Latar Belakang. Pemahaman Unsur Memperkaya, Dan atau Menguntungkan Tindak Pidana Korupsi

PEMAHAMAN UNSUR MEMPERKAYA, DAN ATAU MENGUNTUNGKAN PADA TINDAK PIDANA KORUPSI

A. Latar Belakang.

Korupsi merupakan tindak pidana yang memiliki dimensi amat luas, perbuatan korupsi merupakan salah satu penyebab kehancuran strata sosial masyarakat dan hajat hidup orang banyak serta merupakan pelanggaran hak asasi terhadap jutaan rakyat Indonesia. Korupsi saat ini harus dilihat sebagai tindakan yang luar biasa extraordinary dan tidak bertanggung jawab yang bersifat sistemik, endemik dan flagrant. Kenyataan pada praktiknya, penjatuhan hukuman yang sangat ringan dibanding dengan ancaman pidananya, menimbulkan anggapan bahwa meningkatnya kejahatan adalah disebabkan karena para Hakim memberikan hukuman ringan atas pelaku koruptor, sementara yang seyogiany a tindakan yang diambil pengadilan adalah merupakan “Ultimum remedium” terhadap pelanggarpelaku kejahatan khususnya korupsi. Contoh kasus, sebagai bahan perbandingan putusan pidana dalam kasus korupsi: 1. Putusan Mahkamah Agung RI [1] dalam perkara pidana korupsi No. 752 KPid2007 tertanggal 16 Mei 2007, atas nama terpidana Drs.Idris Achmad, dkk. dengan jumlah kerugian negara sebesar Rp. 953.632.531,50. sembilan ratus lima puluh tiga juta enam ratus tiga puluh dua ribu enam ratus tiga puluh satu rupiah lima puluh sen dan dijatuhi hukuman penjara selama 1 satu tahun. 2. Putusan Mahkamah Agung RI dalam perkara pidana korupsi No.95 KPid2006 tertanggal 14 Pebruari 2006, atas nama terpidana Suhardi Spd. Bin Umar Sahari, dengan jumlah kerugian negara sebesar Rp. 15.000.000,- Lima belas juta rupiah dan dijatuhi hukuman penjara selama 1 satu tahun. 3. Putusan Mahkamah Agung RI dalam perkara pidana korupsi No.64 KPid2006 tertanggal 22 Maret 2006 , atas nama terpidana H.M.Mawardie Madani, SH Bin H.Abd Muis Madani, dengan jumlah kerugian negara sebesar Rp. 218.055.400,-dua ratus delapan belas juta lima puluh lima ribu empat ratus rupiah dan dijatuhi hukuman penjara selama 5 lima tahun. Memperhatikan contoh kasus pidana korupsi diatas ternyata pada prakteknya masih terdapat hal-hal yang terabaikan, karena pada pertimbangan putusan Hakim yang tidak secara jelas dan tegas membedakan nilai nominal kerugian negara yang hilang akibat perbuatan terpidana, dalam arti-kata bahwa Hakim belum melakukan pembedaan atas pengertiandefinisi daripada unsur memperkaya dan atau menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, atas setiap kasus pidana korupsi yang diputuskannya, sehingga mengakibatkan penjatuhan hukuman menjadi tidak proporsional. Selain itu juga Hakim dalam putusannya tidak pula mempertimbangkan keberadaan antara tindak pidana korupsi yang telah merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dengan tindak pidana korupsi yang akan merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Perbedaan sedemikian seharusnya dikemukakan oleh Hakim dalam putusannya, sehingga terlihat jelas klasifikasi antara suatu tindak pidana korupsi yang telah merugikan keuangan negara atau perekonomian negara kerugian negara secara nyata telah terjadi atau keuangan negara sudah berkurang, dengan tindak pidana korupsi yang akan merugikan Negara kerugian negara belum terjadi atau keuangan negara masih tetap seperti sedia kala, tidak berkurang. Untuk itulah masalah penjatuhan hukuman tidak hanya penting bagi Hakim dan proses peradilan belaka. Pola penjatuhan hukuman tersebut sangat penting bagi proses hukum secara menyeluruh terutama dalam hal penegakan hukum. Salah satu unsur yang harus dipegang agar proses penegakan hukum berjalan lancar, adalah kepercayaan dan penghargaan yang tinggi terhadap hukum. Kemungkinan besar hal itu tidak akan tercapai apabila penjatuhan hukuman terlalu-besar variasinya. Hal ini juga menyangkut masalah keadilan “kesebandingan”, yang biasanya diharapkan akan datang dari pengadilan sebagai lembaga atau peradilan sebagai suatu proses. Selama lembaga tersebut tidak memperhatikan akibat dan penjatuhan hukuman, maka akan sulit untuk melembagakan kepercayaan warga masyarakat kepada pengadilan. Yang diharapkan oleh bagian terbesar dan warga masyarakat adalah, bahwa hukuman yang dijatuhkan benar-benar menimbulkan perubahan yang signifikan dalam menghadapi persoalan kasus-kasus Korupsi yang telah memporak- porandakan sendi-sendi dalam bermasyarakat dan bernegara .

