibu Azmiati Zuliah yaitu Koordinator PUSPA,
Ibu Artika Novriyana yaitu Koordinator HRD, Ibu Eliza Fitriani Staf
Perpustakaan dan Administrasi PUSPA, Ibu Intan Dirja Laila yaitu Staf PIKIR,
dan Ibu Wiwik yaitu Advokat PUSPA. Untuk melengkapi hasil penelitian ini
peneliti mengambil data korban anak yang ditangani oleh PKPA di sepanjang
tahun 2013-2014. Menurut hasil laporan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak
(PKPA) pada tahun 2013 terjadi 10 % kasus Perdagangan anak untuk prostitusi,
Pada tahun 2014 terjadi 3% kasus perdagangan anak untuk prostitusi. faktor
penyebab perdagangan anak adalah Disentegrasi keluarga, kondisi ekonomi
khususnya kemiskinan, pertumbuhan jumlah anak gelandangan, tiadanya
kesempatan pendidikan, tiadanya kesempatan kerja, jaringan kriminal yang
mengorganisir industri seks dan merekrut anak-anak. Dalam Hal ini Pusat kajian
dan Perlindungan Anak Kota Medan berperan memberikan perlindungan dan
bantuan konseling serta pemeriksaan psikologis terhadap korban serta
orangtuanya, memberikan pelayanan kesehatan, memberikan rehabilitasi korban
di rumah aman dan memberikan penegakan dan bantuan hukum mulai dari
kepolisian, kejaksaan sampai ke pengadilan.
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
ABSTRAK............................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................... v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................................ 5
C. Pembatasan Masalah ....................................................................................... 6
D. Rumusan Masalah ........................................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 7
F.
Manfaat Penelitian ......................................................................................... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................... 9
A.
Kerangka Teoretis .......................................................................................... 9
1. Pengertian Anak ......................................................................................... 9
2. Perlindungan Anak ..................................................................................... 10
3. Hak dan Kewajiban Anak ........................................................................... 12
4. Instrumen Internasional Konvensi Hak Anak ............................................. 15
5. Perdagangan Anak (Child Trafficking)..........................................................17
6. Bentuk-Bentuk Perdagangan Anak ............................................................. 18
7. Penyebab Terjadinya Perdagangan Anak Di Indonesia ............................... 20
8. Pola Perdagangan Anak Untuk Elsploitasi Seksual ..................................... 22
9. Penanggulangan Trafficking…………………………………………………25
10. Peran Pusat Kajian dan Perlindungan Anak ............................................... 28
B. Kerangka Konseptual ........................................................................................ 31
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................... 33
A. Jenis Penelitian .............................................................................................. 33
B. Lokasi Penelitian dan Waktu ........................................................................... 34
C. Populasi dan Sampel ....................................................................................... 35
1. Populasi..................................................................................................... 35
2. Sampel ...................................................................................................... 35
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .................................................. 36
1. Variabel Penelitian ..................................................................................... 36
2. Defenisi Operasional .................................................................................. 36
E. Teknik Mengumpulkan Data ........................................................................... 37
F. Teknik Analisis Data ....................................................................................... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...................................... 39
A. Hasil Penelitian ................................................................................................. 39
B. Pembahasan....................................................................................................... 75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................. 80
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 80
B. Saran ................................................................................................................. 82
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 83
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Relokasi Perdagangan Anak di Kota Medan ................................................. 24
Tabel 2 Daftar Staf Pusat Kajian dan Perlindungan Anak ........................................... 59
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kantor Pusat Kajian dan Perlindungan Anak ............................................. 43
Gambar 2 Perpustakaan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak ................................... 57
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Draf Wawancara Direktur Eksekutif PKPA Kota Medan
Lampiran 2. Draf Wawancara Staf PKPA Kota Medan
Lampiran 3. Nota Tugas
Lampiran 4. Surat Izin Pengambilan Data Pendahuluan
Lampiran 5. Surat Izin Penelitian dari Jurusan
Lampiran 6. Surat Izin Mengadakan Penelitian dari Fakultas
Lampiran 7. Surat Izin Penelitian dari Pusat Kajian dan Perlindungan Anak
Lampiran 8. Surat Keterangan Telah Mengadakan Penelitian dari Pusat Kajian
dan Perlindungan Anak
Lampiran 9. Surat Keterangan Dari Laboratorium Jurusan PP-Kn
Lampiran 10. Surat Keterangan Dari perpustakaan Universitas Negeri Medan
Lampiran 11. Kartu Bimbingan Skripsi
Lampiran 12. Kartu Mengikuti Seminar Proposal Penelitian
Lampiran 13.Pernyataan Keaslian Tulisan
Lampiran 14. Daftar Riwayat Hidup
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus kita
lindungi karena dalam dirinya melekat harkat, martabat dan hak-haknya sebagai
manusia yang harus dijunjung tinggi. Sejumlah peraturan hukum dan UUD 1945
menjadi dasar perlunya dilakukan perlindungan anak. Dalam Pasal 28 B ayat 2
UUD 1945 ditegaskan, bahwa “setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,
tumbuh dan berkembang, dan perlindungan dari berbagai bentuk kekerasan dan
diskriminasi”.
Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia secara
eksplisit menjamin dan melindungi anak dari kekerasan. Pasal 52 ayat 1 UU No.
