Evaluasi karakter hortikultura galur cabai hias IPB di kebun percobaan leuwikopo

EVALUASI KARAKTER HORTIKULTURA GALUR CABAI
HIAS IPB DI KEBUN PERCOBAAN LEUWIKOPO

ALVIANTI YAUFA DESITA

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Karakter
Hortikultura Galur Cabai Hias IPB di Kebun Percobaan Leuwikopo adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, November 2014
Alvianti Yaufa Desita
NIM A24100021

ABSTRAK
ALVIANTI YAUFA DESITA. Evaluasi Karakter Hortikultura Galur Cabai Hias
IPB di Kebun Percobaan Leuwikopo. Dibimbing oleh DEWI SUKMA dan
MUHAMAD SYUKUR.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi beberapa sifat vegetatif dan
generatif dari galur cabai hias baru IPB. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun
Percobaan Leuwikopo, Dramaga, Bogor pada bulan Januari hingga Juli 2014.
Bahan tanam yang digunakan adalah dua galur cabai hias IPB yaitu Seroja dan
Ungara serta tiga varietas pembanding yaitu Explosive, Numex, dan Bara.
Penelitian menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan
empat ulangan. Hasil penelitian menunjukkan galur-galur yang diuji memiliki
perbedaan pada semua karakter kuantitatif yang diuji. Galur Ungara memiliki
keunggulan pada karakter tinggi tanaman, diameter batang, bobot per buah,
diameter buah, dan ketebalan kulit buah. Galur Seroja memiliki keunggulan pada
karakter umur berbunga dan umur panen buah yang lebih cepat. Karakter-karakter

kualitatif antara galur-galur yang diuji tidak menunjukkan banyak perbedaan
dengan pembandingnya. Karakter kualitatif yang dapat mencirikan masingmasing galur dapat dilihat dari karakter pemendekan ruas dan perubahan warna
buah. Karakter pemendekan ruas dimiliki oleh galur Seroja. Perubahan warna
buah muda ke buah masak pada galur Seroja adalah dari hijau kekuningan ke
merah, sementara pada galur Ungara dari ungu kehitaman ke merah.
Kata kunci: cabai hias, generatif, Seroja, Ungara, vegetatif

ABSTRACT
ALVIANTI YAUFA DESITA. Horticulture Characters Evaluation of IPB
Ornamental Pepper Lines at The Leuwikopo Experimental Field. Supervised by
DEWI SUKMA and MUHAMAD SYUKUR.
The objective of this research was to evaluate several vegetative and
generative characters of the new IPB ornamental pepper lines. The experiment
was conducted at IPB experimental field, Leuwikopo, Dramaga, Bogor in January
to July 2014. Planting material used was two IPB ornamental pepper lines, namely
Seroja and Ungara, and three control varieties, namely Explosive, Numex, and
Bara. The design used was a randomized complete block design with four
replications. The results showed that there are significant differences for all
quantitative characters among the observed new lines of ornamental pepper.
Ungara had higher plant height, stem diameter, weight per fruit, fruit diameter,

and flesh thickness than the control varieties. Seroja had earlier flowering time
and harvest time than the control varieties. The qualitative characters between the
observed lines and the control varieties are similar. Seroja line showed a shortened
internode which is the same as one of the control varieties Explosive. In colour
changes during ripening, Seroja line is yellowish-green when the fruits are
immature and finally red when its mature. Ungara line start out deep purplish
black and then turn green before maturing to red.
Keywords: generative, ornamental pepper, Seroja, Ungara, vegetative

EVALUASI KARAKTER HORTIKULTURA GALUR CABAI
HIAS IPB DI KEBUN PERCOBAAN LEUWIKOPO

ALVIANTI YAUFA DESITA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Evaluasi Karakter Hortikultura Galur Cabai Hias IPB di Kebun
Percobaan Leuwikopo
Nama
: Alvianti Yaufa Desita
NIM
: A24100021

Disetujui oleh

Dr Dewi Sukma, SP MSi
Pembimbing I

Prof Dr Muhamad Syukur, SP MSi
Pembimbing II


Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2014 ini ialah
pemuliaan tanaman, dengan judul Evaluasi Karakter Hortikultura Galur Cabai
Hias IPB di Kebun Percobaan Leuwikopo.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Dewi Sukma, SP MSi selaku
pembimbing skripsi, Bapak Prof Dr Muhamad Syukur, SP MSi selaku
pembimbing akademik sekaligus pembimbing skripsi, serta Bapak Dr Willy
Bayuardi Suwarno, SP Msi selaku penguji ujian akhir skripsi. Tidak lupa juga
penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Undang dan Mang Darwa yang
telah membantu penulis melaksanakan kegiatan penelitian di lapang serta kakakkakak di Laboratorium Pemuliaan Tanaman atas bimbingannya. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada teman-teman yang telah bersedia

membantu penulis selama kegiatan penelitian ini berlangsung. Ungkapan terima
kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, kakak, serta seluruh keluarga, atas
segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, November 2014
Alvianti Yaufa Desita

