IZIN PENELITIAN SETDA DIY Karakteristik Audit Sektor Publik.

4.22. Uji t ................................................................................................... 49 4.23. Uji Nilai F ......................................................................................... 53 4.24. Uji Koefisien adjusted R 2 ................................................................ 54 ABSTRACT This study aimed to test factors that affect internal audit quality of Government’s environment. Factors tested in this study are, indepndence, competence,ethics, due proffesional care, job experience, and audit quality. The population used in this study is the office of the Inspectorate of government auditor in the district of Bantul, Gunung Kidul, Kulon Progo, Sleman, and Yogyakarta. Sampling was purpvosive sampling method with certain criteria in order to represant the population. Data was collected by survei methods. Data obtained using a questionnaire which was distributed directly tho auditor. Who works in the office of the inspectorate. This study used multiple regresion with spss 15.0. the test result showed that ethics audit positif effect on audit qualit. Independence, Competence, Due Proffesional Care and Job experience of auditor has no effect on audit quality. Keywords: Independence, Competence, Ethics, Due Proffesional Care, Job experience and Audit Quality. 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kasus penyelewengan uang negara seperti yang terjadi di Kabupaten Bengkalis yang melibatkan kepala inspektorat kabupaten bengkalis terkait dugaan korupsi penyelewengan dana penyertaaan modal Pemkab bengkalis ke badan usaha milik daerah BUMD Bengkalis, PT Bumi Laksamana Jaya BLJ. Kasus ini semakin menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap lembaga - lembaga pemeriksa atas pengelolaan keuangan daerah dalam hal ini inspektorat provinsi kabupatenkota dan auditor internal sebagai komponen di dalamnya yang diberikan wewenang untuk kegiatan dan pengawasan laporan keuangan daerah. Untuk itu inspektorat khususnya Auditor harus bekerja ekstra keras Dan memiliki sikap yang sesuai dengan kode etik akuntan publik untuk menekan kasus penyelewengan uang negara Sehingga laporan keuangan dapat tersaji secara akuntabel dan transparan demi terwujudnya Good Governance. Menurut Mardiasmo 2005 , Terdapat tiga aspek utama yang mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik Good Governance , yaitu Pengawasan, pengendalian, dan pemeriksaan. Sesuai Dengan Pasal 4 peraturan Menteri Dalam negeri No 64 Tahun 2007. Dalam pasal tersebut dinyatakan bahwa dalam melaksanakan tugas pengawasan urusan pemerintahan, inspektorat provinsi, kabupatenkota mempunyai fungsi sebagai berikut: Pertama, perencanaan program pengawasan; kedua, perumusan kebijakan dan fasilitas pengawasan; 2 ketiga, pemeriksaan, pengusutan, pengujian, dan penilaian tugas pengawasan. Inspektorat mempunyai tugas menyelenggarakan kegiatan pengawasan umum Pemerintah Daerah, sehingga dalam tugasnya Inspektorat sama dengan internal auditor. Terkait dengan proses pengawasan dan pemeriksaan atas pengelolaan keuanga negara, di Indondesia proses tersebut dilakukan oleh auditor Pemerintahan yang terdiri dari inspektorat jenderal departemen, satuan pengawasan intern SPI dilingkungan lembaga negara dan BUMN Badan Usaha Milik Negara BUMD Badan Usaha Milik Daerah Inspektorat wilayah provinsi Itwilprop, Badan Pengawasan Keuangan dan pembangunan BPKP dan badan pemeriksa keuangan BPK yang Merupakan lembaga pemeriksa eksternal yang independen. Berdasarkan data yang dirilis KPK Komisi Pemberantasan Korupsi dimana masih kasus korupsi di lingkungan pemerintahan yang dilakukan pejabat- pejabat dan instansi-instansi daerah yang berdampak pada kerugian daerah. untuk Tahun 2016, Anggota DPR Dewan Perwakilan Rakyat dan DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebanyak 18 orang, WalikotaBupati dan wakil sebanyak 1 orang, Eselon I, II, dan III Sebanyak 6 orang Dan Lainnya Sebanyak 14 Orang, Sementara untuk Instansi – Instansi Pemerintah penanganan tindak pidana korupsi lebih banyak ditemukan di kementerianlembaga sebanyak 21 perkara, Pemprov sebanyak 11 perkara, lingkungan DPR Dewan Perwakilan Rakyat dan DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebanyak 7 perkara, dan BUMN Badan Usaha Milik Negara BUMD Badan Usaha Milik Daerah sebanyak 5 perkara . Banyaknya kasus korupsi di lingkungan pemerintah 3 mencerminkan bahwa diperlukan peningkatan kualitas auditor sebagai untuk mengungkap segala bentuk bentuk penyelewengan keuangan. Per05M.Pan032008, dan berdasarkan peraturan BPK No. 01 tahun 2007 tentang standar