PERLAKUAN SALAH TERHADAP ANAK (ANALISIS UU NO. 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK)

PERLAKUAN SALAH TERHADAP ANAK (ANALISIS UU NO. 23

  

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Hukum

Islam Jurusan Hukum Pidana dan Ketatanegaraan Islam

pada Fakultas Syariah dan Hukum

  

UIN Alauddin Makassar

Oleh:

  

ANDI REZKY PURWANTI

NIM:10300111011

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

  

2015

KATA PENGANTAR

     Puji syukur kehadirat Allah swt. yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayahnya sehingga penulisan skripsi dengan judul “ Attachment dan Child Abuse

  

(Analisis UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak)”, dapat terselesaikan.

Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad saw, teladan terbaik

sepanjang zaman, sosok pemimpin yang paling berpengaruh sepanjang sejarah

kepemimpinan, sosok yang mampu menumbangkan tirani penindasan terhadap nilai-

nilai humanitas, yang dengannya manusia mampu berhijrah dari satu masa yang

tidak mengenal peradaban menuju kepada satu masa yang berperadaban.

  Disadari sepenuhnya, bahwa penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan

berbagai pihak dan selayaknya menyampaikan terimah kasih sebesar-besarnya atas

bantuan dan Doa dari mereka semua, baik materil maupun moril. Untuk itu, terima

kasih yang tak terhingga kepada:

  1. Kedua orang tuaku, Ayahanda Andi Irwan dan Ibunda Andi Nirwana yang selalu mendukung penulis baik secara materi dan moril, menjadi inspirasi penulis dalam melakukan banyak hal.

  2. Prof. Dr. H. A. Qadir Gassing HT, MS., selaku Rektor UIN Alauddin Makassar, serta Prof. Dr. Azhar Arsyad, MA. selaku mantan Rektor UIN Alauddin Makassar.

3. Bapak Prof. Dr. H. Ali Parman, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum. Serta para dosen fakultas Syari’ah dan Hukum.

  4. Ibunda Dra. Nila Sastrawati, M.Si dan Bapak Alimuddin M.Ag selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Hukum Pidana & Ketatanegaraan yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan motivasi, serta Kak

v

  Syamsi Machmud selaku Staf Jurusan yang turut membantu dalam segala hal pengurusan akademik.

  5. Ibu Dr. Sohrah, M. Ag dan Dr. Hj. Rahmatiah, M. Pd selaku dosen pembimbing yang dengan sabar membimbing dan memberi masukan yang

berarti serta mengarahkan penulis dalam perampungan penulisan skripsi.

  6. Saudara-saudaraku tercinta, yang telah membantu dan memberi dukungan serta doa untuk dapat segera menyelesaikan studi.

  7. Ahmad Ashari Saputra, yang selalu setia menemani, memberikan sumbangsi secara materi dan moril serta memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi.

  8. Saudara-saudariku tercinta, Muliana, Haryono Syamsul, Moh. Fauzy Fadlan,

  A. Wira Saputra, Rustan, Muh. Amin, Andy Muh. Fauzy, Mustakima, Nurwahid Musaddiq, Zuhriah, Tika Ratu Putri, Ayu Lestari, Muh. Amin Nur, Djeni Saputri, Maulana Mappaoddang, dan teman-teman yang lainnya yang membuat perubahan besar dalam diri penulis selama ini, menanamkan idealisme yang dulu masih abu-abu. Serta kebersamaan dan kehangatan yang kita bina selama empat tahun ini.

  9. Teman-teman seperjuangan Angkatan 2011 baik dari jurusan Hukum Pidana & Ketatanegaraan maupun jurusan lainnya yang bersama-sama menjalani suka dan duka selama menempuh pendidikan di Fakultas Syariah & Hukum, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Good Luck . Tak terkecuali semua rekan-rekan mahasiswa khususnya Fakultas Syariah dan Hukum serta semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu, yang banyak memberikan bantuannya, baik moril maupun materil dalam penyelesaian skripsi ini.

  Sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, demi

kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang membangun, senantiasa diharapkan.

vi

  

Semoga Allah swt. memberikan balasan yang sebesar-besarnya atas jasa-jasa,

kebaikan serta bantuan yang diberikan. Akhirnya semoga skripsi ini memberi

manfaat bagi semua pembaca. Amin Samata-Gowa, 13 April 2015

ANDI REZKY PURWANTI

  

vii

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI....................................................... ii PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................ iii PENGESAHAN SKRIPSI.............................................................................. iv KATA PENGANTAR....................................................................................

  v

  DAFTAR TRANSLITERASI....................................................................... viii DAFTAR SINGKATAN………………………………………………….... ix DAFTAR ISI................................................................................................... xi ABSTRAK....................................................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN.............................................................................

  1 A. Latar Belakang Masalah.....................................................................

  1 B. Rumusan Masalah..............................................................................

  12 C. Pengertian Judul.................................................................................

  12 D. Kajian Pustaka..................................................................................

  13 E. Metodologi Penelitian........................................................................

  14 1. Jenis Penelitian.............................................................................

  14 2. Pendekatan Penelitian..................................................................

  14 3. Sumber Data................................................................................

  15 4. Tekhnik Pengolahan dan Analisis Data......................................