39 Tahun 1999 menyatakan bahwa “setiap anak berhak atas perlindungan oleh
orang tua, keluarga, masyarakat dan negara”. Pasal 58 ayat 1 menyatakan bahwa
“setiap anak berhak untuk mendapatkan perlindungan dari segala bentuk
kekerasan fisik anak, mental, penelantaran, perlakuan buruk dan pelecehan selama
dalam pengasuhan orang tua atau walinya, atau pihak lain manapun yang
bertanggung jawab atas pengasuhan anak tersebut”. Selain peraturan perundangundangan diatas, Indonesia juga sudah memiliki Undang-undang No. 35 Tahun
2014 tentang Perubahan UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang
mengintegrasikan Konvensi PBB tentang Hak Anak.
Perdagangan Anak adalah salah satu bentuk pelanggaran hak asasi manusia.
Dimana anak-anak dipaksa untuk masuk ke dalam situasi yang mengeksploitasi
seksualnya dan organ tubuhnya. Hal ini merupakan bentuk pelanggaran terhadap
hak asasi manusia yang menyebabkan anak-anak tidak dapat menentukan jalan
hidupnya (self determination), tidak dapat bebas mengeluarkan ekspresi atau
pendapatnya, tidak bebas menjalankan hidup sesuai dengan keinginannya, tidak
dapat bebas melakukan tindakan yang diinginkan dan selalu merasa terintimidasi,
ketakutan, dan terancam penuh kecurigaan. Padahal seharusnya anak-anak
mendapatkan akses pendidikan, kesehatan dan perlindungan agar mereka benarbenar merasakan adanya perlindungan, kekuatan dan rasa percaya diri dalam
menyongsong masa depan.
Tidak sedikit anak-anak di Indonesia meskipun pintar tetapi tidak
mendapatkan akses pelayanan pendidikan. Akhirnya, mereka tidak melanjutkan
sekolah melainkan dijual. Anak-anak korban perdagangan memiliki resiko tinggi
mengidap penyakit menular seperti HIV/AIDS, hepatitis B, dan Sipilis serta
ketidaksuburan, sehingga mereka dijauhi masyarakat dan termaginalisasi di
lingkungan tempat tinggal mereka.
Perdagangan anak sangat bertentangan dengan nilai kemanusiaan serta nilai
keadilan. Apabila dilihat dari sudut pandang nilai kemanusiaan, perdagangan anak
merupakan tindakan yang tidak manusiawi, karena anak-anak secara paksa
diperjualbelikan untuk kepentingan trafiker yang hanya ingin mengambil
keuntungan. Anak-anak secara habis-habisan telah dieksploitasi secara seksual
dan organ tubuhnya tentu saja hal ini sangat tidak adil bagi anak sebagai korban
perdagangan. Mereka mendapatkan perlakuan yang tidak sesuai serta pekerjaan
yang tidak layak untuk mereka lakukan.
Perdagangan
anak
merupakan
tragedi
kemanusiaan
yang
sangat
memprihatinkan, dan sudah selayaknya mendapatkan perhatian dan penanganan
yang sangat serius, kendati itu pun Indonesia memiliki kitab Undang-undang
Hukum Pidana (KUHP) sebagai tameng agar tidak terjadinya tindak pidana dan
pemerintah telah berusaha untuk melindungi setiap anak-anak di Indonesia dengan
membentuk berbagai macam peraturan-peraturan, misalnya Undang-undang No.
21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Manusia,
Undang-undang No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan Undangundang No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan UU No. 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak, yang mana dengan adanya peraturan tersebut akan menjamin
dan memberi kepastian hukum kepada anak-anak, namun tetap saja Tindak Pidana
Perdagangan Anak ini tidak bisa dihapus dari Indonesia.
Namun kenyataan masih banyak anak yang dilanggar dan diabaikan haknya,
dan menjadi korban dari berbagai bentuk tindak kekarasan, eksploitasi,
perlakukan salah dan diskriminasi, bahkan tindakan yang tidak manusiawi
terhadap anak, hal ini menunjukkan kurang memadainya perlindungan terhadap
anak. Faktanya anak, belum cukup mampu melindungi dirinya sendiri. Anak
membutuhkan perlindungan memadai dari keluarga masyarakat, pemerintah,
komisi perlindungan anak dan lembaga Swadaya masyarakat yang fokus terhadap
perlindungan anak.
Berbagai macam lembaga telah dibuat untuk melindungi perdagangan
terhadap anak. Mulai dari KPAI, PKPA, PUSAKA INDONESIA, KOMNAS PA
dan KOMNAS HAM dibentuk agar hak-hak anak dapat dipenuhi dan
permasalahan kekerasan terhadap anak dapat dicegah dan ditanggulangi dengan
baik. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang No. 35 Tahun 2014
tentang Perubahan UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Bab 1
Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 2 Perlindungan Anak adalah segala kegiatan untuk
menjamin perlindungan anak dan hak-haknya untuk tetap hidup, tumbuh,
berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapat pelindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Undang-undang No. 35 tahun 2014 tentang Perubahan UU No. 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 29 yaitu, pemerintah dan lembaga negara
lainnya berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan
khusus kepada anak dalam situasi darurat, anak yang berhadapan dengan hukum,
anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak tereksploitasi secara ekonomi
dan atau seksual, anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi korban
penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainya, anak
korban penculikan, penjualan dan perdagangan, anak korban perlakuan baik fisik
dan atau mental, anak yang menyandang cacat dan anak korban perlakuan salah
dan penelitian.
