Analisis Hubungan Manajemen Piutang Terhadap Kemampulabaan Pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia 1 Medan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM EKSTENSI
MEDAN

ANALISIS HUBUNGAN MANAJEMEN PIUTANG
TERHADAP KEMAMPULABAAN PADA PT (PERSERO)
PELABUHAN INDONESIA 1
MEDAN

OUTLINE SKRIPSI
OLEH :
DERMAWAN YUNITA SITINJAK
050521108
DEPARTEMEN MANAJEMEN

GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT
MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008


Dermawan Yunita Sitinjak : Analisis Hubungan Manajemen Piutang Terhadap Kemampulabaan Pada…, 2008
USU Repository © 2009

ABSTRAK

Dermawan Yunita Sitinjak (2008), Analisis Hubungan Manajemen Piutang
Terhadap Kemampulabaan Pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan.
Ketua Departemen Manajemen Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si. Dosen
Pembimbing : Dr. Isfenti Sadalia, SE, M.Si. Dosen Penguji I : Dr. Muslich Lufti,
M.Ec. Dosen Penguji II : Dra. Mulykata Sebayang, M.Si.
Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah Receivable
Turnover, Days Sales Outstanding Ratio memiliki hubungan dengan Rasio
Kemampulabaan (Return on Investment). Penelitian ini memakai data sekunder
berupa laporan keuangan tahunan PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan
yaitu Laporan Neraca dan Laporan Laba Rugi tahun 2002 s/d 2006.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis
Korelasi Product Moment Pearson pada tingkat signifikansi α =10%. Pengujian
model Korelasi Product Moment Pearson ini menggunakan program SPSS versi
12,0.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio Receivable Turnover dan Days
Sales Outstanding sebagai metode yang dapat mengevaluasi manajemen piutang
memiliki hubungan yang signifikan terhadap Kemampulabaan/kemampuan
perusahaan didalam memperoleh laba.

Kata Kunci : Receivable Turnover, Days Sales Outstanding dan Return on
Investment.

KATA PENGANTAR

Segala puji, hormat dan kemuliaan penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus
Kristus yang memberikan kekuatan, hikmat serta pengetahuan sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Hubungan Manajemen
Piutang Terhadap Kemampulabaan Pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia
I Medan”.
Penulis memperoleh banyak masukan dari berbagai pihak dalam
penyusunan Skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE. M.Si, selaku Ketua Departemen
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah
banyak memberikan masukan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Dr. Muslich Lufti, M.Ec, dan Ibu Dra. Mulykata Sebayang, M.si
selaku dosen penguji.
5. Bapak Prayitno, Direktur PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan, dan
seluruh pejabat dan staf terutama Bapak Rudolf, Bapak Sarukh, Bapak
Harianja, Bapak Tuni Bancin, Ibu fatimah yang telah membimbing penulis
selama melakukan penelitian.
6. Seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan kepada penulis baik
moril maupun materi.

7. Dan seluruh teman-teman yang turut membantu penulis menyelesaikan
Skripsi ini.
Akhir kata penulis berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.

Medan,
Penulis


Januari 2008

Dermawan Yunita Sitinjak

DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................vii
BAB I : PENDAHULUAN.......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................. 1
B. Perumusan Masalah.................................................................... 4
C. Kerangka Konseptual ................................................................. 4
D. Hipotesis..................................................................................... 5
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................... 5
F. Metode Penelitian ....................................................................... 6
1. Batasan Operasional ............................................................... 6

2. Definisi Operasional ............................................................... 7
3. Jenis Data................................................................................ 8
4. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. 8
5. Tehnik Pengumpulan Data ..................................................... 9
6. Metode Analisis Data ............................................................. 9
BAB II : URAIAN TEORITIS .................................................................... 12
A. Penelitian Terdahulu................................................................... 12
B. Laporan Keuangan...................................................................... 13

C. Manajemen Piutang.................................................................... 16
1. Kebijaksanaan Kredit ............................................................. 17
2. Standar Kredit......................................................................... 19
3. Kebijaksanan Penagihan Kredit.............................................. 21
D. Kemampulabaan......................................................................... 22
BAB III : PT (PERSERO) PELABUHAN INDONESIA I MEDAN......... 27
A. Sejarah Berdirinya Perusahaan................................................... 27
B. Bidang Kegiatan perusahaan ...................................................... 31
BAB IV: ANALISIS DAN EVALUASI ...................................................... 35
A. Deskriptif Variabel Penelitian .................................................... 35
1. Rasio Aktivitas ....................................................................... 35

2. Rasio Kemampulabaan........................................................... 37
B. Analisis Data Statistik ................................................................ 38
C. Kondisi Piutang Perusahaan Terhadap Pertamina...................... 40
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 43
A. Kesimpulan................................................................................. 43
B. Saran ........................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL
Halaman
1. Tabel 1.1. Piutang dan Laba Bersih PT (Persero)
Pelabuhan Indonesia I Medan Tahun 2002 – 2006......................3
2. Tabel 4.1. Deskriptif Rasio Receivable Turnover Tahun 2002-2006 .........35
3. Tabel 4.2. Deskriptif Rasio Days Sales Outstanding Tahun 2002-2006.....36
4. Tabel 4.3. Deskriptif Rasio Kemampulabaan (Return on Investment)
Tahun 2002-2006 .......................................................................37
5. Tabel 4.4. Korelasi ......................................................................................38

DAFTAR GAMBAR

Halaman
1. Gambar 1.1. Kerangka Konseptual Penelitian ..............................................4

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang disusun dari berbagai
elemen yang mempunyai tujuan untuk memperoleh laba maksimal. Ketersediaan
modal maupun fasilitas yang memadai belum tentu dapat menjamin perusahaan
untuk memperoleh laba yang maksimal akan tetapi harus didukung oleh faktor
manajemen (pengelolaan) yang baik yaitu mengelola sumber daya yang dimiliki
untuk menghasilkan output dan feedback yang memuaskan.
Martono & Harjito (2001:2), mengatakan bahwa perusahaan memiliki tiga
macam tujuan utama yang saling berkaitan, yaitu :
1. Mencapai atau memperoleh laba maksimal untuk kemakmuran pemilik
perusahaan.
2. Menjaga kelangsungan hidup perusahaan (going concern).
3. Mencapai kesejahteraan masyarakat sebagai tanggung jawab sosial
perusahaan.

Setiap perusahaan baik yang bergerak dibidang usaha industri, dagang,
maupun jasa senantiasa berusaha untuk meningkatkan penjualannya, baik yang
dilakukan melalui penjualan secara tunai dan juga menawarkan penjualan secara
kredit. Secara umum alasan perusahaan untuk melakukan penjualan secara kredit
adalah untuk mendorong atau meningkatkan penjualan guna meningkatkan laba
perusahaan. Penjualan kredit kini terbukti mampu menarik pelanggan lebih
banyak daripada penjualan tunai akan tetapi transaksi ini dapat menimbulkan
piutang usaha yang sewaktu-waktu macet dalam pembayarannya oleh debitur.