  15 F. Tujuan dan Kegunaan........................................................................

  17 BAB II TINJAUAN UMUM ATTACHMENT DAN CHILD ABUSE

  19 A. Attachment.........................................................................................

  19 B. Child Abuse.......................................................................................

  22 1. Pengertian Child Abuse...............................................................

  22 2. Bentuk-Bentuk Child Abuse.......................................................

  25 3. Sebab-Sebab Child Abuse...........................................................

  29 4. Tanda-Tanda Terjadinya Child Abuse........................................

  35 5. Cara Menanggulangi Terjadinya Child Abuse............................

  37 6. Tindak Kekerasan Dalam Perspektif Hukum Islam....................

  42 ATTACHMENT

  BAB III FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PADA KORBAN CHILD ABUSE................................................

  48 A. Faktor Internal.................................................................................

  50 B. Faktor Eksternal...............................................................................

  57 BAB IV PENERAPAN UU NO. 23 TAHUN 2002 TERHADAP CHILD

  ABUSE

  59 A. Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban Kekerasan ............

  59

  

xi

  B. Penerapan UU No. 23 Tahun 2002 Terhadap Child Abuse...........

  69 BAB V PENUTUP

  73 A. Kesimpulan.....................................................................................

  73 B. Saran ..............................................................................................

  74 DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................

  75 LAMPIRAN-LAMPIRAN

  

xii

  PEDOMAN TRANSLITERASI Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama ا Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan

  • Ba B

  ب ت Ta

  • T

  ث Sa S s (dengan titik di atas)

  • Jim J

  ج ح Ha’ H h (dengan titik di bawah)

  Kha’ خ

  • Kh - Dal D

  د ذ Zal Z z (dengan titik di atas)

  Ra R

  ر

  • ز
  • Za Z

  س

  • Sin S - Syin Sy

  ش ص Sad S s (dengan titik di bawah) ض Dad D d (dengan titik di bawah)

  Ta T t (dengan titik di bawah)

  ط ظ Za Z z (dengan titik di bawah)

  ‘ain ‘ ع

  Koma terbalik ke atas

  غ

  • Gain G

  ف

  • Fa F Qaf Q

  ق

  • ك
  • K

  ل

  • Lam L Mim M

  م

  • ن
  • N

  و

  • Wawu W Ha H
  • َ◌

  ه

  ء

  • Hamzah

  Ya’

  Y Apostrof

  ي vii

DAFTAR SINGKATAN

  ix

  Bareskrim : Badan Reserse Kriminal HAM : Hak Asasi Manusia HPK : Hukum Pidana dan Ketatanegaraan Jo. : Juncto KHA : Konvensi Hak Anak Komnas : Komisi Nasional KUHAP : Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana KUHP : Kitab Undang-undang Hukum Pidana KPAI : Komisi Perlindungan Anak Indonesia Lapas : Lembaga Pemasyarakatan LK : Laki-laki NIM : Nomor Induk Mahasiswa No. : Nomor PA : Perlindungan Anak PBB : Perserikatan Bangsa-Bangsa PN : Pengadilan Negeri POLRI : Polisi Republik Indonesia PR : Perempuan QS : Quran Surah RI : Republik Indonesia swt. : Subhanahu wa ta’ala saw. : Sallalahu Alaihi Wasallam UU : Undang-Undang UUD : Undang-Undang Dasar

  

ABSTRAK

  Nama : Andi Rezky Purwanti Nim : 10300111011 Jurusan : Hukum Pidana dan Ketatanegaraan Judul : Attachment dan Child Abuse (Analisis UU No.23 Tahun 2002

  Tentang Perlindungan Anak) Skripsi ini merupakan studi tentang Attachment dan Child Abuse. Dimana membahas tentang bagaimana pengaruh attachment pada korban child abuse yang menjelaskan permasalahan yaitu Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi

  

attachment pada korban child abuse dan Bagaimana penerapan UU No. 23 Tahun

  2002 Tentang Perlindungan Anak terhadap child abuse ? Penyelesaian masalah tersebut, menggunakan metode penelitian pustaka

  (Library Research) yang menggambarkan secara sistematis, normatif, dan akurat terhadap objek yang menjadi pokok permasalahan. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan sumber data primer yang berasal dari literatur-literatur bacaan antara lain dari kitab-kitab, buku bacaan, naskah sejarah, sumber bacaan media massa maupun sumber bacaan lainnya.

  Dari uraian proses pengkajian tersebut, maka diperoleh suatu analisa dengan kesimpulan bahwa faktor yang mempengaruhi attachment antara lain faktor internal, yang berasal dari individu itu sendiri dan ruang lingkup keluarga dan eksternal, yakni dari lingkungan dan lemahnya penegakkan hukum. Adapun penerapan UU No. 23 Tahun 2002 terhadap child abuse belum berjalan secara efektif karena kurangnya kerjasama dan koordinasi antara masyarakat dan pemerintah dan pelaksanaannya belum dijamin dengan peraturan perundang-undangan yang mantap.

  Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka diharapkan penanganan anak dilakukan secara integratif dan diselesaikan dengan berpedoman dan berdasarkan xviii hukum serta adanya usaha bersama untuk melindungi anak dalam melaksanakan hak dan kewajibannya. xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga sebagai satuan unit sosial terkecil yang merupakan lingkungan

  pendidikan yang paling utama dan pertama, dalam arti keluarga merupakan lingkungan yang paling bertanggung jawab mendidik anak-anaknya. Dimana anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat

  1

  harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Anak menjadi sorotan masyarakat Indonesia sejak 1998. Masyarakat semakin menyadari berharganya masa anak-anak ketika menyadari setiap potensi manusia terbentuk sejak masa kanak-kanak. Potensi tersebut menyeluruh baik potensi positif maupun potensi negatif. Potensi positif merupakan potensi (talenta atau karunia) anak sehingga mampu mengembangkan diri anak seoptimal mungkin dan menjadi manusia yang utuh dan mandiri. Sedangkan potensi negatif merupakan kebalikan dari potensi positif dan setiap anak memiliki potensi untuk tidak berkembang negatif pula.

  Beberapa faktor dapat menjadi penyebab keberhasilan dan kegagalan anak berkembang optimal positif, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Dari segi internal, anak memiliki minat, bakat, keterbatasan pengalaman, fisik dan kemampuan pada setiap aspek perkembangan anak. Dari segi eksternal, faktor tersebut adalah rangsangan yang diberikan orang terdekat disekitar anak, orang terdekat itu seperti orang tua, pengasuh, kakak adik, orang dewasa yang ada disekitar anak. Rangsangan tersebut dapat berupa rangsangan positif dapat pula rangsangan negatif. Peran faktor eksternal menjadi bagian penting dalam mendukung keterbatasan faktor internal pada diri anak.

  Contohnya, dalam tahap perkembangan emosional anak (Erickson) usia 0- 1 tahun, anak mulai belajar untuk percaya dan tidak percaya. Anak akan merasa nyaman dan yakin dengan lingkungannya jika pengalaman interaksinya dengan lingkungan juga memberikan kenyamanan. Namun sebaliknya, anak akan merasa tidak nyaman dan bahkan akan mulai tidak mempercayai lingkungannya jika anak memperoleh pengalaman yang tidak menyenangkan. Ini menunjukkan bahwa setiap anak dari dalam dirinya memiliki kemampuan untuk melakukan interaksi dengan orang lain (potensi positif), namun perlu didukung oleh lingkungan (ekstrinsik) yang menguatkan anak untuk memiliki kemampuan intrapersonal. Lingkungan perlu memberikan kenyamanan sehingga anak dapat berkembang dengan potensi positif. Sebaliknya anak akan berkembang negatif jika lingkungan

  2 memberikan rangsangan negatif.

  Berkaitan dengan rangsangan negatif dari faktor internal diatas, kekerasan terhadap anak termasuk didalamnya. Jika kita membicarakan tentang kekerasan mungkin yang ada dalam benak kita adalah bentuk kekerasan fisik yang dapat dilihat dengan kasat mata. Kasus Ari Anggara, merupakan salah satu bentuk kekerasan fisik yang dilakukan orang dewasa terhadap anak. Mungkin kita menyadari bahwa kasus kekerasan fisik yang paling banyak disoroti karena bentuk kekerasan ini meninggalkan barang bukti pada bagian fisik anak sehingga lebih mudah untuk melakukan tindakan hukum bagi para pelaku. Namun jika 2 kekerasan yang dilakukan dalam bentuk emosional, masih sulit untuk melakukan tindakan hukum. Padahal bentuk kekerasan yang paling permanent dan berdampak pada anak secara psikologi adalah bentuk kekerasan emosional. Kekerasan emosional adalah tingkah laku, sikap dan tindakan menelantarkan anak yang berdampak dan membahayakan kesehatan mental anak dan perkembangan sosial anak. Kekerasan emosional ini sering disebut juga sebagai kekerasan

  3 verbal, kekerasan mental, dan kekeraasan psikologikal.

  Tindak kekerasan terhadap anak-anak ternyata bisa dialami siapa saja, kapan saja, dan di mana saja. Tindak kekerasan tidak hanya menimpa anak-anak usia belasan tahun yang konon sedang nakal-nakalnya, tetapi bayi yang tak berdosa dan tak mampu berbuat apapun terkadang juga menjadi korban child

  

abuse . Tindak kekerasan anak dapat terjadi setiap waktu dan tempatnya pun tidak

  hanya di ruang umum yang terbuka seperti di jalanan atau di tempat yang sepi, melainkan kasus ini juga bisa terjadi di rumah yang sesungguhnya merupakan tempat berlindung paling aman bagi anak-anak. Jenis tindak kekerasan yang dialami anak-anak relatif bermacam-macam, mulai dari kategori ringan-dicaci maki, dibentak, ditampar, dan sejenisnya-sampai yang terkategori berat: dianiaya, diperkosa, atau bahkan dibunuh. Tindak kekerasan yang menimpa anak-anak acapkali justru dilakukan oleh orang-orang yang dikenal baik, entah itu sanak-

  4 saudara, tetangga, orang tua, guru, atau temannya sendiri.

3 Muhammad Rusydi Rasyid, Bermain dan Berfantasi Pada Anak (Makassar: Alauddin University Press, 2013), h. 1.

  4

  “Keluarga dan kekerasan” sekilas seperti sebuah paradoks. Kekerasan

  bersifat merusak, berbahaya, dan menakutkan, sementara di lain sisi, keluarga diartikan sebagai lingkungan kehidupan manusia, merasakan kasih sayang, mendapatkan pendidikan, pertumbuhan fisik dan rohani, tempat berlindung, beristirahat, yang diterima anggota keluarganya. Kerugian korban tindak kekerasan dalam keluarga, tidak saja bersifat material, tetapi juga immaterial antara lain berupa goncangan emosional dan psikologis, yang langsung atau tidak

  5 langsung akan memengaruhi kehidupannya.

