Akuntansi Manajemen Dalam Meningkatkan Efisiensi Biaya Pada PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan Cabang Belawan

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

AKUNTANSI MANAJEMEN DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI BIAYA PADA PT. (PERSERO) PELABUHAN INDONESIA I

MEDAN CABANG BELAWAN SKRIPSI

Diajukan Oleh :

Nama : Heny I.A. Simanjuntak Nim : 070503242

Jurusan : Akuntansi

Guna memenuhi salah satu syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia─Nya. Tak lupa pul a doa beriring salam penulis persembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Sebagai hamba Allah yang memiliki banyak keterbatasan, penulis menyadari bahwa pengetahuan penulis belumlah cukup untuk menjadikan skripsi ini masuk dalam nominasi sempurna baik dalam penggunaan bahasa maupun penyajian data. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.

Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini dapat diselesaikan hanya dengan bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini penulis juga menyampaikan rasa terima kasih atas dukungan, pemikiran, tenaga, materi, dan juga doa dari semua pihak yang telah membantu penulis selama menjalani masa perkuliahan dan penyusunan skripsi ini, maka dalam kesempatan ini mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Fahmi Natigor, SE, Ak, MAcc selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, SE., Msi., Ak selaku Ketua Jurusan Akuntansi dan Ibu Mutia Ismail, Msi, Ak selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(3)

4. Bapak Drs. Arifin Hamzah, MM, CPA, Ak selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 5. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, MEc selaku pembanding/penguji yang telah

memberikan masukan dan saran kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, Msi, Ak selaku dosen pembanding/penguji yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Seluruh dosen Jurusan Akuntansi beserta pegawai perpustakaan dan administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

8. Bapak pimpinan staf, dan pegawai PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan Cabang Belawan yang telah bersedia membantu penulis selama masa penyelesaian skripsi ini.

9. Keluarga tercinta, Ayahanda Drs. Ramli Simanjuntak SE, Msi, Ibunda Dra. Berliana Butar-butar SSos, adik-adik tersayang : Rugun Amelia Simanjuntak, Franky Michael Simanjuntak.

10. Seluruh teman-teman penulis, Hilda Elsera, Desi Apri Ayuandari, Citra Damanik, Mira Astriana, Mohammad Agung, M. Rezky asdani, Rezky Haryanto, Nicolas Tarigan, Sudendren, Syuhada F.Yudha, dan Andhika Bahari Putra. Teman-teamab Ak-S1, adik-adik Ak-S1 dan Mnj-S1 08,09,010, keluarga besar HMI Komisariat FE-USU serta teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas persahabatan indah yang telah tercipta.


(4)

Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan rahmat dan karunia─Nya kepada kita semua. Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat membawa manfaat bagi kita semua. Amin.

Medan, Februari 2011 Penulis

( Heny I.A. Simanjuntak )


(5)

ABSTRAK

PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan Cabang Belawan merupakan salah satu cabang utama dari PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan, yang berkedudukan di Jalan Kapten Raden Sulian No.1 Belawan. Di perusahaan ini penulis melakukan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul “Akuntansi Manajemen Dalam Meningkatkan Efisiensi Biaya Pada PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan Cabang Belawan “. Tujuan penulis melakukan penelitian diperusahaan ini adalah untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang sistem akuntansi pusat biaya, peningkatan efisiensi biaya dalam sistem pusat biaya serta melihat hubungan antara anggaran dengan praktek sebenarnya dalam usaha untuk meningkatkan efisiensi biaya pada perusahaan.

Metode Penelitian yang diterapkan penulis dalam penyusunan penelitian ini adalah bersifat Deskriptif yang didesain dengan menggunakan metode pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui wawancara dengan pihak yang berkompeten didalam perusahaan. Cara analisis data yang digunakan untuk menjawab masalah penelitian adalah dengan menggunakan metode Deskriptif dan metode Komparatif.

Temuan dari penelitian yang telah dilakukan, secara keseluruhan adalah mengenai akuntansi manajemen dalam meningkatkan efisiensi biaya pada PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan Cabang Belawan sesuai dengan ketentuan yang berlaku umum yang diterapkan oleh PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan serta ketentuan yang berlaku umum dalam akuntansi.

Kata-kata kunci : Anggaran Biaya, Efisiensi Biaya dalam Sistem Pusat Biaya, dan Akuntansi Biaya.


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………... i

HALAMAN ABSTRAK ………... ii

DAFTAR ISI ……….. iii

DAFTAR LAMPIRAN ………... vii

BAB I : PENDAHULUAN ………1

A. Latar Belakang Masalah ……….. 1

B. Pembatasan Masalah ……… 2

C. Perumusan Masalah ………. 3

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……… 3

E. Metode Penelitian ……… 4

BAB II : URAIAN TEORITIS A. Akuntansi Biaya ……… 7

1. Defenisi Akuntansi Biaya ……… 7

2. Tujuan dan Manfaat Akuntansi Biaya ………. 8

B. Pusat Biaya ………... 8

1. Perencanaan dan Sistem Pengendalian Pusat Biaya ……… 8

2. Pengertian Biaya dan Penggolongan Biaya ………... 10

3. Pengertian Pusat Biaya dan Jenis Pusat Biaya ……….. 12

4. Pengendalian Pusat Biaya ……….. 14 5. Biaya Yang Terkendali dan Yang Tidak Terkendali sebagai


(7)

batasan Tanggung Jawab ………. 22

C. Pelaporan Pusat Biaya ……….... 24

1. Prinsip Dasar Penyusunan Laporan Pusat Biaya ……….. 24

2. Jenis Laporan Pertanggungjawaban Pusat Biaya ………. 25

D. Penilaian Kinerja Pusat Biaya ………... 26

1. Pengertian Penilaian Kinerja ……….... 26

2. Ukuran Penilaian Kinerja Pusat Biaya ………. 27

3. Tahap Penilaian Kinerja Pusat Biaya ………... 29

4. Penyimpangan Biaya ……… 31

BAB III : HASIL PENELITIAN PADA PT. (Persero) PELABUHAN INDONESIA I MEDAN CABANG BELAWAN ……… 32

A. Gambaran Umum Perusahaan ………... 32

1. Sejarah Singkat Perusahaan ……… 32

2. Struktur Organisasi Perusahaan ………. 34

3. Kegiatan Operasi Perusahaan ………. 38

B. Pusat Pertanggungjawaban Perusahaan ……… 39

C. Akuntansi Pertantanggungjawaban Pusat Biaya Perusahaan ………… 40

1. Pencatatan dan Pengumpulan Biaya ……….. 40

2. Pengklasifikasian Biaya ………. 41

3. Praktek Pengawasan Biaya ……… 42

D. Anggaran Pusat Biaya ……….. 43


(8)

1. Laporan Kinerja atas Biaya ……… 47

2. Laporan Pertanggungjawaban Dalam Meningkatkan Efisiensi Biaya Operasional ……… 49

BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI ……… 50

A. Struktur Organisasi Perusahaan ……… 50

B. Pertanggungjawaban Biaya Perusahaan ……… 52

C. Penyusunan Anggaran Biaya Perusahaan ………. 54

D. Laporan Manajer Pusat Pertanggungjawaban Biaya ……… 56

E. Akuntansi Pertanggungjawaban Dalam Meningkatkan Efisiensi Biaya ……….. 58

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 60

A. Kesimpulan ……… 60

B. Saran ………. 63 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR GAMBAR


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Pelabuhan Laut (15) Berdasarkan Peraturan Pemerintahan nomor 14/1983

Lampiran 2 : Pelabuhan Laut (19) Berdasarkan Peraturan Pemerintahan nomor 56/1991


(11)

ABSTRAK

PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan Cabang Belawan merupakan salah satu cabang utama dari PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan, yang berkedudukan di Jalan Kapten Raden Sulian No.1 Belawan. Di perusahaan ini penulis melakukan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul “Akuntansi Manajemen Dalam Meningkatkan Efisiensi Biaya Pada PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan Cabang Belawan “. Tujuan penulis melakukan penelitian diperusahaan ini adalah untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang sistem akuntansi pusat biaya, peningkatan efisiensi biaya dalam sistem pusat biaya serta melihat hubungan antara anggaran dengan praktek sebenarnya dalam usaha untuk meningkatkan efisiensi biaya pada perusahaan.

Metode Penelitian yang diterapkan penulis dalam penyusunan penelitian ini adalah bersifat Deskriptif yang didesain dengan menggunakan metode pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui wawancara dengan pihak yang berkompeten didalam perusahaan. Cara analisis data yang digunakan untuk menjawab masalah penelitian adalah dengan menggunakan metode Deskriptif dan metode Komparatif.

Temuan dari penelitian yang telah dilakukan, secara keseluruhan adalah mengenai akuntansi manajemen dalam meningkatkan efisiensi biaya pada PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan Cabang Belawan sesuai dengan ketentuan yang berlaku umum yang diterapkan oleh PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan serta ketentuan yang berlaku umum dalam akuntansi.

Kata-kata kunci : Anggaran Biaya, Efisiensi Biaya dalam Sistem Pusat Biaya, dan Akuntansi Biaya.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan perusahaan sangat ditentukan oleh keharmonisan seluruh komponen yang ada dalam perusahaan, dimana perusahaan harus mampu menjaga dan mengendalikan kualitas pengelolaan dan koordinasi kebijakan perusahaan. Kebijakan keuangan merupakan hal yang tidak kalah penting dalam mendukung pertumbuhan perusahaan.

Laporan Biaya Operasional yang efektif dalam suatu perusahaan merupakan solusi yang cukup handal dalam menentukan kelangsungan hidup perusahaan sebab laporan biaya operasional disusun dengan mempertimbangkan realisasi teknis dari penganggaran yang telah dijalankan perusahaan selama ini.

Sehubungan dengan itu, peranan akuntansi biaya dalam hal ini semakin dibutuhkan dalam mengaktualisasi akuntansi manajemen sebagai alat pengawasan biaya yang salah satu diantaranya kita kenal dengan sistem akuntansi pusat biaya. Sistem akuntansi pusat biaya merupakan suatu sistem yang secara luas dianggap sebagai cara untuk mengelola biaya dalam menghitung harga pokok produksi dan biaya operasional yang dilaporkan di laporan laba rugi. Menurut sistem ini, unit-unit yang ada dalam perusahaan atau organisasi dibagi menjadi pusat-pusat pembiayaan dan keseluruhan pusat pembiayaan ini membentuk jenjang hirarki dalam organisasi yang kita kenal dengan pusat biaya.


(13)

Setiap pusat pembiayaan mempunyai manajer yang bertanggungjawab atas kegiatan yang terjadi didalam pusat yang dipimpinnya dan secara periodik manajer tersebut akan mempertanggungjawabkan hasil kerjanya kepada pimpinan perusahaan. Dari hasil kerja para manajer pusat biaya kemudian dinilai prestasi yang telah dicapai oleh masing-masing manajer kemudian mencari jawaban mengapa hasil yang dicapai tidak sesuai dengan apa yang telah direncanakan atau mengapa terjadi penyimpangan-penyimpangan seperti yang terjadi pada biaya teknik dan biaya kebijakan.

Disini penulis merasa tertarik untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan akuntansi biaya dalam meningkatkan efisiensi biaya operasional. Untuk itu penulis mengambil objek penelitian pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan Cabang Belawan berkedudukan di Jln. Kapten R.Sulian No.1, Belawan.

PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan Cabang Belawan sebagai objek penelitian, memiliki pusat biaya. Berdasarkan hal diatas, maka penulis mencoba untuk mengadakan penulisan dalam bentuk skripsi yang diberi judul : “Akuntansi Manajemen Dalam Meningkatkan Efisiensi Biaya Pada PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan Cabang Belawan”.