Piutang usaha merupakan pos penting dalam neraca perusahaan yang turut
memberikan gambaran bagi keadaan likuiditas perusahaan. Semakin besar
penjualan kredit yang diberikan oleh suatu perusahaan maka perusahaan tersebut
akan memiliki laba dan sekaligus resiko usaha yang tinggi. Resiko usaha tersebut
contohnya kerugian karena adanya piutang usaha yang tidak dapat tertagih atau
debitur menunda-nunda pelunasan hutangnya yang telah jatuh tempo sehingga
saldo piutang perusahaan meningkat dari waktu kewaktu. Oleh karena itu
diperlukan penanganan yang serius dan penting mengenai keberadaan piutang
usaha.
PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan merupakan salah satu BUMN
yang berbentuk perseroan dan bergerak dalam bidang jasa perkapalan dan

kepelabuhan. Perusahaan ini memiliki tugas pokok menyediakan fasilitas dan
peralatan

pelabuhan,

menyelenggarakan

pelayanan

jasa

labuh,

tambat,

bongkar/muat, pergudangan dan lapangan penumpukan serta menyediakan areal
tanah untuk bangunan, air bersih, instalasi listrik dan usaha-usaha lain yang
menunjang tujuan perusahaan.
Berikut merupakan informasi dan gambaran fluktuasi Total Piutang,
Piutang Lain-Lain Tidak Lancar dan Laba Bersih (setelah pajak) pada PT

(Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan selama Tahun 2002 sampai dengan 2006.

Tabel 1.1
Piutang dan Laba Bersih
PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan Tahun 2002 - 2006
(Dalam Rupiah)
Tahun

Total Piutang

Fluktuasi
(%)

Fluktuasi
(%)

Laba Bersih

Fluktuasi
(%)


-

Total
Piutang LainLain Tidak
Lancar
10.180.305.785

2002

49.588.753.628

-

175.109.569.915

-

2003

33.678.271.814

67,92

9.859.352.315

96,85

121.901.926.542

69,61

2004

33.465.826.917

99,37

6.631.165.911

67,26

106.141.629.705

87,07

2005

37.263.026.672

111,35

5.274.830.502

79,55

118.938.865.368

112,06

2006

59.552.020.859

159,82

253.418.549

4,80

124.037.829.366

104,29

Sumber : Laporan Keuangan PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan.
Berdasarkan riset pendahuluan yang dilakukan oleh penulis terhadap
laporan keuangan tahun 2002 sampai dengan 2006 terjadi fluktuasi total piutang
yaitu peningkatan rata-rata total piutang sebesar 38% sedangkan piutang lain-lain
tidak lancar mengalami penurunan rata-rata sebesar 38% dan laba bersih
mengalami penurunan rata-rata sebesar 27%.
Total piutang yang semakin meningkat, didalamnya terdapat juga piutang
lain lain tidak lancar (piutang yang berumur lebih dari 1 tahun) yang berpengaruh
terhadap terjadinya piutang macet (piutang yang berumur >2 tahun). Bila
dihubungkan dengan total piutang, besarnya laba yang berfluktuasi menyebabkan
sebagian dari jumlah laba pada tahun 2002 sampai 2006 bukanlah laba yang nyata
dan dapat langsung dipergunakan untuk kegiatan operasional perusahaan
melainkan laba yang berasal dari piutang yang belum tercairkan baik yang
berumur 1 tahun.
Untuk mengetahui apakah manajemen piutang memiliki hubungan
terhadap besarnya laba yang dihasilkan selama periode tertentu, maka penulis

tertarik untuk mengambil judul: “Analisis Hubungan Manajemen Piutang
terhadap Kemampulabaan Pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan “.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Adakah hubungan antara manajemen piutang dengan
peningkatan/pencapaian kemampulabaan pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I
Medan? “

C. Kerangka Konseptual
Berikut adalah gambaran model kerangka pemikiran yang akan mengkaji
hubungan antara Receivable Turnover dan Days Sales Outstanding terhadap
kemampulabaan yang diukur dengan Return On Investment.
Receivable Turnover
Kemampulabaan
Days Sales Outstanding

Sumber : Sartono, Riyanto (Diolah)
Gambar 1.1 : Kerangka Konseptual
Mengkaji

hubungan

diantara

manajemen

piutang

dalam

hal

kemampulabaan maka dapat dilihat dari Receivable Turnover (Perputaran
Piutang) dan Days Sales Outstanding (Periode Penagihan Rata-Rata/Hari RataRata Pengumpulan Piutang).
Riyanto (2001:84) berpendapat bahwa piutang sebagai elemen modal
kerja selalu dalam keadaan berputar-putar. Makin lunak atau makin lama
pembayaran piutang, ini berarti bahwa tingkat perputarannya adalah makin rendah

dan begitu juga sebaliknya jika semakin tinggi tingkat perputarannya maka
semakin besar pula piutang perusahaan yang terkumpul dan secara langsung akan
meningkatkan keuntungan perusahaan. Sartono (2001:119) berpendapat terlalu
tinggi periode pengumpulan piutang berakibat timbulnya bad-debt dan investasi
dalam

piutang

menjadi

terlalu

besar

sehingga

akan

mempengaruhi

kemampulabaan perusahaan.
Pada penelitian ini untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
memperoleh laba digunakan salah satu rasio profitabilitas yaitu Return On
Investment (ROI). ROI merupakan salah satu alat yang biasa dipergunakan untuk
menilai kesuksesan atau prestasi perusahaan secara keseluruhan, yang secara
umum didefinisikan sebagai net income dibagi dengan total investasi (Sawir,
2005:19).

D. Hipotesis
Berdasarkan permasalahan yang telah disebutkan maka hipotesis yang
diambil penulis ialah: Manajemen Piutang dilihat dari Receivable Turnover dan
Days Sales Outstanding memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap
Kemampulabaan pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk menganalisis hubungan manajemen piutang yang diterapkan
oleh

PT

(Persero)

Pelabuhan

Indonesia

I

Medan

dengan

kemampulabaan perusahaan serta membandingkan penerapan teori
yang dipelajari diperguruan tinggi dengan aplikasi dilapangan.

b. Untuk menganalisis kondisi piutang yang terjadi dan aksi yang
dilakukan perusahaan

sebagai

upaya

didalam

menanggulangi

piutang.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi Perusahaan
Memberikan tambahan informasi bagaimana manajemen piutang yang
baik bagi perusahaan sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan
dalam pengambilan keputusan keuangan dimasa depan dan nantinya
dapat meningkatkan kemampulabaan perusahaan.
b. Bagi Penulis
Memberikan kontribusi yang besar bagi pemikiran penulis untuk
memperluas cakrawala berpikir ilmiah dalam bidang keuangan
khususnya manajemen piutang.
c. Bagi Pihak Lain
Sebagai bahan referensi bagi penelitian lain khususnya dalam bidang
manajemen piutang.

