Peranan Stasiun Dan Tanggung Jawab Perusahaan Angkutan Darat Terhadap Penumpang (Studi Pada P.O SAMPRI Stasiun Kabanjahe)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku
Departemen Pendidikan Nasional,2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke
empat, Jakarta: Gramedia PustakaUtama.
Hasyim, Farida. 2009. Hukum Dagang, Jakarta: Sinar Grafika.
Kamaludin, Rustian, H, 2003. Ekonomi Tranportasi, Jakarta: Gahalia Indonesia.
Kansil, C.S.T.2010. Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia,
Jakarta:
Sinar Grafika.
____________. 2001. Modul Hukum Dagang, Jakarta: Djambatan.
Muhammad, Abdulkadir Prof. 2006. Hukum Asuransi Indonesia, Bandung:
cetakan
keempat Citra Aditya Bakti.
Nurbaiti, Siti, 2009.Hukum Pengangkutan Darat ( jalan dan kereta api),
Universitas Trisakti.

Jakarta:

Pramono Hari, Prakoso Djoko Adji, usman Sution,1991. Hukm pengangkutan
Di

Indonesia,Jakarta: Rineka Cipta.
Purba, Hasim, 2006. Suatu Pedoman Memahami Ilmu Hukum,Medan: Cahaya
Ilmu,
Purwosujipto, H.M.N. 2003. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia Hukum
Pertanggungan, Jakarta: DJambatan.
_________________.2008. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia Hukum
Pengangkutan, Jakarta: Djambatan.
Salim, Abbas H.A. 2006. Manajemen Transportasi. Bandung: Raja Grafindo
Persada.
Sembiring, Sentosa.2006. Hukum Dagang, Bandung: Citra Adtya Bakti.
Tjakranegara, Soegijatna, 1995. Hukum Pengangkutan Barang dan Penumpang,
Jakarta: Rineka Cipta.

Universitas Sumatera Utara

Wardana, Wahyu, Kun. 2009. Hukum Asuransi Proteksi Kecelakaan Transportasi,
Bandung: Mandar Maju, Bandung.
B. Peraturan perundang-undangan
Keputusan
Direktorat

Jenderal
Perhubungan
darat
Nomor:
SK.
75/A.J.60/DRJD/2003, tentang Penyelenggaraan Pool dan Agen
perusahaan
Otobus.
Peraturan Daerah Bupati Karo Nomor 21 Tahun 2006, tentang Retribusi terminal.
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 31 Tahun 1995, tentang Terminal
Transportasi Jalan.
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan.
Undang-Undang Nomor 23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964, tentang Dana Pertanggungan Wajib
Kecelakaan Penumpang Umum Jo Peraturan Pemerintah Nomor 17
Tahun 1965, tentang Ketentuanketentuan Dana
Pertanggungan Wajib
Kecelakaan Penumpang.
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1964, tentang Dana Pertanggungan Wajib
Kecelakaan Lalu Lintas Jalan Jo Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun

1965, tentang Ketentuan-ketentuan Pelaksanaan
Dana Kecelakaan
Lalu Lintas Jalan.

C. Internet
Adam,

Masri, Perlindungan hukum Korban Kecelakaan Lalu Lintas.
http://masriadam.blogspot.com (diakses Selasa, 23 oktober 2012).

Agung, Asuransi Kecelakaan Belum Jamin Semua Pengguna
http://www.ugm.ac.id, (diakses 28 Februari 2011, Pukul 16:08).

Jalan,

Ahira, Ane. Transportasi Kreta Api, .http://www.anneahira.com/transportasikereta- api (diakses 02 Oktober 2004).
Basuki, Hari, Kami. Terminal. http://kamiharibasuki.blogspot.com, (diakses 29
Oktober 2010, Pukul 13:25).

Universitas Sumatera Utara


Departemen Perhubungan Republik Indonesia, Peraturan Perundang-undangan
Bidang
Transportasi. http://118.97.61.233/perundangan/index.php.
(diakses
Rabu 20 Februari 2013 Pukul 19:00)
Geografi,
(Diakses
Huda,

Jusnan.Transportasi. http://www.blogspot.com,
selasa 22 mei 2012).

Justnangeografi

Nurul, Muhammad. Pengertian Tanggung Jawab
http://www.criminalist.multyply.com (diakses 30 Maret 2011).

Hukum.


Mulyadi,
Hendra,
Dicky,
Ekonomi
Transportasi.http://Dickyhendramulyadi.blog.com ( diakses 17 Februrari 2011).
Muradi,Dedi. Pemanfaatan Terminal Angkutan Umum Regional Terkait dengan
Kebijakan Pengembangan Wilayah Kota Pangkal Pinang, Semarang:
Universitas Diponegoro,2005. (dipakai di Lingkungan UNDIP diakses
Kamis
21 Februari 2013 Pukul 10:00).
Sariful. Fungsi Transportasi Darat. http://sarifulsp2.blogspot.com(diakses Sabtu
09
Juni 2012 , Pukul 17:30).
Setiawan,Iwan,2012. Efektivitas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009
Tentang
Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan Yang Terganjal Penegakan
Hukum,
Medan.www.umnaw.com.(diakses 1 juni 2011 Kultura Volume
12).
Soef,


Mochammad. Pentingnya Peranan Transportasi Perkotaan dan
Lingkungannya. http://soef47.wordpress.com (diakses 1 November 2009).

Universitas Sumatera Utara

BAB III
STATUS HUKUM STASIUN DALAM TRANSPORTASI DARAT
A. Pengertian Stasiun dan Fungsi dari Transportasi Darat
Transportasi darat adalah segala bentuk transportasi yang menggunakan
jalan untuk mengangkut penumpang atau barang. Fungsi dari transportasi darat
adalah sebagai salah satu sektor pembangunan akan semakin merata keseluruh
wilayah tanah air bilamana penyebaran dan pengembangan sarana prasarana
fasilitas tersedia untuk dimanfaatkan sebaik mungkin dalam kehidupan suatu
daerah atau wilayah.35
Stasiun atau biasa juga disebut dengan terminal dalam transportasi darat
yang bergerak di bidang angkutan umum adalah suatu tempat naik turunnya dan
tempat untuk berhentinya angkutan dimana yang telah disediakan oleh perusahaan
guna memenuhi kebutuhan dari angkutan umum tersebut. penulis juga telah
memperhatikan penggunaan kata yang tepat antara terminal atau stasiun, namun

sesuai dengan data empiris penulis memilih memakai kata Stasiun dengan alasan
bahwa kata tersebut lebih dikenal masyarakat secara umum sesuai dengan daerah
riset yang ditinjau penulis dengan memakai kata Stasiun sebagai tempat
pemberhentian, naik dan turunnya penumpang. Namun pemilihan kata tersebut
tidak

menyalahi peraturan-perundangan yang berlaku karena pada umumnya

mengandung pengertian dan fungsi yang sama. Hampir semua perusahaan
pengangkutan

darat

memiliki

stasiun

yang

digunakan


sebagai

tempat

35

http://sarifulsp2.blogspot.com, Sariful, Fungsi Transportasi Darat, Sabtu 09 Juni 2012,
Pukul 17:30.

