Budidaya Padi Organik dengan Berbagai Waktu Aplikasi Pupuk Kandang dan Pemberian Pupuk Hayati

BUDIDAYA PADI ORGANIK DENGAN BERBAGAI
WAKTU APLIKASI PUPUK KANDANG DAN PEMBERIAN
PUPUK HAYATI

MUCHAMAD HARTANTO

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Budidaya Padi
Organik dengan Berbagai Waktu Aplikasi Pupuk Kandang dan Pemberian Pupuk
Hayati” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2013
Muchamad Hartanto
NIM A24090145

ABSTRAK
MUCHAMAD HARTANTO. Budidaya Padi Organik dengan Berbagai Waktu
Aplikasi Pupuk Kandang dan Pemberian Pupuk Hayati. Dibimbing oleh MAYA
MELATI.
Percobaan ini dilaksanakan di Cikarawang, Dramaga, Bogor dari bulan
November 2012 hingga Maret 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
waktu yang paling tepat dalam pemberian pupuk kandang dan pengaruh
pemberian pupuk hayati. Percobaan ini menggunakan rancangan percobaan secara
split plot dan rancangan lingkungannya adalah Rancangan Kelompok Lengkap.
Percobaan ini terdiri atas 2 faktor dan 4 ulangan. Faktor pertama adalah waktu
aplikasi pupuk kandang ayam dengan 4 perlakuan yaitu, aplikasi pupuk kandang
10 ton/ha yang diberikan pada 2 minggu sebelum tanam, 10 ton/ha yang diberikan
pada 4 minggu setelah tanam, 10 ton/ha yang diberikan pada 6 minggu setelah
tanam, 5 ton/ha yang diberikan pada 2 minggu sebelum tanam dan 5 ton/ha pada 4
minggu setelah tanam. Faktor ke-2 adalah pemberian pupuk hayati dengan 2

perlakuan (dengan dan tanpa pupuk hayati). Terdapat 32 satuan percobaan.
Produktivitas padi paling tinggi (5.04 ton GKG/ha) terdapat pada perlakuan
aplikasi pupuk kandang 5 ton/ha pada 2 minggu sebelum tanam dan 5 ton/ha pada
4 minggu setelah tanam dengan tambahan pupuk hayati.
Kata kunci: pertanian organik, pupuk organik, pupuk kandang ayam

ABSTRACT
MUCHAMAD HARTANTO. Rice Organic Cultivation with Different Times of
Manure Application and Different Biological Fertilizer. Supervised by MAYA
MELATI.
The experiment was conducted at Cikarawang, Dramaga, Bogor from
November 2012 to March 2013. This study aims to determine the most
appropriate time in manure application and the effect of bio-fertilizer. This
experiment used the split plot experimental design with two factors and 4
replications. The first factor was time of chicken manure application with 4
treatments i.e. application of 10 ton chicken manure / ha applied 2 weeks before
planting, 10 ton/ha applied 4 weeks after planting, 10 ton/ha applied 6 weeks after
planting, 5 ton/ha applied 2 weeks before planting and 5 ton/ha 4 weeks after
planting. The second factor was the application of bio-fertilizer (with and without
bio-fertilizer). There were 32 experimental units. The highest rice yield (5.04 ton

dry grains/ha) was found from the application of 5 ton chicken manure / ha 2
weeks before planting and 5 ton/ha 4 weeks after planting with additional of biofertilizer.
Keywords: chicken manure, organic farming, organic fertilizer

BUDIDAYA PADI ORGANIK DENGAN BERBAGAI
WAKTU APLIKASI PUPUK KANDANG DAN PEMBERIAN
PUPUK HAYATI

MUCHAMAD HARTANTO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013


Judul Skripsi : Budidaya Padi Organik dengan Berbagai Waktu Aplikasi Pupuk
Kandang dan Pemberian Pupuk Hayati
Nama
: Muchamad Hartanto
NIM
: A24090145

Disetujui oleh

Dr. Ir. Maya Melati, MS, MSc
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan karunia-Nya penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Salawat serta
salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad serta keluarganya, para
sahabatnya, dan para pengikutnya hingga akhir zaman
Penelitian yang berjudul “Budidaya Padi Organik dengan Berbagai Waktu
Aplikasi Pupuk Kandang dan Pemberian Pupuk Hayati”, ini termotivasi oleh
keinginan penulis untuk mengetahui waktu pemupukan yang paling tepat pada
budidaya padi organik. Penelitian ini dilaksanakan dalam rangka penyelesaian
tugas akhir dari Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor
dalam menyelesaikan Program Strata 1 (S1).
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ir. Maya Melati, MS, MSc
yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan penelitian ini,
serta terima kasih kepada kedua orang tua dan keluarga besar penulis yang telah
memberikan dukungan moril dan materi. Tidak lupa penulis juga berterima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama kegiatan penelitian ini
yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini mungkin masih memiliki
kekurangan. Meskipun demikian, penulis berharap semoga hasil penelitian ini
dapat berguna bagi penulis dan pihak – pihak yang berkepentingan.


Bogor, Juni 2013
Muchamad Hartanto

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1


Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

3

Tujuan Penelitian

3

Hipotesis

3

METODE PENELITIAN

4


Waktu dan Tempat Penelitian

4

Bahan dan Alat

4

Metode Percobaan

4

Metode Pelaksanaan

5

Pengamatan

6


Analisis tanah

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

8

Hasil

8

Kondisi Umum

8

Pembahasan
KESIMPULAN DAN SARAN


20
22

Kesimpulan

22

Saran

22

DAFTAR PUSTAKA

22

LAMPIRAN

24

RIWAYAT HIDUP


26

DAFTAR TABEL
1

Suhu kelembaban udara, lama penyinaran dan intensitas penyinaran
matahari di wilayah dramaga bulan Desember 2012 - Maret 2013
2 Sifat kimia tanah awal di lokasi penelitian KP Cikarawang
3 Rekapitulasi hasil sidik ragam perlakuan waktu aplikasi pupuk
kandang dan pupuk hayati terhadap komponen pertumbuhan tanaman
4 Rekapitulasi hasil sidik ragam perlakuan waktu aplikasi pupuk
kandang dan pupuk hayati terhadap komponen hasil tanaman
5 Komponen pertumbuhan tanaman pada perlakuan aplikasi pupuk
kandang
6 Komponen hasil tanaman pada perlakuan aplikasi pupuk kandang
7 Komponen pertumbuhan tanaman pada perlakuan pupuk hayati
8 Komponen hasil tanaman pada perlakuan pupuk hayati
9 Pengaruh interaksi perlakuan aplikasi pupuk kandang dengan pupuk
hayati terhadap komponen pertumbuhan tanaman
10 Pengaruh interaksi perlakuan aplikasi pupuk kandang dengan pupuk
hayati terhadap komponen hasil tanaman
11 Hasil uji korelasi antara komponen pertumbuham dengan komponen
hasil.