  Heyman dan Slep (2002) dalam penelitiannya menyatakan bahwa

  kekerasan menjadi seperti lingkaran atau disebut cycle of violence. Hasil penelitian tersebut menunjukkan wanita dan pria yang mengalami abuse atau menyaksikan abuse yang dilakukan orang tua mereka semasa kecil akan beresiko

  6

  melakukan abuse saat dewasa terhadap anak ataupun pasangan mereka. Individu yang pernah mengalami child abuse cenderung berkembang dengan berbagai masalah serius, kerugian yang tinggi bagi diri mereka sendiri dan masyarakat, dan melakukan kekerasan pada anak-anaknya sendiri di masa dewasa. Namun,

  

Egeland & Shroufe menyatakan bahwa banyak anak-anak korban maltreatment

  dapat menunjukkan kegembiraan yang luar biasa, khususnya jika mereka mampu membentuk attachment pada seseorang yang dapat mendukungnya. Korban child abuse yang menjadi non abusing parents biasanya memiliki seseorang yang dapat

5 Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak dan Perempuan (Bandung: PT Refika Aditama, 2012), h.15.

  membantunya, menjalani terapi, dan memiliki hubungan pernikahan atau

  7 hubungan percintaan yang baik.

  Kasus tindak kekerasan dan pelanggaran terhadap hak anak, acap kali kurang memperoleh perhatian publik, karena selain data dan laporan tentang kasus child abuse memang nyaris tidak ada, juga karena kasus ini sering kali masih terbungkus oleh kebiasaan masyarakat yang meletakkan masalah ini sebagai persoalan intern keluarga, dan tidak layak atau tabu untuk diekspos keluar secara terbuka. Seperti dikatakan Harkristuti Harkrisnowo (1998), bahwa rendahnya kasus tindak kekerasan terhadap anak yang diketahui publik salah satunya disebabkan sering terjadinya penyelesaian kasus semacam ini dilakukan secara kekeluargaan dalam tingkat penyidikan.

  Studi yang dilakukan Heddy Shri Ahimsa Putra dkk.(1999) dari Pusat Studi Pariwisata UGM di 6 ibu kota provinsi di Indonesia menemukan bahwa secara garis besar terdapat tiga bentuk kekerasan yang selama ini menimpa dan dialami anak-anak: yaitu: kekerasan fisik sebanyak 160 kasus, kekerasan mental- antara lain diusir, diludahi, atau dicaci maki-sebanyak 72 kasus, dan kekerasan seksual, mulai dari sekadar dirayu, dicolek, dirangkul paksa, dioral seks, disodomi hingga diperkosa sebanyak 27 kasus. Angka temuan Heddy Shri Ahimsa Putra di atas sudah barang tentu merupakan angka minimal, karena studi tersebut memang tidak bermaksud melakukan sebuah survey, melainkan lebih merupakan sebuah

  

upaya awal untuk “pintu masuk” mengetahui persoalan ini secara lebih

  mendalam. Demikian pula berita yang diekspos media massa, tentu itu semua 7 Papalia, Diane.E, Human Development (New York: Mc Graw Hill, 2004), h. 127. hanya sebatas kasus yang terlanjur merebak keluar, daan diluar itu dapat dipastikan masih sangat banyak kasus serupa yang belum sempat terekspos karena

  8 berbagai alasan.

  Berkaitan dengan kekerasan terhadap anak atau sering disebut dengan

  

child abuse , peraturan perundang-undangan yang dapat diterapkan disamping

  KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana), juga ada Undang-Undang No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dikatakan bahwa anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Adapun Undang-Undang yang mengatur tentang kesejahteraan anak yakni Undang-Undang No. 4 tahun 1979 dalam pasal 1 ayat (2), dinyatakan bahwa: Batas umur 21 tahun ditetapkan oleh karena berdasarkan pertimbangan kepentingan usaha kesejahteraan sosial, kematangan pribadi, dan

  9

  kematangan mental seorang anak dicapai pada umur tersebut. Yang dimaksud dengan kesejahteraan anak dalam Undang-Undang No. 4 tahun 1979 yakni: Kesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar, baik secara rohani, jasmani maupun sosial. Undang-Undang tentang Hak Asasi Manusia ini adalah merupakan payung dari seluruh peraturan perundang-undangan tentang hak asasi manusia. Oleh karena itu pelanggaran baik langsung maupun tidak langsung atas hak asasi manusia dikenakan sanksi pidana, perdata, dan atau administratif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Melihat perangkat hukum ini, 8 9 Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak, h. 23.

  yang mengatur bahwa terhadap pelaku tindak kekerasan terhadap anak terdapat sanksi yang berat, sehingga pelaku jera dan orang lain tidak melakukan perbuatan

  10

  yang sama. Selain itu, dengan terjadinya kekerasan terhadap anak itu menunjukkan adanya pelanggaran hak asasi manusia yang diatur dalam UU No.