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Hipotesis
TINJAUAN PUSTAKA
Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai
Cabai Hias
Evaluasi Karakter Hortikultura

Karakter Kualitatif dan Kuantitatif
METODE
Lokasi dan Waktu Percobaan
Bahan
Alat
Rancangan Percobaan
Prosedur Percobaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Evaluasi Karakter Kuantitatif
Analisis Korelasi
Evaluasi Karakter Kualitatif
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vi

vi
vi
1
1
2
2
2
2
3
4
4
5
5
5
5
5
6
10
10
12

15
16
21
21
22
22
24
27

DAFTAR TABEL
1 Rekapitulasi F-Hitung, peluang, dan koefisiensi keragaman
2 Nilai tengah karakter tinggi tanaman, tinggi dikotomus, dan diameter
batang yang diuji pada setiap genotipe
3 Nilai tengah karakter lebar tajuk, lebar daun, dan panjang daun yang
diuji pada setiap genotipe
4 Nilai tengah karakter umur berbunga, umur panen buah, bobot buah per
tanaman, bobot per buah, dan jumlah buah per tanaman
5 Nilai tengah karakter diameter pangkal buah, diameter tengah buah, dan
6 Nilai tengah karakter panjang buah, panjang tangkai buah, dan
ketebalan kulit buah yang diuji pada setiap genotipe

7 Hasil analisis korelasi beberapa karakter kuantitatif yang diuji
8 Bentuk daun, tepi daun, ujung daun, permukaan daun, dan warna daun
9 Bentuk batang, warna batang, dan habitus tanaman
10 Posisi bunga dan warna mahkota bunga
11 Bentuk buah, bentuk pangkal buah, penampang melintang buah, dan
perubahan warna buah

11
12
13
14
15
15
16
17
18
19
20

DAFTAR GAMBAR

1 Pemendekan ruas
2 Habitus tanaman cabai
3 Bentuk daun cabai
4 Kedudukan / posisi bunga cabai
5 Bentuk buah cabai
6 Bentuk pangkal buah cabai
7 Bentuk penampang melintang buah cabai
8 Bentuk daun dari masing-masing genotipe yang diamati
9 Habitus tanaman dari masing-masing genotipe yang diamati
10 Warna mahkota bunga masing-masing genotipe yang diamati
11 Bentuk buah cabai pada masing-masing genotipe
12 Perubahan warna buah cabai masing-masing genotipe

7
8
8
9
9
10
10
17
18
19
20
21

DAFTAR LAMPIRAN
1 Deskripsi cabai rawit varietas Bara
2 Deskripsi cabai hias Seroja
3 Deskripsi cabai hias Ungara