8
9
10
11
12
13
13
14
15
16
19

DAFTAR GAMBAR
1 Hubungan antara bobot 1000 butir dengan produktivitas GKG
2 Hubungan antara jumlah anakan produktif dengan potensi hasil
3 Hubungan antara jumlah gabah/malai dengan potensi hasil
4 Hubungan antara bobot gabah /tanaman dengan produktivitas GKG
5 Hubungan antara panjang malai dengan potensi hasil

18
18
18
18
18

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Kandungan pupuk hayati yang digunakan dalam percobaan
Denah Penelitian
Kriteria penilaian hasil analisis tanah
Analisis usaha tani dengan 2 kali perlakuan pupuk kandang dan
tambahan pupuk hayati/ha
5 Analisis usaha tani dengan 1 kali perlakuan pupuk kandang tanpa
tambahan pupuk hayati/ha

24
24
25
26
26

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Padi merupakan tanaman pangan utama di Indonesia. Kebutuhan tanaman
ini sangat penting di Indonesia karena 95% orang di Indonesia memakan nasi.
Kebutuhan beras di Indonesia pada tahun 2014 diperkirakan mencapai 33 013 214
ton. Menurut Badan Pusat Statistik (2012) konsumsi nasional beras mencapai
139.5 kg/kapita/tahun. Luas panen tanaman padi adalah 13 443 443 ha dengan
produktivitas 51.36 ton/ha dan produksi gabah kering giling nasional adalah
69 045 141 ton.
Teknik budidaya padi dapat dibedakan menjadi budidaya padi secara
konvensional dan budidaya padi secara organik. Teknik budidaya padi
konvensional adalah budidaya yang memberikan masukan bahan kimia sintetis ke
dalam lahan baik dari pemberian pupuk maupun dalam penyemprotan pestisida.
Kelebihan dari budidaya konvensional adalah dapat meningkatkan produksi
secara cepat karena unsur makro dalam tanaman dapat segera terpenuhi dengan
memberikan pupuk kimia sintetis. Sayangnya, peningkatan produksi tidak disertai
dengan keberlanjutan penanaman pada musim selanjutnya karena terjadi
degradasi lahan (fisik, kimia, biologis) dan meningkatnya residu pestisida di
dalam lahan.
Budidaya secara organik adalah memberi masukan bahan organik ke dalam
tanah yang selanjutnya melalui mekanisme alam, tanah tersebut memberikan
masukan unsur hara kepada tanaman. Budidaya secara organik pada awalnya
menghasilkan produksi yang rendah namun memberikan dampak yang positif
dalam keberlanjutan penanaman. Menurut Bawlye dan Shyam (2008) padi
organik adalah padi yang disahkan oleh sebuah badan independen, untuk ditanam
dan diolah menurut standar “organik” yang ditetapkan. Lembaga internasional
yang menetapkan standar organik adalah International Federation of Organic
Agricultute Movements (IFOAM). Padi organik menggunakan masukan bahan
organik dalam teknik budidayanya.
Menurut Permentan No.70 tahun 2011 pupuk organik adalah pupuk yang
berasal dari tumbuhan mati, kotoran hewan dan/atau bagian hewan dan/atau
limbah organik lainnya yang telah melalui proses rekayasa, berbentuk padat atau
cair, dapat diperkaya dengan bahan mineral dan/atau mikroba, yang bermanfaat
untuk meningkatkan kandungan hara dan bahan organik tanah serta memperbaiki
sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
Pupuk kandang adalah salah satu jenis bahan organik yang dapat
diaplikasikan ke tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman dalam pertanian
organik. Menurut Dardak (1982) pupuk kandang adalah pupuk yang dihasilkan
dari hewan yang mengandung bahan organik dan sumber energi bagi
mikroorganisme yang ada di tanah. Menurut Simatupang (1990)
jika
dibandingkan dengan pupuk kimia sintetis, pupuk kandang lebih lambat reaksinya
namun dalam jangka panjang memberikan hasil yang lebih baik.
Menurut Nurtika dan Abidin (1997) pupuk kandang dapat membantu
meningkatkan efisiensi pupuk kimia sintetis. Hasil kajian Pusat Pengembangan
Penyuluhan Pertanian (2010) menunjukkan bahwa penggunaan pupuk organik

2
mampu memelihara kelestarian lahan, memperbaiki kesuburan fisik, kimia dan
biologi tanah. Keberlanjutan penanaman dapat berdampak positif karena dalam
budidaya padi secara organik mengedepankan penggunan bahan organik yang
umumnya ramah lingkungan dan jumlahnya cukup banyak di sekitar kita
Budidaya padi organik memang memiliki kelebihan dan kekurangan,
namun teknik budidaya yang akan digunakan dalam produksi padi merupakan
sebuah pilihan mengingat dewasa ini cukup banyak orang yang sudah mulai sadar
akan lingkungan dan menyukai produk organik. Selain itu dengan budidaya padi
organik diharapkan dapat memanfaatkan bahan organik yang terdapat di sekitar
lahan pertanaman untuk pemupukan apabila sulit untuk mendapatkan pupuk kimia.
Pupuk hayati juga diperbolehkan dalam budidaya organik untuk mendukung
pertumbuhan tanaman. Menurut Permentan No.70 tahun 2011 pupuk hayati
adalah produk biologi aktif terdiri atas mikroba yang dapat meningkatkan efisiensi
pemupukan, kesuburan, dan kesehatan tanah. Menurut Balai Penelitian Tanah
(2005) pupuk hayati disebut juga pengurai, yaitu organisme yang bertugas
merombak sisa-sisa organisme lain untuk memperoleh makanannya. Adanya
perombak ini memungkinkan zat-zat organik terurai dan mengalami daur ulang
kembali menjadi hara yang dapat diserap oleh tanaman. Kelompok perombak
tersebut adalah bakteri dan jamur.
Menurut Yuwono (2006) mikroba yang digunakan sebagai pupuk hayati
(biofertilizer) dapat diberikan langsung ke dalam tanah, disertakan dalam pupuk
kandang atau disalutkan pada benih yang akan ditanam. Penggunaan yang
menonjol dewasa ini adalah mikroba penambat N dan mikroba untuk
meningkatkan ketersedian P dalam tanah. Defisiensi unsur N dapat terjadi karena
immobilisasi unsur tersebut di dalam tanah sehingga perlu mikroba untuk
membantu mengurai N.
Menurut hasil penelitian Ardoyo (2011) pembenaman jerami dengan
aplikasi pupuk kandang yang mengandung pupuk hayati dan mikroba penambat N
serta zat pengatur tumbuh dapat mereduksi penggunaan pupuk NPK hingga 50%.
Secara ekomoni perlakuan pembenaman jerami, aplikasi pupuk kandang, dan
pupuk hayati dapat meningkatkan keuntungan karena rendemen beras kepala
dapat ditingkatkan.
Najata (2011) menyatakan pengurangan dosis pupuk NPK hingga 50%
dengan pembenaman jerami, aplikasi pupuk kandang dan pupuk hayati dapat
menyediakan hara yang cukup untuk tanaman padi sawah dan tidak berbeda
dengan 100 % pupuk NPK. Pengurangan dosis pupuk NPK hingga 50 % dengan
pembenaman jerami, aplikasi pupuk kandang, dan atau pupuk hayati secara umum
meningkatkan populasi bakteri (Azospirillium sp., Azotobater sp., dan
Thiobacillus sp.) yang berfungsi untuk menambat dan mengolah nitrogen,
melarutkan fosfat, dan menghasilkan hormon untuk pertumbuhan tanaman.
Salah satu contoh dari pupuk hayati yang dijual di pasaran terdiri atas lima
mikroba. Pupuk hayati ini mengandung mikroba Azospirillum sp. yang berfungsi
untuk menambat dan mengolah nitrogen sehingga dapat langsung dimanfaatkan
oleh tanaman, sedangkan Azotobacter sp. dan Rhizobium sp. dapat menambat
nitrogen, melarutkan fosfat, dan menghasilkan hormon untuk pertumbuhan
tanaman. Selain itu juga terdapat Pseudomonas sp. sebagai untuk melakukan
proses pembersihan bahan perusak atau pencemar tanah secara biologis dan
Bacillus sp. sebagai kontrol terhadap larva serangga (insek).

3
Menurut Duryatmo (2009) mikroba Bacillus sp. mampu melepaskan ikatan
fosfor dari mineral liat, dengan demikian tanaman langsung dapat
memanfaatkannya, sedangkan Pseudomonas sp. mampu melarutkan fosfat yang
mengendap di dalam tanah menjadi fosfat yang dapat diserap tanah. Rhizobium
spp. berfungsi dalam pembentukan nodul.
Menurut Nurrahma (2012) setelah memasukkan input pupuk kandang
sebanyak 10-20 ton ke dalam lahan pada 2 minggu sebelum tanam ternyata masih
terlihat gejala defisiensi unsur hara yang ditandai dengan daun yang menguning
sehingga masih perlu tambahan pupuk kandang ke dalam tanah pada saat 4
minggu setelah tanam. Informasi lain yang diperoleh yaitu petani biasanya
memberikan pupuk kandang pada saat 4 minggu setelah tanam. Praktek aplikasi
pupuk menunjukkan adanya keragaman waktu aplikasi pupuk kandang.
Produksi padi organik yang belum maksimal juga dapat disebabkan oleh
belum terdekomposisinya bahan organik yang ada di dalam lahan karena proses
dekomposisi secara alami yang lambat. Apabila diberikan input pupuk hayati pada
padi organik maka diharapkan dapat terjadi penambahan produksi.
Penambahan unsur hara organik yang lebih banyak mungkin memang dapat
meningkatkan produksi padi, namun diduga terdapat pengaruh waktu aplikasi
pemupukan dan pengaruh pemberian pupuk hayati agar peningkatan produksi padi
organik lebih efisien.

