Pembelanjaan Perusahaan Bambang Riyanto, 2001: 331, rasio – rasio keuangan dikelompokan sebagai berikut :
1. Rasio Likuiditas, adalah rasio-rasio yang dimaksud untuk mengukur likuiditas perusahaan Current ratio, Acid test ratio.
2. Rasio Leverage, adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai berapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang Debt to total
assets ratio, net worth to debt ratio dan lain sebaginya.
3. Rasio-rasio Aktivitas, yaitu rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai berapa besar efektivitas perusahaan dalam mengerjakan sumber-
sumber dananya Inventory turnover, average collection period dan lain sebagainya.
4. Rasio-rasio Profitabilitas, yaitu rasio-rasio yang menunjukkan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan profit margin on Sales,
Return on total assets, Return on net worth dan lain sebagainya.
2.4. Kinerja Saham
Sulistyanto dan Wibisono 2003 menyatakan bahwa kinerja saham merupakan indikasi kinerja perusahaan yang diukur dengan menggunakan nilai pasar saham
perusahaan yang beredar di pasar modal yang sangat dipengaruhi oleh kinerja operasi dan kinerja keuangan. Menurut Fabozzi dan Peterson 2003, kinerja saham dapat
diukur menggunakan tingkat kembalian return dari suatu saham. Return saham
adalah tingkat keuntungan yang ditawarkan oleh suatu saham dalam periode tertentu, umumnya satu tahun, melalui investasi yang dilakukan oleh investor.
Untuk mengukur kinerja saham dalam penelitian ini menggunakan total return saham. Dalam Jogiyanto 2015 disebutkan bahwa total return menunjukkan realisasi
return yang diperoleh masing-masing saham dalam suatu periode. Total return saham
merupakan selisih dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu ditambah dengan persentase dividen terhadap harga saham periode sebelumnya.
2.5. Kaitan SEO dengan Kinerja Keuangan dan Kinerja Saham
Eckbo dan Masulis seperti dikutip oleh Prabandari, 2012 mengungkapkan bahwa baik atau tidaknya kinerja keuangan perusahaan setelah melakukan SEO dapat dilihat
dari rasio-rasio keuangan, sedangkan untuk kinerja saham dapat dilihat dari return sahamnya. Dengan adanya rasio-rasio keuangan, tentu dapat mengetahui kinerja
keuangan perusahaan pasca adanya suatu kejadian, dalam hal ini adalah analisis kinerja keuangan setelah SEO. Kinerja saham dan kinerja keuangan perusahaan yang dilihat
dari rasio-rasio keuangan, seperti likuiditas, solvabilitas, aktivitas, profitabilitas, rasio pasar modal, diharapkan menjadi lebih meningkat setelah SEO.
Mereplikasi penelitian sebelumnya Sulistyanto dan Midiastuti, 2002; Kurniawan, 2006; Susiani dan Marsudi, 2006; Sunarjanto, 2007; Novius, 2011; Prabandari, 2015,
maka ukuran rasio keuangan untuk menilai kinerja keuangan dalam penelitian ini menggunakan rasio likuiditas diwakili oleh current ratio, return on assets sebagai
ukuran rasio rentabilitas, total asset turnover sebagai ukuran rasio aktivitas, net profit
margin sebagai ukuran rasio profitabilitas, debt to equity ratio sebagai pengukur rasio
solvabilitas, rasio pasar modal diukur dengan price to book value, sedangkan kinerja saham akan diukur menggunakan return saham.
2.5.1. Current Ratio
Menurut Ross et al. 2006: 58 Current Ratio adalah salah satu rasio yang paling sering diketahui orang dan termasuk rasio yang paling banyak digunakan. Untuk
kreditur, khususnya kreditur jangka pendek seperti pemasok, semakin tinggi rasio lancar, semakin baik. Untuk perusahaan, rasio lancar yang tinggi menunjukkan
likuiditas, tetapi juga dapat mengindikasikan tidak efisiennya penggunaan kas dan aset jangka pendek lainnya.