pemerksaan keuangan yaitu : 1. Persyaratan kemampuan keahlian 2. Independensi 3. Penggunaan kemahiran proffessional secara cermat dan seksama Independensi berarti bebas dari pengaruh, baik dari manajemen yang bertanggung jawab atas penyusunan laporan keuangan terhadap pengguna laporan tersebut. Hal ini dimaksudkan agar auditor terbebas dari pengaruh subyektifitas para pihak yang terkait, sehingga pelaksanaan audit dan hasilnya dapat diselenggarakan secara obyektif. Independensi yang dimaksud meliputi independensi dalam kenyataan in fact dan dalam penampilan in appereance independensi dalam kenyataan lebih cenderung oleh sikap mental yang tidak terpengaruhi oleh pihak manapun. Sedaangkan independensi dalam penampilan ditunjukan oleh keadaan tampak luar yang dapat mempengaruhi pendapat orang lain terhadap independensi auditor. Kompetensi dapat diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman, kompetensi yang dapat meyakinkan bahwa kualitas jasa audit yang diberikan memenuhi tingkat profesionalisme tinggi. Dalam melaksanakan audit, akuntan publik harus bertindak sebagai seorang yang ahli di bidang akuntansi dan auditing. Kompetensi seorang auditor ditunjukkan oleh latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimiliknya. Dari segi pendidikan, idealnya seorang auditor 4 memiliki latar belakang pendidikan pendidikan formal atau pendidikan dan latihan sertifikasi dibidang auditing. Sedangkan pengalaman, lazimnya ditunjukkan oleh lamanya yang bersangkutan berkarir dibidang audit atau entitassering dan bervariasinya melakukan audit. Jika auditor menugaskan orang yang kurang belum berpengalaman, maka orang tersebut harus disupervisi dibimbing oleh seniornya yang berpengalaman. American accounting Association AAA committe on Basic auditing concept dalam Christiawan dalam Tjun 2012 menyatakan bahwa kualitas audit ditentukan oleh 2 hal yaitu kompetensi dan independensi. Faktor yang juga berpengaruh terhadap kualitas audit adalah etika Kepatuhan pada kode etik menyatakan bahwa auditor wajib mematuhi kode etik yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari standar audit APIP, dengan kriterianya kode etik pejabat pengawas pemerintahauditor dengan rekan sekerjanya, auditor dengan atasannya, auditor dengan objek pemeriksanya dan auditor dengan masyarakat untuk memastikan bahwa profesi akan mempertahankan tingkat kinerja yang tinggi. Untuk menjaga kualitas audit profesi akuntan telah mengembangakan tingkat rerangka aturan yang terdiri dari elemen – elemen Munawirdalam sunyoto 2014 yaitu pembentuk standar standard setting aturan kantor akuntan firm regulation , aturan pribadi self regulation, dan aturan pemerintah self regulation. Due proffesional care mengacu pada kemhiran profesional yang cermat dan seksama. Kemahiran proffesional menuntut auditor untuk selalu berpikir kritis dan berhati – hati terhadap bukti audit yang ditemukannya. Singgih dan bawono 5 2010 mendefinisikan due proffesional care sebagai kecermatan dan keseksamaan dalam penggunaan kemahiran proffesional yang menuntut auditor untuk melaksanakan skeptisme proffesional. Dalam melaksanakan tugasnya auditor harus menggunkan keahliannya dengan cermat, direncanakan dengan baik, menggunkan pendekatan yang sesuai, serta memberikan pendapat berdasarkan bukti yang cukup dan ditelaah secara mendalam. Due proffesional care merupakan hal yang penting dan perlu diterapkan oleh akuntan publik agar trcapainya kualitas audit yang memadai dalam pelaksanaan pekerjan proffesionalnya. Dalam melaksanakan tugasnya, auditor harus menggunakan keahliannya dengan cermat. Faktor lain yang mempengaruhi kualitas audit yaitu pengalaman auditor. Ranupandojo dalam Hapsari 2012 menyebutkan bahwa pengalaman kerja adalah ukuran tentang lama waktu atau masa kerja yang telah ditempuh seseorang dapat memahami tugas tugas suatu pekerjaan dan telah melaksanakan dengan baik. Pengalaman merupakan atribut yang dimiliki auditor, terbukti dengan tingkat kesalahan yang dibuat auditor, auditor yang sudah berpenglaman biasnya lebih dapat mengingat kesalahan atau kekeliruan yang tidak lazim atau wajar adan lebih selektif terhadap informasi informasi yang relevan dibandingkan dngan auditor yang kurang berpengalaman Asih dalam Sari , 2011. Penelitian ini merupakan Replikasi dari penelitian Elvira Zeyn 2014. Peneitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya yakni, dengan menambah variabel independensi, kompetensi, etika, due professional care dan pengalaman kerja. Dan metode penelitian serta perbedaan sampel penelitian yaitu 6 auditor pemerintah yang bekerja di kantor inspektorat kabupatenkota di daerah istimewa yogyakarta