Perumusan Masalah
Aplikasi pupuk organik yang dilakukan 2 minggu sebelum tanam
menyebabkan terjadinya defisiensi hara pada 4 minggu setelah tanam dan diduga
mempengaruhi produksi padi. Waktu aplikasi pupuk yang berbeda telah
dipraktekkan oleh petani. Oleh karena itu perlu dipelajari dampak berbagai waktu
aplikasi pupuk untuk mendapatkan teknik budidaya yang tepat.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan pemupukan dengan cara
mengetahui waktu yang paling tepat dalam pemberian pupuk kandang dan
pengaruh pemberian pupuk hayati.

Hipotesis
Beberapa dugaan terhadap hasil penelitian adalah pemberian pupuk
kandang secara bertahap lebih baik daripada pemberian pupuk kandang yang
hanya diberikan satu kali; pemberian pupuk hayati akan meningkatkan
pertumbuhan dan produksi tanaman. Dugaan terakhir yaitu terdapat pengaruh
interaksi antara waktu aplikasi pupuk kandang dan pemberian pupuk hayati
sehingga akan meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman.

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan ini dilaksanakan pada bulan November 2012 sampai bulan
Maret 2013. Tempat percobaan adalah di Kebun Percobaan IPB Cikarawang,
Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Bahan dan Alat
Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih padi
varietas Ciherang. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang ayam, tambahan
pupuk hayati yang mengandung mikroba Bacillus sp., Pseudomonas sp.,
Rhizobium sp., Azotobacter sp., dan Azospirillum sp. (Lampiran 1). Peralatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah alat budidaya tanaman, tali, meteran, dan
alat tulis.

Metode Percobaan
Percobaan ini terdiri atas 2 faktor yaitu waktu aplikasi pemupukan dan
pemberian pupuk hayati yang diulang sebanyak 4 kali. Aplikasi pemberian pupuk
kandang dilakukan dengan 4 perlakuan sedangkan pemberian pupuk hayati
dilakukan dengan 2 perlakuan sehingga terdapat 32 satuan percobaan.
Percobaan ini menggunakan rancangan percobaan secara split plot dan
rancangan lingkungannya adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT)
karena terdapat faktor yang lebih ingin diketahui pengaruhnya yaitu aplikasi
pemberian pupuk kandang sebagai anak petak dan faktor yang kurang ingin
diketahui dianggap sebagai petak utama yaitu pemberian pupuk hayati. Faktor
pertama adalah waktu aplikasi pupuk kandang ayam dengan 4 perlakuan yaitu,
aplikasi pupuk kandang 10 ton/ha yang diberikan saat 2 minggu sebelum tanam,
10 ton/ha yang diberikan saat 4 minggu setelah tanam, 10 ton/ha yang diberikan
saat 6 minggu setelah tanam, 5 ton/ha yang diberikan saat 2 minggu sebelum
tanam dan 5 ton/ha saat 4 minggu setelah tanam. Faktor ke-2 adalah pemberian
pupuk hayati dengan 2 perlakuan (dengan dan tanpa pupuk hayati).
Model linear yang akan digunakan untuk menganalisis data adalah :
Yij = μ + αi + jk+ βj + (αβij) + ijk
Yij
µ
αi
jk

βj

= Nilai pengamatan pada faktor waktu aplikasi pupuk kandang taraf ke-i
faktor pemberian pupuk hayati taraf ke-j dan ulangan ke-k
= Nilai rataan umum.
= Pengaruh petak utama dari perlakuan pemberian pupuk hayati taraf ke-i.
= Pengaruh acak dari petak utama yang menyebar normal.
= Pengaruh anak petak dari perlakuan waktu aplikasi pupuk kandang
taraf ke-j.

5
αβij = Pengaruh interaksi dari faktor waktu aplikasi pupuk kandang dan faktor
pemberian pupuk hayati.
eijk = Pengaruh acak dari anak petak yang menyebar normal (0, 2).
Data hasil pengamatan ini diolah dengan software SAS system dan
dilakukan uji lanjut dengan perbandingan ganda DUNCAN (DMRT) pada taraf
5% apabila hasil perlakuan berpengaruh nyata (Gomez dan Gomez 1995).

Metode Pelaksanaan
Persemaian
Persemaian benih dilaksanakan 3 minggu sebelum tanam. Luas lahan
untuk persemaian benih padi sekitar 4-5 % dari luas bahan tanam dengan lebar 1-2
m.
Persemaian dilakukan dengan benih yang baik agar bibit yang ditanam
memiliki viabilitas yang tinggi. Cara memilih benih yang baik adalah dengan
merendam dalam larutan garam 3% (30 g garam/L air) yang ditandai apabila
meletakkan telur ayam maka telur tersebut akan mengambang.
Setelah direndam dengan larutan garam, benih yang mengambang dan
mengapung dibuang karena benih tersebut hampa dan memiliki viabilitas yang
rendah. Benih tenggelam dalam larutan garam diambil karena benih tersebut
viabilitasnya tinggi sehingga dapat digunakan untuk persemaian. Selanjutnya
benih yang viabilitasnya tinggi diperam di karung basah agar memiliki
kelembapan tinggi dan didiamkan selama 1 hari atau sampai bernas (keluar ujung
akar berwarna putih). Benih yang sudah bernas siap disemai selama 3 minggu
sebelum dipindahkan ke lapangan.
Aplikasi Pupuk Kandang
Pupuk kandang diberikan dengan cara menebarkan di atas permukaan
tanah. Aplikasi pupuk kandang dilakukan sesuai dengan perlakuan waktu aplikasi
pupuk dengan total dosis 10 ton/ha. Apabila dikonversi dengan luas satu petakan
12 m2 maka jumlah pupuk kandang yang dibutuhkan dalam satu petakan lahan
adalah 12 kg/petak.
Aplikasi Pupuk hayati
Aplikasi pupuk hayati dilakukan segera setelah aplikasi pupuk kandang
dengan cara menyiramkan larutan pupuk hayati di atas permukaan tanah. Dosis
pupuk hayati yang diberikan adalah 2 L/ha. Apabila dikonversi dengan luas satu
petakan 12 m2 maka dosis pupuk hayati yang dibutuhkan dalam satu petakan lahan
adalah 2.4 mL/petak. Aplikasi pupuk hayati secara bertahap juga dilakukan untuk
perlakuan aplikasi pupuk kandang secara bertahap.
Penanaman
Setiap perlakuan percobaan membutuhkan lahan seluas 12 m2 sehingga
apabila terdapat 32 satuan percobaan dibutuhkan lahan seluas 384 m2. Persiapan
lahan menggunakan cangkul dan dibajak hingga macak-macak. Sebelum

6
penanaman bibit, lahan yang sudah diolah diberi pupuk kandang ayam sesuai
perlakuan.
Bibit yang telah siap tanam kemudian ditanam di sawah dengan sistem
legowo 3:1 berjarak 15 cm x 25 cm x 50 cm, tiap lubang tanam ditanami 3 bibit
setelah berumur 3 minggu dari persemaian. Pemeliharaan dilakukan selama
pertumbuhan vegetatif tanaman hingga panen dengan menyiangi tanaman secara
manual.
Pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT)
Pengendalian OPT dilakukan pada gulma, hama, dan penyakit.
Pengendalian gulma dilakukan secara manual (pembenaman dan pencabutan)
sesuai dengan perkembangan gulma. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan
apabila sudah terdapat gejala serangan pada tanaman dengan menggunakan
pestisida organik.
Pemanenan
Pemanenan dilakukan 30-35 hari setelah berbunga atau melihat tanda
kematangan gabah. Tanda kematangan gabah terlihat jika hampir 90-95 % gabah
sudah menguning.