F. Metode Penelitian
1. Batasan Operasional
Batasan operasional penelitian ini adalah :
a. Pembahasan yang dilakukan dalam penelitian ini difokuskan untuk
mengetahui konsekuensi

dari

pengelolaan

piutang

terhadap

kemampulabaan perusahaan.
b. Data keuangan yang digunakan pada penelitian ini adalah laporan
keuangan

tahunan selama periode tahun 2002 sampai 2006.

c. Rasio-rasio keuangan yang digunakan adalah Rasio Kemampulabaan
yaitu Return On Investment dan Rasio Aktivitas yaitu Receivable
Turnover dan Days Sales Outstanding.
2. Definisi Operasional
Definisi Operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Kemampulabaan (Y)
Menunjukkan sebagai variabel terikat yang merupakan kemampuan
perusahaan secara keseluruhan dalam menghasilkan keuntungan dengan
jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia (Syamsudin, 2002 :63).
Semakin tinggi rasio ini, maka semakin baik keadaaan suatu
perusahaan.

Laba Bersih Setelah Pajak
Return on Investment =

x 100 %
Total Aktiva

b. Receivable Turnover (X1)
Adalah rasio yang digunakan untuk mengukur jangka waktu rata-rata
yang dibutuhkan untuk mengubah piutang menjadi uang tunai.
(Kuswadi, 2004:205).

Penjualan Kredit (Setahun)
Receivable Turnover =

x 1 Kali
Rata-Rata Piutang

c. Days Sales Outstanding/DSO (X2)
Periode penagihan rata-rata digunakan untuk menaksir piutang usaha,
dan dihitung dengan membagi piutang usaha dengan rata-rata penjualan
harian. Dengan demikian rata-rata umur piutang menunjukkan lamanya
waktu rata-rata yang diperlukan untuk menagih penjualan kredit
(Brigham & Houston, 2001:182) atau jangka waktu rata-rata yang harus
ditunggu perusahaan setelah melakukan penjualan sebelum menerima
kas.

Piutang
Days Sales Outstanding =

x 1Hari
Penjualan / 360

3. Jenis Data
1) Data Primer
Penelitian ini menggunakan data primer. Data primer tersebut diperoleh
dari

hasil wawancara dengan pihak-pihak yang terlibat di

perusahaan dan yang

dapat memberikan informasi tambahan

berkaitan dengan penelitian misalnya

mengenai

daripada data laporan keuangan yang dibutuhkan

kelengkapan
penulis.

2) Data Sekunder
Data yang dibutuhkan oleh penulis yang berkaitan dengan penelitian ini
adalah berupa :
a. Sejarah berdirinya perusahaan.
b. Struktur organisasi perusahaan.

c. Laporan keuangan tahunan perusahaan (laporan laba rugi dan neraca
tahun 2002 sampai dengan 2006)
4.Lokasi dan Waktu Penelitian
Penulis melakukan riset pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan
yang berlokasi di Jl. Krakatau Ujung No.100 Medan. Lama waktu yang
dibutuhkan dalam melakukan penelitian sejak bulan Juni sampai Desember
2007.
5.Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang dilakukan penulis untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan
dalam penelitian ini adalah:
a. Studi dokumentasi
Informasi dikumpulkan dari laporan keuangan PT (Persero) Pelabuhan
Indonesia I Medan tahun 2002 sampai dengan tahun 2006 serta data yang
relevan dengan penelitian baik dari pihak perusahaan maupun yang
berasal dari buku-buku literatur.
b. Teknik wawancara
Data dikumpulkan melalui hasil wawancara dengan pegawai yang
berwenang dalam memberikan informasi yang dibutuhkan dalam
penelitian.
6. Metode Analisis Data
Dalam analisis data yang terkumpul melalui penelitian ini, terlebih dahulu
ditetapkan

metode

pelaksanaannya

analisis

lebih

yang

mudah

akan
dan

dipergunakan
terarah

serta

sehingga
dapat

dipertanggungjawabkan. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan :

1) Metode Analisis Statistik Deskriptif
Metode analisis yang digunakan adalah suatu metode dimana data-data
yang dikumpulkan dan digolongkan / dikelompokkan kemudian
dianalisis dan diinterpretasikan secara objektif sehingga diperolehlah
gambaran yang sebenarnya mengenai kondisi piutang yang ada serta
tingkat kemampulabaan yang dihasilkan perusahaan.
2) Metode Analisis Korelasi Product Moment Pearson
Suharyadi dan Purwanto (2004 : 285), Korelasi Pearson digunakan
untuk mengukur keeratan hubungan diantara hasil-hasil pengamatan
dari

populasi

yang

mempunyai

dua

varian.

Perhitungan

ini

mensyaratkan bahwa populasi asal sampel mempunyai dua varian dan
berdistribusi normal. Metode korelasi Pearson banyak digunakan untuk
mengukur korelasi data rasio dan penulis menganalisis korelasi Pearson
menggunakan bantuan aplikasi komputer program SPSS versi 12,0.
Arti Angka Korelasi
a. Berkenaan dengan besaran angka. Angka korelasi berkisar pada 0 (tidak ada
korelasi sama sekali) dan 1 (korelasi sempurna).
b. Selain besar korelasi, tanda korelasi juga berpengaruh pada penafsiran hasil.
Tanda – (negatif) pada output menunjukkan adanya arah yang berlawanan,
sedangkan tanda + (positif) menunjukkan arah yang sama.
Signifikansi Hasil Korelasi
Setelah angka korelasi didapat, maka diuji apakah angka korelasi yang didapat
benar-benar signifikan atau dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan dua
variabel.

Hipotesis :
H0 : r = 0, artinya tidak terdapat hubungan signifikan antara variabel bebas (Xi)
dengan variabel terikat (Y).
H1 : r ≠ 0, artinya ada hubungan yang signifikan antara variabel bebas (Xi)
dengan variabel terikat (Y).
Pengambilan Keputusan :
a. Berdasarkan Probabilitas.
Jika probabilitas < 0,05 = H0 diterima.
Jika probabilitas > 0,05 = H0 ditolak.
b. Berdasarkan tanda ** yang diberikan SPSS.
Signifikan tidaknya korelasi dua variabel dapat dilihat dari adanya tanda ** pada
pasangan data yang dikorelasikan. Maka variabel yang bertanda

**

menunjukkan kedua variabel berkorelasi secara signifikan dan yang tidak
bertanda ** menunjukkan kedua variabel tidak berkorelasi secara signifikan.

