Tinjauan Yuridis Keberadaan Kendaraan Bermotor (Mobil) Pribadi Berplat Hitam Sebagai Angkutan Umum Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan (Studi Pada Ditlantas Poldasu Dan Dishub Provinsi Sumatera Utara)

(1)

(MOBIL) PRIBADI BERPLAT HITAM SEBAGAI ANGKUTAN UMUM MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG

LALU LINTAS ANGKUTAN JALAN

(STUDI PADA DITLANTAS POLDASU DAN DISHUB PROVINSI SUMATERAUTARA)

SKRIPSI

Disusun untuk melengkapi tugas akhir dan diajukan sebagai persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara Oleh :

DOLLI PRATAMA NAINGGOLAN NIM. 080200343

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN PERDATA DAGANG

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

TINJAUAN YURIDIS KEBERADAAN KENDARAAN BERMOTOR (MOBIL) PRIBADI BERPLAT HITAM SEBAGAI ANGKUTAN UMUM MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU

LINTAS ANGKUTAN JALAN

(Studi Pada Ditlantas Poldasu Dan Dishub Provinsi Sumatera Utara)

SKRIPSI

Disusun untuk melengkapi tugas akhir dan diajukan sebagai persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara Oleh :

NIM. 080200343

DOLLI PRATAMA NAINGGOLAN

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN PERDATA DAGANG

Diketahui Oleh :

KETUA DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

NIP. 16603003 198508 1 001 Dr. H. HASIM PURBA, S.H.,M.HUM

DOSEN PEMBIMBING I DOSEN PEMBIMBING II

Dr. H. HASIM PURBA, S.H.,M.HUM

NIP. 16603003 198508 1 001 NIP. 19700519 200212 2 002 AFLAH, S.H.,M.HUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

i

Puji syukur saya panjatkan kepada TUHAN YANG MAHA ESA karena atas kasih karunianya maka saya sebagai penulis berkesempatan untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini guna mencapai gelar Sarjana Hukum. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk melengkapi tugas-tugas serta memenuhi syarat dalam menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Skripsi yang penulis selesaikan ini berjudul : Tinjauan Yuridis Keberadaan

Kendaraan Bermotor (Mobil) Pribadi Plat Hitam Sebagai Angkutan Umum Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan (Studi Pada DISHUB PROVINSI SUMATERA UTARA DAN DITLANTAS POLDASU).

Dalam penulisan skripsi ini diakui mengalami beberapa hambatan, namun dengan bimbingan dan arahan yang diberikan oleh Dosen Pembimbing dan juga Pihak lainnya maka skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, dikarenakan keterbatasan penulis baik dari segi pengetahuan,waktu,riset,dan kendala-kendala lainnnya. Penulis berusaha untuk menyelesaikan skripsi dengan bobot penulisan yang bersifat mampu merangkum keseluruhan isu yang dbahas oleh penulis. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan, khususnya dilingkungan Fakultas Hukum.

Sejak masa perkuliahan hingga selesai nya penulisan skripsi ini tentunya tidak lepas dari dukungan, dorongan, serta bantuan dari berbagai pihak, dengan kesempatan ini penulis ingin mengucapkan trimakasih kepada :


(4)

ii

1. Bapak Prof.Dr. Runtung Sitepu, S.H.,M.Hum, Sebagai dekan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara;

2. Bapak Prof.Dr. Budiman Ginting, S.H.,M.Hum, sebagai pembantu dekan I

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

3. Bapak Syafruddin Hasibuan, S.H.,M.H,DFM, Sebagai pembantu dekan II

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

4. Bapak Muhammad Husni, S.H.,M.H, Sebagai pembantu dekan III Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara;

5. Bapak Dr.Hasim Purba, S.H.,M.Hum, sebagai Ketua departemen Hukum

Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Dosen pembimbing I yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam proses penulisan skripsi ini;

6. Ibu Aflah, S.H.,M.Hum, sebagai dosen pembimbing II yang telah memberikan

arahan dan bimbingan kepada penulis dalam proses penulisan skripsi ini;

7. Ibu Rabiatul Syahriah, S.H.,M.Hum, Sebagai sekretaris Departemen Hukum

Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

8. Ibu Sinta Uli, S.H.,Mhum, Sebagai Ketua Program Kekhususan Perdata

Dagang Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

9. Kedua Orang Tua Penulis, Bapak Bincon Nainggolan Dan Ibu Sabrina

Tarigan yang telah memberikan dukungan penuh berupa doa,moril,dan materil;

10.Bapak AKBP Robert K. Aritonang, Sebagai Kabag Bin Opsnal DITLANTAS

POLDASU

11.Bapak Agustinus M.T Sebagai Kepala Sub Bagian Program DISHUB


(5)

iii

12.Pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam memberikan saran serta

melengkapi bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan skripsi ini, yang mungkin saya tidak ingat namanya;

13.Seluruh staf pengajar di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang

telah banyak memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menjalani masa perkuliahan;

14.Seluruh teman-teman Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

15.Untuk semua keluarga saya Terutama Kakak Penulis: Dewi Sri Ulina

Nainggolan, Dedeq Cori Medalina Nainggolan, Jon piter manulang, bapak Yakob Tarigan , Ibu Sumiati Soerbakti, Dan Kekasih penulis Irena Putri Tarigan.

16.Keluarga Besar Gereja Mawar Sharon MY HOME medan Terutama

Departemen Praise and Worship.

Akhir kata Dengan segala kesalahan dan kekurangan yang penulis lakukan, penulis meminta maaf, semoga skripsi yang ditulis ini dapat bermanfaat serta memberikan peran dalam menyumbangkan ilmu pengetahuan.

Medan, Februari 2015 Penulis


(6)

iv

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR……….i

DAFTAR ISI………..iv

ABSTRAK……….vi

BAB I PENDAHULUAN………..1

A. Latar belakang………..1

B. Perumusan Masalah……….6

C. Metode Penelitian...………7

D. Keaslian Penulisan………...9

E. Tujuan Dan Manfaat Penulis………...11

F. Sistematika Penulisan……….12

BAB II PENYELENGGARAAN JASA ANGKUTAN UMUM PADA PENGANGKUTAN DARAT………..15

A. Perjanjian Pengangkutan………15

B. Jenis-Jenis Angkutan………..19

C. Asas-Asas Dalam Pengangkutan………22

D. Proses Penyelenggaraan Perjanjian Jasa Angkutan Umum……...26

BAB III PENYELENGGARAAN PENGANGKUTAN DARAT DAN PENGATURAN HUKUMNYA………..29

A. Pengaturan Hukum Pengangkutan Darat Dengan Kendaraan Bermotor Dalam UU Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan………...29

B. Para Pihak Dan Hubungan Hukum Dalam Perjanjian Pengangkutan Darat………...36

C. Hak Dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Pengangkutan...39


(7)

v

BAB IV PENYELENGGARAAN PENGANGKUTAN DARAT DENGAN KENDARAAN BERMOTOR PRIBADI (MOBIL) BERPLAT HITAM MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009

TENTANG LALU LINTAS ANGKUTAN

JALAN…………...43

A. Peraturan Yang Digunakan Untuk Mengatur Kendaraan Bermotor

Pribadi (mobil) Berplat Hitam Sebagai Angkutan Umum……….43

B. Faktor-Faktor Yang Mendorong Terjadinya Penyelenggaraan

Angkutan Darat Dengan Kendaraan Bermotor Pribadi (mobil) Berplat Hitam………...57

C. Sanksi Hukum Terhadap Penggunaan Kendaraan Bermotor Pribadi

(mobil) Berplat Hitam Sebagai Angkutan Umum……….65 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan………73

B. Saran………..76

DAFTAR PUSTAKA………..78

LAMPIRAN

LAMPIRAN I : Hasil Wawancara Dengan Bapak AKBP. Robert K. Aritonang Selaku Kabag Bin Opsnal Ditlantas Poldasu

LAMPIRAN II : Surat Izin Melakukan Riset Dari Fakultas Hukum USU

LAMPIRAN III : Surat Keterangan Melaksanakan Riset Di DITLANTAS POLDASU

LAMPIRAN IV : Hasil Wawancara Dengan Bapak Agustinus, M.T Selaku Kepala Sub Bagian Program. Dishub Provsu


(8)

vi

TINJAUAN YURIDIS KEBERADAAN KENDARAAN BERMOTOR (MOBIL) PRIBADI BERPLAT HITAM SEBAGAI ANGKUTAN UMUM MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS

ANGKUTAN JALAN

(STUDI PADA DITLANTAS POLDASU DAN DISHUB PROVINSI SUMATERA UTARA)

Dolli Pratama Nainggolan*

Dr.H.Hasim Purba, S.H, M.Hum**

Aflah, S.H, M.Hum***

Dari hasil penelitian yang telah diperoleh, dapat diambil kesimpulan pertama bahwa angkutan umum plat hitam tidak diatur dalam Undang-undang dan peraturan pemerintah mengenai lalu lintas dan angkutan jalan (UULLAJ). Hal ini menyebabkan angkutan tersebut tidak mempunyai dasar hukum dan tidak mempunyai ketentuan-ketentuan yang digariskan dalam UULLAJ khususnya mengenai angkutan umum. Sehingga keberadaannya dapat merugikan masyarakat dan negara karena tidak dilindungi dan tidak mengikuti serta menyimpangi ketentuan UULLAJ. Kedua, bahwa penyelenggaraan angkutan ilegal tersebut terjadi karena adanya faktor-faktor yang mendorong dimana faktor tersebut yaitu, faktor ekonomi,administrasi,pengguna jasa angkutan umum dan faktor kendala penertiban yang dilakukan oleh Ditlantas Dan Dishub Propinsi Sumatera Utara. Selain itu kurangnya informasi dan komunikasi kepada masyarakat tentang sosialiasi UULLAJ, khususnya mengenai angkutan umum dan kurangnya kemampuan aparat penegak hukum

ABSTRAK

Transportasi sangat banyak dibutuhkan oleh banyak masyarakat namun tidak seimbang dengan banyaknya armada pengangkutan yang tersedia, sehingga banyak bermunculan belakangan ini Transportasi ilegal seperti kendaraan bermotor (mobil) pribadi berplat hitam yang dijadikan angkutan umum. Dimana angkutan tersebut tidak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan. Maka penulis melakukan penelitian untuk mengetahui dan membahas bagaimana peraturan hukum tentang mobil pribadi plat hitam yang digunakan sebagai angkutan umum dalam UU Nomor 22 Tahun 2009 Tentang lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan Faktor apa saja yang mendorong terjadinya penyelenggaraan angkutan darat dengan mobil pribadi plat hitam serta bagaimana sanksi hukum dari tindakan Ditlantas Poldasu dan Dishub Sumatera Utara.

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian hukum normatif-empiris, penelitian empiris dilakukan dengan tujuan memperoleh data primer yakni melakukan wawancara secara langsung dengan Ditlantas Poldasu dan Dishub Propinsi Sumatera Utara. Kemudian penelitian normative dilakukan dengan mengkaji peraturan perundang-undangan terkait serta penelitian kepustakaan dengan mempelajari buku-buku guna memperoleh data sekunder.

*

Mahasiswa Departemen hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU.

**

Dosen Pembimbing I, Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU.

***


(9)

vii

dalam melaksanakan tugas menjadi hambatan oleh Dishub dan Ditlantas dalam rangka penertiban angkutan umum tersebut. Ketiga, Bahwa dengan adanya ancaman sanksi pidana dapat mencegah dan mengurangi dampak pengoperasian angkutan umum berplat hitam yang semakin banyak. Sanksi dapat dipergunakan sebagai control dan penangkal atas pengoperasian angkutan umum plat hitam selain menjadi alat pengancam saja. Disamping itu dengan adanya sanksi, dapat melindungi kepentingan masyarakat dan Negara serta keamanan dan ketertiban lalu lintas.