24
24
25

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Cabai (Capsicum annuum L.) lebih banyak dikenal masyarakat sebagai
sayuran untuk dikonsumsi atau sebagai pelengkap masakan, namun menurut
Djarwaningsih (2005), tanaman Capsicum tidak hanya berguna sebagai bumbu
masak, tetapi pemanfaatannya begitu meluas sesuai dengan melebarnya cakrawala
pandangan masyarakat masa kini. Tanaman cabai mempunyai keanekaragaman
jenis yang besar, sehingga pemanfaatannyapun dapat beragam pula. Salah satu
pemanfaatan lain dari tanaman cabai adalah dijadikannya tanaman ini sebagai
tanaman hias. Menurut Setiadi (2002), cabai dalam pot disamping bernilai
komersial juga menarik bila dijadikan sebagai tanaman hias. Tanaman cabai
merupakan salah satu tanaman hias buah yang biasa ditanam dalam pot dan dapat
berfungsi baik sebagai tanaman hias dalam ruang dan di luar ruangan. Sementara
itu menurut Hessayon (1993), segi estetika yang dapat dinikmati dari tanaman
cabai hias adalah daun, bunga, serta buahnya.
Pemanfaatan cabai sebagai tanaman hias dalam pot pertama kali populer di
Eropa dan semakin meluas sampai ke Amerika. Keunggulan cabai hias di
antaranya adalah warna dan bentuk buah yang beragam, kemudahan dalam
perbanyakan tanaman, umur tanam relatif singkat, serta lebih toleran terhadap
panas dan kekeringan. Warna dan bentuk cabai hias yang unik dan beragam
mampu memberikan keindahan serta menghadirkan kesan taman yang lebih hidup
(Bosland et al. 1994). Penanaman cabai sebagai tanaman hias mempunyai tujuan
yang berbeda dengan penanaman cabai untuk produksi. Cabai sebagai tanaman
hias harus mempunyai kualitas tanaman yang dapat menambah keindahan.
Kualitas yang diharapkan diantaranya ialah mempunyai tinggi tanaman yang
proporsional dengan pot, mempunyai banyak cabang sehingga tanaman terlihat
lebih rimbun, mempunyai banyak buah sebagai daya tarik tanaman hias buah, dan
mempunyai keragaan yang disukai oleh konsumen (Cayanti 2006).
Pengembangan cabai hias diharapkan dapat menjadi inovasi baru untuk
menyediakan tanaman hias yang berkualitas baik, multiguna, dan tentunya dapat
memberikan nilai ekonomi bagi yang membudidayakannya. Munculnya tipe-tipe
cabai hias yang baru diharapkan nantinya dapat memenuhi selera konsumen dan
menarik minat petani untuk lebih mengembangkan cabai hias (Wirasti 2013).
Penjualan benih-benih cabai hias yang ada saat ini masih terbatas pada
penjualan secara online dengan harga yang relatif mahal karena benih-benih cabai
hias yang diperjualbelikan tersebut merupakan benih-benih impor. Beberapa tipe
cabai hias yang banyak diperjualbelikan secara online antara lain Pepper (Hot)
Razzamatas, Pepper (Hot) Orange Wonder, Numex Twilight, Sweet Orange Baby,
serta Bolivian Rainbow. Kebanyakan dari tipe cabai hias yang ada saat ini
merupakan hasil dari seleksi, introduksi, maupun hibridisasi. Munculnya
genotipe-genotipe baru akibat adanya ketiga hal tersebut membuat perlunya
diadakan evaluasi dan deskripsi varietas. Kegiatan evaluasi dan deskripsi ini
diharapkan mampu mengetahui ciri-ciri hortikultura dari genotipe-genotipe baru
yang ada terhadap sifat vegetatif, sifat generatif, potensi produksi, dan ketahanan
genotipe tersebut terhadap hama dan penyakit serta kondisi lingkungan di

2
Indonesia. Menurut Allard (1999), evaluasi ini sangat penting karena dari hasil
evaluasi ini dapat diketahui manfaat dan sifat-sifat dari galur tersebut, yaitu galur
mana yang bisa dijadikan varites budidaya (langsung disebarkan kepada petani),
galur mana yang perlu diseleksi lagi, dan galur mana yang bisa dijadikan tetua
dalam proses hibridisasi selanjutnya.
Tanaman cabai hias sebenarnya memiliki potensi untuk dikembangkan
menjadi tanaman hias baru di masyarakat. Namun, tanaman cabai hias belum
dikenal masyarakat umum secara luas. Penelitian ini dilaksanakan untuk
mengumpulkan dan mengevaluasi karakter-karakter hortikultura dari beberapa
genotipe cabai hias sebagai langkah awal dalam kegiatan konservasi dan
pengembangan potensi.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi beberapa sifat kualitatif dan
kuantitatif dari galur cabai hias baru IPB.

Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan
karakter kualitatif dan kuantitatif genotipe cabai hias serta terdapat genotipe cabai
hias yang memiliki karakter lebih baik atau sebanding dengan varietas
pembanding.

TINJAUAN PUSTAKA
Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai
Tanaman cabai tergolong divisi Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, ordo
Solanales, famili Solanaceae, genus Capsicum. Capsicum annuum merupakan
salah satu spesies dalam genus Capsicum yang telah dibudidayakan. Selain C.
annuum, spesies lain yang telah dibudidayakan adalah C. frutescens, C. baccatum,
C. pubescens, dan C. chinense (Berke 2000). Tanaman cabai mempunyai akar
tunggang dengan banyak akar samping yang dangkal. Batang tidak berbulu dan
mempunyai banyak cabang. Daunnya berbentuk panjang dengan ujung yang
runcing. Bunga cabai berbentuk terompet kecil dengan warna putih dan ada juga
yang berwarna ungu. Cabai merupakan tanaman herba yang sebagian besar
menjadi berkayu pada pangkal dan beberapa menjadi semak (Rubatzky dan
Yamaguchi 1999).
Menurut Poulus (1994), tanaman cabai tumbuh baik pada pH tanah 5.5-6.8.
Cabai tumbuh baik pada curah hujan antara 600 - 1 250 mm. Temperatur yang
optimal untuk perkecambahan benih cabai (Capsicum sp) yaitu antara 18oC-30oC.
Pada suhu di bawah 15oC dan di atas 30oC akan menyebabkan viabilitas serbuk
sari turun. Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999), cabai ditanam mulai dari
ketinggian permukaan laut hingga 1 300 m. Tanaman ini peka terhadap suhu

