Evaluasi daya hasil 11 cabai hibrida harapan di kebun percobaan IPB Leuwikopo

1

EVALUASI DAYA HASIL 11 CABAI HIBRIDA HARAPAN
DI KEBUN PERCOBAAN IPB LEUWIKOPO

Oleh:
Tedi Kurniawan Mochamad
A34403041

PROGRAM STUDI
PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

2

EVALUASI DAYA HASIL 11 CABAI HIBRIDA HARAPAN
DI KEBUN PERCOBAAN IPB LEUWIKOPO

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh
TEDI KURNIAWAN MOCHAMMAD
A34403041

PROGRAM STUDI
PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

3

RINGKASAN
TEDI KURNIAWAN MOCHAMAD. Evaluasi Daya Hasil 11 Cabai Hibrida
Harapan di Kebun Percobaan IPB Leuwikopo (Dibimbing oleh MUHAMAD
SYUKUR dan SRIANI SUJIPRIHATI)

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi 11 genotipe Cabai Hibrida
Harapan. Bahan penelitian ini adalah 11 cabai hibrida harapan yaitu IPB CH1,
IPB CH2, IPB CH3, IPB CH4, IPB CH5, IPB CH6, IPB CH19, IPB CH25,
IPB CH28, IPB CH50, dan IPB CH51 dengan 5 Varietas pembanding yaitu
Adipati, Biola, Gada, Hot Beauty, dan Imperial. Pembibitan dilakukan di
Laboratorium Genetika dan Pemuliaan Tanaman dan penanaman dilakukan di
Kebun Percobaan IPB Leuwikopo.
Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap
Teracak (RKLT). Setiap genotipe diulang tiga kali, sehingga terdapat 48 satuan
percobaan. Setiap ulangan terdiri atas 20 tanaman. Analisis data menggunakan
sidik ragam dan uji lanjut t-Dunnett taraf 5 %.
Hibrida harapan IPB CH51 memiliki bobot/buah (17.45 g) dan panjang
buah (17.69 cm) lebih besar daripada semua varietas pembanding. Hibrida
harapan IPB CH3 memiliki bobot buah/tanaman yang lebih besar daripada semua
varietas pembanding yaitu 418.41 g.
Berdasarkan seleksi indeks terboboti didapatkan enam hibrida harapan
terbaik yaitu IPB CH51, IPB CH3, IPB CH50, IPB CH28, IPB CH25, dan IPB
CH6. Hibrida harapan IPB CH4 memiliki bobot/buah, panjang buah, dan bobot
buah/tanaman lebih kecil daripada semua varietas pembanding, akan tetapi
memiliki tingkat ketahanan moderat terhadap penyakit antraknosa isolat PYK 04

lebih baik daripada semua varietas pembanding.

4

LEMBAR PENGESAHAN
Judul : EVALUASI DAYA HASIL 11 CABAI HIBRIDA HARAPAN
DI KEBUN PERCOBAAN IPB LEUWIKOPO
Nama : Tedi Kurniawan Mochamad
NRP

: A34403041

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. Muhamad Syukur, SP., MSi


Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, MS

NIP. 132 258 034

NIP.131 284 838

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie., MAgr
NIP : 131 124 019

Tanggal Lulus :

5

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 5 September 1985 di Kota Lembang,
Propinsi Jawa Barat. Penulis merupakan anak ketujuh dari tujuh bersaudara dari

putra bapak Suhara Mochamad dan ibu Nanit Khodijah. Sebelum masuk IPB
penulis tinggal bersama kedua orang tua di Desa Gudang Kahuripan (RT 03 RW
06) Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.
Tahun 1997 penulis lulus dari sekolah dasar di SDN Lembang II. Pada
tahun 2000 penulis menyelesaikan sekolah menengah pertama MTs Al
Musyawarah Lembang. Penulis lulus dari sekolah menengah atas SMUN1
Lembang pada tahun 2003.
Tahun 2003 penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pemuliaan
Tanaman dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Semasa kuliah penulis
aktif di berbagai organisasi, diantaranya: LDK DKM Al Hurriyyah pada tahun
2003-2007 sebagai staf divisi Hublu, PJS Divisi Hublu, dan Ketua Divisi Gerakan
Membangun Nurani Mahasiswa IPB (GAMA-IPB), DKM Al Fallah pada tahun
2004-2006 sebagai staf Syiar dan Sekretaris, FKRD pada tahun 2004-2005 dan
2006-2007 sebagai staf Syiar, Himpunan Mahasiswa Agronomi (Himagron) pada
tahun 2004-2005 sebagai staf PSDM, dan Paguyuban Mahasiswa Bandung
(Pamaung) pada tahun 2003-2005 sebagai anggota dan ketua divisi PSDM. Pada
tahun 2007 penulis berkesempatan untuk menjadi asisten mata kuliah Dasar-dasar
Pemuliaan Tanaman untuk mahasiswa mayor Agronomi dan Hortikultura
angkatan 2006. Penulis juga aktif dibeberapa kepanitiaan diantaranya Festival

Nasyid Nusantara (FNN) VI spesial, Open House Pamaung dan Himagron, Paket
Qiyamu Romadhon, Idul Kurban, Masa Perkenalan Fakultas, Lintas Desa, Open
House Al Hurriyyah, dan Seminar Nasional Hasil Penelitian Hibah Kompetitif
dalam rangka Purnabakti Prof. Dr. Ir. Jajah Koswara tahun 2007.

6

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur hanyalah milik Allah SWT. semata yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penelitian ini dapat
diselesaikan dengan baik. Sholawat serta salam semoga selalu terlimpah curah
kepada suri tauladan kita Nabi Muhammad SAW. kepada keluarganya,
sahabatnya, dan pengikutnya yang senantiasa istiqomah dalam menjalankan
sunnahnya hingga akhir hayat.
Penelitian ini berjudul ”Evaluasi Daya Hasil 11 Cabai Hibrida Harapan
di Kebun Percobaan IPB Leuwikopo” diharapkan dapat memperoleh hibrida
harapan yang memiliki daya hasil yang lebih tinggi dari varietas pembanding
sehingga bisa diajukan untuk pelepasan varietas. Penulis berharap, informasi yang
diperoleh dari hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Penelitian
ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis

mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Muhamad Syukur, SP., MSi dan Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, MS. sebagai
dosen pembimbing skripsi, yang telah memberi dorongan, semangat,
bimbingan, dan pengarahan selama penelitian dan penulisan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Yudiwanti W. E. K., MS. sebagai dosen penguji.
3. Dr. Ir. Surjono Hadi Sutjahjo, MS. yang telah menjadi pembimbing
akademik dari tahun 2004-2007
4. Bapak, Ibu, Kakak, Paman, Bibi, dan semua keluarga yang telah
memberikan bantuan dan semangat selama penulis menjalankan hidup
terutama dalam menyelesaikan kuliah ini.
5. Pak Sarju, Pak Maman, Pak Anen, Pak Ocid, dan semua pegawai di
Leuwikopo, Bu Eca, Mba Mawi, atas bantuannya selama di lapang.
6. Teman-teman satu penelitian (Mba Indah, Tri, Dzikri, Habib, Sweeta, Iqro,
Mitha, Isma, Mas Regi, dan Richi)
7. Tim 9 (Dian, Arya, Ukhty Nyimas Alm., Heny, Ria, Aida, Ari, dan
Zei_Oul) , Teman teman PMTB 40 (Anto, Amay, Ipul, mas Yudi, bang
Wil, dll.) yang telah memberi warna kehidupan dan semangat selama
perkuliahan.

