menghasilkan senyawa semen, atau penambahan aktivator kimia seperti natrium
silikat sehingga menyebabkan pembentukan geopolimer www.silica.html.
2.1.2 Fly Ash kelas C
Fly ash yang dihasilkan dari pembakaran lignit atau batubara subbitumes, selain memiliki sifat pozzolanik juga memiliki sifat yang berfungsi sebagai semen.
Dengan keberadaan air, fly ash kelas C akan mengeras dari waktu ke waktu. Fly ash kelas C umumnya mengandung lebih dari 20 kapur CaO. Alkali dan sulfat SO
4
yang terdapat dalam fly ash kelas C umumnya lebih tinggi daripada fly ash kelas F www.silica.html.
2.2 Sifat Kimia dan Sifat Fisika Fly Ash
Sifat kimia dari Fly Ash batubara dipengaruhi oleh jenis batubara yang dibakar dan teknik penyimpanan serta penanganannya. Pembakaran batubara lignit
dan subbituminous menghasilkan abu terbang dengan kalsium dan magnesium oksida lebih banyak dari pada jenis bituminous. Namun, memiliki kandungan silika,
alumina, dan karbon yang lebih sedikit dari pada bituminous. Fly ash batubara terdiri dari butiran halus yang umumnya berbentuk bola
padat atau berongga. Ukuran partikel fly-ash hasil pembakaran batubara bituminous lebih kecil dari 0,075 mm. Kerapatan fly-ash berkisar antara 2100 sampai 3000 kgm
3
dan luas area spesifiknya diukur berdasarkan metode permeabilitas udara Blaine antara 170 sampai 1000 m
2
kg, sedangkan ukuran partikel rata-rata flyash batubara jenis sub-bituminous 0,01mm
– 0,015 mm, luas permukaannya 1-2 m
2
g, massa jenis specific gravity 2,2
– 2,4 dan bentuk partikel mostly spherical, yaitu sebagian besar berbentuk seperti bola, sehingga menghasilkan kelecakan workability yang lebih
baik Nugroho,P dan Antoni, 2007 Nck, 2010.
Tabel 2.1 Komposisi kimia fly ash PLTU Paiton-Probolinggo : No Komposisi Kimia
Satuan Abu Batubara dari PLTU Paiton
1. SiO
2
30,25 – 36,83
2. Al
2
O
3
14,52 – 23,78
3. Fe
2
O
3
13,46 – 19,94
4. CaO
11,40 – 16,57
5. MgO
5,360 – 8,110
6. Mn
3
O
4
0,140 – 0,480
7. Na
2
O 0,250
– 0,740 8.
K
2
O 0,630
– 1,320 9.
TiO
2
0.830 – 1,050
10. SO
3
3,010 – 7,280
11. P
2
O
3
0.630 – 3,750
Sumber : PJB Paiton 2002
2.3 Silika SiO
2
Silikon dioksida atau silika adalah salah satu senyawaan kimia yang paling umum. Silika murni terdapat dalam dua bentuk yaitu kuarsa dan kristobalit. Silikon
selalu terikat secara tetrahedral kepada empat atom oksigen, namun ikatan-ikatannya mempunyai sifat yang cukup ionik. Dalam kristobalit, atom-atom silikon ditempatkan
seperti halnya atom-atom karbon dalam intan dengan atom-atom oksigen berada di tengah dari setiap pasangan. Dalam kuarsa terdapat heliks sehingga terbentuk kristal
enansiomorf. Kuarsa dan kristobalit dapat saling dipertukarkan apabila dipanaskan. Proses ini lambat karena dibutuhkan pemutusan dan pembentukan kembali ikatan-
ikatan dan energi pengaktifannya tinggi. Silika relatif tidak reaktif terhadap Cl
2
, H
2
, asam-asam dan sebagian besar logam pada suhu 25
o
C atau pada suhu yang lebih tinggi, tetapi dapat diserang oleh F
2
, HF aqua, hidroksida alkali dan leburan-leburan karbonat Cotton, 1989.
Bentuk-bentuk silika merupakan beberapa struktur kristal yang penting bukan saja karena silika merupakan zat yang melimpah dan berguna, tetapi karena
strukturnya SiO
4
adalah unit yang mendasar dalam kebanyakan mineral. Kristal silika memiliki dua ciri utama yaitu:
1. setiap atom silikon berada pada pusat suatu tetrahedron yang terdiri dari
empat atom oksigen. 2.
setiap atom oksigen berada ditengah-ditengah antara dua atom silikon Keenan,1992.
2.4 Sifat Fisika dan Sifat Kimia Silika 2.4.1 Sifat Fisika