3
dingin dan memerlukan cuaca panas. Suhu siang rata-rata 20oC-25oC adalah suhu
yang ideal, pertumbuhan tanaman meningkat ketika suhu malam tidak melebihi
20oC. Suhu rendah cenderung membatasi perkembangan aroma dan warna,
tanaman dan buah rentan terhadap suhu dingin.
Cabai Hias
Genus Capsicum dapat dibedakan berdasarkan karakteristik bunga dan
buahnya. Capsicum annum mempunyai bunga berwarna putih, serbuk sari
berwarna biru atau ungu, kaliks yang bergerigi, serta mempunyai bunga dan buah
tunggal pada ketiak batang. Capsicum frutescens mempunyai bunga berwarna
putih kehijauan, kaliks tidak bergerigi, serbuk sari berwarna biru, dan mempunyai
buah tunggal tetapi dengan bunga yang lebih dari satu pada ketiak cabang.
Capsicum pubescens mempunyai bunga berwarna ungu, buah berwarna kuning
orange, dan mempunyai biji yang unik berwarna hitam (Greenleaf 1986).
Bosland dan Votava (1999) menyatakan bahwa tanaman cabai hias populer
di Eropa dan Amerika Serikat. Menurut Hessayon (1993) tanaman cabai hias
biasa disebut sebagai tanaman Christmas Pepper karena tanaman ini banyak
tersedia dan diminati saat natal. Evans (1993) menyatakan tanaman cabai hias
dijual ketika warna buah masak dan berwarna merah sebagai simbol keceriaan dan
pesta yang meriah. Tanaman cabai dapat dijadikan sebagai penghias ruangan
karena keragaman warna buah yang dimilikinya seperti warna ungu, merah tua,
orange, dan kuning. Menurut Courtier (1993), tanaman cabai memiliki warna
buah yang menarik dari hijau saat muda kemudian merah, orange, sampai kuning
saat buah matang.
Poulus (1994) menyatakan bahwa terdapat 5 spesies domestikasi dan 25
spesies liar pada tanaman cabai. Deskripsi dari kelima jenis tanaman cabai
menurut Kusandriani (1996) dan Djarwaningsih (2005), yaitu:
1. Capsicum annuum memiliki tangkai daun panjang. Bentuk daun bulat telur
atau lanset, agak kaku, berwarna hijau sampai hijau tua. Daun tumbuh pada
tunas samping secara berurutan, sedangkan pada batang utama daun
tersusun secara spiral. Setiap bunga tersusun dari lima atau enam mahkota
bunga yang berwarna putih atau ungu tergantung kultivarnya. Tangkai
bunga tegak atau merunduk saat anthesis tergantung varietasnya. Buah
tunggal pada setiap ruas bervariasi dalam ukuran, bentuk, warna, dan tingkat
kepedasan. Warna buah masak bervariasi dari merah, jingga, kuning, dan
keunguan.
2. Capsicum frutescens memiliki tangkai daun pendek dengan helaian daun
berbentuk bulat telur. Mahkota bunga berwarna kehijauan tanpa bintik
kuning pada dasar tabung mahkota bunga. Tangkai bunga saat anthesis
tegak. Buah tunggal kadang berpasangan atau lebih di setiap ruas. Buah
yang telah masak berwarna merah.
3. Capsicum chinense memiliki sifat tanaman yang hampir sama dengan
Capsicum annuum, perbedaannya terdapat pada sifat bunga. Mahkota bunga
berwarna putih kehijauan, kadang berwarna putih susu atau ungu, dan tidak
terdapat bintik kuning pada dasar tabung mahkotanya. Tangkai bunga tegak
atau merunduk saat anthesis. Buah majemuk berjumlah dua atau lebih pada
setiap ruas. Warna buah masak merah, jingga, kuning, atau coklat.