7


8. Sahabat seperjuangan Aktivis Dakwah Kampus IPB di LDK DKM Al
Hurriyyah, FKRD, dan DKM Al Fallah.
9. Teman-teman Pamaung (Nirwan, Dimas, Helvan, dll) dan kostan
Ukhuwah (Kang Hakiim, A Zaki, A Ode, A Erus, A Wicak, Udi, Udin dan
lainnya) atas kebersamaan selama ini, terutama Ma Ni’ah (Ibu Kostan)
yang telah memeberi tumpangan untuk meneduh di kota hujan ini.
10. Teman-teman KKP Desa Sigedong, Tegal (A Putra, Endah, Nur, Aie, dan
Nadyn), yang telah memberikan kenangan selama KKP berlangsung
11. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu dimana telah
membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Untuk
itu, segala masukan, kritik, dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan
kedepan. Akhir kata penulis berharap agar penelitian ini menjadi informasi
penting dan mendapat keberkahan dari Allah SWT. untuk kita semua. Amin.

Bogor, Januari 2008

Tedi Kurniawan M.


8

DAFTAR ISI
Halaman
PENDAHULUAN
Latar Belakang .................................................................................................. 12
Tujuan ............................................................................................................... 13
Hipotesis............................................................................................................ 13
TINJAUAN PUSTAKA
Sejarah dan Penyebaran Cabai .......................................................................... 14
Taksonomi Cabai .............................................................................................. 14
Syarat Tumbuh Cabai........................................................................................ 16
Pemuliaan Tanaman Cabai................................................................................ 17
BAHAN DAN METODE
Tempat dan waktu ............................................................................................. 19
Bahan dan Alat.................................................................................................. 19
Metode Percobaan............................................................................................. 19
Pelaksanaan Percobaan ..................................................................................... 20
Pengamatan ....................................................................................................... 21
Analisis Data ..................................................................................................... 23

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum .................................................................................................. 25
Rekapitulasi F-Hitung, Peluang, dan Koefisien Keragaman ............................ 26
Karakter Kualitatif ............................................................................................ 27
Karakter Kuantitatif .......................................................................................... 32
Fase Generatif ................................................................................................... 34
Indeks Seleksi ................................................................................................... 40
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ....................................................................................................... 42
Saran.................................................................................................................. 42
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 43
LAMPIRAN…………………………………………………………………… 35

9

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman
Teks


1. Rekapitulasi F-Hitung, Peluang, dan Koefisien Keragaman Peubah yang
Diamati pada 11 Cabai Hibrida Harapan dan 5 Varietas Pembanding ........ 27
2. Karakter Bentuk Daun, Permukaan Daun, Tepi Daun, Warna Daun,
dan Batang pada 11 Cabai Hibrida Harapan dan 5 Varietas Pembanding... 29
3. Warna Kelopak Bunga, Tangkai Bunga, dan Mahkota Bunga pada
11 Cabai Hibrida Harapan dan 5 Varietas Pembanding............................... 30
4. Jumlah Helai Mahkota, Warna Kotak Sari, dan Kepala Putik pada
11 Cabai Hibrida Harapan dan 5 Varietas Pembanding............................... 31
5. Karakter Bentuk Buah, Permukaan Kulit Buah, dan Warna Buah Tua
pada 11 Cabai Hibrida Harapan dan 5 Varietas Pembanding ..................... 32
6. Tinggi Dikotomus dan Panjang Daun pada 11 Cabai Hibrida Harapan
dan 5 Varietas Pembanding.......................................................................... 33
7. Rataan Nilai Umur Berbunga pada 11 Cabai Hibrida Harapan dan
5 Varietas Pembanding ................................................................................ 34
8. Diameter Buah pada 11 Cabai Hibrida Harapan dan 5 Varietas
Pembanding.................................................................................................. 35
9. Nilai Rataan Kadar Capsaicin pada 11 Cabai Hibrida Harapan dan
5 Varietas Pembanding ................................................................................ 36
10. Rataan Nilai Karakter Bobot per buah, Panjang Buah, dan Tebal Kulit
Buah pada 11 Cabai Hibrida Harapan dan 5 Varietas Pembanding............. 37
11. Rataan Nilai Bobot Buah Per Tanaman, Produktivitas, dan Bobot Buah
Layak Pasar pada 11 Cabai Hibrida Harapan dengan 5 Varietas
Pembanding.................................................................................................. 39
12. Ketahanan 11 Cabai Hibrida Harapan dan 5 Varietas
Pembanding terhadap Penyakit Antraknosa Isolat PYK 04 dan
PSG 07........... .............................................................................................. 40
13. Indeks Seleksi Terboboti dari 11 Cabai Hibrida Harapan dan Lima
Varietas Pembanding ................................................................................... 41

10

Lampiran
1. Sidik Ragam Bobot/Buah.................................................................................. 47
2. Sidik Ragam Lebar Kanopi............................................................................... 47
3. Sidik Ragam Tinggi Dikotomus........................................................................ 47
4. Sidik Ragam Lebar Daun .................................................................................. 47
5. Sidik Ragam Panjang Daun .............................................................................. 47
6. Sidik Ragam Umur Berbunga ........................................................................... 48
7. Sidik Ragam Panjang Buah............................................................................... 48
9. Sidik Ragam Diameter Buah............................................................................. 48
10. Sidik Ragam Tebal Kulit................................................................................. 48
11. Sidik Ragam Panen Layak Pasar..................................................................... 48
13. Sidik Ragam Bobot Buah /Tanaman............................................................... 49
14. Sidik Ragam Produktivitas.............................................................................. 49

11

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman
Teks

1. Bentuk Daun Cabai. .......................................................................................... 21
2. Bentuk Buah Cabai. ...................................................................................... 22
3. Gejala Serangan Penyakit pada Tanaman dan Buah Cabai................................26
Lampiran
1. Tanaman dan Buah Cabai Hibrida Harapan IPB CH1...................................... 50
2. Tanaman dan Buah Cabai Hibrida Harapan IPB CH2...................................... 51
3. Tanaman dan Buah Cabai Hibrida Harapan IPB CH3...................................... 52
4. Tanaman dan Buah Cabai Hibrida Harapan IPB CH4...................................... 53
5. Tanaman dan Buah Cabai Hibrida Harapan IPB CH5...................................... 54
6. Tanaman dan Buah Cabai Hibrida Harapan IPB CH6...................................... 55
7. Tanaman dan Buah Cabai Hibrida Harapan IPB CH19.................................... 56
8. Tanaman dan Buah Cabai Hibrida Harapan IPB CH25.................................... 57
9. Tanaman dan Buah Cabai Hibrida Harapan IPB CH28.................................... 58
10. Tanaman dan Buah Cabai Hibrida Harapan IPB CH50.................................. 59
11. Tanaman dan Buah Cabai Hibrida Harapan IPB CH51.................................. 60
13. Tanaman dan Buah Cabai ADIPATI .............................................................. 61
15. Tanaman Cabai BIOLA .................................................................................. 62
12. Tanaman dan Buah Cabai GADA................................................................... 63
14. Tanaman dan Buah Cabai HOT BEAUTY..................................................... 64
16. Tanaman dan Buah Cabai IMPERIAL ........................................................... 65