Pengamatan
Peubah diamati pada 10 tanaman contoh di tiap satuan percobaan. Peubah
yang diamati meliputi:
Pengamatan vegetatif
1. Tinggi tanaman dari permukaan tanah sampai ujung daun tertinggi dan
diamati setiap 1 minggu sekali sejak tanaman berumur 3 MST hingga 8 MST
dari 10 tanaman contoh.
2. Jumlah anakan diamati setiap 1 minggu sekali sejak tanaman berumur 3 MST
hingga 8 MST dari 10 tanaman contoh.
3. Warna daun diamati dengan bagan warna daun (BWD) diamati setiap 1
minggu sekali sejak tanaman berumur 3 MST hingga 8 MST dari 10 tanaman
contoh.
4. Panjang Akar diamati pada saat tanaman berumur 8 MST dari setiap petak.
5. Volume Akar diamati pada saat tanaman berumur 8 MST dari setiap petak.
6. Pengamatan bobot kering dan bobot basah biomassa akar dan tajuk pada saat
tanaman berumur 4,6,8 MST dari setiap petak.
7. Pengukuran kadar hara NPK daun yang diamati pada saat tanaman berumur
8 MST dari setiap petak.
Pengamatan Komponen Hasil
1. Jumlah anakan produktif per rumpun dengan menghitung anakan yang
menghasilkan malai pada satu rumpun saat panen.
2. Panjang malai per rumpun diukur dari pangkal malai sampai ujung malai.
3. Jumlah gabah per malai dihitung dari jumlah gabah pada rata-rata tiga malai
yang mewakili setiap rumpun.

7
4. Hasil bobot kering dan bobot basah gabah per tanaman dari masing-masing
tanaman contoh.
5. Persentase gabah isi dan gabah hampa, dihitung dari persentase gabah
sebanyak 100 g yang diambil dari tiap tanaman contoh.
6. Bobot 1000 butir gabah dihitung dari jumlah 1000 butir gabah isi.
7. Pengamatan hasil ubinan 2.5 m x 2.5 m per petak diamati sebagai bobot
gabah kering panen per rumpun tanaman sampel dan ubinan (2.5 m x 2.5 m
per petak).
8. Pendugaan komponen hasil yang dihitung dari jumlah anakan produktif
(jumlah malai/rumpun sampel), jumlah gabah/malai tanaman contoh, panjang
malai, bobot 1000 butir gabah dari tanaman sampel.
9. Pengamatan bobot kering dan bobot basah biomassa akar dan tajuk pada saat
panen.

Analisis tanah
Analisis tanah dilakukan sebelum perlakuan pupuk dan segera setelah
panen. Parameter analisis tanah yaitu kadar C Organik tanah, pH tanah,
kandungan NPK tanah, dan kapasitas tukar kation tanah. Sampel tanah diambil
secara komposit dari masing-masing perlakuan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kondisi Umum
Suhu rata-rata harian tiap bulan berkisar antara 25.1–26.2 °C dengan ratarata suhu bulanan selama penelitian berlangsung yaitu 25.8 °C (Tabel 1). Hal ini
sesuai dengan suhu yang optimum untuk pertumbuhan tanaman padi berkisar
antara 24-29 °C (Pusat Penyuluhan Pertanian 2011).
Rata-rata curah hujan dalam 1 bulan berkisar antara 289.8-509.8 mm
dengan rata-rata curah hujan bulanan selama penelitian berlangsung yaitu 391.2
mm. Intensitas penyinaran matahari rata-rata harian tiap bulan berkisar antara
228-330 Cal/cm² dengan rata-rata intensitas penyinaran matahari bulanan yaitu
330.92 Cal/cm2.
Tabel 1. Suhu kelembaban udara, lama penyinaran dan intensitas penyinaran
matahari di wilayah dramaga bulan Desember 2012 - Maret 2013
Bulan

Umur
tanaman

Suhu

Suhu

(BST)
(ºC)
Desember 2012
0
26.0
Januari 2013
1
25.1
Februari 2013
2
25.8
Maret 2013
3
26.2
Sumber: Stasiun Klimatologi, Dramaga, Bogor

Max
(ºC)
31.5
29.4
31.1
32.4

Min
(ºC)
23.0
22.8
23.2
23.0

Curah
hujan
mm
358.8
509.8
406.2
289.8

Intensitas
penyinaran
matahari
(Cal/cm²)
330
285
228
294

Terdapat hama keong yang menyerang tanaman pada masa vegetatif.
Serangan tertinggi terdapat pada petakan yang sangat tergenang air karena
permukaan tanahnya lebih rendah. Terdapat 8 petakan yang mempunyai intensitas
serangan hama keong yang tinggi. Semua tanaman harus disulam pada petakan
tersebut karena semua tanaman terserang keong. Hama keong dikendalikan secara
manual dengan pembuangan telur dan keong, dan secara kultur teknis dengan
pengeringan sawah. Penyulaman tanaman akibat serangan keong dilakukan
hingga tanaman berumur 2 MST.
Tanaman juga terserang hama belalang (Valanga nigricornis). Hama
belalang menyerang tanaman selama masa pertumbuhan hingga masa pengisian
gabah. Belalang ini memakan daun sehingga menyebabkan daun berlubang. Hama
belalang dikendalikan secara manual.
Seluruh tanaman padi pada lahan penelitian terlihat terkena gejala
serangan hawar daun bakteri (bacterial leaf blight) atau penyakit kresek yang
disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campestris pv. oryzae. Pengendalian
dilakukan segera setelah diketahui terkena serangan dengan menyemprotkan agen
hayati Corrynebacterium pada saat tanaman berumur 6 MST. Setelah
disemprotkan Corrynebacterium gejala serangan berkurang dan terlihat tanaman
mulai tumbuh dengan baik.

9
Saat pertumbuhan generatif tanaman padi hama walang sangit
(Leptocorisa oratorius) mulai menyerang seluruh tanaman. Hama ini menghisap
cairan saat masa pengisian sehingga proses pengisian terhambat bahkan beberapa
menjadi hampa. Gabah yang telah dihisap walang sangit akan berubah menjadi
cokelat kehitaman dan semakin tampak ketika gabah semakin mendekati umur
panen. Pengendalian dilakukan dengan penyemprotan insektisida nabati larutan
jengkol dua kali dalam seminggu. Setelah tanaman disemprot larutan jengkol,
gejala serangan berkurang daripada sebelum penyemprotan.
Burung menyerang tanaman padi pada fase matang susu sampai
pemasakan gabah (sebelum panen). Serangan ini mengakibatkan biji hampa, dan
banyak gabah yang hilang (Pusat Penyuluhan Pertanian 2011). Pengendalian
serangan burung dilakukan dengan memasang jaring pada lokasi penelitian untuk
menekan kehilangan hasil.
Pengendalian gulma dilakukan setiap minggu selama pertumbuhan
vegetatif setelah pengamatan dengan mencabuti dan membenamkan gulma yang
ada di dalam petakan kedalam tanah. Pengendalian hama dan gulma pada
penelitian ini tidak menggunakan bahan kimia karena penelitian ini dilakukan
secara organik.
Analisis Tanah Awal
Hasil analisis tanah yang dilakukan pada awal penelitian menunjukkan pH
tanah netral (5.9) (Tabel 2). Menurut Handayanto dan Hairiah (2007) tingkat
kemasaman (pH) tanah penting karena organisme tanah dan tanaman sangat
responsif terhadap sifat kimia di lingkungannya. Kandungan C-organik dan NTotalnya rendah, yaitu hanya 1.68 % dan 0.17 %. Nilai P dan K tanah yang
mencapai 104.8 ppm dan 248 ppm sudah dapat tergolong tinggi sedangkan nilai
KTK sebesar 20.03 me/100 g masih dikategorikan sedang.
Tabel 2. Sifat kimia tanah awal di lokasi penelitian KP Cikarawang
Karakter

Metode

H2O

pH 1:1

C-organik

Walkley & Black

N-total

Kjeldhal

P

HCl 25%

K

HCl 25%

KTK

N NH4OAc pH 7.0

Satuan

Nilai

Kriteria

5.9

Netral

1.68

Rendah

%

0.17

Rendah

ppm

104.8

Tinggi

ppm

248

Tinggi

me/100 g

20.03

Sedang

%

Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam
Perlakuan waktu aplikasi pupuk kandang berpengaruh nyata pada tinggi
tanaman, panjang akar, bobot basah tajuk, dan bobot kering tajuk (Tabel 3).
Perlakuan pupuk hayati hanya berpengaruh pada kadar P dalam daun. Interaksi
perlakuan aplikasi pupuk kandang dengan pupuk hayati berpengaruh nyata pada
tinggi tanaman, jumlah anakan per rumpun, warna daun, panjang akar, kadar N
daun, dan kadar P daun.

