Pengembangan sumberdaya air berkelanjutan DAS way betung kota bandar Lampung

PENGEMBANGAN SUMBERDAYA AIR
BERKELANJUTAN DAS WAY BETUNG
KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh
SLAMET BUDI YUWONO

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Pengembangan
Sumberdaya Air Berkelanjutan DAS Way Betung Kota Bandar Lampung adalah
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir disertasi ini.

Bogor, Agustus 2011

Slamet Budi Yuwono
NRP A.262030031

ABSTRACT
SLAMET BUDI YUWONO. The Development of Sustainable Water Resources
of Way Betung Watershed, Bandar Lampung City. Under supervision by NAIK
SINUKABAN, KUKUH MURTILAKSONO and BUNASOR SANIM.
Way Betung watershed is one of the most potential watersheds as water supplier
in Lampung Province and the most potential water resources for Bandar Lampung
City particularly for potable water provided by regional water supplier company
(PDAM). The ever increasing population and economic activities in Bandar
Lampung City resulted in the increasing need of clean water. However, over
time, the conditions of Way Betung watershed as water resources supplier have
been declined. Therefore, to improve or to restore the conditions of Way Betung
watershed, the forest and land rehabilitations programs are necessary. Thus
research was aimed: (a) to study the impact of land use change in Way Betung
watershed on its potential as water resources supplier of Bandar Lampung City,
(b) to study the economic value of Way Betung water resources (c) to formulate

sustainable water resources development plan of Way Betung watershed. The
impact of land use change on the Way Betung water resources was analyzed by a
regression method, and the annual economic value of water resources was
analyzed by Willingness to Pay (WTP) method. The development plan of
sustainable water resources of Way Betung watershed was arranged in five
scenarios. To determine the best scenario, the simulations of the erosion level by
the USLE method and the runoff volume by the SCS method were performed. The
results showed that the land use change of Way Betung watershed (1991-2006)
resulted in the increasing of the annual run off coefficient, the maximum daily
discharge (Q max), and the decreasing of the daily minimum discharge (Q min),
as well as the increasing of the river discharge fluctuation. The total annual
economic value of water resources of Way Betung watershed was Rp101.1
billion/year and the total willingness to pay value for the rehabilitation of Way
Betung watershed was Rp1.5 billion/year, which were derived from PDAM
sector, tourism, water mineral companies, households and paddy field farmers in
the upstream watershed. The best development of sustainable water resources of
Way Betung watershed was the scenario-4 (the forest as much as 30% of
watershed areas + alley cropping on mixed farms). Scenario-4 will reduce the
erosion to lower than the tolerable soil loss (TSL), will decrease the fluctuation of
monthly run off from 64.7 to 30.9, and the forest rehabilitation will be achieved in

the best time (10 years with a scheme-B). Therefore, economically the water users
community are willing to pay the rehabilitation costs (WTP) and socially it is
accepted by the society.

Key Words:

erosion, forest rehabilitation, land use change, run off fluctuation,
sustainability, and water resources.

RINGKASAN
SLAMET BUDI YUWONO. Pengembangan Sumberdaya Air Berkelanjutan
DAS Way Betung Kota Bandar Lampung (dengan komisi pembimbing NAIK
SINUKABAN sebagai ketua, KUKUH MURTILAKSONO, dan BUNASOR
SANIM sebagai anggota).
DAS Way Betung merupakan sumberdaya air yang penting, dimana
sungai Way Betung merupakan pemasok utama air baku bagi perusahaan daerah
air minum (PDAM) untuk memenuhi kebutuhan air bersih Kota Bandar Lampung.
Luas DAS Way Betung 5.260 ha, sekitar 51% berada dalam kawasan
hutan (Tahura) sisanya 49% merupakan kawasan budidaya. Peningkatan jumlah
penduduk dan aktivitas perekonomian Kota Bandar Lampung menyebabkan

kebutuhan air bersih semakin besar, bahkan diperkirakan sejak tahun 2002 telah
terjadi defisit air bersih. Kondisi DAS Way Betung saat ini semakin
memprihatinkan, hal ini ditandai dengan menurunnya debit rata-rata minimum
dari 1,1 m3/det (1997) menjadi 0,9 m3/det (2002). Kondisi tersebut menyebabkan
PDAM kekurangan air baku terutama pada musim kemarau. Hal ini disebabkan
adanya perubahan penggunaan lahan hutan menjadi penggunaan lain (pertanian,
kebun campuran, semak dan permukiman) yang disebabkan oleh tekanan
penduduk terhadap lahan, perambahan hutan (23,7%), dan kegiatan hutan
kemasyarakatan (HKm). Untuk itu diperlukan perbaikan dan pengembangan DAS
Way Betung agar ketersediaan air bagi Kota Bandar Lampung terjamin.
Perbaikan atau rehabilitasi kerusakan sumberdaya air DAS Way Betung
membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Alternatif pengembangan berkelanjutan
yang dikaji dalam penelitian ini melalui konsep pendekatan rehabilitasi DAS
dengan pembiayaan bersama (cost sharing). Untuk itu, diperlukan pengkajian
potensi dana rehabilitasi hutan (DAS) yang berasal dari para pemanfaat
sumberdaya air DAS Way Betung. Besarnya kesediaan membayar (willingness to
pay) biaya rehabilitasi dari para pemanfaat sumberdaya air akan digunakan untuk
merancang rehabilitasi DAS Way Betung. Pemanfaat utama air DAS Way
Betung adalah PDAM, industri air minum dalam kemasan (AMDK), wisata dan
rumah tungga hulu serta pertanian sawah di hulu.