(10)

vi

TINJAUAN YURIDIS KEBERADAAN KENDARAAN BERMOTOR (MOBIL) PRIBADI BERPLAT HITAM SEBAGAI ANGKUTAN UMUM MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS

ANGKUTAN JALAN

(STUDI PADA DITLANTAS POLDASU DAN DISHUB PROVINSI SUMATERA UTARA)

Dolli Pratama Nainggolan*

Dr.H.Hasim Purba, S.H, M.Hum**

Aflah, S.H, M.Hum***

Dari hasil penelitian yang telah diperoleh, dapat diambil kesimpulan pertama bahwa angkutan umum plat hitam tidak diatur dalam Undang-undang dan peraturan pemerintah mengenai lalu lintas dan angkutan jalan (UULLAJ). Hal ini menyebabkan angkutan tersebut tidak mempunyai dasar hukum dan tidak mempunyai ketentuan-ketentuan yang digariskan dalam UULLAJ khususnya mengenai angkutan umum. Sehingga keberadaannya dapat merugikan masyarakat dan negara karena tidak dilindungi dan tidak mengikuti serta menyimpangi ketentuan UULLAJ. Kedua, bahwa penyelenggaraan angkutan ilegal tersebut terjadi karena adanya faktor-faktor yang mendorong dimana faktor tersebut yaitu, faktor ekonomi,administrasi,pengguna jasa angkutan umum dan faktor kendala penertiban yang dilakukan oleh Ditlantas Dan Dishub Propinsi Sumatera Utara. Selain itu kurangnya informasi dan komunikasi kepada masyarakat tentang sosialiasi UULLAJ, khususnya mengenai angkutan umum dan kurangnya kemampuan aparat penegak hukum

ABSTRAK

Transportasi sangat banyak dibutuhkan oleh banyak masyarakat namun tidak seimbang dengan banyaknya armada pengangkutan yang tersedia, sehingga banyak bermunculan belakangan ini Transportasi ilegal seperti kendaraan bermotor (mobil) pribadi berplat hitam yang dijadikan angkutan umum. Dimana angkutan tersebut tidak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan. Maka penulis melakukan penelitian untuk mengetahui dan membahas bagaimana peraturan hukum tentang mobil pribadi plat hitam yang digunakan sebagai angkutan umum dalam UU Nomor 22 Tahun 2009 Tentang lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan Faktor apa saja yang mendorong terjadinya penyelenggaraan angkutan darat dengan mobil pribadi plat hitam serta bagaimana sanksi hukum dari tindakan Ditlantas Poldasu dan Dishub Sumatera Utara.

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian hukum normatif-empiris, penelitian empiris dilakukan dengan tujuan memperoleh data primer yakni melakukan wawancara secara langsung dengan Ditlantas Poldasu dan Dishub Propinsi Sumatera Utara. Kemudian penelitian normative dilakukan dengan mengkaji peraturan perundang-undangan terkait serta penelitian kepustakaan dengan mempelajari buku-buku guna memperoleh data sekunder.

*

Mahasiswa Departemen hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU.

**

Dosen Pembimbing I, Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU.

***


(11)

vii

dalam melaksanakan tugas menjadi hambatan oleh Dishub dan Ditlantas dalam rangka penertiban angkutan umum tersebut. Ketiga, Bahwa dengan adanya ancaman sanksi pidana dapat mencegah dan mengurangi dampak pengoperasian angkutan umum berplat hitam yang semakin banyak. Sanksi dapat dipergunakan sebagai control dan penangkal atas pengoperasian angkutan umum plat hitam selain menjadi alat pengancam saja. Disamping itu dengan adanya sanksi, dapat melindungi kepentingan masyarakat dan Negara serta keamanan dan ketertiban lalu lintas.


(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang sangat luas, dengan letak geografis antar pulau satu dengan pulau yang lainnya saling berjauhan. oleh karena itu untuk terjalinnya hubungan antar pulau maupun daerah Indonesia membutuhkan sarana transportasi atau sarana angkutan, baik darat, laut maupun udara.

Dewasa ini, transportasi adalah salah satu kebutuhan yang cukup vital untuk manusia. Transportasi memudahkan kita untuk bergerak/berpindah pada suatu tujuan tertentu dengan waktu yang relative singkat. Tetapi yang menjadi transportasi utama yang digunakan oleh manusia secara rutin dan sifatnya primer adalah jenis transportasi darat.

Sarana transportasi sangat banyak dibutuhkan tidak hanya di Indonesia saja bahkan diseluruh Negara lainnya juga sangat membutuhkan sarana transportasi yang diwujudkan dalam bentuk angkutan. Definisi pengangkutan sendiri menurut H.M.N Purwosutjipto pengangkutan adalah perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan pengirim, dimana pengangkutan mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim mengikatkan diri

untuk membayar uang angkutan.1

1

H.M.N. Purwosujtipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Hukum pengangkutan, Penerbit Djambatan, Jakarta , 1991, hlm.2


(13)

Didalam pengangkutan juga terdapat kegiatan Transportasi berupa

memindahkan barang (commodity of goods) dan penumpang dari satu tempat

(origin atau port of call) ke tempat lain atau (port of destination).2

Kendaraan bermotor pada awalnya digunakan sebagai angkutan pribadi.Namun lambat laun mulai dipergunakan untuk pelayanan umum dalam sistem transportasi. Dapat kita lihat pada angkutan umum untuk kendaraan bermotor roda empat seperti bis angkot yang dapat kita temui di daerah-daerah di indonesia dan khususnya sumatera utara seperti taksi, angkutan pedesaan, dsb. Dengan semakin banyaknya minat masyarakat untuk menggunakan kendaraan bemotor, maka pemerintahpun membuat peraturan hukum dalam bentuk undang-undang dan peraturan pemerintah tentang lalu-lintas dan angkutan jalan umum.

maka dengan demikian pengangkut menghasilkan jasa angkutan atau dengan perkataan lain produksi jasa bagi masyarakat yang membutuhkan sangat bermanfaat untuk pemindahan ataupun pengiriman barang-barangnya.

Namun Didalam penyelenggaraan pengangkutan itu sendiri seringkali menimbulkan masalah-masalah yang pelik dalam transportasi dewasa ini.Salah satunya adalah mengenai pengangkutan darat dengan menggunakan kendaraan bermotor.Hal ini terjadi sejak pengangkutan dengan kendaraan bermotor mulai diminati untuk memenuhi kebutuhan transportasi masyarakat.

Pengertian kendaraan bermotor tercantum dalam pasal 1 ayat 8 Undang-undang nomor 22 tahun 2009 tentang lalu-lintas dan angkutan jalan. ”Kendaraan bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan di atas rel”.

2

Soegijana Tjakranegara, Hukum Pengangkutan Barang Dan Penumpang, Cet. 1,Rhineka Cipta, Jakarta, 1995, hal 1.


(14)

3

Setelah undang-undang ini di keluarkan, maka setiap kendaraan bermotor yang di peruntukkan untuk angkutan umum harus memiliki ijin trayek, ijin usaha angkutan, ijin oprasional, kelayakan angkutan untuk umum beserta persyaratanlain yang ditentukan. Setelah kendaraan bermotor tersebut memenuhi persyaratan dalam undang-undang lalu-lintas angkutan jalan, maka kendaraan bermotortersebut layak dijadikan angkutan umum resmi dengan plat nomor kuning. Kendaraan bermotor roda empat yang telah diberikan plat nomor kuning, menyatakan bahwa kendaraan tersebut boleh dioperasionalkan sebagai angkutan umum.

Kendaraan bermotor roda empat yang digunakan sebagai angkutan umum berupa mobil penumpang yang dilengkapi sebanyak-banyaknya 8 (delapan ) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi (Pasal 1 butir 6 peraturan pemerintah

nomor 41 tahun 1993 Tentang Lalu lintas dan Angkutan jalan ).3

“ Pada saat undang-undang ini mulai berlaku, semua peraturan pelaksanaan undang-undang nomor 14 tahun 1992 tentang lalu –lintas dan angkutan jalan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 No. 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 3480 ) dinyatakan tetap Sebagai catatan walaupun keberadaan UU No. 14 Tahun 1992 telah diganti dengn UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dang Angkutan jalan, akan tetapi peraturan pelaksana dari UU No. 14 Tahun 1992 tetap dapat berlaku dikarenakan disebutkan dalam pasal 324 UU No. 22 Tahun 2009 bahwa

3


(15)

berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti dengan yang baru berdasarkan undang-undang ini.“

Selain Mengenai keberadaan Persyaratan angkutan umum, yang diatur dalam UU Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan jalan dan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 Tentang Angkutran Jalan. Dimana Seluruh angkutan resmi harus berpedoman kepada Undang Undang Lalu Lintas Angkutan Jalan (selanjutnya akan di sebut UULLAJ).

Keadaannya sekarang ini yang sering kita temukan di kota-kota besar dimana kendaraan bermotor pribadi yang berplat hitambanyak disalahgunakan menjadi angkutan umum yang tidak sesuai dengan ketentuan UULLAJ.Peristiwa tersebut memunculkan masalah transportasi khususnya persaingan angkutan umum berplat kuning dengan angkutan pribadi (mobil) berplat hitam. Hal ini menyebabkan timbulnya persaingan tidak sehat antara Angkutan Pribadi berplat hitam (selanjutnya disebut Mobil pribadi berplat hitam) dengan Angkutan umum resmi berplat kuning, dimana Angkutan Pribadi berplat hitam mengambil bagian

rezeki atau penumpang yang seharusnya diperoleh angkutan umum resmi.4

Peristiwa ini merugikan Pemerintah karena mobil pribadi berplat hitam yang dijadikan angkutan umum tidak membayar retribusi, tidak masuk terminal Selain itu, mobil pribadi berplat hitam yang digunakan sebagai angkutan umum tidak mengacu kepada ketentuan tarif yang ditetapkan oleh UULLAJ sehingga menerapkan tarif semaunya pada penumpang. Dan penumpang tidak dijamin asuransi jiwa yang tentunya merugikan konsumen.Sedangkan dalam ketentuan tarif hanya berlaku kepada angkutan umum resmi.

4

http://manado.tribunnews.com/2015/02/14/komisi-iii-dprd-sulut-minta-dishub-dan-polda-tertibkan-taxi-gelap


(16)

5

dan tidak menggunakan jasa pelayanan uji kendaraan. Jika saja semua mengikuti aturan, dana yang diperoleh pemerintah pasti cukup besar.

Yang terjadi di Kota Medan Khususnya, mobil pribadi plat hitam menjadi angkutan umum menimbulkan permasalahan.

Keberadaan taksi gelap yang semakin marak, dinilai sangat merugikan para pengusaha angkutan yang memiliki izin resmi. Untuk itu pihak Organisasi Angkutan darat(Organda) Sumut mendesak pemerintah untuk menertibkan taksi gelap yang menggunakan nomor seri plat hitam. Selain telah mematikan usaha pengusaha angkutan, keberadaan taksi gelap tidak turut menyumbangkan pendapatan daerah dan malah menyebabkan

kemacetan di Kota Medan.5

Meskipun telah dikeluarkannya UULLAJ pada prakteknya masih juga terdapat permasalahan transportasi.Didalam penulisan skripsi ini penulis mengangkat permasalahan transportasi kaitannya dengan persaingan armada kendaraan bermotor pribadi plathitam (Tidak Resmi) dengan angkutan berplat kuning (Angkutan Resmi).Sebagaimana kita tau pada ketentuan UULLAJ

Mobil pribadi berplat hitam yang dijadikan angkutan umum yang disebut sebagai taksi gelap oleh masyarakat kurang tepat.Menurut Peraturan Pemerintah pasal 1 butir 9 nomor 41 Tahun 1993, taksi adalah “jenis mobil penumpang yang diberi tanda khusus dan dilengkapi argometer”.

Mobil Pribadi berplat hitam sering digunakan sebagai mobil carteran bukan antar trayek.Mereka menggunakan calon penumpang domestic maupun asing yang baru sampai di Kota Medan. Sebagian besar banyak juga melakukan pemerasan kepada penumpang dimana cenderung memaksa uang tambahan yang selangit dengan mengancam akan menurunkan penumpang ditengah jalan.

5

Organda Desak Tertibkan taksi gelap 12 september, 2011.


