Aplikasi Pembenaman Jerami, Pupuk Organik, dan Pupuk Hayati untuk Pengurangan Dosis Pupuk NPK pada Padi Sawah (Oryza sativa L.)

APLIKASI PEMBENAMAN JERAMI, PUPUK ORGANIK,
DAN PUPUK HAYATI UNTUK PENGURANGAN DOSIS
PUPUK NPK PADA PADI SAWAH (Oryza sativa L.)

TRI SETYAWAN

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aplikasi
Pembenaman Jerami, Pupuk Organik, dan Pupuk Hayati untuk Pengurangan
Dosis Pupuk NPK pada Padi Sawah (Oryza sativa L.) adalah benar karya saya
dengan arahan dari Dr Ir Sugiyanta, MSi. selaku dosen pembimbing. Karya tulis
ini belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2013
Tri Setyawan
A24090063

ABSTRAK
TRI SETYAWAN. Aplikasi Pembenaman Jerami, Pupuk Organik, dan Pupuk
Hayati untuk Pengurangan Dosis Pupuk NPK pada Padi Sawah (Oryza sativa L.).
Dibimbing oleh SUGIYANTA.
Penggunaan pupuk anorganik semakin tinggi oleh petani, tetapi kurang
menguntungkan bagi produksi padi sawah. Pada kondisi tersebut perlu adanya
peningkatan praktek agronomi seperti pengembalian residu tanaman atau aplikasi
bahan organik. Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap
Teracak (RKLT) dengan 13 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan pada percobaan
ini terdiri dari 1) jerami + 50% dosis pupuk NPK, 2) jerami + 50% dosis NPK +
POP + POC, 3) jerami + 50% dosis NPK + POP, 4) jerami + 50% dosis NPK +
POP + PH1, 5) jerami + 50% dosis NPK + PH2, 6) jerami + 50% dosis NPK +
PH3, 7) jerami + 50% dosis NPK + PH1, 8) jerami+ 50% dosis NPK + POP +
PH2, 9) jerami + 100% dosis NPK 10) tanpa jerami + 100% dosis NPK (kontrol),

11) jerami + 50% dosis NPK + POP + PH3 12) tanpa jerami + 50% dosis NPK
dan 13) tanpa pemupukan. Hasil percobaan menunjukan bahwa pembenaman
jerami selama enam musim tanam dengan pengurangan pupuk NPK hingga 50%
menghasilkan pertumbuhan tanaman, biomassa tanaman, komponen hasil, dan
hasil gabah ha-1 yang tidak berbeda dibandingkan 100% dosis pupuk NPK.
Kata kunci : jerami padi, pupuk organik, pupuk hayati

ABSTRACT
TRI SETYAWAN. Straw Incorporation, Organic Fertilizer, and Biofertilizer
Application for Reduction Dose of NPK Fertilizer in Rice (Oryza sativa L.).
Supervised by SUGIYANTA.
Use of inorganic fertilizer higher by the farmers but not profitable for low
land rice producing. That conditions need to improve agronomic practice as
returned of crop residual or organic matter applied. This experiment use a
Randomized Complete Design Block (RKLT) with 13 treatments and 3
replications. The treatment consist of : 1) straw + 50% dose of NPK, 2) straw +
50% dose of NPK + POP + POC, 3) straw + 50% dose of NPK + POP, 4) straw
+ 50% dose of NPK + POP + PH, 5) straw + 50% dose of NPK + PH2, 6) straw
+ 50% dose of NPK + PH3, 7) straw + 50% dose of NPK + PH1, 8) straw + 50%
dose of NPK + POP + PH2, 9) straw + 100% dose of NPK, 10) without straw +

100% dose of NPK (control), 11) straw + 50% NPK dose POP + PH3, 12)
without straw + 50% dose of NPK, and 13) without fertilization. The experiment
results that straw incorporation for six season with 50% dose of NPK fertilizer
producing growth plant, biomass plant, yield components, grain yield per hectare
were not significantly with 100% dose of NPK fertilizer.
Keywords: biological fertilizer, organic fertilizer, rice straw

ii

iii

APLIKASI PEMBENAMAN JERAMI, PUPUK ORGANIK,
DAN PUPUK HAYATI UNTUK PENGURANGAN DOSIS
PUPUK NPK PADA PADI SAWAH (Oryza sativa L.)

TRI SETYAWAN

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian

pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

Judul Skripsi

: Aplikasi Pembenaman Jerami, Pupuk Organik, dan Pupuk Hayati
untuk Pengurangan Dosis Pupuk NPK pada Padi Sawah (Oryza
sativa L.)