Penelitian bertujuan : (a) mengkaji dampak perubahan penggunaan lahan
terhadap kondisi hidrologi/sumberdaya DAS Way Betung (b) mengkaji nilai
ekonomi sumberdaya air DAS Way Betung (c) menyusun pengembangan
perencanaan sumberdaya air berkelanjutan DAS Way Betung. Untuk melihat
dampak perubahan penggunaan lahan terhadap kondisi hidrologi/sumberdaya air
dilakukan analisis regresi, untuk menduga nilai ekonomi sumberdaya air
digunakan metode Willingness to Pay (WTP). Besarnya erosi setiap
pengembangan (skenario) diduga dengan metode USLE (A=RKLSCP)
(Weischmeier dan Smith, 1978) dan besarnya volume aliran permukaan bulanan
diduga dengan metode SCS (Arsyad, 2006). Penentuan skenario pengembangan
terbaik dengan pertimbangan ekologis, yaitu memiliki nilai erosi < TSL
(Tolerable Soil Loss) dan fluktuasi debit aliran permukaan < 30. Indikator
penerimaan masyarakat secara sosial (Social Acceptability) terhadap skenario

pengembangan dianalisis dari persentase responden yang bersedia membayar
biaya rehabilitasi dari setiap sektor pengguna air. Selain pertimbangan ekologis
(erosi dan aliran permukaan), pertimbangan ekonomi dan sosial, alternatif
pengembangan terpilih adalah yang membutuhkan waktu implementasi yang
paling rasional (baik).
Pengembangan (skenario) perencanaan sumberdaya air berkelanjutan

disusun sebagai berikut: Skenario-1: kondisi DAS Way Betung saat ini (existing);
Skenario-2 : pengembangan alternatif perencanaan sumberdaya air DAS Way
Betung berdasarkan UU Kehutanan No.41 tahun 1999 pasal 18, bagian hulu DAS
dengan penggunaan lahan hutan harus dipertahankan minimal 30% (tiga puluh
persen); Skenario-3 : pengembangan alternatif perencanaan sumberdaya air DAS
Way Betung disusun berdasarkan UU No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
yaitu sesuai pasal 5 (2), yang menyatakan penataan ruang berdasarkan fungsi
utama kawasan, yaitu kawasan lindung dan kawasan budidaya (skenario-3 ini,
semua kawasan lindung/hutan harus direhabilitasi/ dihutankan kembali);
Skenario-4: penerapan skenario-2 ditambahkan tindakan konservasi tanah
(agroteknologi/alley cropping) pada penggunaan lahan kebun campuran, dan
Skenario-5: penerapan skenario-3 ditambahkan tindakan konservasi tanah
(agroteknologi/alley cropping) pada penggunaan lahan pertanian lahan kering.
Skema pembiayaan kegiatan rehabilitasi terbagi 2 (dua) yaitu : Model-A dana
rehabilitasi hanya bersumber dari pengguna air PDAM dan Model-B dana
rehabilitasi bersumber dari semua sektor pengguna air (PDAM, industri AMDK,
wisata, rumah tangga hulu dan pertanian padi sawah hulu). Biaya satuan (unit
cost) rehabilitasi hutan menggunakan acuan Harga Satuan Kegiatan Bidang RLPS
tahun 2007 dari Dirjen RLPS Departemen Kehutanan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

a) Penggunaan lahan berupa hutan DAS Way Betung dari 979,3 ha (16,7%)
tahun 1991, menjadi 508,1 ha (9,7%) tahun 1999 dan 377,1 ha (7,2%) tahun
2006. Penggunaan lahan berupa kebun campuran meningkat demikian juga
dengan permukiman, sedangkan penggunaan lahan berupa lahan kering
cenderung tetap, dan penggunaan lahan berupa semak belukar berfluktuasi.
b) Perubahan penggunaan lahan DAS Way Betung 1991-2006 terutama
penurunan luas hutan dan peningkatan luas kebun campuran mengakibatkan
peningkatan koefisien aliran permukaan tahunan (C) dari 48,6% (1991-1995)
menjadi 61,6% (2002-2006), peningkatan debit maksimum rata-rata harian
(Qmax), menurunkan debit minimum rata-rata harian (Qmin), dan
peningkatan fluktuasi debit sungai.
c) Nilai ekonomi total tahunan sumberdaya air DAS Way Betung sebesar
Rp.101,1 Milyar/tahun, merupakan kontribusi sektor PDAM (Rp.38,1
Milyar/tahun), sektor wisata (Rp.5,3 Milyar/tahun), sektor AMDK (Rp.55,4
Milyar/tahun), sektor rumah tangga hulu (Rp.2,3 Milyar/tahun) dan sektor
pengguna air pertanian padi sawah hulu (Rp.4,2 Juta/tahun).
d) Nilai kesediaan membayar (WTP) biaya rehabilitasi sebesar Rp.1,54
Milyar/tahun yang merupakan kontribusi sektor PDAM (Rp.958,5
Juta/tahun), sektor wisata (Rp.131,4 Juta/tahun), sektor AMDK (Rp.429,7
Juta/tahun), sektor rumah tangga hulu (Rp.26,3 Juta/tahun), dan sektor

pengguna air pertanian padi sawah hulu (Rp.162.960,2/tahun).

e)

Pengembangan sumberdaya air berkelanjutan skenario-4 (30% hulu DAS
berupa hutan + agroteknologi alley cropping pada kebun campuran)
merupakan scenario pengembangan yang terbaik, karena mampu menurunkan
erosi hingga lebih rendah dari TSL dan menurunkan aliran fluktuasi
permukaan hingga 30,9 serta penerapannya membutuhkan waktu yang terbaik
(10 tahun dengan Skema-B), secara ekonomi cukup layak karena tersedia
dana rehabilitasi dari masyarakat pengguna air (WTP), serta secara sosial
dapat diterima oleh masyarakat pengguna air.

Kata kunci:

erosi, fluktuasi aliran permukaan, perubahan penggunaan lahan,
kemauan untuk membayar (willingnes to pay) dan sumberdaya air
berkelanjutan

@Hak Cipta milik IPB, tahun 2011

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumber.
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah;
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh
karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

PENGEMBANGAN SUMBERDAYA AIR
BERKELANJUTAN DAS WAY BETUNG
KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh
SLAMET BUDI YUWONO

Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada

Program Studi Ilmu Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

Penguji Ujian Tertutup :

1. Dr. Ir. Aris Munandar, M.S.
(Staf Pengajar Departemen ARL dan Wakil
Dekan Faperta IPB).
2. Dr. Ir. M. Yanuar J. Purwanto, M.S.
(Staf Pengajar Departemen SIL Fateta IPB).

Tanggal Ujian Tertutup :

1 Juni 2011

Penguji Ujian Terbuka :


1. Dr. Ir. Harry Santoso.
(Direktur Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan
Perhutanan Sosial, Departemen Kehutanan RI).
2. Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr.
(Staf Pengajar Departemen Manajemen Hutan
Fahutan IPB).

Tanggal Ujian Terbuka:

28 Juli 2011

Judul Disertasi

: Pengembangan Sumberdaya Air Berkelanjutan
DAS Way Betung Kota Bandar Lampung

Nama

: Slamet Budi Yuwono

NRP

: A262030031

Disetujui :
Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Naik Sinukaban, M.Sc.
Ketua

Dr. Ir. Kukuh Murtilaksono, M.S.
Anggota

Prof. Dr. Ir. Bunasor Sanim, M.Sc.
Anggota

Diketahui :
Ketua Program Studi
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Naik Sinukaban, M.Sc.