Begitu lengkap dan jelas peraturan perlindungan anak dari tindakan
eksploitasi sampai kekerasan terhadap anak, tetapi pada kenyataanya dapat kita
lihat, tindakan kekerasan anak, pelecehan seksual anak, dan perdagangan anak
masih saja terjadi pelangaran-pelangaran tersebut. Adapun berbagai upaya
pemerintah dengan cara menghadirkan lembaga-lembaga perlindungan itu belum
mampu menghapuskan pelanggaran hak-hak anak dan permasalahan kekerasan
terhadap anak yang dalam hal ini sangat merugikan anak-anak yang memperoleh
kekerasan dan perdagangan anak. Namun kita harus memberi penghargaan kepada
lembaga-lembaga yang berbasis perlindungan anak dengan adanya lembaga
tersebut dapat sedikit meminimalisirkan angka kekerasan dan perdagangan
terhadap anak. Dengan berbagai cara dilakukannya yaitu sosialisasi, workshop,
pelatihan dan diciptakan peraturan yang tegas untuk dijatuhkan kepada para
pelaku kekerasan terhadap anak. Sehingga bagi para pelaku kekerasan terhadap
anak ada efek jera untuk tindakan yang telah diperbuatnya. Selain
itu juga
memberi banyak masukan bahwasannya anak hadir ke dunia ini adalah untuk
dilindungi bukan untuk disiksa dan disakiti. Anak-anak adalah aset bangsa.
Permasalahan yang menjadi fokus utama lembaga-lembaga tersebut yaitu Komisi
Perlindungan Anak Indonesia, Komnas Perlindungan Anak, Komnas HAM, Pusat
Kajian Perlindungan Anak, Pusaka Indonesia dan lembaga yang memiliki titik
fokus anti kekerasan terhadap anak.
Hal inilah yang menjadi latar belakang penulis dalam mengadakan
penelitian dengan judul “Peran Pusat Kajian Perlindungan Anak dalam
Menangani Kasus Perdagangan Anak di Kota Medan Menurut UU No. 35 Tahun
2014 Tentang Perubahan UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak”.
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan, maka identifikasi
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Banyaknya Perdagangan Anak di Kota Medan.
2. Rendahnya Peran keluarga dalam memberikan Perlindungan dan Kasih sayang
Kepada anak-anaknya.
3. Belum maksimalnya Peran Pusat Kajian dan Perlindungan Anak dalam
menangani Kasus Perdagangan Anak di Kota Medan Menurut UU No. 35
Tahun 2014 tentang Perubahan UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak
4. Belum maksimalnya Upaya yang dilakukan Lembaga Pemerintah
dan
Lembaga Swadaya Masyarakat yang fokus pada perlindungan anak dalam
menangani kasus perdagangan anak di Kota Medan.
5. Implementasi UU No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan UU No. 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak belum berjalan dengan baik.
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah mutlak dilakukan dalam setiap penelitian, agar penulis
fokus pada masalah yang akan diteliti. Hal ini sejalan dengan apa yang
dikemukakan oleh Sugiyono
(2009:385) dimana
beliau
mengemukakan
pendapatnya bahwa :
Karena adanya keterbatasan, waktu, dana, tenaga, teori-teori, dan supaya
penelitian dapat dilakukan secara lebih mendalam, maka tidak semua
masalah yang telah diidentifikasikan akan diteliti. Untuk itu maka peneliti
memberi batasan, dimana akan dilakukan penelitian, variabel apa saja yang
akan diteliti, serta bagaimana hubungan variabel satu dengan variabel yang
lain.
Untuk menghindari kesimpangsiuran dari penelitian ini, serta mengingat
keterbatasan kemampuan penulis, maka perlu adanya pembatasan masalah untuk
memberi arah pada pembatasan ini yaitu:
1. Faktor Penyebab banyaknya Kasus Perdagangan Anak di Kota Medan
2. Belum maksimalnya Peran Pusat Kajian dan Perlindungan Anak dalam
menangani Kasus Perdagangan Anak di Kota Medan Menurut UU No. 35
Tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU No. 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak.
D. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan
masalah, maka selanjutnya dapat dirumuskan permasalahannya yang akan diteliti
adalah:
1. Apa faktor penyebab banyaknya kasus perdagangan anak di Kota Medan?
2. Bagaimana Peran Pusat Kajian dan Perlindungan Anak dalam menangani Kasus
Perdagangan Anak di Kota Medan Menurut UU No. 35 Tahun 2014 tentang
Perubahan Atas UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak?
E. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui maksud dari suatu penelitian, maka perlu adanya tujuan
penelitian, menurut Ali (2002) mengatakan bahwa :
Tujuan penelitian sangat besar pengaruhnya terhadap komponen atau
elemen generalisasi yang lain, terutama metode teknik alat maupun
generalisasi yang diperoleh. Oleh karena itu, diperlukan kerjasama
seseorang merumuskan tujuan penelitian yang akan dilakukan, karena
tujuan penelitian pada dasarnya titik anjak atau titik unjuk yang akan dicapai
seseorang melalui kegiatan penelitian yang akan dilakukan.
Tujuan penelitian tentu saja konsisten dengan rumusan masalah penelitian.
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya perdagangan anak di Kota
Medan.
2. Untuk Mengetahui Peran Pusat Kajian dan Perlindungan Anak dalam
menangani Kasus Perdagangan Anak di Kota Medan Menurut UU No. 35 Tahun
2014 Tentang Perubahan Atas UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Bagi Penulis
Penulisan Skripsi ini merupakan pengalaman berharga bagi penulis. Dimana dapat
mempertajam kemampuan penulis dalam penulisan karya ilmiah, menambah
pengetahuan dan mengasah kemampuan berpikir penulis dalam menyikapi dan
menganalisis apa saja yang menjadi upaya dalam menuntaskan masalah-masalah
sosial khususnya masalah perdagangan anak;
2. Bagi Pemerintah
a. Sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan untuk lebih
memperhatikan kesejahteraan anak-anak Indonesia.
b. Sebagai bahan masukan dalam melakukan sosialisasi bagi orang tua dan
pendidik bagaimana cara yang baik untuk mendidik dan memperlakukan anakanak.
