Marketing of Multipurpose Tree Products Developed by Agroforestry system in Lampung Province
PEMASARAN HASIL BUAH POHON SERBAGUNA DENGAN
POLA AGROFORESTRI Dl PROPINSI LAMPUNG
Oleh
KHAIRIDA
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002
ABSTRACT
KHAIRlDA. Marketing of Multipurpose Tree Products Developed by Agroforestry
system in Lampung Province. Under the direction of DIJDUNG DARUSMAN and
JAMES ROSHETKO
The objectives of this research were to study marketing channel for
multipurpose trees product with agroforestry system, to analyze market integration
through vertical price correlatibn and price transmission elasticity, and to analyze the
efficieny of multipurpose tress product marketing system in Lampung.
The research was conducted on October until Nopember 2001 at eight
selected regencies, seventen districts and twenty one villages in Lampung Propince
which were the center of production areas of multipurpose tree produced by
community forest. Analysis method for data are kualitatif (market organization) and
kuantitatif analysis (marketing margin, price correlation coefisien, price transmission
elasticity, and econometric (simple regretion). The dominance multipurpose tree
species were Petai (Parkia speciosa Log), Jengkol (Phitelobium piringa), Jackfruit
(Artocarpus integra), Melinjo (Gnetum gnemon), Candlenut fruit (Aleurites
moluccana Wild), Sugar palm (Arenga pinnata), Cinnamon (Cinnamomum
burmanii).
The patterns of marketing channel had five channels: farmers -+ end
consumer (I" Channel), farmers -+ collector trader 1 -+ end consumer (2"d Channel),
farmers + collector trader 1 -+ collector trader 2 -+ end consumer (3* Channel),
farmers + collector trader 1 -+ collector trader 2 -+ grocer trader -+ end consumer
(4" Channel), farmers -+ collector trader 1 -+ collector trader 2 -+ grocer trader -+
retailer trader -+ end consumer (5" Channel).
Margin distribution analysis showed that the highest price level that the
highest price level received by farmer was at channel 1 for Petai (81,78 %), Jengkol
(91,66 %), Melinjo (36,96 %), Candlenut fruit (89,88 %), Sugar palm 77,14 %),
Jackfruit (80 %).
According to market integration analysis (price correlation between price at
consumer and farmer level high. Those results showed indicates of inperfect
competition and inperfect market system
ABSTRAK
KHAIRIDA. Pemasaran Hasil Buah Pohon Serbaguna dengan Pola Agroforestri di
Propinsi Lampug. Di bimbing oleh DUDUNG DARUSMAN sebagai ketua dan
JAMES M. ROSHETKO sebagai anggota komisi pembimbing.
Penelitian ini bertujuan untuk, mengetahui saluran pemasaran tanaman serbaguna
didaerah-daerah sentra produksi di Propinsi Lampung, mengetahui distribusi marjin
pemasaran tanaman serbaguna di Propinsi Lampung, menganalisis integrasi pasar,
yaitu melalui analisis korelasi harga secara vertikal dan elastisitas transmisi,
Menganalisis efisiensi sistem pemasaran tanaman serbaguna di Propinsi Lampung.
Penelitian ini dilaksanakan di Propinsi Lampung. Lokasi penelitian berada
pada 6 kabupaten, (Way kanan, Tulang bawang, Lampung selatan, Lampung timur,
Lampung Utara, Lampung barat) dan 2 kota, (kota Metro dan kota Bandar lampung);
17 kecamatan dan 21 desa. yang dilakukan selama 2 bulan.Pola tanam yang
diterapkan oleh petani responden adalah kebun campuran atau secara turnpangsari
antara tanaman perkebunan, buah-buahan dan pangan, yang merupakan tanaman
utama di lahan tersebut.
Lembaga-lembaga yang terlibat dalam pemasaran hasil pohon serbaguna
adalah petani, pedagang pengumpul, pedagang grosir dan pedagang pengecer.
Saluran pemasaran untuk tanaman. Pola saluran pemasaran hasil pohon serbaguna
lebih beragam yang memiliki 5 saluran pemasaran yaitu : Saluran pemasaran 1
(Petani konsumen akhir). Saluran 2 (Petani - pedagang pengecer - konsumen
akhir). Saluran 3 (Petani - Pedagang Pengumpul - pedagang Pengecer -konsumen
akhir). Saluran 4 (Petani - Pedagang Pengumpul - Pedagang Grosir Pedagang
Pengecer - konsumen akhir). Saluran 5 (Petani - Pedagang Pengumpul 1 - Pedagang
Pengumpul2 - Pedagang Grosir - Pedagang Pengecer - Konsumen a b r ) .
Hasil analisis integrasi pasar (korelasi harga) untuk hail pohon serbaguna yaitu :
Petai, Aren, Nangka dan Jengkol di lokasi penelitian adalah : Petai : Pf = - 83 +
0.667 Pr ; r = 0,606, dan ET -= 0,852. Gula Aren : Pf - 548 + 0.747 Pr ; r 0,333,
dan ET = 0,7798. Nangka : Pf = 644 + 0.248 Pr ;r = 0,107, dan ET = 0,157. Jengkol :
Pf = - 766 + 0.646 Pr ;r = 0,548, dan ET = 0,635.
Keadaan pasar di propisi Lampung kurang terintegrasi, ha1 ini ditunjukkan
dengan nilai r ( koefisien korelasi harga ) k m g dari satu, dan hasil pengujian untuk
kondisi pasar melalui uji t dengan hipotesis H, : p = 1 , H.: P # 1 pada taraf a 0.005
untuk komoditi petai, 0,050 pada komoditi gula aren, 0,200 pada komoditi nangka,
dan 0,005 pada komoditi jengkol, berarti bahwa pasar untuk pohon serbaguna yang
dianalisis clan tingkat petani ke konsumen (temtama di Bandar Lampung), kurang
bersaing secara sempurna. Pasar ini cendrung bersifat oligopsonistik. Nilai elastisitas
transmisi (ET) untuk komoditi petai adalah sebesar = 0,852 ; komoditi gula aren
adalah sebesar = 0,7798; komoditi nangka adalah sebesar = 0,157 dan komoditi
jengkol adalah sebesar -= 0,635.
Berdasarkan hasil analisis penyebaran margin, korelasi harga dan elastisitas harga
untuk komoditi petai, gula aren, nangka dan jengkol menunjukkan hasil dan memberi
gambaran bahwa sistem pemasaran di daerah Lampung belum efisien dan tidak
bersaing sempurna.
-
-
-
-
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :
PEMASARAN HASIL BUAH POHON SERBAGUNA DENGAN POLA
AGROFORESTRI DI PROPINSI LAMPUNG adalah benar hasil karya saya sendiri
dan belum pemah dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan
telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor Oktober 2002
PEMASARAN HASIL BUAH POHON SERBAGUNA DENGAN
POLA AGROFORESTRI DI PROPINSI LAMPUNG
KHAIRIDA
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITU(TPERTANIAN BOGOR
2002
Judul Tesis
: Pemasaran Hasil Uuah Pohon Serbaguna dengan I'ola
Agroforestri di Propinsi Lampung
Nama
: Khairida
Nomor Pokok
: P14500033
Program Studi
: Ilmu Pengetahuan Kehutanan
Menyetujui,
g
MA.
Prof. Dr. Ir. H. ~ u d u n Darusman.
Ketua
James Roshetko, M.Sc.
Anggota
Mengetahui,
2. Ketua Program Studi IPK
Prof. Dr. Ir. C e c e ~Kusmana, MS.
Tanggal Lulus : 7 Oktober 2002
Program Pascasarjana
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan Sumatera Utara pada tanggal 20 April 1976
dari pasangan H. M. Syaharuddin dan Hj. Khairani. Penulis merupakan anak
keenam d m delapan bersaudara.
Menyelesaikan sekolah dasar bersubsid Mandala Medan Tahun 1988,
sekolah lanjutan pertama di SMP Negeri XI Medan Tahun 1991, dan sekolah lanjutan
atas di SMA Wiyata Dhanna tahun 1994. Pendidikan sarjana ditempuh di Program
Studi Agronomi, Fakultas Pertanian, lulus pada tahun 1998. Selama mengikuti
pendidikan Sarjana penulis pernah menjadi Asisten pa& mata kuliah Botani dan
Biologi pada tahun 1996-1998 di Fakultas Pertanian Universitas Medan Area.
Kemudian pada tahun 2000, penulis diterima di Program Studi Ilmu Pengetahuan
Kehutanan pada Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dan m e n a m a h y a
pada tahun 2002.
PRAKATA
Alhamdulillahirabbil'alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke
hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, berkat, hidayah dan karunia-Nya
sehingga penelitian dan penulisan tesis yang bejudul Pemasaran Hasil Buah Pohon
Serbaguna dengan Pola Agroforestri di Propinsi Lampung dapat diselesaikan.
Penulisan tesis ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam penyelesaian
studi di program Magister Sains pada Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan
Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang talc terhlngga
dan penghargaan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Dudung Darusman, MA. dan Bapak James Roshetko,
M.Sc. selaku komisi pembimbing atas nasehat, bimbingan, arahan, bantuan,
pengertian dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan
penulisan tesis ini.
2. Bapak Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS. atas kesediaannya sebagai penguji luar
komisi dan saran-sarannya.
3. International Centre For Researclz
In Agroforestry (ICRAF) yang telah
mendanai penelitian ini.
4. Ayahanda dan Ibunda serta kakak-kakak dan adik-adik penulis atas pengertian,
dorongan, doa dan kasih sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi
ini dengan baik.
5. Abang Khairul Anwar SH. yang telah banyak membantu memberikan dorongan
moril dan materil sehingga penulis memperoleh gelar Magister Sains.
6. Bapak Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS. atas dorongan moril dan semangat
dalam menempuh studi di IPB.
7. Mba Ir. Yulianti M.Si. atas nasehat, bimbingan, arahan dan bantuan di lapangan
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis.
8. Sahabatku Hesti Meilina ST. (Mahasiswi Pasca Sarjana TIP angkatan 2000) dan
Rommy Qurniati SP, M S . atas bantuan moril, semangat, kesabaran dan
persahabatan yang tulus.
9. Sahabat-sahabat alumni UNILA angkatan 95 ( h u l a , Yeni, Liza, Ridwan, h b o ,
Zaini, Dedi, Nurul, Uweng, Mirhan) atas kerjasama yang baik di lapangan.
10.Seluruhsahabat-sahabat IPK angkatan 2000 atas segala bantuan dan dukungannya.
11. Sahabat-sahabat di Pondok Malea yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu
atas saran, bantuan dan kerjasama selama kebersamaan di Pondok Malea.
12. Kepada semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu per
satu.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Namun
demikian penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat b a semua
~
pihak yang
membutuhkan.
Bogor, Oktober 2002
Penulis
DAFTAR IS1
Halaman
DAFTAR TABEL.....................................................................
v
DAFTAR GAMBAR ..................................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................
vii
PENDAHULUAN ............................................................................................
Latar Belakang ........................................................................................
Perurnusan Masalah ..................................................................................
Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................
Konsepsi Agroforestri ...............................................................................
Pemasaran .................................................................................................
Hipotesis....................................................................................................
. .
Kerangka Pemlklran..................................................................................
METODOLOGI PENELITIAN .......................................................................
h k a s i dan Waktu Penelitian ....................................................................
Konsep Dasar dan Definisi Operasional ....................................................
Metoda Pengumpulan Data ........................................................................
Data .yang
Diperlukan.................................................................................
.
Anal~slsData
.............................................................................................
. .
Anal~s~s
margin pemasaran ..................................................................
Analisis koefisien korelasi harga .........................................................
Analisis elastisitas transmisi harga ......................................................
. .
. .
Analls~sorganlsasl pasar ......................................................................
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN ...............................................
..
Deskripsi Daerah Penel~t~an
.......................................................................
..........................................................................
Kota Bandar Lampung ..........................................................................
1
1
3
7
8
8
10
19
20
22
Kabupaten Lampung Utara .................................................................
Kabupaten Lampung Selatan ........................... .
.
..............................
HASIL PENGAMATAN..................................................................................
Status Produk .............................................................................................
Saluran Pemasaran .....................................................................................
Pennintaan .................................................................................................
Pennasalahan Produksi ..............................................................................
ANALISIS PEMASARAN HASIL POHON SERBAGUNA...........................
Margin Pemasaran .......................................................................................
Penyebaran Margn Pemasaran Komoditi Petai ....................................
Penyebaran Margin Pemasaran Komoditi Jengkol ...............................
Penyebaran Margin Pemasaran Komoditi Melinjo ...............................
Penyebaran Margin Pemasaran Komoditi Kemiri ................................
Penyebaran Margin Pemasaran Komoditi Kayu Manis ........................
Penyebaran Margin Pemasaran Komoditi Gula Aren ...........................
Penyebaran
Margin Pemasaran Komoditi Nangka ...............................
. .
Anal~s~s
Korelasi Harga.................................................................................
Analisis
Elastisitas Transmisi Harga.............................................................
. .
Orgamsas~Pasar ............................................................................................
Struktur Pasar ........................................................................................
Prilaku Pasar..........................................................................................
KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................................
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................
LAMPIRAN .....................................................................................................
DAFTAR TABEL
No
Teh
Halaman
1. .Luas Wilayah Propinsi Lampung Menurut Kabupatenl
Kota Tahun 200 1 (Ha)............................................................................