Universitas Sumatera Utara

pemberhentian tersebut untuk kepentingan pribadi atau kepentingan usaha. Dalam
UU Nomor 22 Tahun 2009 Pasal 33 ayat (1) dapat diartikan bahwa Stasiun
merupakan penunjang kelancaran perpindahan orang dan/atau barang serta
keterpaduan intramoda dan antarmoda di tempat tertentu dapat dibangun dan
diselenggarakannya Terminal. Pengertian stasiun merupakan tempat menunggu
bagi calon penumpang.36
Stasiun merupakan prasarana dalam sistem transportasi yaitu titik awal,
antara titik akhir dari jalur gerak (suatu tempat pergerakan tertentu dari suatu

tempat menuju tujuan perjalanan) transportasi. Stasiun transportasi adalah jumlah
keseluruhan dari fasilitas dan lahannya, dimana lalu lintas angkutan jalan berawal,
berakhir atau tempat perpindahan sebelumnya, selama atau sesudah pergerakan
angkutan jalan termasuk fasilitas pelayanan atau kendaraan-kendaraan dan
perlengkapannya dimana lalu lintas yang bergerak.
Stasiun adalah tempat sekumpulan bus mengakhiri dan mengawali lintasan
operasionalnya. Dengan mengacu pada defenisi tersebut bahwa pada bangunan
terminal penumpang dapat mengakhiri atau memulai perjalanannya atau dapat
juga menyambung perjalanannya dengan mengganti bus lintasan lainnya.37
Dari defenisi Stasiun berdasarkan UU RI Nomor 22 Tahun 2009 Tentang
Lalu lintas dan Angkutan Jalan di atas terdapat kata “Kelancaran Perpindahan”
yang maksudnya adalah stasiun tersebut mempunyai peran penting dalam

36

KBBI, Op.cit hlm. 1337.
http://kamiharibasuki.blogspot.com, Kami Hari Basuki, Terminal, 29 Oktober 2010,
Pukul 13.25.
37


Universitas Sumatera Utara

penyelenggaraan transportasi darat yang menentukan bahwa penyelenggeraan
transportasi tersebut dapat berjalan dengan baik yaitu dengan adanya stasiun yang
mendukung sebagai salah satu pendukung penyelenggara kegiatan transportasi.
Dari defenisi stasiun di atas dapat diambil kesimpulan bahwa stasiun
adalah prasarana dalam penyelenggaraan transportasi darat yang merupakan
tempat naik turunnya, baik sebelum dan sesudah keberangkatan yang dilengkapi
dengan Stasiun Pembantu serta fasilitas pendukung lainnya guna kelancaran
perpindahan penumpang sesuai dengan tujuannya. Stasiun Pembantu ini tersebar
di wilayah yang telah ditentukan oleh perusahaan sesuai dengan trayek tetap yang
telah ditetapkan sebelumnya, karena setiap perusahaan pengangkutan darat yang
memiliki trayek tetap pasti memiliki Stasiun Pembantu. Stasiun Pembantu
didirikan atas keputusan dari perusahaan pengangkutan darat karena sangat
dibutuhkan keberadaannya sebagai perpanjangan tangan tanggung jawab
pemimpin perusahaan kepada penumpang dan/atau barang. Stasiun Pembantu ini
pada

umumnya didirikan untuk kepentingan pribadi ataupun kepentingan


perusahaan pengangkutan untuk mendukung kelancaran penyelenggaraan
kegiatan transportasi darat.
Stasiun merupakan penunjang kelancaran perpindahan penumpang, Jika
ditinjau dari fungsinya terdapat tiga unsur yang berkaitan dengan stasiun yaitu:
1.

Fungsi stasiun bagi penumpang
Stasiun merupakan tempat akumulasi penumpang dari segala arah untuk
melakukan moda angkutan, yang selanjutnya dari stasiun penumpang

Universitas Sumatera Utara

dikelompokkan

menurut

perjalanannya.

Pada

umumnya

penumpang

melakukan pergantian moda angkutan karena memiliki tujuan perjalanan di
sektor terminal atau melanjutkan perjalanan ketujuan lain setelah berganti
moda angkutan di stasiun, fungsi lain stasiun bagi penumpang adalah untuk
kenyamanan menunggu, kenyamanan perpindahan, dari suatu moda atau
kendaraan ke moda atau kendaraan lain, tempat fasilitas-fasilitas, informasi
dan parkir kendaraan pribadi;
2. Fungsi stasiun bagi pemerintah
Bagi pemerintah, keberadaan stasiun diharapkan mampu memberikan
keuntungan, baik bersifat manfaat (benefit) maupun keuntungan. Dari aspek
ekonomi stasiun diharapkan dapat berperan sebagai salah satu sumber
pemungutan retribusi dan pajak-pajak yang memungkinkan peningkatan
pendapatan daerah. Jadi kepentingan pemerintah dengan adanya terminal
tersebut berkaitan dengan pengembalian investasi. Selain itu pengembangan
dan pembangunan terminal merupkan usaha untuk meningkatkan pelayanan
transportasi. Stasiun diharapkan mampu membantu mengurangi masalah lalu
lintas dalam kota seperti kemacetan dan beban jalan yang berlebihan dengan
meletakkannya di pinggir kota. Selain itu ada aspek politis yang
mempertimbangkan pemerintah meletakkan lokasi stasiun di daerah pinggiran
tersebut yaitu adanya kemungkinan pemerataan pembangunan dan upaya
pengembangan wilayah kota;
3. Fungsi stasiun bagi operator bus

Universitas Sumatera Utara

Salah satu kepentingan operator kendaraan terhadap stasiun adalah
kemudahan memperoleh penumpang. Lokasi terminal harus sedemikian rupa
sehingga mampu menghasilkan bangkitan perjalanan yang cukup tinggi.
Kemudahan

memperoleh

penumpang

tersebut

tidak

langsung

akan

menghasilkan sefisiensi operator kendaraan. Selain itu, terminal harus dapat
menjamin kelancaran pengaturan pengaturan operasi bus, fasilitas istirahat dan
informasi bagi awak bus dalam fasilitas pangkalan. Hal ini dipengaruhi oleh
beberapa hal yaitu jarak antara stasiun dan jumlah kendaraan yang melayani.
Fungsi stasiun bagi operator bus adalah sebagai tempat untuk fasilitas
perbaikan dan perawatan ringan bagi kendaraannya.38
Transportasi darat juga merupakan salah satu urat nadi untuk
pembangunan naisonal. Mengenai Fungsi dari transportasi darat dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa bagian yaitu:
1. Fungsi transportasi darat bagi peradaban manusia
Sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang semakin berkembang dan
bertambah dan gaya hidup yang cenderung menetap maka peningkatan dari
teknologi di bidang transportasi darat sangat diperlukan;
2. Fungsi transportasi darat bagi kegiatan ekonomi
Sumber daya alam adalah kebutuhan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidup ataupun untuk memperoleh penghasilan. Maka dari itu

38

Dedi Muradi, Pemanfaatan Terminal Angkutan Umum Regional Terkait dengan
Kebijakan Pengembangan Wilayah Kota Pangkal Pinang, UNDIP, Semarang, 2005, hlm. 33-34.