  39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, sedangkan dalam al-Quran Allah berfirman dalam Surah at-Tahrim [66] ayat 6 :

  

           

           

  Artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat- malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

  Dalam ayat ini teranglah, bahwa tiap-tiap orang Islam, wajib memelihara dirinya dari api neraka, begitu juga keluarganya (anak-anaknya dan isterinya).

  Oleh sebab itu wajib tiap-tiap bapak mendidik anaknya, supaya beriman teguh, beramal saleh dan berakhlak mulia. Kalau mereka tidak sanggup mendidiknya dengan didikan dan ajaran Islam, wajib menyerahkannya kepada guru. Sedang pendidikan rumah tangga tetap terpikul dipundak ibu bapak, meskipun anaknya telah diserahkan ke sekolah pada guru agama.

  Kalau ibu-bapak tidak menyelenggarakan pendidikan anaknya menurut mestinya, lalu anak itu berbuat dosa, maka ibu-bapaknya turut bertanggunga jawab dihadapan Allah atas kesalahan anaknya itu. Sebab itu kata orang: dosa anak dosa bapak. Tapi kalau ibu bapak telah melaksanakan pendidikan itu, tapi anak itu membandel juga, dan berbuat dosa, maka ibu-bapak telah lepas dari tanggungjawabnya.

  Sebaliknya kalau ibu-bapak telah mendidik anaknya, sehingga ia menjadi anak yang saleh, maka ibu-bapaknya mendapat pahala juga dari amalan anaknya,

  11

  meskipun ia telah hancur dimakan tanah. Intinya, anak merupakan bagian dari amanah Allah, di mana kalangan orang tua tidak dibenarkan melalaikannya, apalagi lari dari memikul amanah besar tersebut.

  Child abuse adalah tindakan melukai yang berulang-ulang, baik secara

  fisik maupun emosional kepada anak yang seharusnya dilindungi dan tergantung, melalui desakan hasrat, hukuman badan yang tak terkendali, degradasi, dan cemoohan yang permanen, atau kekerasan seksual, dimana hal ini biasanya dilakukan para orang tua atau pihak lain yang seharusnya merawat dan melindungi anak-anak itu. Terry E.Lawson mengatakan bahwa kekerasan anak (child abuse), mulai dari pengabaian sampai pada pemerkosaan dan pembunuhan, yang dapat diklasifikasikan atas : 1. Emosional abuse (kekerasan emosional); 2.

  12 Physical abuse (kekerasan fisik); 3. Sexsual abuse (kekerasan seksual).

  Child abuse memiliki dampak fisik, kognitif, emosional, dan sosial pada anak. Dubowitz menyatakan bahwa neglected children tidak tumbuh dengan baik

  13

  dan sering memiliki masalah kesehatan. Cichetti dan Toth mengemukakan 11 12 Mahmud Yunus, Tafsir Quran Karim (Jakarta: PT Hidakarya Agung, 2004), h. 839.

  

Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak dan Perempuan, h. 83. bahwa jika anak korban kekerasan tidak meninggal, mereka akan menderita disfungsi otak, kerusakan neuromotor, kerusakan fisik, terhambat terhadap pertumbuhan, dan retardasi mental. Kekerasan dapat menurunkan perkembangan intelektual dan menyebabkan masalah psikososial. Pada anak yang telah bersekolah, tidak hanya menunjukkan masalah dalam hubungan antara teman sebaya, guru, dan pengasuh, namun juga masalah akademik dan self esteem

  14 rendah, menunjukkan masalah perilaku, dan menjadi depresi serta menyendiri.

  Selain itu, anak tak jarang mengalami tekanan psikologi seperti takut, stres, bahkan trauma yang akan hingga individu menjadi dewasa.

  Dutton menemukan bahwa mengalami physical abuse dan neglected dari orang tua selama masa kanak-kanak memprediksikan simptom-simptom trauma kronis pada pelaku saat dewasa. Anak-anak dapat menderita Post Traumatic

  

Stress Disorder karena seringkali menyaksikan kekerasan dalam rumah tangga

  15 ataupun mengalami penyiksaan fisik.

  Pengalaman traumatis seperti child abuse dapat menjadikan individu mengalami suatu situasi yang tidak menyenangkan dalam hubungan dengan orang tuanya. Pervin, Cervone, dan John (2005) menyatakan bahwa pengalaman individu di awal kehidupan berdampak pada perkembangan kepribadian individu di masa yang akan datang. Menurut Bowlby, perkembangan seorang bayi berangkat melalui rangkaian fase dalam perkembangan attachment terhadap pengasuh utama (umumnya ibu) dan penggunaan attachment sebagai suatu 14 15 Hetherington, Parke, Child Psychology (New York: Mc Graw-Hill, 1999), h. 87.

  

“secure base” terhadap penyatuan dan pemisahan. Menurut Ainsworth hubungan

  attachment berkembang melalui pengalaman anak dengan pengasuh ditahun-tahun awal kehidupannya. Intinya adalah kepekaan ibu dalam memberikan respon atas sinyal yang diberikan anak, sesegera mungkin atau menunda, respon yang

  16 diberikan tepat atau tidak.