2. Daerah Penelitian Hasil Pohon Serbaguna dI Propinsi
Lampung Tahun 200 1.............................................................................
3. Status Produk has1 Pohon Serbaguna di Propinsi Lampung
Tahun 2001 .............................................................................................
4. Sistem Penjulan Hasil Pohon Serbaguna di Propinsi Lampung
Tahun 200 1.............................................................................................
5. Sebaran margin, harga dan biaya pemasaran komoditi Petai
(Parkia spesiosa. Log) dl Propinsi Lampung Tahun 200 1....................
6. Ratio keuntungan masing-asing lembaga untuk setiap saluran
pemasaran komodi petai .........................................................................
7. Sebaran margin, harga dan biaya pemasaran komoditi Jengkol
(Phitelobiumpiringa ) dI Propinsi Lampung Tahun 2001 ....................
8. Ratio keuntungan masing-asing lembaga untuk setiap saluran
pemasaran komodi Jengkol ....................................................................
9. Sebaran margin, harga dan biaya pemasaran komoditi
Melinjo (Gnetum gnemon) di Propinsi Lampung Tahun 2001 .............
10. Ratio keuntungan masing-asing lembaga untuk setiap saluran
..
pemasaran komodi Melmnjo ....................................................................
11. Sebaran margin, harga dan biaya pemasaran komoditi Kemiri
(Aleurite molucana, wield) di Propinsi Lampung Tahun 2001 .............
12. Ratio keuntungan masing-asing lembaga untuk setiap saluran
..
pemasaran komodi Kem~n.....................................................................
13. Sebaran margin, harga dan biaya pemasaran komoditi Kayu
Manis (Cinnamomum burmunni) di Propinsi Lampung Tahun 200 1...
14. Ratio keuntungan masing-asing lembaga untuk setiap saluran
pemasaran komodl Kayu Manis .............................................................
15. Sebaran margin, harga dan biaya pemasaran komoditi Gula Aren
(Aleurite molucana, wield ) dl Propinsi Lampung Tahun 2001 ...........
16. Ratio keuntungan masing-asing lembaga untuk setiap saluran
pemasaran komodi Gula Aren ................................................................
17. Sebaran margin, harga dan biaya pemasaran komoditi Nangka
(Artocarpus integra ) dl Propinsi Lampung Tahun 2001 ......................
DAFTAR LAMPIRAN
No
1
Halaman
Teks
Perkembangan harga Petai tahun 2001 ......................................................
2 Perkembangan harga Gula Aren tahun 2001..............................................
3. Perkembangan harga Nangka tahun 2001 ..................................................
4 . Perkembangan harga Jengkol tahun 2001 ..................................................
5. Lokasi produsen .........................................................................................
6. Peta lokasi penelitian di Propinsi Lampung...............................................
7. Kebun campuran yang diusahakan petani ..................................................
8. Komoditi Petai siap dipasarkan (dalam satuan empong) ...........................
9. Kebun campuran yang diusahakan petani (tanaman Lada dan pohon Jengkol
10. Pengupasan kulit Kemiri sebelum dipasarkan .............................................
11. Jenis Penggunaan Lahan per KabupatenIKota di Propinsi Lampung 2001..
vii
DAFTAR GAMBAR
1
Kerangka
. . pemikiran pemasaran buah hasil agroforestri di
Proplnsl Lampung .....................................................................................
21
2. Saluran Pemasaran Pohon Serbaguna di propinsi Lampung Tahun 2001...
51
3. Saluran Pernasaran secara umum dan komponen utamanya........................
54
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan mempunyai peran ekonomi sangat penting, baik secara makro sebagai
sumber devisa negara maupun secara mikro sebagai sumber pendapatan masyarakat
sekitar hutan. Kedua peranan di atas harus berjalan secara bersama, yaitu disamping
penciptaan devisa yang tern meningkat juga pendapatan masyarakat yang selalu
bettambah. Untuk dapat memenuhi peranan tersebut, maka produktivitas hutan harus
semakin ditingkatkan. Hal ini juga h a m didukung oleh sumberdaya manusia yang
bijaksana dalam mengelola sumberdaya tersebut.
Di sisi lain, sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan tingkat
pendapatan, maka kebutuhan hidup manusia, seperti pangan, sandang dan papan juga
mengalami peningkatan, baik secara kuantitas maupun kualitas. Tuntutan kebutuhan
hidup ini menyebabkan tejadinya tekanan terhadap sumberdaya alam, khususnya
hutan, sehingga tidak mampu memberikan manfaat yang optimal.
Peran serta masyarakat didalam mengelola sumberdaya hutan yaitu ikut
melestarikan sumberdaya alam tersebut dengan melalui pengelolaan, baik didalam
kawasan konsewasi maupun hutan rakyat dalam kegiatan-kegiatan kehutanan
masyarakat terutama agroforestri, yang dilaksanakan dengan pola tertentu dan
disesuaikan dengan fungsi, kondisi dan manfaat dan masing-masing status kawasan
hutan. Salah satu Konsep agroforestri adalah pemanfaatan lahan secara optimal
dengan mengkombinasikan sistem-sistem produksi baik itu tanaman serbaguna
(multipurpose tree species) tanaman-tanaman semusim, maupun hortikultura. Yang
bertujuan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat.
2
Hasil-hasil produk yang dihasilkan dengan pola agroforestri didalam satu sub
sektor kehutanan selain kayu, juga yang menjadi andalan adalah jenis tanaman
serbaguna (multipurpose treess) . Pada masa yang akan datang tantangan utama
dalam pengembangan sub sektor tanaman yang dihasilkan dari pola agroforestri ini
adalah bagaimana agar mampu meningkatkan efisiensi baik disektor produksi, pasca
panen, maupun pemasaran. Peningkatan efisiensi dalam pengembangan agribisnis
tanaman serbaguna mempakan kata kunci yang tidak dapat ditawar-tawar lagi, karena
keberhasilan agribisnis akan
sangat bergantung pada
kemampuan untuk
meningkatkan daya saing komoditas dalam negeri, baik di pasar domestik maupun
tradisional dan pasar intemasional (Dirjend Bina Tanaman Pangan dan Hortikultura,
1999).
Komoditas yang dihasilkan dengan p l a agroforestri khususnya pohon
serbaguna (multipurpose tree) mempakan salah satu potensi kehutanan dan pertanian
di Indonesia yang mempunyai ptensi yang cukup besar untuk ditumbuh
kembangkan, karena hasil dari pohon serbaguna ini selain buah, kayu, daun dapat
dmanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat dan peluang pasar Peluang pasar baik
dalam negeri maupun luar negeri masih terbuka lebar. Peluang pasar dalam negeri
menunjukkan adanya peningkatan permintaan dari salah satu jenis tanaman serbaguna
yaitu sekitar lima persen. terutama setelah peranan sektor migas terhadap devisa
mulai menurun.
Propinsi Lampung yang memiliki luas wilayah 3.301.545 hektar, terdiri dari
10 kabupatenl kota, dengan 82 kecamatan dan 2018 desa, dan jumlah penduduk
6.998. 535 jiwa (BPS, 2000). Sebahagian penduduknya bercocok tanam dengan
3
memanfaatkan dan mengusahakan tanaman serbaguna hasil agroforestri, dan banyak
diusahakan petani di kawasan hutan rakyat, yang dikembangkan melalui program
Bantuan Penghijauan dan sumber dana inpres (data tahun 199411995). Karena
banyaknya pertnintaan pasar baik didalam maupun diiuar propinsi oleh sebab itu
diusahakan bagaimana meningkatkan produksi tanaman.
Pengelolaan
hasil-hasil agroforestri dihutan rakyat sampai saat ini masih
dilakukan secara tradisional sehingga hasil yang diperoleh kurang menguntungkan.
Didalam subsistem pemasaran, ternyata sebagian besar petani masih sangat rendah
pengetahuannya dalam ha1 memasarkan hasil-hail hutan Di lain pihak, informasi
pasar masih sangat kurang dan disertai kurangnya permodalan yang dimilikinya
menyebabkan peranan tengkulak dalam penentuan harga pasar dan volume
perdagangan masih sangat dominan.
Pemasaran merupakan kegiatan penting dalam mengusahakan lahan pertanian,
yaitu kegiatan penyampaian komoditi dari produsen ke konsumen. Kegiatan
pemasaran antara lain mengenai masalah pengangkutan, distibusi, standarisasi,
pengepakan, pengujian dan penetapan harga.
Perurnusan Masalah
Tanaman yang dihasilkan dari pola agroforestri berbeda namun memiliki
beberapa kesamaan pokok bila dilihat dari ciri produknya, diantaranya bersifat
meruah sehingga sulit dan mahal dalam pengangkutannya, komponen utama mutu
berbagai jenis komoditi ini ditentukan oleh harga pasar, kualitas serta kuantitas
komoditi tersebut. Berdasarkan ciri-ciri tersebut, maka kegiatan pembudidayaan
4
tanaman harm dilakukan secara intensif termasuk pada pengolahan pasca panen,
transportasi, pengemasan maupun distribusi dan pemasarannya.
Pengusahaan produk-produk yang dihasilkan dengan pola agroforestri ini,
mulai dari subsistem produksi hingga subsistem pemasaran, membutuhkan modal
yang cukup besar atau bersifat padat modal, karena resiko yang harus ditanggung
oleh lembaga tataniaga ini juga cukup tinggi. Beberapa resiko yang ditanggung dalam
memasarkannya berupa
resiko kerusakan
tanaman,
keterlambatan dalam
pengangkutan karena jauhnya jarak antara produsen dan konsumen, resiko keuangan
dan lain-lain.
Penanggulanga dilakukan untuk memperkecil tingkat resiko yang dihadapi
perusahaan dapat secara formal maupun informal. Cam formal dapat dilakukakan
dengan asuransi, sedangkan cam informal dapat dilakukan dengan melakukan strategi
diversifikasi produk yang dipasarkan. Dengan melakukan strategi diversifikasi maka
diharapkan tingkat resiko dapat ditekan. (Harahap, 1995)
Pada pemasaran hasil-hasil agroforestri haruslah melewati berbagai lembaga
pemasaran dalam suatu sistem pemasaran. Sistem pemasaran yang produktif dan
efisien tergantung pada efisiensi penggunaan sumberdaya dan dalam proses
penciptaan kegunaan waktu, kegunaan bentuk, dan kegunaan tempat dalam
pergerakan barang dan jasa dari kegiatan produksi atau pengelolaan.
Propinsi Lampung yang memproduksi berbagai jenis tanaman dengan pola
agroforestri juga menjadi salah satu basil pertanian dan kehutanan tetapi kebutuhan
yang ingin dicapai tidak terlalu memuaskan. Salah satu contoh tanaman serbaguna
yaltu Melinjo, walaupun di luar Jawa Lampung merupakan penghasil
Melinjo
5
terbesar setelah Sumatera Utara yaitu sekitar 15 ribulton (44,90 %). Jenis komoditi
ini belum begitu memuaskan jika dibandingkan dengan propinsi lain seperti
Kalimantan dan Sumatera. Karena kebutuhan dan permintaan terus meningkat. Untuk
itu peluang peningkatan produksi tanaman yang dihasilkan dengan pola agroforestri
yang banyak diusahakan harus dikembangkan, oleh sebab itu aspek pemasaran dalam
menentukan komoditi ini harus diperhatikan.
Menurut Soekartawi (1993) bahwa kelemahan dalam sistem kehutanan di
negara berkembang seperti Indonesia adalah kurangnya perhatian &lam bidang
pemasaran. Fungsi-fimgsi pemasaran sering tidak bejalan seperti yang diharapkan
sehingga efisiensi pemasaran terbatas.
Sebagai indikator efisiensi pemasaran relatif, sering dipergunakan analisis
marjin pemasaran dan korelasi harga yang mencerminkan tingkat keterpaduan pasar
(integrasi pasar). Marjin pemasaran terdiri dan biaya pemasaran clan keuntungan
lembaga pemasaran. Melalui analisis marjin &pat diketahui apa yang menjadi
penyebab tingginya marjin tersebut, sehingga dapat dicarikan pemecahan
masalahnya. Diharapkan distribusi marjin dapat menyebar secara wajar diantara
komponen pemasaran maupun tingkat petani. Melalui analisis korelasi harga dapat
diketahui perilaku pasar (market conduct) dalam pemasaran hasil-hasil tanaman
dengan pola agroforestri di wilayah Lampung. Efisiensi pemasaran juga ditentukan
oleh keadaan struktur pasar pada setiap mata rantai saluran pemasaran, dengan
melakukan pengamatan mengenai organisasi pasar.
Upaya untuk memperbaiki tingkat harga yang diterima petani dapat dilakukan
melalui perbaikan sistem pemasaran yaitu meningkatkan efisiensi pemasaran
berbagai jenis tanaman baik di lahan pertanian maupun di kawasan hutan rakyat.
Hampir semua perubahan yang diusulkan dalam pemasaran suatu komoditas tanaman
adalah berdasarkan alasan efisiensi. Penyebab utamanya adalah karena dengan
efisiensi yang lebih tinggi berarti memberikan keragaan yang lebih baik, sedangkan
penurunan tingkat efisiensi mencerminkan keragaan yang buruk. Masalah efisiensi
pemasaran berhubungan dengan masalah menyalurkan barang-barang dan jasa dari
produsen menurut tempat, waktu dan bentuk yang diinginkan oleh konsumen dengan
biaya yang serendah-rendahnya sesuai dengan tingkat'teknologi yang ada.