Universitas Sumatera Utara

diperlukan alat transportasi darat dalam mengakses kebutuhan akan sumber
daya alam tersebut, transportasi darat juga meminimalkan jarak sehingga
dapat menekan biaya pengeluaran dalam suatu produksi dan meningkatkan
efesiensi waktu;
3. Fungsi transportasi dalam bidang sosial
Pertambahan jumlah penduduk juga mengakibatkan bertambahnya
jumlah kebutuhan akan transportasi darat. Pada dasarnya transportasi darat
dapat mengakibatkan mobilitas, mobilitas tersebut dapat berupa perpindahan
manusia dari suatu wilayah ke wilayah lainnya untuk berpindah tempat
tinggal, dengan adanya mobilitas tersebut maka akan ada percampuran dari
suku dan budaya yang berbeda dalam suatu wilayah, orang-orang akan saling
menghormati dan saling mengenal budaya atau suku yang berbeda.39
Adapun fungsi lainnya dari transportasi darat adalah untuk mengatasi
kesenjangan jarak dan komunikasi antara tempat asal dan tempat tujuan. Untuk itu
sangat diperlukan pengembangan sistem transportasi dan komunikasi dalam
wujud saran dan prasarana. Transportasi dan tata guna lahan merupakan faktor
penting yang tidak dapat dipisahkan serta menjadi tujuan penting dalam
perancangan tata guna lahan atau perencanaan yang mempunyai efektivitas dalam
sistem transportasi yang menuju keseimbangan yang atara potensi tata guna lahan
dengan kemampuan transportasi darat.40

39

http///www.blog.spot.co.id, Sariful, Op.cit.
http://soef47.wordpress.com, Mochammad Soef, Pentingnya Peranan Transportasi
Perkotaan dan Lingkungannya, 1 november 2009.
40

Universitas Sumatera Utara

Transportasi darat sangat bermanfaat bagi pengembangan perekonomian
sauatu wilayah, apalagi perkembangan transportasi darat tersebut berkaitan
dengan perekonomian, pertumbuhan penduduk serta pengaruh politik serta fisik.
Dimana hal tersebut tidak busa dipisahkan karena mempunyai hubungan yang
berkaitan dalam pengembangan transportasi darat. Dengan adanya tatanan yang
baik terhadap pengembangan transportasi darat maka seiring dengan itu lalu
lintas, pertumbuhan ekonomi juga ikut serta berjalanan dengan baik. Dukungan
pemerintah sebagai penyelenggara infrastruktur merupakan hal utama guna
jalannya pengembangan dan penyelenggaraan transportasi tersebut. Pengawasan
yang ketat terhadap perbaikan dan perawatan infrastruktur oleh pemerintah
sangatlah dibutuhkan oleh setiap masyarakat demi peningkatan perekonomian.
B. Klasifikasi Stasiun dalam Transportasi Darat
Stasiun penumpang merupakan prasarana transportasi yang berfungsi
sebagai tempat naik turunnya penumpang dalam penyelenggaraan transportasi
darat. Berdasarkan jenis angkutannya stasiun terbagi menjadi dua bagian yaitu
stasiun yang diperuntukkan bagi penumpang dan stasiun yang peruntukkan untuk
barang. Namun pada skripsi ini penulis membahas mengenai stasiun yang
diperuntukkan bagi penumpang. Penyelenggaraan transportasi darat, stasiun
mempunyai jenis atau klasifikasi yang telah diatur, berdasarkan Keputusan
Menteri Nomor 31 Tahun 1995, klasifikasi stasiun terbagi menjadi tiga bagian
yang terdapat dalam pasal 2 yaitu:
1. Terminal Penumpang tipe A;
2. Terminal Penumpang tipe B;

Universitas Sumatera Utara

3. Terminal Penumpang tipe C;
Mengenai pembagian stasiun di atas terdapat beberapa ketentuan yang
telah diatur berdasarkan lingkup kerja transportasi tersebut adapun ketentuan
tersebut yaitu:
1. Terminal penumpang tipe A
Yaitu berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota
antar propinsi dan.atau angkutan lintas batas negara, angkutan antar kota
dalam propinsi, angkutan kota dan/atau angkutan pedesaan. Untuk mendirikan
stasiun ini terdapat beberapa syarat yang harus di penuhi diantaranya:
a. Terletak di ibukota propinsi, kota atau kabupaten dalam jaringan trayek
antar kota antar propinsi dan atau angkutan lintas negara;
b. Terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya 20 km di
pulau jawa, 30 km di pulau sumatera, dan 50 km di pulau lainnya. Luas
lahan yang tersedia sekurang-kurangnya 5ha untuk terminal di pulau jawa
dan sumatera, dan 3ha untuk pulau lainnya;
c. Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal
dengan jarak sekurang-kurangnya 100 m di pulau jawa dan 50 m di pulau
lainnya, dihitung dari jalan ke pintu keluar atau masuk terminal.
2. Terminal tipe B
Yaitu berfungsi untuk melayani kendaraan umum untuk angkutan antar
kota dalam propinsi, angkutan kota dan/atau angkutan pedesaan. Dalam
penetapan terminal ini terdapat ketentuan yang harus dipenuhi diantaranya
yaitu:

Universitas Sumatera Utara

a. Terletak dalam jaringan trayek antar kota dalam propinsi, yang mana juga
terletak dalam jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kuragnya kelas
IIIB;
b. Jarak antara dua terminal penumpang tipe B atau dengan terminal
penumpang tipe A, sekurang-kurangnya 15 km di pulau jawa dan 30km di
pulau lainnya;
c. Tersedianya lahan sekurang-kurangnya 3ha untuk terminal yang berada di
pulau jawa dan sumatera, dan 2ha untuk terminal di pulau lainnya;
d. Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal
dengan jarak sekurang-kurangnya 50 m di pulau jawa dan 30 m di pulau
lainnya dihitung dari jalan ke pintu keluar atau masuk terminal.
3. Terminal tipe C
Berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan pedesaan. Dalam
penetapan lokasi terminal ini terdapat ketentuan yang harus dipenuhi
diantaranya yaitu:
a. Terletak di wilayah kabupaten daerah tingkat II dan dalam jaringan trayek
pedesaan;
b. Terletak di jalan kolektor atau lokal dengan kelas jalan paling tinggi kelas
IIIA;
c. Tersedia lahan sesuai dengan permintaan angkutan;
d. Mempumyai akses jalan masuk atau keluar ke dan dari terminal, sesuai
kebutuhan untuk kelancaran lalu lintas di sekitar terminal.

Universitas Sumatera Utara

Stasiun pada umumnya dibangun di sudut-sudut kota atau desa, dengan
maksud

bahwa

untuk

meningkatkan

tata

ruang

yang

baik

dalam

menyelenggarakan kegiatan transportasi darat. Lokasi stasiun juga harus
memperhatikan hal-hal berikut:
1. Rencana umum tata ruang;
2. Kepadatan lalu lintas dan kapasitas jalan di sekitarr terminal;
3. Keterpaduan moda transportasi baik intra maupim antar moda;
4. Kondisi topografi lokasi terminal;
5. Kelestarian lingkungan.
Semua jenis terminal yang dijelaskan di atas dikelola sepenuhnya oleh
pemerintah daerah dimana terminal tersebut ditentukan. Dalam mendirikan
stasiun dalam suatu wilayah diatur menurut kewenangan dan jenis terminal yang
akan didirikan. Pemerintah tidak melarang adanya pendirian stasiun demi
kepentingan pribadi atau usahanya, karena hal tersebut juga berpengaruh dengan
meningkatnya perekonomian negara. Peraturan tersebut diatur oleh pemerintah
daerah yang berwenang tetapi pendirian stasiun tersebut harus memperoleh izin
yang sah sesuai dengan peraturan daerah masing-masing, agar kedudukan dari
stasiun yang didirikan tersebut sah secara hukum dan mempunyai tanggung jawab
hukum yang tetap bagi perusahaan dan penumpang.
C.