(17)

bahwasannya kendaraan bermotor pribadi plathitam tidak seharusnya dipergunakan sebagai angkutan umum.

Dewasa ini mobil pribadi plat hitam yang dijadikan angkutan umum bukannya berkurang dan tertibkan bahkan semakin menjamur dengan beroperasi melayani jalur-jalur umum dan turun ke jalan. Hal tersebut dikarenakan sulitnya dari pihak terkait Dishub dan Ditlantas untuk menertibkan,karena diantaranya mempunyai beking oknum petugas dibelakangnya, bahkan ada juga oknum petugas yang mempunyai usaha itu sendiri, dan tidak jarang juga pengusaha mobil pribadi plat hitam memberikan semacam upeti kepada oknum petugas lalu lintas dan angkutan jalan sehingga sampai saat ini mobil pribadi berplat hitam masi terus beroperasi di jalan dan semakin menjamur terutama di Kota Medan Sumatera Utara.

.

B. Perumusan masalah

Permasalahan yang dirumuskan oleh penulis antara lain adalah :

1. Bagaimana Peraturan hukum Tentang Mobil pribadi yang digunakan

sebagai angkutan umum dalam UU No. 22 tahun 2009 Tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan?

2. Faktor-faktor apa saja yang mendorong terjadinya penyelenggaraan

angkutan darat dengan mobil pribadi?

3. Bagaimanakah sanksi hukum dan tindakan DITLANTAS POLDASU Dan

DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI SUMATERA UTARA terhadap mobil pribadi plat hitam yang digunakan sebagai angkutan umum?


(18)

7

C. Metode Penelitian

Metode ilmiah dari suatu ilmu pengetahuan yaitu segala cara dalam rangka ilmu tersebut, untuk sampai kepada kesatuan pengetahuan. Tanpa metode ilmiah, suatu ilmu pengetahuan itu sebenarnya bukan suatu ilmu, tetapi suatu himpunan pengetahuan saja tentang berbagai gejala, tanpa dapat disadari hubungan antara

gejala yang satu dengan gejala lainnya.6

1. Jenis penelitian

Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah :

Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam menyusun skripsi adalah metode penelitian hukum normatif dan metode penelitian hukum empiris, dimana dalam penelitian hukum normatif penulis melakukan suatu kajian terhadap peraturan perundang-undangan serta bahan-bahan hukum yang berkaitan dengan skripsi ini, sementara dalam penelitian empiris dimaksudkan untuk memperoleh data primer yaitu melakukan wawancara dengan narasumber yang terkait dengan tempat penelitian skripsi ini yakni Dinas Perhubungan Sumatera utara dan Satlantas Sumatera Utara.

2. Sifat Penelitian

Penelitian yang digunakan dalam menyusun skripsi ini bersifat penelitian kasus, pada umumnya sifat dari penelitian ini bertujuan untuk mempelajari secara mendalam terhadap suatu individu, kelompok, institusi, ataupun masyarakat

6

Bambang Sunggono, metodologi penelitian hukum, Jakarta, raja Grafindo persada, 2010, hal 45.


(19)

tertentu, tentang latar belakang, keadaan/kondisi, factor-faktor, atau

interaksi-interaksi sosial yang terjadi di dalamnya.7

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam rangka menyusun skripsi ini berupa teknik pengumpulan data kualitatif, dimana penulis melakukan wawancara dengan narasumber terkait, observasi serta pengumpulan dokumen untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam melengkapi skripsi ini.

4. Sumber Data

Sumber data yang diperoleh terbagi atas tiga jenis, yakni : Bahan hukum primer sebagai bahan utama, kemudian bahan hukum sekunder dan tersier.

a. Bahan Hukum Primer

Sehubungan dengan skripsi ini, maka bahan hukum utama yang digunakan penulis adalah Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu-Lintas dan Angkutan Jalan, Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 35 Tahun 2003 Tentang Penyelenggaraan angkutan orang di jalan dengan kendaraan umum.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti buku-buku,

7


(20)

9

pendapat para ahli dan sarjana serta kasus-kasus yang berkaitan dengan permasalahan pengangkutan darat.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier berperan sebagai bahan hukum penunjang yang memberikan penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer dan sekunder.Sebagai contoh adalah seperti kamus hukum, ensiklopedia dan bahan hukum penunjang lainnya.

5. Analisis Data

Data-data yang telah dikumpulkan disusun secara sistematis, kemudian dilakukan penelaahan terhadap data-data tersebut.Dan penarikan kesimpulan sebagai upaya agar permasalahan yang dirumuskan dapat terjawab.

D. Keaslian Penulisan

Judul tulisan ini adalah Tinjauan Yuridis Keberadaan Kendaraan Bermotor (Mobil Plat hitam) Pribadi Sebagai Angkutan Umum Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan. Judul skripsi ini belum pernah ditulis dan diteliti dalam bentuk yang sama, sehingga tulisan ini asli, atau dengan kata lain tidak ada judul yang sama dengan mahasiswa Fakultas Hukum USU. Dengan demikian ini keaslian skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Berikut adalah judul-judul yang telah ada berdasarkan penelusuran perpustakaan Fakultas Hukum USU :


(21)

Nama : Khairunisa NIM : 06020086

Judul : Tanggung Jawab Perusahaan Angkutan Barang Terhadap Barang Kiriman Menurut UU. Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu lintas Dan Angkutan jalan (Studi Pada Perusahaan Angkutan CV. Sempurna).

Nama : Dian Natalia NIM : 070200147

Judul : Perlindungan Hukum Bagi Pengguna Jasa (Penumpang)) Angkutan Umum Berdasarkan Undang-Undang No.22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Nama : Emmi R. Nasution NIM : 900200081

Judul : Tanggung Jawan Hukum Uji Kendaraan Pada Angkutan Barang Di Dinas Lalulintas Dan Angkutan Jalan Raya Sumatera Utara (DLLAJR-SU) Medan.

Nama : Romahwaty S.S NIM : 920200192

Judul : Segi Hukum Pengangkutan Jalan Raya Dikaitkan Dengan Pelanggaran Tata Tertib Dan Kecelakaan Lalulintas Di Kotamadya Medan.


(22)

11

E. Tujuan dan manfaat penulisan 1. Tujuan Penulisan

Tujuan diperlukan agar maksud dari penulis dalam mengemukakan isi dari skripsi ini dapat diketahui. Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan skripsi ini adalah :

1. Untuk mengetahui Peraturan hukum mobil pribadi yang digunakan sebagai

angkutan umum dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas angkutan jalan.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong terjadinya

penyelenggaraan angkutan darat dengan mobil pribadi.

3. Untuk mengetahui dan membahas tindakan dan sanksi hukum terhadap

Kendaraan bermotor (mobil pribadi Plat hitam) yang digunakan sebagai angkutan umum.

2. Manfaat Penulisan

Selain dari tujuan di atas, penulisan skripsi ini juga memberikan manfaat antara lain :

a. Sebagai bahan masukan teoritis bagi penulis untuk menambah

pengetahuan dan pemahaman hukum mengenai kendaraan bermotor (mobil plat hitam) pribadi sebagai angkutan umum.

b. Untuk mempertimbangkan menerapkan hasil penelitian penulis secara


(23)

rangka penertiban dan penegakan hukum dibidang lalu lintas dan angkutan jalan sesuai dengan UULLAJ.

c. Untuk menambah khasanah pustaka ilmu hukum pada pembaca dan pihak

yang berkepentingan mengenai penerapan dan pelaksanaan UULLAJ dalam transportasi angkutan umum.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman terhadap materi dari skripsi ini dan agar tidakterjadinya kesimpangsiuran dalam penulisan skripsi ini, maka penulis membaginya dalam beberapa bab dan tiap bab dibagi lagi ke dalam beberapa sub-sub bab.

Keseluruhan skripsi ini meliputi 5 (lima) Bab secara garis besar isi dari bab-perbab diuraikan sebagai berikut :

BAB PERTAMA : PENDAHULUAN

Bab ini merupakan gambaran umum yang berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB KEDUA : PENYELENGGARAAN JASA ANGKUTAN UMUM

PADA PENGANGKUTAN.

Bab ini berisikan tentang Perjanjian Pengangkutan, Jenis- Jenis Angkutan, Asas-Asas Dalam Pengangkutan dan


(24)

13

Proses Penyelenggaraan Perjanjian Jasa Angkutan Umum.

BAB KETIGA : PENYELENGGARAAN PENGANGKUTAN DARAT

DAN PENGATURAN HUKUMNYA. Bab ini berisikan tentang Pengaturan Hukum

Pengangkutan Darat Dengan Kendaraan Bermotor dalam UU Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan. Para Pihak dan Hubungan Hukum Dalam Perjanjian Pengangkutan Darat serta Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Pengangkutan Darat.

BAB KEEMPAT : PENYELENGGARAAN PENGANGKUTAN DARAT

DENGAN KENDARAAN BERMOTOR PRIBADI (MOBIL) MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS ANGKUTAN JALAN.

Bab ini berisi tentang Peraturan yang Digunakan Untuk Mengatur Kendaraan Bermotor Pribadi (Mobil) Sebagai Angkutan Umum. Faktor-Faktor yang Mendorong Terjadinya Penyelenggaraan Angkutan Darat Dengan Kendaraan Bermotor Pribadi (Mobil) serta Sanksi Hukum Terhadap Penggunaan Kendaraan Bermotor Pribadi (Mobil) Sebagai Angkutan Umum.


(25)

BAB KELIMA : PENUTUP

Bab ini adalah merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi ini. Babkelima ini berisikan kesimpulan dan saran-saran dari penulis.


(26)

15

BAB II

PENYELENGGARAAN JASA ANGKUTAN UMUM PADA PENGANGKUTAN DARAT

A. Perjanjian Pengangkutan

Dalam Penyelenggaraan pengangkutan sangat diperlukan adanya suatu Perjanjian, dimana perjanjian merupakansumber terpenting yang melahirkan perikatan. Perikatan yang berasal dari perjanjian dikehendaki oleh dua orang atau dua pihak yang membuat perjanjian, sedangkan perikatan yang lahir dari undang -undang dibuat atas dasar kehendak yang berhubungan dengan perbuatan manusia

yang terdiri dari dua pihak. 8

Didalam Kegiatan Transportasi, Perjanjian yang digunakan adalah perjanjian timbal balik, Artinya bahwa kedua belah pihak pengangkut dan penumpang masing masing mempunyai kewajiban sendiri. Dimana kewajiban pihak pengangkutan adalah menyelenggarakan pengangkutan dari suatu tempat tujuan ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan kewajiban pihak penumpang ialah membayar uang angkutan sebagai kontra prestasi dari

penyelenggara pengangkutan yang dilakukan oleh pengangkut.9

Secara umum perjanjian telah diatur dalam Buku Ketiga Kitab Undang-undang Hukum perdata (KUHPerdata) yaitu tentang perikatan. Perjanjian menurut pasal 1313 KUHPerdata adalah “ Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”.

8

Suharnoko, Hukum Perjanjian, Prenada media, Jakarta, 2004, hlm.117.

9

Uli Sinta, Pengangkutan:Suatu tinjauan Hukum multimoda Transport, Angkutan Laut, Angkutan darat, dan angkutan udara/ oleh Sinta Uli Cet.ke 1Medan Usupress 2006 Hal.62


(27)

Sedangkan angkutan adalah suatu keadaan pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat lain dengan suatu tujuan tertentu, baik untuk memperoleh nilai

tambah untuk barang/komersial maupun untuk tujuan nonkomersial.10

Dalam perjanjian pengangkutan terdapat beberapa unsur yang harus

diketahui11

1. Sifat Perjanjian adalah timbal balik baik diantara pengangkut dengan

penumpang atau pengirim barang , yaitu :

2. Penyelenggaraan pengangkutan didsarkan pada perjanjian

3. Istilah menyelenggarakan pengangkutan berarti pengangkutan tersebut

dapat dilakukan sendiri oleh pengangkut atau dilakukan oleh orang lain atas perintahnya

4. Tempat Tujuan dalam pengangkutan barang, berarti barang dapat

diterima oleh pengirim sendiri atau orang lain

5. Istilah dengan selamat, mengandung arti apabila pengangkutan tidak

berjalan dengan selamat, maka pengangkut harus bertanggung jawab untuk membayar ganti kerugian kepada pengirim barang atau penumpang.