Bambang Riyanto 2001: 26, menerangkan bahwa : “Current ratio merupakan ukuran yang berharga untuk mengukur kesanggupan
suatu perusahaan untuk memenuhi current obligation – nya” .
Menurut Mardiyanto 2008: 55 rasio lancar Current Ratio merupakan
merupakan perbandingan antara aktiva lancar dan kewajiban lancar dan merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan suatu perusahaan
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Current ratio menunjukkan sejauh mana akitva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Namun, makin tinggi rasio lancar
makin tinggi tingkat likuiditas makin tinggi pula jumlah kas yang tidak terpakai, yang pada akhirnya justru akan menurunkan tingkat profitabilitas. Dengan demikian selalu
ada pertukaran trade-off antara likuiditas dan profitabilitas.
Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah
dalam likuiditas, sebaliknya Current ratio yang terlalu tinggi juga kurang bagus, karena menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi
kemampulabaan perusahaan Sawir, 2009: 10. Melihat pengertian yang dinyatakan para ahli maka dapat disimpulkan bahwa rasio
lancar adalah rasio yang menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan dalam melunasi hutangnya dengan aktiva atau aset yang dimiliki perusahaan. Menurut
persamaan Current ratio = Aktiva lancar Utang Lancar , maka jika current ratio = 2, artinya perusahaan cukup melunasi seluruh hutangnya dengan hanya mencairkan
setengah aktiva lancarnya. Sebaliknya, jika rasio lancar bernilai kurang dari 1, artinya sebagian utang lancar tidak dapat dilunasi sekalipun semua aset dicairkan menjadi kas.
2.5.2. Return On Assets
Menurut Hanafi dan Halim 2003: 27, Return on Assets ROA merupakan rasio keuangan perusahaan yang berhubungan dengan profitabilitas mengukur kemampuan
perusahaan menghasilkan keuntungan atau laba pada tingkat pendapatan, aset dan modal saham tertentu. Dengan mengetahui ROA, dapat dinilai apakah perusahaan telah
efisien dalam menggunakan aktivanya dalam kegiatan operasi untuk menghasilkan keuntungan.
Menurut Lestari dan Sugiharto 2007 dalam Rinati 2008, ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari penggunaan aktiva.
Dengan kata lain, semakin tinggi rasio ini maka semakin baik produktivitas asset dalam
memperoleh keuntungan bersih. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor. Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan
perusahaan tersebut semakin diminati oleh investor, karena tingkat pengembalian atau dividen akan semakin besar. Hal ini juga akan berdampak pada harga saham dari
perusahaan tersebut di pasar modal yang akan semakin meningkat sehingga ROA akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan.
Menurut Dendawijaya 2003: 120 rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh keuntungan laba secara keseluruhan.
Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan tersebut dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi
penggunaan asset. Dari pendapat ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa ROA merupakan rasio
yang menggambarkan kemampuan manajemen dalam memperoleh keuntungan karena saat rasio ini adalah salah satu rasio profitabilitas di mana menggunakan proporsi aset
dalam mengukur tingkat pengembalian perusahaan.
2.5.3. Total Asset Turnover Ratio
Total assets turnover mengukur intensitas perusahaan dalam menggunakan
aktivanya. Ukuran penggunaan aktiva paling relevan adalah penjualan, karena penjualan merupakan komponen penting bagi laba. Total assets turnover atau
investment turnover TATO atau ITO, merupakan rasio antara jumlah aktiva yang
digunakan dengan jumlah penjualan yang diperoleh selama periode tertentu. Rasio ini
merupakan ukuran sampai seberapa jauh aktiva telah dipergunakan dalam kegiatan perusahaan atau menunjukan berapa kali aktiva berputar dalam periode tertentu.