Perantara-Perantara dalam Penyelenggaraan Transportasi darat
Dalam menyelenggarakan kegiatan transportasi darat juga dibutuhkan
peran pihak-pihak tertentu yang membantu dalam kegiatan tersebut. menurut

Universitas Sumatera Utara

Keputusan Menteri KM Nomor 35 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan
Angkutan Orang Di jalan Dengan Kenderaan Umum dengan Peraturan
pelaksananya yaitu Keputusan Direktorat Jenderal Perhubungan darat Nomor SK.
75/A.J.60/DRJD/2003 tentang Penyelenggaraan Pool dan Agen Perusahaan
Otobus pasal 13 yaitu Agen. Agen adalah tempat untuk pemesanan dan penjualan
tiket yang berlokasi di terminal, pool dan tempat lain yang memungkinkan. Dalam
penyelenggaraan

transportasi

darat

agen

harus

memenuhi

persyaratan

sebagaimana sesuai dengan Keputusan Direktorat Jenderal Perhubungan darat
Nomor SK. 75/A.J.60/DRJD/2003 tentang Penyelenggaraan Pool dan Agen
perusahaan Otobus pasal 5 yaitu:
1. Hanya dipergunakan sebagai tempat penjualan tiket;
2. Tidak diperbolehkan sebagai tempat pemberangkatan bus;
3. Tidak ada pungutan tambahan terhadap penumpang.
Dalam penyelenggaraan transportasi darat dikenal juga adanya Kondektur,
yang biasa bahasa sehari-hari dikenal dengan kernet. Kondektur tersebut tidak
diatur dalam peraturan perundang-undangan namun pada kenyataannya diketahui
seluruh masyarakat yang menggunakan jasa transportasi darat. Kondektur ini
banyak di jumpai di setiap stasiun yang tersebar di berbagai daerah. Pengertian
kondektur secara umum adalah pembantu pengemudi. Namun pada dasarnya
kondektur tidak hanya bekerja sebagai pembantu pengemudi. Kondektur bekerja
sama dengan pengemudi untuk menciptakan penyelenggaraan transportasi darat
yang baik. Kondektur atau kernet ini menurut pengamatan penulis yang telah
terjadi dilapangan menurut tugasnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

Universitas Sumatera Utara

1. Kondektur yang bekerja sebagai pembantu pengemudi
Kondektur ini mempunyai fungsi sebagai pembantu pengemudi dalam
menyelenggarakan transportasi darat, misalnya dalam pemungutan ongkos,
membantu menaikkan dan menurunkan penumpang, membantu menyusun
barang-barang penumpang, menghitung jumlah penumpang yang ada, dan
kondektur jugalah yang membantu apabila angkutan umum dalam keadaan
rusak. Kondektur ini ikut bersama-sama dengan pengemudi dan mengikuti
serta mematuhi perintah pengemudi pada saat penyelenggaraan angkutan.
Artinya kondektur ini berada di dalam angkutan tersebut ikut mengikuti
perjalanan sesuai dengan trayek yang telah ditentukan bersama-sama dengan
penumpang. Kondektur ini menerima upah dari pengemudi apabila kegiatan
penyelenggaraan amgkutan telah selesai artinya upah yang di terima per hari
kerja.
2. Kondektur yang berada di stasiun
Kondektur ini tidak ikut mengikuti perjalanan bersama-sama dengan
penumpang. Artinya kondektur hanya membantu dalam kinerja yang ada di
stasiun tersebut, misalnya dalam pelangsiran barang-barang penumpang,
dimana kondektur yang mengangkut barang-barang penumpang tersebut
kedalam angkutan. Kondektur ini juga membantu kegiatan stasiun dalam
memparkirkan angkutan/ menyusun angkutan dan menempatkannya di
wilayah parkir stasiun. Kondektur ini menerima upah dari agen yang ada di
stasiun setelah kondektur ini menyelesaikan tugasnya, dimana upah yang
diterima di bayar per hari kerja.

Universitas Sumatera Utara

Jika dilihat berdasarkan kinerja dari stasiun kondektur merupakan
salah satu fasilitas yang umum untuk memberikan pelayanan kepada
penumpang, sehingga penumpang tidak perlu repot dalam mengangkut
barang-barang bawaanya dan menyusunnya kedalam angkutan.
D. Status Hukum Stasiun dalam Penyelenggaraan Transportasi Darat
Status hukum stasiun dalam penyelenggaraan transportasi darat secara
umum adalah berperan sebagai pengembangan wilayah dimana stasiun tersebut
didirikan. Dimana untuk memperoleh status tersebut penyelenggaraan stasiun
diatur dalam keputusan menteri. Untuk melaksanakan penyelenggaraan terminal
menurut Keputusan Menteri Nomor 31 Tahun 1995 pasal 17 ayat (1) dan (2)
Tentang Terminal Transportasi Jalan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1. Penyelenggaraan terminal dilakukan setelah mendapat persetujuan dari:
a. Direktur jenderal untuk terminal tipe A;
b. Gubernur Kepala Daerah tingkat I untuk terminal tipe B;
c. Bupati Kepala Daerah tingkat II untuk terminal tpe C.
2. Persetujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat diberikan
apabila:
a. Pembangunan telah selesai dilaksanakan sesuai degan rancang bangun
yang telah disahkan;
b. Tersedia unit pelaksana terminal yag ditetapkan sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Universitas Sumatera Utara

Penyelenggaraan stasiun tersebut akan dapat dilaksanakan apabila telah
memperoleh persetujuan dari badan yang bersangkutan sesuai dengan tipe
terminal yang didirikan. Penyelenggaraan stasiun tersebut juga harus sesusuai
dengan kewenangan kepala daerah bersangkutan. Ketentuan penyelenggaraan
stasiun tersebut berdasarkan Keputusan Menteri No 31 Tahun 1995 tentang
Terminal Transportasi Jalan Pasal 23 ayat (1),(2) dan (3) mengenai kewenangan
penyelenggaraan terminal yang berbunyi:
1. Wewenang

penyelenggaraan

terminal

penumpang

berada

pada

Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah, khusus ibukota Jakarta dan kotamadya
administratif batam berada pada Gubernur Kepala Daerah Tingkat I;
2. Penyelenggaraan terminal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan
oleh unit pelaksana teknis terminal Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
3. Unit pelaksana teknis terminal sebagaimana disebut dalam ayat(2) dipimpin
oleh

kepala

terminal

yang

bertanggung

jawab

atas

pelaksanaan

penyelenggaraan terminal.
Bunyi pasal di atas dapat diartikan bahwa pendirian terminal penumpang
yang berada di daerah-daerah diberi wewenang kepada kepala daerah
Bupati/Walikotamadya.

