Aplikasi Teknik Dan Analisis Data

4.2.5. Funding Agencies

Semua kegiatan CETRO dibiayai oleh funding Agencies sebagai berikut: • UNDP • USAID

• NDI (The National Democratic Institute) • British Embassy • Foundation

4.2.6. Pembiayaan

Dalam menjalankan berbagai programnya yang direncanakan dengan baik dan professional, CETRO mendapatkan dukungan pembiayaan yang sangat baik. Semua pembiayaan yang diterimanya dicatatat dan dikelola dengan baik dan transparan, sehingga umum dapat melihat dan membaca financial statement yang dibuat oleh akuntan public. Dapat dilihat pada lampiran 5.

4.2.7. Pembentukan Koalisi

Dalam menjalankan misinya CETRO mampu membentuk koalisi Ornop, sehingga mereka mampu membentuk sinergi yang sangat baik untuk mendapatkan hasil kerja yang prima. Dalam masalah konstitusi baru, mereka telah berhasil membentuk koalisi ornop yang terdiri dari AJI, Bali Corruption watch, Bina Desa, Bina Swadaya, CERDAS, ELSAM, FIK ORNOP SULSEL, Forum Rektor YOSDM, GANDI, ICW, INSE, INFID, Kalyana Mitra, KPI, KIPP, KONTRAS, KRHN, LBH-APIK, dll.

4.2.8. Kinerja

Terlepas dari Pandangan politiknya, CETRO memperlihatkan kinerja yang sangat baik, terutama dalam mempersiapkan berbagai kertas kerja. Semua Terlepas dari Pandangan politiknya, CETRO memperlihatkan kinerja yang sangat baik, terutama dalam mempersiapkan berbagai kertas kerja. Semua

4.3. Komisi Konstitusi

Komisi konstitusi dibentuk berdasarkan TAP MPR No.I/MPR/2002 tentang pembentukan Komisi Konstitusi). Ada dua argumentasi yang mendasari pembentukan komisi konstitusi; pertama, konstitusi pada hakekatnya merupakan kontrak sosial antara masyarakat dengan negara, dimana pada satu sisi masyarakat merelakan diri untuk melepaskan sebagian dari hak-haknya dan tunduk dan diatur oleh negara. Sementara di sisi lainnya, negara juga diberi batasan-batasan tertentu dengan adanya pengakuan dan jaminan terhadap HAM dan adanya lembaga-lembaga yang menjamin HAM dengan mengedepankan prinsip pembatasan kekuasaan dan checks and balances antara lembaga- lembaga tersebut. dengan demikian, sudah seharusnya warga negara berpartisipasi penuh dalam proses pembentukkan konstitusi. Kedua, arti penting konstitusi sebagai kontrak sosial tersebut justru dipinggirkan oleh MPR dalam proses perubahan pertama dan kedua konstitusi dengan ketidak seriusan MPR dalam proses tersebut. ada dua hal yang menjadi penyebab kelemahan- kelemahan tersebut, yaitu (1) siapa yang melakukan perubahan dan yang menyusun Rancangan Perubahan UUD 1945 tersebut, dan (2) bagaimana proses perubahan pertama dan kedua UUD 1945.

Kemudian argumentasi berlanjut Berdasarkan TAP MPR No. IX/MPR/1999 dan IX/MPR/2000, Badan Pekerja MPR (BP MPR) memberikan tugas untuk membuat rancangan perubahan UUD 1945. Namun sebenarnya BP MPR tidak memiliki legitimasi yang kuat dan kewenangan penuh dalam menjalankan tugasnya. Hasil yang dirumuskan atau dibuat oleh BP MPR, dapat dirubah di dalam siding paripurna, siding tahunan, dan siding umum. Untuk itu perlu adanya komisi konstitusi.