B. Pembatasan Masalah

Dikarenakan begitu luasnya masalah akuntansi pertanggungjawaban, maka penulis membatasi permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini, yaitu:

1. Penulis hanya membatasi salah satu bidang permasalahan akuntansi biaya dalam hubungannya dengan tujuan meningkatkan efisiensi terutama biaya operasional, yaitu pusat pertanggungjawaban biaya.


(14)

2. Penulis juga hanya membatasi pada masalah pengukuran kinerja secara langsung terhadap pusat biaya. Dengan kata lain, pembahasan hanya mengenai apakah konsep akuntansi dalam meningkatkan efisiensi biaya operasional telah diterapkan oleh perusahaan dengan sepenuhnya.

C. Perumusan Masalah

Dibawah ini penulis mencoba merumuskan permasalahan-permasalahan atas objek penelitian sebagai berikut :

1. Apakah peningkatan efisiensi biaya operasional pada PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan Cabang Belawan telah menunjukkan pendelegasian dan tanggungjawab yang jelas, sehingga sistem akuntansi biaya dapat diterapkan dengan baik guna peningkatan efisiensi terutama dalam biaya operasional?

2. Bila terjadi penyimpangan dalam penerapan sistem akuntansi pusat biaya untuk tujuan peningkatan efisiensi biaya operasional pada PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan Cabang Belawan, tindakan koreksi apakah yang dilakukan oleh perusahaan ? D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang jelas mengenai sistem akuntansi pusat biaya dan penerapannya pada perusahaan.

2. Untuk mengetahui apakah peningkatan efisiensi biaya dalam sistem pusat biaya yang dipakai perusahaan sejalan dengan konsep akuntansi biaya sehingga sistem akuntansi pusat biaya dapat diterapkan guna meningkatkan efisiensi biaya operasional.


(15)

3. Untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman mengenai hubungan antara anggaran dengan praktek sebenarnya terhadap biaya operasional sebagai alat dalam meningkatkan efisiensi biaya operasional dalam perusahaan.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat kepada:

1. Perusahaan, yaitu merupakan sumbangan pemikiran berupa saran-saran bagi pimpinan perusahaan dalam hal penerapan akuntansi biaya serta kondisi-kondisi yang diperlukan agar penerapannya dapat memberikan manfaat yang optimal.

2. Akedemisi, yaitu sebagai bahan masukan bagi penulis untuk mengetahui perbedaan antara teori dan praktek dilapangan mengenai penerapan akuntansi pusat biaya.

3. Penelitian selanjutnya, yaitu sebagai bahan referensi kepada peneliti sejenis didalam penyusunan skripsi mengenai akuntansi dalam meningkatkan efisiensi biaya operasional.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian yang diterapkan dalam penyusunan skripsi ini meliputi : 1. Objek Penelitian

Objek penelitian yang dipilih adalah perusahaan pelayaran milik negara yaitu perusahaan pelayaran milik negara yaitu PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan Cabang Belawan beralokasi di Jln. Kapten R.Sulian No. 1 Belawan. 2. Desain Penelitian


(16)

Desain penelitian yang akan digunakan adalah Deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperoleh gambaran yang sebenarnya tentang akuntansi biaya.

3. Jenis Data

Jenis Data yang akan dikumpulkan adalah data kualitatif dan data kuantitatif yang terdiri dari :

a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari perusahaan melalui wawancara mengenai penerapan akuntansi biaya dalam kaitannya dengan efisiensi biaya operasional.

b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber yang terdokumentasi diperusahaan berupa sejarah perusahaan, struktur organisasi perusahaan serta anggaran biaya dan data realisasinya.

4. Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui wawancara, yaitu melakukan Tanya jawab dan diskusi dengan pihak-pihak yang berkompeten, diantaranya Manajer Pusat Biaya dan Manajer Puncak.

5. Metode Penganalisaan Data

Data yang telah diperoleh akan dianalisis dengan cara :

a. Metode Deskriptif, yaitu data yang diperoleh diikhtisarkan, dianalisis, dan diinterprestasikan sehingga memberikan informasi yang lengkap.


(17)

b. Metode Komparatif, yaitu perbandingan antara teori yang ada dengan praktek yang diterapkan dalam objek penelitian yakni masalah peningkatan efisiensi biaya operasional melalui penerapan akuntansi biaya.


(18)

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Akuntansi Biaya.

1. Defenisi Akuntansi Biaya.

Istilah akuntansi biaya bukanlah suatu istilah yang baru. Pengertian akuntansi biaya telah banyak dibahas dalam buku-buku akuntansi khususnya akuntansi biaya. Defenisi yang diberikan para ahli tentang akuntansi pertanggungjawaban adalah sebagai berikut :

Menurut pendapat Carter dan Usry (2006 : 33) :

Akuntansi biaya adalah suatu Penghitungan biaya dengan tujuan untuk aktivitas perencanaan dan pengendalian, perbaikan kualitas dan efisiensi, serta pembuatan keputusan yang bersifat rutin maupun strategis.

Menurut Schaum (2007 : 55), “Akuntansi biaya merupakan suatu prosedur untuk mencatat dan melaporkan hasil pengukuran dari biaya pembuatan barang atau jasa. Fungsi utama dari Akuntansi Biaya: Melakukan akumulasi biaya untuk penilaian persediaan dan penentuan pendapatan”.

Dari beberapa defenisi di atas dapat dikemukakan bahwa akuntansi biaya merupakan suatu sistem di dalam akuntansi yang mengakui pusat biaya sebagai pelaksana kegiatan dengan memilki tanggungjawab atas biaya dan pendapatan tertentu sehingga pengawasan dapat diharapkan pada pusat biaya yang bersangkutan.


(19)

Dari defenisi akuntansi biaya di atas, jelaslah bahwa tujuan dari akuntansi biaya adalah untuk :

1. Perencanaan dan Pengendalian Laba. Akuntansi biaya menyediakan informasi atau data biaya masa lalu yang diperlukan untuk menyusun perencanaan, dan selanjutnya atas dasar perencanaan tersebut, biaya dapat dikendalikan dan akhirnya pengendalian dapat dipakai sebagai umpan balik untuk perbaikan dimasa yang akan datang.

2. Penentuan Harga Pokok Produk atau Jasa. Penetapan harga pokok akan dapat membantu dalam : (a) penilaian persediaan baik persediaan barang jadi maupun barang dalam proses, (b) penetapan harga jual terutama harga jual yang

didasarkan kontrak, walaupun tidak selamanya penentuan harga jual berdasarkan harga pokok, (c) penetapan laba.

3. Pengambilan Keputusan oleh Manajemen.

Sebelum akuntansi pusat biaya disusun, harus lebih dahulu dipelajari wewenang dan tanggungjawab dalam pembuatan keputusan, sehingga dapat dirancang khusus sesuai dengan struktur organisasi untuk dapat menyajikan laporan-laporan biaya operasional pada perusahaan.

B. Pusat Biaya

1. Perencanaan dan Sistem Pengendalian Pusat Biaya

Pusat biaya adalah suatu pusat pertanggungjawaban atau suatu unit organisasi dalam suatu organisasi yang prestasi manajernya dinilai atas dasar biaya dalam pusat biaya yang dipimpinnya.


(20)

Sebagaimana pusat biaya lainnya, pusat biaya juga mengkonsumsi masukan dan menghasilkan keluaran, namun keluaran pusat biaya tidak diukur dalam bentuk pendapatan. Hal ini disebabkan karena :

 Manajer pusat biaya tidak dapat mengendalikan pendapatan penjualan atas keluaran yang dihasilkannya.

 Keluaran pusat biaya tidak dapat atau sulit diukur secara kuantitatif.

Departemen produksi merupakan contoh pusat biaya yang tidak dapat mengendalikan pendapatan penjualan yang dihasilkannya. Keluaran departemen ini dapat diukur secara kuantitatif, namun manajer departemen ini tidak dibebani tanggung jawab untuk memperoleh pendapatan penjualan atas keluarannya. Tanggung jawab manajer departemen produksi adalah menghasilkan produk tertentu dengan biaya atau masukan serendah mungkin sehingga departemen produksi hanya merupakan pusat biaya.

Departemen akuntansi keuangan, departemen personalia, departemen penelitian dan pengembangan, departemen hubungan masyarakat merupakan contoh pusat biaya yang keluarannya sulit diukur secara kuantitatif sehingga manajer pusat biaya ini tidak dibebani tanggungjawab atas keluaran yang dihasilkannya.

Atas dasar karakteristik hubungan antara masukan dan keluarannya, pusat biaya digolongkan menjadi :

 Pusat biaya tehnik  Pusat biaya kebijakan


(21)

Proses pengendalian dari pusat biaya ini dimulai dengan pembuatan anggaran biaya yang telah disetujui oleh manajemen puncak. Anggaran biaya tersebut merupakan batas atas pengeluaran yang dapat dilakukan oleh manajer pusat biaya tersebut. Disini anggaran biaya bukan merupakan alat untuk mengukur efisiensi manajer pusat biaya, tetapi hanya merupakan pedoman agar biaya sesungguhnya tidak melebihi jumlah yang telah disetujui dalam anggaran. Dengan kata lain, anggaran biaya hanya merupakan suatu komitmen kesanggupan dari manajer pusat biaya kebijakan untuk melaksanakan pekerjaan yang telah direncanakan dengan biaya yang tidak melebihi anggaran tanpa persetujuan manajer puncak. Dana yang dianggarkan untuk segmen-segmen tersebut merupakan dana maksimum yang tersedia untuk digunakan

2. Pengertian Biaya dan Penggolongan Biaya

Dua istilah yang sering digunakan dalam akuntansi manajemen adalah biaya dan beban. Simamora (2003 : 36) mendefenisikan biaya dan beban sebagai berikut :

Biaya (cost) adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk barang dan jasa yang diharapkan memberikan manfaat pada saat ini atau di masa mendatang bagi organisasi. Disebut setara cash (cash equivalent) karena sumber-sumber daya non kas dapat ditukar dengan barang atau jasa yang dikehendaki. Sedangkan beban (expense) adalah biaya terpakai (expired cost).”

Biaya akan selalu ada dalam segala jenis organisasi, baik itu bisnis, nonbisnis, jasa, eceran, dan pabrikasi. Biaya sering diukur dengan satuan-satuan moneter (sebagai contoh, rupiah atau dollar) yang mesti dibayar untuk barang dan jasa. Biaya dikeluarkan untuk menghasilkan manfaat-manfaat di masa depan biasanya berarti pendapatan. Pada


(22)

umumnya, jenis-jenis biaya yang dikeluarkan dan cara biaya tersebut diklasifikasikan tergantung pada jenis organisasinya.

Dalam perusahaan jasa, biaya produk (lebih lazim disebut biaya jasa) meliputi biaya tenaga kerja, keperluan kantor, dan biaya lainnya yang berkaitan langsung dengan penyerahan jasa kepada pelanggan atau klien.

Keberhasilan perusahaan jasa sangatlah tergantung pada mutu jasa yag dilakukan sehingga kecakapan dan talenta orang-orang yang terlibat di dalamnya sangatlah vital. Dalam industri-industri jasa tidak terdapat persediaan produk, dan semua biaya berkaitan dengan periode waktu dimana biaya tersebut dipakai. Dengan demikian, perbedaan antara biaya produk dan biaya periode tidaklah berfaedah bagi perusahaan-perusahaan jasa. Dalam perusahaan jasa, biaya-biaya pada umumnya dibagi menjadi biaya langsung dan biaya tidak langsung.

Biaya langsung (direct cost) adalah biaya yang dapat ditelusuri secara fisik ke produk atau jasa tertentu. Biaya ini mirip dengan biaya produk pada perusahaan dagang. Biaya langsung merupakan biaya penyediaan produk (jasa) yang dapat dijual kepada seseorang atau pelanggan. Biaya langsung untuk pelaksanaan jasa tertentu dikaitkan dengan pendapatan yang dihasilkannya.