Apabila dalam menganalisis rasio ini selama beberapa periode menunjukan suatu trend yang cenderung meningkat, memberikan gambaran bahwa semakin efisiennya
penggunaan aktiva sehingga hasil usaha akan meningkat Sawir, 2009.
2.5.4. Net profit Margin Ratio
Net Profit Margin adalah suatu rasio yang mengukur keuntungan bersih per rupiah
penjualan, Van Horne dan Wachowicz 2009: 157. Rasio profitabilitas NPM dihitung dari Net Income laba bersih dibagi dengan Total Sales jumlah penjualan. Rasio ini
mengindikasikan berapa banyak keuntungan perusahaan yang didapatkan dari setiap rupiah penjualan yang terjadi, Sukamulja 2006. Dapat disimpulkan bahwa NPM
adalah rasio yang menunjukkan seberapa banyak profit yang didapatkan dari setiap penjualan yang terjadi, hal ini juga menggambarkan sebuah kinerja keuangan yang
dapat dilihat kemajuannya progress atau naik turunnya. Dengan demikian NPM termasuk salah satu rasio yang dapat menggambarkan kinerja keuangan dihubungkan
dengan pengumuman SEO.
2.5.5. Debt to equity Ratio
Debt Equity ratio bisa digunakan untuk mengukur risiko. Digunakan sebagai
pengukuran risiko karena figur ekuitas yang digunakan dalam rumus yaitu sebuah kalkulasi Aset – Liabilitas = Ekuitas, karena itulah menggambarkan seberapa besar
kemampuan komponen Aset dapat menutupi hutang. Van Horne dan Wachowicz, 2009: 157
Welch mengungkapkan dalam bukunya 2009: 704 bahwa saat perusahaan menerbitkan ekuitas maka perusahaan mengalami peningkatan firm size dan Debt
Equity Ratio perusahaan mengalami penurunan.
Debt to Equity Ratio merupakan perbandingan rasio yang digunakan untuk menilai
utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk
mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam kreditor dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal
sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang. Kasmir, 2010: 157 Sofyan Syafri Harahap 2010: 303 menyatakan :
“Rasio ini menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi utang-utang kepada pihak luar. Semakin kecil rasio ini semakin baik. Rasio ini disebut
juga rasio leverage. Untuk keamanan pihak luar rasio terbaik jika modal lebih besar dari jumlah utang atau minimal sama. Namun bagi pemegang saham atau manajemen
rasio leverage ini sebaiknya besar”. Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa Debt to Equity Ratio
merupakan rasio yang mengukur seberapa besar Ekuitas perusahaan dapat menutupi debt
perusahaan. Semakin besar Ekuitas perusahaan maka semakin kecil pula rasio Debt to Equity
. Setiap perusahaan tentunya memiliki Debt to Equity Ratio yang berbeda-beda, perusahaan dengan kemampuan membayar hutang yang tinggi tentunya
memiliki rasio DER yang kecil.
2.5.6. Price to Book Value
Menurut Darmadji dan Fakhrudin 2001: 141 bahwa: “Price Book Value PBV merupakan rasio yang menggambarkan seberapa pasar
menghargai nilai buku saham dari suatu perusahaan” Menurut Megginson dan Smart 2007: 60
“Price to Book Value PBV adalah sebuah ukuran untuk menilai kinerja saham perusahaan di masa depan dengan mengkaitkan harga pasar per saham dengan nilai
buku per saham” Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa PBV dapat digunakan
sebagai rasio yang dapat membandingkan sebuah saham relatif lebih mahal atau lebih murah bila dibandingkan dengan harga pasar. Formula untuk PBV adalah Market Price
per Share dibagi dengan Book Value per share of commonstock. Sehingga, semakin
tinggi rasio ini berarti pasar percaya prospek perusahaan tersebut.