4.3.1. Tugas Komisi Konstitusi

• Melakukan penelitian dan penelusuran dalam rangka penyusunan naskah rancangan konstitusi RI yang baru

• Melakukan upaya-upaya untuk memperoleh masukan dari public di seluruh penjuru negeri melalui konsultasi public, polling,survey,

petisi, dan acara dengar pendapat. • Menyusun/ mengkonsep masukan/ keinginan dari masyarakat untuk

dijadikan naskah rancangan konstitusi baru yang komprehensif • Mengsosialisasikan naskah tersebut kepada public sebelum di

serahkan kepada MPR • Menyerahkan rancangan final kepada MPR untuk disahkan. MPR

tidak dapat melakukan perubahan terhadap rancangan final tersebut.

4.3.2. Anggota Komisi Konstitusi

Acuan dasar dalam hal keanggotaan komisi konstitusi adalah sebagai berikut:

1. Ketua dan anggota Komisi konstitusi diangkat oleh MPR melalui mekanisme BP MPR.

2. Anggota Komisi Konstitusi berjumlah 99 orang yang terdiri dari ahli atau pakar seta perwakilan dari masing-masing propinsi.

3. Anggota Komisi Konstitusi tidak boleh berasal dari fungsionaris parpol, birokrat atau pejabat pemerintah, TNI atau POLRI. Kriteria anggota Komisi Konstitusi

1. Untuk Perwakilan Propinsi :

a. Berpendidikan minimal SMA.

b. Menyertakan tulisan mengenai apa yang dikontribusikan dalam komisi konstitusi.

c. Bertempat tinggal di propinsi yang diwakilinya untuk jangka waktu tertentu.

d. Menandatangani surat pernyataan tidak sedang memegang jabatan fungsional di dalam parpol, Birokrasi pemerintah,

dan bukan anggota TNI/ POLRI.

e. Menandatangani surat pernyataan bersedia bekerja purna waktu.

f. Dicalonkan oleh ormas dan individu yang berbasis di propinsi setempat.

2. Untuk Perwakilan Propinsi : 2. Untuk Perwakilan Propinsi :

b. Menyertakan tulisan mengenai apa yang akan dikontribusikannya sebagai tim ahli dalam upaya merumuskan konstitusi baru.

c. Adanya pengakuan ormas, asosiasi profesi mengenai kinerjanya yang akan berpihak pada kepentingan rakyat.

d. Memiliki kemampuan dalam penyusunan peraturan perundang-undangan (Legal Drafting)

4.3.3. Cara Kerja Komisi Konstitusi

Karena tugas utamanya adalah memfasilitasi masyarakat dalam pembentukan konstitusi baru, cara kerja komisi konstitusi harus mencakup berbagai upaya, antara lain :

1. Melakukan konsultasi public, dengan partisipan yang sudah diberi informasi lengkap terlebih dahulu. Sehingga kegiatan konsultasi

public berlangsung secara efektif. Cara lainnya dalam melakukan konsultasi public adalah berdialog dengan berbagai kelompok seperti buruh, tani, nelayan, dll

2. Melakukan polling dan survey

3. Memiliki mekanisme yang jelas memudahkan masyarakat untuk mendapatkan informasi dan memberikan masukan

4. Ada kewajiban memberikan laporan terhadap (misalnya setiap tiga bulan atau enam bulan) dan memberikan masukan

5. Seluruh proses harus didokumentasikan dengan baik. Tahapan kerja yang dilakukan :

1. Pembentukan Komisi Konstitusi

a. Pemilihan Anggota

b. Penentuan mekanisme kerja secara bagus, berikut jadwal kerja dan manajemen.

2. Proses Penyusunan

a. Penyusunan kerangka permasalahan, yaitu hal-hal pokok yang perlu diatur dalam konstitusi baru.

b. Konsultasi public untuk mendapatkan masukan mengenai kerangka konstitusi baru

c. Konsultasi public (termasuk polling, survey, diskusi,dll) untuk mendapatkan kritik dan masukan dari masyarakat

mengenai draft pertama

d. Mengelola kritik dan masukan dari masyarakat dan menyusunnya menjadi draft kedua

e. Pembahasan di dalam komisi konstitusi

3. Setelah disepakati okeh Komisi Konstitusi, ada beberapa kemungkinan untuk dapat mengesahkan konstitusi baru tersebut, yaitu :

a. Draft diserahkan kepada MPR untuk disahkan, tanpa perlu membahas ulang draft tersebut

b. Diadakan referendum untuk mengesahkan konstitusi baru tersebut.