12

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Cabai merupakan salah satu sayuran penting di Indonesia, karena
pemanfaatannya cukup banyak. Menurut Duriat (1996), cabai dimanfaatkan baik
dalam bentuk segar, olahan (sambal dan variasi bumbu) dan bahan industri
(giling, kering, tepung). Sebagai bahan inustri, cabai digunakan untuk bahan
obat-obatan, kosmetik, dan zat warna.
Upaya

peningkatan

produksi

sangat

diperlukan

karena

semakin

meningkatnya kebutuhan masyarakat akan cabai. Menurut Badan Pusat Statistik
dan Dirjen Bina Produksi Hortikultura (2006), produksi cabai di Indonesia dari
tahun 2000-2005 secara berurutan berfluktuatif, yaitu berturut-turut sebesar
727.747, 580.464, 635.089, 1.066.722, 1.100,514 dan 1.058.023 ton, sedangkan
luasan panen cabai secara berturut-turut 174.708, 142.556, 150.598, 176.264,
194.588, 187.236 ha, sehingga produktivitas dari tahun 2000-2005 berfluktuatif
yaitu 4.17, 4.07, 4.22, 6.05, 5.66, 5.65 ton/ha. Potensi tersebut masih rendah
karena potensi varietas Tanjung mencapai 18 ton/ha (Agam, 2005).
Beberapa kendala yang menyebabkan rendahnya produktivitas diantaranya
adalah faktor varietas dengan daya hasil rendah. Selain itu, serangan hama dan
penyakit penting yang seringkali dapat menurunkan hasil atau bahkan
menyebabkan kegagalan panen (Kusandriani, 1996).
Salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas cabai adalah
penggunaan varietas unggul yang dapat dihasilkan melalui program pemuliaan.
Program pemuliaan ini diantaranya untuk menghasilkan varietas galur dan
varietas hibrida yang memiliki karakter yang sesuai dengan keinginan konsumen
dalam negeri.

Bari et al., (1973), menyatakan bahwa pemuliaan tanaman

merupakan paduan antara seni dan ilmu dalam memperbaiki pola genetik dari
populasi tanaman. Menurut Allard, (1960) program pemuliaan banyak ditekankan
pada usaha mempertinggi produktivitas hasil pertanian, selain itu pengembangan
varietas tanaman yang resisten terhadap hama dan penyakit.
Bagian Genetika dan Pemuliaan Tanaman, Departemen Agronomi dan
Hortikultura telah melakukan program perakitan varietas cabai hibrida dari tahun
2000. Saat ini hasil perakitan perlu dievaluasi untuk mengetahui produktivitas dan

13

adaptabilitas calon varietas tersebut. Disamping itu, evaluasi terhadap calon
varietas merupakan

salah satu syarat pelepasan varietas. Selanjutnya calon

varietas yang telah diperoleh dari evaluasi tersebut dapat diajukan sebagai varietas
unggul baru.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi 11 cabai hibrida harapan
dengan lima varietas pembanding.
Hipotesis
Terdapat cabai hibrida harapan yang memiliki daya hasil lebih tinggi
daripada varietas pembanding.

14

TINJAUAN PUSTAKA
Sejarah dan Penyebaran Cabai
Asal Tanaman cabai adalah dari daerah Meksiko (Greenleaf, 1986).
Tanaman cabai sudah tersebar ke beberapa daerah Tropik dan Subtropik. Area
penanaman daerah tropik diantaranya adalah Asia tropik (India, Malaysia,
Indonesia, dan Philipina), Afrika tropik (Afrika Selatan, Senegal, Nigeria, Siera
leone, Ghana, Sudan, dan Kenya); Amerika Selatan; Carribean dan beberapa
daerah tropik lainnya (Tindall, 1986).
Tanaman cabai diperkenalkan ke daerah Asia pada abad ke 16, oleh
pengembara Portugis dan Spanyol dari Amerika Selatan dalam perjalanan
dagangnya dan menyebar sampai ke Asia Tenggara termasuk Indonesia (Suwandi,
1996). Menurut Warintek (1999), cabai masuk ke Indonesia diduga dibawa oleh
saudagar-saudagar dari Persia ketika singgah di Aceh.
Taksonomi Cabai
Genus Capsicum terdiri atas 20-30 spesies. Berdasarkan pembagian
taksonomi terdapat 5 spesies cabai yaitu: C. annuum L., C. frutescens L.,
C. chinense Jacquin, C. pendulum Willdenow, dan C. pubescens Riuz & Paavon.
Eshbaugh menemukan bahwa C. pendulum Willdenow

dan spesies terakhir

C. microcarpum Cavanilles termasuk kedalam spesies yang sama yaitu
C. baccatum (Greenleaf, 1986). Menurut Djarwaningsih (1986), cabai yang ada di
Indonesia terdapat lima spesies yaitu C. annuum L., C. frutescens L., C. chinense
Jacquin, C. violaceum H. B. K., dan C. pubescens Riuz & Paavon. Namun
menurut Bosland dan Baral (2002), C. violaceum H. B. K., dan C. pubescens
Riuz & Paavon termasuk kedalam satu spesies yaitu C. pubescens.
Spesies C. baccatum dan C. pubescens mudah diidentifikasi dan
dibedakan satu dengan yang lainnya, karena terdapat perbedaan yang jelas.
Spesies C. annuum, C. chinense dan C. frutescens mempunyai banyak sifat yang
sama (Kusandriani, 1996). Pada spesies C. pubescens seluruh tanaman tertutup
bulu yang sangat tebal, sedangkan pada spesies Capsicum lainnya memiliki bulu
sangat halus atau bahkan tidak ada (Djarwaningsih, 1986).

15

Klasifikasi tanaman cabai adalah sebagai berikut:
Kingdom

: Plantarum

Divisi

: Spermatophyta

Sub Divisi

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledoneae

Sub Kelas

: Sympetalae

Ordo

: Tubiflorae (Solanales)

Famili

: Sonalaceae

Genus

: Capsicum

Cabai memiliki morfologi tanaman berupa terna tegak atau perdu, tidak
berduri, licin atau berbulu. Struktur perakaran tanaman cabai diawali dari akar
tunggang yang bercabang-cabang ke samping dengan akar-akar rambut. Tanaman
cabai berbentuk semak, batangnya berkayu, tipe percabangan tegak atau menyebar
(Kusandriani, 1995).
Daun cabai merupakan daun tunggal dengan helai daun berbentuk ovate
atau lanceolate. Daun berwarna hijau atau hijau tua, tumbuh pada tunas-tunas
samping berurutan pada batang utama dan tunggal tersusun secara spiral
(Kusandriani, 1995). Menurut Djarwaningsih (1986), semua spesies Capsicum
mempunyai daun yang tersusun secara spiral, tunggal, dan bervariasi bentuknya.
Helaian daun biasanya licin, kecuali C. pubescens helaiannya kasap.
Menurut Djarwaningsih (1984), warna mahkota bunga, posisi bunga atau
buah, jumlah bunga atau buah tiap ruas serta warna biji merupakan ciri-ciri yang
cukup mantap sebagai batasan spesies. Ciri daun dan lainnya hanya merupakan
ciri penunjang.
Bunga tanaman cabai umumnya bersifat tunggal dan tumbuh pada ujung
ruas, serta merupakan bunga sempurna (hermafrodit) yaitu, bunga jantan dan
betina terdapat pada satu bunga. Mahkota bunga berwarna putih atau ungu
tergantung kultivarnya. Helaian mahkota bunga berjumlah lima atau enam helai.
Pada dasar bunga terdapat daun buah berjumlah lima helai kadang-kadang
bergerigi. Setiap bunga mempunyai satu putik (stigma), kepala putik berbentuk
bulat. Terdapat lima sampai delapan helai benang sari dengan kepala sari yang
berbentuk lonjong, berwarna biru keunguan. Pada saat bunga mekar, kotak sari