  Attachment adalah suatu hubungan emosional atau hubungan yang bersifat afektif antara satu individu dengan individu lainnya yang mempunyai arti

  17

  khusus. Hubungan yang dibina akan bertahan cukup lama dan memberikan rasa aman walaupun figur attachment tidak tampak dalam pandangan anak. Sebagian besar anak telah membentuk attachment dengan pengasuh utama (primary care

  

giver ) pada usia sekitar delapan bulan dengan proporsi 50% pada ibu, 33% pada

  ayah, dan sisanya pada orang lain. Attachment bukanlah ikatan yang terjadi secara alamiah. Ada serangkaian proses yang harus dilalui untuk membentuk attachment

  18 tersebut.

  Anak yang merasa yakin terhadap penerimaan lingkungan akan mengembangkan attachment yang aman dengan figur lekatnya (secure

  

attachment ) dan mengembangkan rasa percaya tidak saja pada ibu, namun juga

  pada lingkungan. Hal ini akan membawa pengaruh positif dalam proses perkembangannya. Beberapa penelitian membuktikan bahwa anak yang memiliki

  

secure attachment (figur lekat) akan menunjukkan kompetensi sosial yang baik

16 th Pervin, L.A, Cervone D, John,O.P, Personality Theory and Research 9 edition (United States of America: John Wiley & Sons, 2005), h. 215. 17 Mc.Cartney,K & Dearing,E, Child Development (USA: Millan Refference, 2002), h.

  286. 18 pada masa kanak-kanak dalam serta lebih populer di kalangan teman sebayanya di prasekolah. Anak-anak ini juga lebih mampu membina hubungan persahabatan

  19 yang intens, interaksi yang harmonis, lebih responsif dan tidak mendominasi.

  Sementara itu, Grosman menemukan bahwa anak dengan kualitas secure

attachment lebih mampu menangani tugas yang sulit dan tidak cepat berputus asa.

  Sebaliknya, pengasuh yang tidak menyenangkan akan membuat anak tidak percaya dan mengembangkan attachment yang tidak aman (insecure

  20 attachment ).

  Shroufe mengatakan bahwa attachment yang tidak aman dapat membuat

  anak mengalami berbagai permasalahan yang disebut dengan gangguan kelekatan (attachment disorder). Attachment disorder terjadi karena anak gagal membentuk

  

attachment yang aman dengan figur lekatnya. Hal ini akan membuat anak

  mengalami masalah dalam hubungan sosial. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak yang mengalami gangguan kelekatan memiliki orang tua yang juga mengalami masalah yang sama dimasa kecilnya. Hal ini menjadi sebuah lingkaran

  21 yang tidak akan terputus bila tidak dilakukan perubahan.

  Tidak hanya berpengaruh terhadap hubungan antara anak dengan orang tua, tetapi juga akan berpengaruh terhadap hubungan percintaan individu pada masa dewasa. Cara individu menjalani hubungan romantisnya sangat berkaitan erat dengan pengalaman masa kecilnya dengan orang tuanya. Dimana peran unsur 19 20 Lafraniere, Emotional Development (New York: Mc Graw-Hill, 2002), h. 112. 21 Sutcliffe, J, Baby Bonding, Membentuk Ikatan Batin dengan Bayi, h.57.

  Cicchetty,D & Linch,M, Failure in Expectable Environment and Their Impact on bawaan dalam perkembangan konsep diri ditentukan oleh cara anak

  22 menginterpretasikan perlakuan orang lain terhadapnya.

  Pengalaman child abuse yang pernah dialami oleh individu dapat mempengaruhi kualitas attachment yang terbentuk sehingga berdampak pada kualitas pola hubungan individu dengan orang lain di masa mendatang. Hal ini menjadi ketertarikan dasar peneliti untuk melihat bagaimana pengaruh attachment pada korban child abuse.

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang disebutkan sebelumnya maka pokok permasalahan dari karya tulis ini yaitu Bagaimana pengaruh attachment terhadap korban Child Abuse. Dari pokok masalah tersebut diperoleh sub permasalahan antara lain sebagai berikut:

  1. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi attachment pada korban child

  abuse ?

  2. Bagaimana penerapan UU No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak terhadap child abuse ?

  C. Pengertian Judul

  Agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam mendefinisikan dan memahami penelitian ini, maka penulis akan mendeskripksikan pengertian judul yang dianggap penting.

  a) Attachment

  Ainsworth mengatakan bahwa attachment adalah ikatan emosional yang

  dibentuk seorang individu dengan orang lain yang bersifat spesifik, mengikat

  23 mereka dalam suatu kedekatan yang bersifat kekal sepanjang waktu.

  b) Child Abuse

  Papalia menyatakan bahwa child maltreatment atau lebih dikenal dengan child abuse merupakan tindakan yang disengaja dan membahayakan anak

  24 baik dilakukan oleh orang tua atau orang lain.

D. Kajian Pustaka

  Masalah yang akan dikaji dalam skripsi ini yaitu pengaruh attachment pada korban child abuse di masa dewasa dalam UU No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan UU No.22 Tahun 2004 tentang Pencegahan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Agar pembahasan tersebut lebih fokus terhadap pokok kajian maka dilengkapi dengan beberapa literatur yang berkaitan dengan pembahasan yang dimaksud diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Bagong Suyanto dalam bukunya Masalah Sosial Anak tentang kehidupan

  sosial anak. Dimana buku ini membahas tentang bentuk-bentuk kekerasan terhadap anak, bentuk-bentuk pelanggaran hak asasi terhadap anak seperti tindak pidana perdagangan anak (trafficking), child abuse, phedofilia dan bentuk kekerasan lainnya serta menjelaskan secara rinci dampak dan pola terjadinya tindak kekerasan terhadap anak. Namun buku tersebut tidak membahas tentang perkembangan anak yang mengalami tindak kekerasan tersebut dan attachment pada korban child abuse. 23 Hetherington, Parke, Child Psychology, h. 93.

