Berbagai Bentuk Pelecehan kepada Nabi saw: Ketegangan Doktrinal

C. Berbagai Bentuk Pelecehan kepada Nabi saw: Ketegangan Doktrinal

Ungkapkan Hart tentang Muhammad saw membuatnya menuai pujian yang cukup luas dari kalangan umat Islam sedunia dan sebalik- nya mengagetkan para peminat sejarah dan para pembaca bukunya atas pilihan Hart terhadap seratus tokoh dunia yang diangkatnya dengan meletakkan Nabi saw di urutan pertama.

“Jatuhnya pilihan saya kepada Nabi Muhammad dalam urutan pertama daftar Seratus Tokoh yang berpengaruh di dunia mungkin mengejutkan sementara pembaca dan mungkin jadi tanda tanya sebagian yang lain. Tapi saya berpegang pada keyakinan saya, dialah Nabi Muhammad satu-satunya manusia dalam sejarah yang berhasil meraih sukses-sukses luar biasa baik ditilik dari ukuran agama maupun ruang lingkup duniawi.” 18

Lepas dari segala kontroversi yang mungkin mengemuka sebagai konsekuensi atas tulisannya itu, Hart telah berani melakukan pembacaan dan telaah historis untuk menjatuhkan pilihan seratus tokoh yang diurutkannya berdasarkan argumentasi yang logis.

Senada dengan Hart, profesor sejarah Amerika, Richard Fletcher mengungkapkan pandangannya atas Nabi saw bahwa saat pertama kali Muhammad menerima wahyu pertama pada awal abad ke-7,

17 Thariq M. Al-Suwaidan & Faishal U. Basyarahil, 2005, Melahirkan…, hal. 191. 18 Michael H. Hart, 1978, The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History (New York: Hart Pub. Co), hal. 3. Michael H. Hart (born April 28, 1932 in New York City) is an astrophysicist who has also written three books on history and controversial articles on a variety of subjects. Hart describes himself as a Jeffersonian liberal, while his critics call him a conservative and

a racial separatist. His first book was The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History , which has sold more than 500,000 copies and been trans- lated into 15 languages. What mainly surprised readers in this book was the first person on Hart’s list (Hart, 1992). Hart decided to choose Muhammad over Jesus or Moses. Hart attributes this to the fact that Muhammad was “supremely successful” in both the religious and secular realms. He also accredits the authorship of the Qur’an to Muhammad, making his role in the development of Islam far more influential than Jesus’ collaboration in the development of Christianity. http://en.wikipedia.org/wiki/Michael_H._ Hart diakses pada 2 November 2012.

4. Dari Ketegangan Menuju Harmoni 69

Kristen sedang berada di bawah kekuasaan iman eksklusif Kekaisaran Roma. 19 Berdasarkan pernyataan berlatar historis tersebut dapat dipahami persoalan mengapa Islam dan Kristen/Katolik tidak pernah bisa bertemu kecuali dalam sejarah perjumpaannya bukan keyakinan doktrinalnya. Ada beberapa hal penting yang dapat dipetakan di sini dari tilikan historis Fletcher tentang hal-hal yang mendasari “percekcokan doktrinal” tersebut. 20

Islam Kristen

Al-Quran  keyakinan

Kitab Injil  multitekstual

monotekstual Bible Bibliotheca = “perpustakaan” (Latin) Perjanjian Lama berisi mitos, sejarah, hukum, puisi,

nasehat, manuskrip  mewarisi Yahudi Tauhid

Trinitas  Tuhan ayah, Tuhan anak dan Roh Kudus Doktrin teologis tegas

Ambigu

Nabi Muhammad sering ke Syiria Abad ke-4, Kristen telah menyebar di Arab Syiria sehingga untuk berdagang

ada masyarakat Arab yang beragama Kristen di Syria; Arab dilekati stereotip budaya, dianggap hina oleh Kristen

Muhammad saw berdakwah Dalam pandangan Injil, Muhammad adalah Rasul yang sebagai rasul terakhir

menyimpang dari Kristen yang murni alias keluar dari penyempurna dari Ibrahim, Musa

ajaran Kristen

dan Yesus (Isa); Muhammad ajak Islam dianggap sebagai agama baru dan Muhammad jauhi politeisme dan

dianggap sebagai pembangkang (heretics) oleh Kristen penyembahan berhala (paganisme)