3. Bagi Masyarakat
a. Sebagai bahan informasi yang akan memberikan pemahaman yang baik kepada
masyarakat tentang bagaimana peran Pusat Kajian dan Perlindungan Anak dalam
menangani
Kasus
perdagangan terhadap
anak.
agar
masyarakat
dapat
berpartisipasi didalamnya.
b. Menjadi bahan bacaan yang bermanfaat di jurusan PPKn Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Medan khususnya di kalangan Mahasiswa dan Peneliti.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Abbas Hafid. (2006). Evaluasi Kebijakan Pemerintah Mengenai Anak Terlantar.
Jakarta: Balai Pustaka
Abdussalam. (2007). Hukum Perlindungan Anak. Jakarta: Restu Agung
Ali, Muhammad. (2002). Penelitian Pendidikan. Jakarta : Pustaka Aman.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Kurnia Asep, dkk. Badan Penelitian dan Pengembangan HAM RI. (2009). Dampak
Penayangan Pornografi dan Kekerasan di Multimedia Bagi Anak. Jakarta: Balai
Pustaka
ECPAT. (2008). Combating Child Sex Tourism: Question & Answer. Bangkok:
ECPACT Internasional
El Muhtaj Majda .(2008). Dimensi-dimensi HAM Mengurai Hak Ekonomi, Sosial, dan
Budaya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
ILO. (2001). Perdagangan Anak di Indonesia. Jakarta: Organisasi Perburuhan
Indonesia
. (2004). Perdagangan Anak Untuk Tujuan Pelajucuran di Jakarta dan Jawa
Barat. Jakarta: Organisasi Perburuhan Internasional
Prinst Darwan. (2001). Sosialisasi & Diseminasi Penegakkan Hak Asasi Manusia.
Bandung: PT. Citra Aditya Bakti
Rehulina Eka Dalanta. (2008). Eksploitasi Seksual Anak di Indonesia. Medan: Koalisi
Nasional Penghapusan Seksual Komersial Anak
Rosalie, dkk. (2009). Ekspolasi dan Aspirasi: Praktik yang baik dari Kampanye
Menentang Perdagangan Anak di Asia Tenggara. Filipina: Asia Against Child
Trafficking
Raoul Wallenberg Institute. (2010). Kompilasi Instrumen Internasional Hak Asasi
Manusia dan Dokumen-Dokumen Terkait Dengan Praktek Dalam Lembaga
Pemasyarakatan. Jakarta: RWI
Silalahi Ulber. (2009). Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: ALFABETA
Tim The Indonesian Legal Resource Center. (2012). Melindungi Hak-Hak Anak;
Komplikasi Peraturan dan Kebijakan terkait Anak Berhadapan dengan Hukum.
Jakarta Selatan: ILRC
. (2012). Anak Berkonflik dengan Hukum.Jakarta Selatan: ILRC
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi
Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka
Jurnal:
Arivia Gadis. (2007). Jurnal Perempuan 55 Anak Jalanan Perempuan. Jakarta: PT
Percetakan Penebar Swardaya
.
.. (2008). Jurnal Perempuan 59 Perempuan dan Anak Di Wilayah
Tertinggal. Jakarta: PT Percetakan Penebar Swardaya
El Muhtaj Majda. (2010). Jurnal Humanitas Vol.1.No.1. Desember 2010 ; Jurnal
Kajian dan Pendidikan HAM “Eksploitasi Seksual Komersial Anak; Buruknya
Potret HAM Anak di Indonesia”. Medan: Pusat Studi HAM Universitas Negeri
Medan
Undang-Undang:
Undang-Undang Dasar 1945 Negara Kesatuan Republik Indonesia. (2009). Jakarta:
Ray HAN
Undang-Undang No.39 tahn 1999 tentang Hak Asasi Manusia. (2010). Bandung:
Citra Umbara
Undang-Undang Republik Indoneia Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan
Anak. (2003). Kementerian Pemberdayaan Perempuan RI dan Departemen
Sosial RI. Jakarta: UNICEF
Internet:
Ayu Siti Lestari. Jurnal Kasus Perdagangan Anak. http://sitilestariayu.blogspot.com/
2013/01/jurnal-psikologi-perkembangan.html. diakses: Rabu. 21 Januari 2015.