Biaya tidak langsung (indirect cost) adalah biaya yang tidak dapat ditelusuri ke produk atau jasa, seperti asuransi atau sewa kantor. Seperti halnya biaya periode pada perusahaan dagang, biaya tidak langsung dikurangkan dari pendapatan dalam periode dimana biaya dipakai.


(23)

3. Pengertian Pusat Biaya dan Jenis Pusat Biaya

Menurut Garisson (2002 : 658), “Pusat Biaya adalah pusat tanggung jawab yang memiliki kendali atas terjadinya biaya. Pusat biaya tidak memilki kendali atas terjadinya biaya. Pusat biaya tidak memliki kendali atau kekuasaan atas timbulnya penghasilan ataupun penggunaan dana investasi”.

Menurut Hilton (2002 : 524) menyatakan, “Cost center is an organizational sub unit such as a department or division, whose manager is held accountable for the cost incurred in the sub unit”.

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pusat biaya adalah suatu pusat pertanggungjawaban atau unit organisasi seperti departemen, seksi, atau divisi yang kinerja manajernya diukur berdasarkan biaya karena manajer tersebut memilki kendali atas terjadinya biaya.

Atas dasar karakteristik hubungan antara masukan dan keluarannya, pusat biaya digolongkan menjadi :

a. Pusat Biaya Teknik (Engineered Expense Center)

Pusat biaya tehnik adalah pusat biaya yang sebagian besar biayanya mempunyai hubungan fisik yang erat dan nyata dengan keluarannya. Contoh pusat biaya tehnik adalah departemen produksi atau operasional.

Manajer pusat biaya tehnik bertanggung jawab atas efisiensi dan efektifitas pusat biaya yang dipimpinnya. Efisiensi pusat biaya tehnik dinilai atas dasar hubungan antara


(24)

masukan dan keluarannya. Alat penilai efisiensi pusat biaya tehnik adalah biaya standar yakni dengan membandingkan biaya sesungguhnya dengan biaya standarnya, kemudian dihitung dan dianalisis penyimpangan biaya yang terjadi. Jika biaya sesungguhnya lebih kecil dibanding dengan biaya standarnya maka penyimpangan biaya sifatnya menguntungkan (favourable) yang berarti bahwa pusat biaya tersebut bekerja efisien. Jika biaya sesungguhnya lebih besar dibandingkan dengan biaya standarnya, maka penyimpangan biaya sifatnya merugikan (infavourable) yang berarti bahwa pusat biaya bekerja tidak efisien. Analisis penyimpangan biaya yang terjadi harus dipertanggungjawabkan oleh manajer pusat biaya tehnik, dengan demikian manajer bertanggung jawab untuk menjamin efisiensi pusat biaya yang dipimpinnya. Efektivitas pusat biaya teknik dinilai atas dasar kemampuan pusat biaya tersebut dalam mencapai volume produksi yang diharapkan pada tingkat kualitas dan waktu tertentu.

b. Pusat Biaya Kebijakan (Discretionary Expense Center)

Pusat biaya kebijakan adalah pusat biaya yang sebagian besar biayanya tidak mempunyai hubungan fisik yang erat dan nyata dengan keluarannya. Pusat biaya kebijakan menghasilkan keluaran, namun keluarannya tidak dapat atau sulit diukur secara kuantitatif, atau tidak mempunyai hubungan yang nyata dengan masukannya. Contoh pusat biaya kebijakan adalah departemen administrasi dan umum (misalnya departemen akuntansi, personalia, hukum), departemen penelitian dan pengembangan, departemen pemasaran.

Masukan dan keluaran pusat biaya kebijakan tidak mempunyai hubungan fisik yang nyata, karena itu pusat biaya kebijakan sulit diukur efisiensinya, misalnya :


(25)

- Masukan dan keluaran departemen administrasi dan umum tidak mempunyai hubungan yang nyata dan keluarannya sulit diukur, maka departemen ini tidak dapat dinilai efisiensi dan efektifitasnya.

- Masukan departemen penelitian dan pengembangan, dan departemen pemasaran tidak mempunyai hubungan yang nyata terhadap keluarannya, maka tidak dapat dinilai efisiensinya. Keluaran departemen penelitian dan pengembangan, dan departemen pemasaran dapat diukur secara kuantitatif maka dapat diukur efektifitasnya. Keluaran departemen penelitian dan pengembangan dapat dinilai kontribusinya terhadap tujuan perusahaan dalam ukuran produk baru atau peningkatan teknologi sebagai hasil penelitian dan pengembangan. Keluaran departemen pemasaran dapat dinilai kontribusinya terhadap tujuan perusahaan dalam ukuran volume penjualan dan penetrasi pasar.

4. Pengendalian Pusat Biaya

Secara umum, pengendalian pusat biaya dilakukan melalui anggaran dan pelaporan. Pengendalian pusat biaya teknik berbeda dengan pengendalian pusat biaya kebijakan sebagaimana uraian berikut ini.

a. Pusat biaya teknik

Dalam pusat biaya teknik, pengendaliannya menggunakan biaya standar. Pusat biaya teknik berusaha untuk meminimisasikan biaya dengan cara menetapkan suatu


(26)

standard dan melaporkan biaya sesungguhnya yang dibandingkan dengan biaya standar tersebut.

Penerapan biaya standar dalam pusat biaya teknik mempunyai manfaat sebagai berikut :

1. Manajer pusat biaya teknik menggunakan biaya standar untuk menyusun anggaran biaya dalam departemen yang dipimpinnya. 2. Manajer pusat biaya teknik didorong untuk mempertahankan efisiensi

maksimal atau meminimalkan biaya untuk menghasilkan keluaran tertentu.

3. Manajemen puncak menggunakan standar sebagai alat untuk menilai efisiensi pusat biaya teknik dari laporan perbandingkan antara biaya sesungguhnya dengan biaya standarnya. Penyimpangan biaya, menguntungkan atau merugikan, mencerminkan ukuran prestasi manajer pusat biaya teknik (Supriyono, 2001 : 31-32).

b. Pusat biaya kebijakan

Dalam pusat biaya kebijakan, pengendalian biaya dilakukan dengan cara mengikutsertakan manajer pusat biaya didalam perencanaan tugas-tugas dan anggaran biayanya. Biaya dikendalikan terutama dengan cara :

1. Memutuskan tugas-tugas apa yang akan dilaksanakan dan tingkat usaha yang harus dilaksanakan untuk setiap tugas tersebut.

2. Menyusun anggaran biaya pusat biaya kebijakan yang jumlahnya harus sedekat mungkin dengan biaya sesungguhnya untuk melaksanakan tugas yang direncanakan.

3. Memperlakukan anggaran biaya kebijakan sebagai batas atas yang tidak boleh dilampaui. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :

a. Tidak tercapainya anggaran biaya, dengan kata lain biaya sesungguhnya. lebih rendah dibandingkan anggarannya,


(27)

dapat berarti bahwa sebagian tugas yang direncanakan ternyata tidak dapat dilaksanakan.

b. Dengan tidak terlaksananya tugas tersebut berarti manajer pusat biaya kebijakan tidak mampu melaksanakan sebagian tugasnya.

c. Jika terjadi perubahan kondisi sehingga anggaran biaya untuk melaksanakan tugas terpaksa dilampaui, maka manajer pusat biaya harus memperoleh persetujuan manajemen puncak lebih dahulu (Supriyono, 2001 : 32). Berkaitan dengan pengendalian pusat biaya melalui anggaran, hal ini berarti diperlukan proses penyusunan anggaran yang baik sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Menurut Supriyono (2001 b : 40), “Anggaran adalah suatu rencana terinci yang disusun secara sistematis dan dinyatakan secara formal dalam ukuran kuantitatif, biasanya dalam satuan uang, untuk menunjukkan perolehan dan penggunaan sumber-sumber suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun”. Sedangkan Blocher, Chen, Lin mendefenisikan : “Anggaran merupakan rencana kuantitatif terhadap operasi organisasi yang mengidentifikasi sumber daya dan komitmen yang dibutuhkan untuk memenuhi tujuan organisasi selama anggaran”.

Karakteristik anggaran adalah :

1. Anggaran mengestimasi potensi laba unit bisnis.

2. Anggaran dinyatakan dalam ukuran moneter dan didukung oleh ukuran-ukuran nonmoneter.

3. Anggaran biasanya mencakup periode satu tahun.

4. Anggaran merupakan komitmen manajemen untuk menerima tanggung jawab mencapai tujuan yang dianggarkan.


(28)

5. Usulan anggaran dikaji ulang dan disahkan oleh manajer dengan wewenang yang lebih tinggi dari pengusul anggaran (Supriyono, 2001 : 40)

Anggaran akan terlaksana dengan baik bila syarat-syarat berikut ini dipenuhi, yaitu :

1) Adanya organisasi perusahaan yang sehat. Organisasi yang sehat adalah organisasi yang membagi tugas fungsional dengan jelas dan menentukan garis wewenang dan tanggung jawab yang tegas.

2) Adanya sistem akuntansi yang memadai. Sistem akuntansi memadai meliputi :

a) Penggolongan rekening yang sama antara anggaran dan realisasinya sehingga dapat diperbandingkan dan dihitung penyimpangannya.

b) Pencatatan akuntansi memberikan informasi mengenai : (1) Realisasi, (2) anggaran, (3) selisih.

c) Laporan didasarkan kepada akuntansi pertanggungjawaban.

3) Adanya penelitian dan analisis. Penelitian dan analisis diperlukan untuk menetapkan alat pengukur prestasi sehingga dapat dipakai untuk menganalisa prestasi.

4) Adanya dukungan para pelaksana. Anggaran dapat dipakai sebagai alat yang baik bagi manajemen jika ada dukungan aktif para pelaksana dari tingkat atas maupun bawah (Supriyono, 2001 : 45).

Anggaran perusahaan biasanya disusun secara keseluruhan untuk jangka waktu satu tahun. Anggaran ini dinamakan anggaran induk (master budget). Hansen & Mowen (2002 : 716) mengatakan, “Anggaran induk adalah rencana keuangan komprehensif yang dibuat dari anggaran-anggaran kegiatan dan departemen-departemen”. Berbagai macam anggaran membentuk anggaran induk, seperti anggaran penjualan, anggaran produksi, anggaran biaya bahan baku, anggaran biaya tenaga kerja langsung, anggaran biaya overhead pabrik, anggaran laba-rugi, anggaran kas, dan sebagainya.


(29)

Biasanya penyusunan anggaran induk dimulai dari penyusunan anggaran penjualan. Jika anggaran penjualan telah disusun, barulah tingkat produksi dapat ditentukan dan anggaran produksi dapat disusun, setelah terlebih dahulu menyusun anggaran persediaan. Selanjutnya, anggaran biaya produksi dapat disusun.

Supriyono (2001 : 47) menyatakan, “Anggaran biaya dapat dibagi dalam dua jenis, yaitu : “(a) anggaran biaya teknis (engineered expense), (b) anggaran biaya kebijakan (discretionary expese)”. Anggaran biaya teknis atau anggaran biaya standar digunakan untuk pusat biaya teknik. Contoh anggaran biaya teknis adalah anggaran yang disusun untuk departemen produksi. Anggaran biaya teknis memilki karakteristik sebagai berikut :

- Anggaran ini dirancang untuk mengukur efisiensi.

- Manajer operasi menerima semua tanggung jawab secara lengkap untuk mencapai sasaran anggaran karena penentu prestasi dapat dikendalikan.

Anggaran biaya kebijakan digunakan untuk pusat biaya kebijakan. Contoh anggaran biaya kebijakan adalah anggaran yang disusun untuk departemen akuntansi, pemasaran, personalia, dan hubungan masyarakat. Anggaran biaya kebijakan memilki karakteristik sebagai berikut :

- Anggaran tidak direncanakan untuk mengukur efisiensi

- Penyusunan anggaran bertanggung jawab atas pengeluaran dalam jumlah yang telah ditetapkan.