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.

Tanggal Ujian: 28 Juli 2011

Tanggal Lulus:……………….

UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmatNya, sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan
disertasi dengan judul: Pengembangan Sumberdaya Air Berkelanjutan DAS Way
Betung Kota Bandar Lampung.
Pada kesempatan ini saya menghaturkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Naik Sinukaban, M.Sc.,
selaku ketua komisi
pembimbing, Bapak Dr. Ir. Kukuh Murtilaksono, M.S., dan Bapak Prof. Dr.
Ir. Bunasor Sanim, M.Sc. sebagai anggota komisi pembimbing, yang telah
banyak memberikan bimbingan, nasihat, saran, dan arahan sejak penyusunan
rencana penelitian, pelaksanaan penelitian, sampai dengan penulisan disertasi.
2. Bapak Dr. Ir. Aris Munandar, M.S. dan Bapak Dr. Ir. M. Yanuar J. Purwanto,
M.S. sebagai penguji luar komisi pada ujian tertutup yang telah banyak
memberikan masukan dan saran perbaikan.
3. Bapak Dr. Ir. Harry Santoso dan Bapak Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr. sebagai
penguji luar komisi pada ujian terbuka yang telah banyak memberikan
masukan dan saran perbaikan.
4. Bapak dan Ibu dosen pengajar pada Program Studi Ilmu Pengelolaan DAS
IPB yang telah banyak membekali ilmu pengetahuan kepada penulis.
5. Bapak Rektor Universitas Lampung, Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Lampung, Rektor IPB, dan Dekan Sekolah Pascasarjana IPB yang telah
memberikan kesempatan mengikuti Program Doktor (S3) di SPS IPB Bogor.
6. Pemerintah Republik Indonesia melalui BPPS Departemen Pendidikan
Nasional, yang telah memberikan bantuan beasiswa selama tiga tahun.
7. Rekan-rekan seperjuangan di PS. DAS dan teman-teman dari Universitas
Lampung yang telah banyak memberikan bantuan baik moril maupun materil,
yang saya tidak dapat sebutkan satu per satu.
8. Kepada orang tua H.Sudirman dan Hj. Eswati, ayah mertua Denmas Achmad
(Alm) dan ibu mertua Hj. Redawati serta keluarga besar, kepada istri saya
Prof. Dr. Dermiyati serta anak-anakku Ficky Tyoga Aditya dan Rizki
Tikadewi Noviani atas segala pengorbanan, pengertian, perhatian, dan
doanya sehingga saya dapat menyelesaikan disertasi ini.
Semoga disertasi ini bermanfaat bagi masyarakat dan berguna bagi
pengembangan ilmu pengetahuan.
Bogor, Agustus 2011
Slamet Budi Yuwono

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kebumen, Jawa Tengah, 23 Desember 1964 sebagai
anak ketiga dari lima bersaudara buah cinta pasangan H. Sudirman dan Hj.
Eswati. Pendidikan sarjana ditempuh di Jurusan Budidaya Pertanian (PS. Ilmu
Tanah) Fakultas Pertanian Universitas Lampung, lulus tahun 1987. Tahun 1993
penulis menyelesaikan pendidikan S2 pada Program Studi Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai (DAS) Sekolah Pascasarjana IPB. Tahun 2003 penulis mendapat
beasiswa (BPPS)

untuk melanjutkan pendidikan S3

pada Program Studi

Pengelolaan DAS di Sekolah Pascasarjana IPB.
Sejak tahun 1994 penulis menjadi dosen pada Jurusan Kehutanan, Fakultas
Pertanian Universitas Lampung. Tahun 1997-1999 ditugaskan sebagai Kepala
Laboratorium Inventarisasi Hutan pada Program Studi Manajemen Hutan, tahun
2000-2002 ditugaskan sebagai Ketua Program Studi Manajemen Hutan.
Selanjutnya penulis diberi tugas tambahan oleh Rektor sebagai Sekretaris Pusat
Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Lampung sejak tahun 2002-sekarang.
Karya ilmiah berjudul “Land Use Planning of Way Betung Watershed for
Sustainable Water Resources Development of Bandar Lampung City” telah
diterbitkan dalam Journal of Tropical Soils, Vol 16 No.1 January 2011
(Accredited by Indonesian DGHE No.51/DIKTI/KEP/2010).

Karya ilmiah

dengan judul “Manfaat Ekonomi Sumberdaya Air untuk Perencanaan DAS Way
Betung Berkelanjutan” akan diterbitkan pada Jurnal Manajemen Hutan Tropika,
Fakultas Kehutanan IPB karya ilmiah tersebut merupakan bagian dari penelitian
disertasi.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .............................................................................................

xv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xvii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xix
DAFTAR SINGKATAN/ISTILAH. ................................................................. xxi
PENDAHULUAN ............................................................................................

1

Latar Belakang ..........................................................................................
Permasalahan.............................................................................................
Kerangka Pemikiran ..................................................................................
Tujuan Penelitian ......................................................................................
Manfaat Penelitian ....................................................................................
Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian. ...................................................

1
6
7
12
12
12

TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................

14

Strategi Pengelolaan Sumberdaya Air Berkelanjutan................................
Aliran Permukaan.......................................................................................
Erosi ..........................................................................................................
Penilaian (Valuasi) Ekonomi Sumberdaya Alam......................................
Pembayaran Jasa Lingkungan Atas Pemanfaatan Sumberdaya Air......... .
Studi Terdahulu Penilaian Ekonomi Sumberdaya Alam...........................
Program Tujuan Ganda..............................................................................

14
17
19
24
33
35
38

METODE PENELITIAN ..................................................................................

40

Lokasi Penelitian ......................................................................................
Bahan dan Alat ..........................................................................................
Jenis, Sumber dan Kegunaan Data.............................................................
Teknik Pengumpulan Data ........................................................................
Analisis Data .............................................................................................
Pengembangan Perencanaan Sumberdaya Air
DAS Way Betung ………………………………………………………..
Analisis Pengembangan Perencanaan Sumberdaya Air ……. ..................
Analisis Optimalisasi Pengembangan Perencanaan
Sumberdaya Air. .......................................................................................
Simulasi Pembiayaan Penerapan Pengembangan Perencanaan
Sumberdaya Air. .......................................................................................

40
40
42
44
46

KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN........................................... ..

62

Iklim..........................................................................................................
Topografi...................................................................................................
Geologi .....................................................................................................
Tanah ........................................................................................................
Penggunaan Lahan DAS Way Betung .....................................................
Hidrologi ..................................................................................................
Sosial Ekonomi ........................................................................................

