Perlengkapan Surat Kendaraan Bermotor

II.2. Perlengkapan Surat Kendaraan Bermotor

Negara Indonesia sudah memiliki undang-undang Lalu lintas dan Angkutan Jalan yang pertama kali yaitu melalui Undang-undang No. 3 Tahun 1965 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya. Dengan diundangkannya undang-undang tersebut maka setiap kendaraan bermotor memiliki kewajiban untuk memiliki surat-surat kelengkapan berupa Surat Tanda Nomor Kendaraan STNK dan Buku Pemilik Kendaraan Bermotor BPKB. Tujuan dari pemberian surat-surat kelengkapan ini, selain untuk menciptakan tertib administrasi juga bertujuan untuk memberikan alat bukti yang sah atas kepemilikan kendaraan bermotor. Kata kendaraan bermotor, berarti sesuatu yang digunakan untuk dikendarai atau dinaiki yang memakai mesin motor untuk menjalankannya. 14 Sedangkan menurut Undang-undang No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya, pengertian kendaraan dapat ditemukan dalam Pasal 1 angka 6 yaitu, satu alat yang dapat bergerak di jalan terdiri dari kendaraan bermotor dan tidak bermotor. Lebih lanjut diterangkan dalam Pasal 1 angka 7 bahwa Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan itu. Dari pengertian tersebut maka kendaraan mobil dan motor antik merupakan bagian dari kendaraan bermotor disamping kendaraan bermotor lainnya misal, becak bermotor, bemo, bajaj dan lain sebagainya. 14 Kamus Besar Bahasa Indonesia, op.cit, hlm. 224. Dalam Undang-undang No. 14 Tahun 1992 mewajibkan terhadap setiap kendaraan bermotor yang berada di jalan untuk didaftarkan. Kewajiban ini tercantum dalam Pasal 14 ayat 1, yang berbunyi bahwa setiap kendaraan bermotor yang dioperasikan di jalan wajib didaftarkan. Serta dalam Pasal 14 ayat 2 disebutkan bahwa, Sebagai tanda bukti pendaftaran diberikan bukti pendaftaran kendaraan bermotor. Pekerjaan pendaftaran ini, berfungsi sebagai bukti pemilikan kendaraan bermotor. selain diberikan bukti pemilikan kendaraan bermotor berupa Buku Pemilik Kendaraan Bermotor BPKB, selain itu juga diberikan Surat Tanda Nomor Kendaraan STNK dan tanda nomor bagi kendaraan bermotor. Pemenuhan syarat kelengkapan surat-surat kendaraan bermotor sangat penting bagi pemiliknya. Penyidik dalam hal ini polisi, dapat melakukan penyitaan terhadap kendaraan bermotor tersebut. Hal ini akan sangat merugikan bagi pemilik kendaraan bermotor. Penyidik berwenang melakukan penyitaan kendaraan bermotor apabila memenuhi ketentuan dalam Pasal 52 huruf d Undang-undang No. 14 Tahun 1992, yang berbunyi : “Penyidikan terhadap pelanggaran di bidang lalu lintas dan angkutan jalan, tidak disertai dengan penyitaan kendaraan bermotor danatau surat tanda nomor kendaraan bermotor, kecuali dalam hal : a. kendaraan bermotor diduga berasal dari hasil tindak pidana atau digunakan untuk melakukan tidnak pidana. b. Pelanggaran lalu lintas tersebut mengakibatkan meninggalnya orang. c. Pengemudi tidak dapat menunjukkan tanda bukti lulus uji kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat 3. d. Pengemudi tidak dapat menunjukkan surat tanda nomor kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat 2. e. Pengemudi tidak dapat menunjukkan surat izin mengemudi sebagamana yang dimaksud dalam Pasal 18 ayat 1”. Ketentuan ini sudah berusaha untuk menghindarkan kerugian yang luas dari pihak pemilik kendaraan bermotor serta mengurangi beban administrasi, pemeliharaan dan pengamanan bagi kendaraan bermotor yang disita oleh pihak penyidik. Selain itu, langkah ini juga menghindarkan kewajiban penyediaaan ruang atau halaman untuk menyimpan kendaraan bermotor tersebut. Tetapi usaha untuk mengurangi kerugian yang lebih luas ini, tidak dapat mengesampingkan keselamatan masyarakat dan keamanan lalu lintas. Sifat dari penyitaan ini adalah sementara sampai dapat menunjukkan bukti yang diperlukan dan dilakukan secara wajar. Pemilik kendaraan bermotor yang tidak memiliki surat kelengkapan kendaraan bermotor tidak hanya menanggung beban penyitaan kendaraan bermotor saja, tetapi bisa dikenai dengan pemidanaan. Seperti ketentuan dalam Pasal 57 ayat 1 Undang-undang No. 14 Tahun 1992, yaitu : “Barangsiapa mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang tidak didaftarkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat 1 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 enam bulan atau denda setinggi- tingginya Rp. 6.000.000,- enam juta rupiah”. Serta Pasal 57 ayat 2 Undang-undang No. 14 Tahun 1992, yaitu : “Barangsiapa mengemudikan kendaraan bermotor tanpa dilengkapi dengan surat tanda nomor kendaraan bermotor, atau tanda nomor kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat 2 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 dua bualan atau denda setinggi-tingginya Rp. 2.000.000,- dua juta rupiah”. Penerapan sangsi-sangsi tersebut diatas tentu sangat merugikan bagi pemilik kendaraan bermotor mobil dan motor antik, karena tidak dapat memiliki surat- surat kendaraan bermotor yang bukan karena kesengajaan atau kelalaian dari pemilik kendaraan bermotor mobil dan motor antik, tetapi karena setiap pendaftaran kendaraan bermotor mobil dan motor antik yang dilakukan akan ditolak karena tidak memenuhi salah satu syarat pendaftaran kendaraan bermotor yaitu faktur. Menurut nara sumber Drs. Joko Prakoso dari Dinas Pendapatan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, bahwa faktur adalah sebagai tanda bukti pembelian dari agen tunggal atau produsen kendaraan bermotor yang menerangkan kode produksi, harga, jumlah dan asal kendaraan bermotor tersebut. Di dalam pemberian nomor kendaraan bermotor ini, memiliki arti yang lebih luas dari pada pendaftaran kendaraan bermotor atau pemungutan pajak kendaraan bermotor, karena dengan penomoran kendaraan bermotor merupakan pengakuan hak dari pemilik kendaraan bermotor serta pemberian perlindungan hukum kepadanya bahwa kendaraan bermotor tersebut benar-benar miliknya dan pengakuan atas hak-hak yang ada sebagai pemilik. Melihat adanya keharusan dari setiap kendaraan bermotor untuk memiliki nomor kendaraan dan bagi pemiliknya memiliki Surat Tanda Nomor Kendaraan STNK beserta Buku Pemilik Kendaraan Bermotor BPKB maka, para pemilik kendaraan bermotor yang tidak memiliki surat-surat kelengkapan tersebut tidak terlindungi haknya. Dapat diartikan bahwa akan terjadi pelanggaran apabila pemilik kendaraan bermotor tersebut mengoperasikannya di jalan umum.