(30)

Anggaran ini merupakan batas atas pengeluaran yang dapat dilakukan oleh manajer pusat biaya yang bersangkutan sehingga merupakan pedoman agar biaya sesungguhnya tidak melebihi jumlah yang dianggarkan.

Supriyono (2001 : 40) mengemukakan bahwa “penyusunan anggaran (penganggaran) adalah proses penentuan peran setiap manajer dalam melaksanakan program atau bagian program”. Penyusunan anggaran berhubungan dengan peran departemen anggaran dalam perusahaan serta komite anggaran. Departemen anggaran adalah departemen yang bertugas mengadministrasikan aliran informasi sistem pengendalian melalui anggaran. Fungsi departemen anggaran adalah :

1) Menerbitkan prosedur dan formulir-formulir untuk penyusunan anggaran.

2) Mengkoordinasikan dan menerbitkan setiap asumsi-asumsi dasar yang dikeluarkan kantor pusat untuk digunakan dalam menyusun anggaran. 3) Menjamin bahwa informasi dikomunikasikan secara wajar diantara

unit-unit organisasi yang saling berhubungan.

4) Membantu pusat-pusat pertanggungjawaban didalam menyusun anggaran.

5) Menganalisis usulan anggaran dan membuat rekomendasi, pertama pada penyusun anggaran dan selanjutnya pada manajemen puncak.

6) Menganalisis laporan prestasi sesungguhnya dibandingkan anggarannya, menginterprestasikan hasil-hasilnya, dan menyiapkan laporan ringkas untuk manajemen puncak.

7) Mengadministrasikan proses perubahan atau penyesuaian anggaran selama satu tahun yang bersangkutan.

8) Mengkoordinasikan dan secara fungsional mengendalikan pekerjaan departemen anggaran di esolon bawah. (Supriyono, 2001 : 49)


(31)

Komite anggaran adalah komite yang dibentuk oleh manajemen puncak untuk mengkoordinasikan proses manajemen dalam penyusunan anggaran. Tugas komite adalah :

1) Mengusulkan kepada manajemen puncak mengenai pedoman umum penyusunan anggaran.

2) Menyebarkan pedoman tersebut setelah disetujui manajemen puncak. 3) Mengkoordinasi berbagai macam usulan anggaran yang disusun secara

terpisah oleh berbagai unit organisasi.

4) Menyelesaikan perbedaan yang timbul diantara usulan anggaran.

5) Menyerahkan anggaran final pada manajemen puncak dan dewan komisaris untuk disahkan.

6) Mendistribusikan anggaran yang telah disahkan kepada berbagai unit organisasi. (Supriyono, 2001 : 50)

Anggaran biasanya mempunyai periode satu tahun dan dirinci untuk setiap semester, atau setiap triwulan, atau setiap bulan selama tahun yang bersangkutan. Langkah-langkah didalam peyusunan anggaran adalah :

1) Menentukan pedoman perencanaan. 2) Menyiapkan anggaran penjualan.

3) Menyiapkan komponen anggaran lainnya.

4) Perundingan untuk menyesuaikan rencana final setiap komponen anggaran.

5) Mengkoordinasikan dan menelaah komponen-komponen anggaran. 6) Pengesahan anggaran yang telah disahkan (Supriyono, 2001 : 50)

Keputusan yang harus diambil oleh manajemen puncak dalam penyusunan anggaran pusat biaya teknik berbeda dengan pusat biaya kebijakan.


(32)

a. Pusat biaya teknik

Dalam peyusunan anggaran pusat biaya teknik manajemen dapat menempuh cara-cara sebagai berikut :

1) Penyusunan anggaran dimulai dari penentuan besarnya keluaran yang akan dihasilkan oleh pusat biaya teknik yang bersangkutan dalam jangka waktu dan mutu tertentu.

2) Atas dasar keluaran yang akan dihasilkan, manajer pusat biaya teknik menyusun anggaran biaya yang efisien untuk menghasilkan keluaran tersebut (Supriyono, 2001 : 30).

b. Pusat biaya kebijakan

Dalam peyusunan anggaran pusat biaya kebijakan manajemen dapat menempuh cara-cara sebagai berikut :

1) Penyusunan anggaran dimulai dari penentuan volume tugas-tugas atau pekerjaan yang akan dilaksanakan dalam tahun anggaran yang akan datang. Tugas-tugas tersebut digolongkan ke dalam :

a) Tugas rutin. Tugas rutin atau tugas yang akan berlangsung terus-menerus adalah tugas yang akan berlangsung terus-terus-menerus adalah tugas yang akan dilaksanakan dari tahun ke tahun oleh pusat kebijaksanaan yang bersangkutan. Sebagai contoh misalnya salah satu tugas rutin departemen akuntansi, adalah menyiapkan laporan keuangan.

b) Tugas khusus. Tugas khusus adalah tugas yang tidak terjadi setiap tahun sehingga sering disebut proyek. Tugas ini mempunyai batas waktu penyelesaian tertentu. Tugas khusus departemen akuntansi misalnya penyusunan atau perbaikan sistem akuntansi.

2) Atas dasar volume tugas yang akan dilaksanak, selanjutnya manajer pusat biaya kebijakan menyusun anggaran biaya untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut. Sesuai dengan tugas-tugas yang akan dilaksanakan, anggaran biaya ini dirinci dan dikelompokkan menjadi : (a) anggaran


(33)

biaya tugas rutin, dan (b) anggaran biaya tugas khusus (Supriyono, 2001 : 30-31).

5. Biaya Yang Terkendali dan Yang Tidak Terkendali Sebagai Batasan Tanggung Jawab.

Untuk memisahkan biaya ke dalam biaya terkendali dan tidak terkendalikan pada kenyataannya seringkali ditemui kesulitan. Hanya sedikit biaya yang terjadinya menjadi tanggung jawab seseorang. Pedoman untuk menetapkan apakah suatu biaya dapat dibebankan sebagai tanggung jawab seorang manajer pusat biaya adalah sebagai berikut :

a. Jika seorang manajer memilki wewenang, baik dalam pemerolehan maupun penggunaan jasa, ia harus dibebani dengan biaya jasa tersebut. Seorang manajer jelas dapat mempengaruhi jumlah suatu biaya jika ia memiliki wewenang dalam memperoleh dan menggunakan jasa. Manajer pemasaran yang mempunyai wewenang memutuskan media promosi dan jumlah biayanya, bertanggung jawab penuh terhadap terjadinya biaya tersebut.

b. Jika seorang manajer dapat secara signifikan mempengaruhi jumlah biaya tertentu melalui tindakannya sendiri ia dapat dibebani dengan biaya tersebut. Seorang manajer mungkin tidak mempunyai wewenang dalam memutuskan pemerolehan barang atau jasa, baik harga maupun jumlahnya, namun dapat secara signifikan mempengaruhi jumlah pemakaiannya. Dalam hal ini, ia dapat dibebani tanggung jawab pemakaian barang atau jasa tersebut.


(34)

c. Meskipun seorang manajer tidak dapat secara signifikan dapat mempengaruhi jumlah biaya tertentu melaui tindakan langsungnya sendiri, ia dapat juga dibebani biaya tersebut, jika manajemen puncak menghendaki agar ia menaruh perhatian sehingga ia dapat membantu manajer lain yang bertanggung jawab untuk mempengaruhi biaya tersebut.

Biaya tidak terkendalikan dapat diubah menjadi biaya terkendalikan melalui dua cara yang saling berkaitan :

a. Dengan mengubah dasar pembebanan dari alokasi ke pembebanan langsung.

b. Dengan mengubah letak tanggung jawab pengambilan keputusan (Mulyadi, 2001 : 169)

Biaya yang dialokasikan kepada suatu pusat biaya dengan dasar pembebanan yang sederhana, tidak dapat dimintakan pertanggungjawaban kepada manajer pusat biaya yang bersangkutan, sehingga biaya tersebut merupakan biaya tidak terkendalikan bagi manajer tersebut. Untuk mengubahnya menjadi biaya terkendalikan, biaya tersebut harus dibebankan sedemikian rupa kepada pusat biaya tertentu sehingga biaya tersebut dapat dipengaruhi secara signifikan oleh manajer pusat biaya yang bersangkutan. Pengubahan biaya tidak terkendalikan menjadi biaya terkendalikan dapat pula dilakukan dengan cara mendelegasikan wewenang untuk pengambilan keputusan dari manajemen puncak kepada manajer pusat pertanggungjawaban yang bersangkutan. Dengan demikian, manajer pusat pertanggungjawaban yang sebelumnya tidak mempunyai wewenang untuk mempengaruhi biaya tertentu, dengan diterimanya wewenang dari manajemen mempengaruhi biaya tertentu, dengan diterimanya wewenang dari manajemen


(35)

puncak, maka manajer pusat pertanggungjawaban tersebut akan berada dalam posisi dapat mempengaruhi biaya tersebut secara signifikan. Dalam system akuntansi pertanggungjawaban, semua biaya yang terkendalikan oleh manajer tingkat bawah, dipandang juga terkendalikan oleh manajer pusat biaya pertanggungjawaban yang membawahinya.

C. Pelaporan Pusat Biaya

1. Prinsip Dasar Penyusunan Laporan Pusat Biaya

Laporan akuntansi pusat biaya merupakan informasi akuntansi pusat biaya yang disusun sedemikian rupa sehingga pengumpulan dan pelaporan biaya dan atau pendapatan sesuai dengan pertanggungjawaban dalam organisasi, dengan tujuan agar dapat ditunjuk siapa yang bertanggungjawab atas penyimpangan biaya dan atau pendapatan.

Laporan akuntansi pusat biaya dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan manajer berbagai jenjang organisasi. Laporan akuntansi pusat biaya disusun dengan dasar-dasar sebagai berikut :

a. Jenjang terbawah yang diberi laporan ini adalah tingkat manajer bagian.

b. Manajer jenjang terbawah diberi laporan biaya yang berisi rincian realisasi biaya dibandingkan dengan anggaran biaya yang disusunnya.

c. Manajer jenjang diatasnya diberi laporan mengenai biaya pusat pertanggungjawabannya sendiri dan ringkasan realisasi biaya yang dikeluarkan oleh manajer-manajer yang berada dibawah wewenangnya, yang disajikan dalam bentuk perbandingan dengan anggaran biaya yang disusun oleh masing-masing manajer yang bersangkutan.


(36)

d. Semakin ke atas, laporan biaya disajikan semakin ringkas (Sunarto, 2004 : 71).

2. Jenis Laporan Pertanggungjawaban Biaya

Jenis laporan pertanggungjawaban biaya digolongkan menjadi tiga kelompok sesuai dengan jenjang organisasi, yaitu :

a. Laporan pertanggungjawaban biaya ─ Manajer Bagian. Laporan harus disajikan untuk para manajer bagian.

b. Laporan pertanggungjawaban biaya ─ Manajer Departemen. Laporan harus disajikan untuk para manajer departemen.

Laporan pertanggungjawaban biaya ─ Direksi.Laporan harus disajikan kepada Direktur Utama, Direktur Produksi, dan Direktur Pemasaran. (Sunarto 2004 : 72)

Laporan pertanggungjawaban biaya berisi informasi berikut ini : a. Nomor kode rekening biaya

b. Jenis biaya pusat pertanggungjawaban c. Realisasi biaya bulan ini

d. Anggaran biaya bulan ini e. Penyimpangan biaya bulan ini

f. Realisasi biaya sampai dengan bulan ini g. Anggaran biaya sampai dengan bulan ini

h. Penyimpangan biaya sampai bulan ini. (Sunarto 2004 : 72)

Bagian / Departemen / Direktur Laporan Pertanggungjawaban Biaya Bulan

Bulan ini Sampai

dengan bulan ini Kode Jenis

Rekening Biaya/ Realisasi Anggaran Penyimpangan Realisasi Anggaran Penyimpangan Pusat


(37)

Gambar 3. Format umum laporan pertanggungjawaban biaya

Sumber : (Sunarto, Akuntansi Manajemen, BPFE-Yogyakarta, 2002, h. 73) D. Penilaian Kinerja Pusat Biaya

1. Pengertian Penilaian Kinerja

Menurut Mulyadi (2002 : 415), “Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodic efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan criteria yang telah ditetapkan sebelumnya”.