4
4. Capsicum baccatum memiliki tangkai daun panjang. Bunga tunggal dengan
bentuk tangkai merunduk atau tegak setelah anthesis. Mahkota bunga
berwarna putih dengan bercak kuning pada tabng mahkotanya. Buah tunggal
muncul di setiap ruas. Warna buah masak bervariasi mulai dari jingga,
kuning, sampai merah.
5. Capsicum pubescens memiliki bunga tunggal dengan bentuk tangkai tegak
setelah anthesis. Mahkota bunga berwarna ungu, kadang berwarna putih pada
ujung tabung mahkota bunga. Buah tunggal atau berjumlah 2-3 berada di
setiap ruas dengan posisi buah menggantung. Buah berbentuk bulat telur.
Warna buah masak merah, jingga, atau coklat.
Menurut Djarwaningsih (2005) jenis cabai yang berpotensi sebagai tanaman
hias adalah Capsicum chinense dan Capsicum pubescens karena Capsicum
chinense memiliki bentuk buah yang beragam dan variasi warna buah yang
menarik, sedangkan Capsicum pubescens memiliki bunga dan buah yang
berwarna ungu.
Evaluasi Karakter Hortikultura
Evaluasi merupakan salah satu tahapan dalam program pemuliaan tanaman
yang secara umum bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai penampilan
(keragaan) suatu genotipe. Berdasarkan informasi tersebut dapat dilakukan
tindakan pemuliaan tanaman berikutnya terhadap materi genetik yang dimiliki.
Kegiatan evaluasi ini dapat dilakukan di awal, di tengah, atau di akhir suatu
program pemuliaan tanaman (Makmur 1992). Kegiatan evaluasi pada awal suatu
program pemuliaan tanaman dilakukan pada koleksi plasma nutfah dan galur
silang dalam yang dihasilkan. Hasil evaluasi berguna untuk memperoleh
informasi mengenai genotipe yang perlu diseleksi sehingga dapat dijadikan tetua
dalam hibridisasi selanjutnya dan genotipe yang dapat dijadikan varietas budidaya
(Allard 1999).
Asian Vegetable Research and Development Center (AVRDC)
menegaskan bahwa deskripsi dan evaluasi plasma nutfah dilakukan untuk
mengidentifikasi spesies, sifat-sifat khusus dan perbanyakannya, serta mengetahui
pengaruh iklim terhadap keragaan suatu plasma nutfah. Evaluasi genotipe adalah
suatu usaha untuk mempelajari karakteristik tanaman baik yang berupa sifat
vegetatif, sifat generatif, dan potensi produksinya. Pengamatan sifat vegetatif
meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, tipe percabangan, warna serta bentuk daun.
Pengamatan sifat generatif meliputi jumlah bunga, bobot buah, bentuk buah,
warna buah, dan warna organ buah (Tay 1989).
Menurut Greenleaf (1986) evaluasi ciri-ciri hortikultura cabai meliputi
tinggi tanaman, produksi, ketahanan terhadap hama dan penyakit tanaman, umur
berbunga, bentuk dan ukuran buah, warna buah, panjang pedisel, tingkat
kepedasan, rasio gula asam, dan kandungan vitamin C.
Karakter Kualitatif dan Kuantitatif
Penampilan suatu tanaman ditentukan oleh faktor genetik, lingkungan, dan
interaksi antara keduanya. Faktor genetik menjadi perhatian utama bagi para
pemulia karena faktor ini diwariskan dari tetua kepada turunannya. Sementara itu,

5
faktor lingkungan menjadi perhatian bagi para ekologis, yaitu dengan
memanipulasi lingkungan agar tanaman dapat tumbuh seoptimal mungkin
(Syukur et al. 2012). Karakter kualitatif merupakan wujud fenotipe yang saling
berbeda tajam antara satu dengan yang lain secara kualitatif dan masing-masing
dapat dikelompokkan dalam bentuk kategori. Karakter ini dikendalikan oleh
sedikit gen. Sementara karakter kuantitatif dikendalikan oleh banyak gen.
Karakter ini biasanya banyak dipengaruhi lingkungan (Nasir 2001).