Jenis perjanjian dapat dikenal dengan adanya perjanjian sepihak dan perjanjian timbal balik. Perjanjian sepihak merupakan perjanjian dimana pihak yang satu mempunyai kewajiban dan pihak lain mempunyai hak. Sedangkan perjanjian timbal balik merupakan perjanjian yang membebankan hak dan kewajiban kepada kedua belah pihak. Perjanjian pengangkutan merupakan perjanjian timbal balik, dalam arti pengangkut mengikatkan diri untuk

10

E.Suherman, Aneka masalah hukum kedirgantaraan (Bandung, 2002), hal.293.

11


(28)

17

mengangkut penumpang sampai di tempat tujuan dengan selamat, sedangkan penumpang bersedia akan membayar biaya .

Secara Umum dalam Perjanjian pengangkutan antara pengangkut dengan pengguna jasa, terkandung syarat-syarat umum angkutan yang meliputi hak dan

kewajiban di antara mereka, diantaranya adalah12

1. Hak pengguna jasa angkutan untuk memperoleh pelayanan sesuai

dengan tingkat pelayanan yang disepakatinya, misalnya Pemegang tiket tertentu akan memperoleh tingkat pelayanan yang sesuai dengan tiket yang dimilikinnya, begitu juga dengan pengirim barang, jika ingin barang cepat tiba di tempat tujuan, maka ongkos barangnya pun akan bertambah mahal. Sedangkan kewajibannya adalah membayar biaya angkutan sesuai dengan tingkat pelayanan yang dikehendakinya.

:

2. Kewajiban pengangkut adalah mengangkut penumpang yang telah

memiliki tiket atau pengiriman barang yang telah memiliki dokumen angkutan, sesuai dengan tingkat pelayanan yang disepakati sampai di tempat tujuan dengan selamat dan berkewajiban membayar ganti kerugian sesuai dengan syarat-syarat umum yang telah disepakati kepada pengguna jasa serta memberikan pelayanan dalam batas-batas kewajaran sesuai dengan kemampuannya, sedangkan hak pengangkut adalah berhak atas biaya angkut.

Dalam Penyelenggaran pengangkutan Tiket/Karcis sangatlah penting dalam perjanjian pengangkutan karna merupakan bukti terjadinya pengangkutan dan pembayaran biaya angkutan. Namun dalam praktek pengangkutan itu sendiri

12


(29)

khususnya pengangkutan orang dengan angkutan kota bahwa terjadinya perjanjian pengangkutan biasanya tidak harus dibuktikan dengan adanya Tiket/karcis penumpang. Menurut Purwosutjipto, Karcis penumpang atau dokumen angkutan bukanlah syarat mutlak adanya perjanjian pengangkutan, tidak adanya karcis

penumpang perjanjian pengangkutan tidak akan batal.13

1. Berupa kewajiban sebagaimana seharusnya pihak-pihak harus berbuat;

Mengenai kebiasaan yang hidup dalam praktek pengangkutan tersebut dianggap sebagai hukum perdata yang tidak tertulis, yaitu perbuatan yang memenuhi kriteria sebagai berikut :

2. Tidak bertentangan dengan UU atau kepatutan;

3. Diterima oleh pihak-pihak karena adil dan masuk akal(logis)

4. Menuju pada akibat hukum yang dikehendaki oleh para pihak.14

Adapun contoh lain yang berlaku sebagai kebiasaan dalam praktek pengangkutan diantaranya adalah mengenai tempat pemberhentian angkutan.

Dalam pasal 9 ayat 1 UULLAJjo. Pasal 1 butir 11 PP No.41 Tahun 1993 tentang

angkutan jalan ditetapkan bahwa terminal merupakan sarana transportasi jalan untuk memuat dan menurunkan penumpang. Namun jika ada penumpang yang turun atau naik bukan di terminal maka hal itu dianggap naik dan turun di terminal dan biaya angkutan dibayar penuh.

13

Purwosutjipto.Op.Cit,Hal 10

14

Muhammad AbdulKadir, Hukum Pengangkutan Darat Dan Udara, Cetakan pertama, aditya bakti. 1991 hal.86


(30)

19

B. Jenis-Jenis Angkutan

Pembagian jenis-jenis pengangkutan pada umumnnya didasarkan pada jenis alat angkut yang dipergunakan dan keadaan geografis yang menjadi wilayah tempat berlangsungnya kegiatan pengangkutan.

B.1 Jenis-Jenis Pengangkutan

Dalam pembagian jenis pengangkutan dapat dibedakan sebagai berikut :

a. Pengangkutan darat terdiri dari :15

a.1. Pengangkutan dengan kendaraan bermotor a.2. Pengangkutan dengan kereta api

a.3. Pengangkutan dengan tenaga Hewan b. Pengangkutan di perairan yang terdiri dari :

b.1. Pengangkutan di laut

b.2. Pengangkutan di sungai dan danau b.3. Pengangkutan Penyeberangan c. Pengangkutan Udara

Dalam pengangkutan juga terdapat unsur-unsur pokok transportasi, yaitu :

a. Manusia, yang membutuhkan transportasi

b. Barang, yang diperlukan manusia,

c. Kendaraan sebagai prasarana transportasi,

d. Jalan, sebagai pengelola transportasi

e. Organisasi, sebagai pengelola transportasi.

Lima unsur di atas saling terkait untuk terlaksananya transportasi, yaitu terjaminnya penumpang atau barang yang diangkut sampai ke tempat tujuan

15

Hasim Purba, Hukum Pengangkutan di Laut, Medan, Pustaka Bangsa Press, 2005, hal 9-10.


(31)

dalam keadaan baik seperti pada awal diangkut.Dalam hal ini perlu diketahui terlebih dulu ciri penumpang dan barang, kondisi sarana dan kontruksi prasarana, serta pelaksanaan transportasi.

B.2 Pengangkutan darat

Definisi Transportasi darat atau pengangkutan darat tidak jauh berbeda dengan definisi pengangkutan pada sebelumnya hanya saja pengangkutan darat menggunakan alat pengangkutan melalui jalan darat,baik yang digerakkan oleh tenaga manusia, hewan(sapi,kuda), atau Mesin. Transportasi darat dilihat berdasarkan faktor-faktor, yaitu jenis spesifikasi kendaraan,jarak, perjalanan, tujuan perjalanan, ketersediaan moda, ukuran kota dan kerapatan pemukiman

serta sosial-ekonomi. Adapun Jenis-jenis dari Transportasi angkutan darat :16

a. Angkutan Jalan raya

b. Angkutan jalan rel atau kereta api

a. Angkutan Jalan raya

Angkutan jalan raya itu sendiri mempunyai jenis dan sarana yaitu :

1. Sepeda Motor

Sepeda Motor adalah kendaraan bermotor beroda 2 (dua), atau 3 (tiga) tanpa atap baik dengan tanpa kereta samping.

2. Mobil Penumpang

Mobil Penumpang adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi sebanyak-banyaknya 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat

16


(32)

21

duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi.

3. Mobil Bus

Mobil Bus adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi lebih dari 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan, pengangkutan bagasi.

4. Mobil Barang

Mobil Barang adalah setiap kendaraan bermotor selain dari yang termasuk dalam sepeda motor, mobil penumpang dan mobil bus.

Angkutan darat selain mobil, bus ataupun sepeda motor yang lazim digunakan oleh masyarakat, umumnya digunakan untuk skala kecil, rekreasi, ataupun sarana-sarana di perkampungan baik di Kota maupun di Desa. Diantaranya adalah : sepeda, becak, bajaj, bemo dan delman.

b. Angkutan Rel

Adapun jenis angkutan rel adalah :

1. Kereta api

Kereta api adalah sarana transportasi berupa kendaraan dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan kendaraan lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di rel. kereta api sifatnya sebagai angkutan missal efektif, beberapa Negara berusaha memanfaatkannya secara maksimal sebagai alat transportasi utama angkutan darat baik di dalam Kota, antar Kota, maupun Antar Negara.


(33)

C. Asas – Asas Dalam Pengangkutan

Dalam setiap Undang-undang yang dibuat pembentuk undang-undang, biasanya dikenal sejumlah asas atau prinsip yang mendasari diterbitkannya undang tersebut. Asas-asas hukum merupakan fondasi suatu undang-undang dan peraturan pelaksananya. Bila asas-asas dikesampingkan, maka

runtuhlah bangunan undang-undang itu dan segenap peraturan pelaksananya.17

“ bahwa asas hukum bukan merupakan hukum kongkrit, melainkan merupakan pikiran dasar yang umum dan abstrak, atau merupakan latar belakang peraturan yang kongkrit yang terdapat dalam dan dibelakang setiap sistem hukum yang terjelma dalam peraturan perundang-undangan dan putusan hakim yang merupakan hukum positif dan dapat diketemukan dengan mencari sifat-sifat atau ciri-ciri yang umum dalam peraturan kongkrit tersebut”

Disamping itu Mertokusumo juga memberikan ulasan asas hukum sebagai berikut:

18

merupakan landasan hukum pengangkutan yang berguna bagi setiap pihak baik pihak ketiga dan pihak pemerintah. Asas-asas yang bersifat publik terdapat di dalam penjelasan undang-undang yang mengatur tentang pengangkutan. Ada

.

Didalam hukum pengangkutan terdapat juga asas-asas hukum yang terbagi ke dalam dua jenis yaitu bersifat publik dan bersifat perdata.

C.1. Asas yang bersifat publik

17

Yusuf shofie, 2002, Pelaku Usaha, Konsumen,dan Tindak Pidana Korporasi, ghalia indonesia, jakarta, hal 25

18

Sudikno Mertokusumo, 1996, Penemuan Hukum Suatu Pengantar, Liberty, jakarta, hal 5-6.


(34)

23

beberapa asas publik dalam pengangkutan berdasarkan penjelasan pasal 2 UULLAJ yaitu sebagai berikut :

a. Asas Transparan yaitu keterbukaan dalam penyelenggaraan lalu lintas dan

angkutan jalan kepada masyarakat luas dalam memperoleh informasi yang benar, jelas, dan jujur sehingga masyarakat mempunyai kesempatan berpartisipasi bagi pengembangan lalu lintas dan angkutan jalan.

b. Asas Akuntabel yaitu penyelenggraan lalu lintas dan angkutan jalan yang

dapat dipertanggungjawabkan.

c. Asas Berkelanjutan yaitu penjamin kualitas fungsi lingkungan melalui

pengaturan persyaratan teknis laik kendaraan dan rencana umum pembangunan serta pengembangan jaringan lalu lintas dan angkutan jalan.

d. Asas Partisipatif yaitu pengaturan peran serta masyarakat dalam proses

penyusunan kebijakan, pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan, penanganan kecelakaan, dan pelaporan atas peristiwa yang terkait dengan lalau lintas dan angkutan jalan.

e. Asas Bermanfaat yaitu semua kegiatan penyelenggaraan lalu lintas dan

angkutan jalan yang dapat memberikan nilai tambah sebesar-besarnya dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

f. Asas Efisien dan Efektif yaitu pelayanan dalam penyelenggaraan lalu

lintas dan angkutan jalan yang dilakukan oleh setiap pembina pada jenjang pemerintahan secara berdaya guna dan berhasil guna.

g. Asas Seimbang yaitu penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang

harus dilaksanakan atas dasar keseimbangan antara sarana dan prasarana serta pemenuhan hak dan kewajiban pengguna jasa dan penyelenggara.


(35)

h. Asas Terpadu yaitu penyelenggaraan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan yang dilakukan dengan mengutamakan keserasian dan kesaling bergantungan kewenangan dan tanggumg jawab antar instansi pembina.

i. Asas Mandiri yaitu upaya transportasi asas tersebut dimaksudkan bahwa

pengangkutan dijadikan alat transportasi yang dapat menunjang bagi masyarakat dan negara agar terdapat keterpaduan intra maupun antar trasnportasi lain, baik darat,;aut, ataupun diudara.

