96 kandungan bahan organik harus dilakukan dengan analisa tertentu di
laboratorium seperti dalam Lampiran 11, 12, 13, dan 14.
3.5. Analisis Data
Semua data yang terkumpul akan dianalisis. Adapun analisis data dilakukan secara deksriptif. Analisis jenis ini hanya dapat digunakan untuk
mendapatkan gambaran umum mengenai sebaran data tapi tidak dapat digunakan untuk mengambil keputusan. Menurut Hadi 1982 analisis
deskriptif digunakan untuk dapat menggambarkan mengenai situasi dan kondisi pada waktu dan tempat yang terbatas untuk mengetahui situasi dan
kondisi lokal suatu lokasi yang dapat digeneralisasikan pada waktu dan lokasi yang berbeda. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grasik
serta dilakukan interpretasi.
3.5.1. Kelimpahan, Indeks Keanekaragaman dan Indeks Keseragaman
Makrobenthos
Untuk penghitungan jumlah plankton per liter, digunakan rumus APHA, AWWA, WPOF 1976, yaitu :
N = w
x v
V x
p P
x L
T 1
Keterangan : N =
Jumlah fitoplankton per liter T =
Luas gelas penutup mm
2
L = Luas lapang pandang mm
2
96 P =
Jumlah fitoplankton yang tercacah p =
Jumlah lapang pandang yang diamati V =
Volume sampel fitoplankton yang tersaring v =
Volume sampel fitoplankton di bawah gelas penutup w =
Volume sampel fitoplankton yang disaring liter Sebagian faktor dari rumus tersebut telah diketahui pada
sedgwich-rafter, seperti : T = 1000 mm
2
, v = 1 ml, dan L = 0,25 µ mm
2
dimisalkan satu lingkaran sama dengan luas lapang pandang pada mikroskop dengan r = 0,5 mm, maka rumus tersebut menjadi :
N = 1000 mm
2
x P x V x 1 atau N = 100 P x V 0,25
π 10 1 ml w 0,25µw Kelimpahan individu hewan makrobenthos merupakan jumlah
sampel yang didapatkan di lapangan. Kemudian satuannya merupakan hasil pengalian antara volume van Veen Grab dengan banyaknya
pengulangan yaitu : 0,16 m3 x 5 = 0,8 m3. Jadi satuan kelimpahan hewan makrobenthos adalah Ind0,8 m3.
Untuk mengetahui keanekaragaman jenis biota di lokasi penelitian dilakukan penghitungan dengan menggunakan Indeks
Keanekaragaman Shanon – Weaver Odum, 1971 yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
H’ = - ∑ Pi ln Pi, dimana Pi = NiN
1=1
Keterangan : H’ = Indeks Keanekaragaman
96 Ni = Jumlah individu jenis ke-1
N = Jumlah individu total Kemudian untuk mengetahui dominasi atau keseragaman jenis,
dihitung indeks keseragaman hewan makrobenthos. Menurut Odum 1971 indeks keseragaman dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut : e = H’ ; Hmaks = ln S
Hmaks
Keterangan : e = Indeks Keseragaman
S = Jumlah jenis
3.5.2. Saprobik Indeks S1 dan Tingkat Saprobik Indeks TSI
Untuk menghitung saprobitas perairan digunakan analisis trosap yang nilainya ditentukan dari Saprobik Indeks SI dan Tropik Saprobik
Indeks TSI. Formula yang digunakan adalah hasil formulasi Persone dan De Pauw 1983 dalam Anggoro 1988 :
SI = 1C+ 3D + 1 B – 3A 1A + 1B + 1C + 1D
Keterangan : SI =
Saprobik Indeks A =
Jumlah Spesies Organisme Polysaprobik B =
Jumlah Spesies Organisme α-Mesosaprobik
C = Jumlah Spesies Organisme
β-Mesosaprobik
96 D =
Jumlah Spesies Organisme Oligosaprobik TSI = 1nC + 3nD + nB – 3 nA x nA + nB + nC + nD + nE
1nA + 3nB + 1nC + 1 nD nA + nB + nC + nD
Keterangan : N = Jumlah individu organisme pada setiap kelompok saprobitas
nA = Jumlah individu penyusun kelompok Polysaprobik nB = Jumlah individu penyusun kelompok
α-Mesosaprobik nC = Jumlah individu penyusun kelompok
β-Mesosaprobik nD = Jumlah individu penyusun kelompok Oligosaprobik
nE = Jumlah individu penyusun selain A, B, C dan D
3.6. Waktu dan Tempat Penelitian