METODE
Lokasi dan Waktu Percobaan
Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo, Institut Pertanian
Bogor, Dramaga, Bogor sejak bulan Januari hingga Juli 2014. Kegiatan
persemaian dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan Tanaman, Departemen
Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Bahan
Bahan tanaman yang digunakan adalah dua galur cabai hias IPB (Seroja dan
Ungara) serta tiga varietas pembanding (Explosive, Numex, dan Bara), media
tanam campuran, pupuk NPK (16:16:16), dan pupuk daun Gandasil D dengan
komposisi nitrogen 20%, fosfor 15%, kalium 15%, serta magnesium 1%.
Alat
Alat yang digunakan antara lain tray semai, pot (diameter 20 cm), penggaris
(meteran), jangka sorong, kamera, alat tulis, dan alat-alat pertanian.
Rancangan Percobaan
Percobaan dilakukan menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak
(RKLT) satu faktor yaitu genotipe dengan 4 ulangan. Terdapat 2 galur cabai dan 3
varietas pembanding, sehingga terdapat 20 satuan percobaan. Jumlah tanaman
pada tiap petak berjumlah 20 tanaman, kecuali pada petak genotipe Explosive
hanya berjumlah 10 tanaman per petak karena jumlah bibit yang tidak mencukupi.
Menurut Gomez dan Gomez (1995) model rancangan yang digunakan
adalah:
Yij = � + i + + � ,
i = 1, 2, 3, 4
j = 1, 2, 3, 4, 5
di mana,
Yij = pengamatan pada kelompok ke-i dan genotipe ke-j.

= rataan umum.
i = pengaruh ulangan ke-i
βj
= pengaruh genotipe ke-j

= galat percobaan pada genotipe ke-i, ulangan ke-j

6
Pengelompokan didasarkan pada umur bibit setelah semai pada saat
dilakukan pindah tanam ke pot. Pindah tanam pada ulangan 1 dan 2 dilakukan saat
umur bibit 50 HSS (Hari Setelah Semai), sementara itu pindah tanam pada
ulangan 3 dan 4 dilakukan selang 2 minggu setelah pindah tanam pertama yaitu
sekitar umur bibit 60 HSS (Hari Setelah Semai).
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji-F dan apabila hasil
yang diperoleh berpengaruh nyata dilakukan uji nilai tengah dengan menggunakan
uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5 %.
Prosedur Percobaan
Persiapan Lahan
Pengolahan lahan dan pengisian media tanam ke dalam pot dilakukan satu
minggu sebelum tanam. Kegiatan pengolahan lahan meliputi pembersihan gulma
dan pembuatan bedengan yang berukuran 2.5 x 3 m. Bedengan ini berjumlah 20
buah yang berfungsi sebagai tempat peletakan pot-pot tanaman.
Persemaian dan Penanaman
Persemaian benih dilakukan dengan menggunakan bak semai (tray). Media
tanam yang digunakan pada saat persemaian adalah campuran media tanam
Supergrow dan Bioposka dengan perbandingan 1:1. Setelah benih berkecambah,
dilakukan penyiraman pupuk NPK Mutiara dengan dosis 3 g L-1 yang
diaplikasikan setiap minggunya.
Pindah tanam atau penanaman dilakukan pada sore hari. Penanaman
dilakukan dengan memasukkan bibit cabai ke dalam pot yang telah berisi
campuran media tanam Supergrow dan Bioposka dengan perbandingan 1:1.
Pengajiran dilakukan pada saat penanaman dengan mengikatkan tanaman cabai
pada ajir bambu dengan menggunakan tali rafia yang diikat membentuk angka 8.
Pada saat penanaman diberikan insektisida Furadan 3G dengan aplikasi melingkar
pada tanaman dan fungisida yang berbahan aktif propineb.
Pemeliharaan dan Pemanenan
Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, penyiangan, pemupukan,
pengendalian hama dan penyakit, dan penambahan media tanam. Penyiraman
dilakukan setiap hari pada saat pagi dan sore hari jika tidak terjadi hujan.
Penyiangan dilakukan secara manual dengan membuang gulma yang mengganggu
pertumbuhan tanaman.
Pemupukan dilakukan setiap seminggu sekali yang diberikan dalam bentuk
larutan NPK (16:16:16) 10 g L-1 sebanyak 250 ml per tanaman dan pupuk daun.
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan satu minggu sekali dengan
menggunakan fungisida propineb dengan konsentrasi 2 g L-1 dan insektisida
prefonovos dengan konsentrasi 2 ml L -1. Pengendalian penyakit lebih
diintensifkan ketika tanaman cabai terserang penyakit antraknosa. Pada umur ± 4
MST dilakukan penambahan kompos dan media tanam dengan perbandingan 1:1
karena campuran media tanam yang telah ada sebelumnya mulai memadat dan
akar tanaman cabai terlihat di permukaan media tanam sebelumnya.

