Evaluasi dan Identifikasi Tingkat Kemunduran Mutu Hasil Perikanan Tangkap Ikan Belanak (Mugil spp) (Studi Kasus di Muara Angke Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara)

RINGKASAN

DENNY HIDAYAT. Evaluasi dan Identifikasi Tingkat Kemunduran Mutu Hasil
Perikanan Tangkap Ikan Belanak (Mugil spp) (Studi Kasus di Muara Angke
Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara). Dibimbing oleh PIPIH SUPTIJAH dan
RUDY R. NITIBASKARA.

Teknik penanganan pascapenangkapan dan pernailenan berkorelasi positif
dengan harga jual ikan dan hasil perikanan yang diperoleh. Semakin buiuk teknik
penanganan yang diberikan, maka semakin rendah pula nilai jual ikan tersebut.
Hal ini disebabkan oleh proses penangkapan yang tidak memiliki peralatan yang
cukup, bahan untuk menyimpan hasil tangkapan dengan baik serta kurangnya
pengetahuan tentang penanganan (handling) yang baik mulai dari ikan ditangkap
(penanganan di laut) sampai pada saat pembongkaran hasil tangkapan
(penanganan di darat) yang akhirnya menyebabkan kemunduran mutu hasil
tangkapan. Oleh karena itu diperlukan studi untuk mengetahui penyebab
kemunduran mutu hasil perikanan tangkap ikan belanak (Mugil spp).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis ikan yang paling banyak
tertangkap, mengetahui proses penanganan (handling) terhadap hasil tangkapan,
mengetahui tingkat kesegaran dan mutu hasil tangkapan mulai pada saat ikan
ditangkap sampai ke pelelanganlbakul dan mengetahui penyebab-penyebab

kerusakan atau kemunduran mutu dan kesegaran hasil tangkapan.
Proses kemunduran inutu pada ikan belanak (Mugil spp) diamati mulai
dari ikan ditangkap sampai ke pengumpul (bakul). Selama proses tersebut
terdapat 4 tahapan yang dijadikan sebagai objek pengamatan antara lain pada saat
ikan ditangkap (Tl), saat ikan dimasukkan ke wadahlember (T2), saat ikan di
palka (T3) dan saat ikan di bakul atau tengkulak (T4) yang diduga memberikan
pengaruh terhadap kemunduran mutu hasil tangkapan. Dari penelitian
pendahuluan diperoleh bahwa ikan yang paling banyak tertangkap adalah ikan
belanak (Mugil spp). Pengamatan kesegaran ikan dengan metode organoleptik
dilakukan secara langsung di lapangan. Untuk analisis proksimat, kandungan
nilai TVB (Total Volatile Base), nilai pH (derajat keasaman) dan kandungan
juinlah bakteri (Total Plate Count) dilakukan di laboratorium. Pengamatan juga
dilakukan pada alat-alat yang digunakan seperti perahu, peralatan handling dan
jenis alat tangkap.
Proses penangkapan menggunakan perahu motor tempel dengan kapasitas
perahu kurang dari 1 GT (Gross Tonase). Peralatan handling bempa
waddember untuk mengumpulkan hasil tangkapan, box styrofoam untuk
nlendinginkan ikan dan lain-lain. Alat tangkap yang digunakan adalah jaring
lingkar disebut juga peranzpus dengan panjang lebih kurang 104 meter, lebar
mata jaring 1.5 inci dan lebar jaring sebesar 1.5 meter.

Berdasarkan data yang diperoleh dari pengamatan langsung di lapang dan
di laboratorium diketahui bahwa saat ikan ditangkap (TI), saat ikan di
wadwember (T2), saat ikan di palka (T3) sanlpai pada saat ikan di
bakul/tengkulak (T4) berada dalam kondisi segar dan layak untuk dikonsumsi.
Berdasarkan nilai organoleptik ikan belanak (Mugil spp) mulai dari TI sampai

dengan T4 mengalami kemunduran mutu sebesar 27.19%. Kemunduran mutu
sebagian besar disebabkan oleh peralatan handling yang digunakan masih belum
memadai dan kurangnya penggunaan es pada hasil tangkapan yang disebabkan
sulitnya memperoleh es. Kurangnya sanitasi dan higiene dari nelayan dan
peralatan handling yang berhubungan langsung dengan hasil tangkapan mulai dari
saat ikan di tangkap ( T I ) sampai pada saat ikan di bakulltengkulak (T4). Selain
itu kemunduran mutu yang cepat terhadap hasil tangkapan juga disebabkan
minimnya pengetahuan tentang proses handling terhadap hasil tangkapan. Proses
penanganan yang dilakukan oleh nelayan di Muara Angke memiliki kesesuaian
dan ketidaksesuaian dengan standar penanganan yang baik.
Nilai organoleptik ikan belanak (Mugil spp) pada saat ikan di tangkap ( T l )
sampai pada saat ikan sampai ke bakul/tengkulak menunjukkan penurunan yang
berada pada kisaran 9.783 - 7.125 sehingga ikan-ikan tersebut nlasih memiliki
tingkat kesegaran yang baik. Dari hasil analisis proksi~natdiperoleh nilai rata-rata

kadar protein (14.293%), air (74.06%), lemak (3.271%) dan abu (7.6587%)
setelah 24 jam. Nilai Total Plate Count setelah 24 jam mulai dari saat ikan
ditangkap ( T l ) sampai dengan ikan di bakulltengkulak (T4) terus mengalami
. TVB
kenaikan. Nilai TPC pada T1 adalah 3 . 1 ~lo4, dan pada T4 2 . 1 ~ 1 0 ~Nilai
setelah 24 jam mulai mulai dari saat ikan ditangkap ( T I ) sanlpai ikan tiba di
bakul/tengkulak berkisar antara 8.179-18.5724 mgNI100g. Nilai pH ikan belanak
(Mugil spp) mangalami penurunan mulai saat ikan ditangkap ( T l ) sanlpai saat
ikan di palka (T3) yaitu antara 6.57-6.12. Selanjutnya nilai pH mengalami
kenaikan pada saat ikan sampai ke bakulltengkulak sebesar 6.19.