  

2. Prof. Dr. Maidin Gultom, SH, M.Hum dalam bukunya Perlindungan Hukum

terhadap Anak dan Perempuan. Buku ini membahas tentang kesetaraan

  gender, hak identitas anak, dan perlindungan hukum terhadap tindak pidana yang terjadi khususnya pada anak dan perempuan, serta kedudukan peradilan anak dalam sistem peradilan Indonesia. Akan tetapi, buku tersebut tidak terdapat penjelasan tentang attachment.

  3. Muhammad Rusydi Rasyid dalam bukunya Bermain dan Berfantasi pada

  Anak . Dalam buku ini membahas tentang suatu pendekatan psikologi

  perkembangan anak seperti perkembangan kepribadian dan peran bermain dan fantasi terhadap anak dalam perspektif pendidikan islam. Namun, buku ini tidak menjelaskan secara rinci tentang bagaimana penerapan UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak terhadap child abuse.

E. Metodologi Penelitian

  Penelitian merupakan penyaluran hasrat ingin tahu manusia dalam taraf keilmuan. Metodologi penelitian adalah sekumpulan peraturan, kegiatan, dan prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu. Metodologi juga merupakan analisis teoritis mengenai suatu cara atau metode. Penelitian merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.

1. Jenis Penelitian

  Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penenlitian ini adalah penelitian kepustakaan yang disebut pula dengan istilah Library Research yang menggambarkan secara sistematis, normatif, dan akurat terhadap objek yang menjadi pokok permasalahan.

  2. Pendekatan Penelitian

  Pendekatan yang digunakan penulis dalam penelitian ini adala psikologis yaitu pendekatan yang meninjau dari aspek psikologis baik pelaku maupun korban kekerasan. Pendekatan lain yang digunakan yaitu yuridis normatif, meninjau dari aspek hukum baik dari undang-undang maupun peraturan-peraturan lainnya.

  3. Sumber Data

  Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber data primer yang berasal dari literatur-literatur bacaan antara lain dari kitab-kitab, buku bacaan, naskah sejarah, sumber bacaan media massa maupun sumber bacaan lainnya. Dalam pengumpulan dari sumber bacaan digunakan dua metode kutipan sebagai berikut:

  1) Kutipan Langsung Penulis langsung mengutip pendapat atau tulisan orang lain secara langsung sesuai dengan aslinya, tanpa sedikitpun merubah susunan redaksinya. Mengutip secara langsung dapat diartikan mengutip pendapat dari sumber aslinya (lengkapi).

  2) Kutipan tidak langsung Kutipan tidak langsung merupakan kutipan tidak menurut kata-kata, tetapi menurut pokok pikiran atau semangatnya, dan dinyatakan dalam kata-kata dan bahasa sendiri. Penulisan kutipan tidak langsung panjang dan pendek juga akan dibedakan untuk kepentingan kejelasan.

4. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

  a. Pengolahan Data Pengolahan data dapat diartikan sebagai rangkaian proses mengelola data yang diperoleh kemudian diartikan dan diinterpretasikan sesuai dengan tujuan, rancangan, dan sifat penelitian. Metode pengolahan data dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:

  1) Identifikasi data adalah pengenalan dan pengelompokan data sesuai dengan judul skripsi yang memiliki hubungan yang relevan. Data yang diambil adalah data yang berhubungan dengan data korban child abuse. 2) Reduksi data adalah kegiatan memilih dan memilah data yang relevan dengan pembahasan agar pembuatan dan penulisan skripsi menjadi efektif dan mudah untuk dipahami oleh para pembaca serta tidak berputar-putar dalam membahas suatu masalah.

  3) Editing data yaitu proses pemeriksaan data hasil penelitian yang bertujuan untuk mengetahui relevansi (hubungan) dan keabsahan data yang akan dideskripsikan dalam menemukan jawaban pokok permasalahan. Hal ini dilakukan dengan tujuan mendapatkan data yang berkualitas dan faktual sesuai dengan literatur yang didapatkan dari sumber bacaan.

  b. Analisis Data Teknik analisis data bertujuan untuk menguraikan dan memecahkan masalah berdasarkan data yang diperoleh. Analisis yang digunakan yaitu analisis data kualitatif. Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kembali dengan data-data yang berasal dari literatur bacaan.

F. Tujuan Dan Kegunaan

  1. Tujuan

  Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 (dua) yaitu tujuan umum dan tujuan khusus yang diklasifikasikan sebagai berikut: a) Tujuan umum yaitu:

  Untuk mengetahui bagaimana pengaruh attachment pada korban child abuse .

  b) Tujuan khusus antara lain sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi attachment pada korban chld abuse.

