JURNAL HUKUM NO. 1 VOL. 18 JANUARI 11: - 41

Penutup

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa telah terjadi perbedaan pandangan antara pemerintah dan masyarakat atas perlindungan PTEBT Indonesia. Pandangan pemerintah adalah untuk melindungi HKI dan nilai komersial PTEBT. Sementara itu, pandangan masyarakat lokal dan tradisional adalah untuk memelihara dan melestarikan PTEBT yang menjadi salah satu warisan budaya Indonesia. Masyarakat Indonesia jarang memandang PTEBT dari sudut HKI dan nilai komersialnya, tetapi mereka lebih memandangnya dari nilai spiritualnya, filosofi hidup, identitas budaya dan ikatan sosial yang menyatukan Indonesia.

Oleh karena itu, RUU PTEBT dapat gagal untuk memelihara dan melestarikan PTEBT karena masalah-masalah berikut: 1)RUU tersebut hanya memfokuskan perlindungannya pada HKI dan nilai komersial dari PTEBT; 2)Tidak adanya dokumentasi atas PTEBT Indonesia sehingga tidak jelas apa yang akan dilindungi oleh RUU PTEBT; 3)Belum pahamnya aparat hukum dan pengadilan Indonesia atas konsep perlindungan PTEBT; 4)Diabaikannya eksistensi dan hak-hak masyarakat adat padahal merekalah yang memelihara dan mengembangkan PTEBT Indonesia; 5)Tidak diakomodasinya hukum adat dalam RUU PTEBT, padahal hukum adat masih dipakai masyarakat dalam pengelolaan PTEBT; 6)Pengguna Indonesia dikecualikan dari syarat Benefit Sharing padahal merekalah pengguna terbanyak PTEBT Indonesia; 7)Tidak adanya sanksi hukum bagi kelompok radikal

40 JURNAL HUKUM NO. 1 VOL. 18 JANUARI 2011: 20 - 41

yang menyerang produk PTEBT dan masyarakat yang mempraktekan PTEBT mereka.

Oleh karena itu, RUU PTEBT ini tidak cukup untuk memelihara dan melestarikan PTEBT Indonesia. Perlindungan PTEBT harus menerapkan upaya-upaya yang tidak hanya terkait dengan HKI dan hukum saja, tetapi juga dengan yang non-HKI dan non-hukum, yaitu: 1) Mendokumentasikan dan menyusun data-base dari PTEBT Indonesia sesegera mungkin; 2) Mengedukasi aparat hukum dan pengadilan supaya tidak merancukan perlindungan PTEBT dengan perlindungan HKI; 3) Mengundangkan RUU Perlindungan Masyarakat Adat untuk melindungi keberadaan dan hak-hak masyarakat adat yang menjadi kustodian PTEBT Indonesia; 4) Menghidupkan kembali dan memasukkan hukum adat ke dalam RUU PTEBT; 5) Persyaratan Benefit Sharing atas pemanfaatan PTEBT harusnya diterapkan tidak saja kepada pengguna asing, tetapi juga kepada pengguna Indonesia; 6) Mengontrol dan menjatuhkan sanksi hukum kepada kelompok radikal yang menyerang PTEBT dan masyarakat yang sedang menjalankan PTEBT-nya.

Daftar Pustaka

Amirrachman, Alpha (ed.), Revitalisasi Kearifan Lokal, Studi Resolusi Konflik di Kalimantan Barat, Maluku dan Poso , International Center for Islam and Pluralism (ICIP), Jakarta, 2007.

Antons, Christoph, Traditional Knowledge, Traditional Cultural Expressions, and Intellectual Property Law in the Asia-Pacific Region , Kluwer Law International, Netherlands, 2009.

Asia-Pacific Economic Cooperation, The Protection of Traditional Knowledge and Genetic Resources in Indonesia , Seminar Genetic Resources and Protection of Traditional Knowledge, Lima, Peru, 13-14 August 2008.

Bhatti, Shakeel, Elaboration of the Main Issues on Intellectual Property and Genetic Resources, Traditional Knowledge and Folklore , WIPO Asia-Pacific Regional Symposium on Intellectual Property Rights, Traditional Knowledge and Related Issues, Yogyakarta, Indonesia, 17-19 Oktober 2001.

Dutfield, Graham, Protecting Traditional Knowledge and Folklore: A review of progress in diplomacy and policy formulation , International Trade & Sustainable Development Series, ICTSD - UNCTAD, Switzerland, 2003.

International Chamber of Commerce Commission on Intellectual Property, Comments on “The Protection of Traditional Knowledge: Objectives and Principles” , 2 Maret 2010.

Jaszi, Peter, Traditional Culture: A Step Forward for Protection in Indonesia, Washington College of Law Research Paper No. 2010-16, American University Washing- ton College of Law, 2010.

Afifah Kusumadar. Pemeliharaan dan Pelestarian... 41

Kusumadara, Afifah, Analysis of the Failure of the Implementation of Intellectual Property Laws in Indonesia , Disertasi, Faculty of Law, University of Sydney, 2002.

Kutty, P.V. Valsala G., National Experiences with the Protection of Expressions of Folklore/ Traditional Cultural Expressions: India, Indonesia and the Philippines , WIPO, 1999.

Nahavandian, Mohammad, Protection of Tangible Expressions of Folklore, in particular, Handicrafts , WIPO Asia-Pacific Regional Symposium on Intellectual Property Rights, Traditional Knowledge and Related Issues, Yogyakarta, Indonesia, 17-19 Oktober 2001.

Purba, A. Zen Umar, Traditional Knowledge Subject Matter for which IP Protection is Sought , WIPO Asia-Pacific Regional Symposium on Intellectual Property Rights, Traditional Knowledge and Related Issues, Yogyakarta, Indonesia, 17-19 Oktober 2001.

Sedyawati, Edi, Availability, Scope and Use of IPRs for the Protection of Expressions of Folklore , WIPO Asia-Pacific Regional Symposium on Intellectual Property Rights, Traditional Knowledge and Related Issues, Yogyakarta, Indonesia, 17-19 Oktober 2001.

United Nations Conference on Trade and Development, Systems and National Experiences for Protecting Traditional Knowledge, Innovations and Practices , 22 Agustus 2000.

World Intellectual Property Organisation, Intellectual Property and Traditional Cultural Expressions/Folklore , Booklet no. 1, WIPO Publication No. 913(E), tanpa tahun.

World Intellectual Property Organisation, Technical Study on Disclosure Requirements in Patent Systems Related to Genetic Resources and Traditional Knowledge , Kuala Lumpur, Malaysia, 2004.

World Intellectual Property Organisation-Intergovernmental Committee on Intellectual Property and Genetic Resources, Traditional Knowledge and Folklore, The Protection of Traditional Cultural Expressions/ Expressions of Folklore: Revised Objectives and Principles , Geneva, 6-10 Desember 2010.

World Intellectual Property Organisation-Intergovernmental Committee on Intellectual Property and Genetic Resources, Traditional Knowledge and Folklore, The Protection of Traditional Knowledge: Revised Objectives and Principles , Geneva, 3-

7 Mei 2010.