62
63
65
65
65
70
71

55
57
58
69

HASIL DAN PEMBAHASAN. ........................................................................

75

Perubahan Penggunaan Lahan DAS Way Betung ................................... 75
Dampak Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Sumberdaya Air
dan Kondisi Hidrologi DAS Way Betung. ............................................... 85
Nilai Ekonomi Total Sumberdaya Air DAS Way Betung........................ 93
Analisis Permintaan dan Penawaran Harga Air PDAM
Kota Bandar Lampung…………………………………………………. 116
Implementasi Pengembangan Sumberdaya Air Berkelanjutan ................ 128
KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 134
Kesimpulan ............................................................................................... 134
Saran ......................................................................................................... 135
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 136
LAMPIRAN ...................................................................................................... 143

xiv

DAFTAR TABEL
Halaman
1.

Studi penilaian ekonomi sumberdaya alam yang pernah dilakukan
di Indonesia ..............................................................................................

37

2.

Jenis, sumber dan kegunaan data .............................................................

43

3.

Perubahan penggunaan lahan setiap skenario pengembangan………….. 56

4.

Biaya satuan rehabilitasi hutan dan lahan DAS Way Betung ..................

60

5.

Luas lahan berdasarkan kelas lereng DAS Way Betung Th. 2008 (ha). .

63

6.

Penggunaan lahan DAS Way Betung Tahun 2006/2007 (ha)..................

70

7.

Perubahan penggunaan lahan DAS Way Betung Tahun 1990/19912006/2007 (ha) .........................................................................................

78

Koefisien aliran permukaan tahunan (C) DAS Way Betung
tahun 1991-2006 ......................................................................................

86

Koefisien aliran permukaan (C) DAS Way Betung musim hujan
(Jan-Feb-Mar-Okt-Nov-Des) tahun 1991-2006 .......................................

87

Simulasi perubahan penggunaan lahan hutan terhadap nilai koefisien
aliran permukaan (C) dan pendugaan air yang hilang
DAS Way Betung ....................................................................................

90

Nilai ekonomi total sumberdaya air DAS Way Betung
Tahun 2009 (Rp/tahun) ............................................................................

94

Sumber air baku yang digunakan PDAM Kota Bandar Lampung
tahun 2008 ................................................................................................

97

Jumlah pelanggan dan pendapatan PDAM Kota Bandar Lampung
tahun 2008 ................................................................................................

97

Nilai ekonomi air pelanggan PDAM Kota Bandar Lampung
tahun 2009 (Rp/tahun) .............................................................................

99

8.
9.
10.

11.
12.
13.
14.
15.

Nilai ekonomi TWBK berdasarkan biaya perjalanan tahun 2008
(Rp/tahun) ................................................................................................ 103

16.

Nilai ekonomi air pengguna AMDK Kota Bandar Lampung
tahun 2009 (Rp/tahun).............................................................................. 104

17.

Konsumsi rata-rata AMDK masyarakat Kota Bandar Lampung
(liter/bulan) .............................................................................................. 105

18.

Harga produk AMDK di Kota Bandar Lampung yang bahan
bakunya berasal dari DAS Way Betung tahun 2009................................ 106

19.

Persentase produk AMDK yang dikonsumsi masyarakat Kota Bandar
Lampung Tahun 2009 .............................................................................. 106

20.

Nilai ekonomi air untuk rumah tangga hulu DAS Way Betung
tahun 2009 (Rp/tahun) ............................................................................. 108
xv

21.

Nilai ekonomi pemanfaatan air untuk padi sawah di DAS Way Betung
tahun 2009 (Rp/tahun) .............................................................................. 109

22.

Nilai kesediaan membayar (WTP) biaya rehabilitasi hutan
pelanggan PDAM Kota Bandar Lampung tahun 2009 (Rp/tahun) .......... 111

23.

Nilai kesediaan membayar (WTP) biaya rehabilitasi hutan
pengunjung TWBK yahun 2009............................................................... 112

24.

Nilai kesediaan membayar (WTP) biaya rehabilitasi hutan pengguna air
rumah tangga hulu tahun 2009 (Rp/tahun) ............................................... 115

25.

Nilai kesediaan membayar (WTP) biaya rehabilitasi hutan petani padi
sawah tahun 2009 (Rp/tahun) ................................................................... 116

26.

Pendugaan erosi setiap skenario DAS Way Betung (ton/ha/th) ............... 122

27.

Nilai faktor CP tertimbang setiap skenario pengembangan DAS Way
Betung tahun 2009 .................................................................................... 123

28.

Fluktuasi aliran permukaan setiap skenario pengembangan
DAS Way Betung tahun 2009 .................................................................. 125

29.

Nilai bilangan kurva (CN) setiap skenario pengembangan
DAS Way Betung ..................................................................................... 125

30.

Kesediaan membayar (WTP) biaya rehabilitasi pengguna air
DAS Way Betung……………………………………………………… . 127

31.

Waktu ketercapaian keberlanjutan setiap skenario pengembangan
DAS Way Betung (tahun) ........................................................................ 128

32.

Pendugaan hasil dan nilai air bagi PDAM setiap skenario
Pengembangan DAS Way Betung………………………………………. 131

33.

Pengambilan keputusan penentuan pengembangan sumberdaya air
DAS Way Betung………………………………………………………. 132

xvi

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.

Kerangka pemikiran pemecahan masalah ................................................

11

2.

Skema proses terjadinya erosi tanah ........................................................

22

3.

Hubungan tiga tujuan pembangunan berkelanjutan .................................

27

4.

Nilai ekonomi total (NET) sumberdaya alam ..........................................

34

5.

Lokasi penelitian DAS Way Betung Provinsi Lampung .........................

41

6.

Hari hujan dan curah hujan rata-rata bulanan DAS Way Betung
tahun 1991-2006………………………………………………………..

62

7.

Penyebaran kelas lereng DAS Way Betung Provinsi Lampung ..............

64

8.

Peta Geologi DAS Way Betung Provinsi Lampung ................................

66

9.

Peta jenis tanah DAS Way Betung Provinsi Lampung ............................

67

10.

Peta jaringan sungai DAS Way Betung Provinsi Lampung ....................

72

11.

Kondisi penggunaan lahan DAS Way Betung (a) hutan, (b) kebun
Campuran, (c) semak belukar, (d) pertanian lahan kering,
(e) permukiman…………………………………………………………

76

12.