16

masak dalam waktu yang relatif singkat, tepung sari keluar dan mencapai kepala
putik dengan perantaraan serangga atau angin. Tepung sari berbentuk lonjong,
terdiri dari tiga segmen, berwarna kuning mengkilat. Dalam satu kotak sari
berkembang sekitar 11.000 sampai 18.000 butir tepung sari. Posisi dan ukuran
stigma sangat berpengaruh memungkinkan terjadinya penyerbukan silang. Pada
bunga yang kepala putiknya lebih tinggi dari kotak sari akan terjadi penyerbukan
silang. Pada bunga yang letak kepala putiknya lebih rendah dari kotak sari akan
terjadi penyerbukan sendiri. Hal ini yang menyebabkan tanaman cabai pada
kultivar tertentu dapat mengadakan penyerbukan sendiri atau penyerbukan silang
(Kusandriani, 1995). Disamping itu, di setiap ruas pada tanaman cabai dapat
muncul hanya satu bunga

(misalnya pada C. annuum) atau beberapa bunga

(misalnya pada C. chinence, C. pubescens, dan C. violaceum). Biasanya pada
jenis-jenis yang mempunyai bunga bergerombol, bunga mudah gugur sehingga
pada saat tanaman dewasa kadang-kadang hanya dijumpai 1 sampai 3 buah saja
(Djarwaningsih, 1986).
Bentuk buah cabai ukurannya dari pendek sampai panjang, sedangkan
ujungnya runcing atau tumpul. Kedudukan buah merupakan buah tunggal pada
masing-masing ruas (ketiak daun) atau kadang-kadang fasciculate. Permukaan
kulit dan warna buah bervariasi dari halus sampai bergelombang, warna mengkilat
sampai kusam, hijau, kuning, coklat, atau kadang-kadang ungu pada waktu muda
dan menjadi merah waktu matang. Buah cabai memiliki rongga, dimana jumlah
rongga berbeda pada setiap kultivar. Didalam rongga terdapat placenta yaitu
tempat melekatnya biji. (Kusandriani, 1996).
Biji cabai yang melekat sepanjang plasenta berjumlah sekitar 140 buah.
Ukuran biji pada cabai berbeda, tergantung ukuran buah. Biji cabai mempunyai
bagian yang keras yang didalamnya terdapat endosperm dan ovule. Warna dari
biji C. annuum berwarna kuning jerami, hanya C. pubescens yang berwarna hitam
(Kusandriani, 1996).
Syarat Tumbuh Cabai
Pada umumnya cabai dapat ditanam di dataran rendah sampai ketinggian
2000 meter di atas permukaan laut. Cabai dapat beradaptasi dengan baik pada
temperatur 24 – 270 C dengan kelembaban yang tidak terlalu tinggi. Permukaan

17

tanah yang paling ideal adalah datar dengan sudut kemiringan lahan 00 sampai 100
serta membutuhkan sinar matahari penuh dan tidak ternaungi. Keasaman tanah
yang optimal antara 5,5 sampai 7. Tanaman cabai memerlukan pengairan yang
cukup. Pengairan dapat menggunakan irigasi, air tanah dan air hujan (Tanindo,
1999).
Cabai tidak menghendaki curah hujan yang tinggi atau iklim basah, karena
pada keadaan tersebut tanaman akan mudah terserang penyakit, terutama yang
disebabkan oleh cendawan. Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman
cabai adalah sekitar 1250 mm per tahun (Sumarni, 1996).
Pemuliaan Tanaman Cabai
Pemuliaan tanaman merupakan perpaduan antara seni dan ilmu dalam
memperbaiki genetik dari populasi tanaman (Bari et al., 1974). Cara ini lebih
cepat jika dibandingkan dengan perbaikan secara alamiah. Program pemuliaan
memerlukan kegiatan lapangan secara terus-menerus berkesinambungan selama
beberapa tahun (Kusandriani dan Permadi, 1996).
Tujuan pemuliaan cabai pada umumnya adalah untuk memperbaiki daya
dan kualitas hasil. Tujuan lainnya adalah perbaikan daya resistensi terhadap hama
dan penyakit tertentu, perbaikan sifat hortikultura, maupun perbaikan terhadap
kemampuan untuk mengatasi cekaman lingkungan abiotik (Kusandriani dan
Permadi, 1996).
Cabai termasuk tanaman menyerbuk sendiri (self-polinated-crop),
sehingga metode pemuliaannya sesuai dengan metode yang berlaku umum bagi
tanaman menyerbuk sendiri. Metode yang paling banyak digunakan adalah seleksi
massa, seleksi galur murni, silang balik (back cross), Pedigree, dan SSD (single
seed descent) (Kusandriani dan Permadi, 1996). Metode tersebut digunakan untuk
menghasilkan tanaman yang memiliki karakter yang sesuai dengan yang
diinginkan, yaitu perbaikan daya hasil, sifat hortikultura, ketahanan hama dan
penyakit, dan ketahanan terhadap cekaman abiotik. Metode pemuliaan ini akan
menghasilkan varietas galur murni.
Selai varietas galur murni, saat ini perakitan cabai hibrida banyak
dilakukan. Hibrida adalah persilangan antara dua atau lebih galur murni.
Pembentukan galur murni cabai dilakukan melalui penyerbukan sendiri secara

18

manual. Galur yang masih bersegregasi dimurnikan dengan cara bunga diisolasi
sebelum mekar pada setiap tanaman pada tempat yang terisolasi sampai populasi
galur mencapai kemurnian hingga 100% (Kusandriani, 1996).
Tahap akhir dari kegiatan pemuliaan tanaman adalah pengujian atau
evaluasi. Evaluasi diperlukan untuk mengetahui keunggulan calon varietas
tanaman terhadap lingkungan produksi. Selain itu, pengujian calon varietas tiga
lokasi dan dua musim merupakan salah satu syarat pelepasan varietas cabai
(Dirjen Bina Produksi Hortikultura, 2004).

19

BAHAN DAN METODE
Tempat dan waktu
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Genetika dan Pemuliaan
Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta IPB dan kebun
percobaan IPB Leuwikopo, Dramaga – Bogor. Lokasi penelitian terletak pada
ketinggian 250 m di atas permukaan laut. Penelitian dimulai dari bulan November
2006 sampai dengan bulan Mei 2007.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah 11 cabai hibrida harapan yaitu IPB CH1,
IPB CH2, IPB CH3, IPB CH4, IPB CH5, IPB CH6, IPB CH19, IPB CH25,
IPB CH28, IPB CH50, IPB CH51 dan 5 varietas hibrida pembanding yaitu
Adipati, Biola, Gada, Hot Beauty, dan Imperial.
Sarana produksi yang digunakan adalah media tanam, pupuk mutiara
16:16:16, pupuk kandang, pupuk dasar yaitu Urea (400 kg/ha), KCl (300 kg/ha),
dan SP36 (300 kg/ha). Pestisida yang digunakan antara lain Curacron, Antractol,
Daconil, Dithane M-45, dan Kelthane. Alat yang digunakan adalah peralatan
tanam umum, alat tulis, dan alat ukur (jangka sorong, timbangan analitik, dan
timbangan kasar).
Metode Percobaan
Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap
Teracak (RKLT) faktor tunggal. Terdapat 16 genotipe yang diuji dengan ulangan
sebanyak tiga kali untuk masing-masing perlakuan. Masing-masing perlakuan dan
ulangan diambil 10 tanaman contoh.
Yij= µ + α i+ β j+ εij
i