BAB II
URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu
Penelitian oleh Fitria (2001) “Manajemen Piutang dan Pengaruhnya
Terhadap Tingkat Kemampulabaan Usaha Pada Kantor Cabang Perum Pegadaian
Medan Utama” bertujuan untuk mengetahui bagaimana manajemen piutang
dilakukan di Perum Pegadaian dan sejauhmana pengaruh manajemen piutang
terhadap tingkat kemampulabaan perusahaan.
Penelitian ini membuktikan bahwa manajemen piutang yang dilakukan
perusahaan dijalankan dengan kebijaksanaan yang cukup ketat karena harus
berdasarkan peraturan-peraturan yang bersifat nasional yang harus diputuskan
oleh dewan direksi pusat. Adanya peningkatan piutang, pendapatan, laba usaha,
tingkat perputaran piutang dan hari rata-rata pengumpulan piutang menunjukkan
manajemen piutang yang dijalankan perusahaan masih cukup efektif untuk
dijalankan. Tingkat rentabilitas perusahaan pada tahun 1997 sebesar 99,49%dan
pada tahun 1998 sebesar 98,33%. Berarti rentabilitas perusahaan pada dua tahun
tersebut berada pada kondisi sehat sekali karena berada diatas 12%. Dengan
memperlonggar kebijaksanaan piutang ternyata menyebabkan penurunan tingkat
rentabilitas, berarti dapat disimpulkan bahwa manajemen piutang mempunyai
pengaruh yang besar terhadap tingkat rentabilitas sehingga untuk meningkatkan
pendapatan dan laba perusahaan pihak manajemen harus menaruh perhatian yang
besar terhadap kebijaksanaan piutang yang diambil.

B. Laporan Keuangan
Untuk mengetahui perkembangan perusahaan, perlu diketahui keadaan
keuangan perusahaan yang bersangkutan. Keadaan keuangan perusahaan dapat
diketahui dari laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan disusun untuk
menggambarkan posisi keuangan suatu perusahaan serta hasil yang dicapai dalam
operasi perusahaan.
Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba
rugi dan laporan posisi dalam keuangan atau biasa juga dinamakan laporan
sumber dan penggunaan dana, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan
yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.
Riyanto (2001:327) memberikan definisi mengenai laporan keuangan
sebagai berikut : Laporan keuangan memberikan ikhtisar mengenai keadaan
keuangan suatu perusahaan, dimana Neraca (Balance Sheet) mencerminkan nilai
aktiva, utang dan modal sendiri pada suatu saat tertentu, dan Laporan Laba Rugi
(Income Statement) mencerminkan hasil-hasil yang dicapai selama waktu periode
tertentu biasanya meliputi periode satu tahun.
Syahyunan (2004:23) laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses
pencatatan, penggabungan dan pengikhtisaran semua transaksi yang dilakukan
perusahaan dengan seluruh pihak terkait dengan kegiatan usahanya dan peristiwa
penting yang terjadi diperusahaan.

Menurut Bernstein dalam Harahap (2004 : 197), tujuan laporan keuangan
adalah :
1. Screening, analisa dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui situasi dan
kondisi perusahaan dari laporan keuangan tanpa pergi langsung ke lapangan.
2. Understanding, memahami perusahaan, kondisi keuangan dan hasil usahanya.
3. Forecasting, analisa digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan
perusahaan dimasa yang akan datang.
4. Diagnosis, analisa dimaksud untuk melihat kemungkinan adanya masalahmasalah yang terjadi baik dalam manajemen, operasi, keuangan atau masalah
lain dalam perusahaan.
Konsep dan Prinsip Laporan Keuangan
Terdapat beberapa asumsi, baik yang merupakan peraturan dasar maupun
kesepakatan dalam praktek keuangan yang perlu dipahami, menurut Djarwanto
(2001:9-12) asumsi-asumsi tersebut adalah :
1. Business Entity
Konsep yang menyatakan bahwa pencatatan kinerja perusahaan itu harus
dipisahkan dari kegiatan pemiliknya atau rumah tangga pemilik.
2. Going Concern
Perusahaan didirikan tidak untuk sementara waktu tetapi diharapkan berjalan
terus sepanjang waktu. Karena asas bahwa perusahaan itu hidup sepanjang
waktu, ini akan mempengaruhi metode penilaian.

3. Unit of Measurement
Kegiatan mencatat, menggolongkan, meringkaskan, menyajikan transaksitransaksi perusahaan dan hasil-hasilnya, dalam akuntansi digunakan satuan
pengukuran uang.
4. Cost
Data akuntansi dicatat menurut harga perolehannya pada waktu peristiwa itu
terjadi dan tinggal tetap demikian dalam catatan atau laporan akuntansi karena
ini merupakan pendekatan yang paling objektif.
5. Realization
Penghasilan direalisir apabila penjualan telah dilakukan atau apabila jasa telah
diberikan. Ketika terjadi penjualan atau pertukaran yang telah disepakati
antara perusahaan dengan pihak-pihak diluar perusahaan maka terealisir
penghasilan.
6. Stable
Fluktuasi nilai uang dianggap tidak ada pengaruhnya terhadap jumlah-jumlah
yang ditunjukkan dalam laporan kondisi keuangan perusahaan.
7. Time Period
Karena aktivitas perusahaan berjalan sepanjang waktu, maka proses penyajian
perlu dipecah dalam periode-periode tertentu.
8. Objective Evidence
Untuk keperluan pencatatan akuntansi perlu dukungan bukti-bukti transaksi
yang bersifat objektif atau dapat diuji kebenarannya.

9. Disclosure
Semua fakta perlu diungkapkan secara terbuka agar laporan keuangan dapat
bersifat informatif dan memberi arti bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
10. Consistency
Akuntansi harus memilih satu metode yang paling sesuai dengan kebutuhan.
Sekali satu metode telah dipilih secara konsisten harus dipertahankan dari
setiap periode.
11. Conservatism
Mengakui kemungkinan rugi yang akan terjadi tetapi tidak mengantisipasikan
laba yang belum direalisasi.
12. Matching of Revenue and Cost
Besarnya net income merupakan gambaran yang menarik, net income
diperoleh dengan membandingkan antara revenue dengan cost dalam periode
waktu tertentu.

C. Manajemen Piutang
Setiap perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan
melakukan penjualan, sebelum melakukan penjualan biasanya akan disepakati
terlebih dahulu bagaimana cara pembayaran transaksi tersebut apakah secara tunai
atau kredit. Apabila pembayaran dilakukan secara tunai maka perusahaan akan
langsung menerima kas namun apabila pembayaran dilakukan secara kredit maka
perusahaan akan menerima piutang.

