Komisi Pembimbing Biota uji Alat dan Bahan Parameter yang Diamati

Judul Skripsi : PENGARUH PERSENTASE PERGANTIAN AIR YANG BERBEDA DENGAN SISTEM FLOWTHROUGH TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH CLOWNFISH Amphiprion ocellaris Nama : Leo Tubagus Nomor Pokok Mahasiswa : 0614111042 Program Studi : Budidaya Perairan Fakultas : Pertanian MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Rara Diantari, S.Pi., M.Sc., Berta Putri, S.Si., M.Si., NIP. 1979082120033122001 NIP. 198109142008122002

2. Kepala Program Studi Budidaya Perairan

Ir. Siti Hudaidah, M.Sc. NIP. 196402151996032001 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada 17 Agustus 1988, anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak alm Zulkifli B dan Ibu jumsuarti.Penulis menempuh pendidikan taman kanak-kanak di TK Darmawanita tahun 1993-1994. Pendidikan dasar di SD 2 Sukarame Bandar Lampung tahun 1994-2000. Pendidikan tingkat pertama di SLTP Negeri 21 Bandar Lampung tahun 2001-2004. Pendidikan tingkat atas di SMA Negeri 13 Bandar Lampung 2003-2006. Pada tahun 2006, penulis diterima di Universitas Lampung Fakultas Pertanian Program Studi Budidaya Perairan melalui jalur SNMPTN Selama mengikuti perkuliahaan, penulis pernah menjadi asisten dosen Biologi Laut tahun ajaran 20082009, Budidaya Ikan Hias tahun ajaran 20092010, Budidaya Air Tawar tahun ajaran 20112012, Manajemen Kualitas Air MKA tahun ajaran 20112012, dan Oseanografi tahun ajaran 20112012. Penulis pernah melakukan magang di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar BBPBAT Sukabumi tentang Kesehatan ikan pada tahun 2009 dan praktek umum di Balai Pelestarian Perikanan Perairan Umum BPPPU, Ciherang Jawa Barat dengan komoditas ikan lele sangkuriang Clarias sp pada tahun 2010. Penulis juga pernah menjadi ketua umum Himpunan Mahasiswa Budidaya Perairan Universitas Lampung HIDRILA pada tahun 2008-2009. Selain itu penulis pernah menjadi Seketaris Jendral Dewan Mahasiswa Lampung DEMA pada 20092010 selain itu penulis juga pernah menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Perikanan Indonesia HIMAPIKANI di bidang Advokasi pada tahun 20092010. Penulis juga menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Islam HMI pada tahun 20092010 serta mengikuti Latihan Kader LK 1 Himpunan Mahasiswa Islam HMI di Bandar lampung pada tahun 2007, Latihan Kader LK 2 Himpunan Mahasiswa Islam HMI pada tahun 2011 di Bengkulu serta pelatihan kewirausahaan yang diadakan oleh Kementrian koperasi dan usaha kecil dan menengah pada tahun 2012. Pada tahun 2012, penulis menyelesaikan tugas akhirnya dengan menulis skripsi yang berjudul “PENGARUH PERSENTASE PERGANTIAN AIR YANG BERBEDA DENGAN SISTEM FLOWTHROUGH TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH CLOWNFISH Amphiprion ocellaris” ”Berhenti mengecam kegelapan nyalakan lilin. Ini negeri besar dan akan lebih besar. Sekedar mengeluh kegelapan tidak akan mengubah apapun, nyalakan lilin lakukan sesuatu” Indonesia Mengajar ”Buku adalah jendela dunia tapi pintu dunia adalah persahabatan” Alm Ayahanda tercinta PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa Syukur Kepada Allah SWT, kupersembahkan karya sederhana ini kepada :  Ibu, alm ayah serta adikku tercinta yang tak pernah henti-hentinya memberikan semangat, bimbingan, serta doa yang senantiasa mengiringi setiap langkahku untuk kebahagian dan kesuksesanku.  Teman-teman seperjuangan.  Almamater Universitas Lampung. SANWACANA Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH PERSENTASE PERGANTIAN AIR YANG BERBEDA DENGAN SISTEM FLOWTHROUGH TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH CLOWNFISH Amphiprion ocellaris” Tak lupa pula shalawat serta salam selalu tercurahkan bagi junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. Selama pelaksanaan penelitian hingga penyelesaian skripsi ini banyak pihak-pihak yang sangat membantu baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bunda, alm ayah dan adikku tercinta, yang telah memberikan semangat, dukungan, kasih sayang dan doa selama penulisan skripsi ini. 2. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., sebagai Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 3. Ir. Siti Hudaidah, M.Sc., sebagai Ketua Program Studi Budidaya Perairan Universitas Lampung. 4. Rara Diantari, S.Pi., M.Sc., sebagai Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penulisan skripsi. 5. Berta Putri, S.Si., M.Si., sebagai Pembimbing Pembantu yang telah memberikan bimbingan, saran, dan dukungan moril dalam penulisan skripsi ini. 6. Mas Bambang, yang telah banyak membantu dalam pengadaan surat-surat yang mendukung dalam pelaksanaan penelitian dan skripsi ini. 7. Sahabat-sahabatku, Prabowo Tri asmoro, S.pi, Rahmat yulianto aan, Selvia Hermanto Pagar Alam ndut, Angga Julian Dwi Prabowo gajul, M farzuki, Aiqal, Evi Nila Dewi, Lik diansa yang telah memberikan semangat serta dukungan saat perkuliahan hingga penulisan skripsi ini. Ginanjar, Ardi, Tri agus saputra ogie, Bintang, Beni, Panca, Supra, Tomang serta anak-anak sekret dan pengurus yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan penelitian. 8. Teman-teman angkatan 2006, kakak dan adik tingkat yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih, semoga Allah SWT membalas segala kebaikan pihak yang telah membantu penyelesaian penulisan skripsi ini. Semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiin. Bandar Lampung, Mei 2012 Penulis Leo Tubagus 1