  2. Untuk mengetahui penerapan UU No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak terhadap child abuse.

  2. Kegunaan

  a. Secara penulisan Pembahasan terhadap permasalahan yang telah dirumuskan dalam penelitian ini akan memberikan informasi dan gambaran tentang tindak pidana kekerasan terhadap anak (child abuse) dan bagaimana pengaruh attachment atau kelekatan emosionalnya pada korban child abuse ketika beranjak dewasa serta sebab akibat terhadap anak yang menjadi korban kekerasan. Selain itu, penulisan ini bermanfaat sebagai kontribusi pemikiran dan pandangan yang baru mengenai hukum pidana di Indonesia terutama bagi kalangan akademisi di Perguruan Tinggi.

  b. Secara praktis Pembahasan terhadap permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pembaca

  (masyarakat) dan diharapkan memiliki manfaat bagi pemerintah untuk lebih meningkatkan kepedulian terhadap korban child abuse yaitu anak dan juga kepada pelaku-pelaku yang melakukan kekerasan (child abuse) dalam hal pemidanaan dan rehabilitasi baik pelaku maupun korban sehingga hal ini mampu mendukung dan memberantas tindak pidana kekerasan anak.

BAB II ATTACHMENT DAN CHILD ABUSE A. Attachment Istilah attachment atau kelekatan untuk pertama kalinya dikemukakan oleh

  seorang psikolog dari Inggris pada tahun 1958 bernama John Bowlby. Kemudian formulasi yang lebih lengkap dikemukakan oleh Mary Ainsworth pada tahun 1969. Attachment merupakan suatu ikatan emosional yang kuat yang dikembangkan anak melalui interaksinya dengan orang yang mempunyai arti

  1 khusus dalam kehidupannya, biasanya orang tua.

  Bowlby menyatakan bahwa hubungan ini akan bertahan cukup lama dalam

  2

  rentan kehidupan manusia. Bowlby meyakini bahwa kelekatan memberikan

  

“keterhubungan psikologis yang abadi di antara sesama manusia” (Bowlby, 1969:

  194). Ia juga meyakini bahwa ikatan-ikatan paling awal yang terbentuk antara anak-anak dengan orang-orang yang mengasuh mereka berdampak pada

  3

  pembentukan hubungan yang berlanjut sepanjang hidup. Pengertian ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Ainsworth mengenai attachment. Ainsworth mengatakan bahwa attachment adalah ikatan emosional yang dibentuk seorang individu dengan orang lain yang bersifat spesifik, mengikat mereka dalam suatu kedekatan yang bersifat kekal sepanjang waktu. Ainsworth menjelaskan bahwa 1 Mc.Cartney,K & Dearing,E, Child Development (USA: Millan Refference, 2002), h.

  286. 2 Haditono, dkk, Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagiannya

  hubungan attachment pada ibu sebagai salah satu hal penting dalam pembentukan hubungan dengan orang lain sepanjang kehidupan. Ia menyebutkan hal ini sebagai

  

affectional bonds. Affectional bonds yaitu ikatan yang secara relatif kekal

  dimana pasangan merupakan individu yang unik dan tidak dapat tergantikan oleh orang lain. Hubungan ini ditandai dengan adanya kebutuhan untuk mempertahankan kedekatan, distress yang tidak dapat dipahami saat perpisahan, senang atau gembira saat bertemu, dan sedih saat kehilangan. Ikatan ibu-anak, ayah-anak, pasangan seksual, dan hubungan saudara kandung dan teman dekat

  4 adalah contoh affectional bonds.

  Attachment atau kelekatan diyakini merupakan mekanisme evolusioner

Dokumen yang terkait

ANALISIS YURIDIS TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ANAK MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK (Putusan Pengadilan Negeri Depok No.242/Pid.Sus/2012/PN. Dpk)

0 10 10

ANALISIS YURIDIS TINDAK PIDANAPERDAGANGAN ANAK MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK (Putusan Pengadilan Negeri DepokNomor: 242/Pid.Sus/2012/PN. Dpk)

0 5 16

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN TINDAK PIDANA KEKERASAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK (Studi Pada Pengadilan Negeri Kelas 1A Tanjung Karang)

1 11 52

ANALISIS IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN ANAK NOMOR 23 TAHUN 2002 PASAL 64 AYAT 2 HURUF G TENTANG PUBLIKASI MEDIA MASSA TERHADAP ANAK PELAKU TINDAK PIDANA

1 23 57

STUDI KOMPARASI KEBIJAKAN FORMULASI SANKSI DALAM UU NO. 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN UU NO. 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN ANAK

1 23 62

SIKAP REMAJA TERHADAP KETENTUAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DI KELAS X SMK KARTIKATAMA I METRO SELATAN KOTA METRO

0 11 90

PENAFSIRAN SISTEMATIS TERHADAP KONSEP “SETIAP ANAK” BERHAK UNTUK MENGETAHUI ORANG TUANYA DALAM PASAL 1 AYAT (1) UNDANG UNDANG NO. 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

0 0 8

PENERAPAN HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTERI BEDA AGAMA DALAM PENGASUHAN ANAK MENURUT HUKUM ISLAM DAN UU No. 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DI DESA KUTOWINANGUN KEC. TINGKIR - Test Repository

0 0 121

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK KORBAN KEKERASAN SEKSUAL DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

0 2 122

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI ANAK KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK (STUDI KASUS PUTUSAN PN Nomor : 2673/Pid.B/2010/PN.SBY)

0 0 49