Horne (2005:258) Piutang adalah jumlah uang dipinjam dari perusahaan
oleh pelanggan yang telah membeli barang atau memakai jasa kredit. Menurut
Soemarsono (2002:338), piutang pada umumnya dikelompokkan menjadi :
1. Piutang Dagang
Piutang yang berasal dari penjualan barang dan jasa yang merupakan kegiatan
usaha normal perusahaan. Piutang ini juga disebut sebagai piutang dagang.
2. Piutang Lain-Lain
Piutang yang meliputi piutang pegawai, piutang dari perusahaan afiliasi,
piutang pemegang saham, dan lain-lain.
Penjualan kredit tentu akan menimbulkan resiko bagi perusahaan untuk
menagih sebahagian atau bahkan mungkin seluruh piutang , maka biaya atas
resiko tidak tertagihnya piutang tersebut dalam bentuk bad debt expense.
Kebijakan penjualan kredit dapat menimbulkan keuntungan-keuntungan dalam
bentuk kenaikan hasil penjualan, kenaikan laba dan memenangkan persaingan.
Manajemen piutang berkaitan dengan usaha untuk mengelola pendapatan
yang akan diterima dari hasil penjualan yang dilakukan secara kredit. (Syahyunan,
2004:61) Manajer keuangan dalam melakukan manajemen piutang harus dapat
menentukan jumlah piutang yang seimbang antara perolehan laba dan resiko.
Pengelolaan piutang yang efisien diawali dengan penyeleksian pelanggan hingga
usaha-usaha penagihan piutang yang lebih efektif.
a) Kebijaksanaan Kredit
Untuk mengendalikan piutang, perusahaan perlu menetapkan kebijaksanaan
kreditnya. Kebijaksanaan ini berfungsi sebagai standar, apabila dalam
pelaksanaannya tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, maka

perusahaan perlu melakukan perbaikan. Jika suatu perusahaan memutuskan
untuk menjual produknya secara kredit, timbul masalah tentang siapa yang
akan diizinkan untuk membeli secara kredit. Perlu ditentukan standar dan
kemudian dilakukan evaluasi terhadap para pembeli.
Ada lima kriteria (The Five C’s of Credit) utama yang sering digunakan untuk
menilai kemampuan pemohon kredit, yaitu :
1. Karakter (Character)
Meneliti dan memperhatikan sifat-sifat pribadi, cara hidup, status sosial dari
pemohon kredit. Hal ini penting karena berkaitan dengan kemauan untuk
membayar (willingness to pay).
2. Kapasitas (Capacity)
Meneliti kemampuan pemohon kredit dalam memperoleh penjualan atau
pendapatan yang dapat diukur dari penjualan yang dicapai pada masa lalu dan
juga keahlian yang dimiliki dalam bidang usahanya. Hal ini berkaitan dengan
kemampuan untuk membayar (ability to pay).
3. Kapital (Capital)
Mengukur posisi keuangan perusahaan (pemohon kredit) secara umum dengan
memperhatikan modal yang dimiliki perusahaan dan juga perbandingan hutang
dan modalnya.
4. Kolateral (Collateral)
Mengukur besarnya aktiva perusahaan (pemohon kredit) yang dijadikan
sebagai agunan atau jaminan atas kredit yang diberikan.

5. Kondisi (Conditions)
Memperhatikan pengaruh langsung dari keadaan ekonomi pada umumnya
terhadap perusahaan yang bersangkutan terhadap kemampuannya untuk
memenuhi kewajibannya.
Perusahaan juga perlu mempertimbangkan tingkat kepercayaan pihak luar
terhadap pelanggan yang disebut sebagai soliditas yaitu :
1. Soliditas Komersil
Tingkat kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan yang bersangkutan
sebagai akibat dari kejujuran pimpinan perusahaan untuk selalu memenuhi janji
dan kewajiban tepat pada waktunya.
2. Soliditas Finansial
Tingkat kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan yang bersangkutan
sebagai akibat dari terdapatnya modal kerja perusahaan yang cukup, sehingga
perusahaan diharapkan dapat memenuhi kewajiban finansialnya tepat waktu.
3. Soliditas Moral
Tingkat kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan yang bersangkutan
sebagai akibat dari sifat-sifat dan moral baik dari pimpinan perusahaan.
b) Standar Kredit
Standar kredit adalah persyaratan minimum yang dipakai perusahaan untuk
memberikan kredit kepada pelanggan. Hal-hal seperti nama baik pelanggan
sehubungan dengan kredit atau pembayaran hutang-hutang dagangnya baik
kepada perusahaan maupun kepada perusahaan-perusahaan lainnya, referensireferensi kredit, rata-rata jangka waktu pembayaran hutang dagang dan
beberapa rasio finansial tertentu dari perusahaan langganan akan dapat

memberikan suatu dasar penilaian bagi perusahaan sebelum memberikan atau
melakukan penjualan kredit.
Dengan mengetahui faktor-faktor utama yang harus dipertimbangkan
bilamana perusahaan bermaksud untuk mengubah standar kredit yang diterapkan,
akan dapat memberikan suatu gambaran tentang keputusan-keputusan apa yang
harus diambil perusahaan sehubungan dengan kepada siapa dan dalam jumlah
berapa kredit yang akan diberikan.
Ada beberapa faktor-faktor utama yang harus dipertimbangkan perusahaan
apabila perusahaan bermaksud melakukan perubahan dalam standar kredit, yaitu :
1) Volume penjualan
Perubahan standar kredit dapat diharapkan akan merubah volume
penjualan. Apabila standar kredit diperlonggar maka diharapkan akan dapat
meningkatkan volume penjualan. Sebaliknya, apabila standar kredit diperketat
maka diperkirakan volume penjualan akan menurun.
2) Investasi dalam piutang
Memiliki piutang menimbulkan biaya bagi perusahaan. Makin tinggi
investasi dalam piutang makin besar biaya pengadaannya. Jika standar kredit
diperlonggar, volume piutang perusahaan meningkat demikian pula biaya
pengadaannya. Perubahan ini dihasilkan dari peningkatan penjualan dan
perpanjangan periode penagihan dari penjualan kredit.
3) Biaya piutang ragu-ragu
Probabilitas (risiko) kerugian piutang atau bad debt expenses akan
semakin meningkat dengan diperlonggarnya standar kredit, dan akan menurun
bilamana standar kredit diperketat.