B. Batasan Masalah

Batasan Masalah Dalam penelitian ini yaitu hanya mengambil data dari inspektorat – inspektorat Di Daerah istimewa Yogyakarta atau belum memcakup ke wilayah yang lebih luas seperti misalnya jawa tengah dan Pulau Jawa, variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah, Independensi, kompetensi, etika, Due Proffesional Care, dan pengalaman kerja, Variabel yang lain seperti, Akuntabilitas, evektifitas,dll tidak digunakan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar belakang yang telah dijabarkan diatas, maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah Sebagai Berikut : 1. Apakah Independensi auditor Berpengaruh Positif Terhadap Kualitas Audit internal ? 2. Apakah Kompetensi Auditor Berpengaruh Positif Terhadap Kualitas Audit internal ? 3. Apakah Etik Auditor Berpengaruh Positif Terhadap Kualitas Audit Internal ? 4. Apakah due proffesional Care Berpengaruh Positif Terhadap Kualitas Audit Internal ? 5. Apakah Pengalaman Kerja Berpengaruh Positif Terhadap Kualitas Audit Internal ? 7 6. Apakah Independensi, Kompetensi, Etika, due proffesional care, dan pengalaman kerja Berpengaruh Positif Terhadap Kualitas Audit Internal ?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah untuk Menguji Apakah: 1. Independensi auditor Berpengaruh Positif Terhadap Kualitas Audit internal 2. Kompetensi Auditor Berpengaruh Positif Terhadap Kualitas Audit internal 3. Etik Auditor Berpengaruh Positif Terhadap Kualitas Audit Internal 4. due proffesional Care Berpengaruh Positif Terhadap Kualitas Audit Internal 5. Pengalaman Kerja Berpengaruh Positif Terhadap Kualitas Audit Internal 6. Independensi, Kompetensi, Etika, due proffesional care, dan pengalaman kerja Berpengaruh Positif Terhadap Kualitas Audit Internal

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan atau tambahan wawasan serta bukti mengenai faktor- faktor apa saja yang Mempengaruhi kualtas audit internal pemerintah daerah pada inspektorat – inspektorat di Daerah istimewa Yogyakarta. 8 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang relevan bagi pemerintah dalam meningkatkan pendapatan daerah melalui kualitas audit. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Audit

Mulyadi dan Puradiredja dalam Sunyoto 2014: 5 memberi definisi bahwa auditing adlah suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan –pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan –pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil –hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan. Menurut Arrens dan Loebbecke dalam Ashari 2011 pengertian auditing adalah suatu kegiatan pengumpulan dan penilaian bukti-bukti yang menjadi pendukung informasi kuantitatif suatu entitas untuk menentukan dan melaporkan sejauhmana kesesuaian antara informasi kuantitatif tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Audit harus dilakukan oleh institusi atau orang yang kompeten dan independen.” Menurut American accounting Association AAA committe on Basic auditing concept auditing adalah suatu proses yang sistematis untuk mendapatkan dan menilai bukti –bukti secara objektif, yang berkaitan dengan Pernyataan –pernyataan tentang tindakan–tindakan dan kejadian kejadian ekonomi, untuk menentukan kesesuaian antara pernyatan –pernyataan tersebut 10 dengan kriteria yang telah ditetapkan, dan menyampaikan hasilnya kepada pihak yang berkepentingan Munawir,Dalam Sunyoto 2014.