Berkaitan dengan masalah-masalah di atas, salah satu faktor yang hams
diperhatikan secara lebih mendalam terhadap kegiatan produksi pertanian dan hutan
di Propinsi Lampung, adalah sistem pemasarannya. Kesuksesan dalam meningkatkan
volume produksi tidak ada artinya tanpa dibarengi kesuksesan pemasaran. Untuk itu
perlu diketahui bagaimanakah kineja dan efisiensi sistem pemasaran hasil-hasil
agroforestri, lebih jelas tentang peredaran berbagai jenis tanaman yang
diperdagangkan dipasaran dan apakah kualitas tanaman tersebut mempenganh
tingkat harganya.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui saluran pemasaran pohon serbaguna di daerah-daerah sentra
produksi di Propinsi Lampung
2. Mengetahui distribusi marjin pemasaran pohon serbaguna & Propinsi
Lampwg
3. Menganalisis integrasi pasar, yaitu melalui analisis korelasi harga secara
vertikal dan elastisitas transmisi.
4. Menganalisis efisiensi sistem pemasaran pohon serbaguna
di Propinsi
Lampung.
Penelitian ini diharapkan berguna untuk membantu para pembuat kebijakan
dengan penyediaan informasi mengenai sistem pemasaran pohon serbaguna. Dengan
demikian pemerintah dapat menentukan alternatif apa yang perlu diambil terlebih
dahulu dalam rangka perbaikan pemasaran
dan pembuatan perencanaan serta
keputusan untuk pengembangan di bidang produksi kawkan hutan rakyat di Propinsi
Lampung.
TINJAUAN PUSTAKA
Konsepsi Agroforestri
Definisi agroforestri telah cukup lama diberikan oleh King dan Chandler
(1978) yaitu suatu sistem pengelolaan lahan dengan berasaskan kelestarian yang
meningkatkan hail lahan secara keseluruhan, mengkombinasikan produksi tanaman
pertanian (termasuk tanaman pohon-pohonan) dan tanaman hutan danlatau hewan
secara bersamzan atau bentrutan pada unit lahan yang sama, dan menerapkan caracara yang sesuai dengan kebudayaan setempat.
Selanjutnya dalam suatu seminar mengenai agroforestri dan perladangan
berpindah yang diselenggarakan oleh Direktur Jendral Kehutanan di Jakarta tahun
1981, tersimpul definisi agroforestri sebagai berikut : " Suatu metode penggunaan
lahan secara optimal, yang mengkombinasikan sistem-sistem produksi biologis yang
berotasi pendek dan panjang (suatu kombinasi produksi kehutanan dan produksi
biologis lainnya) dengan suatu cara berdasarkan asas kelestarian, secara bersamaan
atau bentrutan, dalam kawasan hutan atau diluarnya, yang bertujuan mencapai
kesejahteraan rakyat. (Satjapradja
4, 1981).
Nair (1989) memberikan definisi agroforestri yang lebih lengkap yaitu :
"suatu nama kolektif untuk sistem-sistem penggunaan lahan dan teknologi, dimana
tanaman keras berkayu (pohon-pohonan, perdu, jenis-jenis palm, bambu, dan
sebagainya) ditanam secara bersamaan dengan tanaman pertanian , danlatau hewan,
dengan suatu tujuan tertentu dalam suatu bentuk pengaturan spasial atau urutan
temporal, dan di dalamnya terdapat interaksi-interaksi ekologi dan ekonomi di antara
komponen yang bersangkutan.
9
Adapun bentuk-bentuk agroforestri menurut (King 1978) adalah sebagai
berikut ;
1.
Agrisilviculture, yaitu penggunaan lahan secara sadar dan dengan
pertimbangan yang masak untuk memproduksi sekaligus hasil-hail pertanian
dan kehutanan.
2. Silvopastoral system, yaitu sistem pengelolaan lahan hutan untuk
menghasilkan kayu dan juga untuk memelihara ternak.
3. Agropastoral system, yaitu sistem pengelolaan lahan untuk memproduksi
hasil pertanian dan kehutanan secara bersamaan dan sekaligus untuk
memelihara hewan ternak.
4. Multipurpose Forestry Tree Production System, yaitu sistem pengelolaan
hutan dengan menanam berbagai jenis kayu yang tujuannya tidak saja
menghasilkan kayu tetapi juga daun-daunan dan buah-buahan yang dapt
digunakan sebagai bahan makanan manusia ataupun ternak.
Menurut Kartasubrata (1992) bahwa dalam pengembangan dan penerapan
agroforesti terdapat beberapa model (bentuk) yaitu : pengembangan lingkungan,
model usahatani, dan model bisnis agroforestri. Pengembangan tersebut tidak terlepas
dan dukungan kelembagaan baik yang bersifat formal maupun informal.
Model pengembangan lingkungan diusulkan oleh Cruz dan Vergara (1987)
menunjukkan peran agroforestri dalam perlindungan dan rehabilitasi lahan-lahan
kritis dipegunungan. Pada model
ini agroforestri dikembangkan melalui
pemberdayaan faktor sumberdaya alam dengan lingkungan untuk mendapatkan
10
manfaat langsung (perlindungan dan rehabilitas~lahan) dan manfaat jangka panjang
(peningkatan produksi dan perbaikan gizlkesehatan).
Model usahatani disarankan oleh Soegianto (1991) bahwa sistem agroforestri
dikembangkan melalui pendekatan usahatani, dimana petani menentukanlrnemilih
teknologi agroforestri yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan alam dan sosial
ekonomi baik yang bersifat eksternal maupun internal.
Model bisnis agroforestri menurut Soegianto (1991) dikembangkan dengan
pengaruh kebijaksanaan pemerintah dalam pemasaran hasil-hasil kegiatan
agroforestri. Dalam model ini agroforestri hanya merupakan bagianlsubsistem dari
sistem keseluruhan (pemberian input, proses pasca panen, dan pemasaran).
Pemasaran
Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhaan dari kegiatan bisnis yang
ditujukan untuk
merencanakan,
menentukan
barga,
mempromosikan dan
mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan ,baik kepada pembeli
yang ada maupun pembeli potensial (Sumami dan Soeprihanto , 1993).
Pemasaran merupakan bagian penting dari keberhasilan suatu bisnis.
Pemasaran menghubungkan apa yang pelanggan inginkan dengan apa yang produsen
dapat memproduksikan dan menawarkan dengan suatu keuntungan. Dengan kata lain,
pemasaran memberitahukan produsen apa dan berapa banyak untuk memproduksi,
dan bagaimana, kapan, dan di mana untuk menyampaikan produk tersebut. Produsen
kemudian menggunakan informasi ini untuk menghasilkan produk dan layanan yang
tersedia untuk pelanggan dalam cara yang paling diinginkan dan efisien (Forestry
Departement FAO, 1996).
II
Pemasaran atau marketing mempakan semua kegiatan yang betujuan untuk
memperlancar arus barang atau jasa dari produsen ke konsumen secara efisien dengan
maksud untuk menciptakan permintaan efektif. Definisi tersebut menunjukkan bahwa
kegiatan pemasaran bukanlah semata-mata kegiatan untuk menjual barangljasa, sebab
kegiatan sebelum dan sesudahnya juga mempakan suatu kegiatan pemasaran.
Meskipun demikian, setiap kegiatan tersebut hams dilakukan secara efisien sehingga
secara ekonomis dapat dipertanggungjawabkan (Hasyim, 1994).
Pemasaran pada prinsipnya mempakan aliran barang dari produsen ke
konsumen, dan aliran pemasaran ini tejadi karena adanya lembaga pemasaran
Peranan lembaga pemasaran ini sangat tergantung dari sistem pasar yang berlaku dan
karakteristik aliran barang yang dipasarkan. Oleh karena itu kita mengenal istilah
saluran pemasaran atau marketing chanel. Lembaga pemasaran memegang peranan
penting dan juga menentukan dalam saluran pemasaran (Soekartawi, 1993).
Menurut Saefuddin (1981) bahwa penelaahan pemasaran akan memberikan
dasar-dasar pengertian tentang sistem pemasaran yang digunakan untuk identifikasi
dan analisis masalah pemasaran komoditi. Hasil yang dicapai dalam penelaahan
pemasaran antara lain berupa skema arus komoditi.
Skema arus komoditi v o w of goods) akan menerangkan saluran atau pola
pemasaran yang memungkinkan kegiatan pemasaran dapat lebih efisien, selain akan
membantu penelitian lebih lanjut yaitu analisis m a i n pemasaran dan model integrasi
pasar. Dalam ha1 ini skema arus komoditi memberikan pengertian suatu peta yang
menggambarkan macam saluran dan volume komoditi tanaman yang masuk maupun
yang keluar m a u i s a l m pemasaran tersebut.
12
Menumt Swasta dan Irawan (1985), saluran pemasaran mempakan suatu jalur
yang dilalui oleh arus barang-barang dari produsen ke perantara dan akhirnya sampai
ke konsumen. Walters (1980 dalam Swata dan Irawan, 1985) menyatakan bahwa
n
saluran pemasaran adalah sekelompok pedagang dan agen p e ~ s ~ h i 3 a yang
mengkombinasikan antara pemindahan fisik dan hak dari suatu produk untuk
menciptakan kegunaan bagi pasar tertentu. Definisi tersebut mengandung pengertian
sebagai berikut :
1. saluran pemasaran m e ~ p a k a nrantai yang terdiri dari beberapa kelompok
lembaga yang mengadakan kejasama untuk mencapai suatu tujuan.
2. karena anggota-anggota kelompok terdiri atas beberapa pedagang dan agen ,
maka ada sebagian yang dikenal oleh pembeli dan ada yang tidak.
3. pasar mempakan tujuan akhir dari kegiatan saluran pemasaran
4. saluran pemasaran melaksanakan dua kegatan penting, yaitu menggolongkan
produk dan mendistribusikannya.
Sistem pemasaran dikatakan efisien bila memenuhi d i syarat (Mubyarto, 1989),
yaitu :
1. sampainya barang kepada k o n s k e n akhir dengan harga serendah-rendahnya,
dan
2. adanya pembagian keuntungan yang adil terhadap setiap pelaku pasar.
Efisiensi pemasaran juga ditentukan oleh keadaan struktur pasar pada setiap mata
rantai saluran pemasaran. Untuk mengetahui struktur pasar tersebut harus dilakukan
pengamatan mengenai organisasi pasar. Pada dasarnya organisasi pasar secara umum
dapat dikelompokkan kedalam tiga komponen sebagai berikut :
1. struktur pasar (market structure) adalah suatu dimensi yang menjelaskan
pengambilan keputusan oleh perusahaan maupun industri, jumlah perusahaan (firm)
dalam suatu pasar, dishibusi perusahaan (firm) menurut berbagai ukuran seperti "size
dan consentrasi", dislaipsi "jwoduct andproduct differentation", syarat-syarat ''entry'
dan sebagainya (Limbong, 1991). Struktur pasar dcirikan oleh konsentrasi pasar,
diferensiasi produk dan kebebasan keluar masuk pasar.
Berdasarkan struktumya, pasar &pat digolongkan atas dua, yaitu : pasar bersaing
sempurna dan pasar tidak bersaing sempurna (Limbong, 1991). Pasar disebut
bersaing sempurna apabila memenuhi ciri antara lain : banyak jumlah pembeli
maupun penjual; setiap pembeli dan penjual hanya menguasai sebagian kecil dari
barangljasa yang ada di pasar, oleh karena itu seorang pembeli maupun penjual tidak
dapat mempengaruhi harga; barangljasa yang dipasarkan homogen, dan pembeli serta
penjual bebas keluar masuk pasar. Sedangkan untuk pasar tidak bersaing sempurna,
menurut Dab1 dan Hammond (1997) dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari konsumen
dan dari sisi penjual (produsen). Dari sisi pembeli diktaranya termasuk pasar
persaingan monopolistik (monopolistik competition), monopsoni dan oligopsoni.
Sedangkan dilihat dari sisi penjual termasuk diantaranya pasar monopoli, oligopoli.
Karekteristik struMur pasar juga dapat dilihat dari pengetahuan yang diperlukan
untuk memasuki pasar, modal yang dibutuhkan dan market'share yang diperoleh
masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat.
2. Perilaku Pasar (Marker conduct) merupakan pola tingkah laku dari lembaga-
lembaga pemasaran dalam struktur pasar tertentu yang meliputi kegatan penjualan,
pembeliaan, penentuan harga dan keja sama antar lembaga pemasaran (Saefudin,
14
1983). Prilaku pasar tersebut dilihat dari proses pembentukan harga dan stabilitas
pasar, serta ada tidaknya praktek jujur dari lembaga pemasaran tersebut. Struktur
pasar dan prilaku pasar akan menentukan keragaan pasar yang dapat diukur melalui
peubah harga, biaya dan margin pemasaran, serta jumlah komoditas yang
diperdagangkan (Dahl and Hammono, 1977).