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Ikan clownfish Amphiprion ocellaris atau biasa disebut ikan nemo merupakan salah satu komoditas unggulan ikan hias air laut yang hidup di perairan terumbu karang dan bersimbiosis dengan anemon. Ikan clownfish merupakan jenis ikan hias air laut tropis dari Famili Pomacentridae yang hidup di terumbu karang dan terlindung hingga kedalaman 15 m Kusumawati dkk., 2006. Ikan clownfish dari jenis Amphiprion ocellaris memiliki bentuk dan corak warna yang menarik yaitu berwarna jingga, belang putih di bagian kepala, badan dan pangkal ekor, serta cocok untuk pengisi akuarium khusus ikan maupun akuarium terumbu karang Wardoyo, 2006. Ikan clownfish merupakan salah satu produk laut yang diperdagangkan dan bahkan di ekspor. Permintaan untuk ekspor cukup tinggi. Namun, tingginya permintaan tidak sebanding dengan hasil tangkapan dari alam. Salah satu upaya untuk mengatasi kesenjangan tersebut adalah dengan melakukan pembudidayaan ikan clownfish pada bak-bak atau akuarium Kusumawati dkk., 2006. 2 Kendala utama dalam budidaya clownfish adalah keterbatasan benih dan pertumbuhannya lambat disebabkan oleh perubahan lingkungan sehingga produktivitas sangat rendah. Oleh karena itu, untuk meningkatkan produksi, perlu dilakukan upaya perbaikan kondisi lingkungan budidaya agar sesuai dengan kebutuhan optimal ikan Boyd, 1990. Salah satu faktor yang sangat menentukan dalam upaya tersebut adalah sistem pergantian air karena dengan sistem pergantian air yang tepat selain dapat mempertahankan kualitas air juga dapat meminimalisir kondisi stress pada ikan akibat perubahan lingkungan Boyd, 1990 Penerapan teknologi pergantian air media pemeliharaan water exchange technology dengan persentase berbeda pada kepadatan ikan yang sama dimaksudkan untuk menentukan pergantian air yang menghasilkan pertumbuhan clownfish Amphoprion ocellaris yang optimal.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui pengaruh pergantian air pada pertumbuhan clownfish Amphiprion ocellaris dan 2. Mengetahui persentase pergantian air yang menghasilkan pertumbuhan clownfish Amphiprion ocellaris yang optimal 3

C. Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai acuan teknik pemeliharaan clownfish Amphiprion ocellaris.

D. Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. H : β 1 = β 2 = β 3 = β 4 = 0 ; tidak ada pengaruh perbedaan pergantian air terhadap pertumbuhan clownfish. 2. H 1 : β 1 ≠ β 2 ≠ β 3 ≠ β 4 ≠ 0 ; minimal ada satu pasang perlakuan perbedaan pergantian air yang berpengaruh terhadap pertumbuhan clownfish. 4