2. Audit Sektor Publik

Audit pemerintahsektor publik berbeda dengan audit pada sektor bisnis atau audit sektor swasta. Audit sektor publik dilakukan pada organisasi pemerintahan yang bersifat nirlaba seperti sektor pemerintahan daerah pemda, BUMN, BUMD dan instansi lain yang berkaitan dengan pengelolaan kekayaan negara. Sedangkan audit sektor bisnis dilakukan pada pada perusahaan- perusahaan milik swasta yang bersifat mencari laba Bastian, dalam Ashari 2011 di indonesia audit ini dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan BPK yang dibentuk sebagai perwujudan dari pasal 23 ayat 5 Undang-undang dasar 1945 yang be rbunyi sebagai berikut “Untuk memeriksa tanggung jawab tentang keuangan negara ditetapkan suatu badan pemeriksa keuangan yang yang pengaturannya ditetatapkan dengan undang-undang. Hasil pemeriksaan itu diberitahukan kepada dewan perwakilan rakyat ” Menurut Mulyadi dan Kanaka dalam Sunyoto 2014 : 29 auditor pemerintah adalah auditor proffesional yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit – unit organisasi atau entitas pemerintahan atau pertanggung jawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah. Pada sektor publik interaksi antara pemilik, dalam hal ini masyarakat yang diwakili oleh legislatif, dengan manajemen sektor publik pemerintah diatur dengan jelas pada berbagai peraturan perundang-undangan. Audit sektor publik 11 juga sangat dipengaruhi oleh peraturan perundang-undangan. Berbagai peraturan perundang-undangan tersebut terutama mengatur hal-hal yang harus diaudit dan yang harus dilaporkan dalam laporan audit. Oleh karena itu, audit sektor publik sangat menekankan aspek ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini sesuai dengan UU No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. UU ini menyatakan bahwa pemeriksaan berfungsi untuk mendukung keberhasilan upaya pengelolaan keuangan Negara secara tertib dan taat pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Laporan audit sektor publik menyediakan informasi lebih banyak daripada laporan audit pada sektor swasta. Hal ini pada gilirannya akan menyebabkan lebih luasnya tanggung jawab auditor sektor publik dibandingkan dengan rekan mereka pada sektor swasta.

a. Karakteristik Audit Sektor Publik.

Ditinjau dari proses metodologi dan teknik audit, tidak ada perbedaan mendasar antara audit sektor publik dan sektor privat. Namun demikian, karena karakteristik manajemen sektor publik yang berkaitan erat dengan kebijakan dan pertimbangan politik serta ketentuan peraturan perundang-undangan, auditor sektor publik harus memberikan perhatian yang memadai pada hal-hal tersebut. Ditinjau dari pelaksana audit, sektor private proses audit dipercayakan kepada lembaga profesional berupa Kantor Akuntan Publik KAP sementara Lembaga audit pemerintah dan juga KAP yang ditunjuk oleh lembaga audit pemerintah. Perbedaan mendasar lainnya adalah standar audit yang digunakan, sektor private menggunakan Standar Profesional Akuntan Publik SPAP yang dikeluarkan oleh 12 IAI sementara sektor publik menggunakan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara SPKN yang dikeluarkan oleh BPK Badan Pemeriksa Keuangan. Di dalam peraturan BPK No.1 tahun 2007 menjelaskan bahwa pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara independen, objektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Auditor eksternal dipegang oleh Badan Pemeriksaa Keuangan BPK. BPK adalah lembaga tinggi negara yang tugasnya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan Presiden RI dan aparat di bawahnya kepada Dewan Perwakilan Rakyat DPR. b. Proses Audit Sektor Publik Langkah –langkah dalam proses audit sama seperti sektor swasta secara umum. Lanmgkah langkah tersebut yaitu perencanaan audit, pelaksanaan audit, dan pelaporan audit. 1 Perencanaan Audit Perencanaan merupakan tahap yang vital dalam audit meliputi penentuan a masalah yang berkaitan dengan bisnis Entitas sifat bisnis entitas, organisasinya, karakteristik operasinya pengetahuan tentang bisnis entitas diperlukan auditor untuk memahami peristiwa, transaksi, dan praktik yang menurut pertimbangan berdampak pada laporan keuangan. b kebijakan dan prosedur akuntansi entitas c metode dalam mengolah akuntansi 13 d tingkat risiko pengendalian e pertimbangan awal untuk tingkat materialitas untuk tujuan audit f pos laporan keuangan yang memerlukan penyesuaian g resiko kekeliruan atau kecurangan material atau hubungan istimewa h sifat laporan auditor yang diharapkan akan diserahlan 2 Program Audit Dalam pelaksanaan audit, auditor juga harus membuat suatu program audit secara tertulis untuk setiap audit. Program audit harus menggariskan dengan rinci prosedur audit yang menurut keyakinan auditor diperlukan untuk mencapai tujuan audit. a supervisi Mencakup pengarahan usaha asisten dalam mencapai tujuan audit dan penentuan apakah tujuan audit tersebut tercapai. Unsur supervisi adalah : 1 Memberi instruksi kepada asisten 2 Menjaga informasi masalah –masalah penting yang dijumpai dalam audit 3 Mereview pekerjaan yang dilaksanakan 4 Menyelesaiakan prbedaan pendapat diantara staf audit kantor akuntan