Menurut Blocher dkk (2005 : 898) menyatakan, “Evaluasi kinerja adalah proses dengan mana manajer-manajer pada segala tingkatan memperoleh informasi tentang kinerja tugas-tugas didalam perusahaan dan menilai kinerja itu terhadap kriteria yang telah dibuat sebelumnyasebagaimana disusun dalam anggaran-anggaran, rencana-rencana, dan tujuan-tujuan”.

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa penilaian atau evaluasi atau pengukuran kinerja digunakan untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksana kinerja yang telah direncanakan / ditetapkan sebelumnya.

2. Ukuran Penilaian Kinerja Pusat Biaya

Efisiensi dan efektivitas merupakan dua macam kriteria yang biasa digunakan untuk menentukan kinerja atau prestasi suatu pusat pertanggungjawaban.

Efisiensi adalah ratio keluaran terhadap masukan. Suatu pusat pertanggungjawaban dinamakan efisien jika pusat pertanggungjawaban tersebut :

a. Menggunakan sumber, atau biaya, atau masukan lebih kecil untuk menghasilkan keluaran dalam jumlah yang sama.


(38)

b. Menggunakan sumber, atau biaya, atau masukan yang sama untuk menghasilkan keluaran dalam jumlah yang lebih besar.

Efisiensi dan efektifitas biasanya lebih bersifat absolute, dalam arti bahwa efisiensi biasanya dibandingkan dengan suatu ukuran tertentu, yaitu :

- Antara pusat pertanggungjawaban yang satu dibandingkan dengan pusat pertanggungjawaban lainnya

- Prestasi sesungguhnya suatu pusat pertanggungjawaban dibandingkan dengan standar atau anggarannya

- Prestasi suatu pusat pertanggungjawaban masa kini dibandingkan masa sebelumnya tidak dikatakan bahwa suatu pusat perttanggungjawaban, misalnya pusat pertanggungjawaban A, 80% efisien atau efektif, tetapi dikatakan bahwa pusat pertanggungjawaban A lebih / kurang efisien dibanding pusat pertanggungjawaban B, atau lebih / kurang efisien dibandingkan anggarannya, atau lebih / kurang efisien sekarang daripada dimasa lalu.

Ketiga macam ukuran efisien tersebut memilki keunggulan dan kelemahan masing-masing, yaitu :

- Pembanding efisien suatu pusat pertanggungjawaban dengan pusat pertanggungjawaban lainnya dapat memberikan gambaran mengenai prestasi efisiensi setiap pusat pertanggungjawaban, namun pembandingan ini memilki kelemahan karena kondisi atau kemampuan pusat pertanggungjawaban yang


(39)

satu dengan yang lain dapat sangat berbeda sehingga tidak relevan untuk diperbandingkan.

- Pembandingan prestasi efisiensi pusat pertanggungjawaban dengan cara menghubungkan biaya sesungguhnya dan standarnya memilki kebaikan jika dapat disusun standar yang teliti atau cocok untuk pusat pertanggungjawaban yang bersangkutan.

Efisiensi merupakan ukuran penilaian pusat biaya, yaitu pusat biaya tehnik. Pengukuran efisiensi dilakukan terhadap pusat biaya tehnik dengan membandingkan anggran biaya dan realisasi biaya. Bila realisasi biaya lebih rendah daripada anggaran biaya berarti efisien, dan bila sebaliknya berarti tidak efisien. Efisiensi yang tercapai dapat ditingkatkan bila selisih anggaran dan realisasi yang diperoleh dianalisa lebih lanjut.

Efektifitas adalah hubungan antara keluaran pusat pertanggungjawabandengan tujuannya. Semakin besar kontribusi keluaran suatu pusat pertanggungjawaban terhadap pencapaian tujuan perusahaan semakin efektif kegiatan pertanggungjawaban tersebut. Jika tujuan dan keluaran suatu organisasi atau pusat pertanggungjawaban sulit dikuantifikasi maka pengukuran efektifitas unit tersebut juga sulit dilakukan. Namun, efektifitas khususnya untuk unit organisasi nirlaba, kadang-kadang dinyatakan dalam ukuran nonkuantitatif misalnya lulusan lembaga pendidikan A umumnya lebih mudah mencari pekerjaan dibandingkan lulusan lembaga pendidikan B, atau rumah sakit A lebih berhasil menyembuhkan penyakit ginjal dibandingkan rumah sakit B. (Supriyono, 2001 : 25)

Perusahaan dengan operasi yang efisien tidak akan membuang sumber daya. Sebuah operasi tidak efisien jika perusahaan mengeluarkan sumber daya melebihi dari jumlah yang diperlukan. Penilaian efisiensi terpisah dari penilaian efektifitas. Sebuah perusahaan dapat efektif melaui pencapaian tujuan atau sasaran yang disusun untuk


(40)

operasinya, tapi masih belum efisien. Sebaliknya, perusahaan yang efisien mungkin belum efektif jika gagal mencapai tujuan operasi.

Secara ringkas, sebuah pusat pertanggungjawaban biaya dapat dikatakan akan bersifat efisien jika melakukan atau mengerjakan hal-hal dengan benar, dan akan bersifat efektif jika melakukan atau mengerjakan hal-hal yang benar.

3. Tahap Penilaian Kinerja Pusat Biaya

Penilaian kinerja dilaksanakan dalam dua tahap utama yaitu tahap persiapan dan tahap penilaian.

Tahap persiapan terdiri dari tiga tahap, yaitu :

a. Penentuan daerah pertanggungjawaban dan manajer yang bertanggungjawab.

b. Penetapan kriteria yang dipakai untuk mengukur kinerja c. Pengukuran kinerja sesungguhnya

Tahap penilaian terdiri dari tiga tahap, yaitu :

a. Pembandingan kinerja sesungguhnya dengan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya

b. Penentuan penyebab timbulnya penyimpangan kinerja sesungguhnya dari yang diterapkan di standar

c. Penegakkan prilaku yang diinginkan dan tindakan yang digunakan untuk mencegah prilaku yang tidak diinginkan.

Penilaian kinerja atau pengukuran prestasi manajer pusat biaya teknik berbeda dengan pusat biaya kebijakan. Dalam pusat biaya teknik, laporan pertanggungjawaban digunakan untuk mengukur efisiensi pusat biaya teknik dan efisiensi tersebut


(41)

menggambarkan prestasi manajernya. Sedangkan, dalam pusat biaya kebijakan, laporan pertanggungjawaban tidak digunakan untuk menilai.

Penilaian kinerja juga dilakukan untuk menyediakan umpan balik bagi karyawan dan dasar distribusi penghargaan agar bermanfaat untuk memotivasi karyawan bekerja dengan baik dan meningkatkan kinerja mereka karena adanya penghargaan khusus (reward) terhadap hasil kerja mereka, dan atau memberikan hukuman (punishment) bagi yang lalai. Penghargaan tersebut dapat berupa pemberian bonus, insentif, atau fasibilitas berupa mobil misalnya, dan sebagainya.

4. Penyimpangan Biaya

Suatu peyimpangan diketahuibaik penyimpangan menguntungkan maupun merugikan, penyebab peyimpangan haruslah diketahui pula agar penilaian kinerja tersebut dapat berguna dimasa yang akan dating. Bila penyimpangan merugikan, tindakan koreksi akan dapat dilakukan dengan segera. Bila penyimpangan menguntungkan, usaha untuk mempertahankan bahkan meningkatkan dapat diketahui. Ini berarti usaha peningkatan efisiensi biaya dapat dilakukan..

Penyebab penyimpangan dapat diketahui dengan cara melakukan analisis terhadap penyimpangan tersebut. Analisis selisih menciutkan penelitian bidang yang mungkin menjadi penyebab terjadinya penyimpangan sehingga manajemen dapat memfokuskan perhatiannya pada bidang-bidang yang ditunjukkan oleh analisis selisih. Contoh analisis penyimpangan / selisih adalah analisis selisih biaya operasional yang terdiri dari analisis selisih peralatan, analisis selisih pegawai, dan analisis selisih overhead. Apabila segala sesuatunya berjalan sesuai rencana, maka hanya akan terdapat sedikit perbedaan antara hasil sesungguhnya dan hasil yang diharapkan sesuai dengan


(42)

anggaran dan standar. Perbedaan antara hasil sesungguhnya dengan yang diharapkan akan hampir selau terjadi. Jika setiap penyimpangan diselidiki maka akan membutuhkan banyak waktu.


(43)

BAB III

HASIL PENELITIAN PADA PT (PERSERO) PELABUHAN INDONESIA I MEDAN CABANG BELAWAN

A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Singkat Perusahaan

Pelabuhan Belawan merupakan salah satu pelabuhan utama di Indonesia Bagian Barat dan sekaligus merupakan pintu gerbang perekonomian Sumatera Utara pada khususnya.

Sesuai sejarah perkembangan sebelum Belawan dijadikan pelabuhan pada zaman Hindia Belanda, ketika kerajaan Sultan Deli, pelabuhan ini sering digunakan sebagai arus lalu lintas perdagangan tetapi pelabuhan ini tidak dapat bertahan lebih lama karena alur pelabuhan Deli ini semakin lama semakin dangkal.

Sebaliknya dengan berkembangnya usaha dari Pengusaha Belanda pada saat itu, terutama di Bidang perkebunan seperti tembakau, maka oleh Pemerintahan Hindia Belanda dibukalah pelabuhan baru di Belawan yang ketika itu terletak di kali Belawan Deli.

Pelabuhan itu terus dikembangkan oleh Pemerintahan Hindia Belanda mengingat hasil perkebunan dari daerah ini juga terus meningkat. Tahun 1899, Pelabuhan Belawan terus diperluas dengan dimulainya pembangunan sarana dermaga, gedung dan fasilitas lainnya.

Pada zaman Hindia Belanda, dahulu Pelabuhan Belawan ini bernama “Haven Bedrij” dan nama ini masih dipakai terus sampai tahun 1950. Nama Haven Bedrij ini


(44)

dirubah namanya menjadi “Jawatan Pelabuhan” sejak tahun 1951, dan sampai pada tahun 1956 oleh Pemerintah Republik Indonesia nama tersebut dirubah lagi menjadi “Perusahaan Pelabuhan Negara” diatur dalam KUHP Stb. 1874 nomor 23.

Pada tahun 1961 berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 115 sampai dengan nomor 122 didalam Lembaran Negara nomor 128 Perusahaan Negara itu dirubah menjadi “Perusahaan Negara Pelabuhan Daerah I-IV” yang disingkat dengan P.N. Pelabuhan Daerah I-IV, yang dipimpin oleh seorang Direktur. Kemudian pada tahun 1964 berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 18/1964 dirubah lagi menjadi “Pengusaha Pelabuhan” dalam istilah asingnya “Port Authority”.

Pada tahun 1969 berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor I/1969 dan Peraturan Pemerintah nomor 18/1969, nama Pengusaha Pelabuhan atau Port Authority dirubah kembali dengan nama Badan Pengusahaan Pelabuhan Belawan atau BPP. Belawan, yang dipimpin oleh seorang Administrasi Pelabuhan.

Pada tahun 1983, Badan Pengusahaan Pelabuhan Belawan dirubah lagi menjadi Perusahaan Umum (Perum) Pelabuhan berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 14/1983. Peraturan ini menetapkan 15 pelabuhan yang terbagi atas 4 kawasan diantaranya adalah di Daerah Istimewa Aceh, Sumatera Utara dan Riau berada dibawah Koordinator Perum Pelabuhan I yang berkedudukan di Medan. (Tercantum dilampiran 1).