E. Kerangka Pemikiran

Kegiatan budidaya secara terpadu dimulai dari kegiatan pembenihan hingga pembesaran. Kegiatan budidaya merupakan solusi yang tepat untuk menghindari penangkapan dan pemanfaatan sumberdaya yang berlebihan. Untuk menghindari hal tersebut perlu dilakukan pola budidaya terpadu untuk clownfish tetapi kendala utama dalam budidaya clownfish adalah keterbatasan benih dan pertumbuhannya lambat sehingga produktivitas sangat rendah BBPBL, 2009. Produktivitas suatu kegiatan budidaya ditentukan oleh kelangsungan hidup benih Clownfish. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup ikan dalam wadah budidaya terdiri atas faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah umur, kemampuan adaptasi ikan, dan penyakit. Faktor eksternal meliputi kondisi lingkungan, populasi, dan ketersedian pakan. Salah satu cara untuk mencegah kualitas air yang buruk adalah dengan cara menciptakan lingkungan ideal Affandi dan Tang, 2002. Berdasarkan hasil penelitian Taufik 2008 perubahan suhu yang mendadak mengakibatkan degradasi sel darah merah sehingga proses respirasi terganggu dan tingkat kelulusan hidup ikan betutu rendah. Salah satu metode untuk menciptakan lingkungan ideal adalah dengan pergantian air. Hasil penelitian Widiyantara tahun 2009 menunjukkan pendederan lele sangkuriang Clarias sp melalui penerapan teknologi pergantian air dengan kepadatan 35 ekorL adalah dengan sistem pergantian air 100. Persentase pergantian air tersebut dapat menciptakan kondisi lingkungan yang lebih baik. Pengantian air berpengaruh pada kualitas air media pemeliharaan, terutama oksigen dan akumulasi racun sisa metabolisme. Oksigen yang semakin berkurang 5 dapat ditingkatkan dengan pengantian air dan pemberian aerasi Goddard, 1996. Kandungan oksigen yang rendah menyebabkan nafsu makan menurun, yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ikan Boyd, 1990. Dalam kondisi lingkungan yang optimal melalui sistem penggantian air yang tepat diharapkan respons fisiologis benih ikan clownfish akan mencapai aklimatisasi. Aklimatisasi adalah kondisi dimana laju fungsi fisiologis tidak dipengaruhi oleh perubahan faktor lingkungan. Penerapan teknologi pergantian air media pemeliharaan water exchange technology dengan persentase yang berbeda 500, 750, 1000, dan 1250 pada kepadatan ikan yang sama dimaksudkan untuk menentukan pergantian air yang efisien pada produksi benih sehingga target produksi dapat dicapai. 6 Secara garis besar kerangka pikir dari penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian Budidaya clown fish Clown fish rentan terhadap kualitas air yang tidak stabil 500 Kondisi lingkungan pemeliharaan benih clownfish sesuai dengan kebutuhan optimal ikan. Sistem pengantian air 1250 1000 750 Kualitas air terjaga sehingga meminimalisir kondisi stres ikan akibat tekanan lingkungan Menghasilkan pertumbuhan clownfish yang optimal 7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi dan Morfologi Clownfish

Klasifikasi Clownfish menurut Burges 1990 adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia Filum : Chordata Ordo : Perciformes Famili : Pomacentridae Genus : Amphiprion Spesies : Amphiprion ocellaris Clownfish Amphiprion ocellaris atau sering disebut juga dengan anemone fish ikan yang hidup diantara anemon memiliki badan berwarna dasar kuning kecoklatan dengan tiga belang berwarna putih white band dan sedikit warna hitam di bagian kepala, badan dan pangkal ekor. Tulang di muka dan di bawah mata tidak berduri panjang, bergigi pendek, jari-jari keras sirip punggungnya tidak sama panjang, memiliki 11 jari-jari pada sirip dorsal dan 17 jari-jari pada pektoral, dan di alam dijumpai clownfish dapat mencapai panjang 110 mm Allen, 1997. 8 clownfish dikenal sebagai ikan yang berenang lambat sehingga ikan tersebut cenderung mengandalkan anemon sebagai tempat perlindungan dari ikan-ikan pemangsa. Gambar 2. Clownfish Amphiprion ocellaris Randal, et al, 1997

B. Habitat dan Penyebaran

Menurut Allen 1997, lokasi penyebaran Clownfish berada di perairan laut tropis diantaranya Samudera Hindia, Laut Merah, Asia Tenggara khususnya Indonesia, Australia Utara dan di Pulau Ryukyu Jepang. Clownfish dapat hidup pada kedalaman ± 15 meter, dimana tempat hidupnya berada di antara tentakel-tentakel anemon. Anemon yang biasa bersimbiosis dengan Clownfish diantaranya adalah Heteractis magnifica, Stichodactyla gigantean, dan Stichodactyla mertensii Allen, 1997;Myers, 1999 Ikan Clownfish mendapatkan sumber makanan dari sekitar anemon dan sebaliknya anemon mendapatkan bahan makanan dari kotoran feces Clownfish. Anemon memberikan perlindungan yang efektif dengan menghasilkan substansi toksin yang berbahaya bagi predator clownfish. Anemon juga dimanfaatkan clownfish 9 sebagai tempat bertelur untuk meletakkan dan melindungi telurnya di sekitar jangkauan rumbai tentakel Mebs, 1994.