2.5.7. Return Saham
Return adalah tingkat pengembalian yang diterima atas suatu investasi yang
dilakukan investor. Return Saham berarti adalah sebuah tingkat keuntungan investor yang diperoleh karena penanaman dana yang dia miliki di pasar modal. Return juga
dapat dijadikan sebuah indikator dari kegiatan perdagangan di pasar modal Menurut Jogiyanto 2015 bahwa:
“Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang
diharapkan akan terjadi pada masa mendatang” Menurut Van Horne dan Wachowicz 2009: 98 pengertian return saham:
“Return is income received on an investment plus any change in market price, usually expressed as an precentage of the beginning market price of the investment.”
Artinya, return merupakan hasil yang diterima dari suatu investasi ditambah dengan perolehan dari perubahan harga pasar investasi tersebut, yang biasa dinyatakan
dalam suatu persentase dari harga pasar awal investasi. Menurut Gitman 2012: 311 :
“The total gain or loss experienced on an investment over a given period of time, calculated by dividing the asset’s change in value plus any cash distributions during
the period by it’s beginning of period investment value” Artinya, return saham adalah tingkat pengembalian untuk saham biasa dan
merupakan pembayaran kas yang diterima akibat kepemilikan suatu saham ditambah dengan perubahan harga pasar saham, lalu dibagikan dengan harga saham pada saat
awal investasi. Jadi return ini berdasar dari dua sumber yaitu pendapatan dividen, capital gain
dan perubahan harga pasar saham capital gainloss. Berdasarkan pendapat ahli, maka dapat diambil kesimpulan bahwa return saham
adalah keuntungan yang investor dapatkan dari kepemilikan saham atas investasi yang dilakukan yang terdiri dari capital gainloss dan juga dividen.
2.6. Penelitian Terdahulu
Di halaman selanjutnya adalah tabel ringkasan dari penelitan terdahulu yang menjadi bahan untuk referensi penulis.
Tabel 2.1 Ringkasan penelitian terdahulu
Peneliti Judul
Variabel Alat Uji
Hasil Penelitian
Sulistyanto dan
Midiastuti 2002
SEASONED EQUITY
OFFERINGS :
Benarkah Underperformance
Setelah Penawaran? Kinerja
keuangan: CR, ROA, NPM,
TAT,DER. Kinerja saham:
abnormal return saham
Paired sample t-
test Terdapat perbedaan
kinerja keuangan dan saham yaitu
meningkat sebelum SEO, memuncak saat
SEO, dan mengalami penurunan pasca SEO.
Kurniawan 2006
Analisis Dampak Pengumuman Right
issue Terhadap
Return Saham dan
Likuiditas Saham di BEJ
Return saham,
abnormal return
, dan trading volume
activity. Paired
sample t- test
Tidak terdapat perbedaan yang
signifikan pada return saham, abnormal
return , dan TVA
sebelum dan sesudah right issue
.
Susiani dan Marsudi
2006 Dampak
Underperformance Setelah Penawaran
Seasoned Equity Offerings
Kinerja keuangan : CR,
ROA, TAT, NPM, DER
Kinerja saham : Return
saham Paired
sample t- test
Terdapat peningkatan kinerja pra-SEO dan
penurunan kinerja pasca-SEO.
Sunarjanto 2007
Analisis Kinerja Keuangan
Perusahaan Sebelum dan
Sesudah SEO di BEJ
Kinerja Keuangan yang
diproksi dengan CR, DER, NPM
dan ROI Paired
sample t- test
Tidak terdapat perbedaan yang
signifikan pada kinerja keuangan perusahaan
sebelum dan sesudah SEO.
Lanjutan Tabel 2.1
Sumber : Sulistyanto dan Midiastuti 2002, Sunarjanto 2007, Kurniawan 2006, Susiani dan Marsudi 2006, Novius 2011, Prabandari 2012
2.7. Pengembangan Hipotesis 2.7.1. Hubungan Rasio CR dengan SEO