Peta penggunaan lahan DAS Way Betung tahun 1990/1991...................

82

13.

Peta penggunaan lahan DAS Way Betung tahun 1999/2000...................

83

14.

Peta penggunaan lahan DAS Way Betung tahun 2006/2007...................

84

15.

Hidrograf aliran S. Way Betung tahun 1991,1999, dan 2006…………..

85

16.

Simulasi perubahan proporsi luas hutan (%) dengan koefisien aliran
permukaan (%)………………………………………………………….

89

Korelasi antara luas hutan (%) terhadap debit maksimum dan minimum
rata-rata harian Sungai Way Betung ........................................................

91

18.

Koefisien regim sungai (KRS) S. Way Betung tahun 1991,1999,2006 ...

93

19.

Kurva permintaan konsumen PDAM terhadap harga air
Kota Bandar Lampung ............................................................................ 118

20.

Kurva penawaran produsen PDAM terhadap harga air
Kota Bandar Lampung ............................................................................. 119

21.

Kurva permintaan konsumen PDAM terhadap harga air
Kota Bandar Lampung setelah ditambah biaya rehabilitasi..................... 120

22.

Fluktuasi aliran permukaan bulanan sungai Way Betung
pada masing-masing skenario (m3/det) .................................................... 126

23.

Waktu ketercapaian keberlanjutan DAS Way Betung
setiap skenario (tahun) ............................................................................. 130

17.

xvii

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1.

Lokasi penelitian DAS Way Betung Kota Bandar Lampung.................. 143

2.

Curah hujan bulanan rata-rata DAS Way Betung tahun 1987-2006 ........ 144

3.

Hari hujan bulanan rata-rata DAS Way Betung tahun 1987-2006 ........... 145

4.

Penilaian struktur tanah dan permeabilitas tanah ..................................... 146

5.

Nilai faktor C berbagai penggunaan lahan ............................................... 147

6.

Nilai faktor P dan CP................................................................................ 148

7.

Nilai faktor kedalaman beberapa sub order tanah .................................... 149

8.

Kedalaman tanah minimum untuk berbagai jenis tanaman...................... 150

9.

Bilangan kurva (CN) ................................................................................ 151

10.

Nilai bilangan kurva untuk kondisi kandungan air tanah I dan III ........... 153

11.

Hubungan kelompok tanah dengan laju infiltrasi minimum .................... 154

12.

Batas besar curah hujan untuk kondisi air tanah sebelumnya .................. 154

13.

Membangun kurva permintaan dan penawaran ........................................ 155

14.

Penggunaan lahan DAS Way Betung tahun 1990/1991 ........................... 158

15.

Penggunaan lahan DAS Way Betung tahun 1999/2000 ........................... 160

16.

Penggunaan lahan DAS Way Betung tahun 2006/2007 ........................... 162

17.

Debit rata-rata harian S. Way Betung tahun 1991-2006 .......................... 164

18.

Debit minimum rata-rata bulanan S. Way Betung tahun 1991-2006 ....... 165

19.

Debit maksimum rata-rata bulanan S. Way Betung tahun 1991-2006 ..... 166

20.

Debit maksimum dan minimum bulanan S. Way Betung
Tahun 1991-2006 ..................................................................................... 167

21.

Ratio debit minimum dan maksimum 1991-2006 .................................... 168

22.

Perhitungan koefisien aliran permukaan (C) tahunan
DAS Way Betung………………………………………………………. 169

23.

Perhitungan koefisien aliran permukaan (C ) musim hujan (Jan,Feb, Mar
Okt, Nov, Des) DAS Way Betung ........................................................... 169

24.

Hasil tabulasi kuesioner responden pelanggan air PDAM
Kota Bandar Lampung Tahun 2009 ......................................................... 170

25.

Hasil tabulasi kuesioner responden pengunjung TWBK
Kota Bandar Lampung Tahun 2009 ......................................................... 172

26.

Hasil tabulasi kuesioner responden pengguna AMDK
Kota Bandar Lampung Tahun 2009 ......................................................... 174

27.

Hasil tabulasi kuesioner pengguna air rumah tangga hulu
DAS Way Betung Tahun 2009 ................................................................. 176
xviii

28.

Hasil tabulasi kuesioner pengguna air untuk pertanian padi sawah
DAS Way Betung Tahun 2009 ................................................................ 178

29.

Kurva permintaan dan penawaran harga air PDAM ............................... 179

30.

Pendugaan erosi DAS Way Betung skenario-1 (eksisting) ..................... 181

31.

Perubahan penggunaan lahan pada skenario 1-5 DAS Way Betung ....... 196

32.

Pendugaan volume aliran permukaan DAS Way Betung dengan
metode SCS pada skenario-1 ................................................................... 198

33.

Rekapitulasi volume aliran permukaan (mm) setiap skenario
DAS Way Betung ……………………………………………………… 210

34.

Rekapitulasi volume aliran permukaan (m3/det) dan rasio Qmax/Qmin
setiap skenario pengembangan DAS Way Betung .................................. 210

35.

Analisis skenario dengan program tujuan ganda ..................................... 211

36.

Simulasi lamanya waktu yang dibutuhkan untuk melakukan
rehabilitasi dengan Skema Biaya-A dan Biaya-B .................................... 215

37.

Regresi antara nilai C dengan penggunaan lahan DAS Way Betung… .. 219

38.

Analisis regresi penggunaan air pelanggan PDAM…………………….. 221

39.

Analisis regresi biaya perjalanan pengunjung TWBK…………………. 222

40.

Peta kondisi eksisting DAS Way Betung (Skenario-1)…. ...................... 224

41.

Peta pengembangan sumberdaya air DAS Way Betung Skenario-2…… 225

42.

Peta pengembangan sumberdaya air DAS Way Betung Skenario-3…… 226

43.

Peta pengembangan sumberdaya air DAS Way Betung Skenario-4…… 227

44.

Peta pengembangan sumberdaya air DAS Way Betung Skenario-5…… 228

45.

Validasi Model SCS untuk aliran permukaan (Trans Log)…………….. 229

xix

DAFTAR SINGKATAN/ISTILAH
AMDK

: Air Minum Dalam Kemasan

BMG

: Badan Meteorologi dan Geofisika

BPS

: Badan Pusat Statistik

BV

: Bequest Value (Nilai warisan).