7
Pemanenan dilakukan ketika 50% buah dalam satu populasi telah berwarna
merah atau telah memasuki fase masak. Panen dilakukan setiap satu minggu
sekali dan dilakukan hingga 8 kali panen.
Pengamatan
Pengamatan dilakukan terhadap 5 tanaman contoh yang dipilih secara acak
pada masing-masing ulangan dari setiap genotipe. Karakter yang diamati adalah
karakter kualitatif dan kuantitatif yang didasarkan pada Pedoman Penyusunan
Deskripsi Varietas Hortikultura, panduan pengamatan individual (PPI) yang
dikeluarkan oleh Pusat Perlindungan Varietas Tanaman (PPVT) Departemen
Pertanian Republik Indonesia (2006), dan Descriptors for Capsicum (IPGRI).
Parameter yang diamati meliputi:
a. Tinggi tanaman, diukur dari permukaan tanah sampai pucuk tanaman tertinggi
pada panen kedua
b. Tinggi dikotomus, diukur dari permukaan tanah sampai percabangan pertama
pada panen kedua
c. Karakter batang:
1. Bentuk batang, diamati pada saat panen kedua.
2. Warna batang: hijau tua, hijau, hijau kekuningan, dan lainnya yang diamati
pada saat panen kedua
3. Diameter batang, diukur pada saat panen kedua
4. Pemendekan ruas: none, one to three, more than three

Gambar 1 Pemendekan ruas. 1) none, 2) one to three, 3) more than three
d. Habitus tanaman: menyamping, kompak dan tegak, diamati ketika 50%
populasi tanaman telah mempunyai buah masak

8

Gambar 2 Habitus tanaman. 3) Menyamping, 5) Kompak, 7) Tegak
e. Karakter daun:
1. Bentuk daun, diamati pada panen kedua

Gambar 3 Bentuk daun. 1) Delta, 2) Oval, 3) Lanset
2. Warna daun: hijau tua, hijau muda, hijau kekuningan
3. Ukuran daun: panjang (cm) x lebar (cm), diukur rata-rata dari 10 daun
yang telah berukuran maksimal pada percabangan utama pada panen
kedua
4. Permukaan daun, diamati pada setiap genotipe
5. Tepi daun: rata, bergerigi, berombak, lainnya
6. Ujung daun: runcing, meruncing, tumpul, membelah, membuka, lainnya
f. Karakter bunga dan buah:
1. Waktu munculnya bunga, jumlah hari setelah tanam sampai 50% populasi
mempunyai bunga mekar
2. Warna mahkota bunga: putih, kuning terang, kuning, ungu dengan dasar
putih, putih dengan dasar ungu, putih dengan pinggiran ungu, ungu, dan
lainnya. Diamati setelah bunga pertama membuka sempurna
3. Kedudukan bunga: pendant, intermediate, erect

9

Gambar 4 Kedudukan / posisi bunga. 3) Tidak tegak, 5) Semi tegak, 7)
Tegak
4. Umur panen buah, jumlah hari setelah tanam sampai 50% populasi
mempunyai buah masak
5. Bobot buah (g) ditimbang bobot 10 buah cabai masak yang diambil dari
panen kedua
6. Panjang buah (cm) diukur dari pangkal sampai ujung buah pada 10 buah
yang sama dengan pengamatan bobot buah
7. Panjang tangkai buah (cm) diukur dari pangkal sampai ujung tangkai buah
pada 10 buah yang sama dengan pengamatan bobot buah
8. Diameter buah (mm) diukur pada tiga bagian buah yaitu: pangkal, tengah,
dan ujung pada 10 buah yang sama dengan pengamatan bobot buah
9. Ketebalan kulit buah (mm), diukur dari rata-rata 10 buah masak pada
panen kedua. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan jangka sorong
digital
10. Bentuk buah: elongate, almost round, triangular, campanulate, blocky,
lainnya yang diamati pada saat panen kedua

Gambar 5 Bentuk buah. 1) elongate, 2) almost round, 3) triangular, 4)
campanulate, 5) blocky, 6) other

10
11. Bentuk pangkal buah: acute, obtuse, truncate, cordate, lobate yang
diamati pada saat panen kedua

Gambar 6 Bentuk pangkal buah. 1) acute, 2) obtuse, 3) truncate, 4)
cordate, 5) lobate
12. Penampang melintang buah: pointed, blunt, sunken, sunken & pointed,
lainnya yang diamati pada saat panen kedua