C.2. Asas pengangkutan bersifat perdata

Merupakan landasan hukum yang hanya berlaku bagi para pihak yang telah membuat perjanjian pengangkutan yaitu pengangkut dan penumpang. Asas bersifat perdata ini didasarkan pada pasal 186 UULAJ nomor 22 tahun 2009 yaitu : Perusahaan Angkutan Umum wajib mengangkut orang dan/atau barang setelah disepakati perjanjian angkutan dan/atau dilakukan pembayaran biaya angkutan oleh penumpang dan/atau pengirim barang. Berdasarkan pasal tersebut maka asas yang terdapat pada asas hukum perdata antara lain :

a. Asas Konsesual yaitu perjanjian pengangkutan tidak diharuskan dalam

bentuk tertulis , sudah cukup dengan kesepakatan pihak-pihak akan tetapi, untuk menyatakan bahwa perjanjian itu sudah terjadi atau sudah ada harus dibuktikan dengan atau didukung dengan dokumen pengangkutan.

b. Asas Koordinatif yaitu pihak-pihak dalam pengangkutan mempunyai

kedudukan yang setara atau sejajar, tidak ada pihak yang mengatasi atau membawahi yang lain. Meskipun pengangkut menyediakan jasa dan melaksanakan perintah penumpang atau pengirim barang, pengangkut


(36)

25

bukan bawahan penumpang atau pengirim barang pengangkut merupakan salah satu bentuk pemberian kuasa.

c. Asas Campuran adalah Pengangkutan merupakan campuran dari 3 (tiga)

jenis perjanjian yakni,pemberi kuasa, penyimpanan barang dan melakukan pekerjaan dari pengirim kepada pengangkut. Ketentuan ketiga jenis perjanjian ini berlaku pada pengangkutan, kecuali jika ditentukan lain dalam perjanjian pengangkutan.

d. Asas Pembuktian dengan dokumen yaitu setiap pengangkutan selalu

dibuktkan dengan dokumen angkutan, tidak ada dokumen pengangkutan berarti tidak ada perjanjian pengangkutan, kecuali jika kebiasaan yang sudah berlaku umum, misalnya pengangkutan untuk jarak dekat biasanya tidak ada dokumen atau tiket penumpang, contohnya angkutan dalam kota.

Berdasarkan penjelasan asas yang bersifat perdata tersebut merupakan asas hukum yang berlaku umum dalam pengangkutan kecuali ditentukan lain, namun dalam pengangkutan dikenal juga kebiasaan yang berlaku, dan kebiasaan tersebut dianggap sebagai hukum perdata tidak tertulis. Dan hal itu sering terjadi dalam pengangkutan khususnya angkutan penumpang.


(37)

D. Proses Penyelenggaraan Perjanjian Jasa Angkutan

Proses perjanijan jasa angkutan dibuat secara sah mengikat pihak-pihak. Antara pihak-pihak tercipta hubungan kewajiban dan hak, yang perlu direalisasikan melalui penyelenggaraan pengangkutan. Adapun perjanjian dalam proses penyelenggaraan jasa angkutan kita kenal dengan perjanjian sepihak dan timbal balik. Perjanjian sepihak adalah perjanjian dimana hak atau kewajiban

hanya ada pada satu pihak saja.19Sedangkan Perjanjian timbal balik adalah

perjanjian yang membebankan hak dan kewajiban pada kedua belah pihak.20

Sedangkan pengusaha angkutan berhak mendapatkan uang angkutan dan berhak memerintahkan pengemudi untuk menyelenggarakan pengangkutan.Secara umum tentang kewajiban majikan dan buruh atau pengusaha angkutan dengan

Mengenai Pengertian perjanjian pengangkutan di dalam buku II KUHDagang tidak diberikan definisinnya.Perjanjian pengangkutan itu sendiri bersifat Konsensuil, sehingga untuk terciptanya perjanjian pengangkutan tidak diperlukan adanya syarat tertulis, jadi hanya bersifat konsensuil.

Dalam Proses perjanjian jasa angkutan para pihak menimbulkan kewajiban dan hak yang diberikan secara timbal balik antara pengangkut dengan pengemudi dan pengangkut dengan penumpang. Dimana kewajiban pengusaha angkutan pada pengemudi ini didasarkan pada perjanjian kerja, dimana pengusaha angkutan mempunyai kewajiban untuk menyediakan jasa angkutan dan fasilitas yang akan dipergunakan oleh pengemudi untuk mengangkut penumpang serta berkewajiban membayar upah.

19

Hartono Hadisoeprapto, Pokok-Pokok Hukum Perikatan dan Hukum Jaminan, Liberty,Yogyakarta,1984, hal. 36

20Ibid


(38)

27

pengemudi diatur dalam pasal 1602 dan Pasal 1603 KUHperdata. Kewajiban pengusaha angkutan terhadap pengemudi dapat ditemukan antara lain dalam pasal 90 dan pasal 237 UULLAJ yakni :

Pasal 90

1. Setiap perusahaan angkutan umum wajib mematuhi dan memberlakukan

ketentuan mengenai waktu kerja, waktu beristirahat dan pergantian pengemudi kendaraan bermotor umum sesuai dengan ketentuan peraturan perUndang-undangan.

2. Waktu kerja bagi pengemudi kendaraan bermotor umum sebagaimana

dimaksud pada ayat 1 paling lama 8 (delapan) jam sehari.

3. Pengemudi kendaraan bermotor umum setelah mengemudikan kendaraan

selama 4 jam berturut-turut wajib beristirahat paling singkat setengah jam.

4. Dalam hal tertentu pengemudi dapat dipekerjakan paling lama 12 jam

sehari termasuk waktu istirahat selama 1 jam.

Pasal 237

1. Perusahaan angkutan umum wajib mengikuti program asuransi kecelakaan

sebagai wujud tanggung jwab nya atas jaminan asuransi bagi korban kecelakaan.

2. Perusahaan angkutan umum wajib mengasuransikan orang yang

dipekerjakan sebagai awak kendaraan.

Untuk menjamin keselamatan lalu lintas dan angkutan dijalan, perusahaan angkutan umum wajib mematuhi ketentuan mengenai waktu kerja dan istirahat bagi pengemudi seperti tercantum dalam pasal 90 UULLAJ. Penggunaan mekanisme ini akan mndorong perusahaan angkutan umum untuk tidak memaksa


(39)

para pengemudi nya tanpa memperhatikan jam kerja yang layak bagi pengemudi,

agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik.21

1. Tahap persiapan pengangkutan, yang meliputi penyediaan alat

pengangkutan, penyerahan muatan barang atau penumpang untuk diangkut, pembuatan dan penyelesaian dokumen pengangkutan.

Didalam Perjanjian pengangkutan darat, laut , dan udara , penyelenggaraan pengangkutan meliputi empat tahap kegiatan yakni :

2. Tahap kegiatan pengangkutan yang meliputi kegiatan pemindahan muatan

barang atau penumpang dengan alat pengangkutan dari tempat pemberangkatan ketempat tujuan yang di sepakati.

3. Tahap penyerahan muatan barang atau penumpang kepada penerima, atau

turunnya penumpang, dan pembayaran biaya pengangkutan dalam pengangkutan barang jika belum dibayar oleh pengirim.

4. Tahap pemberesan/penyelesaian persoalan yang terjadi selama atau

sebagai akibat pengangkutan.

21

YusufSofie, Perlindungan konsumen dan instrument Hukumnnya, Citra Aditya bakti, Bandung, 2000,Hal.188.


(40)

29

BAB III

PENYELENGGARAAN PENGANGKUTAN UMUM DAN PENGATURAN HUKUMNYA

A. Pengaturan Hukum Pengangkutan Darat Dengan Kendaraan Bermotor Dalam UU Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan

Sarana Pengangkutan berguna untuk mempermudah seseorang atau barang dari suatu tempat ke tempat yang lain dan dilakukan dengan cara yang berbeda. Untuk menjaga terlaksananya pengangkutan itu secara tertib dan tentram, maka peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan hukumnya.

Adapun peraturan hukum yang menjadi landasan dalam pengangkutan darat dengan kendaraan bermotor yakni :

- Undang – Undang No. 3 Tahun 1965 Tentang Lalu Lintas dan angkutan

jalan

- Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 1964 sebagai pengganti

“wegverkeersverordening” (stb 1936-451)

- Penetapan Lalu lintas perhubungan (surat keputusan direktur Perhubungan

dan pengairan, tanggal 26 september 1936, No. 101/9/2. Bijblad No. 13700, seperti yang telah dirubah dan ditambah terakhir dengan penetapan menteri perhubungan tanggal 1 juli 1991 No. 24441/Menteri (TLN No. 144).

- Penetapan Lalu lintas jalan dalam negeri (surat keputusan direktur

Pemerintahan dalam negeri tanggal 8 oktober 1936, No. Pol 35/6/1, Bijblad No. 13700, seperti yang telah dirubah dan ditambah dengan surat


(41)

keputusan tanggal 29 desember 1938, No. Pol 35/8/16 (Bijblad No. 14137).

- Undang-undang No.33 Tahun 1965 (LN 1964-137), tentang “Dana

Pertanggungan wajib kecelakaan penumpang”.

- Peraturan pemerintah No.34 Tahun 1965 (LN 1965-28) tentang “

ketentuan pelaksanaan dana kecelakaan lalu lintas jalan”.

- Undang – Undang Nomor 14 Tahun 1992 (LNRI Tahun 1992 No.49)

Tentang lalu lintas dan angkutan jalan.

- Kitab Undang-undang hukum dagang (KUHD) yaitu Buku I, Bab V,

bagian 2 dan 3, mulai pasal 90 sampai dengan pasal 98.

- Undang-undang No. 22 Tahun 2009 Tentang “ lalu lintas dan angkutan

jalan”.22

Peraturan-peraturan diatas adalah landasan hukum dalam Hukum pengangkutan darat dengan kendaraan bermotor, UU no. 22 tahun 2009 Tentang “ Lalu lintas dan angkutan jalan” menjadi Undang-Undang yang terakhir dikeluarkan Hingga saat ini.

Didalam penyelenggaran pengangkutan darat perlu kita mengingat bahwa perjanjian pengangkutan menjadi salah satu syarat untuk mengikat antara penumpang dengan pengemudi atau pengusaha pengangkutan.Namun pada asasnya tida tertulis, tetapi harus dibuktikan dengan dokumen angkutan.Dokumen angkutan diatur dalam undang-undang pengangkutan karena dengan adanya dokumen angkutan berarti telah terjadinya perjanjian pengangkutan.

22Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia Buku Ke 3

/ H.M.N Purwosutjipto, S.H. , Penerbit Djambatan, hal 56.


(42)

31

Didalam hukum pegangkutan kita mengenal adanya objek hukum pengangkutan, objek hukum pengangkutan itu antara lain orang dan barang, untuk itu makam diterbitkanlah dua dokumen angkutan yaitu :

a. Dokumen angkutan penumpag yang disebut karcis penumpang untuk

angkutan darat, perairan, tiket penumpang untuk angkutan udara.

b. Dokumen angkutan barang yang disebut surat angkutan barang untuk

angkutan darat, dokumen muatan untuk angkutan perairan (dalam KUHDagang disebut Konosemen), tiket bagasi untuk barang bawaan penumpang, dan surat muatan udara untuk kargo.