c) Kebijaksanaan Penagihan Kredit
Didalam mengelola piutang yang ada diperlukan kebijaksanaan penagihan
yang mana merupakan bagian dari usaha perusahaan untuk dapat
mengumpulkan piutang atas penjualan kredit yang diberikan dalam waktu
singkat. Perusahaan haruslah berhati-hati untuk tidak terlalu agresif dalam
usaha-usaha menagih piutang dari para langganan.Bilamana langganan tidak
dapat membayar tepat pada waktunya maka sebaiknya perusahaan menunggu
sampai jangka waktu tertentu yang dianggap wajar sebelum menerapkan
prosedur-prosedur penagihan piutang yang sudah ditetapkan.
(Syahyunan, 2004:66) Sejumlah teknik penagihan piutang yang biasanya
dilakukan oleh perusahaan bilamana langganan atau pembeli belum membayar
sampai dengan waktu yang telah ditentukan adalah sebagai berikut :
a. Melalui surat
Bilamana waktu pembayaran hutang dari langganan sudah lewat beberapa hari
tetapi belum juga dilakukan pembayaran maka perusahaan dapat mengirim
surat dengan nada “mengingatkan“ (menegur) langganan yang belum
membayar tersebut bahwa hutangnya sudah jatuh tempo. Apabila hutang
tersebut belum juga dibayar setelah beberapa hari surat dikirimkan maka dapat
dikirimkan surat kedua yang nadanya lebih keras.
b. Melalui telepon
Apabila setelah dikirimkan surat teguran ternyata hutang-hutang tersebut
belum juga dibayar, maka bagian kredit dapat menelpon langganan dan secara
pribadi memintanya untuk segera melakukan pembayaran. Kalau dari hasil
pembicaraan tersebut ternyata misalnya langganan mempunyai alasan yang

dapat diterima maka mungkin perusahaan dapat memberikan perpanjangan
sampai suatu jangka waktu tertentu.
c. Kunjungan personal
Teknik penagihan piutang dengan jalan melakukan kunjungan secara personal
atau pribadi ketempat langganan sering kali digunakan karena dirasakan
sangat efektif dalam usaha-usaha penagihan piutang.
d. Tindakan yuridis
Bilamana ternyata langganan tidak mau membayar hutang-hutangnya maka
perusahaan dapat menggunakan tindakan-tindakan hukum dengan mengajukan
gugatan perdata melalui pengadilan.

D. Kemampulabaan
Dalam kegiatan operasional perusahaan, profit/keuntungan merupakan
elemen terpenting agar kelanjutan dari perusahaan dapat terjamin. Setiap usaha
selalu mengutamakan keuntungan dalam tujuan pendirian perusahaan, baru
setelah itu tujuan perusahaan yang lain seperti kemampuan perusahaan untuk
tumbuh (growth) ditengah persaingan dan kemampuan perusahaan mengadakan
ekspansi usaha (develop).
Tanpa adanya kemampuan dalam memperoleh laba dengan menggunakan
semua sumber daya yang ada dalam perusahaan, semua tujuan perusahaan
tersebut tidak akan tercapai. Untuk mewujudkan itu diperlukan pelaksanaan
proses manajemen yang efektif dan efisien dalam pengelolaan sebuah perusahaan.
Namun tingkat keefisienan sebuah perusahaan tidak dapat hanya dilihat dari laba
yang diperoleh saja, tetapi juga harus memperbandingkan bagaimana usaha untuk

memperbesar profit karena profitabilitas yang tinggi merupakan pencerminan
efisiensi yang tinggi pula.
Horne (2005:222) mengatakan bahwa yang disebut profitabilitas
(Kemampulabaan) adalah kemampuan menghasilkan laba selama periode tertentu
dengan menggunakan aktiva atau modal, baik modal secara keseluruhan maupun
modal sendiri. Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Rasio profitabilitas terdiri dari
dua jenis, yaitu rasio yang menunjukkan laba dalam hubungannya dengan
penjualan dan rasio yang menunjukkan laba dalam hubungannya dengan investasi.
Kedua rasio ini secara bersama-sama menunjukkan efektifitas keseluruhan operasi
perusahaan.
Sawir (2005:17) menyatakan bahwa kemampulabaan merupakan hasil
akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen. Profitabilitas akan
memberikan jawaban akhir tentang efektifitas manajemen perusahaan dan
memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas pengelolaan perusahaan.
Profitabilitas terdiri dari :
1. Gross Profit Margin =

Gross Profit
Sales

Gross Profit Margin digunakan untuk mengukur efisiensi pengendalian harga
pokok (biaya produksi), mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk
berproduksi secara efisien.
2. Operating Profit Margin =

EBIT
Sales

Operating Profit Margin digunakan untuk mengukur tingkat laba operasi
dibandingkan dengan volume penjualan.

3. Net Profit Margin =

Net Profit
Sales

Net Profit Margin digunakan untuk mengukur laba bersih sesudah pajak
dibandingkan dengan volume penjualan.
4. Return on Investment =

Net Profit
Total Asset

Return on Investment digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan
menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan.
5. Return on Equity =

Net Profit
Net Worth

Return on Equity digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan.
Rasio yang digunakan untuk mengukur Kemampulabaan pada penelitian
ini adalah Return On Investment (ROI) atau yang sering juga disebut sebagai

Return On Asset yakni pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan
dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia
didalam perusahaan (Syamsudin, 2002:63), semakin tinggi rasio ini maka semakin
baik keadaan suatu perusahaan.
(Kuswadi, 2004:191-192) Melalui ROI dapat memberikan indikasi kepada
kita tentang baik buruknya manajemen dalam melaksanakan kegiatan baik dalam
kontrol biaya maupun pengelolaan aktiva. Besarnya laba bersih operasi
perusahaan dipengaruhi oleh perputaran dana yang ditanam. Makin cepat dana itu
berputar makin efektif penggunaan dana tersebut sehingga makin besar pula laba
perusahaan atas dana yang ditanam.

Kelebihan yang dimiliki ROI sehingga dipergunakan sebagai alat
pengukur prestasi kinerja manajer dalam perusahaan adalah sebagai berikut :
a. Mendorong manajer untuk memfokuskan pada keterkaitan dengan hubungan
(relationship) antara penjualan (sales), biaya (expenses) dan investasi
(investment) khususnya untuk manajer pusat investasi.
b. Mendorong para manajer untuk memfokuskan pada efisiensi biaya.
c. Mendorong para manajer untuk mengoperasikan aktivanya secara efisien.
ROI dalam suatu perusahaan dapat ditingkatkan dengan beberapa cara
yaitu sebagai berikut :
a) Meningkatkan penjualan
Peningkatan penjualan dapat dilakukan dengan cara menaikkan harga jual
produk tanpa harus meningkatkan biaya variabel per unit ataupun biaya tetap.
Hal ini terjadi setiap kali kenaikan persentase jumlah biaya lebih kecil
daripada persentase kenaikan jumlah rupiah penjualan. Kenaikan penjualan
juga meningkatkan perputaran aktiva sepanjang tidak terjadi kenaikan
proporsional dalam aktiva.
b) Pemangkasan beban
Pemangkasan beban/biaya merupakan pendekatan pertama yang dilakukan
manajer manakala menghadapi kemerosotan penjualan. Hal ini dapat
dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
1. Menelaah biaya tetap diskresioner, baik unsur biaya maupun programprogram yang membentuk suatu paket biaya tetap diskresioner, dan
kemudian mencari biaya yang dapat dipotong dengan segera.