Akhirnya, pada tanggal 19 Oktober 1991 nama Perum Pelabuhan Indonesia I berdasarkan Peraturan Pemerintahan dirubah lagi menjadi PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I berdasarkan nomor 56 Tahun 1991 yang disahkan oleh Iman Fatimah, SH dari kantor Notaris di dalam Lembaran Negara Nomor 74/1991. (Tercantum dilampiran 2)


(45)

Dalam pelaksanaan operasinya PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan Cabang Belawan berpedoman pada beberapa ketetapan yang diatur oleh Pusat, yaitu :

- Keinginan (Aim) : Menjadi andalan utama pengusahaan jasa kepelabuhan untuk menunjang perekonomian dan pembangunan nasional.

- Misi (Mission) : Memberikan pelayanan bermutu bagi kemanfaatan umum melalui pengelolaan perusahaan secara professional.

- Visi (Vision) : Perusahaan harus masuk pada jaringan informasi angkutan laut nasional global.

2. Struktur Organisasi Perusahaan

Organisasi adalah merupakan suatu bagian yang menggambarkan jenjang-jenjang serta pembagian tugas dari masing-masing personalia. Organisasi berfungsi sebagai sarana untuk mengatur kerjasama pada suatu Badan Usaha dalam rangka mencapai tujuan secara efektif. Setiap anggota akan dapat bekerja dengan baik apabila ia mengetahui apa pekerjaannya, apa wewenang serta kepada siapa pertanggungjawabannya (kepada siapa segala informasi dilaporkan).

Untuk mencapai tujuan perusahaan, organisasi PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan Cabang Belawan telah dirancang melalui arah dan kebijaksanaan yang menyeluruh dari pemegang saham, Menteri Perhubungan, serta Dewan Komisaris.

Struktur organisasi yang baik merupakan pengawasan terhadap organisasi dan merupakan salah satu syarat dapat tidaknya sistem akuntansi pusat biaya diterapkan dalam suatu perusahaan. Struktur organisasi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan Cabang Belawan berbentuk garis dan staff dan dapat kita lihat bahwa kekuasaan dan


(46)

tanggungjawab bercabang pada tiap tingkatan mulai dari direksi sebagai pimpinan tetinggi sampai kepada pimpinan terendah yaitu seksi-seksi.

Struktur organisasi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan Cabang Belawan, terdiri dari :

a. General Manager

Bertugas menyelenggarakan, melaksanakan pengusahaan dan pelayanan jasa kepelabuhan serta usaha dan pelayanan jasa lainnya secara efisien dan efektif dalam rangka menunjang kelancaran arus kapal, bongkar muat barang dan arus penumpang sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Direksi.

b. Deputi General Manager

Deputi General Manager bertugas membantu General Manager dalam mengkoordinasi dan mengendalikan pelaksanaan perencanaan dan pengendalian pada Divisi Teknik, Teknologi Informasi, Umum, dan Sistem Manajemen serta melaksanakan tugas lain yang diberikan General Manager

c. Divisi Komersial

Bertugas menyiapkan perencanaan, melaksanakan dan mengendalikan kegiatan pengkajian pasar dan promosi, pusat pelayanan administrasi jasa usaha serta aneka usaha.

d. Divisi Pelayanan Kapal, Barang dan PSSA.

Bertugas menyiapkan perencanaan, melaksanakan dan mengendalikan kegiatan pelayanan pemanduan, menyiapkan armada kepanduan, pelayanan pemadam kebakaran dan rupa-rupa, perencanaan dan pusat pelayanan operasi barang.


(47)

Bertugas menyiapkan perencanaan, melaksanakan dan mengendalikan investasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana pelabuhan, rekomendasi teknis yang berkaitan dengan IMB, perbekalan teknik, pelayanan air minum, air kapal, pelayanan listrik. f. Divisi Keuangan

Bertugas menyiapkan perencanaan, melaksanakan dan mengendalikan kegiatan pengendalian anggaran, akuntansi dan perbendaharaan serta kemitraan dan bina lingkungan.

g. Divisi Umum

Bertugas menyiapkan perencanaan, melaksanakan dan mengendalikan tata usaha, rumah tangga dan keprotokolan, administrasi personalia, perencanaan dan pengembangan SDM, hubungan indusrial, hukum dan humas, serta pengamanan lingkungan kerja aset perusahaan.

h. Divisi Sistem dan Teknologi Informasi

Bertugas merencanakan dan melaksanakan pengoperasian dan pemeliharaan sistem dan teknologi informasi serta menyusun laporan dan penyiapan informasi.

i. Divisi Unit Usaha Bongkar Muat

Bertugas menyiapkan perencanaan, melaksanakan dan mengendalikan kegiatan bongkar muat dan penumpukan, menyiapkan peralatan dan perawatan serta tata usaha dan keuangan.

j. Divisi Pelayanan Terminal

Bertugas merencanakan, mengkoordinasikan, mengendalikan, merekomendasikan serta melaporkan penyusunan program kerja perencanaan dan pengendalian operasi, serta pelayanan pemadam kebakaran dan rupa-rupa.


(48)

k. Divisi Sistem Manajemen

Bertugas merencanakan, mengkoordinasikan serta melaporkan penyusunan program kerja sistem manajemen mutu, ISPS Code, manajemen resiko, sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3), sistem manajemen lingkungan (SML), keamanan pelabuhan, key performance indikator (KPI) secara keseluruhan serta memastikan kesesuaian dan keefektifan dalam implementasinya.

l. Divisi Logistik

Bertugas merencanakan, mengkoordinasikan, mengendalikan, merekomendasikan serta melaporkan penyusunan program kerja kegiatan logistik perusahaan yang meliputi pengadaan, perbekalan, pendistribusian dan pengendalian pengadaan barang dan jasa serta pengelolaan administrasi pengadaan barang, jasa dan persediaan. (Struktur Organisasi tercantum dilampiran 3).

3. Kegiatan Operasi Perusahaan

PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan Cabang Belawan merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa kepelabuhan. Perusahaan ini menyediakan berbagai pelayanan yang ditawarkan, antara lain :

a. Kolam-kolam pelabuhan dan perairan untuk lalu lintas dan tempat-tempat berlabuhnya kapal.

b. Jasa-jasa yang bergabungan dengan pemanduan (Pilotage) dan penundaan kapal. c. Demaga dan fasilitas lain untuk bertambah, bongkar muat barang termasuk hewan

dan fasilitas naik turunnya penumpang.

d. Gudang-gudang dan tempat penimbunan barang-barang, angkutan bongkar, alat bongkar muat serta peralatan pelabuhan.


(49)

e. Tanah untuk bangunan dan lapangan, industri dan gedung-gedung / bangunan yang berhubungan dengan kepentingan kelancaran angkutan laut.

f. Penyediaan listrik, bahan bakar minyak, air minum dan instalasi limbah pembuangan. g. Jasa Terminal, kegiatan konsolidasi dan distribusi barang termasuk hewan.

h. Jasa transportasi laut. i. Depoti peti kemas.

j. Usaha-usaha lain yang dapat menunjang tercapainya tujuan perseroan. Keseluruhan operasi yang dijalankan perusahaan ditunjukkan pada : a. Peningkatan efisiensi usaha.

b. Peningkatan profesionalisme usaha. c. Perluasan pangsa pasar.

d. Peningkatan kepuasan pelanggan.

e. Mewujudkan organisasi yang dapat mendukung pengembangan usaha. f. Pembinaan sumber daya manusia yang professional dan penuh dedikasi.

General Manager dengan bantuan pemikiran dan curahan tenaga dari seluruh staf dan karyawan yang melakukan pengelolaan atas operasionalisasi dan bertanggungjawab secara keseluruhan yang telah ditetapkan oleh Dewan Direksi PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan. Kerja sama yang baik dari seluruh unit-unit yang ada dalam perusahaan akan mewujudkan tujuan perusahaan.

B. Pusat Pertanggungjawaban Biaya Perusahaan

Dari penelitian penulis setelah mempelajari struktur organisasi dan uraian pekerjaan dari masing-masing unit kerja, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan menetapkan sistem departementalisasi yang bertujuan untuk memudahkan pengawasan


(50)

baik dibidang pendapatan maupun biaya, meningkatkan tanggungjawab manager, menggambarkan pusat pertanggungjawaban biaya yang dimiliki perusahaan.

Berdasarkan teori dalam uraian teoritis, maka penulis menyimpulkan bahwa pusat biaya adalah tiap-tiap Divisi. Dimana pusat biaya yang ada dalam perusahaan ini terdiri dari : Pusat biaya tehnik (engineered expense centre) dan pusat biaya kebijakan (discretionary expense centre). Sehubungan dengan batasan masalah dalam skripsi ini, maka penulis menitikberatkan perhatian hanya pada masalah pusat biaya saja.

C. Akuntansi Pertanggungjawaban Pusat Biaya Perusahaan 1. Pencatatan dan Pengumpulan Biaya

Pencatatan biaya yang terjadi pada PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan Cabang Belawan dilakukan oleh Divisi Keuangan dan diproses melalui sistem computer karena perusahaan tersebut telah menerapkan Proses Data Elektronik (electronic data processing) dan secara khusus Divisi Keuangan melalui seksi Proses Data Elektronik bertanggungjawab atas aktivitas komputerisasi tersebut.

Setiap pencatatan biaya memiliki dokumen bukti atas terjadinya biaya tersebut, dan dikumpulkan baik berdasarkan jenis biaya yang terjadi maupun tempat / lokasi kerja. Pencatatan dan pengumpulan biaya juga dilengkapi dengan sistem penomoran / kode (coding sistem) perkiraan biaya. Dengan adanya sistem kode perkiraan, manajer pusat biaya diberi kemudahan untuk melihat dan mengetahui perkiraan-perkiraan mana yang menjadi tanggungjawabnya. Dan dalam laporan pertanggungjawaban kode perkiraan harus dicantumkan untuk memberi kemudahan bagi penerima laporan untuk mengetahui identitas perkiraan yang dipertanggungjawabkan dalam laporan. Contoh kode biaya penambatan = 8.220.10.02. Kode perkiraan (account code) pada perusahaan ini terdiri


(51)

dari angka-angka yang jumlahnya 8 digit. Kelima angka tersebut dibagi menjadi 4 bagian. Adapun uraian kode perkiraan biaya tersebut adalah sebagai berikut :

8 = menunjukkan kode perkiraan biaya dibuku besar 220 = menunjukkan kode perkiraan bidang pelayanan jasa 10 = menunjukkan kode perkiraan biaya pusat pelayanan kapal

02 = menunjukkan kode perkiraan biaya per item, yaitu biaya penambatan. 2. Pengklasifikasian Biaya

Dari hasil penelitian yang dilakukan, untuk tujuan akuntansi manajemen perusahaan telah memisahkan biaya-biaya terkendalikan di dalam pengumpulan dan pelaporan biaya setiap pusat biaya. Perusahaan mengklasifikasikan biaya-biaya tersebut ke dalam dua klasifikasi, yaitu :

a. Berdasarkan jenis kegiatan.

Biaya yang terjadi dikelompokkan sesuai dengan fungsi biaya yang bersangkutan dalam hubungannya dengan aktiva perusahaan secara keseluruhan, yaitu :

1. Biaya Operasi Langsung (BOL) yang merupakan biaya yang timbul akibat kegiatan operasional dilapangan yang diselenggarakan oleh suatu pelabuhan dalam rangka menjalankan fungsinya yang berhubungan langsung dengan penyediaan fasilitas / sarana untuk kelancaran arus kapal dan barang.

2. Biaya Operasi Tidak Langsung (BOTL) yaitu biaya yang timbul oleh kegiatan Direktorat yang secara tidak langsung terkait dengan kegiatan operasi pelabuhan. 3. Biaya Penunjang Operasi (BPO) yaitu biaya yang timbul akibat kegiatan perusahaan


(52)

meliputi keuangan (Divisi Keuangan), dan kegiatan administrasi umum (Divisi Umum).