: 1, 2, 3, ……16

j

: 1, 2, 3

Yij

: Respon pengamatan

µ

: Nilai tengah

αi

: Pengaruh genotipe ke-i

βi

: Pengaruh kelompok ke-j

20

εij

: Pengaruh galat percobaan
Data pengamatan diuji dengan menggunakan analisis ragam. Jika terdapat

hasil yang berbeda nyata maka dilakukan uji t-Dunnett taraf 5% .
Pelaksanaan Percobaan
Penelitian diawali dengan sterilisasi media tanam untuk persemaian benih.
Media tanam dioven terlebih dahulu pada suhu 1500C selama 3 jam, kemudian
disimpan di dalam boks plastik. Media tidak langsung digunakan, tetapi
didinginkan terlebih dahulu. Benih disemai sebanyak 2 benih per lubang pada tray
yang telah diisi dengan media tanam. Penyiraman dilakukan setiap hari pada saat
pembibitan. Pemupukan NPK mutiara dengan konsentrasi 10 g/l dilakukan setiap
minggu. Pestisida Antracol diberikan jika bibit terkena serangan kutu daun
(Myzus persicae Sulz.).
Penyiapan lahan diawali dengan pengolahan tanah, kemudian dibuat
bedengan dengan lebar 1 m, panjang 5 m, tinggi 30-40 cm, dan lebar parit 30 cm
kemudian dibuat lubang tanam. Dua minggu sebelum tanam, lahan diberi pupuk
kandang sebanyak 20 ton/ha dan 1 minggu sebelum tanam diberi pupuk dasar
Urea (400 kg/ha), KCl (300 kg/ha), dan SP36 (300 kg/ha).
Pindah tanam dilakukan ketika bibit berumur 61 hari. Insektisida berupa
Furadan 3G diberikan pada lubang tanam sebelum bibit ditanam. Insektisida
Curacron dan fungisida Dithane-M45 dalam bentuk cairan diberikan setelah bibit
ditanam.
Pemeliharaan tanaman berupa pemberian ajir sepanjang 1 m, pemupukan
larutan pupuk NPK Mutiara dengan konsentrasi 10 g/l diberikan sebanyak
200 ml/tanaman dicampur dengan Dithane M45 dan Antracol sebanyak masingmasing 10 g/l setiap minggu. Selain itu dilakukan pemotongan tunas air,
pengikatan tanaman ke ajir, dan pengendalian hama dan penyakit.
Panen dilakukan ketika berumur sekitar 70 HST pada buah cabai yang
sudah memasuki fase kematangan yaitu berwarna merah > 60%. Pemanenan buah
cabai dilakukan setiap satu minggu satu kali.

21

Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada 10 tanaman contoh pada setiap ulangan yaitu
karakter vegetatif yang meliputi
1. Peubah tinggi tanaman (cm) : diukur dari permukaan tanah sampai tajuk
tertinggi setelah panen kedua
2. Lebar kanopi (cm) : diukur dari titik tajuk terlebar setelah panen kedua.
3. Warna batang : diamati saat tanaman dewasa (hijau, hijau dengan garis
ungu, ungu, lainnya).
4. Bentuk daun : diamati saat tanaman dewasa (deltoid, ovate, lanceolate)

Gambar 1. Bentuk Daun Cabai. 1. deltoid, 2. ovate, 3. lanceolate
5. Tepi daun : rata, bergerigi, bergerigi ganda, beringgit, dan berombak,
diamati pada saat fase generatif.
6. Permukaan daun : halus, semi kriting, dan keriting, diamati pada saat fase
generatif.
7. Ukuran daun (cm) : diukur ketika tanaman sudah dewasa yaitu berupa
panjang dan lebar daun. Panjang daun diukur dari pangkal daun sampai
ujung daun, sedangkan lebar daun diukur pada lebar daun terbesar. Daun
diambil 10 buah pada masing-masing genotipe dan ulangan.
8. Warna daun : kuning, hijau, hijau muda, dan hijau tua, diamati ketika
tanaman sudah dewasa.
Pengamatan karakter generatif meliputi :
1. Umur mulai berbunga (HST) : diamati ketika sepuluh tanaman tiap
genotipe (50%) sudah mempunyai bunga mekar. Jumlah hari dihitung dari
waktu pindah tanam.

22

2. Warna kelopak bunga : hijau muda, hijau, dan hijau tua, diamati dengan
melihat lima bunga dari tiap genotipe.
3. Warna tangkai bunga : hijau muda, hijau, dan hijau tua, diamati dengan
melihat lima bunga dari tiap genotipe.
4. Warna mahkota bunga : putih, kuning terang, kuning, kuning-hijau, ungu
dengan dasar putih, putih dengan dasar ungu, dan putih dengan garis ungu,
ungu, diamati dengan melihat lima bunga dari masing-masing genotipe.
5. Jumlah helai mahkota : diamati dengan melihat lima bunga dari tiap
genotipe.
6. Warna kotak sari : putih, kuning, biru pucat, dan ungu, diamati dengan
melihat lima bunga dari tiap genotipe
7. Warna kepala putik : diamati dengan melihat minimal lima bunga dari tiap
genotipe.
8. Bentuk buah : memanjang, bulat, segitiga, campanulate, blocky, diamati
setelah panen kedua.

Gambar 2.

Bentuk Buah Cabai. 1. Memanjang, 2. Bulat, 3.
4. Campanulate, 5. Blocky

Segitiga,

23

9. Diameter buah (cm) : bagian pangkal, tengah, dan ujung buah, dari 10
buah segar setelah panen kedua.
10. Panjang buah (cm) : dari pangkal hingga ujung buah diukur dari 10 buah
segar setelah panen kedua.
11. Permukaan kulit buah : halus, semi kriting, dan keriting, dari buah masak
yang sudah dipanen.
12. Tebal kulit buah (mm) : diukur dari 10 buah segar setelah panen kedua
pada satu titik yaitu 1,5 cm dari pangkal buah.
13. Warna buah tua : diamati pada buah yang sudah masak penuh.
14. Bobot/buah (g) : diukur dari 10 buah segar setelah panen kedua dan dirataratakan.
15. Bobot buah/tanaman (g) : jumlah keseluruhan bobot buah (layak pasar dan
tidak layak pasar) yang dipanen dari 10 tanaman contoh pada panen ke-1
hingga panen ke-15.
16. Bobot buah layak pasar (g/tanaman) : hasil pengurangan bobot buah per
tanaman dengan buah tidak layak pasar.
17. Produktivitas (ton/ha)
Produktivitas = ∑ Luas Lahan Efektif-20% x Bobot Total Tanaman
Jarak Tanam (m2)

1 Juta Ton

Analisis Data
Data hasil pengamatan pada sifat kuantitatif diolah dengan uji F. Jika hasil
uji F tersebut berbeda nyata, maka dilakukan uji t-Dunnett taraf 5%. Analisis
ragam antar parameter menggunakan fasilitas SAS 6.12. Pengamatan sifat
kualitatif dilakukan dengan menggunakan panduan IPGRI Chili Descriptor
(1995).