3. Pelaksanaan Audit Sektor Publik

Dalam melaksanakan audit terdapat tiga pengendalian interen yang perlu diperhatikan , pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan dewan komisaris, manajemen, dan personal lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tujuan yaitu keandalan laporan keuangan, 14 evektifitas dan efisiensi operasi, serta kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

a. Komponen pengendalian intern meliputi :

1 Lingkungan pengendalian control environment Menetapkan corak suatu organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalian orang –orangnya, lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian interen, menyediakan disiplin dan struktur. 1 Penafsiran resiko risk assesment Identifikasi entitas dan analisis terhadap resiko yang relevan untuk mencapai tujuannya,membentik suatu dasar untuk menentukan bagaimana resiko harus dikelola. 3 Aktifitas Pengendalian control activity Kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan. 4 Informasi dan komunikasi Pengidentifikasian, penangkapan dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan orang melaksanakan tanggung jawab mereka. 5 Pemantauan monitoring Proses yang menntukan kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu. 4. Pelaporan 15 Langkah terakhir dalam dalam proses auditing adalah menyusun laporan audit yang merupkan penyampaian hasil – hasil temuan kepada para pemakai laporan. Laporan yang satu dapat berbeda dengan laporan lainnya, tetapi pada dasarnya semuanya harus mampu menyampaikan kepada para pembacanya seberapa jauh tingkat kesesuaian informasi yang mereka periksa dengan kriteria yang telah ditetapkan. Standar pelaporan keuangan harus sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. 5. Opini akuntan Menurut munawir dalam sunyoto 2013 : 32 opini akuntan dibagi menjadi lima macam yaitu wajar tanpa pengecualian unqualifed opinion, wajar dengan pengecualian qualified opinion, tidak setuju adverse opinion, penolakan pemberian pendapat disclaimer of opinion, dan pendapat sepotong – sepotong piecemeal opinion . a. wajar tanpa pengecualian Pendapat ini hanya dapat diberikan jika auditor berpendapat bahwa berdasarkan audit yang sesuai dengan standar auditing, penyajian laporan keuangan adalah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Tidak terjadi perubahan dalam penerapan prinsip –prinsip akuntansi konsisten dan mengandung penjelasan –penjelasan atau pengungkapan yang memada sehingga tidak menyesatkan pemakainya, srta tidak terdapat ketidakpastian, yang luar biasa material. b. wajar dengan pengecualian qualified opinion 16 Pendapat ini diberikan jika auditor menaruh keberatan atau pengecualian yang bersangkutan dengan kewajaran penyajian laporan keuangan, atau dalam keadaan bahwa laporan keuangan tersebut secara keseluruhan adalah wajar kecuali untuk hal-hal tertentu yang menyebabkan kualifikasi pendapat ada satu akun atau lebih yang tidak wajar. c. tidak setuju adverse opinion Pendapat tidak setuju adalah pendapat bahwa laporan keungan tidak meyajikan secara wajar keadaan keuangan dan hasil operasi seperti yang diisyartakan daam prinsip akuntansi yang berlaku umum. Hal ini diberikan oleh auditor karena pengecualian atau kualifikasi terhadap kewajaran penyajian bersifat demikian materialnya terdapat banyak akun yang tidak wajar. d. penolakan pemberian pendapat Penolakan pemberian pendapat bahwa berarti laporan audit tersebut tidak memuat pendapat auditor. Laporan audit seperti ini dapat diterbitkan jika: 1 Auditor tidak dapat meyakinkan diri atau ragu dalam kewajaran laporan keuangan. 