Kepala

daerah

Bupati/Walikotamadya

mempunyai

kebebasan dalam memanajemen kerja terminal, dan hal tersebut dilaksanakan oleh
unit pelaksana teknis terminal yang telah ditentukan oleh Kepala Daerah
bersangkutan. Pendirian stasiun-stasiun lain diatur berdasarkan peraturan daerah
menurut kepala daerah bersangkutan, dimana stasiun tersebut didirikan guna
untuk kepentingan pribadi atau usaha. Seperti dalam Peraturan Daerah Bupati

Universitas Sumatera Utara

Karo Nomor 21 Tahun 2006 tentang Retribusi terminal dalam pasal 3 yang
berbunyi “tanpa mengurangi ketentuan sebagaimana dimaksud pada pasal 2
peraturan daerah ini, bupati berwenang untuk memberikan izin dan menentukan
tempat pemberhentian sementara kendaraan bermotor antar pedesaan dan antar
kabupaten dan profinsi diluar batas kota untuk menaikkan dan atau menurunkan
penumpang dan barang.”
Menurut keterangan pasal di atas pemberhentian sementara terhadap
kendaraan bermotor yang mengangkut penumpang itulah yang disebut dengan
“Stasiun Pembantu” yang diahas dalam skripsi ini. Stasiun pembantu ini memiliki
tempat tersendiri di luar Stasiun besar/ Terminal yang didirikan oleh pemerintah.
Stasiun pembantu merupakan salah satu prasarana yang disediakan dalam
penyelenggaraan transportasi darat. Stasiun Pembantu ini didirikan berdasarkan
kepentingan pribadi atau usaha perusahaan pengangkutan darat. Stasiun Pembantu
mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan transportasi darat, sehingga
pemerintah daerah memberikan wewenang untuk mendirikan stasiun pembantu
tersebut. stasiun pembantu banyak ditemui di pinggir kota yang strategis, dimana
lokasi stasiun pembantu berada pada lintasan trayek angkutan, artinya stasiun
pembantu itu pasti didirikan berdasarkan lintasan trayek angkutan dimana
pembagian stasiun pembantu itu berdasarkan ketentuan yang diatur oleh pemilik
perusahaan angkutan.
Pemilihan lokasi tersebut untuk memudahkan angkutan dapat menaikkan
dan menurunkan penumpang. Stasiun pembantu ini juga harus memiliki fasilitas
umum yang dipergunakan penumpang seperti, toilet umum, kantin, ruang tunggu

Universitas Sumatera Utara

dan lain-lain sebagaimana yang telah ditentukan dalam peraturan perundangundangan. Jika diperhatikan mengenai efektivitas kerja daripada Stasiun
Pembantu hanya beberapa saja yang mempunyai peran penting dalam kegiatan
penyelenggaraan pengangkutan yang dilakukan perusahaan. Hal ini terjadi karena
tidak tepat dalam pemilihan lokasi pendirian Stasiun Pembantu. Pada umumnya
Stasiun Pembantu yang dapat berjalan dengan baik adalah stasiun yang berada di
dekat keramaian masyarakat atau berada pada kota-kota kecil yang sesuai dengan
trayek angkutan. Sehingga masyarakat bisa tahu bahwa ada tempat pemberhentian
bus untuk penumpang yang ingin menggunakan jasa.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
PERANAN STASIUN DAN TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN
ANGKUTAN DARAT TERHADAP PENUMPANG
A. Peranan Stasiun Pembantu PO. SAMPRI dalam Penyelenggaraan Pengangkutan
yang Berada di Kabanjahe

Sebelum masuk pada pembahasan terlebih dahulu mengetahui tentang
perkembagan perusahaan yang ditentukan penulis. PO. SAMPRI adalah
perusahaan yang bergerak di bidang jasa angkutan umum dengan trayek yang
telah ditentukan. PO. SAMPRI sudah beroperasi selama 20 tahun. Perusahaan
ini didirikan pada tanggal 30 november 1999 yang dipimpin oleh Mangasi
Sitanggang S.E sebagai Direksi dari perusahaan, dan hingga saat ini beliau
masih tetap memimpin perusahaan sebagai Direksi. Pada awal beroperasi
perusahaan memiliki 10 (sepuluh) kendaraan dengan satu trayek yaitu Medan –
Kabanjahe – Sidikalang. Dan hingga sekarang PO. SAMPRI sudah memiliki 8
trayek yang hingga saat ini masih berjalan serta ± 120 (seratus dua puluh)
kendaraan.
PO. SAMPRI memiliki struktur kepemimpinan dimana pemimpin yang
tertinggi adalah Direksi kemudian Kordinator dan perwakilan, yang semua itu
dipilih langsung oleh Direksi. Adapun tugas daripada direksi, kordinator dan
perwakilan PO. SAMPRI adalah sebagai berikut:
1. Direksi

Universitas Sumatera Utara

Merupakan pemimpin perusahaan yang sekaligus pemilik perusahaan. Direksi
yang memberikan jabatan kepada kordinator dan perwakilan sebagai
perpanjangan tangan tanggung jawab yang dipegang oleh direksi. Direksi
berhak memberikan keputusan yang berkaitan dengan perusahaan maupun
jabatan dalam struktur kepemimpinan perusahaan;
2. Kordinator
Kordinator merupakan orang yang bekerja sebagai pengawas terselenggaranya
kegiatan pengangkutan di stasiun besar/pusat dan memperhatikan kinerja dari
Stasiun Pembantu yang tersebar diberbagai wilayah. Kordinator juga
berfungsi untuk menerima keluhan dari perwakilan Stasiun Pembantu untuk
meningkatkan pelayanan perusahaan;
3. Perwakilan
Perwakilan adalah orang yang bekerja untuk mengelola Stasiun Pembantu.
Perwakilan mempunyai tanggung jawab sepenuhnya dalam penyelenggaraan
Stasiun Pembantu dan penyelesaian masalah yang terjadi antara perusahaan
dengan penumpang maupun pihak ketiga.
Dalam penyelenggaraan pengangkutan PO. SAMPRI memiliki stasiunstasiun yang tersebar di seluruh wilayah trayek yang dilewati oleh angkutan.
Stasiun tersebut dibuat guna memperlancar kegiatan pengangkutan untuk
menaikkan dan atau menurunkan penumpang dan barang yang merupakan
kebutuhan pokok daripada perusahaan. Di dalam perusahaan PO. SAMPRI
stasiun tersebut terbagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Stasiun besar/ Pusat

Universitas Sumatera Utara

Stasiun besar ini berada pada daerah tujuan angkutan, dimana di stasiun inilah
tempat pemberhentian dari angkutan. Stasiun ini mewajibkan angkutan untuk
berhenti untuk menunggu giliran untuk memberangkatkan ketujuan yang
hendak ditempuh oleh penumpang. stasiun besar PO. SAMPRI berada di
Medan, Sidikalang, Tiga Lingga, dolok sanggul, Pangururan. Stasiun ini
dijalankan oleh perwakilan yang ditentukan oleh direksi sebagai pemimpin
perusahaan dengan kordinator sebagai pemimpin;
2. Stasiun Pembantu
Stasiun Pembantu ini berada pada titik-titik tertentu yang telah ditentukan oleh
perusahaan untuk membantu penyelenggaraan kegiatan penumpang. Stasiun
Pembantu ini berada di Berastagi, Kabanjahe, Desa Merek, Kabupaten Dairi
dan lain-lain. Di Stasiun Pembantu angkutan tidak diwajibkan untuk berhenti
karena terkadang tidak adanya penumpang yang menunggu di Stasiun
Pembantu atau penuhnya jumlah penumpang dalam kendaraan yang membuat
angkutan tidak berhenti di Stasiun Pembantu walaupun tidak diwajibkan
berhenti, namun angkutan umum perusahaan diwajibkan untuk membayar
iuran Stasiun Pembantu yang dibayarkan setiap harinya sebesar Rp. 4000,00
(empat ribu rupiah) per kendaraan perusahaan yang melewati wilayah hukum
Stasiun Pembantu. Dana ini dikumpulkan untuk upah yang harus dibayarkan
pengemudi kepada perwakilan yang menjaga kenyamanan melintasi trayek.
Pada bahasan skripsi ini Stasiun Pembantu yang akan di bahas adalah
Stasiun Pembantu yang berada di wilayah hukum Tanah Karo. Setiap Stasiun
Pembantu memiliki pemimpin yang membantu Direksi dalam menjalankan