2. Mencari cara-cara untuk membuat karyawan bekerja secara lebih efisien
dengan membuang duplikasi, waktu bukan nilai tambah, atau waktu
perbaikan mesin dan dengan meningkatkan muatan kerja karyawan.
c) Mengurangi asset
Pengguntingan terhadap kelebihan investasi dalam perusahaan dapat
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap putaran aktiva dan karenanya
juga terhadap ROI. Pengurangan invesatasi-investasi yang tidak perlu kerap
memerlukan pelepasan maupun pengahapusan aktiva-aktiva yang tidak
produktif ataupun tidak lagi dipergunakan.

BAB III
PT (PERSERO) PELABUHAN INDONESIA I MEDAN

A. Sejarah Berdirinya Perusahaan
Menelusuri sejarah PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I pada hakekatnya
melihat perkembangan usaha yang pesat suatu BUMN di lingkungan Departemen
Perhubungan. Pengelolaan pelabuhan sudah mulai dilakukan sejak kemerdekaan
Republik Indonesia (RI). Instansi-instansi yang mengelola pelabuhan silih
berganti dalam periode waktu yang singkat sehingga konsep pengelolaan banyak
belum terlaksana karena instansi-instansi yang mengelola sudah dibubarkan. Hal
ini terjadi pada semua pelabuhan di Indonesia.
Pengelolaan pelabuhan yang secara konsepsional dimulai pada tahun 1960
dimana kegiatan pelabuhan cenderung mengikuti pola kerja Belanda yang pada
umumnya dilakukan oleh pegawai pelabuhan bangsa Indonesia yang bekerja pada
masa pendudukan Belanda. Pengelolaan pelabuhan dapat dibagi menjadi enam
masa yaitu:
1. Masa 1945 – 1960
Pada masa ini pengelolaan pelabuhan masih diikuti atau meneruskan langkahlangkah yang diambil dari Departemen Van Scheepvart dimana pelaksanaan
pengelolaan pelabuhan dilakukan jawatan pelabuhan yang dipimpin oleh
kepala jawatan.

2. Masa 1960 – 1969
Pengelolaan pelabuhan di Indonesia pada masa ini dibagi menjadi delapan
pelabuhan dengan status Perusahaan Negara (PN) yang meliputi:
a.

Perusahaan Negara Pelabuhan I Belawan

b.

Perusahaan Negara Pelabuhan II Dumai

c.

Perusahaan Negara Pelabuhan III Tanjung Priok

d.

Perusahaan Negara Pelabuhan IV Tanjung Perak

e.

Perusahaan Negara Pelabuhan V Banjarmasin

f.

Perusahaan Negara Pelabuhan VI Makasar

g.

Perusahaan Negara Pelabuhan VII Manado

h.

Perusahaan Negara Pelabuhan VIII Ambon
Pengelolaan pelabuhan berdasarkan keputusan Presiden RI No. 130 tahun

1957 dimana kementerian pelayaran dibagi menjadi jawatan-jawatan, perusahaan
pelabuhan negara, PT Pelni, dan mahkamah pelayaran pada masa kabinet karya.
Perusahaan Negara Pelabuhan I Belawan dan Perusahaan Negara Pelabuhan II
Dumai merupakan induk pelabuhan kecil di lingkungannya mulai dari pelabuhan
Sabang di Aceh sampai dengan pelabuhan Teluk Bayur di propinsi Sumatera
Barat dan kedua PN Pelabuhan tersebut membawahi 4 propinsi yaitu:
a.

Propinsi Aceh

b.

Propinsi Sumatera Utara

c.

Propinsi Riau

d.

Propinsi Sumatera Barat
Kedua PN Pelabuhan ini merupakan cikal bakal PT (Persero) Pelabuhan

Indonesia I. Pengelolaan PN Pelabuhan dipimpin oleh seorang Direktur Utama

dimana. Pada masa ini misi yang diemban lebih banyak melayani masyarakat

(Public Service) tanpa menghitung untung rugi. Penentuan tarif pelabuhan tidak
berdasarkan pada prinsip pengembalian biaya (Cost Recovery) melainkan
semuanya ditujukan kepada kelancaran lalu lintas barang guna memenuhi
kebutuhan masyarakat.
3. Masa 1969 – 1983
Pada masa ini Kabinet Pembangunan mulai menunjukkan kestabilannya
sehingga perkembangan permintaan jasa pelabuhan semakin meningkat sejalan
dengan pertumbuhan perekonomian. Perusahaan Negara Pelabuhan I Belawan
sampai dengan Perusahaan Negara Pelabuhan VIII Ambon dilikuidasi untuk
dirubah bentuknya menjadi Badan Pengusahaan Pelabuhan (BPP) dengan
peraturannya diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1969 tentang
Susunan dan Tata Kerja Kepelabuhan dan Daerah Pelayaran. Pengelolaan
pelabuhan, dalam peraturan ini dilakukan oleh Administratur Pelabuhan yang
mempunyai fungsi ganda yaitu:
a.

Fungsi Pengusahaan

b.

Fungsi Pemerintahan
Organisasi pelabuhan di Indonesia dibagi menjadi sembilan daerah

pelayaran dimana masing-masing daerah pelayaran dipimpin oleh Kepala Daerah
Pelayaran (KADAPEL) yang merupakan Wakil Direktur Jenderal Perhubungan
Laut di daerah.

4. Masa 1983- 1988
Pada tanggal 1 Mei 1983 terjadi lagi perubahan organisasi pelabuhan dari
Badan Pengusahaan Pelabuhan menjadi Perusahaan Umum Pelabuhan
(Perumpel) dan dibagi menjadi empat Perusahaan Umum Pelabuhan, yaitu:
a.

Perusahaan Umum Pelabuhan I Medan

b.

Perusahaan Umum Pelabuhan II Tanjung Priok

c.

Perusahaan Umum Pelabuhan III Surabaya

d.

Perusahaan Umum Pelabuhan IV Ujung Pandang
Perusahaan Umum Pelabuhan I Medan didasarkan pada Peraturan

Pemerintah RI No. 11 tahun 1983 tanggal 30 April 1983 dengan ditentukannya
wilayah Pelabuhan sebagai tumpuan tatanan kegiatan ekonomi dan kegiatan
pemerintah.
5. Masa 1988 – 1993
Pada masa ini Perusahan Umum Pelabuhan I Medan berdasarkan pada evaluasi
perkembangan operasional pelabuhan dan evaluasi terhadap organisasi yang
ada baik dari tingkat pusat sampai cabang. Organisasi Perusahaan Umum
Pelabuhan I berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 78 tahun
1988 tanggal 1 November 1988 dirampungkan untuk meningkatkan daya guna
dan hasil guna pelaksanaan tugas serta merubah susunan direksi dari lima
menjadi empat direksi, khususnya Direktorat Teknik dan Direktorat Operasi
disatukan menjadi Direktorat Usaha.