2 Auditor tidak mengaudit sehingga tidak mempunyai dasar untuk memberikan pendapat. Auditor hanya sebagai penyusun laporan keuangan dan bukannya melakuakan laporan audit keuangan 3 Auditor berkedudukan tidak independen terhadap pihak yang diauditnya tidak independen dalam penampilan 4 Luas auditnya dibatasai sedemikian rupa sehingga auditor tidak dapat melaksanakan audit sesuai dengan standar auditing 17 5 Adanya kepastian yang sangat luar biasa yang sangat memengaruhi kewajaran laporan keuangan pendapat sepotong – sepotong Auditor dapat memberikan pendapat sepotong-sepotong hanya jika menurut hematnya luas dan hasil-hasil auditnya memberkan kesimpulan bahwa laporan keuangan yang diausit secara keseluruhan adalah tidak wajar atau auditor menolak memberikan pendapat . Pendapat sepotong-sepotong hanya diberikan jika disertai penolakan pendapat atau pendapat tidak setuju mengenai laporan keuangan sebagai keseluruhan. Pendapat sepotong-sepotong tidak direkomendasikan untuk digunakan oleh Ikatan Akuntan Indonesia IAI. 3. Kualitas Audit Menurut De angelo dalam singgih dan bawono 2010 mendefinisikan kualitas audit sebagai berikut : “sebagai gabungan probabilitas seorang auditor untuk dapat menemukan dan melaporkan pelanggaran yang terjadi dalam sistem akuntansi klien” 4. Independensi Independensi menurut Mulyadi dalam Carolina dkk 2011 berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak trergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kjujuran dalam diri auditor dalam mepertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya.Sebagaimana diatur dalam Standar Audit 1100 IIA, 201; Hiro Tugiman, dalam Zeyn 2014 aktivitas audit internal harus independen, dan 18 auditor internal harus bersikap objektif dalam melaksanakan pekerjaan pemeriksaan. Independensi yang menjadikan internal auditor dapat bersikap obyektif. Demikian pula sebaliknya, sikap obyektif mencerminkan independensi internal auditor. Internal auditor tidak dibenarkan melakukan pemeriksaan atau evaluasi atas kegiatan-kegiatan dimana internal auditor ikut berperan sebagai pelaksana kegiatan tersebut Sawyer. et. Al Dalam Zeyn 2014 Menurut Harahap Dalam Zeyn 2014 auditor harus bebas dari kepentingan terhadap perusahaan dan laporan keuangan yang dibuatnya. Artinya seorang auditor internal harus bebas dari tekanan dari pihak manapun selama melaksananakn Tugas Auditornya. Messier et al Dalam Efendy 2010 menyatakan bahwa independensi merupakan suatu istilah yang sering digunakan oleh profesi auditor.Independensi menghindarkan hubungan yang mungkin mengganggu obyektivitas auditor. 5. Kompetensi Auditor Internal Standar umum pertama SA seksi 210 dalam SPAP 2001 menyebutkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor, sedangkan standar umum ketiga SA seksi 230 dalam SPAP, 2001 menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalitasnya dengan cermat dan seksama due professional care. Terkait dengan auditor internal pemerintah dalam Standar Audit APIP SA 2220, menyatakan bahwa auditor internal harus memiliki kompetensi teknis dalam bidang auditing, akuntansi dan administrasi pemerintahan dan komunikasi. 19 Auditor internal wajib memilki keahlian tentang standar audit, kebijakan, prosedur dan praktek audit serta keahlian yang memadai tentang lingkungan pemerintahan. Apabila auditor internal melakukan audit terhadap sistem keuangan, catatan akuntansi dan laporan keuangan, maka auditor internal wajib mempunyai keahlian dan mendapat pelatihan dibidang akuntansi sektor publik dan akuntabilitas auditi. Auditor internal harus meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan kompetensinya melalui pengembangan profesional berkelanjutan Hiro Tugiman dalam Zeyn 2014. 