Dalam hal ini penulis akan menjelaskan dokumen angkutan penumpang untuk angkutan darat khususnya Dokumen angkutan kendaraan umum. Dokumen angkutan kendaraan umum terdiri dari karcis penumpang dan surat angkutan barang. Hal ini diatur dalam pasal 166, 167 dan 168 Undang-undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan jalan Raya. Menurut ketentuan pasal ini, karcis penumpang atau surat angkutan barang merupakan tanda bukti telah terjadinya perjanjian dan pembayaran biaya angkutan. Berdasarkan ketentuan pasal tersebut dapat dipahami bahwa dokumen angkutan hanya dapat dimiliki oleh pengirim atau penumpang jika biaya angkutan sudah dibayar lunas.

a. Karcis penumpang

Karcis penumpang diterbitkan atas nama, artinya pada karcis penumpang tidak boleh digunakan oleh orang lain selain penumpang yang bersangkutan. Pasal 166,167 dan 168 undang-undang No.22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan yang mengatur dokumen angkutan tidak memuat keterangan isi karcis penumpang. Untuk itu memahami hal ini, dapat diamati


(43)

praktik perjanjian pengangkutan penumpang antar propinsi. Sebagai contoh adalah karcis penumpang pengangkutan darat yang sudah dibakukan dan memuat rincian berikut ini :

1. Nama dan Nomor bus perusahaan angkutan

2. Nama dan alamat penumpang

3. Terminal pemberangkatan dan terminal tujuan

4. Nomor seri karcis, hari tanggal dan waktu keberangkatan

5. Nomor kursi/tempat duduk

6. Tariff biaya angkutan pengangkut termasuk premi asuransi

7. Tanda tangan pengangkut atau orang atas nama pengangkut

8. Ketentuan-ketentuan lain sebagai klausul angkutan.

b. Surat Angkutan barang

Mengenai surat angkutan barang diatur dalam pasal 90 KUHDagang. Menurut pasal ini, surat angkutan barang memuat keterangan sebagai berikut ini.

1. Nama dan alamat perusahaan angkutan (pengangkut)

2. Nama dan alamat pengirim dan penerima

3. Nama, jumlah, berat,ukuran,merek barang yang diangkut

4. Jumlah biaya angkutan

5. Tempat dan tanggal pembuatan surat angkutan barang

6. Tanda tangan pengangkut dan pengirim/ekspeditur.

Karcis penumpang dan surat angkutan barang juga diatur dalam pasal 163,168 dan 169 Undang-undang No. 22 tahun 2009 Tentang lalu lintas dan angkutan jalan. Tetapi pasal tersebut tidak mengatur rincian keterangan yang


(44)

33

dimuat dalam surat angkutan barang. Rincian tersbut di atur dalam pasal 90 KUHDagang dapat diikuti sebagai standar isi surat angkutan barang yang dapat dikembangkan dalam praktik angkutan. Surat angkutan barang biasanya sudah dibakukan dan dicetak oleh perusahaan angkutan dalam bentuk blanko.Pengirim hanya mengisi blanko tersebut dan menandatanganinya.

Penyelenggaraan peraturan hukum pengangkutan darat dengan kendaraan bermotor selain dapat dilihat dari sudut pandang dokumen namun banyak yang harus kita tinjau dalam penyelenggarannya, yakni dalam BAB V undang – undang No. 22 Tahun 2009 Tentang lalu lintas angkutan jalan menjelaskan Tentang penyelenggaraan dalam Lalu lintas dan angkutan jalan.

Penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan dalam kegiatan pelayanan langsung kepada masyarakat dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, badan hukum, dan/ atau masyarakat. Adapun yang dilakukan oleh pemerintah memiliki tugas pokok dan fungsi masing-masing meliputi :

a. Penyelenggaraan Di bidang jalan meliputi kegiatan pengaturan,pembinaan,

pembangunan,dan pengawasan prasarana jalan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat(2) huruf a yaitu :

- Inventarisasi tingkat pelayanan dan permasalahannya

- Penyusupan rencana dan program pelaksanaannya serta tingkat

penetapan tingkat pelayanan jalan yang diinginkan.

- Perencanaan,Pembangunan, dan optimalisasi pemanfaatan ruas jalan;

- Perbaikan geometric ruas jalan dan persimpangan jalan;


(45)

- Uji kelaikan fungsi jalan sesuai dengan standart keamanan dan keselamatan berlalu-lintas.

- Pengembangan system informasi dan komunikasi di bidang prasarana

jalan.

b. Penyelenggaraan di bidang sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan

jalan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (2) huruf b meliputi:

- Penetapan rencana umum lalu lintas dan angkutan jalan;

- Manajemen dan rekayasa lalu lintas;

- Persyaratan teknis dan laik jalan kendaraan bermotor;

- Perizinan angkutan umum;

- Pengembangan system informasi dan komunikasi;

- Penyidikan terhadap pelanggaran perizinan angkutan umum, persyaratan

teknis dan kelaikan jalan kendaraan bermotor yang memerlukan keahlian dan/atau peralatan khusus yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan undang-undang.

c. Penyelenggaraan di bidang industry sebagaimana dimaksud dalam pasal 7

ayat (2) huruf c meliputi :

- Penyusanan rencana dan program pelaksanaan pengembangan industri

kendaraan bermotor;

- Pengembangan industry perlengkapan kendaraan bermotor yang

menjamin keamanan dan keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan;dan

- Pengembangan industri perlengkapan jalan yang menjamin keamanan


(46)

35

d. Penyelenggaraan di bidang pengembangan teknologi sebagaimana

dimaksud dalam pasal 7 ayat (2) huruf d meliputi :

- Penyusunan rencana dan program pelaksanaan pengembangan teknologi

kendaraan bermotor;

- Pengembangan teknologi perlengkapan kendaraan bermotor yang

menjamin keamanan dan keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan dan;

- Pengembangan teknologi perlengkapan jalan yang menjamin ketertiban

dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan.

e. Penyelenggaraan di bidang registrasi dan indentifikasi kendaraan bermotor

dan pengemudi, penegak hukum , operasional manajemen dan rekayasa lalu lintas, serta pendidikan berlalu lintas sebagaimana dimaksud dalam pasl 7 ayat (2) huruf e meliputi :

- Pengujian dan penertiban surat izin mengemudi kendaraan bermotor;

- Pelaksanaan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor;

- Pengumpulan,pemantauan,pengolahan,dan penyajian data lalu lintas dan

angkutan jalan;

- Pengelolaan pusat pengendali system informasi dan komunikasi lalu

lintas dan angkutan jalan;

- Pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patrol lalu lintas;

- Penegakan hukum yang meliputi penindakan pelanggaran dan

penanganan kecelakaan lalu lintas;

- Pendidikan berlalu lintas;

- Pelaksanaan manajemen dan rekayasa lalu lintas; dan


(47)

Dari setiap instansi penyelenggaraan harus tetap terkoordinasi oleh forum lalu lintas dan angkutan jalan agar dapat menjalankan/merencanakan dan menyelesaikan masalah lalu lintas dan angkutan jalan secara baik.

B. Para Pihak Dan Hubungan Hukum Dalam Perjanjian Pengangkutan Darat

Perjanjian pengangkutan ialah suatu perjanjian dimana satu pihak menyanggupi untuk dengan aman membawa orang atau barang dari suatu tempat tujuan, sedangkan pihak yang lainnya menyanggupi akan membayar biaya pengangkutan. Pada umumnya dalam suatu perjanjian pengangkutan pihak pengangkut bebas untuk memilih sendiri alat pengangkutan yang hendak

dipakainya.23

Didalam Perjanjian Pengangkutan darat ada pihak-pihak yang terkait didalamnya dan bagaimana hubungan hukum. Para pihak yang terkait yaitu pengusaha angkutan, pengemudi, dan penumpang. Menurut HMN Purwosutjipto, Pihak-pihak dalam pengangkutan yaitu pengangkut dan pengirim. Pengangkut adalah orang yang mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat. Lawan dari pihak pengangkut ialah pengirim yaitu pihak yang mengikatkan dari

untuk membayar uang angkutan, dimaksudkan juga ia memberikan muatan.24

Berdasarkan Buku I Bab V bagian ketiga KUHDagang Tentang pengangkutan darat dan perairan darat,yang dimaksud dengan pengangkut adalah

23

R.Subekti.,Aneka Perjanjian, Cetakan kesepuluh, PT Citra aditya bakti, Bandung, 1995, hal. 69-70

24


(48)

37

bukanlah sopir pada mobil atau nahkoda pada kapal, tetapi majikan dari sopir atau

nahkoda tersebut yang menjadikan pihak dalam perjanjian pengangkutan.25

Menurut Purwosutjipto, Pengusaha angkutan merupakan orang yang bersedia menyelenggarakan seluruh pengangkutan dengan jumlah uang angkutan yang dibayar sekaligus untuk semuanya, tanpa mengikatkan diri untuk melakukan

pengangkutan itu sendiri.26Dikatakan Menyelenggarakan angkutan berarti

pengangkutan itu dapat dilakukan sendiri oleh pengangkut atau dilakukan oleh

orang lain atas perintahnya.27

Pihak Lain yang Terkait dalam pengangkutan yaitu pengemudi, Pengemudi menurut pasal 1 ayat 23 UULLAJ, adalah orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang telah memiliki surat izin mengemudi. Adapun pengemudi dalam hal ini merupakan pihak yang menjalankan pengangkutan yang terikat dalam perjanjian kerja dengan pengusaha angkutan.Sedangkan Pihak Penumpang merupakan individu atau perorangan yang berstatus sebagai subyek hukum yang memiliki hak dan kewajiban dalam perjanjian pengangkutan, yaitu penumpang berhak mendapatkan pelayanan jasa angkutan dengan selamat sampai di tempat tujuan, serta berkewajiban membayar ongkos angkutan.

Namun Berdasarkan Pasal 1 ayat 21 UULLAJ, Perusahaan angkutan umum merupakan badan hukum yang menyediakan jasa angkutan orang dan/atau barang dengan kendaraan bermotor umum.Hal Ini dimaksudkan bahwa pengangkut harus merupakan badan hukum yang berbentuk perusahaan bukan merupakan usaha perseorangan hal ini merupakan ketentuan yang berbeda dari UULLAJ yang lama dimana kepemilikan terhadap usaha angkutan umum bisa dimiliki perseorangan.

25Ibid

, Hal. 28.

26Ibid

Hal. 20

27Ibid


(49)

Pihak-pihak yang diuraikan diatas merupakan pihak-pihak yang secara langsung terkait pada perjanjian pengangkutan, maka dari pihak pihak tersebut dapat kita kemukakan hubungan hukum yang terjadi antara pihak pengusaha angkutan dengan pengemudi dan pengangkut dengan penumpang.

Hubungan Hukum antara pengangkut dan pengemudi berdasarakan perjanjian kerja diatur dalam UU No.13 Tahun 2003 Tentang ketenaga kerjaan dan dalam pasal 1601 buku Ketiga bab VII bagian kesatu KUHPdt. Dalam UU No.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan disebutkan dalam pasal 1 ayat 14 bahwa :“perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak”. Sedangkan Menurut Pasal 1601 Buku ketiga Bab VII bagian kesatu KUHPdt yaitu perjanjian antara pihak yang satu (pengemudi) mengikatkan dirinya dibawah perintah majikan ( pengusaha angkutan ) untuk suatu waktu melakukan pekerjaan atau melaksanakan pengangkutan.

Hubungan hukum antara pengusaha angkutan dan pengemudi adalah hubungan yang bersifat subordinasi atay bertingkat dan pemberi kuasa. Dimana pengusaha angkutan mengikatkan diri menyediakan jasa angkutan dan wajib membayar upah bagi pengemudi.

Setelah kita megetahui hubungan hukum antara pengusaha angkutan dengan pengemudi, penulis akan membahas mengenai hubungan hukum dalam perjanjian pengangkutan antara penumpang dengan pengusaha angkutan, dimana hubungan hukum tersebut penumpang mempunyai hubungan hukum yang sejajar atau koordinasi dengan pengangkut. Bahwasannya penumpang bukanlah bawahan pengangkut dan pengangkut bukan atasan penumpang, demikian sebaliknya.


(50)

39

Penumpang disini merupakan pihak yang bebas untuk mempergunakan jasa angkutan sesuai dengan kebutuhannya, sedangkan pengangkut merupakan pihak yang menyelenggarakan pengangkut.