3. Keragaan Pasar Margin Pemasaran (market performance) merupakan
perbedaan harga di berbagai tingkatan sistem pemasaran. Menurut Dahl dan
Hammond (1977) mendefinisikan margin pemasaran sebagai perbedaan harga di
tingkat petani dan di tingkat pengecer. Dan juga bagaimana pengaruh struktur pasar
dan perilaku pasar yang berkenaan dengan harga, biaya dan volume produksi.
Ketiga komponen organisasi pemasaran tersebut dapat dipergunakan sebagai
ukuran efisiensi pemasaran, namun dalam pelaksanaannya agak sulit untuk
dipergunakan. Lebih lanjut Bressler dan King dalam Asmarantaka (1985)
mengidentifikasikan sistem pemasaran dengan mempergunakan dua laiteria, yaitu
efisiensi produksi dan efisiensi harga. Menurut Raju (1980) dan Oppen (1982), ada
dua ukuran efisiensi pemasaran yaitu 1 . efisiensi operasional dan efisiensi harga.
Ukuran efisisiensi operasional dicerminkan oleh biaya pemasaran dan marjin
pemasaran. Sedangkan efisiensi harga ukurannya dicerminkan oleh korelasi harga,
sebagai akibat adanya pergerakan produk tersebut dari pasar yang satu ke pasar yang
lainnya. Lebih lanjut Raju dan Oppen menyatakan bahwa penelitian marjin, biaya dan
korelasi harga merupakan "analisis efisiensi relatif' dari saluran-saluran pemasaran
yang terlibat dan merupakan tingkat integrasi antara pasar yang satu terhadap pasar
lainnya.
Saefuddin (1981), menyatakan bahwa kriteria yang digunakan sebagai indikator
efisiensi pemasaran ada empat macam yaitu marjin pemasaran, harga pada tingkat
konsumen, tersedianya fasilitas fisik pemasaran , dan tingkat persaingan psar.
Indikator marjin pemasaran lebih sering digunkana dalam analisis efisiensi
pemasaran, karena melalui analiis marjin pemasaran dapat diketahui tingkat efisiensi
operasional serta efisiensi harga (ekonomi) dari pemasaran.
Keuntungan dalam penggunaan analisis marjin pemasaran adalah dapat diketahui
(1) perbandingan bagian keuntungan dari masing-masing lembaga yang terlibat dalam
proses pemasaran , (2) perbandingan bagian keuntungan dan biaya pemasaran,
apakah cukup logis atau tidak dan berbagai lembaga yang terlibat, dan (3) bagaimana
struktur pasar komoditas tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung
(Hamim, 1989).
George dan King dalam Asmarantaka (1985), menjelaskan beberapa tipe dari
m a i n pemasaran, yaitu :
(1) Persentase (%) yang konstan, asumsinya bahwa marjin merupakan persentase
tertentu dari tingkat harga pada petani atau pengecer.
M = k Pr ;Pr = Pf + M = Pf + k Pr, sehingga: Pf = (I-k) Pr, di mana :
M adalah marjin; Pr adalah harga di tingkat pengecer, Pf adalah harga dl tingkat
petani dan k adalah konstanta atau persentase tertentu dari tingkat pengecer.
(2) Marjin absolut, asumsinya bahwa nilai majin tetap. Pr = Pf + M!' adalah magin
absolut.
(3) Sering diasumsikan bahwa marjin merupakan fungsi linear daripda "quantity"
(Q).M=a+bQ,olehkarenaituPr=a+bQ+Pr.
16
Lebih lanjut George dan King menyatakan bahwa tidak pernah dijumpai bahwa
marjin rnerupakan persentase yang konstan atau marjin hanya rnerupakan nilai
absolut yang konstan, tetapi yang mungkin dijumpai adalah kombinasi dari keduanya.
Oleh sebab itu mereka menyarankan bahwa marjin merupakan fungsi linear dari
tingkat harga eceran.
M=a+
p Pr;Pr=Pf+M;Pr=
a + pPr
P r = - a + ( l - p ) P r , a p a b i l a : a = - a , b = l - P,makapf=a+bPr.
Proses penentuan harga di pihak konsumen (pernbeli) yaitu pedagang tanaman
serbaguna hampir sama dengan yang dilakukan oleh petani dalam tahapannya. Tujuan
penetapan harga oleh pedagang adalah untuk memperoleh uang (keuntungan) dan
untuk memenuhi permintaan dari konsumennya. Peran yang lebih besar didalam
menentukan harga adalah pembeli (pedagang tanaman serbaguna mendorninasi
harga). Penawaran dan harga di pihak petani banyak dipengaruhi oleh kebutuhan
uang dari petani (dipengaruhi oleh kondisi perekonomian petani).
Menurut Hasyim (1994), selain menggunakan indikator marjin pemasaran
indikator lain yang digunakan untuk mengetahui efisiensi pemasaran adalah analisis
struktur, prilaku dan keragaan pasar. Pengukuran efisiensi pemasaran melalui analisis
sbuktur ,prilaku dan keragaan pasar dapat diketahui melalui analisis organisasi pasar
yang dianalisis secara deskriptif
Analisis korelasi harga adalah suatu analisis yang menjelaskan sejauh mana
pembentukan harga suatu komoditi pada suatu tingkat lembaga tataniaga dipen*
oleh harga di tingkat lernbaga pemasaran lainnya.
17
Mendapatkan nilai koefisien korelasi tersebut dapat diturunkan dari fungsi
penawaran atau fungsi harga. Secara matematis penurunan tersebut sebagai berikut :
Pf=a,+alQ
P f = b o + b ,Q
Dimana,
Q=
,
,
Pr- 60
p f = ao+al(-
Pr- bo
bl
Atau, Pf= a +
1
p Pr
Keterangan :
Pf
= harga
ditingkat petani produsen
Pr
= harga
ditingkat konsumen akhir
Q
=jumlah
a,p
= koefisien
penawaran
Analisis yang berikutnya adalah analisis elastisitas transmisi harga atau fWv&
perubahan nilai dari harga konsumen dengan perubahan harga ditingkat produsen.
Analisis ini adalah analisis yang menggambarkan sejauh mana dampak perubahan
harga suatu barang di suatu tempat atau tingkatan, berpengaruh terhadap harga barang
itu &temp& lain atm tingkatan lain. Transmisi harga diukur melalui regresi
18
sederhana di antara dua harga pada dua tingkat pasar, kemudian dihitung
elastisitasnya yang dapat diformulasikan sebagai berikut :
E T = 6 P r / 6 P r . PfIPr
Karena harga di tingkat produsen (Pf) linear terhadap harga di tingkat konsumen (Pr)
atau secara matematis :
Pf=a+P.Pr
Jadi:ET= 1 I P . P f I P r
F;"\~"p;tn
:
ET : Elastisitas transmisi harga
6
: Diferensial
fl
: Koefisien regresi atau slope
Pr : Harga pada tingkat pengecer
Pf : Harga pada tingkat petani
Kriteria pengukuran pada analisis elastisitas transmisi harga (Hasyirn, 1994) adalah :
1. Jika Et = 1, berarti EDf (elastisitas permintaan atas harga di tingkat petani ) =
Edr (elastisitas permintaan atas harga di tingkat pedagang pengecer). Hal ini
menunjukkan laju perubahan harga di tingkat petani adalah sama besamya
dengan laju perubahan harga di tingkat pedagang pengecer. Hal ini perlu
membawa implikasi bahwa :
a. marjin pemasarannya tidak dipengaruhi oleh harga di tingkat
bnsumen
19
b. pasar yang dihadapi oleh seluruh pelaku pemasaran mempakan pasar
yang bersaing sempurna
c. Sistem pemasaran telah efisien
2. Jika Et 7 1, berarti EDf z ED,, yang artinya bahwa laju perubahan harga di
tingkat petani lebih besar dari laju perubahan harga di tingkat konsumen
akhir. Hal ini menunjukkan pasar dalam kondisi tidak bersaing sempurna.
3. Jika Et < 1, berarti EDf < ED. Hal ni menunjukkan bahwa laju pembahan
harga di tingkat petani < daripada laju perubahan harga di tingkat konsumen.
Keadaan ini bermakna bahwa pasar yang dihadapi oleh pelaku pemasaran
bersaing tidak sempurna, yaitu terdapat kekuatan monopsoni atau oligopsoni.
Hipotesis
Hipotesis yang akan diuji &lam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a Sistem pemasaran tanaman serbaguna di Propinsi Lampung belum efisien
b. Pasar terintegrasi secara sempurna apabila harga di suatu tingkat lembaga
pemasaran dengan tingkat di lembaga lainnya kons& atau persentase margin
pemasaran tidak berubah secara matematika adalah :
Pf=a+bPr,apabilab=l,makaPf=a+Pr
Atau Pr - Pf = a = marjin pemasaran
Diduga pemasaran
tanarnan sebaguna dengan pola agroforestri di Propinsi
Larnpung kurang terintegrasi.
Asumsi-asumsi yang m e n h a r i adalah :
1. Elastisitas subsitusi antara h d u k jeRis-jenis tanaman dengan input
pemasaran (misal ten@ keg$) adalah nol,
20
2. Fungsi pemasaran (handling, pengangkutan, dan pengolahan) setiap
pemasaran tidak berbeda.
Kerangka Pemikiran
Upaya untuk meningkatkan produksi harus didukung dengan upaya perbaikan
dalam sistem pemasaran, Peningkatan produksi tidak akan berhasil dengan baik tanpa
didukung oleh aspek pasar yang baik. Demikian pula dengan fungsi pemasaran tidak
akan berjalan dengan baik tanpa didukung oleh proses produksi yang baik. Proses
produksi yang berlangsung dengan efisien dan didukung oleh kondisi yang saling
menguntungkan antara petani sebagai produsen, konsumen dan lembaga pemasaran
yang menjadi penghubung diantara keduanya
Efisiensi dalam sistem pemasaran sangat perlu karena dapat meningkatkan
pendapatan petani dan memajukan perekonomian suatu negara. Informasi yang
diperoleh dari analisis efiiensi pemasaran sangat membantu untuk mengembangkan
fasilitas pemasaran dan evaluasi kebijakan pemerintah terhadap pasar.
.
Sumber Produksi tanaman serbaguna (MpTs)
Pertnasalahan
Pengelolaan lahan yang kurang
menguntungkan
b. Kurangnya informasi p a x sehingga dalam
penentuan harga masih sangat dominan
c. Kineqa clan e6siensi pemasaran terbatas
a.
Analisis Pemasaran
I
Sistem Pemasaran
1
Produsen
v
Lembaga-lembaga Pemasaran
(LP tingkat I, LP tingkat 4 LP tingkat ...)
v
Konsumen
-
Shuktur dan Prilaku Pasar
Keragaan Pasar
4
+
Saluran Pemasaran
Struktur P a x
Prilaku Pasar
Ma~jinPemasafan
Hubungan harga produsen dan konsumen
,
I Efisiensi &stem Pemasaran
I
Strategi Pengembangan Pemasaran
Gambar 1. Kerangka pemikiran pemasaran hasil buah pohon serbaguna
dengan pola agroforestri di Propinsi Lampung
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Propinsi Lampung. Lokasi penelitian berada pada 6
kabupaten, (Way Kanan, Tulang Bawang, Lampung Selatan, Lampung Timur,
Lampung Utara, Lampung Barat) dan 2 kota, (Kota Metro dan Kota Bandar
Lampung);
17 kecamatan dan 21 desa, yang merupakan daerah-daerah sentra
produksi pada kawasan hutan rakyat dengan semua komoditi jenis tanaman
serbaguna, yang dilakukan selama 2 bulan .
Konsep Dasar dan Definisi Operasional
Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup semua pengertian yang
dipergunakan untuk mendapatkan data yang akan dianalisis sesuai dengan tujuan
penelitian.
Pemasaran adalah fasilitas pemasaran yang memberikan jasa pelayanan, sehingga
semua komoditi yang dihasilkan dapat disalurkan dari petani atau pihak produsen lain
sampai ke tangan konsumen akhir. Pedagang tanaman serbaguna adalah pembeli
produk-produk tanaman serbaguna baik dari petani atau lembaga pemasaran
selanjutnya dijual kembali.
Struktur pasar adalah suatu hubungan yang tejadi antara penjual dengan penjual,
pembeli dengan pembeli dan antara penjual dengan pembeli serta kemungkinan
keluar masuknya penjual dalam pasar.
Saluran pemasaran adalah lembaga-lembaga pemasaran yang dilalui oleh suatu
komoditi mulai dari produsen ke konsumen.
Marjin pemasaran; marjin pemasaran total adalah perbedaan harga antara
pembayar konsumen akhir dengan harga yang diterima petani. Sedangkan marjin
pemasaran di setiap tingkat lembaga adalah selisih harga beli dengan harga jual dari
masing-masing tingkat lembaga yang bersangkutan. Marjin pemasaran terdiri dari
biaya dan keuntungan lembaga pemasaran.
Cara pembelian secara borongan adalah pembelian tanpa mengetahui kuantitas
barang dengan pasti. Kuantitas tersebut hanya diketahui dengan talcsiran. Cara
pembelian eceran adalah pembelian dengan kuantitas barang diketahui dengan pasti.
Pengukuran variabel-variabel di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Marjin pemasaran dhitung berdasarkan perbedaan harga beli dengan harga
jual, satuannya rupiah.
2. Tingkat harga beli, dihitung berdasarkan harga pembelian dan satuannya
rupiah.