24

Indeks Seleksi Terboboti
Indeks seleksi bertujuan untuk melihat mana hibrida harapan yang terbaik
dari peubah yang diamati. Penentuan indeks seleksi terboboti :
I = a1Z1 + a2Z2 + a3Z3 + ....anZn
Keterangan :
I

=

Indeks seleksi terboboti

an

= Bobot dari peubah ke-n

Zn

= Nilai fenotipe tiap genotipe yang telah distandarisasi untuk
peubah ke-n berdasarkan rumus :
Zn =

X −x

σ galat
2

X

= Nilai tengah peubah tiap genotipe

x

= Nilai tengah peubah

σ 2 galat

= Ragam

galat

25

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Pembibitan dilakukan dari bulan November 2006 sampai Januari 2007.
Kondisi cuaca yang baik untuk dilakukan pindah tanam adalah ketika bibit
berumur 61 hari, karena pada saat berumur 41 hari kondisi cuaca sukup panas.
Pindah tanam dilakukan pada sore hari dimana suhu tidak terlalu tinggi.
Pada satu minggu setelah tanam (MST) terdapat tanaman yang mati karena
penyakit layu fusarium (Fusarium oxysporium). Akibat serangan layu fusarium ini
maka dilakukan penyulaman. Menurut Satari (2006), gejala pada tanaman cabai
dewasa yang terkena penyakit layu fusarium adalah tanaman layu, tulang daun
pucat, tangkai daun merunduk, dan leher akar berwarna coklat.
Hama yang menyerang di areal pertanaman cabai diantaranya adalah thrips
(Thrips peruispinus), aphids (M. persicae Sulz.), tungau, dan lalat buah
(Dacus dorsalis Hend.). Menurut Satari (2006), keempat hama tersebut adalah
hama penting yang menyerang pertanaman cabai. Gejala yang terlihat dari
serangan thrips adalah daun muda diisap sehingga terbentuk bercak keperakan,
kemudian daun menjadi kering. Aphids menghisap cairan daun muda yang dibawa
oleh semut yang akan mengundang embun jelaga. Thrips dan Aphids merupakan
vektor virus CMV (Cucumber Mozaic Virus). Gejala akibat dari serangan tungau
yaitu menimbulkan bintik putih atau kecoklatan.
Lalat buah (Dacus dorsalis) menyerang semua pertanaman di lapangan.
Akibat dari serangan lalat buah adalah buah mengalami busuk kemudian rontok
dan di dalam buah terdapat belatung. Buah yang terserang hama lalat buah terjadi
pada buah yang masih muda hingga buah yang sudah tua. Serangan hama lalat
buah menyebabkan buah tidak dapat dikonsumsi dan produktivitas akan menurun.
Menurut Soeroto et al., (1995), imago lalat buah terdapat sepanjang tahun, betina
meletakan telur sesudah 6-17 hari dan terus bertelur sepanjang hidupnya. Telur
diletakan sebanyak 9-587 butir, menetas dalam waktu 203 hari. Larva hidup
selama satu minggu, periode pupa di tanah selama satu minggu.
Penyakit

yang

menyerang

cabai

diantaranya

adalah

antraknosa

(Colletotrichum spp), layu fusarium (F. oxysporium), dan keriting. Penyakit yang
paling mendominasi pada lahan pertanaman adalah penyakit antraknosa. Penyakit

26

antraknosa menyebabkan buah busuk kering dan tidak layak pasar. Menurut
Sinaga et al., (1992), serangan antraknosa dapat terjadi pada buah cabai yang
masih hijau (belum matang) mulai dua minggu setelah panen, matang, dan pasca
panen. Serangan akan menjadi berat jika pada musim hujan, tetapi pada musim
kemarau intensitas serangan rendah.
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menyemprotkan
insektisida dan fungisida secara teratur. Pengendalian hama lalat buah dilakukan
pula sanitasi kebun yang bertujuan untuk memutus daur hidup lalat buah,
sehingga perkembangannya akan ditekan.

A
Gambar 3.

B

Gejala Serangan Penyakit pada Tanaman dan Buah Cabai.
A. Layu Fusarium, B. Antraknosa

Gulma yang tumbuh dominan di areal pertanaman diantaranya adalah
Ageratum conyzoides, Axonopus compressus, Mimosa pudica, dan Cyperus
rotundus. Pertumbuhan gulma cepat, dikarenakan lahan percobaan tidak
menggunakan mulsa plastik hitam perak (MPHP). Pengendalian gukma dilakukan
secara manual dan intensif. Menurut Sumarni (1996), gulma merupakan masalah
penting dalam budidaya cabai, karena akan berkompetisi memperebutkan ruang,
cahaya, air, dan unsur hara, serta dapat menjadi inang bagi hama dan penyakit.
Rekapitulasi F-Hitung, Peluang, dan Koefisien Keragaman
Hasil analisis ragam pada sifat kuantitatif menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang sangat nyata, nyata, dan tidak berbeda nyata antar genotipe dan
varietas pembanding. Karakter yang sangat berbeda nyata terdapat pada tinggi

27

dikotomus, panjang daun, bobot/buah, panjang buah, diameter pangkal buah,
diameter tengah buah, diameter ujung buah, bobot buah/tanaman, dan
produktivitas. Karakter yang berbeda nyata adalah umur berbunga, tebal kulit
buah, dan bobot buah layak pasar. Karakter yang tidak berbeda nyata adalah
tinggi tanaman, lebar kanopi, dan lebar daun. Koefisien keragaman antar genotipe
yang diuji dari yang terkecil yaitu karakter panjang buah sebesar 6.56% hingga
yang terbesar yaitu karakter bobot buah layak pasar sebesar 47.22% (Tabel 1).
Tabel 1. Rekapitulasi F-Hitung, Peluang, dan Koefisien Keragaman Peubah
yang Diamati pada 11 Cabai Hibrida Harapan dan 5 Varietas
Pembanding
Peubah
F-Hitung
Peluang
KK (%)
Tinggi Tanaman
1.77tn
0.0886
8.05
Lebar Kanopi
1.88tn
0.0690
9.82
Tinggi Dikotomus
6.58**
0.0001
7.13
Lebar Daun
1.93tn
0.0611
8.88
Panjang Daun
5.43**
0.0001
7.67
Umur Berbunga
3.53*
0.0016
7.30
Bobot per Buah
16.21**
0.0001
12.61
Panjang Buah
20.19**
0.0001
6.56
Diameter Pangkal Buah
8.06**
0.0001
9.72
Diameter Tengah Buah
6.48**
0.0001
12.04
Diameter Ujung Buah
7.48**
0.0001
8.69
Tebal Kulit Buah
3.77*
0.0010
12.14
Bobot Buah Layak Pasar
2.56*
0.0140
47.22
Bobot BuahPer Tanaman
4.56**
0.0002
22.30
Produktivitas
4.56**
0.0002
22.31
Keterangan: * = berbeda nyata pada taraf 5%, **=berbeda sangat nyata pada taraf 1%

tn = tidak berbeda nyata
Karakter Kualitatif
Karakter kualitatif adalah karakter yang dikendalikan oleh gen sederhana.
Karakter ini sangat sedikit dipengaruhi oleh lingkungan. Seleksi karakter kualitatif
dilakukan dengan cara observasi.
1. Fase Vegetatif
Warna Daun
Warna daun pada semua genotipe yang diamati adalah hijau dan hijau
muda. Genotipe yang memiliki warna daun yang sama dengan semua varietas
pembanding adalah IPB CH2, IPB CH5, IPB CH25, IPB CH28, dan IPB CH50

28

yaitu berwarna hijau. Genotipe yang tidak sama dengan semua varietas
pembanding adalah IPB CH1, IPB CH3, IPB CH4, IPB CH19, dan IPB CH51
yaitu berwarna hijau muda (Tabel 2).