Biaya-biaya yang terjadi dalam pusat biaya tehnik adalah merupakan biaya operasi langsung (BOL) dan biaya operasi tidak langsung (BOTL), sedangkan biaya-biaya yang terjadi dalam pusat biaya-biaya kebijakan adalah merupakan biaya-biaya penunjang operasi dan biaya pengelolaan kantor pusat.

b. Berdasarkan Pusat Pelayanan / Pusat Biaya.

Biaya yang terjadi dikelompokkan menurut tempat terjadinya biaya sesuai dengan tingkat dan jenis kegiatan pelayanan jasa yang menerima manfaatnya.

c. Berdasarkan Sub Pusat Pendapatan / Sub Pusat Biaya.

Dalam hal pembebanan biaya, perusahaan membedakan pengertian biaya langsung dan tidak langsung, ciri-ciri biaya operasi bagi perusahaan adalah : mudah diidentifikasi, mudah dihitung jumlah biayanya, mudah dibebankan.

3. Praktek Pengawasan Biaya.

Salah satu ciri dari pengawasan yang baik adalah dengan adanya sistem administrasi dan pembukuan yang baik. Berkaitan dengan hal tersebut, menurut hasil penelitian penulis, perusahaan telah menerapkan sistem administrasi yang cukup baik. Misalnya, dalam hal pembukuan (book keeping), yaitu dalam hal pencatatan data keuangan, perusahaan telah melakukan penggolongan biaya berdasarkan sifat dan jenis biaya. Perusahaan juga telah menggunakan kode perkiraan (account code) yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat menunjukkan adanya suatu pertanggungjawaban. Apalagi untuk proses pengumpulan dan pengolahan data keuangan, perusahaan telah menerapkan pengolahan informasi dengan sistem Electronic Data Processing (EDP).


(53)

Penggolongan perkiraan-perkiraan dan pengunaan kode perkiraan merupakan suatu sarana dalam proses akuntansi yaitu untuk memudahkan identifikasi dari suatu rekening, yang selanjutnya akan digunakan sebagai referensi posting dari perkiraan tersebut.

D. Anggaran Biaya Perusahaan.

Penyusunan anggaran bagi suatu perusahaan sangat penting karena pada dasarnya proses penyusunan anggaran merupakan suatu proses penetapan peran dalam usaha pencapaian sasaran perusahaan. Selain itu, di dalam anggaran akan terlibat rencana perusahaan untuk masa yang akan datang yang harus dicapainya. Laporan pertanggungjawaban biaya yang berisi data realisasi dan anggaran serta penyimpangan biaya, akan digunakan manajemen puncak untuk mengawasi biayayang terjadi dalam perusahaan. Seperti yang telah penulis jelaskan pada sub bab sebelumnya, bahwa PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan, oleh karena itu sistem penyusunan anggarannya tidak boleh terlepas dari kebijakan-kebijakan anggaran yang telah ditetapkan oleh pusat. Dalam penyusunan anggaran biaya, perusahaan juga berpedoman pengalaman yang terjadi pada tahun lalu, hal ini untuk mendukung ketepatan anggaran biaya yang akan disusun sesuai dengan kebutuhan.

Dalam prakteknya, penyusunan anggaran perusahaan ini disusun secara komprehensif atau yang disebut Master Budget dimana anggaran biaya termasuk didalamnya. Penyusunan anggaran biaya didasarkan pada lokasi kerja dan unit-unit kerja organisasi yang ada. Artinya semua unit-unit kerja yang ada baik itu direktorat, divisi, bidang-bidang maupun cabang harus menyusun anggaran biaya masing-masing. Setiap


(54)

unit kerja tersebut mulai awal September hingga akhir November tahun berjalan harus membuat usulan-usulan anggrannya.

Usulan-usulan anggaran tesebut lalu diserahkan kepada komite anggaran dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk ditelaah dan dibahas. Rapat Umum Pemegang Saham terdiri dari Dewan Komisaris, Direksi, Pimpinan Cabang. Rapat Umum Pemegang Saham mempunyai wewenang untuk menyetujui dan menolak maupun merevisi usulan anggaran-anggaran tersebut. Rapat Umum Pemegang Saham dilakukan satu kali setahun setiap akhir periode untuk dapat melaksanakan anggaran setiap awal periode. Anggaran yang telah mendapat persetujuan dan pengesahan Dewan Komisaris selanjutnya akan didistribusikan keseluruh direktorat atau bagian yang bertanggungjawab sebagai pelaksana anggaran. Pada awal tahun berikutnya, masing-masing direktorat mulai menerapkan anggarannya dengan penuh rasa tanggung jawab.

Dalam hal penyusunan anggaran biaya, puat biaya membaginya atas biaya teknik dan biaya kebijakan. Divisi tehnik dan bidang pelayanan jasa digolongkan menjadi pusat biaya tehnik karena biaya divisi ini dapat diukur secara teknis serta berhubungan langsung atau berhubungan erat dan nyata dengan operasi jasa kepelabuhan, sedangkan biaya-biaya yang terjadi pada divisi usaha kecuali bidang pelayanan jasa, divisi keuangan, divisi personalia dan administrasi umum digolongkan biaya kebijakan karena tidak berhubungan langsung atau tidak tergolong besar dibandingkan dengan divisi tehnik dan pelayanan jasa.

Penyusunan anggaran pada pusat biaya tehnik berlainan dengan pusat biaya kebijakan. Jika pusat biaya tehnik, anggarannya didasarkan atas target biaya yang dibutuhkan untuk operasi jasa kepelabuhan maka penyusunan anggaran pusat biaya


(55)

kebijakan lebih ditentukan oleh kebijakan manajer saja. Contoh anggaran biaya tehnik dan laporan pertangungjawaban untuk menilai kinerjanya dapat dilihat pada lampiran. Sedangkan contoh anggaran pusat biaya kebijakan dan laporan pertanggungjawaban tidak penulis sajikan karena suatu hal perusahaan tidak bersedia memberikannya.

Kemudian ada satu hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan anggaran pusat biaya, yaitu belum dikelompokkan biaya berdasarkan biaya yang terkendali biaya yang tidak terkendali. Sementara, hal ini adalah salah satu syarat penerapan akuntansi pusat biaya.

Dengan adanya pengelompokkan biaya berdasarkan biaya yang dapat dikendalikan dengan biaya yang tidak terkendali, Manajer atau Direktur pusat biaya dapat mengetahui biaya mana yang menjadi tanggungjawabnya dan mana yang bukan karena hanya biaya yang dapat dikendalikan saja yang diminta tanggungjawab atas pusat biaya yang dipimpinnya.

Adapun jenis anggaran yang terdapat dalam perusahaan ini adalah : a. Anggaran Neraca.

b. Anggaran Laba Rugi.

c. Anggaran Pendapatan dan Biaya Perusahaan.

Penyusunan anggaran disertai dengan pengawasan terhadap pelaksanaan anggaran di tiap-tiap pusat biaya merupakan hal yang sangat penting karena pelaksanaan rencana tanpa pengawasan tidak akan menghasilkan suatu hasil yang diharapkan. Pengawasan juga diperlukan untuk menilai bagaimana hasil kerja yang sebenarnya dan hambatan-hambatan yang ditemukan selama pelaksanaan rencana tersebut.


(56)

E. Laporan Manajer Pusat Pertanggungjawaban Biaya.

Laporan pertanggungjawaban biaya (performance cost report) merupakan alat bagi suatu oganisasi untuk mempertanggungjawabkan operasi perusahaan. Laporan ini sangat berguna bagi atasan perusahaan untuk menilai kinerja bawahannya dan mengetahui sampai sejauh mana pekerjaan dalam pusat biaya telah dilaksanakan.

Pusat pertanggungjawaban biaya sehubungan dengan sistem pelaporan telah menerapkan sistem kode perkiraan dimana hal ini membantu pimpinan pusat biaya untu mengetahui perkiraan mana yang menjadi tanggungjawab. Hal ini juga akan memudahkan pusat pertanggungjawaban biaya dalam hal penggolongan dan pencatatan biaya guna mengetahui kepada siapa atau bagian mana sesuatu biaya harus dibebankan.

Pada dasarnya system pelaporan pertanggungjawaban biaya (performance cost report) menyajikan informasi untuk pengawasan manajemen yang terdiri dari seperangkat laporan yang saling berhubungan yang disediakan oleh para manajer di berbagai pusat pertanggungjawaban biaya di dalam suatu perusahaan. Laporan ini berisikan informasi pertanggungjawaban manajemen tingkat yang lebih rendah kepada tingkat manajemen yang lebih tinggi.

Oleh sebab itu pada setiap tingkatan manajemen, tingkatan yang lebih tinggi akan menerima laporan pertanggungjawaban biaya dari tingkat yang ebih rendah. Sesuai dengan prinsip pelaporan yang baik, semakin tinggi tingkatan manajemen maka semakin ringkas pula isi dari laporan yang harus disampaikan.

Laporan pertanggungjawaban biaya yang disusun oleh pusat biaya disajikan dengan membandingkan rencana dengan realisasi anggaran, sehingga melalui rasio dalam


(57)

persentase dapat diketahui beberapa persentase penyimpangan yang terjadi jika realisasi dibandingkan dengan rencana anggaran.

Dalam pelaporan pertanggungjawaban pusat biaya dijelaskan apa yang menjadi penyebab terjadinya penyimpangan-penyimpangan tersebut. Persentase penyimpangan yang berjumlah besarlah yang menjadi bahan perhatian manajemen puncak (General Manager) untuk dibahas dan dilakukan tindakan korektif sehingga dapat menghemat waktu dan pikirannya pada hal-hal yang lebih penting dan dapat lebih meningkatkan kinerjanya.

Selanjutnya, laporan pertanggungjawaban pusat biaya tersebut akan disampaikan ke divisi keuangan untuk diolah bidang akuntansi manajemen menjadi laporan pertanggungjawaban pusat biaya perusahaan secara komperehensif (keseluruhan). Apabila kemudian ada kekeliruan maka dapat meminta koreksi kepada bidang akuntansi manajemen.

1. Laporan Kinerja Atas biaya

Laporan kinerja atas biaya dari masing-masing divisi pada perusahaan ini, berisi mengenai anggaran biaya dan biaya aktual serta perbandingan biaya aktual dengan anggaran.

Berdasarkan hasil penelitian penulis, PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan Cabang Belawan memiliki jenis klarifikasi laporan pertanggungjawaban biaya yang akan dipertanggungjawabkan manajemen tingkat yang lebih rendah kepada manajemen tingkat yang lebih tinggi.


(58)

Adapun jenis-jenis laporan pertanggungjawaban pusat biaya dalam perusahaan ini adalah sebagai berikut :

• Laporan pertanggungjawaban biaya – Tingkat Manajer Sub Divisi.

Laporan ini disajikan untuk para Asisten Sub Divisi.

• Laporan pertanggungjawaban biaya – Tingkat Manajer Divisi.

Laporan ini disajikan untuk para Manajer Divisi.

• Laporan pertanggungjawaban biaya – Tingkat General Manajer.

Laporan ini disajikan untuk pimpinan cabang.

Secara periodic, laporanpertanggungjawaban yang disusun oleh perusahaan ini terdiri dari :

a. Laporan bulanan

Laporan ini merupakan laporan pelaksanaan operasi selama satu bulan yang menggambarkan perbandingan antara realisasi dengan anggaran dari masing-masing divisi yang telah melaksanakan anggaran tersebut dalam kegiatan operasinya.

Contoh dari laporan bulanan ini adalah Laporan Biaya. Laporan ini menunjukkan perbandingan antara biaya-biaya yang dianggarkan dengan biaya-biaya yang dianggarakan dengan biaya-biaya actual yang terjadi selama satu bulan. Dalam prakteknya perusahaan telah menerapkan penyajian laporan pertanggungjawaban biaya ini dan telah mengadakan evaluasi penilaian kinerja atas laporan pertanggungjawaban biaya bulanan.