10
Tabel 3. Rekapitulasi hasil sidik ragam perlakuan waktu aplikasi pupuk kandang
dan pupuk hayati terhadap komponen pertumbuhan tanaman
Peubah
Tinggi
tanaman
(cm)

Umur
(MST)

Pupuk Hayati
(P)

Aplikasi pupuk
(A)

P*A

Ulangan
(U)

3
tn
*
*
*
4
tn
tn
tn
tn
5
tn
*
tn
*
6
tn
*
*
*
7
tn
**
*
*
8
tn
*
*
*
Jumlah
3
tn
tn
tn
*
anakan per
4
tn
tn
tn
*
rumpun
5
tn
tn
tn
tn
6
tn
tn
tn
tn
7
tn
tn
tn
tn
8
tn
tn
*
tn
Warna daun
3
tn
tn
tn
tn
4
tn
tn
tn
tn
5
tn
**
*
tn
6
tn
**
*
tn
7
tn
**
*
tn
8
tn
**
*
tn
Panjang akar
4
tn
*
tn
tn
(cm)
6
tn
tn
*
*
8
tn
tn
tn
tn
Panjang
4
tn
tn
tn
tn
tajuk (cm)
6
tn
tn
tn
tn
8
tn
tn
tn
tn
Bobot basah
4
tn
tn
tn
tn
akar
6
tn
tn
tn
tn
(g/tanaman)
8
tn
tn
tn
tn
14
tn
tn
tn
tn
Bobot kering
4
tn
tn
tn
*
akar
6
tn
tn
tn
tn
(g/tanaman)
8
tn
tn
tn
tn
14
tn
tn
tn
tn
Bobot basah
4
tn
*
tn
tn
tajuk
6
tn
tn
tn
*
(g/tanaman)
8
tn
tn
tn
*
14
tn
tn
tn
tn
Bobot kering
4
tn
*
tn
tn
tajuk
6
tn
tn
tn
tn
(g/tanaman)
8
tn
tn
tn
tn
14
tn
tn
tn
tn
N daun (%)
14
tn
tn
*
tn
P daun (%)
14
*
**
*
tn
K daun (%)
14
tn
tn
tn
tn
Keterangan: (tn) Tidak berbeda nyata; (*) Berbeda nyata pada taraf kesalahan
nyata pada taraf kesalahan 1%; x) hasil transformasi √(x+0.5).

U *P

KK
(%)

tn
8.76
tn
10.43
tn
6.93
tn
5.18
tn
5.00
tn
5.41
tn
14.85
tn
16.9
tn
19.97
tn
16.97
tn
20.49
tn
18.33
tn
0
tn
0
tn
0
tn
0
tn
0
tn
0
tn
26.16
tn
24.99
tn
19.71
tn
18.17
tn
8.7
tn
6.58
tn
25.31*)
tn
27.83*)
*
28.88*)
tn
32.44*)
tn
31.42*)
tn
18.63*)
*
30.53*)
*
33.67*)
tn
28.5*)
tn
26.9*)
**
19.55*)
**
32.5
tn
29.21*)
tn
26.31*)
*
18.65*)
*
17.89*)
tn
16.18
tn
9.15
tn
12.50
5%; (**) Berbeda

11
Perlakuan aplikasi pupuk kandang berpengaruh nyata pada persentase dari
gabah isi dan gabah hampa (Tabel 4). Perlakuan pupuk hayati tidak ada yang
berpengaruh nyata terhadap semua peubah pengamatan komponen hasil. Interaksi
perlakuan aplikasi pupuk kandang dengan pupuk hayati berpengaruh nyata pada
panjang malai, jumlah gabah per malai, bobot 1000 butir gabah, bobot kering
gabah/tanaman, bobot kering gabah ubinan, produktivitas GKG, dan potensi hasil.
Tabel 4. Rekapitulasi hasil sidik ragam perlakuan waktu aplikasi pupuk kandang
dan pupuk hayati terhadap komponen hasil tanaman
Pupuk
Hayati (P)
tn

Aplikasi
pupuk (A)
tn

tn

Ulangan
(U)
tn

tn

KK
(%)
20.88

Panjang malai (cm)

tn

*

*

*

tn

3.16

Jumlah gabah per malai

tn

tn

*

tn

tn

13.31

Bobot 1000 butir (g)

tn

tn

*

*

tn

4.98

Gabah isi (%)

tn

*

tn

tn

tn

11.28

Gabah hampa (%)

tn

*

tn

tn

tn

16.51

Bobot basah gabah
(g/tanaman)
Bobot kering gabah
(g/tanaman)
Bobot basah gabah ubinan
(kg/6.25 m²)
Bobot kering gabah ubinan
(kg/6.25 m²)
Produktivitas GKP (ton/ha)

tn

tn

tn

tn

tn

24.27

tn

tn

*

tn

tn

23.07

tn

tn

tn

*

tn

31.85

tn

tn

*

tn

tn

25.97

tn

tn

tn

*

tn

31.85

Produktivitas GKG (ton/ha)

tn

tn

*

tn

tn

25.97

Potensi hasil (ton/ha)

tn

tn

*

tn

tn

30.56

Peubah
Jumlah anakan produktif

P*A

U *P

Keterangan: (tn) Tidak berbeda nyata; (*) Berbeda nyata pada taraf kesalahan 5%; (**)

A. Pengaruh Waktu Aplikasi Pupuk Kandang terhadap Komponen Pertumbuhan
Tanaman dan Komponen hasil Tanaman
Aplikasi pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap beberapa pengamatan
pertumbuhan (Tabel 5). Pengamatan tinggi tanaman terlihat berbeda nyata pada
minggu ke-5. Aplikasi pupuk kandang secara bertahap yaitu pada saat 2 minggu
sebelum tanam dan 4 minggu setelah tanam, dapat menyebabkan nilai yang lebih
tinggi pada tinggi tanaman dan panjang akar tanaman. Pemberian pupuk kandang
4 minggu setelah tanam dapat memberikan nilai tertinggi pada bobot basah dan
bobot kering tajuk saat tanaman berumur 4 minggu setelah tanam. Pertambahan
jumlah anakan mulai terhenti pada saat tanaman berumur 6 minggu setelah tanam
karena pada saat pengamatan 7 minggu setelah tanam jumlahnya tidak jauh
berbeda.
Perbedaan waktu aplikasi pupuk kandang berpengaruh nyata pada
beberapa komponen hasil yang dilakukan pada tanaman padi (Tabel 6). Perlakuan
aplikasi pupuk kandang pada saat 2 minggu sebelum tanam dapat menyebabkan
persentase gabah isi padi paling tinggi.

