II. TINJAUAN PUSTAKA
Tumbuhan paku Pteridophyta merupakan tumbuhan yang benar-benar telah berupa kormus yaitu jelas akar, batang dan daun. Tumbuhan paku tidak menghasilkan biji,
melainkan bereproduksi dengan spora sehingga tumbuhan paku dapat dibedakan dengan tumbuhan lain dengan mudah, selain itu perawakan dari tumbuhan paku yang
khas juga menjadi pedoman dalam mengenali tumbuhan ini Tjitrosoepomo, 1989; Lawrence, 1962.
Ciri utama dari pengenalan Pteridophyta adalah spora. Spora merupakan alat perkembangbiakan utama dari tumbuhan paku yang memilki peranan penting dalam
siklus tumbuhan paku. Lebih lanjut ciri-ciri lain sebagai pembeda taksonomi key identification pada tumbuhan paku adalah sporangium, sorus, indusia, sisik atau
rambut dan venasinya Holttum, 1967. Dengan alat reproduksinya berupa spora tumbuhan paku mempunyai kelebihan tersendiri dalam penyebarannya. Salah satu
famili yang memiliki persebaran terluas adalah famili Aspleniaceae. Aspleniaceae terdisitribusi kesuluruh bagian dunia, 30 ditemukan pada daerah Neotropik, 22 di
Afrika, 33 di Asia, 10 dikawasan Pasifik dan Australia dan 5 di Eropa. Family ini berasal dari Antartika dan telah berevolusi menjadi beberapa grup kecil sebelum
penyebarannya Copeland, 1947. Aspleniaceae merupakan famili yang dapat hidup di daerah terbuka dan
tertutup namun untuk keanekaragaman, famili banyak di temukan di hutan pengunungan tropis. Hutan pengunungan adalah suatu tempat yang banyak di jumpai
tumbuhan paku. Hal ini juga dinyatakan menurut Satrapradja et al 1980 bahwa umumnya di daerah pegunungan, jumlah jenis paku lebih banyak dari pada di dataran
rendah. Mackinon et al 2000 menyatakan bahwa hutan di pegunungan terdapat zona-zona vegetasi, dengan jenis dan struktur penampilan yang berbeda. Zona –zona
vegetasi tersebut dapat dikenali di semua gunung di daerah tropis meskipun tidak ditentukan ketinggian saja.
Aspleniaceae merupakan famili dari tumbuhan paku yang rata-rata hidupnya adalah epifit. Rhizomnya menjalar dan memiliki sisik dalam skala kecil, daun simpel
pinnatus, dan kebanyakan ukuran daun tidak kurang dari 1 meter, sorus berada di belakang daun dan panjang, Lamina bergelombang dan mempunyai tulang daun yang
bebas. Aspleniaceae termasuk dalam ordo filicales yang memiliki satu genus dengan spesies yang beragam. Aspleniaceae memiliki kedekatan dengan famili Athryaceae,
Blechnaceae atau Thelypteridaceae, namun kedekatan yang dimiliki famili ini masih didasari atas aspek morfologi dengan kemiripan yang sangat sedikit Winter dan
Amoroso, 2003 Pada kawasan oriental tropis Asplenium mempunyai daun yang simpel.
Holltum, 1967 mengelompokan Aspleniaceae sebagai subfamili dari Denstaedtiaceae. Famili ini terdiri dari satu genus yang besar dan beragam yang
dikelompokan ke dalam 5 grup yaitu A. robustum, A. Caudatum, A. tenerum, A. unilaterale, dan A. scolopendrioides. Asplenium nidus termasuk ke dalam group
Asplenium tenerum bersama dengan: A. belengeri, A. scortechinii, A. salignum, A. squamulatum, A. tenerum, dan A. phyllitidis. Sinonim untuk Asplenium nidus L.
adalah Thamnopteris nidus. Namun beberapa ahli Pteridologists menyatakan bahwa Aspleniaceae
memiliki 3 genus, yaitu Ceterach, Phyllitis dan Tarachia, spesies ini dapat membentuk spesies yang hibrid dengan Asplenium yang lainnya, sehingga
didefinisikan sebagai Asplenium secara luas Schneider, 2004, cit. Lashin, 2012. Asplenium atau paku sarang burung memiliki klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Filicopsida
Ordo : Filicales
Famili : Aspleniaceae
Genus : Asplenium
Spesies : Asplenium nidus L Piggot, 1988
Gambar 1: Morofologi dari Aspleniaceae Tyron dan Stolze, 1993 Seiring berkembanganya teknologi, pengkajian taxonomi tumbuhan tidak
hanya dilihat dari morfologinya saja. Rambe, 2003, cit. Rambe, 2008 membagi Aspleniaceae ke dalam 7 kelompok, yaitu Asplenium unilateral , Asplenium nidus,
Asplenium tenerum, Asplenium aethiopicum, Asplenium caudatum, Asplenium robostum dan Asplenium normale. Pembagian ini dilakukan dengan mengunakan
metode “rbCl. Sequences”. Asplenium nidus yang dahulunya masuk ke dalam kelompok A. tenerum, dipisahkan dan memiliki kelompok tersendiri. Spesies-spesies
yang masuk ke dalam kelompok A. nidus adalah A. nidus, A. phylitidis, A. scalare, A. scolopendroides, A.batuense. karakter pada kelompok ini, memiliki rhizome yang
tegak, tulang daun kehitaman, bentuk daun simpel, lamina seperti kulit, vena daun mengarpu satu atau lebih dan lebih dekat ke tepi daun. Rambe, 2003,cit. Rambe,
2008 juga menambahkan Asplenium aethiopicum ke dalam kelompok dari Aspleniaceae. Kelompok ini memiliki karakter dengan rhizome panjang dan
menjalar, tulang daun berwarna gelap kecoklatan, bentuk frond daun ada yang pinatus dan tripinatus. A. conigums, A. aethiopicum termasuk dalam grup ini.
Asplenium memiliki nilai-nilai ekonomi, etnic dan medical. Asplenium memiliki nilai jual yang tinggi karena pada zaman sekarang, paku ini banyak di
perdagangkan sebagai tanaman hias. Masyarakat Malaya percaya bahwa apabila paku ini tumbuh subur di perkarangan rumah, maka keluarga akan hidup sejahterah
dan sebaliknya. Di Vanuatu, Asplenium nidus digunakan sebagai obat penghilang nyeri kontraksi bagi wanita muda yang menstruasi Winter dan Amoroso, 2003.
III. PELAKSANAAN PENELITIAN