Universitas Sumatera Utara

Stasiun yang disebut sebagai Perwakilan. Perwakilan tersebut bernama Apul
Manihuruk, dimana beliau sebagai sumber utama untuk memperoleh data
mengenai skripsi ini. Beliau sudah bekerja sebagai perwakilan sejak perusahaan
didirikan. Stasiun Pembantu PO. SAMPRI yang berdiri di Kabanjahe sudah
hampir 20 tahun beroperasi yang berada di Jalan Mariam Ginting Nomor 40
Kabanjahe.
Untuk mendirikan Stasiun Pembantu tentu mempunyai izin dalam
mendirikannya, pendirian Stasiun Pembantu ini belum memperoleh izin resmi
dari pemerintah daerah, dikarenakan tidak ada aturan jelas mengenai perolehan
izin pendirian dari Stasiun Pembantu tersebut, dan juga tidak ada teguran tegas
dari pemerintah daerah setempat sehingga perusahaan dengan bebas mendirikan
Stasiun Pembantu terutama di wilayah hukum Tanah Karo, namun pihak
perusahaan wajib membayar pajak retribusi setiap harinya. Pendirian Stasiun
Pembantu PO. SAMPRI juga memiliki kriteria tersendiri

sesuai dengan

kebutuhan masyarakat yaitu:
1. Memiliki lahan parkir angkutan;
2. Minimal memiliki kantin untuk memenuhi hal-hal yang dibutuhkan
penumpang;
3. Memiliki toilet umum;
4. Memiliki tempat untuk menunggu yang disediakan untuk penumpang dalam
menunggu angkutan umum.(hasil wawancara dengan Perwakilan 20 februari
2013 Pukul 10:00)

Universitas Sumatera Utara

Hal yang dikemukakan diatas sebagian besar memenuhi isi Keputusan Menteri
KM Nomor 31 Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan pasal 4 ayat
(1) dan (2) yaitu:
1. Fasilitas utama sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 terdiri dari:
a. Jalur pemberangkatan kendaraan umum;
b. Jalur kedatangan kendaraan umum;
c. Tempat parkir kendaraan umum selama menunggu keberangkatan,
termasuk di dalamnya tempat menunggu dan tempat istirahat
kendaraan umum;
d. Bangunan kantor terminal;
e. Menara pengawas;
f. Loket penjualan karcis;
g. Rambu-rambu dan papan informasi, yang sekurang-kurangnya memuat
petunjuk jurusan, tariff dan jadwal perjalanan;
h. Pelataran parkir kendaraan pengantar dan/atau taksi.
2. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c, huruf f, huruf g,
dan huruf I, tidak berlaku untuk terminal tipe C.
Stasiun Pembantu PO. SAMPRI yang berada di Kabanjahe memiliki
orang-orang yang mengelola Stasiun Pembantu yang ditunjuk direksi
berdasarkan Mandat yang menyatakan bahwa orang tersebut sah untuk
mengelola Stasiun Pembantu yang ada dan langsung dibuat dan ditandatangani
oleh direksi. Perusahaan menyebutnya sebagai perwakilan yang dalam bahasa
sehari-harinya disebut sebagai mandor. Perwakilan ini ditunjuk oleh direksi

Universitas Sumatera Utara

berdasarkan Mandat yang dikeluarkan oleh direksi sendiri.

Perwakilan

mempunyai tugas dan wewenang yang harus dijalankan dan bertanggung jawab
yaitu:
1. Bertanggungjawab

atas

segala

kegiatan

perusahaan

dalam

menyelenggarakan pengangkutan;
2. Perwakilan juga bertanggungjawab atas segala sesuatu kejadian atau
peristiwa yang terjadi di wilayah kerja Tanah karo;
3.

Perwakilan bertanggungjawab atas seluruh anggota Stasiun Pembantu dan
angkutan milik PO. SAMPRI yang melintasi wilayah hukum kerja Stasiun
Pembantu;

4.

Perwakilan wajib mengontrol kinerja dari Stasiun Pembantu demi
kepentingan perusahaan;

5.

Perwakilan berhak memilih anggota untuk dipekerjakan di Stasiun
Pembantu

6.

Perwakilan dapat mengeluarkan kebijakan tertentu demi kepentinga
perusahaan yang berlaku di wilayah hukum kerja Stasiun Pembantu

7.

Perwakilan mempunyai hak untuk membuat surat tugas anggota untuk
menyatakan bahwa anggota yang dipilih sah untuk di pekerjakan di dalam
perusahaan.
Stasiun Pembantu PO. SAMPRI Kabanjahe juga memiliki anggota yang

dipilih oleh Perwakilan untuk membantu kinerja dari Stasiun Pembantu. Adapun
anggota yang membantu adalah Agen. Agen ini dipilih langsung oleh

Universitas Sumatera Utara

perwakilan untuk membantu kinerja dari Stasiun Pembantu. agen memiliki
tugas yaitu:
1. Mengontrol jumlah penumpang dalam angkutan. Hal ini sangat
penting dilakukan oleh agen karena menyangkut penghasilan dari
pada perusahaan. Tindakan ini dilakukan untuk menghindari adanya
penyelewengan jumlah penumpang dalam kendaraan yang dilakukan
oleh pengemudi;
2. Menagih iuran stasiun setiap harinya yaitu sebesar Rp. 4000,00 (
empat ribu rupiah);
3. Mengatasi dan menyelesaikan apabila terjadi permasalahan yang
berkaitan dengan kendaraan perusahaan atau penumpang. (hasil
wawancara dengan Perwakilan 20 februari 2013 Pukul 10:00)
Dalam melaksanakan

tugasnya Stasiun

Pembantu PO. SAMPRI

Kabanjahe memiliki wilayah hukum kerja. Perwakilan menjelaskan bahwa
wilayah hukum kerja dari Stasiun Pembantu yaitu Kabupaten Tanah Karo, yang
artinya luas wilayah hukum kerja tersebut sama dengan wilayah hukum kerja
Kepolisian Resort Khusus Tanah Karo.
Perwakilan menjelaskan bahwa batas wilayah kabupaten tersebut adalah
wilayah hukum kerja dari Stasiun Pembantu Kabanjahe. Wilayah kerja tersebut di
mulai dari perbatasan Kabupaten Karo hingga perbatasan antara Kabupaten karo
dengan Kabupaten Dairi, demikian juga sama halnya mulai dari perbatasan
Kabupaten Karo hingga perbatasan antara Kabupaten Karo dengan Deli Serdang.

Universitas Sumatera Utara

Perwakilan menyatakan bahwa jika terjadi peristiwa atau kecelakaan
terhadap kendaraan perusahaan yang kejadian tersebut terjadi 1(satu) meter saja
melewati perbatasan Kabupaten Karo, maka tanggung jawab terhadap peristiwa
atau kecelakaan tersebut menjadi berubah kepada Stasiun Pembantu yang
berwenang atas wilayah tersebut(hasil wawancara dengan Perwakilan 20 februari
2013 Pukul 10:00). Adapun contohnya adalah sebagai berikut:

PERBATASAN

1 meter
Kabupaten Karo

1 meter
Kabupaten Dairi

j

jika terjadi kecelakaan
di wilayah hukum kerja
Tanah Karo walaupun
hanya melewati 1(satu)
meter menjadi tanggung
jawab stasiun pembantu
Tanah Karo.

jika terjadi kecelakaan
di wilayah hukum kerja
Kabupaten Dairi
walaupun hanya
melewati 1(satu) meter
menjadi tanggung jawab
stasiun pembantu Dairi.