II.3. Pengertian Kendaraan Bermotor Mobil dan Motor Antik

Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridis Keberadaan Kendaraan Bermotor (Mobil) Pribadi Berplat Hitam Sebagai Angkutan Umum Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan (Studi Pada Ditlantas Poldasu Dan Dishub Provinsi Sumatera Utara)

11 120 91

Perlindungan Konsumen Dalam Perjanjian Financial Leasing Kendaraan Bermotor

2 66 5

ANALISIS PENGHAPUSAN PEMUNGUTAN PAJAK PROGRESIF KENDARAAN BERMOTOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI PROVINSI LAMPUNG

1 4 50

PELAKSANAAN PENERBITAN PLAT NOMOR KENDARAAN PILIHAN BAGI WAJIB PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI PROVINSI LAMPUNG

0 11 61

ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH.

4 21 12

PENDAHULUAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMILIK KENDARAAN BERMOTOR MOBIL DAN MOTOR ANTIK DAN IMPLIKASINYA TERHADAP UPAYA MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH.

0 3 13

PENUTUP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMILIK KENDARAAN BERMOTOR MOBIL DAN MOTOR ANTIK DAN IMPLIKASINYA TERHADAP UPAYA MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH.

0 2 6

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI WAJIB PAJAK TERHADAP PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR DI UNIT PELAYANAN PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI.

0 0 14

Pengaruh Pajak Kendaraan Bermotor terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Cimahi.

1 1 15

ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK KENDARAAN BERMOTOR PAJAK BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR DAN PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN

0 1 12