3. Tingkat harga jual, dihitung berdasarkan harga penjualan dengan satuan
POLA AGROFORESTRI Dl PROPINSI LAMPUNG
Oleh
KHAIRIDA
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002
ABSTRACT
KHAIRlDA. Marketing of Multipurpose Tree Products Developed by Agroforestry
system in Lampung Province. Under the direction of DIJDUNG DARUSMAN and
JAMES ROSHETKO
The objectives of this research were to study marketing channel for
multipurpose trees product with agroforestry system, to analyze market integration
through vertical price correlatibn and price transmission elasticity, and to analyze the
efficieny of multipurpose tress product marketing system in Lampung.
The research was conducted on October until Nopember 2001 at eight
selected regencies, seventen districts and twenty one villages in Lampung Propince
which were the center of production areas of multipurpose tree produced by
community forest. Analysis method for data are kualitatif (market organization) and
kuantitatif analysis (marketing margin, price correlation coefisien, price transmission
elasticity, and econometric (simple regretion). The dominance multipurpose tree
species were Petai (Parkia speciosa Log), Jengkol (Phitelobium piringa), Jackfruit
(Artocarpus integra), Melinjo (Gnetum gnemon), Candlenut fruit (Aleurites
moluccana Wild), Sugar palm (Arenga pinnata), Cinnamon (Cinnamomum
burmanii).
The patterns of marketing channel had five channels: farmers -+ end
consumer (I" Channel), farmers -+ collector trader 1 -+ end consumer (2"d Channel),
farmers + collector trader 1 -+ collector trader 2 -+ end consumer (3* Channel),
farmers + collector trader 1 -+ collector trader 2 -+ grocer trader -+ end consumer
(4" Channel), farmers -+ collector trader 1 -+ collector trader 2 -+ grocer trader -+
retailer trader -+ end consumer (5" Channel).
Margin distribution analysis showed that the highest price level that the
highest price level received by farmer was at channel 1 for Petai (81,78 %), Jengkol
(91,66 %), Melinjo (36,96 %), Candlenut fruit (89,88 %), Sugar palm 77,14 %),
Jackfruit (80 %).
According to market integration analysis (price correlation between price at
consumer and farmer level high. Those results showed indicates of inperfect
competition and inperfect market system
ABSTRAK
KHAIRIDA. Pemasaran Hasil Buah Pohon Serbaguna dengan Pola Agroforestri di
Propinsi Lampug. Di bimbing oleh DUDUNG DARUSMAN sebagai ketua dan
JAMES M. ROSHETKO sebagai anggota komisi pembimbing.
Penelitian ini bertujuan untuk, mengetahui saluran pemasaran tanaman serbaguna
didaerah-daerah sentra produksi di Propinsi Lampung, mengetahui distribusi marjin
pemasaran tanaman serbaguna di Propinsi Lampung, menganalisis integrasi pasar,
yaitu melalui analisis korelasi harga secara vertikal dan elastisitas transmisi,
Menganalisis efisiensi sistem pemasaran tanaman serbaguna di Propinsi Lampung.
Penelitian ini dilaksanakan di Propinsi Lampung. Lokasi penelitian berada
pada 6 kabupaten, (Way kanan, Tulang bawang, Lampung selatan, Lampung timur,
Lampung Utara, Lampung barat) dan 2 kota, (kota Metro dan kota Bandar lampung);
17 kecamatan dan 21 desa. yang dilakukan selama 2 bulan.Pola tanam yang
diterapkan oleh petani responden adalah kebun campuran atau secara turnpangsari
antara tanaman perkebunan, buah-buahan dan pangan, yang merupakan tanaman
utama di lahan tersebut.
Lembaga-lembaga yang terlibat dalam pemasaran hasil pohon serbaguna
adalah petani, pedagang pengumpul, pedagang grosir dan pedagang pengecer.
Saluran pemasaran untuk tanaman. Pola saluran pemasaran hasil pohon serbaguna
lebih beragam yang memiliki 5 saluran pemasaran yaitu : Saluran pemasaran 1
(Petani konsumen akhir). Saluran 2 (Petani - pedagang pengecer - konsumen
akhir). Saluran 3 (Petani - Pedagang Pengumpul - pedagang Pengecer -konsumen
akhir). Saluran 4 (Petani - Pedagang Pengumpul - Pedagang Grosir Pedagang
Pengecer - konsumen akhir). Saluran 5 (Petani - Pedagang Pengumpul 1 - Pedagang
Pengumpul2 - Pedagang Grosir - Pedagang Pengecer - Konsumen a b r ) .
Hasil analisis integrasi pasar (korelasi harga) untuk hail pohon serbaguna yaitu :
Petai, Aren, Nangka dan Jengkol di lokasi penelitian adalah : Petai : Pf = - 83 +
0.667 Pr ; r = 0,606, dan ET -= 0,852. Gula Aren : Pf - 548 + 0.747 Pr ; r 0,333,
dan ET = 0,7798. Nangka : Pf = 644 + 0.248 Pr ;r = 0,107, dan ET = 0,157. Jengkol :
Pf = - 766 + 0.646 Pr ;r = 0,548, dan ET = 0,635.
Keadaan pasar di propisi Lampung kurang terintegrasi, ha1 ini ditunjukkan
dengan nilai r ( koefisien korelasi harga ) k m g dari satu, dan hasil pengujian untuk
kondisi pasar melalui uji t dengan hipotesis H, : p = 1 , H.: P # 1 pada taraf a 0.005
untuk komoditi petai, 0,050 pada komoditi gula aren, 0,200 pada komoditi nangka,
dan 0,005 pada komoditi jengkol, berarti bahwa pasar untuk pohon serbaguna yang
dianalisis clan tingkat petani ke konsumen (temtama di Bandar Lampung), kurang
bersaing secara sempurna. Pasar ini cendrung bersifat oligopsonistik. Nilai elastisitas
transmisi (ET) untuk komoditi petai adalah sebesar = 0,852 ; komoditi gula aren
adalah sebesar = 0,7798; komoditi nangka adalah sebesar = 0,157 dan komoditi
jengkol adalah sebesar -= 0,635.
Berdasarkan hasil analisis penyebaran margin, korelasi harga dan elastisitas harga
untuk komoditi petai, gula aren, nangka dan jengkol menunjukkan hasil dan memberi
gambaran bahwa sistem pemasaran di daerah Lampung belum efisien dan tidak
bersaing sempurna.
-
-
-
-
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :
PEMASARAN HASIL BUAH POHON SERBAGUNA DENGAN POLA
AGROFORESTRI DI PROPINSI LAMPUNG adalah benar hasil karya saya sendiri
dan belum pemah dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan
telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor Oktober 2002
PEMASARAN HASIL BUAH POHON SERBAGUNA DENGAN
POLA AGROFORESTRI DI PROPINSI LAMPUNG
KHAIRIDA
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITU(TPERTANIAN BOGOR
2002
Judul Tesis
: Pemasaran Hasil Uuah Pohon Serbaguna dengan I'ola
Agroforestri di Propinsi Lampung
Nama
: Khairida
Nomor Pokok
: P14500033
Program Studi
: Ilmu Pengetahuan Kehutanan
Menyetujui,
g
MA.
Prof. Dr. Ir. H. ~ u d u n Darusman.
Ketua
James Roshetko, M.Sc.
Anggota
Mengetahui,
2. Ketua Program Studi IPK
Prof. Dr. Ir. C e c e ~Kusmana, MS.
Tanggal Lulus : 7 Oktober 2002
Program Pascasarjana
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan Sumatera Utara pada tanggal 20 April 1976
dari pasangan H. M. Syaharuddin dan Hj. Khairani. Penulis merupakan anak
keenam d m delapan bersaudara.
Menyelesaikan sekolah dasar bersubsid Mandala Medan Tahun 1988,
sekolah lanjutan pertama di SMP Negeri XI Medan Tahun 1991, dan sekolah lanjutan
atas di SMA Wiyata Dhanna tahun 1994. Pendidikan sarjana ditempuh di Program
Studi Agronomi, Fakultas Pertanian, lulus pada tahun 1998. Selama mengikuti
pendidikan Sarjana penulis pernah menjadi Asisten pa& mata kuliah Botani dan
Biologi pada tahun 1996-1998 di Fakultas Pertanian Universitas Medan Area.
Kemudian pada tahun 2000, penulis diterima di Program Studi Ilmu Pengetahuan
Kehutanan pada Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dan m e n a m a h y a
pada tahun 2002.
PRAKATA
Alhamdulillahirabbil'alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke
hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, berkat, hidayah dan karunia-Nya
sehingga penelitian dan penulisan tesis yang bejudul Pemasaran Hasil Buah Pohon
Serbaguna dengan Pola Agroforestri di Propinsi Lampung dapat diselesaikan.
Penulisan tesis ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam penyelesaian
studi di program Magister Sains pada Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan
Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang talc terhlngga
dan penghargaan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Dudung Darusman, MA. dan Bapak James Roshetko,
M.Sc. selaku komisi pembimbing atas nasehat, bimbingan, arahan, bantuan,
pengertian dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan
penulisan tesis ini.
2. Bapak Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS. atas kesediaannya sebagai penguji luar
komisi dan saran-sarannya.
3. International Centre For Researclz
In Agroforestry (ICRAF) yang telah
mendanai penelitian ini.
4. Ayahanda dan Ibunda serta kakak-kakak dan adik-adik penulis atas pengertian,
dorongan, doa dan kasih sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi
ini dengan baik.
5. Abang Khairul Anwar SH. yang telah banyak membantu memberikan dorongan
moril dan materil sehingga penulis memperoleh gelar Magister Sains.
6. Bapak Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS. atas dorongan moril dan semangat
dalam menempuh studi di IPB.
7. Mba Ir. Yulianti M.Si. atas nasehat, bimbingan, arahan dan bantuan di lapangan
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis.
8. Sahabatku Hesti Meilina ST. (Mahasiswi Pasca Sarjana TIP angkatan 2000) dan
Rommy Qurniati SP, M S . atas bantuan moril, semangat, kesabaran dan
persahabatan yang tulus.
9. Sahabat-sahabat alumni UNILA angkatan 95 ( h u l a , Yeni, Liza, Ridwan, h b o ,
Zaini, Dedi, Nurul, Uweng, Mirhan) atas kerjasama yang baik di lapangan.
10.Seluruhsahabat-sahabat IPK angkatan 2000 atas segala bantuan dan dukungannya.
11. Sahabat-sahabat di Pondok Malea yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu
atas saran, bantuan dan kerjasama selama kebersamaan di Pondok Malea.
12. Kepada semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu per
satu.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Namun
demikian penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat b a semua
~
pihak yang
membutuhkan.
Bogor, Oktober 2002
Penulis
DAFTAR IS1
Halaman
DAFTAR TABEL.....................................................................
v
DAFTAR GAMBAR ..................................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................
vii
PENDAHULUAN ............................................................................................
Latar Belakang ........................................................................................
Perurnusan Masalah ..................................................................................
Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................
Konsepsi Agroforestri ...............................................................................
Pemasaran .................................................................................................
Hipotesis....................................................................................................
. .
Kerangka Pemlklran..................................................................................
METODOLOGI PENELITIAN .......................................................................
h k a s i dan Waktu Penelitian ....................................................................
Konsep Dasar dan Definisi Operasional ....................................................
Metoda Pengumpulan Data ........................................................................
Data .yang
Diperlukan.................................................................................
.
Anal~slsData
.............................................................................................
. .
Anal~s~s
margin pemasaran ..................................................................
Analisis koefisien korelasi harga .........................................................
Analisis elastisitas transmisi harga ......................................................
. .
. .
Analls~sorganlsasl pasar ......................................................................
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN ...............................................
..
Deskripsi Daerah Penel~t~an
.......................................................................
..........................................................................
Kota Bandar Lampung ..........................................................................
1
1
3
7
8
8
10
19
20
22
Kabupaten Lampung Utara .................................................................
Kabupaten Lampung Selatan ........................... .
.
..............................
HASIL PENGAMATAN..................................................................................
Status Produk .............................................................................................
Saluran Pemasaran .....................................................................................
Pennintaan .................................................................................................
Pennasalahan Produksi ..............................................................................
ANALISIS PEMASARAN HASIL POHON SERBAGUNA...........................
Margin Pemasaran .......................................................................................
Penyebaran Margn Pemasaran Komoditi Petai ....................................
Penyebaran Margin Pemasaran Komoditi Jengkol ...............................
Penyebaran Margin Pemasaran Komoditi Melinjo ...............................
Penyebaran Margin Pemasaran Komoditi Kemiri ................................
Penyebaran Margin Pemasaran Komoditi Kayu Manis ........................
Penyebaran Margin Pemasaran Komoditi Gula Aren ...........................
Penyebaran
Margin Pemasaran Komoditi Nangka ...............................
. .
Anal~s~s
Korelasi Harga.................................................................................
Analisis
Elastisitas Transmisi Harga.............................................................
. .
Orgamsas~Pasar ............................................................................................
Struktur Pasar ........................................................................................
Prilaku Pasar..........................................................................................
KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................................
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................
LAMPIRAN .....................................................................................................
DAFTAR TABEL
No
Teh
Halaman
1. .Luas Wilayah Propinsi Lampung Menurut Kabupatenl
Kota Tahun 200 1 (Ha)............................................................................