6. Etika Menurut Maryani dan Ludigdo Dalam Hanjani 2014 mendefinisikan etika sebagai seperangkat aturan atau pedoman yang mengatur perilaku manusia baik yang harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang dianut oleh sekelompok atau segolongan manusia atau masyarakat atau profesi. Kode etik IAI Ikatan Akuntan Indonesia yang ditetapkan dalam Kongres VII Ikatan Akuntan Indonesia di Jakarta tahun 1998 terdiri atas prinsip etika, b aturan etika, dan 4 interpretasi aturan etika. Kode etik akuntan terdapat delapan prinsip etika sebagai berikut: 1 tanggung jawab profesi, 2 kepentingan publik, 3 integritas, 4 objektivitas, 5 kompetensi dan kehati-hatian professional, 6 kerahasiaan, 7 perilaku professional, dan 8 standar teknis Halim :2008. Kode etik auditor merupakan aturan perilaku auditor sesuai dengan tuntutan profesi dan organisasi serta standar audit yang merupakan ukuran mutu minimal yang harus dicapai oleh auditor dalam menjalankan tugas auditnya, apabila aturan ini tidak dipenuhi berarti auditor tersebut bekerja di bawah standar 20 dan dapat dianggap melakukan malpraktek Jaafar, dalam Sari, 2011. 7. Due Proffesional Care Menurut PSA No. 4 SPAP dalam Aulia 2013, kecermatan dan keseksamaan menuntut auditor untuk melaksanakan skeptisme profesional, yaitu suatu sikap auditor yang berpikir kritis terhadap bukti audit dengan selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi terhadap bukti audit tersebut, serta berhati- hati dalam tugas, tidak ceroboh dalam melakukan pemeriksaan dan memiliki keteguhan dalam melaksanakan tanggung jawab. Sedangkan Menurut Boynton dalam Aulia 2013 kecermatan adalah pusat dari pencarian terus menerus akan kesempurnaan dalam melaksanakan audit. Kecermatan mengharuskan auditor untuk waspada terhadap resiko yang signifikan yang dapat mempengaruhi objektifitas dengan kompetensi dan ketekunan. Kecermatan meliputi keteguhan, kesungguhan serta sikap energik dalam menerapkan dan mengupayakan pelaksanaan jasa-jasa professional. Singgih dan Bawono 2010 mendefinisikan due professional care sebagai kecermatan dan keseksamaandalam penggunaan kemahiran profesional yang menuntut auditor untukmelaksanakan skeptisme profesional. Seorang auditor harus memiliki tingkat keterampilan yang umumnya dimiliki oleh auditor pada dan harus menggunakan keterampilan tersebut dengan kecermatan dan keseksamaan yang wajar. Untuk itu auditor dituntut untuk memiliki keyakinan yang memadai dalam mengevaluasi bukti audit. IAI atau II.A dalam Aulia 2013 melihat ada lima indikator yang digunakan untuk mengukur due professional care antara lain yaitu: a Menggunakan kecermatan dan keterampilan dalam 21 bekerja. b Memiliki keteguhan dalam melaksanakan tanggung jawab. c Kompeten dan berhati-hati dalam melaksankan tugas. d Adanya kemungkinan terjadi kesalahan, ketidakteraturan dan ketidakpatuhan. e Waspada terhadap resiko yang signifikan yang dapat mempengaruhi objektifitas. 8. Pengalaman Auditor Knoers Dan Haditono Dalam sari 2011 mengatakan bahwa pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan penambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa juga diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Variabel pengalaman akan diukur dengan menggunakan indikator lamnaya bekerja, frekuensi pekerjaan pemeriksan yang telah dilakukan, dan banyaknya pelatihan yang telah diikutinya. Johnstone et al. dalam sari 2011 menemukan sebuah studi yang memberikan bukti bahwa auditor berpengalaman bekerja lebih baik karena mereka memiliki dasar pengetahuan yang lebih besar untuk menarik dari dan lebih mahir mengorganisir pengetahuan mereka. Keunggulan tersebut bermanfaat bagi pengembangan keahlian. Berbagai macam pengalaman yang dimiliki individu akan mempengaruhi pelaksanakan suatu tugas Menurut Tubbs dalam Mayangsari 2003 auditor yang berpengalaman memiliki keunggulan dalam hal: 1 Mendeteksi kesalahan, 2 Memahami kesalahan secara akurat, 3 Mencari penyebab kesalahan.