CN

: Curva number (Bilangan Kurva)

CRO

: Coefficient Run Off

CVM

: Contingensi Valuation Method

DAS

: Daerah Aliran Sungai

DUV

: Direct Use Value (Nilai Penggunaan Langsung)

HKm

: Hutan Kemasyarakatan

IKA

: Indeks Ketersediaan Air

IUV

: Indirect Use Value (Nilai Penggunaan Tidak Langsung)

KRS

: Koefisien Regim Sungai (Ratio Qmax/Qmin)

KUM

: Kesediaan Untuk Membayar

LINDO

: Linear Interactive Discreate Optimizer

MPTS

: Multi Purpose Trees Species

NUV

: Non Use Value (Nilai Non Penggunaan)

OV

: Option Value (Nilai Pilihan)

PDAM

: Perusahaan Daerah Air Minum

PHKA

: Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam

PLTA

: Pembangkit Listrik Tenaga Air

PTG

: Program Tujuan Ganda

Q max

: Debit maksimum

Q min

: Debit minimum

RLPS

: Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial

RO

: Run Off (Aliran Permukaan)

SCS

: Soil Conservation Services

SDA

: Sumberdaya Air

SDR

: Sediment Delivery Ratio

SL

: Satuan Lahan
xx

Tahura WAR

: Taman Hutan Raya Wan Abdurrachman

TEV

: Total Economic Value (Nilai Ekonomi Total)

TSL

: Tolerable Soil Loss (Erosi yang dapat ditoleransi)

TWBK

: Taman Wisata Bumi Kedaton

USLE

: Universal Soil Loss Equation

UU

: Undang-Undang

UV

: Use Value (Nilai Penggunaan)

VE

: Valuasi Ekonomi

WTA

: Wilingness to Accept (Kesediaan untuk menerima)

WTP

: Wilingness to Pay (Kesediaan untuk membayar)

XV

: Existance Value (Nilai Keberadaan)

xxi

LAMPIRAN

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Air merupakan sumber kehidupan dan merupakan salah satu unsur yang
sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia dan mahkluk hidup lainnya di
muka bumi. Berdasarkan UU Sumberdaya Air (SDA) No. 7 tahun 2004, (pasal 5)
dinyatakan bahwa “Negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air
bagi kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kebutuhannya yang
sehat, bersih dan produktif ”. Hal ini berarti negara wajib menyelenggarakan
berbagai upaya untuk menjamin ketersediaan air bagi setiap orang di dalam
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Seiring

dengan

semakin

meningkatnya

kebutuhan

air,

kerusakan

sumberdaya air juga tidak dapat dihindari. Apabila tidak segera diatasi maka hal
ini berpotensi menyebabkan kelangkaan air (water scarcity) di masa yang akan
datang. Kerusakan tersebut diakibatkan oleh: (a) pertumbuhan penduduk, (b)
pertumbuhan sektor industri dan sektor-sektor lainnya, dan (c) peningkatan
aktivitas pembangunan yang mengeksploitasi sumberdaya alam secara intensif
dan berlebihan. Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan sektor industri maupun
sektor lainnya akan meningkatkan permintaan kebutuhan air dalam jumlah yang
cukup besar. Peningkatan kebutuhan air ini tidak diimbangi oleh jumlah air yang
tersedia, karena sumberdaya air di dunia termasuk di Indonesia jumlahnya relatif
tetap. Aktivitas pembangunan yang mengeksploitasi sumberdaya alam secara
intensif dan berlebihan mempercepat kerusakan sumberdaya air sehingga
berdampak terhadap penurunan ketersediaan air.
Indonesia sebagai negara tropis basah mempunyai curah hujan yang cukup
tinggi yaitu 4.000 mm/tahun, namun beberapa daerah memiliki curah hujan yang
rendah yaitu 800 mm/tahun. Meskipun potensi curah hujan cukup tinggi, namun
pada kenyataannya aliran dasar (base flow) yang terjadi secara kontinyu setiap
tahun hanya sekitar 25 – 30% dari aliran permukaan total. Berdasarkan hasil
perhitungan dari data curah hujan, ketersediaan air di Indonesia sebanyak 3.279
Milyar m3/ tahun sedangkan jumlah kebutuhan air sebesar 88,5 Milyar m3/tahun
(Pawitan et al., 1997).

Apabila dinyatakan dalam nilai Indeks Ketersediaan Air (IKA) dengan jumlah
penduduk sekitar 230 juta jiwa pada tahun 2000, maka IKA Indonesia adalah
sebesar 14.000 m3/orang/tahun. Namun demikian, apabila laju pertumbuhan
penduduk

tidak terkendali maka nilai IKA akan turun secara drastis hingga

ambang toleransi sebesar 1.000 m3/orang/tahun (Pawitan et al., 1997).
Provinsi Lampung memiliki sumberdaya alam cukup besar, antara lain
memiliki luas daratan 35.376 km2, panjang garis pantai 1.105 km (pulau kecil),
serta luas wilayah perairan 16.623,3 km2. Sebelah selatan dan barat merupakan
daerah yang berbukit-bukit sebagai sambungan dari jalur pegunungan Bukit
Barisan Selatan dan merupakan hulu dari sungai-sungai yang mengalir di Provinsi
Lampung. Bagian tengah dan timur relatif datar berupa rawa-rawa, dan sebagian
lagi merupakan habitat mangrove. Sampai saat ini kondisi sumberdaya alam di
Provinsi Lampung sudah sangat menghawatirkan akibat adanya berbagai kegiatan
pembangunan yang kurang bijaksana.
Kondisi topografi di Provinsi Lampung sangat beragam berkisar dari
dataran sampai pegunungan. Kondisi demikian sangat potensial menyebabkan
peningkatan aliran permukaan dan erosi yang tinggi, yang pada gilirannya dapat
menimbulkan dampak negatif baik pada lahan itu sendiri (on site) maupun
wilayah hilirnya (off site). Hal ini dapat terjadi manakala pemerintah daerah dan
sektor swasta melakukan kegiatan ekploitasi sumberdaya alam khususnya
sumberdaya lahan tanpa memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air
yang memadai (tidak rasional).
Umumnya bagian hulu daerah tangkapan air merupakan kawasan hutan,
sehingga

untuk

memperkirakan

degradasi

sumberdaya

air

tidak

dapat

mengabaikan keberadaan dan kondisi hutan. Luas hutan di Provinsi Lampung
1.004.735 ha (30,3 % dari luas daratan), tingkat kerusakan hutan khususnya di
kawasan konservasi (Taman Nasional, Cagar Alam, dan Tahura) telah mencapai
43%, hutan lindung 64%, dan hutan produksi mencapai 80% (Dinas Kehutanan
Prov. Lampung, 2000). Kerusakan hutan tersebut diperkirakan mempengaruhi
kondisi hidrologis DAS bersangkutan. Hal ini sejalan dengan pendapat Sinukaban
(2007), bahwa penebangan hutan secara sembarangan di bagian hulu DAS dapat
mengganggu distribusi aliran sungai di bagian hilir.