Pukul 14.00 Wib
Wikipedia. Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Perdagangan Orang. http:/id.wikipedia.org/wiki/Undang-undangNo.21th2007-Pemberantasan-tindak-pidana-perdagangan-anak. diakses:
Kamis. 22 Januari 2015. Pukul 10.00 Wib
DALAM MENANGANI KASUS PERDAGANGAN
ANAK DI KOTA MEDAN MENURUT UU NO. 35
TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS
UU NO 23 TAHUN 2002 TENTANG
PERLINDUNGAN ANAK
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian
persyaratan memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh :
Diana
NIM. 3113311014
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2015
ABSTRAK
DIANA, NIM 3113311014. PERAN PUSAT KAJIAN DAN PERLINDUNGAN
ANAK DALAM MENANGANI KASUS PERDAGANGAN ANAK DI KOTA
MEDAN MENURUT UU NO. 35 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN
ATAS UU NO. 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Peran Pusat Kajian dan Perlindungan
Anak Dalam Menangani Kasus Perdagangan Anak di Kota Medan Menurut
Undang–undang No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU No. 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak. Perdagangan anak sangat bertentangan dengan
nilai kemanusiaan serta nilai keadilan. Apabila dilihat dari sudut pandang nilai
kemanusiaan, perdagangan anak merupakan tindakan yang tidak manusiawi,
karena anak-anak secara paksa diperjualbelikan untuk kepentingan trafiker yang
hanya ingin mengambil keuntungan. Anak-anak secara habis-habisan telah
dieksploitasi secara seksual dan organ tubuhnya tentu saja hal ini sangat tidak adil
bagi anak sebagai korban perdagangan. Mereka seharusnya mendapatkan hak
hidup, hak atas pendidikan dan hak atas tumbuh kembangnya. Maka dengan ini
penulis membuat penelitian tersebut. Adapun metode penelitian yang digunakan
penulis adalah metode kualitatif deskriptif. Penulis mendeskripsikan hasil
penelitiannya berlandaskan data yang diperoleh dari obeservasi, wawancara,
dokumentasi dan studi literatur. Dengan jumlah Populasi keseluruhan staf PKPA
31 orang. maka penulis mengambil sampel dengan menggunakan Purposive
Sampling. Purposive Sampling yang berarti sampel dipilih sesuai dengan tujuan
untuk memperoleh data yang akurat. Berdasarkan penjelasan diatas peneliti
mengambil sampel penelitian ini melalui wawancara dengan Bapak Misran Lubis
yaitu Direktur Eksekutif PKPA, Ibu Azmiati Zuliah yaitu Koordinator PUSPA,
Ibu Artika Novriyana yaitu Koordinator HRD, Ibu Eliza Fitriani Staf
Perpustakaan dan Administrasi PUSPA, Ibu Intan Dirja Laila yaitu Staf PIKIR,
dan Ibu Wiwik yaitu Advokat PUSPA. Untuk melengkapi hasil penelitian ini
peneliti mengambil data korban anak yang ditangani oleh PKPA di sepanjang
tahun 2013-2014. Menurut hasil laporan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak
(PKPA) pada tahun 2013 terjadi 10 % kasus Perdagangan anak untuk prostitusi,
Pada tahun 2014 terjadi 3% kasus perdagangan anak untuk prostitusi. faktor
penyebab perdagangan anak adalah Disentegrasi keluarga, kondisi ekonomi
khususnya kemiskinan, pertumbuhan jumlah anak gelandangan, tiadanya
kesempatan pendidikan, tiadanya kesempatan kerja, jaringan kriminal yang
mengorganisir industri seks dan merekrut anak-anak. Dalam Hal ini Pusat kajian
dan Perlindungan Anak Kota Medan berperan memberikan perlindungan dan
bantuan konseling serta pemeriksaan psikologis terhadap korban serta
orangtuanya, memberikan pelayanan kesehatan, memberikan rehabilitasi korban
di rumah aman dan memberikan penegakan dan bantuan hukum mulai dari
kepolisian, kejaksaan sampai ke pengadilan.
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
ABSTRAK............................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................... v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................................ 5
C. Pembatasan Masalah ....................................................................................... 6
D. Rumusan Masalah ........................................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 7
F.
Manfaat Penelitian ......................................................................................... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................... 9
A.
Kerangka Teoretis .......................................................................................... 9
1. Pengertian Anak ......................................................................................... 9
2. Perlindungan Anak ..................................................................................... 10
3. Hak dan Kewajiban Anak ........................................................................... 12
4. Instrumen Internasional Konvensi Hak Anak ............................................. 15
5. Perdagangan Anak (Child Trafficking)..........................................................17
6. Bentuk-Bentuk Perdagangan Anak ............................................................. 18
7. Penyebab Terjadinya Perdagangan Anak Di Indonesia ............................... 20
8. Pola Perdagangan Anak Untuk Elsploitasi Seksual ..................................... 22
9. Penanggulangan Trafficking…………………………………………………25
10. Peran Pusat Kajian dan Perlindungan Anak ............................................... 28
B. Kerangka Konseptual ........................................................................................ 31
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................... 33
A. Jenis Penelitian .............................................................................................. 33
B. Lokasi Penelitian dan Waktu ........................................................................... 34
C. Populasi dan Sampel ....................................................................................... 35
1. Populasi..................................................................................................... 35
2. Sampel ...................................................................................................... 35
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .................................................. 36
1. Variabel Penelitian ..................................................................................... 36
2. Defenisi Operasional .................................................................................. 36
E. Teknik Mengumpulkan Data ........................................................................... 37
F. Teknik Analisis Data ....................................................................................... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...................................... 39
A. Hasil Penelitian ................................................................................................. 39
B. Pembahasan....................................................................................................... 75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................. 80
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 80
B. Saran ................................................................................................................. 82
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 83
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Relokasi Perdagangan Anak di Kota Medan ................................................. 24
Tabel 2 Daftar Staf Pusat Kajian dan Perlindungan Anak ........................................... 59
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kantor Pusat Kajian dan Perlindungan Anak ............................................. 43
Gambar 2 Perpustakaan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak ................................... 57
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Draf Wawancara Direktur Eksekutif PKPA Kota Medan
Lampiran 2. Draf Wawancara Staf PKPA Kota Medan
Lampiran 3. Nota Tugas
Lampiran 4. Surat Izin Pengambilan Data Pendahuluan
Lampiran 5. Surat Izin Penelitian dari Jurusan
Lampiran 6. Surat Izin Mengadakan Penelitian dari Fakultas
Lampiran 7. Surat Izin Penelitian dari Pusat Kajian dan Perlindungan Anak
Lampiran 8. Surat Keterangan Telah Mengadakan Penelitian dari Pusat Kajian
dan Perlindungan Anak
Lampiran 9. Surat Keterangan Dari Laboratorium Jurusan PP-Kn
Lampiran 10. Surat Keterangan Dari perpustakaan Universitas Negeri Medan
Lampiran 11. Kartu Bimbingan Skripsi
Lampiran 12. Kartu Mengikuti Seminar Proposal Penelitian
Lampiran 13.Pernyataan Keaslian Tulisan
Lampiran 14. Daftar Riwayat Hidup
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus kita
lindungi karena dalam dirinya melekat harkat, martabat dan hak-haknya sebagai
manusia yang harus dijunjung tinggi. Sejumlah peraturan hukum dan UUD 1945
menjadi dasar perlunya dilakukan perlindungan anak. Dalam Pasal 28 B ayat 2
UUD 1945 ditegaskan, bahwa “setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,
tumbuh dan berkembang, dan perlindungan dari berbagai bentuk kekerasan dan
diskriminasi”.
Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia secara
eksplisit menjamin dan melindungi anak dari kekerasan. Pasal 52 ayat 1 UU No.
39 Tahun 1999 menyatakan bahwa “setiap anak berhak atas perlindungan oleh
orang tua, keluarga, masyarakat dan negara”. Pasal 58 ayat 1 menyatakan bahwa
“setiap anak berhak untuk mendapatkan perlindungan dari segala bentuk
kekerasan fisik anak, mental, penelantaran, perlakuan buruk dan pelecehan selama
dalam pengasuhan orang tua atau walinya, atau pihak lain manapun yang
bertanggung jawab atas pengasuhan anak tersebut”. Selain peraturan perundangundangan diatas, Indonesia juga sudah memiliki Undang-undang No. 35 Tahun
2014 tentang Perubahan UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang
mengintegrasikan Konvensi PBB tentang Hak Anak.
Perdagangan Anak adalah salah satu bentuk pelanggaran hak asasi manusia.
Dimana anak-anak dipaksa untuk masuk ke dalam situasi yang mengeksploitasi
seksualnya dan organ tubuhnya. Hal ini merupakan bentuk pelanggaran terhadap
hak asasi manusia yang menyebabkan anak-anak tidak dapat menentukan jalan
hidupnya (self determination), tidak dapat bebas mengeluarkan ekspresi atau
pendapatnya, tidak bebas menjalankan hidup sesuai dengan keinginannya, tidak
dapat bebas melakukan tindakan yang diinginkan dan selalu merasa terintimidasi,
ketakutan, dan terancam penuh kecurigaan. Padahal seharusnya anak-anak
mendapatkan akses pendidikan, kesehatan dan perlindungan agar mereka benarbenar merasakan adanya perlindungan, kekuatan dan rasa percaya diri dalam
menyongsong masa depan.
Tidak sedikit anak-anak di Indonesia meskipun pintar tetapi tidak
mendapatkan akses pelayanan pendidikan. Akhirnya, mereka tidak melanjutkan
sekolah melainkan dijual. Anak-anak korban perdagangan memiliki resiko tinggi
mengidap penyakit menular seperti HIV/AIDS, hepatitis B, dan Sipilis serta
ketidaksuburan, sehingga mereka dijauhi masyarakat dan termaginalisasi di
lingkungan tempat tinggal mereka.
Perdagangan anak sangat bertentangan dengan nilai kemanusiaan serta nilai
keadilan. Apabila dilihat dari sudut pandang nilai kemanusiaan, perdagangan anak
merupakan tindakan yang tidak manusiawi, karena anak-anak secara paksa
diperjualbelikan untuk kepentingan trafiker yang hanya ingin mengambil
keuntungan. Anak-anak secara habis-habisan telah dieksploitasi secara seksual
dan organ tubuhnya tentu saja hal ini sangat tidak adil bagi anak sebagai korban
perdagangan. Mereka mendapatkan perlakuan yang tidak sesuai serta pekerjaan
yang tidak layak untuk mereka lakukan.
Perdagangan
anak
merupakan
tragedi
kemanusiaan
yang
sangat
memprihatinkan, dan sudah selayaknya mendapatkan perhatian dan penanganan
yang sangat serius, kendati itu pun Indonesia memiliki kitab Undang-undang
Hukum Pidana (KUHP) sebagai tameng agar tidak terjadinya tindak pidana dan
pemerintah telah berusaha untuk melindungi setiap anak-anak di Indonesia dengan
membentuk berbagai macam peraturan-peraturan, misalnya Undang-undang No.
21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Manusia,
Undang-undang No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan Undangundang No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan UU No. 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak, yang mana dengan adanya peraturan tersebut akan menjamin
dan memberi kepastian hukum kepada anak-anak, namun tetap saja Tindak Pidana
Perdagangan Anak ini tidak bisa dihapus dari Indonesia.
Namun kenyataan masih banyak anak yang dilanggar dan diabaikan haknya,
dan menjadi korban dari berbagai bentuk tindak kekarasan, eksploitasi,
perlakukan salah dan diskriminasi, bahkan tindakan yang tidak manusiawi
terhadap anak, hal ini menunjukkan kurang memadainya perlindungan terhadap
anak. Faktanya anak, belum cukup mampu melindungi dirinya sendiri. Anak
membutuhkan perlindungan memadai dari keluarga masyarakat, pemerintah,
komisi perlindungan anak dan lembaga Swadaya masyarakat yang fokus terhadap
perlindungan anak.