12
Tabel 5. Komponen pertumbuhan tanaman pada perlakuan aplikasi pupuk
kandang
Aplikasi pupuk
Peubah

Tinggi tanaman (cm)
Jumlah anakan per
rumpun

Warna daun
Panjang akar (cm)
Panjang tajuk (cm)

Bobot basah akar
(g/tanaman)

Bobot kering akar
(g/tanaman)

Bobot basah tajuk
(g/tanaman)

Bobot kering tajuk
(g/tanaman)

Umur
(MST)

10 ton/ha 2 MST

10 ton/ha +
4 MST
59.25

10 ton/ha
+ 6 MST

5 ton/ha 2 MST ;
5 ton/ha +
4 MST

Ratarata

52.55

58.78

56.70

4

56.24

5

67.88

3

10.1

9.0

8.9

9.1

9.3

4

13.5

12.1

11.9

12.7

12.5

5

13.6

12.5

12.4

12.9

12.8

6

13.7

13.1

13.2

13.8

13.4

7

13.7

12.0

13.0

13.3

13.0

ab

68.76

a

63.28

b

69.76

a

67.42

3

3.50

3.50

3.50

3.50

3.50

4

3.50

3.50

3.50

3.50

3.50

4

11.75

8

34.14

31.24

30.38

31.29

31.76

4

46.88

56.80

51.66

54.48

52.45

6

77.51

79.54

75.28

78.93

77.81

8

92.19

95.50

88.84

92.55

92.27

4

2.40

6.11

5.43

4.04

4.50

6

33.16

22.34

23.98

25.78

26.32

8

22.26

21.38

21.50

16.22

20.34

14

19.38

17.50

22.88

14.13

18.47

4

1.01

2.13

2.66

1.25

1.76

6

17.54

8.94

11.01

11.03

12.13

8

10.00

9.50

11.88

7.25

9.66

14

9.00

8.50

11.25

6.25

8.75

4

6.64

b

b

15.00

23.25

ab

a

16.01

15.13

ab

ab

16.51

17.21

a

ab

14.82

15.56

6

73.94

67.00

70.79

96.17

76.98

8

105.14

116.50

91.50

91.38

101.13

14

60.25

71.25

58.13

53.13

60.69

4

1.64

6

14.77

16.24

15.43

21.73

17.04

8

29.00

35.50

28.75

25.00

29.56

14

30.00

36.38

29.75

26.00

30.53

b

4.47

a

3.50

ab

3.24

ab

3.21

K daun (%)
14
2.53
2.70
2.39
2.57
2.44
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan hasil yang
tidak berbeda nyata menurut uji DMRT 5%.

13
Tabel 6. Komponen hasil tanaman pada perlakuan aplikasi pupuk kandang
Aplikasi pupuk
Peubah

10 ton/ha 2 MST

10 ton/ha +
4 MST

10 ton/ha
+ 6 MST

Jumlah anakan produktif
Gabah isi (%)
Gabah hampa (%)
Bobot basah gabah (g/tanaman)

11.4
81.88
18.12
323.50

10.3
74.13
25.87
210.50

11.1
71.28
28.72
261.00

a
b

ab
ab

b
a

5 ton/ha 2 MST ;
5 ton/ha +
4 MST
11.5
74.73
25.27
264.13

ab
ab

Ratarata

11.1
75.51
24.49
264.78

Bobot basah gabah ubinan
3.30
3.30
2.74
3.31
3.16
(kg/6.25 m²)
Produktivitas GKP
5.28
5.28
4.38
5.30
5.06
(ton/ha)
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan hasil yang
tidak berbeda nyata menurut uji DMRT 5%.

B. Pengaruh Pemberian Pupuk Hayati terhadap Komponen Pertumbuhan
Tanaman dan Komponen Hasil Tanaman
Pemberian pupuk hayati tidak berpengaruh nyata pada semua pengamatan
komponen pertumbuhan dan komponen hasil yang dilakukan pada tanaman padi
(Tabel 7 dan Tabel 8).
Tabel 7. Komponen pertumbuhan tanaman pada perlakuan pupuk hayati
Peubah
Tinggi tanaman
(cm)
Jumlah anakan per
rumpun

Warna daun
Panjang akar
Panjang tajuk

Bobot basah akar
(g/tanaman)

Umur (MST)
4
5
3
4
5
6
7
3
4
4
8
4
6
8
4
6
8
14

Pupuk hayati
Dengan
Tanpa
56.95
56.46
67.38
67.46
9.4
9.2
12.4
12.7
12.5
13.2
13.4
13.4
12.9
13.1
3.50
3.50
3.50
3.50
14.21
15.43
30.23
33.29
51.25
53.66
77.43
78.20
94.08
90.46
4.50
4.49
29.89
22.75
22.08
18.60
19.25
17.69

Rata-rata
56.70
67.42
9.3
12.5
12.8
13.4
13.0
3.50
3.50
14.82
31.76
52.45
77.81
92.27
4.50
26.32
20.34
18.47

14
Tabel 7. Lanjutan
Peubah

Umur (MST)

Bobot kering akar
(g/tanaman)

Bobot basah tajuk
(g/tanaman)

Bobot kering tajuk
(g/tanaman)

K daun (%)

4
6
8
14
4
6
8
14
4
6
8
14
14

Pupuk hayati
Dengan
1.73
14.95
10.06
9.19
16.28
78.36
106.16
59.63
3.20
18.16
28.69
29.63
2.54

Tanpa
1.80
9.31
9.25
8.31
14.84
75.60
96.10
61.75
3.22
15.92
30.44
31.44
2.51

Rata-rata
1.76
12.13
9.66
8.75
15.56
76.98
101.13
60.69
3.21
17.04
29.56
30.53
2.53

Tabel 8. Komponen hasil tanaman pada perlakuan pupuk hayati
Peubah
Jumlah anakan produktif

Pupuk hayati
Dengan
Tanpa
11.0
11.2

Rata-rata
11.1

Gabah isi (%)

75.69

75.32

75.51

Gabah hampa (%)

24.31

24.68

24.49

Bobot basah gabah (g/tanaman)

263.81

265.75

264.78

Bobot basah gabah ubinan (kg/6.25 m²)

3.15

3.18

3.16

Produktivitas GKP (ton/ha)

5.04

5.08

5.06

C. Pengaruh Interaksi antara Pemberian Pupuk Hayati dan Waktu Aplikasi
Pemberian Pupuk Kandang terhadap Komponen Pertumbuhan Tanaman dan
Komponen Hasil Tanaman
Interaksi antara waktu pemberian pupuk kandang dan pemberian pupuk
hayati berpengaruh nyata pada beberapa komponen pertumbuhan tanaman padi
(Tabel 9). Interaksi aplikasi pupuk kandang pada saat 6 minggu setelah tanam
dengan pupuk hayati memberikan hasil paling rendah pada pengamatan tinggi
tanaman, jumlah anakan dan warna daun. Pemberian pupuk kandang 2 minggu
sebelum tanam dengan penambahan pupuk hayati dapat menyebabkan kadar N
dan P daun tertinggi.

15
Tabel 9. Pengaruh interaksi perlakuan aplikasi pupuk kandang dengan pupuk
hayati terhadap komponen pertumbuhan tanaman
Aplikasi kombinasi pupuk kandang
Aplikasi pupuk
hayati

10 ton/ha
- 2 MST

10 ton/ha
+ 4 MST

10 ton/ha
+ 6 MST

5 ton/ha - 2 MST ;
5 ton/ha + 4 MST

rata-rata

Tinggi tanaman 3 MST (cm)
Dengan

42.28

ab

44.90

ab

42.08

ab

45.55

a

43.70

Tanpa

43.70

ab

44.60

ab

38.75

b

42.33

ab

42.34

Rata-rata

42.99

ab

44.75 a
40.41 b
43.94
Tinggi tanaman 6 MST (cm)

ab

Dengan

78.40

a

77.88

a

70.90

b

79.80

a

76.74

Tanpa

77.48

ab

76.80

ab

73.65

ab

77.38

ab

76.33

Rata-rata

77.94

a

77.34 a
72.28 b
78.59
Tinggi tanaman 7 MST (cm)

a

Dengan

83.40

a

83.33

a

75.38

b

85.73

a

81.96

Tanpa

82.95

a

82.65

a

78.90

ab

83.63

a

82.03

Rata-rata

83.18

a

82.99 a
77.14 b
84.68
Tinggi tanaman 8 MST (cm)

a

Dengan

86.93

ab

89.35

a

80.13

b

90.43

a

86.71

Tanpa

86.68

ab

85.48

ab

83.88

ab

86.88

ab

85.73

Rata-rata

86.80

ab 87.41 a
82.00 b
88.65 a
Jumlah anakan per rumpun 8 MST (cm)