Warna Batang
Pada karakter warna batang yang diamati terdapat dua warna yang berbeda
yaitu hijau dan hijau dengan garis ungu. Warna hijau terdapat pada genotipe
IPB CH1, IPB CH2, IPB CH4, IPB CH5, IPB CH19, dan IPB CH50 mempunyai
kesamaan dengan varietas pembanding Adipati dan Biola. Genotipe IPB CH3,
IPB CH6, IPB CH25, IPB CH28, dan IPB CH51 mempunyai kesamaan dengan
varietas pembanding Gada, Hot Beauty, dan Imperial yaitu berwarna hijau dengan
garis ungu (Tabel 2). Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Madhumita
(2007) dan berbeda dengan Dirgantara (2007), yang meneliti genotipe yang sama.
Pada penelitian Madhumita (2007), menunjukkan bahwa warna pada batang
adalah hijau dan hijau dengan garis ungu. Sementara itu hasil penelitian
Dirgantara (2007), warna batang semua hijau dengan garis ungu. Perbedaan warna
batang tersebut kemungkinan disebabkan pengaruh lokasi penelitian.

Bentuk Daun, Permukaan Daun, dan Tepi Daun
Berdasarkan pengamatan di lapangan, bentuk daun yang sama dengan
varietas pembanding Imperial adalah IPB CH1, IPB CH2, IPB CH4, IPB CH6,
IPB CH19, dan IPB CH51 yaitu lanceolate. Bentuk daun yang sama dengan
varietas pembanding Gada, Adipati, Hot Beauty, dan Biola adalah genotipe IPB
CH3, IPB CH5, IPB CH25, IPB CH28, dan IPB CH50 yaitu ovate (Tabel 2).
Semua genotipe dan varietas pembanding memiliki permukaan daun yang sama
yaitu halus dan tepi daun rata (Tabel 2 ).

29

Tabel 2. Karakter Bentuk Daun, Permukaan Daun, Tepi Daun, Warna
Daun, dan Batang pada 11 Cabai Hibrida Harapan dan 5 Varietas
Pembanding

IPB CH25

Warna
Daun
Hijau
Muda
Hijau
Hijau
Muda
Hijau
Muda
Hijau
Hijau
Muda
Hijau
Muda
Hijau

IPB CH28

Hijau

IPB CH50
IPB CH51
GADA

Hijau
Hijau
Muda
Hijau

ADIPATI
HOTBEAUTY

Hijau
Hijau

BIOLA
IMPERIAL

Hijau
Hijau

Genotipe
IPB CH 1
IPB CH2
IPB CH3
IPB CH4
IPB CH5
IPB CH6
IPB CH19

Warna
Batang
Hijau

Bentuk Daun
Ovate

Permukaan
Daun
Halus

Tepi
Daun
Rata

Hijau
Hijau
Garis Ungu
Hijau

Ovate
Lanceolate

Halus
Halus

Rata
Rata

Ovate

Halus

Rata

Hijau
Hijau
Garis Ungu
Hijau

Lanceolate
Ovate

Halus
Halus

Rata
Rata

Ovate

Halus

Rata

Hijau
Garis Ungu
Hijau
Garis Ungu
Hijau
Hijau
Garis Ungu
Hijau
Garis Ungu
Hijau
Hijau
Garis Ungu
Hijau
Hijau
Garis Ungu

Lanceolate

Halus

Rata

Lanceolate

Halus

Rata

Lanceolate
Ovate

Halus
Halus

Rata
Rata

Lanceolate

Halus

Rata

Lanceolate
Lanceolate

Halus
Halus

Rata
Rata

Lanceolate
Ovate

Halus
Halus

Rata
Rata

2. Fase Generatif
Warna Kelopak Bunga, Warna Tangkai Bunga, dan Mahkota Bunga
Pada karakter warna kelopak bunga tidak ada perbedaan antara genotipe
uji dan varietas pembanding yaitu berwarna hijau (Tabel 3). Warna tangkai bunga
dari semua genotipe dan varietas pembanding berbeda. Warna hijau muda terdapat
pada genotipe IPB CH1, IPB CH2, IPB CH 4, IPB CH5, IPB CH6, IPB CH25,
IPB CH28, dan IPB CH50, mempunyai kesamaan dengan varietas pembanding
Biola. Warna hijau terdapat pada genotipe IPB CH3 dan IPB CH19, mempunyai
kesamaan dengan varietas pembanding Adipati. Warna hijau dengan garis ungu
terdapat pada genotipe IPB CH51, mempunyai kesamaan dengan varietas
pembanding Gada, Hot Beauty, dan Imperial. Hasil penelitian ini berbeda dengan

30

penelitian Dirgantara (2007) dan Madhumita (2007), yang meneliti genotipe yang
sama mempunyai warna tangkai bunga hijau. Perbedaan tersebut kemungkinan
disebabkan waktu pengamatan yang berbeda, sehingga faktor cahaya matahari
mempengaruhi pengamatan. Warna mahkota bunga juga tidak menunjukkan
perbedaan antara genotipe dengan varietas pembanding yaitu berwarna putih
(Tabel 3).

Tabel 3. Warna Kelopak Bunga, Tangkai Bunga, dan Mahkota Bunga pada
11 Cabai Hibrida Harapan dan 5 Varietas Pembanding
Genotipe
IPB CH1
IPB CH2
IPB CH3
IPB CH4
IPB CH5
IPB CH6
IPB CH19
IPB CH25
IPB CH28
IPB CH50
IPB CH51
GADA
ADIPATI
HOTBEAUTY
BIOLA
IMPERIAL

Warna Kelopak
Bunga
Hijau
Hijau
Hijau
Hijau
Hijau
Hijau
Hijau
Hijau
Hijau
Hijau
Hijau
Hijau
Hijau
Hijau
Hijau
Hijau

Warna Tangkai
Bunga
Hijau Muda
Hijau Muda
Hijau
Hijau Muda
Hijau Muda
Hijau Muda
Hijau
Hijau Muda
Hijau Muda
Hijau Muda
Hijau Garis Ungu
Hijau Garis Ungu
Hijau
Hijau Garis Ungu
Hijau Muda
Hijau Garis Ungu

Warna Mahkota
Bunga
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih

Jumlah Helai Mahkota
Tabel 4 menunjukkan bahwa semua genotipe dan varietas pembanding
memiliki jumlah helai mahkota yang sama yaitu antara 5 sampai 6 helai mahkota.
Bostland dan Votava (1999), menyatakan bahwa jumlah mahkota bunga pada
cabai adalah 5-7 dengan panjang 10-20 mm.