Gambar 7 Bentuk penampang melintang buah. 3) Sedikit berombak, 5)
Intermediate, 7) Berombak
13. Perubahan warna buah, diamati saat buah muda hingga buah tua

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Selama masa penyemaian, daya berkecambah untuk genotipe Seroja,
Ungara, dan Bara cukup baik dengan rata-rata daya berkecambah 89.51%, namun
daya berkecambah untuk Explosive dan Numex cukup rendah dengan rata-rata
daya berkecambah sebesar 36.83%. Beberapa tanaman dari genotipe Seroja di
persemaian terserang kutu daun / aphid.
Penanaman bibit ke pot atau transplanting dilakukan dua kali karena
pertumbuhan bibit tanaman yang tidak seragam di persemaian. Ketidakseragaman
pertumbuhan bibit tanaman ini terjadi kemungkinan karena bibit mengalami
kondisi stress di persemaian. Kondisi stress ini diduga karena media tanam yang
digunakan pada saat kegiatan persemaian terlalu padat, selain itu kondisi iklim
saat persemaian juga mempengaruhi bibit di persemaian. Pada saat transplanting
masih ditemukan beberapa tanaman yang offtype dari genotipe Seroja dan Ungara
yang dapat dilihat dari perbedaan keragaan tanaman dari genotipe-genotipe yang
sejenis. Tanaman yang offtype ini tidak diikutsertakan dalam pengamatan.
Hama dominan yang menyerang tanaman cabai di lapang adalah thrips
(Thrips parvisipinus) dan kutu daun. Hama ini menyerang bagian daun khususnya
di permukaan bawah daun tanaman yang kemudian menyebabkan daun tanaman
menjadi keriting. Penyakit yang paling dominan menyerang tanaman cabai di

11
lapang dan menyebabkan perubahan keragaan tanaman cabai serta penurunan
jumlah produksi adalah antraknosa dan layu fusarium. Penyakit antraknosa
disebabkan oleh Colletotrichum acutatum yang menyebabkan bercak konsentrik
berwarna hitam pada buah sehingga buah menjadi busuk basah. Penyakit ini
awalnya menyerang tanaman cabai hias varietas Numex pada ulangan 2 yang
kemudian menyebar ke seluruh tanaman pada tiap ulangan. Sementara itu,
penyakit layu fusarium (Fusarium oxysporum Schlecth) menyerang tanaman cabai
dengan gejala awal tanaman menjadi layu yang dilanjutkan dengan gugurnya
daun-daun yang telah mengering sebelumnya. Curah hujan dan kelembaban relatif
yang tinggi selama penelitian berlangsung diduga merupakan salah satu penyebab
meningkatnya serangan penyakit terutama yang disebabkan oleh cendawan.
Berdasarkan data dari Stasiun Meteorologi dan Geofisika, Dramaga, Bogor (2014),
pada bulan Januari sampai bulan Juli 2014, curah hujan rata-rata 524 mm/bulan,
suhu 24.6-26.5oC, dan kelembaban 87.4%.
Secara umum, pengendalian hama dan penyakit yang menyerang tanaman
cabai dapat dilakukan dengan menggunakan pestisida sesuai dosis yang
dianjurkan. Penyemprotan pestisida berupa insektisida dan fungisida dilakukan
setiap minggu baik pada fase vegetatif maupun generatif tanaman.
Rekapitulasi F-Hitung, Peluang, dan Koefisiensi Keragaman
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat
nyata di antara galur-galur yang diuji pada seluruh karakter kuantitatif yang
diamati (Tabel 1).
Tabel 1 Rekapitulasi F-Hitung, peluang, dan koefisiensi keragaman
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Karakter
Tinggi tanaman (cm)
Tinggi dikotomus (cm)
Diameter batang (mm)
Lebar tajuk (cm)
Lebar daun (cm)
Panjang daun (cm)
Umur berbunga (HST)
Umur panen buah (HST)
Bobot buah per tanaman (g)
Bobot buah (g)
Jumlah buah per tanaman
Diameter pangkal buah (mm)
Diameter tengah buah (mm)
Diameter ujung buah (mm)
Panjang buah (cm)
Panjang tangkai buah (cm)
Ketebalan kulit buah (mm)

Keterangan: **= nyata pada taraf α=1%

F Hitung

Peluang

Koefisien
Keragaman (%)

253.02**
132.55**
51.38**
137.18**
23.14**
18.29**
22.55**
10.08**
56.9**
57.47**
112.19**
93.06**
76.39**
78.74**
6.13**
34.83**
26.83**