C. Pakan dan Kebiasaan Makan

Ikan clownfish adalah omnivorus yang mengkonsumsi zooplankton, udang- udangan dan alga bentik yang dijumpai di habitat mereka. Ikan clownfish menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk mencari makan, bermain, dan berpasangan dalam wilayahnya, yakni tidak jauh dari anemon yang merupakan daerah teritorinya. Daerah tersebut akan dipertahankan dari predator dan hewan penganggu lainnya Suharti, 1990. Kebiasaan lain dari clownfish adalah beraktivitas di siang hari, dengan kata lain clownfish termasuk hewan diurnal. Waktu yang digunakan dalam mencari makan tiap jenis clownfish tidak sama. Sebagai salah satu contoh yaitu pasangan A. chrysopterus menghabiskan kurang lebih 90 waktunya untuk makan dan berenang di antara tentakel Allen, 1972. Dalam budidaya clownfish stadia larva hari 1-10 diberi pakan hidup Brachionus sp atau dapat juga diberi tambahan zooplankton lain dari jenis kopepoda dan naupli artemia sampai umur 30 hari Ari et al, 2009.

D. Siklus Hidup

Amphipron ocellaris termasuk dalam golongan hermaprodit prototandri yaitu hewan yang masih muda atau masih berukuran kecil berjenis kelamin jantan dan kemudian akan berubah menjadi kelamin betina Myers, 1999. Siklus hidup A. ocellaris cukup singkat sekitar 1 tahun. Stadia larva sekitar 40 hari, kemudian dari 10 stadia benih sampai menjadi ikan dewasa sekitar 10 bulan. Clownfish yang telah berumur 11-12 bulan telah siap untuk dipijahkan Ari dan Murdjani, 2008. Tanda-tanda clownfish akan memijah dapat dilihat dari perilakunya dalam menyiapkan dan membersihkan sarang oleh induk jantan. Aktivitas tersebut akan meningkat seiring makin dekatnya saat pemijahan yang tampak dari perut induk betina yang mengembung berisi telur Ruigomez dan Javier, 2007. Pada masa menjelang pemijahan tampak perilaku yang menonjol adalah saling berkejaran antara pasangan ikan tersebut. Kemudian induk betina akan masuk ke dalam sarang dan menekankan bagian bawah perutnya ke substrat dengan tubuh agak digetarkan Ruigomez dan Javier, 2007. Induk betina A. ocellaris yang berumur 1 tahun menghasilkan telur 100-400 butir bergantung pada kualitas dan kuantitas nutrisi pakan induk. Telur tersebut diletakkan pada substrat di bawah mantel anemon dan kedua induk menjaga telurnya selama 6-8 hari hingga menetas Ari et al, 2007. Larva selanjutnya akan bersifat planktonis dan terbawa arus laut. Setelah 15 hari larva akan berkembang menjadi clownfish muda dan siap mencari anemon sebagai tempat tinggalnya Suharti, 1990.