Sekali lagi, pilihannya tergantung konstitusi baru tersebut. Dengan meihat keseluruhan analisa di atas, penulis merangkum dengan memberikan substansi perubahan UUD 1945 yang asli beserta analisisnya.

Analisis No

UUD 1945 Asli

Perubahan

Hal Pokok

Format sistematika sistematika

1. Format dan

a. Preambule

a. Preambule

b. Batang Tubuh

b. Batang Tubuh

UUD Baru atau

c. Penjelasan

c. Tanpa Penjelasan UUD 2002.

• Filsafat

• Filasat-filsafat “Tanpa Cita-Cita

Pancasila, filsafat

individualis pasal Nasional dan

gotong royong,

28 rechtsidee

rechtsidee (cita

(a,b,c,d,e,f,g,h,i)

diwujudkan dalam

demokrasi liberal,

preambule UUD

rechtsidee (cita

individualis dan

Sistem federalis, MPR

2. Susunan

a. DPR

• DPR,DPD

b. Utusan Golongan

Bicameral pasal 2

Golongan Wong-

c. Utusan Daerah

ayat (1)

kaya berkuasa

d. Sistem Gotong

• Golongan wong- (melalui partai

Royong pasal 2 ayat

cilik (petani,

politik)

karyawan,buruh, karyawan,buruh,

• Rawan Konstitusi

3. Sistem

Tertulis dan tidak

Tertulis

tertulis (penjelasan

kepentingan politik

UUD)

• Sistem hukum yang lemah

Demokrasi gaya Pemerintahan Demokrasi

4. Sistem

a. Sistem

MPR

a. /b Sistem

parlementer dengan Negara

(khas Legislative Heavy

Indonesia)

dengan mengambil

mengambil hak-hak

b. Presidensial Kabinet hak-hak prerogratif

preogratif Presiden.

c. Negara Pancasila

presiden

Tidak sesuai dengan

c. Menuju Theokrasi kepribadian Pasal 31 ayat (3)

Indonesia (Edward Masters : malapetaka bagi negara seperti Indonesia)

5. Pemerintahan Otonomi

Mengarah kepada Daerah

luas Otonomi luas tidak

bertanggung

jawab/ terkendali

federalis dan

• Penanganan Pertahanan

Komando

Angkatan Kurang jelas dan

jelas UU Hankamneg

Komando Angkatan

masalah kurang

tidak jelas

efektif • Stabilitas

keamanan rendah • Rawan

disintegrasi

7. Kesejahteraa Untuk Seluruh rakyat • Individu Globalisasi sebagai n Sosial

Indonesia

koperasi • Kelompok

sistem

disebut

dalam • Neoliberal

Neokapitalisme

penjelassan UUD 1945

• Kesatuan Ekonomi

• Gotong royong Nasional. Ayat • Keadilan sosial tambahan ini

semangat neoliberal

Indonesia

UUD 1945, sedangkan

• Jiwa juang kea pada pasal 33 berupa

rah Nation dan penambahan ayat 4

Yang dijajah

Character

yang berbunyi sebagai ekonomi

Building

berikut:

Lazess Faire • Perekonomian Lazess Passer

nasional

Tidak boleh ada

diselenggarakan

campur tangan

berdasarkan atas

negara dibidang

Demokrasi ekonomi

ekonomi-

dengan prinsip

perdagangan. Yang

kebersamaan,

berkuasa kapitalis efisiensi, berkeadilan, internasional (Multi

Nationa Nationa

Corporation) yang

pengusaha pribumi.

kemandirian, serta

Yang terjadi proses

dengan menjaga

pemiskinan rakyat

keseimbangan

• Kuli berdasi, kuli

kemajuan dari

ber-mercy akibat

kesatuan ekonomi

korupsi dan KKN

nasional.

(jiwa kuli) • Kemiskinan

structural yang latent.

8. Demokrasi