2. Daerah Penelitian Hasil Pohon Serbaguna dI Propinsi
Lampung Tahun 200 1.............................................................................
3. Status Produk has1 Pohon Serbaguna di Propinsi Lampung
Tahun 2001 .............................................................................................
4. Sistem Penjulan Hasil Pohon Serbaguna di Propinsi Lampung
Tahun 200 1.............................................................................................
5. Sebaran margin, harga dan biaya pemasaran komoditi Petai
(Parkia spesiosa. Log) dl Propinsi Lampung Tahun 200 1....................
6. Ratio keuntungan masing-asing lembaga untuk setiap saluran
pemasaran komodi petai .........................................................................
7. Sebaran margin, harga dan biaya pemasaran komoditi Jengkol
(Phitelobiumpiringa ) dI Propinsi Lampung Tahun 2001 ....................
8. Ratio keuntungan masing-asing lembaga untuk setiap saluran
pemasaran komodi Jengkol ....................................................................
9. Sebaran margin, harga dan biaya pemasaran komoditi
Melinjo (Gnetum gnemon) di Propinsi Lampung Tahun 2001 .............
10. Ratio keuntungan masing-asing lembaga untuk setiap saluran
..
pemasaran komodi Melmnjo ....................................................................
11. Sebaran margin, harga dan biaya pemasaran komoditi Kemiri
(Aleurite molucana, wield) di Propinsi Lampung Tahun 2001 .............
12. Ratio keuntungan masing-asing lembaga untuk setiap saluran
..
pemasaran komodi Kem~n.....................................................................
13. Sebaran margin, harga dan biaya pemasaran komoditi Kayu
Manis (Cinnamomum burmunni) di Propinsi Lampung Tahun 200 1...
14. Ratio keuntungan masing-asing lembaga untuk setiap saluran
pemasaran komodl Kayu Manis .............................................................
15. Sebaran margin, harga dan biaya pemasaran komoditi Gula Aren
(Aleurite molucana, wield ) dl Propinsi Lampung Tahun 2001 ...........
16. Ratio keuntungan masing-asing lembaga untuk setiap saluran
pemasaran komodi Gula Aren ................................................................
17. Sebaran margin, harga dan biaya pemasaran komoditi Nangka
(Artocarpus integra ) dl Propinsi Lampung Tahun 2001 ......................
DAFTAR LAMPIRAN
No
1
Halaman
Teks
Perkembangan harga Petai tahun 2001 ......................................................
2 Perkembangan harga Gula Aren tahun 2001..............................................
3. Perkembangan harga Nangka tahun 2001 ..................................................
4 . Perkembangan harga Jengkol tahun 2001 ..................................................
5. Lokasi produsen .........................................................................................
6. Peta lokasi penelitian di Propinsi Lampung...............................................
7. Kebun campuran yang diusahakan petani ..................................................
8. Komoditi Petai siap dipasarkan (dalam satuan empong) ...........................
9. Kebun campuran yang diusahakan petani (tanaman Lada dan pohon Jengkol
10. Pengupasan kulit Kemiri sebelum dipasarkan .............................................
11. Jenis Penggunaan Lahan per KabupatenIKota di Propinsi Lampung 2001..
vii
DAFTAR GAMBAR
1
Kerangka
. . pemikiran pemasaran buah hasil agroforestri di
Proplnsl Lampung .....................................................................................
21
2. Saluran Pemasaran Pohon Serbaguna di propinsi Lampung Tahun 2001...
51
3. Saluran Pernasaran secara umum dan komponen utamanya........................
54
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan mempunyai peran ekonomi sangat penting, baik secara makro sebagai
sumber devisa negara maupun secara mikro sebagai sumber pendapatan masyarakat
sekitar hutan. Kedua peranan di atas harus berjalan secara bersama, yaitu disamping
penciptaan devisa yang tern meningkat juga pendapatan masyarakat yang selalu
bettambah. Untuk dapat memenuhi peranan tersebut, maka produktivitas hutan harus
semakin ditingkatkan. Hal ini juga h a m didukung oleh sumberdaya manusia yang
bijaksana dalam mengelola sumberdaya tersebut.
Di sisi lain, sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan tingkat
pendapatan, maka kebutuhan hidup manusia, seperti pangan, sandang dan papan juga
mengalami peningkatan, baik secara kuantitas maupun kualitas. Tuntutan kebutuhan
hidup ini menyebabkan tejadinya tekanan terhadap sumberdaya alam, khususnya
hutan, sehingga tidak mampu memberikan manfaat yang optimal.
Peran serta masyarakat didalam mengelola sumberdaya hutan yaitu ikut
melestarikan sumberdaya alam tersebut dengan melalui pengelolaan, baik didalam
kawasan konsewasi maupun hutan rakyat dalam kegiatan-kegiatan kehutanan
masyarakat terutama agroforestri, yang dilaksanakan dengan pola tertentu dan
disesuaikan dengan fungsi, kondisi dan manfaat dan masing-masing status kawasan
hutan. Salah satu Konsep agroforestri adalah pemanfaatan lahan secara optimal
dengan mengkombinasikan sistem-sistem produksi baik itu tanaman serbaguna
(multipurpose tree species) tanaman-tanaman semusim, maupun hortikultura. Yang
bertujuan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat.
2
Hasil-hasil produk yang dihasilkan dengan pola agroforestri didalam satu sub
sektor kehutanan selain kayu, juga yang menjadi andalan adalah jenis tanaman
serbaguna (multipurpose treess) . Pada masa yang akan datang tantangan utama
dalam pengembangan sub sektor tanaman yang dihasilkan dari pola agroforestri ini
adalah bagaimana agar mampu meningkatkan efisiensi baik disektor produksi, pasca
panen, maupun pemasaran. Peningkatan efisiensi dalam pengembangan agribisnis
tanaman serbaguna mempakan kata kunci yang tidak dapat ditawar-tawar lagi, karena
keberhasilan agribisnis akan
sangat bergantung pada
kemampuan untuk
meningkatkan daya saing komoditas dalam negeri, baik di pasar domestik maupun
tradisional dan pasar intemasional (Dirjend Bina Tanaman Pangan dan Hortikultura,
1999).
Komoditas yang dihasilkan dengan p l a agroforestri khususnya pohon
serbaguna (multipurpose tree) mempakan salah satu potensi kehutanan dan pertanian
di Indonesia yang mempunyai ptensi yang cukup besar untuk ditumbuh
kembangkan, karena hasil dari pohon serbaguna ini selain buah, kayu, daun dapat
dmanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat dan peluang pasar Peluang pasar baik
dalam negeri maupun luar negeri masih terbuka lebar. Peluang pasar dalam negeri
menunjukkan adanya peningkatan permintaan dari salah satu jenis tanaman serbaguna
yaitu sekitar lima persen. terutama setelah peranan sektor migas terhadap devisa
mulai menurun.
Propinsi Lampung yang memiliki luas wilayah 3.301.545 hektar, terdiri dari
10 kabupatenl kota, dengan 82 kecamatan dan 2018 desa, dan jumlah penduduk
6.998. 535 jiwa (BPS, 2000). Sebahagian penduduknya bercocok tanam dengan
3
memanfaatkan dan mengusahakan tanaman serbaguna hasil agroforestri, dan banyak
diusahakan petani di kawasan hutan rakyat, yang dikembangkan melalui program
Bantuan Penghijauan dan sumber dana inpres (data tahun 199411995). Karena
banyaknya pertnintaan pasar baik didalam maupun diiuar propinsi oleh sebab itu
diusahakan bagaimana meningkatkan produksi tanaman.
Pengelolaan
hasil-hasil agroforestri dihutan rakyat sampai saat ini masih
dilakukan secara tradisional sehingga hasil yang diperoleh kurang menguntungkan.
Didalam subsistem pemasaran, ternyata sebagian besar petani masih sangat rendah
pengetahuannya dalam ha1 memasarkan hasil-hail hutan Di lain pihak, informasi
pasar masih sangat kurang dan disertai kurangnya permodalan yang dimilikinya
menyebabkan peranan tengkulak dalam penentuan harga pasar dan volume
perdagangan masih sangat dominan.
Pemasaran merupakan kegiatan penting dalam mengusahakan lahan pertanian,
yaitu kegiatan penyampaian komoditi dari produsen ke konsumen. Kegiatan
pemasaran antara lain mengenai masalah pengangkutan, distibusi, standarisasi,
pengepakan, pengujian dan penetapan harga.
Perurnusan Masalah
Tanaman yang dihasilkan dari pola agroforestri berbeda namun memiliki
beberapa kesamaan pokok bila dilihat dari ciri produknya, diantaranya bersifat
meruah sehingga sulit dan mahal dalam pengangkutannya, komponen utama mutu
berbagai jenis komoditi ini ditentukan oleh harga pasar, kualitas serta kuantitas
komoditi tersebut. Berdasarkan ciri-ciri tersebut, maka kegiatan pembudidayaan
4
tanaman harm dilakukan secara intensif termasuk pada pengolahan pasca panen,
transportasi, pengemasan maupun distribusi dan pemasarannya.
Pengusahaan produk-produk yang dihasilkan dengan pola agroforestri ini,
mulai dari subsistem produksi hingga subsistem pemasaran, membutuhkan modal
yang cukup besar atau bersifat padat modal, karena resiko yang harus ditanggung
oleh lembaga tataniaga ini juga cukup tinggi. Beberapa resiko yang ditanggung dalam
memasarkannya berupa
resiko kerusakan
tanaman,
keterlambatan dalam
pengangkutan karena jauhnya jarak antara produsen dan konsumen, resiko keuangan
dan lain-lain.
Penanggulanga dilakukan untuk memperkecil tingkat resiko yang dihadapi
perusahaan dapat secara formal maupun informal. Cam formal dapat dilakukakan
dengan asuransi, sedangkan cam informal dapat dilakukan dengan melakukan strategi
diversifikasi produk yang dipasarkan. Dengan melakukan strategi diversifikasi maka
diharapkan tingkat resiko dapat ditekan. (Harahap, 1995)
Pada pemasaran hasil-hasil agroforestri haruslah melewati berbagai lembaga
pemasaran dalam suatu sistem pemasaran. Sistem pemasaran yang produktif dan
efisien tergantung pada efisiensi penggunaan sumberdaya dan dalam proses
penciptaan kegunaan waktu, kegunaan bentuk, dan kegunaan tempat dalam
pergerakan barang dan jasa dari kegiatan produksi atau pengelolaan.
Propinsi Lampung yang memproduksi berbagai jenis tanaman dengan pola
agroforestri juga menjadi salah satu basil pertanian dan kehutanan tetapi kebutuhan
yang ingin dicapai tidak terlalu memuaskan. Salah satu contoh tanaman serbaguna
yaltu Melinjo, walaupun di luar Jawa Lampung merupakan penghasil
Melinjo
5
terbesar setelah Sumatera Utara yaitu sekitar 15 ribulton (44,90 %). Jenis komoditi
ini belum begitu memuaskan jika dibandingkan dengan propinsi lain seperti
Kalimantan dan Sumatera. Karena kebutuhan dan permintaan terus meningkat. Untuk
itu peluang peningkatan produksi tanaman yang dihasilkan dengan pola agroforestri
yang banyak diusahakan harus dikembangkan, oleh sebab itu aspek pemasaran dalam
menentukan komoditi ini harus diperhatikan.
Menurut Soekartawi (1993) bahwa kelemahan dalam sistem kehutanan di
negara berkembang seperti Indonesia adalah kurangnya perhatian &lam bidang
pemasaran. Fungsi-fimgsi pemasaran sering tidak bejalan seperti yang diharapkan
sehingga efisiensi pemasaran terbatas.
Sebagai indikator efisiensi pemasaran relatif, sering dipergunakan analisis
marjin pemasaran dan korelasi harga yang mencerminkan tingkat keterpaduan pasar
(integrasi pasar). Marjin pemasaran terdiri dan biaya pemasaran clan keuntungan
lembaga pemasaran. Melalui analisis marjin &pat diketahui apa yang menjadi
penyebab tingginya marjin tersebut, sehingga dapat dicarikan pemecahan
masalahnya. Diharapkan distribusi marjin dapat menyebar secara wajar diantara
komponen pemasaran maupun tingkat petani. Melalui analisis korelasi harga dapat
diketahui perilaku pasar (market conduct) dalam pemasaran hasil-hasil tanaman
dengan pola agroforestri di wilayah Lampung. Efisiensi pemasaran juga ditentukan
oleh keadaan struktur pasar pada setiap mata rantai saluran pemasaran, dengan
melakukan pengamatan mengenai organisasi pasar.
Upaya untuk memperbaiki tingkat harga yang diterima petani dapat dilakukan
melalui perbaikan sistem pemasaran yaitu meningkatkan efisiensi pemasaran
berbagai jenis tanaman baik di lahan pertanian maupun di kawasan hutan rakyat.
Hampir semua perubahan yang diusulkan dalam pemasaran suatu komoditas tanaman
adalah berdasarkan alasan efisiensi. Penyebab utamanya adalah karena dengan
efisiensi yang lebih tinggi berarti memberikan keragaan yang lebih baik, sedangkan
penurunan tingkat efisiensi mencerminkan keragaan yang buruk. Masalah efisiensi
pemasaran berhubungan dengan masalah menyalurkan barang-barang dan jasa dari
produsen menurut tempat, waktu dan bentuk yang diinginkan oleh konsumen dengan
biaya yang serendah-rendahnya sesuai dengan tingkat'teknologi yang ada.