E. Pengaruh Pergantian Air Terhadap Pemeliharaan Benih Clownfish.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup ikan dalam wadah budidaya terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal tersebut adalah umur, kemampuan adaptasi ikan, dan penyakit. Faktor eksternal meliputi kondisi lingkungan, populasi, dan ketersediaan pakan. Salah satu cara untuk menciptakan ligkungan ideal bagi ikan adalah melalui pergantian air Affandi dan Tang 2002. 11 Pergantian air berpengaruh terhadap kualitas air media pemeliharaan, terutama oksigen dan akumulasi racun sisa metabolisme. Oksigen yang semakin berkurang dapat ditingkatkan dengan pergantian air dan pemberian aerasi Goddard, 1996. Kandungan oksigen yang rendah menyebabkan nafsu makan menurun, yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ikan. Kandungan racun yang berbahaya dalam budidaya diantaranya adalah nitrogen. Nitrogen yang dibuang ikan ke perairan, 60-90 dalam bentuk amoniak, yang sangat toksik dan berbahaya bagi ikan bahkan dapat menyebabkan kematian ikan. Kadar amoniak sebaiknya kurang dari 0,1 mgL Boyd, 1990. Daya racun amoniak akan meningkat jika kadar oksigen dalam air rendah atau menurun. Pada budidaya ikan konsentrasi amoniak bergantung pada kepadatan populasi, metabolisme ikan, pergantian air, dan suhu. Meningkatnya kandungan amoniak dalam air dapat menyebabkan ikan cepat mengalami stress dan ikan mudah terkena penyakit, serta terganggu pertumbuhannya Boyd, 1990. Suhu merupakan faktor yang mempengaruhi laju metabolisme dan kelarutan gas dalam air Zonneveld et al, 1991. Suhu yang semakin tinggi akan meningkatkan laju metabolisme ikan namun respirasi yang terjadi semakin cepat sehingga mengurangi konsentrasi oksigen yang menyebabkan stres bahkan kematian pada ikan. Data parameter kualitas air pemeliharaan disajikan secara lengkap pada tabel 1. 12 Tabel 1. Parameter Kualitas Air Benih A. ocellaris No Parameter Kualitas Air Kisaran Nilai Standar Mutu 1 Suhu o C 27,5 - 29,5 Alami 2 Salinitas ppt 30,0 – 32,0 30 - 34 3 pH 7,6 – 8,5 7 – 8,5 4 DO mgl 4,0 – 5,0 4,0 5 Amoniak 0,030 – 0,082 0,3 6 Nitrit mgl 0,094 – 0,580 0,05 Sumber : Berdasarkan Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut KepMen Lingkungan Hidup No. 51 Th. 2004 Pengendalian Pencemaran Lingkungan Laut PP No. 24 Th. 1991 13

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai dengan bulan Nopember 2011, bertempat di laboratorium ikan Clownfish Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut BBPBL Lampung.

B. Materi Penelitian

1. Biota uji

Biota uji yang digunakan dalam penelitian adalah benih Clownfish Amphiprion ocellaris berukuran 1,3–1,5 cm dengan umur 21 hari, didapat dari laboratorium Clownfish Balai Besar Pengembangan air Laut BBPBL Lampung. Gambar 3. Biota uji penelitian 14

2. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian adalah akuarium 12 buah, instalasi aerasi, rak, blower, pipa paralon, timbangan digital, pakan komersil pellet dan pakan alami artemia dan benih clownfish sebanyak 480 ekor.

C. Desain Wadah Pemeliharaan

Desain wadah pemeliharaan pada penelitian menggunakan akuarium dengan ukuran 40cm x 40cm x 40cm dengan volume 40 Liter yang diletakkan pada lantai. Penjelasan secara lengkap disajikan pada gambar 4. Gambar 4. Desain Wadah Pemeliharaan Dari gambar 3 dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Tandon beserta filter 4. Akuarium 2. Aliran pemasukan air ke akuarium 5. Shelter 3. Inlet 6. Outlet 15

D. Desain Penelitian 1. Perlakuan

Penelitian terdiri atas empat perlakuan yaitu 500 volume air , 750 volume air, 1000 volume air, dan 1250 volume air, dengan tiga kali ulangan, Rancangan dalam penelitian adalah Rancangan Acak Lengkap RAL dengan model linier: Y ij = µ + β i + ε ij ; Steel dan Torrie, 1982 dimana: Y ij = nilai pengamatan akibat pengaruh pergantian air ke- 1, dan ulangan ke- k. µ = rataan percobaan β i = pengaruh perlakuan pergantian air ke-i ε ij = galat percobaan

2. Parameter yang Diamati

Parameter yang diamati dalam setiap pengamatan adalah: a. Pertumbuhan Berat Mutlak Menurut Effendi 1997, pertumbuhan berat mutlak dapat dinyatakan dengan rumus : Keterangan : G = Pertumbuhan mutlak gr Wt = Berat rata-rata akhir ikan gr Wo = Berat rata-rata awal benih ikan gr

b. Pertumbuhan Panjang Mutlak

Menurut Effendi 1997, pertumbuhan panjang mutlak dapat dinyatakan dengan rumus : Keterangan : G = Pertumbuhan mutlak cm Pt = Panjang rata-rata akhir ikan cm Po = Panjang rata-rata awal benih ikan cm G = Wt-Wo G = Pt-Po 16 c. Derajat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup atau survival rate SR dihitung dengan cara menghitung total ikan yang hidup di akhir perlakuan dan digunakan rumus Effendi 1979: SR = N t N x 100 Keterangan : SR = Derajat kelangsungan hidup N t = Jumlah ikan hidup pada akhir pemeliharaan ekor N = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan ekor

d. Kualitas air Kualitas air yang diamati pada penelitian adalah suhu, DO, pH, nitrat dan

Amoniak.

2. Pelaksanaan Penelitian a. Persiapan