Dapat dimengerti pula bahwa doktrin monoteisme yang ketat dalam Islam menganggap bahwa doktrin Kristen dalam masalah Trinitas dan Inkarnasi tidak dapat diterima. Fletcher juga menunjukkan bentuk pelecehan dan penghinaan yang dialamatkan kepada Nabi Muhammad saw, salah satunya yang dilakukan oleh Mansur—putera Sergius dan cucu Mansur seorang administrator dan pengatur pungutan pajak di Syiria—yang bernama baptis John dan terkenal sebagai John Damaskus. Dalam bukunya, Dialogue between a Saracen and a Christian, John menjatuhkan vonis atas Muhammad sebagai rasul yang keliru, yang menjiplak sebagian ajarannya dari kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru serta dari perkataan para pendeta Kristen

yang menyimpang (misalnya Bahira). 21 Menurutnya, Muhammad

19 Richard Fletcher, The Cross and the Crescent, terj. A. Malik (Tangerang: Alvabet, 2007), hal. 7.

20 Robby H. Abror, Sketsa-sketsa…, hal. 101. 21 Robby H. Abror, Sketsa-sketsa…, hal. 102.

70 Bagian II: Landasan Etis Filosofis tentang Perdamaian

menulis sejumlah karangan yang menggelikan dalam bukunya yang diakui sebagai wahyu dari surga. Selanjutnya, John meneruskan pembahasannya pada sejumlah doktrin atau praktik tertentu dalam Islam yang ia anggap aneh dan menceritakan hal-hal buruk tentang Muhammad. Atas semua tuduhan John tersebut, Fletcher membantah- nya dengan mengatakan bahwa John adalah pengarang yang jelas- jelas dipengaruhi oleh kebencian dan rasa jijik. John dan orang-or- ang Kristiani pada jamannya sesungguhnya bekerja dan mencari hidup kepada penguasa Muslim sembari diam-diam mencaci-maki orang- orang yang memimpin pemerintahan itu. Fletcher juga menandaskan bahwa sebenarnya Kristen sangat tertarik kepada Islam, tetapi kesalahpahaman, dendam, kebencian dan permusuhan yang sangat disayangkan tersebut telanjur dipupuk dan disebarkan. 22

Pembongkaran Fletcher atas teks-teks sejarah yang ditulis dengan kebencian, penuh kepalsuan dan distortif seperti dilakukan John Damaskus tersebut misalnya, setidaknya dapat menggugah kesadaran kritis dan keberanian historis umat Islam responsif, kritis dan bersedia membuka dialog atas setiap bentuk pelecehan yang ditujukan kepada Rasulullah saw.

Setidaknya ada enam bentuk penghinaan yang mendiskreditkan Islam dan Nabi Muhammad saw yang dapat disebutkan di sini: (1) Film Innocence of Muslims (2012), sebelumnya berjudul Innocence of Bin Laden (Desert Warrior) , itu adalah film anti-Islam yang beredar pada September 2012. Sam Bacile alias Basseley Nakoula adalah sutradara yang memvisualisasikan sosok Nabi saw. yang isinya mendiskreditkan kehidupan Nabi Muhammad. Pada 8 September, film itu dikecam partai politik Mesir. Protes terhadap film itu pada 11 September 2012, semakin meluas ke negara-negara muslim lainnya –bahkan hingga menyulut

kerusuhan di Benghazi, Libya; 23 (2) Film Fitna (2008) ditayangkan pada

27 Maret 2008 dibesut oleh politikus Belanda, Geert Wilders yang merupakan pemimpin Partij voor de Vrijheid (PVV) di parlemen Belanda, berisi pandangannya mengenai Islam dan Quran Pembuatan

22 Fletcher, The Cross…, hal. 28-32. 23 http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/12/ 10/12/mbscxw-enam-bentuk-penghinaan-kepada-islam-1 diakses pada

2 November 2012.

4. Dari Ketegangan Menuju Harmoni 71

film Fitna ini dilatar belakangi pengetahuan Wilders tentang sejarah Islam. Ia merasa Islam telah mengurangi kebebasan di Belanda dan perilakunya Nabi Muhammad SAW tidak cocok dengan kemoralan Barat. Sebab ia diketahui sebagai pendukung Yahudi. Sekjen PBB, Ban Ki Moon bahkan angkat bicara dan mengutuk penayangan film ini. Pemerintah Iran memanggil Duta Besar Belanda. Pemerintah In-

donesia juga mencekal Geert Wilders datang ke Indonesia; 24 (3) 12 kartun Nabi saw di Surat Kabar Jyllands-Posten, Denmark yang dimuat pada 30 September 2005. Di Indonesia, tercatat ada dua media massa menerbitkan kartun tersebut: Tabloid Gloria (lima kartun) dan Tab- loid PETA. Pemimpin Redaksi Gloria kemudian meminta maaf dan menarik penerbitannya, sedangkan pemimpin umum dan Pemred

PETA dijadikan tersangka; 25 (4) Film Submission (2004), film singkat berdurasi sebelas menit dalam bahasa Inggris. Film itu disutradarai Theo van Gogh dan ditulis Ayaan Hirsi Ali, mantan anggota DPR Belanda untuk Partai Rakyat Kebebasan dan Demokrasi. Judul film adalah terjemahan langsung dari kata “Islam”. Film ini bercerita tentang empat karakter fiksi yang dimainkan aktris tunggal mengenakan jilbab, namun dibalut dalam tubuh tembus pandang yang ditato dengan ayat suci Al-Quran. Sebagai reaksi dari film tersebut, sutradara van Gogh dibunuh seseorang yang menganggap film

tersebut telah menghina Islam; 26 (5) Buku The Satanic Verses (1988), novel keempat karya Salman Rushdie, sebagian terinspirasi dari kisah hidup Nabi saw. Judulnya merujuk pada apa yang diketahui sebagai “ayat-ayat setan”. Dalam novel ini, sang tokoh utama yang bernama Mahound (yang kemungkinan besar merujuk pada Muhammad) diceritakan secara kilas balik paralel dengan dua tokoh utama lainnya Gibreel Farishta dan Saladin Chamcha. Di Britania Raya, novel ini