2

Selain itu, penerapan agroteknologi yang tidak sesuai atau kurang memadai dapat
mempengaruhi kualitas dan kuantitas air yang mengalir di bagian hilir.
Keberadaan Kota Bandar Lampung memiliki peran yang sangat strategis,
karena Kota Bandar Lampung merupakan ibukota Provinsi Lampung. Sebagian
besar kebutuhan air minum Kota Bandar Lampung dipasok oleh PDAM, dimana
sumber air bakunya berasal dari sungai Way Betung. Seiring dengan
meningkatnya pertumbuhan penduduk dan aktivitas perekonomian Kota Bandar
Lampung, maka kebutuhan air juga meningkat. Sementara itu, kondisi biofisik
DAS Way Betung semakin menurun, hal ini diindikasikan dengan semakin
meningkatnya nilai rasio antara debit maksimum dan debit minimum
(Qmax/Qmin). Akibatnya pasokan air bagi masyarakat Kota Bandar Lampung
semakin berkurang terutama pada musim kemarau. Berkurangnya pasokan air
dapat dilihat dari adanya pergiliran dan pembatasan pengaliran air kepada
pelanggan PDAM di beberapa wilayah kecamatan di Kota Bandar Lampung.
Bagian hulu DAS Way Betung merupakan kawasan konservasi, yaitu
bagian dari Taman Hutan Raya Wan Abdurrahman (Tahura WAR). Tahura
WAR ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Kehutanan No.408/KPTS-II/93 tanggal 10 Agustus 1993, yang berisi tentang
perubahan fungsi dan penunjukan kawasan hutan lindung Gunung Betung
(Register 19) seluas 22.244 ha menjadi Tahura, sebanyak 43 % kawasan Tahura
WAR telah mengalami kerusakan (Dinas Kehutanan, 1998).
DAS Way Betung memiliki luas 5.260 ha, seluas 2.710,0 ha (51 %) berada
di dalam kawasan Tahura WAR dan seluas 2.550,0 ha (49 %) berada dalam
kawasan budidaya atau areal penggunaan lain (APL) (Lembaga Penelitian Unila,
1996). Saat ini DAS Way Betung kondisinya mulai memprihatinkan, hal ini
ditandai dengan fluktuasi debit maksimum/minimum DAS Way Betung relatif
cukup besar (>30) (PU Pengairan Prov. Lampung, 1998). Akibatnya sungai Way
Betung pada musim kemarau mengalami kekeringan dan pada musim hujan
berpotensi menimbulkan banjir,

hal ini mengganggu pasokan air baku bagi

PDAM Kota Bandar Lampung, sehingga pada musim kemarau air PDAM tidak
dapat mengalir secara terus-menerus.

3

Kondisi DAS Way Betung saat ini (eksisting) sangat komplek, dan secara
rinci dapat diuraikan sebagai berikut :
a) Terjadinya perubahan penggunaan lahan.

Kegiatan masyarakat yang

menyebabkan perubahan penggunaan lahan di bagian hulu DAS Way Betung
antara lain : (1) adanya tekanan penduduk terhadap lahan dan perambahan
hutan, hal ini diindikasikan dengan tingginya kepadatan penduduk di sekitar
Tahura WAR termasuk didalamnya DAS Way Betung. Wilayah ini dikelilingi
oleh 5 kecamatan yang memiliki 35 Desa/Kelurahan dan berbatasan langsung
dengan kawasan hutan. Kepadatan penduduk desa/kelurahan sekitar kawasan
Tahura WAR baik secara absolut maupun pertanian relatif tinggi, dengan
mata pencaharian utama pertanian (50,9 %) diikuti buruh sebesar 36,3 %,
sisanya dengan mata pencaharian lain-lain (Setiawan, 2000). Sebagai akibat
dari mata pencaharian utama masyarakat disektor pertanian, maka kebutuhan
lahan pertanian sangat besar. Hal ini mengakibatkan bertambahnya jumlah
perambah hutan.

Keberadaan perambahan hutan diindikasikan dengan

ditemukannya perladangan liar di Tahura WAR seluas 5.198 ha (23,4 %)
(Dinas Kehutanan, 1998). (2) adanya kegiatan Hutan Kemasyarakatan
(HKm), kegiatan HKm ini dilatarbelakangi dengan krisis ekonomi/moneter
yang melanda Indoensia pada tahun 1997/1998. Setelah melalui verifikasi dan
klarifikasi, Departemen Kehutanan mengeluarkan Sertifikat Izin Pengusahaan
Hutan

Kemasyarakatan

(Sementara)

dengan

Surat

Keputusan

No.

21/IV/PHK-2/1999 tanggal 13 November 1999. Sertifikat diberikan kepada 7
(tujuh) Kelompok Pengelola dan Pelestari Hutan (KPPH) untuk mengelola
Hutan Kemasyarakatan seluas 492,7 ha di kawasan Tahura WAR selama 5
(lima) tahun dengan berbagai ketentuan yang telah disepakati bersama. Lahan
garapan KPPH tersebut berada di dalam DAS Way Betung. Adanya kegiatan
perambahan hutan dan kegiatan HKm mengakibatkan meningkatnya luas
lahan pertanian atau kebun campuran. Aktivitas petani perambah hutan dan
kegiatan HKm pada umumnya belum menerapkan kaidah-kaidah konservasi
tanah dan air (agroteknologi) yang memadai. Kondisi demikian baik secara
langsung maupun tidak langsung menyebabkan kondisi hidrologi DAS Way
Betung menurun. Hal ini ditunjukkan dengan penurunan debit minimum