C. Hak Dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Pengangkutan Darat

Dalam Perjanjian pengangkutan darat terdapat para pihak dan dari para pihak tersebut yang mengikatkan diri maka timbullah hak dan kewajiban antar pihak dalam perjanjian pengangkutan darat.Hak dan kewajiban menjadi pendukung dalam subjek hukum. Menurut HMN Purwosujtipto, Kewajiban-Kewajiban dari

pihak pengangkut adalah :28

1. Meyediakan alat pengangkut yang akan digunakan untuk

menyelenggarakan pengangkut.

2. Menjaga keselamatan orang (penumpang) dan/atau barang yang

diangkutnya.dengan demikian maka sejak pengangkut menguasai orang (penumpang) dan/atau barang yang akan diangkut, maka sejak saat itulah pihak pengangkut mulai bertanggung jawab (pasal 1235 KUHperdata).

3. Kewajiban yang disebutkan dalam pasal 470 KUHD yang meliputi:

a. Mengusahakan pemeliharaan, perlengkapan atau peranakbuahan alat

pengangkutnya;

b. Mengusahakan pengangkutan alat pengangkut itu untuk dipakai

menyelenggarakan pengangkutan menurut persetujuan;

c. Memperlakukan dengan baik dan melakukan penjagaan atas muatan

yang diangkut.

28


(51)

4. Menyerahkan muatan ditempat tujuan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian.

Dalam UU no. 22 Tahun 2009 terdapat beberapa kewajiban yang harus dipenuhi oleh perusahaan penyedia angkutan umum yaitu :

1. Menyerahkan tiket penumpang (pasal 167 UU No. 22 Tahun 2009);

2. Menyerahkan tanda bukti pembayaran pengangkut untuk angkutan tidak

dalam trayek (pasal 167 UU no. 22 tahun 2009);

3. Menyerahkan tanda pengenal bagasu kepada penumpang

4. Menyerhakan manifest kepada pengemudi penumpang

5. Perusahaan angkutan umum wajib mengangkut orang dan/atau barang

setelah disepakati perjajian angkutan dan/atau pengirim barang (pasal 186 UU no. 22 Tahun 2009)

6. Perusahaan angkutan umum wajib mengembalikan biaya angkutan yang

telah dibayar oleh penumpang dan/ atau pengirim barang jika terjadi pembatalan pemberangkatan(pasal 187 UU no. 22 Tahun 2009)

7. Perusahaan angkutan umum wajib mengganti kerugian yang diderita oleh

penumpang atau pengirim barang karena lalai dalam melaksanakan pelayanan angkutan (pasal 188 UU No. 22 Tahun 2009);

8. Perusahaan angkutan umum wajib mengasuransikan tanggung jawabnya (

pasal 189 UU no. 22 Tahun 2009 ).

Di samping kewajiban yang dibebankan kepada pengangkut (perusahaan penyedia angkutan) oleh undang-undang, terdapat juga hak-hak yang diberikan kepada pengangkut. Hak-hak yang dimiliki oleh pihak pengangkut, antara lain;


(52)

41

2. Pemberitahuan dari pengirim mengenai sifat, macam dan harga barang

yang akan diangkut, seperti yang disebutkan dalam pasal 469,470 ayat (2), 479 ayat (1) KUHD.

3. Penyerahan surat-surat yang diperlukan dalam rangka mengangkut barang

yang diserahkan oleh pengirim kepada pengangkut berdasarkan pasal 478 ayat (1) KUHD.

Selain kewajiban-kewajiban yang telah disebutkan di atas, pada UU No. 22 Tahun 2009 juga terdapat beberapa hak-hak dari pihak pengangkut, yaitu :

1. Perusahaan angkutan umum berhak untuk menahan barang yang diangkut

jika pengirim atau penerima tidak memenuhi kewajiban dalam batas waktu yang ditetapkan sesuai dengan perjanjian angkutan (pasal 195 ayat (1).

2. Perusahaan angkutan umum berhak memungut biaya tambahan atas

barang yang disimpan dan tidak diambil sesuai dengan kesepakatan (pasal 195 ayat (2).

3. Perusahaan angkutan umum berhak menjual barang yang diangkut secara

lelang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan jika pengirim atau penerima tidak memnuhi kewajiban (pasal 195 ayat (3).

4. Jika barang angkutan tidak diambil oleh pengirim atau penerima sesuai

dengan batas waktu yang tekag disepakati, perusahaan angkutan umum berhak memusnahkan barang yang sifatnya berbahaya atau mengganggu dalam penyimpanannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (pasal 196).


(53)

Adapun juga kewajiban dari pengemudi kendaraan bermotor umum menurut Pasal 124 ayat (1) UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan angkutan jalan yaitu :

1. Mengangkut penumpang yang membayar sesuai dengan tariff yang telah

ditetapkan;

2. Memindahkan penumpang dalam perjalanan ke kendaraan lain yang

sejenis dalam trayek yang sama tanpa dipungut biaya tambahan jika kendaraan mogok, rusak, kecelakaan, atau atas perintah petugas;

3. Menggunakan lajur jalan yang telah ditentukan atau menggunakan lajur

paling kiri, kecuali saat akan mendahului atau mengubah arah;

4. Memberhentikan kendaraan selama menaikkan dan/atau menurunkan

penumpang;

5. Menutup pintu selama kendaraan berjalan dan

6. Mematuhi batas kecepatan paling tinggi untuk angkutan umum.

Sedangkan hak dari pengemudi kendaraan bermotor mendapatkan upah dari perusahaan angkutan sesuai dengan perjanjian pengangkutan darat, mengenai hak pengemudi kendaraan bermotor tidak dijelaskan pada UU no. 22 Tahun 2009.

Selanjutnya Pihak penumpang turut dikenakan kewajiban dan haknya dalam perjanjian pengangkutan dimana yang menjadi kewajiban utamanya adalah membayar biaya pengangkutan.setelah membayar biaya pengangkutan kepada pihak pengangkut maka secara otomatis pihak penumpang mempunyai hak atas

pelayanan pengangkutan dari pihak pengangkut.29

29


(54)

43

BAB IV

PENYELENGGARAAN PENGANGKUTAN DARAT DENGAN KENDARAAN BERMOTOR PRIBADI (MOBIL PLAT HITAM) MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG

LALU LINTAS ANGKUTAN JALAN

A. Peraturan Yang Digunakan Untuk Mengatur Kendaraan Bermotor Pribadi (Mobil Plat Hitam) Sebagai Angkutan Umum

Telah kita ketahui bersama di lapangan, bahwa kendaraan bermotor pribadi sangat banyak digunakan sebagai angkutan umum.Hal tersebut sudah dilakukan oleh pemilik kendaraan bermotor pribadi sehari-hari dan lebih parah lagi dijadikan sebagai mata pencaharian. Pemilik kendaraan bermotor pribadi tersebut mengetahui bahwa tindakan itu sebenarnya telah melanggar hukum khususnya terhadap Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 dan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang lalu lintas dan Angkutan jalan.

Kendaraan bermotor (mobil Plat Hitam) yang digunakan sebagai angkutan umum sebelumnya harus memenuhi persyaratan Undang-Undang lalu lintas dan jalan umum (UULLAJ) terlebih dahulu. Hal tersebut perlu dilakukan mengingat jaminan pelayanan kualitas angkutan umum harus diutamakan. Persyaratan-persyaratan tersebut meliputi izin usaha, trayek, dan operasi angkutan umum, kelaikan jalan mobil yang digunakan sebagai angkutan umum, asuransi kendaraan angkutan umum, serta ketentuan mobil yang harus dipenuhi sebagai angkutan umum menurut UULLAJ. Adapun izin usaha angkutan umum yang


(55)

menyelenggarakan angkutan orang diatur dalam Pasal 173 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 selanjutnya disebut (UULLAJ) yang berbunyi antara lain : Pasal 173 UULLAJ

1. Perusahaan angkutan umum yang menyelenggarakan angkutan orang

dan/atau barang wajib memiliki :

a. Izin penyelenggaraan angkutan orang dalam trayek;

b. Izin penyelenggaraan angkutan orang tidak dalam trayek; dan/atau

c. Izin penyelenggaraan angkutan barang khusus atau alat berat.

2. Kewajiban memiliki izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak

berlaku untuk:

a. Pengangkutan orang sakit dengan menggunakan ambulans; atau

b. Pengangkutan jenazah.

Syarat wajib perolehan ijin usaha angkutan umum lebih khusus di atur dalam Pasal 20 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 Tentang Angkutan Jalan mengenai persyaratan yang wajib dipenuhi yaitu :

a. Memiliki nomor pokok wajib pajak (NPWP)

b. Memiliki akte pendirian perusahaan bagi pemohon yang berbentuk

badan usaha sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ayat (2) huruf a dan huruf b, akte pendirian koperasi bagi pemohon sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ayat (1) huruf c dan tanda jati diri bagi pemohon sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ayat (1) huruf d;

c. Memiliki surat keterangan domisili perusahaan;


(56)

45

e. Pernyataan kesanggupan untuk memiliki atau menguasai kendaraan

bermotor;

f. Pernyataan kesanggupan untuk menyediakan fasilitas penyimpanan

kendaraan bermotor.

Untuk izin penyelenggaraan angkutan orang dalam trayek diatur dalam pasal - pasal berikut ini :

Pasal 174 UULAJ

1. Izin sebagaimana dimaksud dalam pasal 173 ayat (1) berupa dokumen

kontrak dan/atau kartu elektronik yang terdiri atas surat keputusan, surat pernyataan, dan kartu pengawasan.

2. Pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui

seleksi atau pelelangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa izin pada 1(satu)

trayek atau pada beberapa trayek dalam satu kawasan.

Syarat wajib lainnya untuk memperoleh ijin trayek angkutan umum tertuang dalam pasal 27 perauran pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 yaitu :

1. Untuk memperoleh ijin trayek sebagaimana dimaksud dalam pasal 26 ayat

(2) wajib memenuhi persyaratan :

a. Memiliki ijin usaha angkutan;

b. Memiliki atau menguasai kendaraan bermotor yang laik jalan;

c. Memiliki atau menguasai fasilitas penyimpanan kendaraan bermotor;


(57)

2. Untuk kepentingan tertentu kepada perusahaan angkutan dapat diberikan ijin untuk menggunakan kendaraan bermotor cadangannya menyimpang dari ijin trayek yang dimiliki.

Pasal 175 UULLAJ

1. Izin penyenggaraan angkutan umum berlaku untuk jangka waktu tertentu

2. Perpanjangan izin harus melalui proses seleksi atau pelelangan

sebagaimana dimaksud dalam pasal 174 ayat (2).

Pasal 176 UULLAJ

Izin penyelenggaraan angkutan orang dalam trayek sebagaimana dimaksud dalam pasal 173 ayat (1) huruf a diberikan oleh :

a. Menteri yang bertanggung jawab di bidang sarana dan prasarana lalu lintas

dan angkutan jalan untuk penyelenggaraan angkutan orang yang melayani:

1. Trayek lintas batas Negara sesuai dengan perjanjian antar Negara;

2. Trayek antar kabupaten kota yang melampui wilayah 1(satu) provinsi;

3. Trayek angkutan perkotaan yang melampaui wilayah 1 (satu) provinsi;

dan

4. Trayek perdesaan yang melewati wilayah 1 (satu) provinsi

b. Gubernur untuk penyelenggaraan angkutan orang yang melayani:

1. Trayek antar kota yang melampaui wilayah 1 (satu) kabupaten/kota

dalam 1 (satu) provinsi;

2. Trayek angkutan perkotaan yang melampaui wilayah 1(satu)

kabupaten/kota dalam satu provinsi; dan

3. Trayek perdesaan yang melampui wilayah 1 (satu) kabupaten dalam


(58)

47

c. Gubernur daerah khusus ibukota Jakarta untuk penyelenggaraan angkutan

orang yang melayani trayek yang seluruhnya berada dalam wilayah provinsi daerah khusus ibu kota Jakarta.

d. Bupati untuk penyelenggaraan angkutan orang yang melayani:

1. Trayek perdesaaan yang berada dalam satu wilayah kabupaten;

2. Trayek perkotaan yang berada dalam satu wilayah kabupaten.

e. Walikota untuk penyelenggaraan angkutan orang yang melayani trayek

perkotaan yang berada dalam satu wilayah kota.