Berbagai macam lembaga telah dibuat untuk melindungi perdagangan
terhadap anak. Mulai dari KPAI, PKPA, PUSAKA INDONESIA, KOMNAS PA
dan KOMNAS HAM dibentuk agar hak-hak anak dapat dipenuhi dan
permasalahan kekerasan terhadap anak dapat dicegah dan ditanggulangi dengan
baik. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang No. 35 Tahun 2014
tentang Perubahan UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Bab 1
Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 2 Perlindungan Anak adalah segala kegiatan untuk
menjamin perlindungan anak dan hak-haknya untuk tetap hidup, tumbuh,
berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapat pelindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Undang-undang No. 35 tahun 2014 tentang Perubahan UU No. 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 29 yaitu, pemerintah dan lembaga negara
lainnya berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan
khusus kepada anak dalam situasi darurat, anak yang berhadapan dengan hukum,
anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak tereksploitasi secara ekonomi
dan atau seksual, anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi korban
penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainya, anak
korban penculikan, penjualan dan perdagangan, anak korban perlakuan baik fisik
dan atau mental, anak yang menyandang cacat dan anak korban perlakuan salah
dan penelitian.
Begitu lengkap dan jelas peraturan perlindungan anak dari tindakan
eksploitasi sampai kekerasan terhadap anak, tetapi pada kenyataanya dapat kita
lihat, tindakan kekerasan anak, pelecehan seksual anak, dan perdagangan anak
masih saja terjadi pelangaran-pelangaran tersebut. Adapun berbagai upaya
pemerintah dengan cara menghadirkan lembaga-lembaga perlindungan itu belum
mampu menghapuskan pelanggaran hak-hak anak dan permasalahan kekerasan
terhadap anak yang dalam hal ini sangat merugikan anak-anak yang memperoleh
kekerasan dan perdagangan anak. Namun kita harus memberi penghargaan kepada
lembaga-lembaga yang berbasis perlindungan anak dengan adanya lembaga
tersebut dapat sedikit meminimalisirkan angka kekerasan dan perdagangan
terhadap anak. Dengan berbagai cara dilakukannya yaitu sosialisasi, workshop,
pelatihan dan diciptakan peraturan yang tegas untuk dijatuhkan kepada para
pelaku kekerasan terhadap anak. Sehingga bagi para pelaku kekerasan terhadap
anak ada efek jera untuk tindakan yang telah diperbuatnya. Selain
itu juga
memberi banyak masukan bahwasannya anak hadir ke dunia ini adalah untuk
dilindungi bukan untuk disiksa dan disakiti. Anak-anak adalah aset bangsa.
Permasalahan yang menjadi fokus utama lembaga-lembaga tersebut yaitu Komisi
Perlindungan Anak Indonesia, Komnas Perlindungan Anak, Komnas HAM, Pusat
Kajian Perlindungan Anak, Pusaka Indonesia dan lembaga yang memiliki titik
fokus anti kekerasan terhadap anak.
Hal inilah yang menjadi latar belakang penulis dalam mengadakan
penelitian dengan judul “Peran Pusat Kajian Perlindungan Anak dalam
Menangani Kasus Perdagangan Anak di Kota Medan Menurut UU No. 35 Tahun
2014 Tentang Perubahan UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak”.
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan, maka identifikasi
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Banyaknya Perdagangan Anak di Kota Medan.
2. Rendahnya Peran keluarga dalam memberikan Perlindungan dan Kasih sayang
Kepada anak-anaknya.
3. Belum maksimalnya Peran Pusat Kajian dan Perlindungan Anak dalam
menangani Kasus Perdagangan Anak di Kota Medan Menurut UU No. 35
Tahun 2014 tentang Perubahan UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak
4. Belum maksimalnya Upaya yang dilakukan Lembaga Pemerintah
dan
Lembaga Swadaya Masyarakat yang fokus pada perlindungan anak dalam
menangani kasus perdagangan anak di Kota Medan.
5. Implementasi UU No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan UU No. 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak belum berjalan dengan baik.
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah mutlak dilakukan dalam setiap penelitian, agar penulis
fokus pada masalah yang akan diteliti. Hal ini sejalan dengan apa yang
dikemukakan oleh Sugiyono
(2009:385) dimana
beliau
mengemukakan
pendapatnya bahwa :
Karena adanya keterbatasan, waktu, dana, tenaga, teori-teori, dan supaya
penelitian dapat dilakukan secara lebih mendalam, maka tidak semua
masalah yang telah diidentifikasikan akan diteliti. Untuk itu maka peneliti
memberi batasan, dimana akan dilakukan penelitian, variabel apa saja yang
akan diteliti, serta bagaimana hubungan variabel satu dengan variabel yang
lain.
Untuk menghindari kesimpangsiuran dari penelitian ini, serta mengingat
keterbatasan kemampuan penulis, maka perlu adanya pembatasan masalah untuk
memberi arah pada pembatasan ini yaitu:
1. Faktor Penyebab banyaknya Kasus Perdagangan Anak di Kota Medan
2. Belum maksimalnya Peran Pusat Kajian dan Perlindungan Anak dalam
menangani Kasus Perdagangan Anak di Kota Medan Menurut UU No. 35
Tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU No. 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak.
D. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan
masalah, maka selanjutnya dapat dirumuskan permasalahannya yang akan diteliti
adalah:
1. Apa faktor penyebab banyaknya kasus perdagangan anak di Kota Medan?
2. Bagaimana Peran Pusat Kajian dan Perlindungan Anak dalam menangani Kasus
Perdagangan Anak di Kota Medan Menurut UU No. 35 Tahun 2014 tentang
Perubahan Atas UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak?
E. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui maksud dari suatu penelitian, maka perlu adanya tujuan
penelitian, menurut Ali (2002) mengatakan bahwa :
Tujuan penelitian sangat besar pengaruhnya terhadap komponen atau
elemen generalisasi yang lain, terutama metode teknik alat maupun
generalisasi yang diperoleh. Oleh karena itu, diperlukan kerjasama
seseorang merumuskan tujuan penelitian yang akan dilakukan, karena
tujuan penelitian pada dasarnya titik anjak atau titik unjuk yang akan dicapai
seseorang melalui kegiatan penelitian yang akan dilakukan.