Dengan

21.5

a

21.4

a

15.5

b

19.6

ab

19.5

Tanpa

18.8

ab

15.6

b

21.7

a

21.2

ab

19.3

Rata-rata

20.1

Dengan

3.50

b

3.50

b

3.00

c

4.00

a

3.50

Tanpa

3.50

b

3.50

b

3.00

c

4.00

a

3.50

Rata-rata

3.50

b

3.50 b
3.00 c
4.00
Warna daun 6 MST (cm)

a

Dengan

3.00

c

3.50

b

2.50

d

4.00

a

3.25

Tanpa

3.00

c

3.50

b

2.50

d

4.00

a

3.25

Rata-rata

3.00

c

3.50 b
2.50 d
4.00
Warna daun 7 MST (cm)

a

Dengan

4.00

a

4.00

a

3.50

b

4.00

a

3.88

Tanpa

4.00

a

4.00

a

3.50

b

4.00

a

3.88

Rata-rata

4.00

a

4.00 a
3.50 b
4.00
Warna daun 8 MST (cm)

a

Dengan

4.00

a

4.00

a

3.50

b

4.00

a

3.88

Tanpa

4.00

a

4.00

a

3.50

b

4.00

a

3.88

Rata-rata

4.00

a

4.00

a

3.50

b

4.00

a

18.5
18.6
20.4
Warna daun 5 MST (cm)

16
Tabel 9. Lanjutan
Aplikasi kombinasi pupuk kandang
Aplikasi pupuk
hayati

10 ton/ha
- 2 MST

10 ton/ha
+ 4 MST

10 ton/ha
+ 6 MST

5 ton/ha - 2 MST ;
5 ton/ha + 4 MST

rata-rata

Panjang akar 6 MST (cm)
Dengan

25.80

b

28.75

ab

28.33

ab

29.18

ab

28.01

Tanpa

26.23

ab

37.95

a

25.03

b

27.38

ab

29.14

Rata-rata

26.01

26.68
N daun (%)

28.28

Dengan

1.87

a

1.43

ab

1.30

b

1.34

b

1.49

Tanpa

1.47

ab

1.42

ab

1.61

ab

1.62

ab

1.53

Rata-rata

1.67

Dengan

0.36

bc

0.31

33.35

1.43
a

0.33

ab

1.46
P daun (%)

1.48

0.28

0.28

c

Tanpa

0.26
0.29 bc
0.26 c
0.26 c
0.25 c
0.32 a
0.29 ab
0.27 b
0.27 b
Rata-rata
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada masing-masing peubah menunjukkan hasil
yang tidak berbeda nyata menurut uji DMRT, α = 5%.

Interaksi antara aplikasi pemberian pupuk kandang dan pemberian pupuk
hayati berpengaruh nyata pada beberapa pengamatan komponen hasil yang
dilakukan pada tanaman padi. Pemberian pupuk kandang pada 4 minggu setelah
tanam menyebabkan potensi hasil tanaman paling rendah. Perlakuan aplikasi
pupuk kandang pada saat 6 minggu setelah tanam menyebabkan nilai paling tinggi
pada jumlah gabah per malai dan bobot kering gabah/tanaman. Aplikasi pupuk
kandang secara bertahap pada 2 minggu sebelum tanam dan 4 minggu setelah
tanam dengan pupuk hayati memberikan hasil tertinggi pada bobot 1000 butir,
bobot kering gabah ubinan, dan produktivitas GKG (Tabel 10).
Tabel 10. Pengaruh interaksi perlakuan aplikasi pupuk kandang dengan pupuk
hayati terhadap komponen hasil tanaman
Aplikasi kombinasi kupuk kandang
Aplikasi
pupuk hayati

10 ton/ha - 2
MST

10 ton/ha +
4 MST

10 ton/ha +
6 MST

5 ton/ha - 2 MST ;
5 ton/ha + 4 MST

ratarata

Panjang malai (cm)
Dengan

23.64

ab

24.46

a

22.07

c

23.74

ab

23.48

Tanpa

23.23

b

22.04

c

23.79

ab

23.91

ab

23.24

Rata-rata

23.44

ab

23.25

ab

22.93

b

23.83

a

Jumlah gabah per malai
Dengan

129.00

abc

143.41

ab

115.17

c

143.09

ab

132.67

Tanpa

134.00

abc

117.16

bc

147.17

a

128.23

abc

131.64

Rata-rata

131.50

130.29

131.17

135.66

17
Tabel 10. Lanjutan
Aplikasi kombinasi pupuk kandang
Aplikasi
pupuk hayati

10 ton/ha - 2
MST

10 ton/ha +
4 MST

10 ton/ha +
6 MST

5 ton/ha - 2 MST ;
5 ton/ha + 4 MST

rata-rata

Bobot 1000 butir (g)
Dengan

28.65

ab

28.43

ab

27.60

ab

29.13

a

28.45

Tanpa

28.78

ab

26.60

b

27.75

ab

26.78

b

27.48

Rata-rata

28.71

27.51

27.68

27.95

Dengan

82.66

a

74.27

Gabah isi (%)
a
71.52 a

Tanpa

81.11

a

73.99

a

Rata-rata

81.88

74.13

71.05

a

71.28

74.31

a

75.69

75.15

a

75.32

74.73

Bobot kering gabah (g/tanaman)
Dengan

264.00

ab

209.50

ab

139.50

ab

210.25

ab

205.81

Tanpa

247.75

ab

128.25

b

278.25

a

206.25

ab

215.13

Rata-rata

255.88

168.88

208.88

208.25

Bobot kering gabah ubinan (kg/6.25 m²)
Dengan

2.18

abc

2.50

abc

1.95

c

3.15

a

2.44

Tanpa

2.95

ab

2.38

abc

2.23

abc

2.13

bc

2.42

Rata-rata

2.56

2.44

2.09

2.64

Produktivitas GKG (ton/ha)
Dengan

3.48

abc

4.00

abc

3.12

c

5.04

a

3.91

Tanpa

4.72

ab

3.80

abc

3.56

abc

3.40

bc

3.87

Rata-rata

4.10

3.90

3.34

4.22

Potensi hasil (ton/ha)
Dengan

7.02

ab

7.90

a

4.91

ab

7.21

ab

6.76

Tanpa

6.80

ab

4.59

b

8.07

a

6.90

ab

6.59

Rata-rata

6.91

6.24

6.49

7.06

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada masing-masing peubah menunjukkan hasil
yang tidak berbeda nyata menurut uji DMRT, α = 5%.

D. Korelasi Antara Komponen Pertumbuhan terhadap Komponen Produksi
Korelasi dilakukan untuk mengetahui keterkaitan antar peubah. Peubah
bobot 1000 butir dan bobot gabah per tanaman berkorelasi nyata positif terhadap
produktivitas GKG (Tabel 11). Jumlah anakan produktif, panjang malai, dan
jumlah gabah per malai memiliki korelasi yang nyata positif dengan potensi hasil
padi. Korelasi yang nyata dan positif dapat diartikan terdapat hubungan
peningkatan salah satu peubah tersebut meningkatkan nilai dari peubah lainnya.
Antar peubah menunjukkan hubungan positif, baik yang linier maupun
kuadratik (Gambar 1-5). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai
komponen hasil semakin tinggi produksi padi.