Pasal 177 UULLAJ

Pemegang izin penyelenggaraan angkutan orang dalam trayek wajib:

a. Melaksanakan ketentuan yang ditetapkan dalam izin yang diberikan; dan

b. Mengoperasikan kendaraan bermotor umum sesuai dengan standar

pelayanan minimal sebagaimana dimaksud dalam pasal 141 ayat (1).

Lebih khusus mengenai permohonan ijin trayek angkutan umum diatur dalam pasal 30 peraturan pemerintah nomor 41 tahun 1993 yaitu :

1. Permohonan ijin trayek sebagaimana dimaksud dalam pasal 26 ayat (2)

diajukan kepada menteri.

2. Persetujuan atau penolakan ijin trayek diberikan dalam jangka waktu 14

(empat belas) hari kerja setelah permohonan diterima secara lengkap.

3. Penolakan permohonan ijin trayek sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)

diberikan secara tertulis disertai dengan alasan penolakan.

Sedangkan untuk perizinanan penyelenggaraan angkutan orang diatur dalam pasal 179 UULLAJ yang antara lain berbunyi :


(59)

Pasal 179 UULLAJ

1. Izin penyelenggaraan angkutan orang tidak dalam trayek sebagaimana

dimaksud dalam pasal 173 ayat (1) huruf b diberikan oleh :

a. Menteri yang bertanggung jawan di bidang sarana dan prasarana lalu

lintas dan angkutan jalan untuk angkutan orang yang melayani :

a.1. angkutan taksi yang wilayah operasinya melampui satu daerah provinsi ;

a.2. angkutan dengan tujuan tertentu atau a.3. angkutan pariwisata.

b. Gubernur untuk angkutan taksi yang wilayah operasinya melampui lebih dari satu daerah kabupaten/kota dalam satu provinsi;

c. Gubernur daerah khusus ibu kota Jakarta untuk angkutan taksi dan angkutan kawasan tertentu yang wilayah operasinya berada dalam wilayah provinsi daerah khusus ibukota Jakarta dan

d. bupati/walikota untuk taksi dan angkutan kawasan tertentu yang wilayah operasinya berada dalam wilayah kabupaten/kota.

2. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan persyaratan pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan menteri yang bertanggung jawab di bidang sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan.

Izin penyelenggaraan angkutan untuk barang diatur dalam pasal 180 UULAJ yang isinya antara lain :


(1)

75

Mengingat jumlah angkutan resmi sendiri sangatlah terbatas tetapi keadaan dilapangan membuktikan bahwa angkutan umum resmi yang beredar tidak dapat menampung banyaknya pengguna jasa angkutan umum.Keadaan ini memberikan keuntungan dan kesempatan kepada angkutan umum tidak resmi berplat hitam untuk beroperasi.

4. Faktor kendala penertiban operasional angkutan umum oleh instalasi terkait.

Kendala yang dihadapi untuk menertibkannya adalah apabila kendaraan tersebut sudah berada di jalan raya (beroperasi) dimana sulit mengetahui apa angkutan tersebut mengangkut penumpang dan menyalahgunakan angkutan tersebut, jadi penertiban ini harus dari dua sisi tidak hanya dari DISHUB dan DITLANTAS tetapi peran penting kesadaran masyarakat untuk mengindahkan peraturan Negara yaitu tertulis dalam peraturan perundang-undangan agar menciptakan suasana kondusif berkendara yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan tidak menyalahi aturan.

3. Sanksi hukum dapat mencegah dan mengurangi pengoperasian mobil pribadi berplat hitam yang dijadikan angkutan umum, sanksi tersebut berupa sanksi pidana dan sanksi administrasi. Hukumannya dapat berupa penilangan kendaraan, kurungan, denda, serta pencabutan izin usaha. Adapun tindakan yang dilakukan Ditlantas dalam penanganan ini berupa Sanksi pidana seperti penilangan, kurungan serta denda. Dari Dishub sendiri melakukan tindakan sanksia dministrasi seperti pencabutan izin


(2)

usaha. Dalam UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu-Lintas Angkutan Jalan juga mengatur sanksi pidana mengenai pelanggaran angkutan, terdapat pada Pasal 260,285 ayat 2, 286, pasal 304, 308, 309, 313, UULLAJ sanksi berikut dapat dipergunakan sebagai control dalam pengoperasian angkutan umum tersebut. Disamping itu adanya sanksi, dapat melindungi kepentingan masyarakat dan Negara serta keamanan dan ketertiban lalu-lintas.

B. SARAN

1. Dari sisi pemilik/pengusaha angkutan plat hitam diharapkan untuk terlebih dahulu memikirkan konsekuensi dari apa yang mereka lakukan sehingga kembali kepada esensi utama bahwa ketika membuka sebuah bisnis terutama yang bergerak dalam bidang trasnportasi, haruslah sesuai dengan ketentuan hukum, harus dengan prosedur yang benar, sehingga tidak ada pihak yang dirugikan, selain itu keuntungan yang diperoleh ketika kita mendirikan badan usaha jasa transportasi dengan prosedur yang benar, sangat meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk menggunakannya, karena jaminan keamanan yang pasti dan standard ganti rugi yang mereka dapatkan ketika mengalami suatu kecelakaan.

2. Dari sisi masyarakat sendiri diharapkan tidak menggunakan jasa angkutan tersebut, karena angkutan itu tidak mempunyai tanggung jawab dan jaminan asuransi serta ganti rugi apabila terjadi musibah. Masyarakat diharapkan untuk lebih cerdas dalam memilih angkutan, karena banyak


(3)

77

faktor yang sifatnya harus dikendalikan hukum, tetapi menjadi tidak berfungsi dan tidak dipertanggung jawabkan jika sewaktu-waktu dibutuhkan, masyarakat juga harus tampil aktif dalam upaya penertiban angkutan ilegal ini, demi terciptanya keadaan trasnportasi dengan standard kualitas yang baik.

3. Pemerintah bersama aparat penegak hukum yang berwenang dibidang lalu lintas dan angkutan jalan yaitu pihak Kepolisian dan Dinas Perhubungan harus secara berkelanjutan melakukan pengawasan dan razia terhadap operasional mobil pribadi berplat hitam yang digunakan menjadi angkutan umum, demi meningkatkan ketertiban angkutan umum dan situasi yang kondusif. Banyak metode penanggulangan yang dapat dilakukan yang diharpkan bisa menjadi usaha yang efektif, diantaranya : melakukan sosialisai hukum; penyuluhan; penyampaian informasi yang tepat sasaran; efek jera; pengawasan yang terpadu; razia yang rutin; dan ketentuan hukum yang tetap; dan yang paling utama adalah dibutuhkannya sikap tegas dan komitmen untuk terus melakukan tindakan-tindakan tersebut, tentunya harus didukung dengan sumber daya manusia (aparat) yang berkualitas dan memiliki mental yang baik, khususnya dalam melakukan law enforcement terhadap pengelola sarana transportasi ilegal sesuai dengan ketentuan UULLAJ. Meningkatkan layanan yang semakin baik dalam hal perizinan transportasi dan tidak terkesan mempersulit badan usaha jasa/perorangan untuk melakuakn prosedur yang baik ketika membuka bisnis angkutan umum.


(4)

78

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-Buku

Hadisoeprapto ,Hartono.1984.Pokok-Pokok Hukum Perikatan dan Hukum Jaminan, Liberty,Yogyakarta.

Mertokusumo ,Sudikno. 1996. Penemuan Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Jakarta.

Muhammad, Abdulkadir. 1991. Hukum Pengangkutan Darat Dan Udara, Cetakan pertama, aditya bakti.

Nurbaiti,Siti. 2009. Hukum Pengangkutan Darat : Jalan Dan Kereta Api.Universitas Trisakti, Jakarta.

Purba, Hasim. 2005. Hukum Pengangkutan Di Laut, Pustaka Bangsa Press, Medan.

Purwosutjipto, S.H., H.M.N. 1991. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia Buku KeTiga, PenerbitDjambatan, Jakarta.

Sunggono,Bambang. 2010.Metodologi Penelitian Hukum, Raja Grafindo,Jakarta, Suharnoko, 2004.Hukum Perjanjian, Prenada media, Jakarta.

Suherman.E . 2002. Aneka Masalah Hukum Kedirgantaraan, CV.Mandar Maju, Bandung.

Shofie ,Yusuf. 2002. Pelaku Usaha,Konsumen,Dan Tindak Pidana Korporasi,Ghalia indonesia, Jakarta.

---,2000.PerlindunganKonsumen Dan Instrument Hukumnnya, Citra Aditya bakti, Bandung.


(5)

79

Subekti, R. 1995.Aneka Perjanjian, Cetakan Kesepuluh, PT Citra aditya bakti, Bandung.

Subekti, R. dan Tjitrosudibio, R. 2004.Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Cetakan Ketiga Puluh Empat, PT. Pradnya Paramita, Jakarta.

---. 2006. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dan Undang-Undang Kepailitan, Cetakan ketigapuluh, PT. Pradnya Paramita, Jakarta.

Tjakranegara,Soegijana. 1995. Hukum Pengangkutan Barang Dan Penumpang, Cetakan. pertama,Rhineka Cipta, Jakarta.

Uli,Sinta, 2006. Pengangkutan:Suatu Tinjauan Hukum Multimoda Transport, Angkutan Laut, Angkutan Darat, Dan Angkutan Udara Cetakan pertama, Usupress 2006, Medan.

B. Peraturan PerUndang-Undangan

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan

Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Peraturan Pemerintah No.41 Tahun 1993 Tentang Angkutan Jalan

Keputusan Menteri No. 35 Tahun 2003 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Di Jalan Dengan Kendaraan Umum

C. Internet

http://beritasore.com/2011/09/12/organda-desak-tertibkan-taksi-gelap/. Organda Desak Tertibkan taksi gelap.12 september, 2011.


(6)

http://economi.okezone.com/read/2014/10/02/457/1047257/organda-minta-jokowi-tertibkan-angkot-plat-hitam. Organda minta jokowi tertibkan angkot plat hitam. 2 Oktober 2014.

Pengertian transportasi.Juli 2011.

http://manado.tribunnews.com/2015/02/14/komisi-iii-dprd-sulut-minta-dishub-dan-polda-tertibkan-taxi-gelap


Dokumen yang terkait

KEBIJAKAN KRIMINAL DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

0 3 2

PENULISAN HUKUM / SKRIPSI TINJAUAN YURIDIS TERHADAP UNDANG-UNDANG NO 22 TAHUN 2009 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP UNDANG-UNDANG NO 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN.

0 3 11

BAB 1 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP UNDANG-UNDANG NO 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN.

0 3 10

PENUTUP TINJAUAN YURIDIS TERHADAP UNDANG-UNDANG NO 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN.

0 2 5

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU-LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN Implementasi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu-Lintas Dan Angkutan Jalan (Studi Kasus Kecelakaan Lanjar Sriyanto Dalam Putusan Nomor 249/Pid.B/2009/Pn.Kray

0 2 13

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU-LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN Implementasi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu-Lintas Dan Angkutan Jalan (Studi Kasus Kecelakaan Lanjar Sriyanto Dalam Putusan Nomor 249/Pid.B/2009/Pn.Kra

0 1 18

undang undang no 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan

0 0 107

BAB II PENYELENGGARAAN JASA ANGKUTAN UMUM PADA PENGANGKUTAN DARAT A. Perjanjian Pengangkutan - Tinjauan Yuridis Keberadaan Kendaraan Bermotor (Mobil) Pribadi Berplat Hitam Sebagai Angkutan Umum Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas

0 0 14

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tinjauan Yuridis Keberadaan Kendaraan Bermotor (Mobil) Pribadi Berplat Hitam Sebagai Angkutan Umum Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan (Studi Pada Ditlantas Poldasu Dan Dishub

0 0 14

Tinjauan Yuridis Keberadaan Kendaraan Bermotor (Mobil) Pribadi Berplat Hitam Sebagai Angkutan Umum Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan (Studi Pada Ditlantas Poldasu Dan Dishub Provinsi Sumatera Utara)

0 0 9