6. Masa 1993 sampai saat ini
Setelah masa kurang lebih sepuluh tahun Perusahaan Umum Pelabuhan I
dengan pertimbangan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas usaha,
status Perusahaan Umum Pelabuhan I dialihkan bentuknya menjadi
Perusahaan Perseroan (Persero) sesuai dengan Undang-Undang No. 9 tahun
1969. Dasar hukum pengalihan menjadi Persero adalah Peraturan Pemerintah
RI No. 56 tahun 1991. Perusahaan Umum Pelabuhan I resmi dibubarkan
dengan ketentuan bahwa segala hak dan kewajiban, kekayaan serta pegawai
Perusahaan Umum Pelabuhan I yang ada beralih kepada Perusahaan Persero
termasuk pelabuhan-pelabuhan yang telah ditetapkan, namun proses
pengakuan hak, kewajiban dan kekayaan Perusahan Umum Pelabuhan I
kepada Perusahan Persero memerlukan waktu yang cukup panjang dan
barulah pada tanggal 1 Desember 1992 berdasarkan Akte Notaris Imas
Fatimah, SH, maka Perusahaan Umum Pelabuhan I resmi dibubarkan menjadi
PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I atau yang lebih dikenal dengan
Pelabuhan.
Saat ini PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I berkantor pusat di Jl. Krakatau
Ujung No. 100 Medan, dengan membawahi beberapa cabang dan perwakilan
di Propinsi Sumatera Utara, daerah Istimewa Aceh dan Riau yang terdiri dari
16 cabang, 10 perwakilan, 2 rumah sakit dan 1 usaha galangan kapal.

B. Bidang Kegiatan Perusahaan
PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I didirikan dengan tugas pokok
menyediakan fasilitas dan peralatan pelabuhan, menyelenggarakan pelayanan jasa
labuh, tambat, bongkat/muat, pergudangan dan lapangan penumpukan serta
menyediakan areal tanah untuk bangunan, air bersih, instalasi listrik, dan usahausaha lain yang menunjang tujuan perusahaan.
Berdasarkan tugas pokok tersebut, maka fungsi PT (Persero) Pelabuhan
Indonesia I adalah menunjang kelancaran arus barang, kapal dan penumpang
untuk mewujudkan sistem transportasi nasional, sedangkan tujuan PT (Persero)
Pelabuhan Indonesia I dalam kegiatan pelayanan jasa kepelabuhan ini adalah
sebagai berikut:
1. Menyediakan pelayanan jasa kepelabuhan bagi kepentingan umum
sekaligus

menumpuk

keuntungan

berdasarkan

prisnsip-prinsip

pengelolaan perusahaan.
2. Menunjang

kelancaran

angkutan

laut

dalam

rangka

menunjang

pembangunan nasional dan regional.
3. Melaksanakan pergantian/pertukaran sistem transportasi laut ke darat atau
sebaliknya, dan mewujudkan sistem perhubungan terpadu dan seimbang.
Bidang

usaha

PT

(Persero)

Pelabuhan

Indonesia

I

adalah

menyelenggarakan perusahaan jasa kepelabuhanan dan usaha lainnya yang
menunjang kelancaran arus keluar-masuk barang melalui pelabuhan.
Pengertian jasa kepelabuhanan adalah segala bentuk pelayanan berupa
fasilitas dan berbagai kemudahan yang ditawarkan oleh perusahaan untuk
menunjang kegiatan dan usaha para pengguna jasa kepelabuhanan. Produk yang

ditawarkan dalam perusahaan adalah jasa, yang berarti tidak mempunyai wujud
tetapi manfaatnya dapat dirasakan oleh para pemakai/pengguna jasa tersebut.
Lapangan usaha PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I adalah sebagai
berikut:
1. Kolam pelabuhan dan perairan untuk lalu lintas dan tempat berlabuh kapal.
2. Jasa yang berhubungan dengan pemanduan dan penundaan kapal.
3. Dermaga dan fasilitas lain untuk tambat bongkar muat barang termasuk hewan
dan fasilitas naik turunnya penumpang.
4. Gudang, tempat penimbunan barang-barang eksport/import dan peralatan
pelabuhan baik alat bongkat muat maupun lainnya.
5. Tanah untuk berbagai bangunan dan lapangan, industri dan gedung/bangunan
yang berhubungan dengan kelancaran angkutan laut.
6. Penyediaan listrik, air minum dan instalasi limbah pembuangan.
7. Jasa terminal, kegiatan konsolidasi dan industri barang termasuk hewan.
8. Jasa

konsultasi,

pendidikan

dan

pelatihan

yang

berkaitan

dengan

kepelabuhanan.
9. Usaha-usaha lain yang dapat menunjang tercapainya tujuan perusahaan.

C.

Struktur Organisasi Perusahaan
Pembagian tugas dalam organisasi haruslah diatur sedemikan rupa

sehingga dapat menopang tercapainya tujuan perusahaan.

Bentuk pembagian

tugas dapat digambarkan ke dalam suatu struktur organisasi atau bagan organisasi.
Bagan/struktur organisasi adalah suatu susunan skematis yang menunjukkan
hubungan kerjasama dari orang-orang/bagian-bagian yang terdapat dalam suatu
organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Struktur organisasi yang

jelas dapat memberikan gambaran sejauh mana tugas, wewenang dan tanggung
jawab serta kedudukannya terhadap departemen lainnya.
PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I memiliki struktur organisasi yang
mengacu kepada keputusan Direksi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I No.
PR.02/2/II/P/07 tertanggal 30 Maret 2007 tentang organisasi dan tata kerja kantor
pusat PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I.

BAB IV
ANALISIS DAN EVALUASI
A. Deskriptif Variabel Penelitian
1. Rasio Aktivitas
Sebelum penulis menulis hubungan antara manajemen piutang dengan
kemampulabaan terlebih dahulu penulis menghitung rasio aktivitas sebagai
alat pengevaluasian manajemen piutang. Adapun rasio yang dibahas yaitu
rasio perputaran piutang (Receivable Turnover) dan rasio periode penagihan
rata-rata (Days Sales Outstanding) yang dihitung berdasarkan laporan
neraca dan laba rugi perusahaan tahun 2002 sampai dengan 2006. Hasil dari
perhitungan dapat dilihat sebagai berikut :
1.1. Receivable Turnover
Tabel 4.1
Deskriptif Rasio Receivable Turnover
Tahun 2002 - 2006
Tahun

Receivable Turnover

2002

37,70 Kali

2003

52,73 Kali

2004

59,84 Kali

2005

61.79 Kali

2006

42,