Penciri SiCat Agronomik Kedelai yang Dapat Beradaptasi di Lahan Basah

~~

---,

l

Bul. Agron. (31) (2) 47 - 56 (2003)

Penciri SiCatAgronomik Kedelai yang Dapat Beradaptasi di Lahan Basah
Agronomic Traits Characterizing Soybean Adaptation to Saturated Soil

Nurliantil, Wahju Qamara Mugnisjah2, Muhammad Hasjim Bintoro Djoefrie2, Endang Sjamsudin2

.

ABSTRACT

;

i


Arable land-useconversioninto activities of non-agriculturalproduction may encouragethe useof wet regionfor
soybeanproduction. In this respect,a researchon the adaptability of 25 soybeanvarieties to saturatedsoil has been
conductedin thefield. A randomizedcompleteblock designwith 3 replicateswas usedin this experiment. Resultsof
the experimentshowedthe adaptability differencesamongthe 25 soybeanvarietiestested.Basedon their yield; soybean
adaptability to saturatedsoil condition was not related to plant growth type, but could be influencedby plant age. With
an exceptionfor Tidar (a high yielding variety belongingto the intermediateage), the late varietiesproduced higher
yield than that of the intermediateones. It was concludedthat the varieties belonging to high yielding ones were
characterizedby the existenceof positive correlation of pod numberwith nodulenumberand relative growth rate and
of nodulenumberwith relative growth rate and leavesarea index.
Key words: Soybean,Adaptation,Saturatedsoil, Agronomic/raits
PENDAHULUAN

I

I

I

I


I

~

I

Jumlah penduduk yang semakin bertambah di
Indonesia mengakibatkanketersediaanlahan semakin
terbatas bagi pertanian. Khususnya di pulau Jawa
semakin banyak lahan pertanian yang dialihfungsikan
peruntukannyakepada bidang lain. Padahalproduksi
kedelai nasional50 persendi antaranyadihasilkanoleh
pulau Jawa (Manwan et al., 1989). Semakin
berkurangnya lahan di pulau Jawa untuk pertanian
memungkinkan pemanfaatanlahan marginal sebagai
suatualtematif lokasi produksikedelai.
Kekuranganproduksi kedelai dapatdiatasidengan
perluasanarealpertanamandengancaramembukalahan
barn atau menanamkedelai di lahanbekaspadi sawah.
Pada lahan tersebut kelebihan air atau keadaan

tergenangdapatterjadi sebagaiakibat curahhujan yang
tinggi daDdrainaseyang bumk (Troedsonet al., 1983).
Hasil penelitiantelah membuktikanbahwa di lahan
basah pembuatan parit drainase diperlukan untuk
pertanaman kedelai dengan teknik budidaya basah.
Produksi kedelai yang ditanam di lahan basah
dilaporkan lebih tinggi daripadakedelai yang ditanam
secarakonvensional(Troedsonet al., 1983; Sumamo,
1986; Garside, Lawn, dan Byth, 1992). Karena itu,
budidayabasahkedelaidapatdianggapsebagaiusahake

arah ekstensifikasi pertanaman kedelai dengan
memanfaatkanlahan basah lainnya seperti rawa daD
pasangsumt.,Menumt data dari Balai Penelitian dan
Pengembangan
Pertanian(1986), luas daerahrawa dan
pasang sumt di Indonesia yang masih dapat
dimanfaatkanuntuk pertanianadalah5-7juta hektar.
Hasil penelitian terdahulu membuktikan pula
adanyatanggapyang bervariasi dari berbagaivarietas

kedelai terhadap budidaya basah (Mugnisjah, 1996).
Adanyakeragamanadaptabilitasantar varietasmungkin
disebabkanoleh perbedaantipe pertumbuhantanaman
daD umur panennya. Menumt Phulamahdi (1990),
varietaskedelai yang bemmur dalam akan beradaptasi
dan berproduksi lebih tinggi dibandingkan varietas
kedelai bemmur genjah. Oleh sebab itu, perlu diteliti
varietaskedelai yang dapat beradaptasi