B. Identifikasi Masalah.

Dokumen yang terkait

ANALISIS YURIDIS UNSUR MELAWAN HUKUM DAN MENYALAHGUNAKAN WEWENANG DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI

0 3 16

PENGGALIAN PUTUSAN HAKIM: PENERAPAN UNSUR MEMPERKAYA DAN/ATAU MENGUNTUNGKAN Penggalian Putusan Hakim: Penerapan Unsur Memperkaya Dan/Atau Menguntungkan Dalam Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi Dikaitkan Dengan Putusan Pemidanaan Tindak Pidana Korupsi.

0 2 16

PENDAHULUAN Penggalian Putusan Hakim: Penerapan Unsur Memperkaya Dan/Atau Menguntungkan Dalam Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi Dikaitkan Dengan Putusan Pemidanaan Tindak Pidana Korupsi.

0 3 17

DAFTAR PUSTAKA Penggalian Putusan Hakim: Penerapan Unsur Memperkaya Dan/Atau Menguntungkan Dalam Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi Dikaitkan Dengan Putusan Pemidanaan Tindak Pidana Korupsi.

0 1 4

PENGGALIAN PUTUSAN HAKIM: PENERAPAN UNSUR MEMPERKAYA DAN/ATAU MENGUNTUNGKAN Penggalian Putusan Hakim: Penerapan Unsur Memperkaya Dan/Atau Menguntungkan Dalam Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi Dikaitkan Dengan Putusan Pemidanaan Tindak Pidana Korupsi.

0 2 24

PENGGALIAN PUTUSAN HAKIM: PENERAPAN UNSUR MEMPERKAYA DANATAU MENGUNTUNGKAN DALAM UNDANG- UNDANG TINDAK PIDANA KORUPSI DIKAITKAN DENGAN PUTUSAN PEMIDANAAN TINDAK PIDANA KORUPSI

0 0 10

PENAFSIRAN UNSUR “BERTENTANGAN DENGAN KEWAJIBAN” DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI

0 0 11

Unsur Menyalahgunakan Kewenangan dalam Tindak Pidana Korupsi sebagai Kompetensi Absolut Peradilan Administrasi

0 0 23

REFORMULASI PENGERTIAN UNSUR YANG DAPAT MERUGIKAN KEUANGAN NEGARA ATAU PEREKONOMIAN NEGARA DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI

0 0 19

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Upaya Jaksa Penuntut Umum Membuktikan Unsur Menguntungkan Diri Sendiri atau Orang Lain, atau Suatu Korporasi Dalam Pemeriksaan Perkara Tindak Pidana Korupsi di Pengadilan Tipikor Semarang - PEMBUKTIAN UNSUR MENGU

0 0 65