Berkaitan dengan masalah-masalah di atas, salah satu faktor yang hams
diperhatikan secara lebih mendalam terhadap kegiatan produksi pertanian dan hutan
di Propinsi Lampung, adalah sistem pemasarannya. Kesuksesan dalam meningkatkan
volume produksi tidak ada artinya tanpa dibarengi kesuksesan pemasaran. Untuk itu
perlu diketahui bagaimanakah kineja dan efisiensi sistem pemasaran hasil-hasil
agroforestri, lebih jelas tentang peredaran berbagai jenis tanaman yang
diperdagangkan dipasaran dan apakah kualitas tanaman tersebut mempenganh
tingkat harganya.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui saluran pemasaran pohon serbaguna di daerah-daerah sentra
produksi di Propinsi Lampung
2. Mengetahui distribusi marjin pemasaran pohon serbaguna & Propinsi
Lampwg
3. Menganalisis integrasi pasar, yaitu melalui analisis korelasi harga secara
vertikal dan elastisitas transmisi.
4. Menganalisis efisiensi sistem pemasaran pohon serbaguna
di Propinsi
Lampung.
Penelitian ini diharapkan berguna untuk membantu para pembuat kebijakan
dengan penyediaan informasi mengenai sistem pemasaran pohon serbaguna. Dengan
demikian pemerintah dapat menentukan alternatif apa yang perlu diambil terlebih
dahulu dalam rangka perbaikan pemasaran
dan pembuatan perencanaan serta
keputusan untuk pengembangan di bidang produksi kawkan hutan rakyat di Propinsi
Lampung.
TINJAUAN PUSTAKA
Konsepsi Agroforestri
Definisi agroforestri telah cukup lama diberikan oleh King dan Chandler
(1978) yaitu suatu sistem pengelolaan lahan dengan berasaskan kelestarian yang
meningkatkan hail lahan secara keseluruhan, mengkombinasikan produksi tanaman
pertanian (termasuk tanaman pohon-pohonan) dan tanaman hutan danlatau hewan
secara bersamzan atau bentrutan pada unit lahan yang sama, dan menerapkan caracara yang sesuai dengan kebudayaan setempat.
Selanjutnya dalam suatu seminar mengenai agroforestri dan perladangan
berpindah yang diselenggarakan oleh Direktur Jendral Kehutanan di Jakarta tahun
1981, tersimpul definisi agroforestri sebagai berikut : " Suatu metode penggunaan
lahan secara optimal, yang mengkombinasikan sistem-sistem produksi biologis yang
berotasi pendek dan panjang (suatu kombinasi produksi kehutanan dan produksi
biologis lainnya) dengan suatu cara berdasarkan asas kelestarian, secara bersamaan
atau bentrutan, dalam kawasan hutan atau diluarnya, yang bertujuan mencapai
kesejahteraan rakyat. (Satjapradja
4, 1981).
Nair (1989) memberikan definisi agroforestri yang lebih lengkap yaitu :
"suatu nama kolektif untuk sistem-sistem penggunaan lahan dan teknologi, dimana
tanaman keras berkayu (pohon-pohonan, perdu, jenis-jenis palm, bambu, dan
sebagainya) ditanam secara bersamaan dengan tanaman pertanian , danlatau hewan,
dengan suatu tujuan tertentu dalam suatu bentuk pengaturan spasial atau urutan
temporal, dan di dalamnya terdapat interaksi-interaksi ekologi dan ekonomi di antara
komponen yang bersangkutan.
9
Adapun bentuk-bentuk agroforestri menurut (King 1978) adalah sebagai
berikut ;
1.
Agrisilviculture, yaitu penggunaan lahan secara sadar dan dengan
pertimbangan yang masak untuk memproduksi sekaligus hasil-hail pertanian
dan kehutanan.
2. Silvopastoral system, yaitu sistem pengelolaan lahan hutan untuk
menghasilkan kayu dan juga untuk memelihara ternak.
3. Agropastoral system, yaitu sistem pengelolaan lahan untuk memproduksi
hasil pertanian dan kehutanan secara bersamaan dan sekaligus untuk
memelihara hewan ternak.
4. Multipurpose Forestry Tree Production System, yaitu sistem pengelolaan
hutan dengan menanam berbagai jenis kayu yang tujuannya tidak saja
menghasilkan kayu tetapi juga daun-daunan dan buah-buahan yang dapt
digunakan sebagai bahan makanan manusia ataupun ternak.
Menurut Kartasubrata (1992) bahwa dalam pengembangan dan penerapan
agroforesti terdapat beberapa model (bentuk) yaitu : pengembangan lingkungan,
model usahatani, dan model bisnis agroforestri. Pengembangan tersebut tidak terlepas
dan dukungan kelembagaan baik yang bersifat formal maupun informal.
Model pengembangan lingkungan diusulkan oleh Cruz dan Vergara (1987)
menunjukkan peran agroforestri dalam perlindungan dan rehabilitasi lahan-lahan
kritis dipegunungan. Pada model
ini agroforestri dikembangkan melalui
pemberdayaan faktor sumberdaya alam dengan lingkungan untuk mendapatkan
10
manfaat langsung (perlindungan dan rehabilitas~lahan) dan manfaat jangka panjang
(peningkatan produksi dan perbaikan gizlkesehatan).
Model usahatani disarankan oleh Soegianto (1991) bahwa sistem agroforestri
dikembangkan melalui pendekatan usahatani, dimana petani menentukanlrnemilih
teknologi agroforestri yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan alam dan sosial
ekonomi baik yang bersifat eksternal maupun internal.
Model bisnis agroforestri menurut Soegianto (1991) dikembangkan dengan
pengaruh kebijaksanaan pemerintah dalam pemasaran hasil-hasil kegiatan
agroforestri. Dalam model ini agroforestri hanya merupakan bagianlsubsistem dari
sistem keseluruhan (pemberian input, proses pasca panen, dan pemasaran).
Pemasaran
Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhaan dari kegiatan bisnis yang
ditujukan untuk
merencanakan,
menentukan
barga,
mempromosikan dan
mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan ,baik kepada pembeli
yang ada maupun pembeli potensial (Sumami dan Soeprihanto , 1993).
Pemasaran merupakan bagian penting dari keberhasilan suatu bisnis.
Pemasaran menghubungkan apa yang pelanggan inginkan dengan apa yang produsen
dapat memproduksikan dan menawarkan dengan suatu keuntungan. Dengan kata lain,
pemasaran memberitahukan produsen apa dan berapa banyak untuk memproduksi,
dan bagaimana, kapan, dan di mana untuk menyampaikan produk tersebut. Produsen
kemudian menggunakan informasi ini untuk menghasilkan produk dan layanan yang
tersedia untuk pelanggan dalam cara yang paling diinginkan dan efisien (Forestry
Departement FAO, 1996).
II
Pemasaran atau marketing mempakan semua kegiatan yang betujuan untuk
memperlancar arus barang atau jasa dari produsen ke konsumen secara efisien dengan
maksud untuk menciptakan permintaan efektif. Definisi tersebut menunjukkan bahwa
kegiatan pemasaran bukanlah semata-mata kegiatan untuk menjual barangljasa, sebab
kegiatan sebelum dan sesudahnya juga mempakan suatu kegiatan pemasaran.
Meskipun demikian, setiap kegiatan tersebut hams dilakukan secara efisien sehingga
secara ekonomis dapat dipertanggungjawabkan (Hasyim, 1994).
Pemasaran pada prinsipnya mempakan aliran barang dari produsen ke
konsumen, dan aliran pemasaran ini tejadi karena adanya lembaga pemasaran
Peranan lembaga pemasaran ini sangat tergantung dari sistem pasar yang berlaku dan
karakteristik aliran barang yang dipasarkan. Oleh karena itu kita mengenal istilah
saluran pemasaran atau marketing chanel. Lembaga pemasaran memegang peranan
penting dan juga menentukan dalam saluran pemasaran (Soekartawi, 1993).
Menurut Saefuddin (1981) bahwa penelaahan pemasaran akan memberikan
dasar-dasar pengertian tentang sistem pemasaran yang digunakan untuk identifikasi
dan analisis masalah pemasaran komoditi. Hasil yang dicapai dalam penelaahan
pemasaran antara lain berupa skema arus komoditi.
Skema arus komoditi v o w of goods) akan menerangkan saluran atau pola
pemasaran yang memungkinkan kegiatan pemasaran dapat lebih efisien, selain akan
membantu penelitian lebih lanjut yaitu analisis m a i n pemasaran dan model integrasi
pasar. Dalam ha1 ini skema arus komoditi memberikan pengertian suatu peta yang
menggambarkan macam saluran dan volume komoditi tanaman yang masuk maupun
yang keluar m a u i s a l m pemasaran tersebut.
12
Menumt Swasta dan Irawan (1985), saluran pemasaran mempakan suatu jalur
yang dilalui oleh arus barang-barang dari produsen ke perantara dan akhirnya sampai
ke konsumen. Walters (1980 dalam Swata dan Irawan, 1985) menyatakan bahwa
n
saluran pemasaran adalah sekelompok pedagang dan agen p e ~ s ~ h i 3 a yang
mengkombinasikan antara pemindahan fisik dan hak dari suatu produk untuk
menciptakan kegunaan bagi pasar tertentu. Definisi tersebut mengandung pengertian
sebagai berikut :
1. saluran pemasaran m e ~ p a k a nrantai yang terdiri dari beberapa kelompok
lembaga yang mengadakan kejasama untuk mencapai suatu tujuan.
2. karena anggota-anggota kelompok terdiri atas beberapa pedagang dan agen ,
maka ada sebagian yang dikenal oleh pembeli dan ada yang tidak.
3. pasar mempakan tujuan akhir dari kegiatan saluran pemasaran
4. saluran pemasaran melaksanakan dua kegatan penting, yaitu menggolongkan
produk dan mendistribusikannya.
Sistem pemasaran dikatakan efisien bila memenuhi d i syarat (Mubyarto, 1989),
yaitu :
1. sampainya barang kepada k o n s k e n akhir dengan harga serendah-rendahnya,
dan
2. adanya pembagian keuntungan yang adil terhadap setiap pelaku pasar.
Efisiensi pemasaran juga ditentukan oleh keadaan struktur pasar pada setiap mata
rantai saluran pemasaran. Untuk mengetahui struktur pasar tersebut harus dilakukan
pengamatan mengenai organisasi pasar. Pada dasarnya organisasi pasar secara umum
dapat dikelompokkan kedalam tiga komponen sebagai berikut :
1. struktur pasar (market structure) adalah suatu dimensi yang menjelaskan
pengambilan keputusan oleh perusahaan maupun industri, jumlah perusahaan (firm)
dalam suatu pasar, dishibusi perusahaan (firm) menurut berbagai ukuran seperti "size
dan consentrasi", dislaipsi "jwoduct andproduct differentation", syarat-syarat ''entry'
dan sebagainya (Limbong, 1991). Struktur pasar dcirikan oleh konsentrasi pasar,
diferensiasi produk dan kebebasan keluar masuk pasar.
Berdasarkan struktumya, pasar &pat digolongkan atas dua, yaitu : pasar bersaing
sempurna dan pasar tidak bersaing sempurna (Limbong, 1991). Pasar disebut
bersaing sempurna apabila memenuhi ciri antara lain : banyak jumlah pembeli
maupun penjual; setiap pembeli dan penjual hanya menguasai sebagian kecil dari
barangljasa yang ada di pasar, oleh karena itu seorang pembeli maupun penjual tidak
dapat mempengaruhi harga; barangljasa yang dipasarkan homogen, dan pembeli serta
penjual bebas keluar masuk pasar. Sedangkan untuk pasar tidak bersaing sempurna,
menurut Dab1 dan Hammond (1997) dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari konsumen
dan dari sisi penjual (produsen). Dari sisi pembeli diktaranya termasuk pasar
persaingan monopolistik (monopolistik competition), monopsoni dan oligopsoni.
Sedangkan dilihat dari sisi penjual termasuk diantaranya pasar monopoli, oligopoli.
Karekteristik struMur pasar juga dapat dilihat dari pengetahuan yang diperlukan
untuk memasuki pasar, modal yang dibutuhkan dan market'share yang diperoleh
masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat.
2. Perilaku Pasar (Marker conduct) merupakan pola tingkah laku dari lembaga-
lembaga pemasaran dalam struktur pasar tertentu yang meliputi kegatan penjualan,
pembeliaan, penentuan harga dan keja sama antar lembaga pemasaran (Saefudin,
14
1983). Prilaku pasar tersebut dilihat dari proses pembentukan harga dan stabilitas
pasar, serta ada tidaknya praktek jujur dari lembaga pemasaran tersebut. Struktur
pasar dan prilaku pasar akan menentukan keragaan pasar yang dapat diukur melalui
peubah harga, biaya dan margin pemasaran, serta jumlah komoditas yang
diperdagangkan (Dahl and Hammono, 1977).
3. Keragaan Pasar Margin Pemasaran (market performance) merupakan
perbedaan harga di berbagai tingkatan sistem pemasaran. Menurut Dahl dan
Hammond (1977) mendefinisikan margin pemasaran sebagai perbedaan harga di
tingkat petani dan di tingkat pengecer. Dan juga bagaimana pengaruh struktur pasar
dan perilaku pasar yang berkenaan dengan harga, biaya dan volume produksi.