24 http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/12/10/12/ mbsd5b-enam-bentuk-penghinaan-kepada-islam-2 diakses pada 2 Novem-

ber 2012. 25 http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/12/10/12/

mbsdbo-enam-bentuk-penghinaan-kepada-islam-3 diakses pada 2 Novem- ber 2012. 26 (http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/12/10/12/ mbsdgf-enam-bentuk-penghinaan-kepada-islam-4) diakses pada 2 Novem- ber 2012.

72 Bagian II: Landasan Etis Filosofis tentang Perdamaian

diterima dengan baik oleh para kritikus, dan menjadi finalis Booker Prize pada 1988. Di komunitas Muslim, novel ini menghasilkan kontroversi yang luar biasa. Buku ini dilarang beredar di India, dan banyak dibakar pada demonstrasi di Britania Raya. Novel ini juga menyulutkan kerusuhan di Pakistan pada 1989. Bahkan pemimpin Iran ketika itu, Ayatollah Ruhollah Khomeini sampai mengeluarkan fatwa memerintahkan semua umat muslim untuk membunuh Rushdie; 27 (6). Kasus Beruang Tedy Sudan (2007) adalah sebuah kasus penghujatan yang dilakukan guru asal Inggris, Gillian Gibbons. Ia bekerja di Sekolah Tinggi Unity di Sudan pada 2007. Ia ditangkap karena diduga menghina Islam setelah menamakan boneka beruang “Muhammad” di kelasnya. Untuk diketahui, Islam melarang peng- gambaran Rasulullah SAW dalam bentuk apapun. 28

Pelecehan dan pengkhinaan terhadap Nabi saw dan Islam merupakan bentuk ketegangan doktrinal dan historis yang bisa saja terulang kembali di masa yang akan datang. Masih ingatkah bagaimana Paus Benediktus XVI, pemimpin tertinggi umat Katolik dunia? Dalam seminar yang digelar di Universitas Regensburg, Bavarian, Jerman (2005), ia mengutip perkataan seorang penguasa Bizantium abad ke-14 dan mengatakan bahwa “Nabi Muhammad telah merampas tanpa kemanusiaan. Seperti perintahnya menyebarkan agama yang ia serukan dengan

pedang.” 29 Pidato provokatif bisa terjadi dan dilakukan oleh seorang pimpinan rohaniawan dunia. Mersepons hal itu, seperti dilansir oleh Isham Mudir, sahabat mendiang Ahmad Deedat, bahwa pidato yang berbau pelecehan itu dipicu oleh 30 pastur Vatikan yang masuk Islam. 30

Bisa jadi tindakan pelecehan itu dilakukan sebagai bentuk ketakutan berlebihan terhadap Islam atau apa yang sering disebut

27 (http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/12/10/12/ mbsdkh-enam-bentuk-penghinaan-kepada-islam-5) diakses pada 2 Novem-

ber 2012. 28 (http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/12/10/12/

mbsdv5-enam-bentuk-penghinaan-kepada-islam-6-habis) diakses pada 2 November 2012. 29 Abror, Sketsa-sketsa…, hal. 105. 30 Jurnalis Arab Saudi itu menjelaskan bahwa para pendeta tersebut saat itu tengah disidang dan diinterogasi secara ketat guna diberikan sanksi dan pengusiran dari gereja, seperti dilansir Badan Penerangan Islam Inter- nasional. Ia mengepalai sebuah Media Center yang membidangi mane-

4. Dari Ketegangan Menuju Harmoni 73

dengan Islamophobia. Istilah itu makin populer sejak tragedi serangan teroris ke gedung kembar World Trade Center (WTC) pada 11 September 2001. Selain itu, bisa pula terjadi karena perkembangan jumlah pe- meluk Islam yang semakin meningkat dari tahun ke tahun di Barat.

Stigma Barat atas Islam dan Nabi saw sesungguhnya merupakan distorsi atas teologi Islam yang seringkali dianggap sebagai penghalang kebebasan, agama kekerasan, identik dengan terorisme dan pedang. Pemahaman yang dangkal bisa jadi bagian dari sumber ketegangan doktrinal tersebut. Padahal Islam adalah agama damai dan anti- kekerasan. Salah satu firman Allah swt berbunyi, “dan janganlah kamu membuat kerusakan dimuka bumi sesudah (Allah) memperbaikinya” (Q.S. Al-A’raf: 56). Nabi saw juga telah meletakkan dasar-dasar toleransi dan humanisme sebagaimana terdapat dalam Piagam Madinah dalam rangka membangun masyarakat madani, berperadaban.