Rekayasa Paket Agroindustri Kecil Pedesaan Komoditi Konsentrat sebagai Pakan Sapi Perah Laktasi

TARTSIR BASIU F 31.1637. Rekayasa Paket Agroindustri Kecil Pedesaan Komoditi
Konsentrat Sebagai Pakan Sapi Perah Laktasi. Di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. H.
Eriyatno, MSAE.

Pada tahun 1997 jumlah populasi sapi perah di Kabupaten Bogor yaitu 5296
ekor, dari populasi sapi perah tersebut terdapat sekitar 1882 ekor sapi perah laktasi.
Populasi sapi perah pada tahun 1997 tersebut meningkat sebesar 13,5% dan juga
populasi sapi perah laktasi meningkat sebesar 3,06% jika dibandingkan dengan
populasi sapi perah pada tahun 1996.
Sebagai akibat dari peningkltan jumlah sapi perah laktasi tersebut terjadi
peningkatan jumlah pakan yang dibutuhkan dalam ha1 ini konsentrat sebagai
makanan tambahan. Agroindustri kecil pedesaan komoditi konsentrat sebagai pakan
sapi perah laktasi direncanakan di Kecamatan Leuwiliang dengan kapasitas produksi
per tahun sebesar 1.500.000 kg yang hanya memenuhi permintaan konsentrat
dipasaran sebesar 43%. Salah satu bahan bahan baku yang dibutuhkan untuk
n~emproduksi konsentrat ini yaitu jagung sebanyak 315.000 kg/thn. Kecamatan
Leuwiliang pada tahun 1996 memproduksi jagung kering sebesar 825.000 kg yang
meningkat sebesar 25% jika dibandingkan dengan tahun 1995 yang menghasilkan
jagung kering sebesar 661.000 k g .
Prakiraan modal proyek (investasi) agroindustri kecil pedesaan komoditi
konsentrat sebagai pakan sapi perah laktasi yaitu Rp 356.998.571,-. Untuk memenuhi

kebutuhan modal tersebut selain modal sendiri juga dibutuhkan modal pilljaman dari
luar. Perbandingan modal pinjaman dengan modal sendiri (DER) dilakukan dengan
tiga skenario yaitu skenario yang pertama 50:50, skenario kedua 60:40, dan skenario
yang ketiga sebesar 70:30. Pinjaman tersebut berasal dari Bank Syariah dengan
menggunakan sistem bagi hasil sebesar 95:5, dimana 95% buat perusahaan dan 5%
buat pihak bank.
Pada skenario yang pertama (DER: 50:50) diperoleh nilai IRR sebesar 43,98%
yang lebih besar dari tingkat discol~tlrrate yang ditetapkan dari bank yaitu 30%, Net
B/C sebesar 1,29 yang berarti manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya yang
dikeluarkan, NPV sebesar Rp 40.224.755,- dan waktu yang dibutuhkan untuk
mengernbalikan modal (PBP) jraitu selama 4,49 tahun. Skenario yang kedua (DER:
60:40) nilai IRR yang diperoleh sebesar 36,52%, Net B/C sebesar 1,14, NF'V sebesar
Rp 22.478.245,- dengan waktu pengembalian modal selama 4,49 tahun. Skenario
yang ketiga (DER: 70:30) nilai LRR yang diperoleh sebesar 34,98%, Net B/C sebesar
1,12, NPV sebesar Rp 22.412.885,- dengan waktu pengembalian modal selama 5,08
tahun. Titik impas (BEP) yang diperoleh adalah sama yaitu 265.458 kg.
Analisis sensitivitas dilakukan pada skenario yang terbaik yaitu pada skenario
yang pertama (DER: 50:50) karena dari nilai-nilai kriteria kelayakan yang diperoleh
merupakan yang terbaik. Analisis sensitivitas ini dilakukan pada penurunan harga jual
dan kenaikan biaya bahan baku xssing-masing sebesar 2%. Pada penurunan harga