4

rata-rata

S. Way Betung dari 1,1 m3/det tahun 1997 menjadi 0,9 m3/det

tahun 2002 (Lembaga Penelitian Unila, 2003).
(b) Defisit kebutuhan air bersih. Jumlah penduduk Kota Bandar Lampung
tahun 2006 sebesar 809.860 jiwa dengan tingkat pertumbuhan 2,1 - 2,5 %
pertahun. Pertumbuhan industri tahun 2004 – 2006 meningkat sebesar 12,6 %,
yang ditunjukkan dengan peningkatan Pendapatan Domestik Regional Bruto
(PDRB) Kota Bandar Lampung sebesar 7,7 % (Bandar Lampung dalam
Angka, 2004 dan 2006). Pertumbuhan penduduk dan ekonomi yang demikian
menyebabkan permintaan terhadap air bersih semakin meningkat dari tahun
ke tahun, di sisi lain pasokan air oleh PDAM hanya mampu melayani 22,2 %
dari jumlah penduduk Kota Bandar Lampung. Lembaga Penelitian Unila
(2003) melaporkan bahwa kebutuhan air bersih kota Bandar Lampung tahun
2002 sebanyak 36,4 Juta m3/tahun, sedangkan pasokan dari PDAM 9,9 juta
m3/tahun, dan pasokan air tanah sebesar 20,9 Juta m3/tahun, sehingga terjadi
defisit sebesar -5,5 Juta m3/tahun. Selanjutnya seiring dengan pertumbuhan
penduduk dan industri, maka diperkirakan pada tahun 2010 defisit air bersih
mencapai -16,1 Juta m3/tahun. Akibat keterbatasan pasokan air bersih dari
PDAM masyarakat membuat sumur gali (dangkal) maupun sumur bor (dalam)
untuk memenuhi kebutuhan air bersihnya.
(c) Kontribusi pengguna air terhadap biaya rehabilitasi sumberdaya air.
Salah satu manfaat ekonomi dari DAS Way Betung adalah nilai penggunaan
langsung berupa nilai uang yang diperoleh dari pelanggan PDAM Kota
Bandar

Lampung.

Tahun

2004

penerimaan

PDAM

sebesar

Rp.13.629.281.380; dengan jumlah pelanggan sebanyak 28.744, selanjutnya
tahun 2006 penerimaan PDAM sebesar Rp.16.073.406.261; dengan jumlah
pelanggan sebanyak 33.411 (Bandar Lampung Dalam Angka, 2004 dan
2006). Selain itu, di dalam DAS Way Betung juga terdapat Taman Wisata
Bumi Kedaton (TWBK), dimana secara tidak langsung memanfaatkan
sumberdaya air untuk menarik pengunjungnya. Selain tempat wisata, terdapat
industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) yang menggunakan sumber air
dari DAS Way Betung. Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 6 tahun
2007, tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Serta

5

Pemanfaatan Hutan, menyatakan bahwa biaya rehabilitasi DAS dapat diambil
dari jasa lingkungan yang dihasilkan oleh kawasan konservasi, termasuk
didalamnya adalah pemanfaatan air (Dephut, 2007). Pengguna air yang
lainnya adalah masyarakat yang ada di bagian hulu, berupa penggunaan air
untuk kepentingan rumah tangga dan pertanian padi sawah. Namun yang
menjadi permasalahan adalah sampai saat ini belum ada metode/
acuan/referensi kontribusi dana rehabilitasi hutan dan lahan dari pengguna air
Way DAS Betung.
Permasalahan
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang menyebabkan kerusakan
sumberdaya air di DAS Way Betung adalah sebagai berikut:
1. Terdapat perubahan penggunaan lahan hutan menjadi lahan pertanian, kebun
campuran, pertanian lahan kering, semak belukar dan permukiman di hulu
DAS Way Betung. Penyebab perubahan penggunaan lahan tersebut antara lain
adanya kegiatan perambahan hutan (ilegal) dan kegiatan HKm (legal).
Kegiatan pertanian di kawasan hulu DAS pada umumnya tidak menerapkan
teknologi konservasi tanah dan air (agroteknologi) yang memadai, sehingga
mempengaruhi kondisi biofisik DAS Way Betung. Selain itu, perubahan
penutupan lahan diduga menyebabkan peningkatan koefisien aliran permukaan
(run off coefficient), yang pada gilirannya menyebabkan penurunan kualitas
fungsi hidrologi DAS Way Betung.
2. Terjadi kekurangan pasokan air bersih untuk Kota Bandar Lampung terutama
pada musim kemarau. Hal ini disebabkan adanya perubahan penggunaan lahan
dari hutan menjadi kebun campuran, pertanian lahan kering, semak belukar
dan permukiman di kawasan hulu DAS Way Betung. Perubahan penggunaan
lahan tersebut menyebabkan penurunan kapasitas infiltrasi dan peningkatkan
aliran permukaan. Akibat selanjutnya

akan menurunkan

debit rata-rata

minimum sungai Way Betung, yang pada gilirannya menurunkan pasokan air
baku bagi PDAM Kota Bandar Lampung.
3. Manfaat ekonomi sumberdaya air DAS Way Betung yang digunakan oleh
PDAM, Wisata, AMDK, rumah tangga hulu dan pertanian padi sawah sampai
saat ini belum memberikan konstribusi (Cost Sharing) yang memadai untuk
6

kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan. Hal ini disebabkan karena belum adanya
metode/acuan/referensi kontribusi dana rehabilitasi hutan dan lahan dari
pengguna air DAS Way Betung.
Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran pemecahan masalah DAS Way Betung disajikan pada
Gambar 1. Keberadaan DAS Way Betung sangat penting bagi Kota Bandar
Lampung, dimana sungai Way Betung merupakan sumber utama air baku PDAM
Kota Bandar Lampung. Namun saat ini kondisi hidrologi DAS Way Betung
sudah mengalami degradasi, hal ini diindikasikan dengan penurunan debit
minimum rata-rata, dan peningkatan fluktuasi debit (Lembaga Penelitian Unila,
2003).

Kerusakan DAS Way Betung antara lain disebabkan oleh perubahan

penggunaan lahan, dari lahan hutan menjadi lahan kebun campuran, pertanian
lahan kering, semak belukar dan permukiman. Perubahan penggunaan lahan ini,
antara lain disebabkan adanya tekanan penduduk terhadap lahan dan adanya
kegiatan HKm di bagian hulu DAS tersebut. Aktivitas tersebut menyebabkan
penurunan debit rata-rata minimal sungai Way Betung, sehingga pada gilirannya
menurunkan pasokan air baku bagi PDAM Kota Bandar Lampung terutama pada
musim kemarau. Di lain pihak, pertumbuhan penduduk dan industri di bagian hilir
menyebabkan pertambahan kebutuhan air bersih, sehingga PDAM pada saat ini
hanya mampu melayani 22,2 % kebutuhan air bersih Kota Bandar Lampung.
Adanya peningkatan kebutuhan penduduk terhadap lahan baik untuk
kegiatan pertanian, perumahan, industri, rekreasi, maupun kegiatan lain akan
menyebabkan

perubahan

penggunaan

lahan.

Sesungguhnya

perubahan

penggunaan lahan yang paling besar pengaruhnya terhadap kelestarian
sum