7
6
5
4
3
2
1
0

Potensi hasil (ton/ha)

Produktivitas GKG (ton/ha)

18

y = 0.084x2 - 3.976x + 48.66
R² = 0.944

23

25

27

29

14
12
10
8
6
4
2
0

31

y = 0.000x2 - 0.004x - 0.362
R² = 0.981

70

120

Bobot 1000 butir

Jumlah gabah/malai

Potensi hasil
(ton/ha)

Produktivitas GKG (ton/ha)

Gambar 3. Hubungan antara jumlah
gabah/malai dengan
potensi hasil

Gambar 1. Hubungan antara bobot
1000 butir dengan
produktivitas GKG
14
12
10
8
6
4
2
0

y = 0.902x - 3.324
R² = 0.959

5

10

15

20

7.00
6.00
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00

y = 5E-07x2 + 0.010x + 1.585
R² = 0.950

0.00

Gambar 2. Hubungan antara jumlah
anakan produktif dengan
potensi hasil

Potensi hasil (ton/ha)

200.00 400.00 600.00

Bobot gabah/tanaman (g)

Jumlah anakan produktif

15

170

Gambar 4. Hubungan antara bobot
gabah /tanaman dengan
produktivitas GKG

y = 0.278x2 - 10.99x + 111.1
R² = 0.939

10
5
0
20

21

22

23

24

Panjang malai (cm)

Gambar 5. Hubungan antara panjang malai dengan potensi hasil

25

26

220

19

Tabel 11. Hasil uji korelasi antara komponen pertumbuham dengan komponen hasil.

Tinggi tanaman
Panjang akar
Bobot akar
Jumlah anakan produktif
Panjang malai
Jumlah gabah per malai

0.35*

Jumlah
gabah
per
malai
0.16

Bobot
gabah
per
tanaman
0.11

-0.20

0.30

-0.10

0.06

0.10

-0.08

-0.12

0.20

-0.06

0.23

-0.07

0.09

0.57**

0.49**

0.85**

- 1**

0.62**

0.54**
0.53**

Panjang
akar

Bobot
akar

Jumlah
anakan
produktif

Panjang
malai

-0.07

-0.08

0.20

-0.02

0.08
0.07

Bobot gabah per tanaman
Gabah isi
Bobot 1000 butir
Bobot gabah ubinan
Produktivitas GKG
Potensi hasil
Kadar N daun
Kadar P daun
Keterangan: (*) Berkorelasi nyata pada taraf kesalahan 5%; (**) Berkorelasi nyata pada taraf kesalahan 1%.

Bobot
1000
butir

Bobot
gabah
ubinan

Produktivitas
GKG

Potensi
hasil

Kadar
N daun

0.19

0.19

0.29

-0.02

-0.02

0.08

0.14

0.14

0.23

0.16

- 0.57**

0.31

- 0.49**

0.35*

- 0.85**

Gabah isi

Kadar
P daun

Kadar
K daun

0.01

0.28

0.14

0.08

-0.11

0.16

0.05

0.03

0.06

-0.15

0.16

0.89**

0.44*

0.32

0.38

0.10

0.10

0.67**

0.38

0.32

0.01

0.23

0.23

0.79**

0.40

0.20

0.27

0.50**

0.41*

0.41*

0.85**

0.49*

0.39

0.39

-0.23

-0.16

-0.16

- 0.89**

-0.44*

-0.32

-0.38

0.61**

0.61**

0.45**

-0.01

0.37

0.15

1**

0.29

-0.02

0.18

0.02

0.29

-0.02

0.18

0.02

0.41*

0.36

0.37

0.47*

0.37
0.52**

20
Pembahasan
Produktivitas GKG paling tinggi adalah akibat pengaruh kombinasi aplikasi
pupuk kandang pada saat 2 minggu sebelum tanam dan 4 minggu setelah tanam
dengan aplikasi pupuk hayati. Rata-rata produktivitas GKG dari budidaya secara
organik ini adalah sebesar 5.04 ton/ha dengan potensi hasil rata-rata 6.76 ton/ha
hampir menyamai rata-rata produktivitas nasional pada tahun 2012 yaitu sebesar
5.08 ton/ha (Badan Pusat Statistik 2012). Nilai produktivitas tersebut belum
sesuai dengan deskripsi varietas yang dikeluarkan Balai Besar Penelitian Tanaman
Padi (2009), varietas Ciherang mampu memproduksi 6.0 ton/ha dengan potensi
hasil 8.5 ton/ha. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan dan hasil
padi yang dibudidayakan secara organik yang berkelanjutan sudah hampir setara
dengan rata-rata hasil padi yang ditanam secara konvensional.
Tingginya produktivitas padi akibat kombinasi aplikasi pupuk kandang
pada saat 2 minggu sebelum tanam dan 4 minggu setelah tanam dengan pupuk
hayati dipengaruhi oleh bobot 1000 butir dan bobot kering gabah/tanaman. Hal
ini ditunjukan dengan adanya korelasi yang nyata dan positif dari kedua peubah
tersebut. Semakin besar dari bobot 1000 butir dan bobot kering gabah/tanaman
maka produktivitas padi akan semakin besar. Perlakuan aplikasi pupuk 2 minggu
sebelum tanam dan 4 minggu setelah tanam dengan pupuk hayati memiliki
produktivitas yang lebih baik karena unsur hara pada tanaman diberikan 2 kali
pada saat sebelum tanam dan setelah tanam sehingga unsur hara pada
pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman dapat tersedia lebih baik.
Jumlah gabah/malai tertinggi adalah pada aplikasi pupuk kandang 6
minggu setelah tanam tanpa pupuk hayati. Tingginya jumlah gabah per malai
tidak berkorelasi dengan produktivitas GKG padi. Hal ini disebabkan nilai
persentase gabah isi dari perlakuan tersebut adalah yang paling rendah (meskipun
tidak berbeda nyata) dan bobot 1000 butirnya bukan yang paling tinggi.
Berbedanya nilai dari produktivitas padi dengan potensi hasil padi
disebabkan pada perhitungan potensi hasil padi dengan cara menghitung produksi
berdasarkan hasil per rumpun yang dikalikan dengan populasi maksimal.
Perlakuan aplikasi pupuk 2 minggu sebelum tanam dan 4 minggu setelah tanam
dengan pupuk hayati memiliki bobot gabah yang lebih besar daripada perlakuan
lainnya sehingga produktivitasnya menjadi lebih tinggi meskipun jumlah anakan
produktif, panjang malai, dan jumlah gabah per malai lebih kecil daripada
perlakuan lainnya.
Perlakuan aplikasi pupuk kandang 6 minggu setelah tanam
memperlihatkan gejala defisiensi unsur hara pada saat pengamatan 5 minggu
setelah tanam. Rendahnya nilai dari warna daun yang diamati dengan bagan
warna daun dapat menunjukan gejala defisiensi unsur hara tersebut. Menurut
Wahid (2003) batas kritis untuk padi pindah tanam yaitu pada skala 4 BWD.
Pemberian pupuk kandang pada saat 6 minggu setelah tanam memperlihatkan
unsur hara yang terdapat dalam pupuk kandang berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman yang ditandai dengan bertambahnya nilai warna daun yang
diamati dengan bagan warna daun pada pengamatan 7 minggu setelah tanam.
Pengamatan 8 minggu setelah tanam menunjukkan unsur hara pada tanaman
sudah berangsur membaik yang ditandai dengan unsur hara N daun yang sama

21
pada setiap perlakuan. Aplikasi pupuk kandang 6 minggu setelah tanam diduga
terlambat untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman, akibatnya persentase gabah
isinya rendah meskipun jumlah gabah per tanamannya tinggi.
Aplikasi pupuk hayati kurang efektif dalam meningkatkan pertumbuhan
tanaman padi pada percobaan ini. Tidak berbedanya hasil yang didapatkan dapat
disebabkan kandungan hara dan mikroorganisme pada pupuk hayati sudah
terdapat di dalam pupuk kandang. Meskipun demikian, aplikasi pupuk hayati
menyebabkan produksi padi yang lebih tinggi.
Fase vegetatif dan generatif tanaman dari setiap perlakuan aplikasi pupuk
memiliki kelebihan tersendiri namun hasil terbaik adalah perlakuan yang memiliki
produktivitas paling tinggi yaitu perl