Gambar 1.0 penjelasan tanggung jawab hukum Stasiun Pembantu PO. SAMPRI
Kabanjahe.
Skema diatas menunjukkan tentang ketegasan batas wilayah hukum kerja
dari pada Stasiun Pembantu PO. SAMPRI Kabanjahe. Menurut perwakilan
tanggung jawab tersebut tidak boleh dicampurtangankan, karena akan
menimbulkan perselishan dengan Stasiun Pembantu lainnya.

Universitas Sumatera Utara

B. Tanggung Jawab Hukum Stasiun Pembantu PO. SAMPRI Terhadap Penumpang

Sesuai dengan kegiatan perusahaan Stasiun Pembantu PO. SAMPRI
Kabanjahe memiliki tanggung jawab dalam penyelenggaraan pengangkutan,
dimana tanggung jawab tersebut harus dijalankan karena sangat berpengaruh
dengan nama baik perusahaan. Artinya apabila tanggung jawab itu dijalankan
dengan baik maka nama perusahaan akan menjadi baik, demikian juga sebaliknya,
apabila tanggung jawab tersebut tidak dilaksanakan dengan baik maka nama
perusahaan juga akan menjadi buruk di mata masyarakat terutama penumpang
sebagai pemakai jasa angkutan.
Ada beberapa hal-hal yang mana Stasiun Pembantu PO. SAMPRI
Kabanjahe wajib untuk bertanggung jawab terhadap penumpang, adapun hal-hal
tersebut adalah:
1. Stasiun Pembantu PO. SAMPRI Kabanjahe bertanggung jawab atas segala
permasalahan yang terjadi pada wilayah hukum kerja. Menurut perwakilan
Permasalahan yang terjadi harus diselesaikan hingga benar-benar selesai dan
tidak ada lagi masalah terutama masalah kedepan, terutama permasalahan
yang berkaitan dengan penumpang. Hal ini sangat di perhatikan Stasiun
Pembantu PO. SAMPRI Kabanjahe demi kepentingan perusahaan;
2. Stasiun Pembantu PO. SAMPRI Kabanjahe mempunyai tanggung jawab
untuk menyelenggarakan pengangkutan, artinya Stasiun Pembantu berusaha
mengumpulkan calon penumpang untuk menaikkan calon penumpang ke
kendaraan perushaan guna menambah pendapatan perusahaan;

Universitas Sumatera Utara

3. Stasiun Pembantu PO. SAMPRI Kabanjahe bertanggung jawab terhadap
seluruh kendaraan perusahaan yang melewati wilayah hukum kerja daripada
Stasiun Pembantu;
4. Stasiun Pembantu PO. SAMPRI Kabanjahe mempunyai tanggung jawab
untuk mengutip iuran stasiun setiap harinya. Iuran tersebut sebesar Rp.
4.000,00 (empat ribu rupiah) per hari. Iuran stasiun tersebut dikutip per hari
pada setiap kendaraan yang melewati wilayah hukum kerja daripada Stasiun
Pembantu Iuran tersebut diperuntukkan kepada perwakilan sebagai upah kerja
yang diterima. Menurut perwakilan sering juga iuran tersebut digunakan untuk
membantu santunan dana untuk penumpang dan kendaraan jika terjadi
kecelakaan yang merugikan perusahaan;
5. Stasiun Pembantu PO. SAMPRI Kabanjahe bertanggung jawab untuk
membantu jika terjadi kerusakan pada kendaraan perusahaan. Stasiun
Pembantu juga wajib bertanggung jawab atas terlantar dan keterlambatan
penumpang untuk sampai ke tujuan. Biasanya Stasiun Pembantu langsung
mengambil angkutan cabutan dari perusahaan lain untuk mengantarkan
penumpang ke tujuan apabila kendaraan perusahaan tersebut membutuhkan
waktu yang cukup lama untuk memperbaikinya;
6. Stasiun Pembantu PO. SAMPRI Kabanjahe juga bertanggung jawab terhadap
keamanan pengemudi kendaraan perusahaan yang melewati wilayah hukum
kerja daripada Stasiun Pembantu. Karena menurut perwakilan hal ini penting
dijalankan karena sering terjadi pada perusahaan angkutan lain pemukulan
terhadap pengemudi kendaraan, pengerusakan kendaraan dan tindakan

Universitas Sumatera Utara

kriminal lainnya, walaupun hal tersebut jarang terjadi pada kendaraan
perusahaan karena terciptanya manajemen perusahaan terutama kinerja
Stasiun Pembantu PO. SAMPRI Kabanjahe yang baik;
7. Stasiun Pembantu PO. SAMPRI kabanjahe wajib bertanggung jawab atas
manajemen kegiatan Stasiun Pembantu demi kepentingan penumpang yang
berkaitan dengan pendapatan perusahaan;
8. Berdasarkan hasil wawancara Stasiun Pembantu PO. SAMPRI kabanjahe
bertanggung jawab atas segala kenyamanan daripada penumpang dalam
melintasi wilayah hukum kerja Stasiun Pembantu, artinya kenyamanan
penumpang sangat dijamin oleh Stasiun Pembantu dalam menggunakan jasa,
hal ini diperhatikan untuk meningkatkan daya saing dengan perusahaan
pengangkutan lainnya;
9. Apabila terjadi kecelakaan di wilayah hukum kerja Stasiun Pembantu PO.
SAMPRI Kabanjahe yang merugikan penumpang, Stasiun Pembantu wajib
bertanggung jawab atas segala kerugian yang dialami penumpang, baik itu
fisik maupun barang. Penyelesaian permasalahan antara perusahaan dan
penumpang dilakukan dengan upaya perdamaian antara penumpang dengan
perusahaan berdasarkan asas kekeluargaan. (hasil wawancara dengan
Perwakilan 20 februari 2013 Pukul 10:00)
Menurut perwakilan tanggung jawab hukum yang diberikan perusahaan
terhadap penumpang adalah sesuai dengan prosedur daripada perusahaan dan
mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Universitas Sumatera Utara

Perjanjian antara Stasiun Pembantu dengan penumpang tidak terdapat
perjanjian tanggung jawab secara tertulis mengenai hal-hal yang wajib ditanggung
jawabkan oleh perusahaan terutama Stasiun Pembantu, namun perjanjian tersebut
secara lisan yang pada umumnya sudah diketahui oleh penumpang dan
perusahaan. Hal tersebut juga sudah dikuatkan dengan Undang-Undang RI Nomor
22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
C. Perlindungan Hukum dan Pemberian Ganti Rugi Oleh PO. SAMPRI Terhadap
Kerugian yang Dialami Penumpang

Penumpang adalah pihak yang diangkut dalam pengangkutan dimana
penumpang membayarkan dengan jumlah tertentu kepada perusahaan pengangkut
untuk mengantarkan ke tujuan tertentu. Perlindungan hukum merupakan suatu
tanggung jawab yang dijamin kepada seseorang atau perusahaan apabila terjadi
suatau peristiwa yang merugikannya. Perlindungan hukum yang diberikan Stasiun
Pembantu terhadap penumpang berpedoman pada Undang-Undang RI Nomor 22
Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Dalam penyelenggaraan
pengangkutan hal-hal yang paling di hindari oleh penumpang adalah kecelakaan.
Kecelakaan adalah peristiwa yang merugikan penumpang yang melibatkan fisik/
tubuh penumpang. Menurut Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menjelaskan bahwa kecelakaan disebabkan oleh
kelalalian pengguna jalan yang terdapat dalam pasal 229, ketidaklaikan kendaraan
serta ketidaklaikan jalan dan/atau lingkungan Menurut Undang-Undang ini juga
kecelakaan dikaslifikasikan menjadi 3(tiga) golongan yaitu:

Universitas Sumatera Utara

1. Kecelakaan Lalu lintas ringan merupakan kecelakaan yang mengakibatkan
kerusakan kendaraan dan/atau barang;
2. Kecelakaan lalu lintas sedang merupakan kecelakaan yang mengakibatkan
luka ringan dan kerusakan kendaraan dan/ atau barang;
3. Kecelakaan lalu lintas berat merupakan kecelakaan yang mengakibatkan
korban meninggal dunia atau luka berat.
Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas

dan

angkutan jalan telah menjamin adanya perlindungan hukum bagi penumpag
yang mengalami kecelakaan yang menggunakan jasa angkutan jalan.
Kecelakaan merupakan peristiwa yang tidak dapat diprediksi kapan akan terjadi,
tetapi kecelakaan akan menimbulkan akibat hukum yaitu kewajiban bagi
penanggung untuk mengganti kerugian kepada tertanggung dan membayar
sejumlah santunan tertentu kepada tertanggung yang sudah ditetapkan. Jadi
terdapat dua prestasi yang harus ditanggung oleh penanggung yaitu
1. Mengganti kerugian yang benar-benar diderita oleh tertanggung;
2. Membayar sejumlah uang tertentu sebagai yang telah ditetapkan semula
pada saat ditutupnya pertanggungan.41
Menurut perwakilan jika terjadi kecelakaan di wilayah hukum kerja
Stasiun Pembantu PO. SAMPRI Kabanjahe terhadap penumpang, maka secepat
mungkin untuk memberikan pertolongan kepada penumpang yang mengalami
luka ringan atau luka berat, karena Stasiun Pembantu sangat menjamin
keselamatan penumpang dalam penggunaan jasa angkutan yang disediakan
41

H.M.N. Purwosudjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia Hukum
Pertanggungan, Djambatan, Jakarta, 2003, hlm. 181-182.

Universitas Sumatera Utara

perusahaan (hasil wawancara dengan Perwakilan 21 februari 2013 Pukul 13:00).
Permasalahan yang ada dalam kecelakaan tersebut harus diselesaikan terutama
antara penumpang dan perusahaan harus diselesaikan secara asas kekeluargaan
dengan melakukan upaya perdamaian.
Menurut Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan ada prosedur dalam memberikan perlindungan hukum serta
pemberian ganti rugi kepada peunumpang, di dalam pasal 234 dijelaskan bahwa:
1. Pengemudi, pemilik kendaraan bermotor dan/atau perusahaan angkutan
umum bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh penumpang
karena kelalaian pengemudi;
2. Setiap pengemudi, pemilik kendaraan bermotor, dan/atau perusahaan
angkutan umum bertanggung jawab atas kerusakan jalan dan/atau
perlengkapan jalan karena kelalaian atau kelasahan pengemudi;
3. Ketentuan diatas tidak berlaku jika:
a. Adanya keadaan memaksi yang tidak dapat dielakkan atau di luar
kemampuan pengemudi;
b. Disebabkan oleh perilaku korban sendiri atau pihak ketiga, dan/atau
disebabkan gerakan orang dan/atau hewan walaupun telah diambil
tindakan pencegahan.
Perlindungan hukum yang diberikan perusahaan terutama Stasiun
Pembantu kepada penumpang di dukung dalam Undang-Undang RI Nomor 22
Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pasal 240 mengenai Hak
Korban menyebutkan bahwa:

Universitas Sumatera Utara

a. Pertolongan dan perawatan dari pihak yang bertanggung jawab atas terjadinya
kecelakaan Lalu lintas dan/ atau pemerintah;
b. Ganti kerugian dari pihak yang bertanggung jawab atas terjadi kecelakaan lalu
lintas;
c. Santunan kecelakaan lalu lintas dari perusahaan asuransi
Jadi walaupun perusahaan pengangkutan tidak mengatur secara tertulis
tentang perlindungan hukum tersebut undang-undang telah mengatur demi
kepentingan penumpang. Berdasarkan hasil wawancara dari perwakilan hak
korban yang diatur dalam peraturan perundang-undangan telah dijalankan sejak
awal perusahaan angkutan beroperasi, jadi sebelum Undang-Undang RI Nomor 22
Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan diresmikan, perusahaan
sudah menjalankan apa-apa saja yang menjadi hak korban.
Santunan kecelakaan lalu lintas dari perusahaan asuransi diberikan oleh
Jasa Raharja berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 33 Tahun 1964 tentang
Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang Jo Peraturan Pemerintah
Nomor

17

Tahun

1965

tentang

Ketentuan-Ketentuan

Pelaksana

Dana

Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang dan Undang-Undang Nomor 34
Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Lalu lintas Jalan
yang mengatur:
a. Setiap korban yang berhak atas santunan yaitu setiap penumpang sah dari alat
angkutan penumpang umum yang mengalami kecelakaan diri, yang
diakibatkan oleh penggunaan alat angkutan umum, selama penumpang yang

Universitas Sumatera Utara

bersangkutan berada dalam angkutan tersebut, yaitu saat naik dari tempat
pemberangkatan sampai turun di tempat tujuan;
b. Jaminan ganda, kendaraan bermotor umum (bus) berada dalam kapal ferry,
apabila kapal ferry dimaksud mengalami kecelakaan, kepada penumpang bus
yang menjadi korban diberikan jaminan ganda;
c. Korban yang mayatnya tidak ditemukan penyelesaian santunan bagi korban
yang mayatnya tidak ditemukan atau hilang berdasarkan kepada putusan
Pengadilan Negeri.
Berdasarkan peraturan perundang-undangan di atas terdapat beberapa teknik
penyelesaian santunan berdasarkan prinsip yaitu:
1. Prinsip itikad baik
Prinsip

ini

menyatakan

bahwa

setiap

tertanggung

berkewajiban

memberitahukan secara jelas dan teliti mengenai segala fakta penting yang
berkaitan dengan objek yang diasuransikan serta tidak mengambil untung dari
asuransi.42 Prinsip ini banyak digunakan dalam penyelesaian permasalahan
salah satunya penyelesaian santunan terhadap penumpang yang mengalami
kerugian ataupun kecelakaan. Adanya itikad baik adalah salah satu wujud
tanggung jawab yang diberikan perusahaan kepada penumpang untuk
menjamin bahwa adanya dana pertanggungan yang diberikan kepada
penumpang yang mengalami kerugian atau kecelakaan;
2. Prinsip keseimbangan

42

Kun Wahyu Wardana, Hukum Asuransi Proteksi Pada Kecelakaan Trnsportasi,
Mandar Maju, bandung, 2009, hlm. 84.

Universitas Sumatera Utara

Pada prinsip ini menjelaskan bahwa kerugian yang dialami tertanggung
diimbangi dengan premi yang dibayar oleh tertanggung. Kerugian yang
dialami oleh tertanggung harus seimbang dengan resiko yang ditanggung oleh
penanggung.43 Prinsip keseimbangan ini bukan bermaksud mengambil
keuntungan pada saat kerugian dialami oleh tertaanggung. Dalam perusahaan
pengangkutan prinsip keseimbangan ini dilakukan dalam penyelesaian
kerugian yang dialami oleh penumpang. Dalam pertanggungan kecelakaan
penumpang umum jumlah santunan yang dibayarkan diukur dengan seberapa
besar