Ketiga komponen organisasi pemasaran tersebut dapat dipergunakan sebagai
ukuran efisiensi pemasaran, namun dalam pelaksanaannya agak sulit untuk
dipergunakan. Lebih lanjut Bressler dan King dalam Asmarantaka (1985)
mengidentifikasikan sistem pemasaran dengan mempergunakan dua laiteria, yaitu
efisiensi produksi dan efisiensi harga. Menurut Raju (1980) dan Oppen (1982), ada
dua ukuran efisiensi pemasaran yaitu 1 . efisiensi operasional dan efisiensi harga.
Ukuran efisisiensi operasional dicerminkan oleh biaya pemasaran dan marjin
pemasaran. Sedangkan efisiensi harga ukurannya dicerminkan oleh korelasi harga,
sebagai akibat adanya pergerakan produk tersebut dari pasar yang satu ke pasar yang
lainnya. Lebih lanjut Raju dan Oppen menyatakan bahwa penelitian marjin, biaya dan
korelasi harga merupakan "analisis efisiensi relatif' dari saluran-saluran pemasaran
yang terlibat dan merupakan tingkat integrasi antara pasar yang satu terhadap pasar
lainnya.
Saefuddin (1981), menyatakan bahwa kriteria yang digunakan sebagai indikator
efisiensi pemasaran ada empat macam yaitu marjin pemasaran, harga pada tingkat
konsumen, tersedianya fasilitas fisik pemasaran , dan tingkat persaingan psar.
Indikator marjin pemasaran lebih sering digunkana dalam analisis efisiensi
pemasaran, karena melalui analiis marjin pemasaran dapat diketahui tingkat efisiensi
operasional serta efisiensi harga (ekonomi) dari pemasaran.
Keuntungan dalam penggunaan analisis marjin pemasaran adalah dapat diketahui
(1) perbandingan bagian keuntungan dari masing-masing lembaga yang terlibat dalam
proses pemasaran , (2) perbandingan bagian keuntungan dan biaya pemasaran,
apakah cukup logis atau tidak dan berbagai lembaga yang terlibat, dan (3) bagaimana
struktur pasar komoditas tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung
(Hamim, 1989).
George dan King dalam Asmarantaka (1985), menjelaskan beberapa tipe dari
m a i n pemasaran, yaitu :
(1) Persentase (%) yang konstan, asumsinya bahwa marjin merupakan persentase
tertentu dari tingkat harga pada petani atau pengecer.
M = k Pr ;Pr = Pf + M = Pf + k Pr, sehingga: Pf = (I-k) Pr, di mana :
M adalah marjin; Pr adalah harga di tingkat pengecer, Pf adalah harga dl tingkat
petani dan k adalah konstanta atau persentase tertentu dari tingkat pengecer.
(2) Marjin absolut, asumsinya bahwa nilai majin tetap. Pr = Pf + M!' adalah magin
absolut.
(3) Sering diasumsikan bahwa marjin merupakan fungsi linear daripda "quantity"
(Q).M=a+bQ,olehkarenaituPr=a+bQ+Pr.
16
Lebih lanjut George dan King menyatakan bahwa tidak pernah dijumpai bahwa
marjin rnerupakan persentase yang konstan atau marjin hanya rnerupakan nilai
absolut yang konstan, tetapi yang mungkin dijumpai adalah kombinasi dari keduanya.
Oleh sebab itu mereka menyarankan bahwa marjin merupakan fungsi linear dari
tingkat harga eceran.
M=a+
p Pr;Pr=Pf+M;Pr=
a + pPr
P r = - a + ( l - p ) P r , a p a b i l a : a = - a , b = l - P,makapf=a+bPr.
Proses penentuan harga di pihak konsumen (pernbeli) yaitu pedagang tanaman
serbaguna hampir sama dengan yang dilakukan oleh petani dalam tahapannya. Tujuan
penetapan harga oleh pedagang adalah untuk memperoleh uang (keuntungan) dan
untuk memenuhi permintaan dari konsumennya. Peran yang lebih besar didalam
menentukan harga adalah pembeli (pedagang tanaman serbaguna mendorninasi
harga). Penawaran dan harga di pihak petani banyak dipengaruhi oleh kebutuhan
uang dari petani (dipengaruhi oleh kondisi perekonomian petani).
Menurut Hasyim (1994), selain menggunakan indikator marjin pemasaran
indikator lain yang digunakan untuk mengetahui efisiensi pemasaran adalah analisis
struktur, prilaku dan keragaan pasar. Pengukuran efisiensi pemasaran melalui analisis
sbuktur ,prilaku dan keragaan pasar dapat diketahui melalui analisis organisasi pasar
yang dianalisis secara deskriptif
Analisis korelasi harga adalah suatu analisis yang menjelaskan sejauh mana
pembentukan harga suatu komoditi pada suatu tingkat lembaga tataniaga dipen*
oleh harga di tingkat lernbaga pemasaran lainnya.
17
Mendapatkan nilai koefisien korelasi tersebut dapat diturunkan dari fungsi
penawaran atau fungsi harga. Secara matematis penurunan tersebut sebagai berikut :
Pf=a,+alQ
P f = b o + b ,Q
Dimana,
Q=
,
,
Pr- 60
p f = ao+al(-
Pr- bo
bl
Atau, Pf= a +
1
p Pr
Keterangan :
Pf
= harga
ditingkat petani produsen
Pr
= harga
ditingkat konsumen akhir
Q
=jumlah
a,p
= koefisien
penawaran
Analisis yang berikutnya adalah analisis elastisitas transmisi harga atau fWv&
perubahan nilai dari harga konsumen dengan perubahan harga ditingkat produsen.
Analisis ini adalah analisis yang menggambarkan sejauh mana dampak perubahan
harga suatu barang di suatu tempat atau tingkatan, berpengaruh terhadap harga barang
itu &temp& lain atm tingkatan lain. Transmisi harga diukur melalui regresi
18
sederhana di antara dua harga pada dua tingkat pasar, kemudian dihitung
elastisitasnya yang dapat diformulasikan sebagai berikut :
E T = 6 P r / 6 P r . PfIPr
Karena harga di tingkat produsen (Pf) linear terhadap harga di tingkat konsumen (Pr)
atau secara matematis :
Pf=a+P.Pr
Jadi:ET= 1 I P . P f I P r
F;"\~"p;tn
:
ET : Elastisitas transmisi harga
6
: Diferensial
fl
: Koefisien regresi atau slope
Pr : Harga pada tingkat pengecer
Pf : Harga pada tingkat petani
Kriteria pengukuran pada analisis elastisitas transmisi harga (Hasyirn, 1994) adalah :
1. Jika Et = 1, berarti EDf (elastisitas permintaan atas harga di tingkat petani ) =
Edr (elastisitas permintaan atas harga di tingkat pedagang pengecer). Hal ini
menunjukkan laju perubahan harga di tingkat petani adalah sama besamya
dengan laju perubahan harga di tingkat pedagang pengecer. Hal ini perlu
membawa implikasi bahwa :
a. marjin pemasarannya tidak dipengaruhi oleh harga di tingkat
bnsumen
19
b. pasar yang dihadapi oleh seluruh pelaku pemasaran mempakan pasar
yang bersaing sempurna
c. Sistem pemasaran telah efisien
2. Jika Et 7 1, berarti EDf z ED,, yang artinya bahwa laju perubahan harga di
tingkat petani lebih besar dari laju perubahan harga di tingkat konsumen
akhir. Hal ini menunjukkan pasar dalam kondisi tidak bersaing sempurna.
3. Jika Et < 1, berarti EDf < ED. Hal ni menunjukkan bahwa laju pembahan
harga di tingkat petani < daripada laju perubahan harga di tingkat konsumen.
Keadaan ini bermakna bahwa pasar yang dihadapi oleh pelaku pemasaran
bersaing tidak sempurna, yaitu terdapat kekuatan monopsoni atau oligopsoni.
Hipotesis
Hipotesis yang akan diuji &lam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a Sistem pemasaran tanaman serbaguna di Propinsi Lampung belum efisien
b. Pasar terintegrasi secara sempurna apabila harga di suatu tingkat lembaga
pemasaran dengan tingkat di lembaga lainnya kons& atau persentase margin
pemasaran tidak berubah secara matematika adalah :
Pf=a+bPr,apabilab=l,makaPf=a+Pr
Atau Pr - Pf = a = marjin pemasaran
Diduga pemasaran
tanarnan sebaguna dengan pola agroforestri di Propinsi
Larnpung kurang terintegrasi.
Asumsi-asumsi yang m e n h a r i adalah :
1. Elastisitas subsitusi antara h d u k jeRis-jenis tanaman dengan input
pemasaran (misal ten@ keg$) adalah nol,
20
2. Fungsi pemasaran (handling, pengangkutan, dan pengolahan) setiap
pemasaran tidak berbeda.
Kerangka Pemikiran
Upaya untuk meningkatkan produksi harus didukung dengan upaya perbaikan
dalam sistem pemasaran, Peningkatan produksi tidak akan berhasil dengan baik tanpa
didukung oleh aspek pasar yang baik. Demikian pula dengan fungsi pemasaran tidak
akan berjalan dengan baik tanpa didukung oleh proses produksi yang baik. Proses
produksi yang berlangsung dengan efisien dan didukung oleh kondisi yang saling
menguntungkan antara petani sebagai produsen, konsumen dan lembaga pemasaran
yang menjadi penghubung diantara keduanya
Efisiensi dalam sistem pemasaran sangat perlu karena dapat meningkatkan
pendapatan petani dan memajukan perekonomian suatu negara. Informasi yang
diperoleh dari analisis efiiensi pemasaran sangat membantu untuk mengembangkan
fasilitas pemasaran dan evaluasi kebijakan pemerintah terhadap pasar.
.
Sumber Produksi tanaman serbaguna (MpTs)
Pertnasalahan
Pengelolaan lahan yang kurang
menguntungkan
b. Kurangnya informasi p a x sehingga dalam
penentuan harga masih sangat dominan
c. Kineqa clan e6siensi pemasaran terbatas
a.
Analisis Pemasaran
I
Sistem Pemasaran
1
Produsen
v
Lembaga-lembaga Pemasaran
(LP tingkat I, LP tingkat 4 LP tingkat ...)
v
Konsumen
-
Shuktur dan Prilaku Pasar
Keragaan Pasar
4
+
Saluran Pemasaran
Struktur P a x
Prilaku Pasar
Ma~jinPemasafan
Hubungan harga produsen dan konsumen
,
I Efisiensi &stem Pemasaran
I
Strategi Pengembangan Pemasaran
Gambar 1. Kerangka pemikiran pemasaran hasil buah pohon serbaguna
dengan pola agroforestri di Propinsi Lampung
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Propinsi Lampung. Lokasi penelitian berada pada 6
kabupaten, (Way Kanan, Tulang Bawang, Lampung Selatan, Lampung Timur,
Lampung Utara, Lampung Barat) dan 2 kota, (Kota Metro dan Kota Bandar
Lampung);
17 kecamatan dan 21 desa, yang merupakan daerah-daerah sentra
produksi pada kawasan hutan rakyat dengan semua komoditi jenis tanaman
serbaguna, yang dilakukan selama 2 bulan .
Konsep Dasar dan Definisi Operasional
Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup semua pengertian yang
dipergunakan untuk mendapatkan data yang akan dianalisis sesuai dengan tujuan
penelitian.
Pemasaran adalah fasilitas pemasaran yang memberikan jasa pelayanan, sehingga
semua komoditi yang dihasilkan dapat disalurkan dari petani atau pihak produsen lain
sampai ke tangan konsumen akhir. Pedagang tanaman serbaguna adalah pembeli
produk-produk tanaman serbaguna baik dari petani atau lembaga pemasaran
selanjutnya dijual kembali.
Struktur pasar adalah suatu hubungan yang tejadi antara penjual dengan penjual,
pembeli dengan pembeli dan antara penjual dengan pembeli serta kemungkinan
keluar masuknya penjual dalam pasar.
Saluran pemasaran adalah lembaga-lembaga pemasaran yang dilalui oleh suatu
komoditi mulai dari produsen ke konsumen.
Marjin pemasaran; marjin pemasaran total adalah perbedaan harga antara
pembayar konsumen akhir dengan harga yang diterima petani. Sedangkan marjin
pemasaran di setiap tingkat lembaga adalah selisih harga beli dengan harga jual dari
masing-masing tingkat lembaga yang bersangkutan. Marjin pemasaran terdiri dari
biaya dan keuntungan lembaga pemasaran.
Cara pembelian secara borongan adalah pembelian tanpa mengetahui kuantitas
barang dengan pasti. Kuantitas tersebut hanya diketahui dengan talcsiran. Cara
pembelian eceran adalah pembelian dengan kuantitas barang diketahui dengan pasti.
Pengukuran variabel-variabel di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Marjin pemasaran dhitung berdasarkan perbedaan harga beli dengan harga
jual, satuannya rupiah.
2. Tingkat harga beli, dihitung berdasarkan harga pembelian dan satuannya
rupiah.
3. Tingkat harga jual, dihitung berdasarkan harga penjualan dengan satuan