(59)

Laporan ini merupakan hasil laporan bulanan yang direkapitulasi untuk melihat perkembangan dan kemajuan yang telah dicapai. Disamping itu, penyimpangan dari anggaran yang terjadi akan dievaluasi dan dianalisis penyebabnya, kemudian dibuat perbaikan dan kesempurnaan untuk masa triwulan berikutnya. Dalam hal ini penulis tidak dapat melampirkan contoh laporan tersebut.

c. Laporan Tahunan

Laporan ini merupakan laporan mengenai perbandingan antara biaya yang sebenarnya terjadi dengan anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya dimulai dari awal tahun anggaran sampai akhir tahun anggaran. Penyajian laporan ini adalah dengan cara merekapitulasi semua laporan-laporan bulanan setelah itu disusun menjadi laporan pertanggungjawaban biaya yang bersifat komprehensif menurut periode anggaran satu tahun. (Tercantum di lampiran 4-11)

2. Laporan Pertanggungjawaban Biaya Dalam Meningkatkan Efisiensi Biaya Operasional.

Dari hasil penelitian penulis terhadap akuntansi biaya perusahaan, dapat diketahui bahwa akuntansi biaya yang diterapkan dalam perusahaan telah menunjukkan perannya dalam melihat peningkatan efisiensi biaya operasional melalui anggaran dan pelaporan.

Penilaian terhadap apakah peningkatan efisiensi biaya operasional pada PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan Cabang Belawan terjadi atau tidak adalah berdasarkan laporan pertanggungjawaban biaya yang diterima oleh Dewan Direksi dan dilakukan tiap bulanan, triwulan serta tahunan.


(60)

Meningkatnya efisiensi dapat dilihat melalui perbandingan antara realisasi biaya dengan anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Perbedaan atau selisih antara biaya yang sebenarnya dengan biaya yang dianggarkan bias menguntungkan (favourable) dan bisa tidak menguntungkan (unfavourable) disebut penyimpangan, hal ini yang perlu diadakan tindakan korektif apalagi jika penyimpangannya cukup material jumlahnya, karena hal ini dapat mengancam tujuan perusahaan secara keseluruhan.

Perbedaan yang tidak menguntungkan ini akan diminta tanggung jawab oleh Dewan Direksi atas kelebihan biaya yang terjadi, dan bila pimpinan / pusat biaya tidak dapat mempertanggungjawabannya maka akan diambil tindakan tegas dengan memberikan peringatan atau menurunkan jabatan maupun memecatnya dari jabatan.

Tetapi jika perbedaan itu menguntungkan maka akan diberi bonus dan penghargaan, karena itu merupakan hak bagi pimpinan pusat pertanggungjawaban biaya yang mampu memberikan kinerja yang tebaik dari pusat pertanggungjawaban biaya yang dipimpinnya dalam hal ini pusat biaya.


(61)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI

Dalam bab ini akan dibahas mengenai perbandingan antara uraian teoritis dengan hasil penelitian mengenai penerapan akuntansi biaya pada perusahaan khususnya dalam hal pertanggungjawaban pusat biaya. Dari hasil perbandingan tersebut akan diketahui persamaan dan perbedaannya. Untuk itu penulis mencoba untuk menganalisis dan mengevaluasi masalah akuntansi manajemen dalam meningkatkan efisiensi biaya pada PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan Cabang Belawan.

Adapun batasan analisis dan evaluasi ini, pada intinya, merupakan bagian dari proses penilaian manajemen. Struktur organisasi dan pertanggungjawaban biaya, yang merupakan suatu program, adalah bagian dari suatu proses penilaian. Sedangkan penyusunan anggaran dan laporan pelaksanaan, yang diikuti dengan evaluasinya, merupakan lanjutan dari proses penilaian.

A. Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan suatu kerangka yang menunjukkan hubungan antara fungsi-fungsi, bagian-bagian ataupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang dan tanggungjawab yang berbeda dalam suatu organisasi perusahaan.

Bila disimak lebih lanjut mengenai struktur organisasi PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan Cabang Belawan, maka dapat digolongkan pada struktur organisasi fungsional, dimana struktur organisasi perusahaan tersebut menggambarkan penyusunan


(62)

tugas, pendelegasian wewenang dan tanggungjawab yang dimulai dari General Manager sampai pada tingkat manajemen yang paling rendah yakni karyawan pada setiap seksi.

Sistem organisasi fungsional ini merupakan suatu sistem yang cocok bagi perusahaan besar yang mempunyai ciri seperti : daerah kerja yang luas, bidang tugas yang beragam, serta tenaga kerja yang relatif banyak, sehingga permasalahan yang dihadapi semakin kompleks. Dengan penerapan sistem organisasi fungsional, maka pengambilan keputusan yang sehat akan dapat dilakukan dengan lebih cepat, langsung dan mudah.

Ada empat direktorat dalam perusahaan ini yang masing-masing dikepalai oleh manajer, yaitu : manajer usaha, manajer tehnik, manajer keuangan, dan manajer personalia dan umum. Manajer usaha bertanggungjawab atas bidang pemasaran dan bidang pelayanan jasa, manajer bertanggungjawab atas bidang bangunan pelabuhan dan bidang peralatan. Manajer keuangan bertanggungjawab atas bidang akuntansi manajemen, bidang akuntansi keuangan, bidang perbendaharaan, sedangkan manajer personalia dan administrasi bertanggungjawab atas bidang pembinaan sumber daya manusia, bidang hukum dan hukum internasional, serta bidang umum. Dalam hal ini, General Manajer bertanggungjawab mengendalikan pelaksanaan tugas Kepala Satuan Pengawasan Intern.

Gambaran pusat biaya (cost center) secara garis besar adalah bidang pelayanan jasa (yang terdapat dalam manajer usaha) serta direktorat tehnik dimana pusat-pusat ini dinilai dengan membandingkan biaya sesungguhnya dengan yang dianggarkan oleh tiap-tiap divisi.


(1)

B. Saran

Berdasarkan analisis dan evaluasi terhadap PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan Cabang Belawan serta kesimpulan-kesimpulan seperti disebutkan di atas, maka untuk lebih mengefektifan akuntansi biaya dalam meningkatkan biaya operasional, berikut ini penulis mencoba untuk memberikan saran yang kiranya dapat bermanfaat bagi perusahaan, yaitu :

1. Agar peranan sistem akuntansi pusat biaya sebagai alat dalam meningkatkan efisiensi biaya operasional dapat lebih diintensifkan dan ditingkatkan lagi, maka sebaiknya perusahaan memperluas penggunaan sistem kode perkiraan yaitu dengan mengklasifikasikan biaya-biaya yang ada pada setiap pusat biaya atas biaya yang terkendali (controllable) dan biaya tak terkendali (uncontrollable). Dengan diklasifikasinnya biaya atas biaya terkendali dan biaya tak terkendali akan membantu perusahaan untuk mengidentifikasikan biaya-biaya mana yang harus dipertanggungjawabkan oleh manajer pusat biaya sehingga dapat lebih mudah dalam mengevaluasi pertanggungjawaban biaya. Hal ini penting untuk dipertimbangkan, karena ini merupakan kelemahan dari penerapan sistem akuntansi pusat biaya perusahaan dan harus segera diatasi agar akuntansi biaya perusahaan dapat lebih efektif dan bermanfaat lagi sesuai dengan perannya dalam meningkatkan efisiensi biaya operasional.

2. Sistem pelaporan pertanggungjawaban biaya yang dimulai dari tingkat manajemen paling bawah hingga tingkat manajamen paling atas telah diterapkan dengan baik dan jenis laporan pertanggungjawaban biaya telah disesuaikan dengan tingkatan manajemen yang ada, yang pada akhirnya dapat mencapai suatu


(2)

sistem efisiensi biaya yang terperinci, teratur dan ringkas. Sesuai dengan prinsip pelaporan yang baik, semakin tingkat tingkatan manajemen maka semakin ringkas pula isi dari laporan yang harus disampaikan. Dengan demikian laporan-laporan pertanggungjawaban biaya yang disajikan tidak mungkin sama untuk setiap jenjang pertanggungjawaban.

3. Penulis pada akhirnya menyarankan agar penggunaan informasi akuntansi biaya tersebut lebih ditingkatkan meskipun penerapan akuntansi pertanggungjawaban biaya pada perusahaan selama ini telah mampu memberikan hasil yang bermanfaat, terutama dalam hal efisiensi biaya dan mengukur prestasi kerja manajer pusat biaya.


(3)

Lampiran 1 :

Pelabuhan Laut (15) berdasarkan Peraturan Pemerintahan Nomor 14/1983

NO NAMA CABANG KELAS KAWASAN

1 Belawan Utama

Kuala Tanjung, Pangkalan Susu,

Pangkalan Berandan. Bagan Siapi-api, Sungai

Pakning

2 Dumai I

3 Lhok seumawe I 4 Tanjung Pinang II

5 Pekan Baru II

6 Malahayati III Sabang

7 Sibolga III

8 Meulaboh IV

9 Kuala Langsa IV 10 Gunung Sitoli IV 11

Tanjung Balai

Asahan IV

12 Bengkalis IV 13 Selat Panjang IV

14 Rengat IV

15 Tembilahan IV


(4)

Lampiran 2 :

Pelabuhan Laut (19) berdasarkan Peraturan Pemerintahan Nomor 56/1991

NO

NAMA PELABUHAN

TERMASUK

DIDALAMNYA PROVINSI

PELABUHAN

1 Belawan Pangkalan Berandan Sumut

2 Pangkalan Susu Pangkalan Berandan Sumut 3

Tanjung Balai

Asahan Teluk Nibung Sumut

4 Kuala Tanjung Sumut

5 Sibolga Sumut

6 Gunung Sitoli Sumut

7 Malahayati Ulheu Lheu Aceh

8 Sabang Aceh

9 Lhok Seumawe Aceh

10 Kuala Langsa Aceh

11 Meulaboh Siak Indrapura Aceh

12 Dumai Riau

13 Pekan Baru Riau

14 Bengkalis Riau

15 Selat Panjang Riau

16 Bagan Siapi-api Sumut

17 Tembilahan Riau

18 Rengat Riau

19 Tanjung Pinang Pulau Kijang Riau


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Blocher, J. Edwart, Kung H.Chen, dan Thomas W.Lin, (2005) Manajemen Biaya : Dengan Tekanan Strategik, Terjemahan A.Susty Ambarriani,Edisi Pertama, Jilid 2, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Matz dan Milton F.Usry, (1997), Akuntansi Biaya : Perencanaan dan Pengendalian, Edisi Kesembilan, Terjemahan Herman Wibowo, Erlangga, Jakarta.

Mulyadi, (2001), Akuntansi Manajemen Konsep, Manfaat dan Rekayasa, Edisi Keempat, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Simamora, Henry, (2003), Akuntansi Manajemen, Salemba Empat, Jakarta.

Sunarto, (2004), Akuntansi Manajemen, BPFE─Yogyakarta, Yogyakarta.

William K.Carter dan Milton F.Usry, (2006), Akuntansi Biaya, Edisi Ketigabelas, Terjemahan Krista S.E., Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Hill Schaum, (2007), Akuntansi Biaya, Edisi Keduabelas, Terjemahan Drs. Mursyidi, SE.,Msi, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Harahap, Sofyan Syafri, (2001), Budgeting Penganggaran : Perencanaan Lengkap Untuk Membantu Manajemen, Cetakan Ketiga, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Supriyono, R.A. (2001), Sistem Pengendalian Manajemen, Buku Tiga, Edisi II,


(6)

_____________, (2001), Akuntansi Manajemen 2 : Struktur Pengendalian Manajemen, Edisi Pertama, BPFE─Yogyakarta, Yogyakarta.