Tujuan penelitian tentu saja konsisten dengan rumusan masalah penelitian.
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya perdagangan anak di Kota
Medan.
2. Untuk Mengetahui Peran Pusat Kajian dan Perlindungan Anak dalam
menangani Kasus Perdagangan Anak di Kota Medan Menurut UU No. 35 Tahun
2014 Tentang Perubahan Atas UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Bagi Penulis
Penulisan Skripsi ini merupakan pengalaman berharga bagi penulis. Dimana dapat
mempertajam kemampuan penulis dalam penulisan karya ilmiah, menambah
pengetahuan dan mengasah kemampuan berpikir penulis dalam menyikapi dan
menganalisis apa saja yang menjadi upaya dalam menuntaskan masalah-masalah
sosial khususnya masalah perdagangan anak;
2. Bagi Pemerintah
a. Sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan untuk lebih
memperhatikan kesejahteraan anak-anak Indonesia.
b. Sebagai bahan masukan dalam melakukan sosialisasi bagi orang tua dan
pendidik bagaimana cara yang baik untuk mendidik dan memperlakukan anakanak.
3. Bagi Masyarakat
a. Sebagai bahan informasi yang akan memberikan pemahaman yang baik kepada
masyarakat tentang bagaimana peran Pusat Kajian dan Perlindungan Anak dalam
menangani
Kasus
perdagangan terhadap
anak.
agar
masyarakat
dapat
berpartisipasi didalamnya.
b. Menjadi bahan bacaan yang bermanfaat di jurusan PPKn Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Medan khususnya di kalangan Mahasiswa dan Peneliti.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Abbas Hafid. (2006). Evaluasi Kebijakan Pemerintah Mengenai Anak Terlantar.
Jakarta: Balai Pustaka
Abdussalam. (2007). Hukum Perlindungan Anak. Jakarta: Restu Agung
Ali, Muhammad. (2002). Penelitian Pendidikan. Jakarta : Pustaka Aman.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Kurnia Asep, dkk. Badan Penelitian dan Pengembangan HAM RI. (2009). Dampak
Penayangan Pornografi dan Kekerasan di Multimedia Bagi Anak. Jakarta: Balai
Pustaka
ECPAT. (2008). Combating Child Sex Tourism: Question & Answer. Bangkok:
ECPACT Internasional
El Muhtaj Majda .(2008). Dimensi-dimensi HAM Mengurai Hak Ekonomi, Sosial, dan
Budaya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
ILO. (2001). Perdagangan Anak di Indonesia. Jakarta: Organisasi Perburuhan
Indonesia
. (2004). Perdagangan Anak Untuk Tujuan Pelajucuran di Jakarta dan Jawa
Barat. Jakarta: Organisasi Perburuhan Internasional
Prinst Darwan. (2001). Sosialisasi & Diseminasi Penegakkan Hak Asasi Manusia.
Bandung: PT. Citra Aditya Bakti
Rehulina Eka Dalanta. (2008). Eksploitasi Seksual Anak di Indonesia. Medan: Koalisi
Nasional Penghapusan Seksual Komersial Anak
Rosalie, dkk. (2009). Ekspolasi dan Aspirasi: Praktik yang baik dari Kampanye
Menentang Perdagangan Anak di Asia Tenggara. Filipina: Asia Against Child
Trafficking
Raoul Wallenberg Institute. (2010). Kompilasi Instrumen Internasional Hak Asasi
Manusia dan Dokumen-Dokumen Terkait Dengan Praktek Dalam Lembaga
Pemasyarakatan. Jakarta: RWI
Silalahi Ulber. (2009). Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: ALFABETA
Tim The Indonesian Legal Resource Center. (2012). Melindungi Hak-Hak Anak;
Komplikasi Peraturan dan Kebijakan terkait Anak Berhadapan dengan Hukum.
Jakarta Selatan: ILRC
. (2012). Anak Berkonflik dengan Hukum.Jakarta Selatan: ILRC
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi
Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka
Jurnal:
Arivia Gadis. (2007). Jurnal Perempuan 55 Anak Jalanan Perempuan. Jakarta: PT
Percetakan Penebar Swardaya
.
.. (2008). Jurnal Perempuan 59 Perempuan dan Anak Di Wilayah
Tertinggal. Jakarta: PT Percetakan Penebar Swardaya
El Muhtaj Majda. (2010). Jurnal Humanitas Vol.1.No.1. Desember 2010 ; Jurnal
Kajian dan Pendidikan HAM “Eksploitasi Seksual Komersial Anak; Buruknya
Potret HAM Anak di Indonesia”. Medan: Pusat Studi HAM Universitas Negeri
Medan
Undang-Undang:
Undang-Undang Dasar 1945 Negara Kesatuan Republik Indonesia. (2009). Jakarta:
Ray HAN
Undang-Undang No.39 tahn 1999 tentang Hak Asasi Manusia. (2010). Bandung:
Citra Umbara
Undang-Undang Republik Indoneia Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan
Anak. (2003). Kementerian Pemberdayaan Perempuan RI dan Departemen
Sosial RI. Jakarta: UNICEF
Internet:
Ayu Siti Lestari. Jurnal Kasus Perdagangan Anak. http://sitilestariayu.blogspot.com/
2013/01/jurnal-psikologi-perkembangan.html. diakses: Rabu. 21 Januari 2015.
Pukul 14.00 Wib
Wikipedia. Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Perdagangan Orang. http:/id.wikipedia.org/wiki/Undang-undangNo.21th2007-Pemberantasan-tindak-pidana-perdagangan-anak. diakses:
Kamis. 22 Januari 2015. Pukul 10.00 Wib