Warna Kotak Sari dan Kepala Putik
Karakter warna kotak sari menunjukkan 4 macam warna yaitu ungu, ungu
cerah, hijau ungu, dan biru ungu. Genotipe yang memiliki perbedaan dengan
semua varietas pembanding adalah IPB CH6 dan IPB CH25 yaitu berwarna hijau
ungu. Genotipe IPB CH2, IPB CH3, dan IPB CH50 memiliki perbedaan dengan

31

semua varietas pembanding yaitu berwarna biru ungu. Genotipe IPB CH1,
IPB CH4, IPB CH5, IPB CH19, IPB CH28, dan IPB CH51 memiliki kesamaan
warna dengan varietas pembanding Adipati, Hot Beauty, dan Imperial yaitu
berwarna ungu. Warna kepala putik memiliki kesamaan warna diantara semua
genotipe dan varietas pembanding yaitu putih kuning (Tabel 4). Hasil penelitian
ini berbeda dengan hasil penelitian Dirgantara (2007), yang meneliti genotipe
yang sama menunjukkan warna kotak sari berwarna ungu dan ungu muda,
sedangkan pada hasil penelitian Madhumita (2007), yang meneliti genotipe yang
sama menunjukan warna kotak sari berwarna kebiruan, biru, dan biru kehijauan.
Perbedaan warna tersebut kemungkinan disebabkan pengaruh lokasi dan
perbedaan waktu pengamatan.
Tabel 4. Jumlah Helai Mahkota, Warna Kotak Sari, dan Kepala Putik pada
11 Cabai Hibrida Harapan dan 5 Varietas Pembanding
Genotipe
IPB CH1
IPB CH2
IPB CH3
IPB CH4
IPB CH5
IPB CH6
IPB CH19
IPB CH25
IPB CH28
IPB CH50
IPB CH51
GADA
ADIPATI
HOT BEAUTY
BIOLA
IMPERIAL

Jumlah Helai
Mahkota
5-6
5-6
5-6
5-6
5-6
5-6
5-6
5-6
5-6
5-6
5-6
5-6
5-6
5-6
5-6
5-6

Warna Kotak Sari

Warna Kepala Putik

Ungu
Ungu Biru
Ungu Biru
Ungu
Ungu
Hijau Ungu
Ungu
Hijau Ungu
Ungu
Biru Ungu
Ungu
Ungu Cerah
Ungu
Ungu
Ungu Cerah
Ungu

Putih Kuning
Putih Kuning
Putih Kuning
Putih Kuning
Putih Kuning
Putih Kuning
Putih Kuning
Putih Kuning
Putih Kuning
Putih Kuning
Putih Kuning
Putih Kuning
Putih Kuning
Putih Kuning
Putih Kuning
Putih Kuning

Bentuk Buah Permukaan Kulit Buah, dan Warna Buah
Semua genotipe yang diamati tidak menunjukkan perbedaan pada karakter
bentuk buah yaitu elongate, permukaan kulit buah rata, dan warna buah merah
(Tabel 5). Pada penelitian Dirgantara (2007), yang meneliti genotipe yang sama
menunjukan warna buah cabai berwarna merah terang, merah, dan merah. Bentuk
buah pada penelitian Madhumita (2007), berbeda yaitu semi keriting.

32

Tabel 5. Karakter Bentuk Buah, Permukaan Kulit Buah, dan Warna Buah
pada 11 Cabai Hibrida Harapan dan 5 Varietas Pembanding
Genotipe
IPB CH1
IPB CH2
IPB CH3
IPB CH4
IPB CH5
IPB CH6
IPB CH19
IPB CH25
IPB CH28
IPB CH50
IPB CH51
GADA
ADIPATI
HOT BEAUTY
BIOLA
IMPERIAL

Permukaan Kulit Buah
Rata
Rata
Rata
Rata
Rata
Rata
Rata
Rata
Rata
Rata
Rata
Rata
Rata
Rata
Rata
Rata

Bentuk Buah
Elongate
Elongate
Elongate
Elongate
Elongate
Elongate
Elongate
Elongate
Elongate
Elongate
Elongate
Elongate
Elongate
Elongate
Elongate
Elongate

Warna Buah
Merah
Merah
Merah
Merah
Merah
Merah
Merah
Merah
Merah
Merah
Merah
Merah
Merah
Merah
Merah
Merah

Karakter Kuantitatif
Karakter kuantitatif adalah karakter yang dikendalikan oleh banyak gen
dan sangat dipengaruhi lingkungan. Seleksi pada karakter kuantitatif dilakukan
dengan uji statistik.
1. Fase Vegetatif
Tinggi Dikotomus
Tinggi

dikotomus

pada

19.08-26.55 cm, sedangkan

genotipe

pada varietas

yang

diuji

berkisar

antara

pembanding berkisar antara

18.55-25.03 cm. Genotipe IPB CH25 memiliki tinggi dikotomus 26.55 cm lebih
tinggi daripada varietas pembanding Gada (18.89 cm), Adipati (18.92 cm), dan
Hot Beauty (18.55 cm). Ini lebih tinggi 40.32% dengan varietas pembanding
Adipati. Genotipe IPB CH51 memiliki tinggi dikotomus lebih rendah 23.69%
daripada varietas pembanding Biola (25.03 cm) (Tabel 6). Tinggi dikotomus yang
terlalu rendah akan menyebabkan tersentuhnya buah cabai dengan tanah, sehingga
akan menyebabkan kerusakan. Genotipe IPB CH51 perlu dilakukan evaluasi
ulang untuk tinggi dikotomus karena memiliki tinggi dikotomus yang rendah,
selain itu memiliki buah dengan ukuran yang panjang sehingga buah ada yang
menyentuh tanah. Hasil penelitian Madhumita (2007), yang meneliti genotipe

33

yang sama menunjukkan tinggi dikotomus sama antara genotipe yang diuji dan
varietas pembanding.

Panjang Daun
Karakter panjang daun memiliki rata-rata antar 6.88-8.98 cm. Daun yang
paling panjang daripada semua varietas pembanding adalah dimiliki genotipe IPB
CH3 (8.98 cm) lebih tinggi 21.02 % dari varietas Biola (25.03 cm), tetapi tidak
berbeda nyata dengan varietas pembanding Gada dan Adipati. Genotipe IPB
CH19 memiliki panjang daun 6.56 cm lebih rendah 20.58 % daripada varietas
pembanding Adipati (18,92 cm) (Tabel 6).
Tabel 6. Tinggi Dikotomus dan Panjang Daun pada 11 Cabai Hibrida
Harapan dan 5 Varietas Pembanding
Genotipe
IPB CH1
IPB CH2
IPB CH3
IPB CH4
IPB CH5
IPB CH6
IPB CH19
IPB CH25
IPB CH28
IPB CH50
IPB CH51
GADA
ADIPATI
HOT BEAUTY
BIOLA
IMPERIAL

Tinggi Dikotomus
(cm)
21.87
21.93
20.68d
23.91abc
20.68d
21.05d
21.35
26.55abc
20.56d
22.52ace
19.08d
18.89
18.92
18.55
25.03
22.92

Panjang Daun
(cm)
7.63
8.06ce
8.98cde
7.14
7.96e
6.88
6.56b
8.62ce
8.08e
8.41ce
7.75
7.69
8.26
6.80
7.42
6.39

Keterangan :
Nilai pada tiap kode peubah yang diikuti huruf a, b, c, d, atau e, berturut-turut berbeda nyata
dengan varietas pembanding Gada, Adipati, Hot Beauty, Biola, dan Imperial berdasarkan uji
t-Dunnett pada taraf 5%.

Tinggi Tanaman, Lebar Kanopi, dan Lebar Daun
Hasil dari uji F pada karakter tinggi tanaman, lebar kanopi, dan lebar daun
menunjukkan tidak berbeda nyata diantara genotipe yang diuji dengan varietas
pembanding. Maka pada karakter tersebut tidak dilakukan uji lanjut.

34

2. Fase Generatif
Umur Berbunga
Genotipe

yang

diuji

memiliki

rata-rata

umur

berbunga

antara

22.67-26.00 HST (Hari Setelah Tanam). Semua geno