melakukan perubahan strategi dari low marginhigh turn over menjadi high margin low turn over.
- Error II : Kesalahan karena salah dalam mengindikasikan sinyal adanya
manajemen laba apabila perusahaan melakukan earnings management up dengan menunda biaya iklan atau biaya
penelitian dan pengembangan. Hal ini menyebabkan kenaikan PM dikarenakan operating income lebih besar namun ATO
tidak akan berdampak karena tidak masuk dalam akrual di neraca. Model akrual pun tidak dapat mengidentifikasi
manajemen laba dengan cara tersebut.
2.6. Leverage
Rasio leverage menunjukkan risiko yang dihadapi perusahaan. Semakin besar risiko yang dihadapi oleh perusahaan maka ketidakpastian untuk
menghasilkan laba di masa depan juga akan makin meningkat. Foster 1986 dalam Tarjo 2008 mengungkapkan bahwa terdapat hubungan antara rasio
leverage dengan return perusahaan. Artinya utang dapat digunakan untuk memprediksi keuntungan yang kemungkinan bisa diperoleh bagi investor jika
berinvestasi pada suatu perusahaan. Jensen and Meckling 1976 dalam Tarjo 2008 berargumen tentang
moral hazard untuk menjelaskan agency cost of debt, bahwa level utang tinggi akan menyebabkan perusahaan untuk memilih pada proyek-proyek investasi
berisiko secara berlebihan. Masalah kerugian juga dapat memberikan kontribusi
atas kebijakan pendanaan melalui utang. Myers and Majluf 1984 menyatakan bahwa jika manajer-manajer mempunyai informasi privat mengenai proyek-
proyek investasinya, mereka berharap memperoleh pendanaan dari pihak luar untuk mengganti investor atas kemungkinan menemukan perusahaan yang
kinerjanya buruk pada proyek-proyek yang mempunyai net present value negatif. Leverage yang digunakan dalam penelitian ini adalah debt ratio. Debt
ratio menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan aset yang dibelanjai oleh utang Munawir, 2008. Ukuran ini berhubungan dengan keberadaan dan ketat tidaknya
suatu persetujuan utang. Perusahaan yang mempunyai rasio leverage tinggi akibat besarnya jumlah utang dibandingkan dengan aset yang dimiliki perusahaan,
diduga melakukan manajemen laba karena perusahaan terancam default yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran utang pada waktunya. Perusahaan
akan berusaha menghindarinya dengan membuat kebijaksanaan yang dapat meningkatkan pendapatan maupun laba. Dengan demikian akan memberikan
posisi bargaining yang relatif lebih baik dalam negosiasi atau penjadwalan ulang utang perusahaan Jiambalvo 1996 dalam Widyaningdyah, 2001.
2.7. Ukuran Perusahaan
Saiful dan Erliana 2010 dalam Syahtiadi dan Medyawati 2012 menyatakan bahwa ukuran perusahaan adalah besar atau kecilnya ukuran sebuah
perusahaan yang dapat dinyatakan dalam total aset, penjualan, atau kapitalisasi pasar. Ketika total aset, penjualan, dan kapitalisasi pasar semakin membesar,
maka semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut.
Perusahaan besar memiliki risiko yang lebih rendah daripada perusahaan kecil. Hal ini dikarenakan perusahaan besar memiliki kontrol yang lebih baik
terhadap kondisi pasar, sehingga mereka mampu menghadapi persaingan ekonomi. Selain itu perusahaan-perusahaan besar mempunyai lebih banyak
sumberdaya untuk meningkatkan nilai perusahaan karena memiliki akses yang lebih baik terhadap sumber-sumber informasi eksternal dibandingkan dengan
perusahaan kecil Yunita, 2011 dalam Prasetyorini, 2013. Selain itu ukuran perusahaan turut menentukan tingkat kepercayaan
investor. Semakin besar perusahaan, maka semakin dikenal oleh masyarakat yang artinya semakin mudah untuk mendapatkan informasi yang akan meningkatkan
nilai perusahaan. Bahkan perusahaan besar yang memiliki total aset dengan nilai aset yang cukup besar dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya pada
perusahaan tersebut Prasetyorini, 2013.
2.8. Profitabilitas