B. Penelitian Terdahulu Dan Penurunan Hipotesis

1. Pengaruh Independensi terhadap kualitas audit

22 Terdapat beberapa penelitian yang dilakukan mengenai pengaruh independensi auditor internal terhadap kualitas audit internal. Hussey Dan Lan dalam william dan ketut 2015 mengungkapn Bahwa audit akan efektif hanya jika auditor diberikan kepercayaan untuk Bersikap independen dalam mengungkapkan kecurangan pada laporan keuangan yang disajikan manajemen . penelitian Saputri 2013 yang menunjukan bahwa Independensi auditor inspektorat berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil audit Adanya independensi dari para auditor inspektorat akan berpengaruh pada peningkatan kualitas hasil audit. Penelitian Kurnia dkk 2014 menyimpulkan bahwa independensi Auditor Berpengruh Terhadap Kualitas Audit. Penelitian Rizky 2016 menunjukan bahwa independensi berpengaruh positif terhadap kualitas Audit. Penelitian ini juga. Penelitian zeyn 2014 dimna hasil penelitiannya menunjukan bahwa terdapat pengaruh Independensi Auditor internal terhadap kualitas Audit Internal . belum berkualitasnya audit internal inspektorat disebabkan oleh auditor internal belum semuanya memiliki sikap mental objektif, sikap tidak memihak, menghindari conflic of interest. Dan kurangnya komitmen kepala daerah terhadap kualitas audit serta masih kurangnya independensi dalam program audit dan independensi dalam pelaporan. Berbeda Dengan Penelitian Penelitian diatas Penelitian Yang dilakukan Febriyanti 2014 menunjukkan bahwa independensi tidak berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas audit. Penelitian ini diperkuat dengan 23 penelitian oleh Priyambodo 2015 yang menyimpulkan bahwa independensi tidak mempunyai hubungan dengan kualitas audit. Berdasarkan teori dan logika dari hasil penelitian diatas serta kesimpulan dari landasan teori yang ada, maka dapat ditetapkan hipotesis sebagai berikut: H 1 : Independensi Auditor Internal Berpengaruh Positif Terhadap Kualitas Audit Internal 2. Pengaruh Kompetensi terhadap kualitas Audit Terdapat Beberapa penelitian yang dilakukan mengenai pengaruh kompetensi Auditor Trhadap kualitas Audit. Penelitian Halim 2014 menunjukan bahwa kompetensi auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Semakin tinggi kompetensi auditor, semakin tinggi pula kualitas auditnya . Penelitian yang dilakukan Anugerah dan akbar 2014 menyimpulkan bahwa kompetensi Berpengaruh positif terhadap kualitas Audit. penelitian Zeyn 2014 juga menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh kompetensi Auditor Terhadap kualitas audit. belum berkualitasnya audit internal pemerintah disebabkan oleh auditor internal belum semuanya memiliki pendidikan sesuai dengan tupoksinya sebagai auditor internal Pemerintah Daerah, keahlian dibidang SIKD dan sampling statistik keterampilan dan pengalaman. Berbeda dengan penelitian Halim 2014 , Anugerah dan Akbar 2014 Dan Zeyn 2014 , penelitian Andarwanto 2015 menyimpulkan Bahwa kompetensi Tidak Berpengaruh Terhadap Kualitas Audit. Berdasarkan teori dan logika dari hasil penelitian diatas serta kesimpulan dari landasan teori yang ada, maka dapat ditetapkan hipotesis sebagai berikut:

Dokumen yang terkait

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMENGARUHI KUALITAS AUDIT INTERNAL PEMERINTAH DAERAH (Survei Pada Inspektorat Pemerintah Daerah Se-DIY)

0 8 23

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS HASIL AUDIT DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hasil Audit Di Lingkungan Pemerintah Daerah (Studi Kasus Pada Inspektorat Pemerintah Kota Surakarta dan Kabupa

0 3 15

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS HASIL AUDIT DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hasil Audit Di Lingkungan Pemerintah Daerah (Studi Kasus Pada Inspektorat Pemerintah Kota Surakarta dan Kabupa

0 3 18

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS AUDIT DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Audit Di Lingkungan Pemerintah Daerah (Survei Pada Inspektorat Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta).

0 2 14

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS AUDIT DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Audit Di Lingkungan Pemerintah Daerah (Survei Pada Inspektorat Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta).

0 0 18

PENDAHULUAN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Audit Di Lingkungan Pemerintah Daerah (Survei Pada Inspektorat Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta).

0 3 10

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS HASIL AUDIT DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hasil Audit Di Lingkungan Pemerintah Daerah (Studi Kasus Pada Inspektorat Pemerintah Kota Surakarta dan Kabupa

0 2 19

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS HASIL AUDIT DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hasil Audit Di Lingkungan Pemerintah Daerah (Studi Kasus Pada Inspektorat Pemerintah Kota Surakarta dan Kabupa

0 2 14

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS HASIL AUDIT DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hasil Audit Di Lingkungan Pemerintah Daerah (Studi Pada Inspektorat Tingkat Kabupaten Atau Bawasda Di Boyolali

0 1 16

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS HASIL AUDIT DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hasil Audit Di Lingkungan Pemerintah Daerah (Studi Pada Inspektorat Tingkat Kota Dan Kabupaten Pekalongan).

0 4 15