Nama

: Tri Setyawan

NIM


: A24090063

Disetujui oleh

Dr Ir Sugiyanta, MSi.
Dosen Pembimbing

Tanggal LuIus:

- ,

2 Dセ@ r 20'13

ii

Judul Skripsi : Aplikasi Pembenaman Jerami, Pupuk Organik, dan Pupuk Hayati
untuk Pengurangan Dosis Pupuk NPK pada Padi Sawah (Oryza
sativa L.)
Nama


: Tri Setyawan

NIM

: A24090063

Disetujui oleh

Dr Ir Sugiyanta, MSi.
Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MSc.Agr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

PRAKATA


Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi
karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini
dengan lancar. Judul dari penelitian ini adalah Aplikasi Pembenaman Jerami,
Pupuk Organik, dan Pupuk Hayati untuk Pengurangan Dosis Pupuk NPK pada
Padi Sawah (Oryza sativa L.).
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam penulisan skripsi ini terutama kepada :
1. Seluruh keluarga yang telah memberikan doa, kasih sayang dan dukungan
yang tiada henti kepada penulis.
2. Dr Ir Sugiyanta, MSi. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan arahan, bimbingan dan masukan dalam pelaksanaan
penelitian ini.
3. Dr Ir Purwono, MS dan Dr Ir Heni Purnamawati, MSc.Agr selaku dosen
penguji yang telah memberi masukan dan koreksi dalam skripsi saya.
4. Dr Ir Harjadi, MS. selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan dukungan kepada penulis dalam kegiatan perkuliahan.
5. Ni’mah Fauziah, SP yang selalu memberikan semangat dan dukungan
dalam pelaksanaan penelitian ini.
6. Bambang Sutrisno, Tri Herdiyanti, SP serta Mia Budiman, SP sebagai
rekan penelitian yang selalu memberikan masukan dan arahan dalam

penelitian padi ini.
7. Bapak dan Ibu entis serta keluarga di Karawang yang telah membantu dan
memfasilitasi dalam pelaksanaan penelitian ini.
8. Rekan-rekan “Kost Podjok” yang selalu memberikan inspirasi dalam
penulisan skripsi ini.
9. Teman-teman Socrates yang selalu memberikan kekompakan dan
kebersamaan dalam keluarga AGH 46.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan
perkembangan ilmu pengetahuan di bidang pertanian.

Bogor, Desember 2013
Tri Setyawan

i

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Hipotesis
TINJAUAN PUSTAKA
Jerami Padi
Pupuk Organik
Pupuk Hayati
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Bahan dan Alat
Metode Penelitian
Pelaksanaan
Pengamatan
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Rekapitulasi Sidik Ragam
Kandungan Hara Tanah
Pertumbuhan Tanaman
Biomassa Tanaman
Komponen Hasil dan Hasil Panen
Analisis Usaha Tani

Pembahasan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
ii
1
1
2
2
2
3
4
5
5
5
5

6
6
7
7
7
7
8
9
10
11
13
14
16
16
16
16
19

ii

DAFTAR TABEL
1 Hasil rekapitulasi sidik ragam
2 Hasil analisis pH tanah dan kandungan C-organik
3 Kandungan N, P, dan K dalam tanah sebelum dan sesudah perlakuan
4 Hasil tinggi tanaman, jumlah anakan dan bagan warna daun
5 Hasil pengamatan panjang akar, volume akar, dan nisbah tajuk/akar
6 Hasil pengamatan jumlah anakan produktif, jumlah gabah per malai,
bobot 1 000 butir dan persentase gabah hampa
7 Pengamatan hasil gabah/ha dan peningkatan hasil gabah/ha
8 Hasil analisis usaha tani seluruh perlakuan

8
9
9
10
11
12
13
14

DAFTAR LAMPIRAN
1 Denah percobaan
2 Deskripsi padi varietas Ciherang
3 Analisis usaha tani

19
20
21

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terpadat ke-empat
setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk Indonesia tahun 2012
adalah 244.7 juta jiwa dan setiap tahunnya mengalami peningkatan. Peningkatan
jumlah penduduk di Indonesia akan diikuti oleh peningkatan konsumsi beras
nasional. Padi merupakan komoditas pangan utama di Indonesia. Berdasarkan
data Badan Pusat Statistik tahun 2012, produksi padi nasional tahun 2011 sebesar
65.76 juta ton GKG dan pada tahun 2012 sebesar 68.59 juta ton GKG. Produksi
padi tahun 2012 meningkat sebesar 4.13% dibanding tahun 2011. Rendahnya
peningkatan produksi padi disebabkan oleh berkurangnya lahan sawah dan
rendahnya produktivitas padi. Penurunan lahan diakibatkan adanya alih fungsi
lahan pertanian untuk keperluan non pertanian, terutama di daerah Jawa, seperti
pembuatan daerah industri, daerah perkantoran, daerah wisata dan daerah
pemukiman. Hal ini akan menyebabkan terjadinya kesenjangan antara produksi
dan konsumsi padi yang dapat menimbulkan kerawanan pangan. Oleh karena itu,
untuk mengatasi kerawanan pangan tersebut pemerintah menargetkan kenaikan
produksi padi sebesar 5% per tahun.
Adanya revolusi hijau melahirkan varietas padi berdaya hasil tinggi yang
responsif terhadap pemupukan dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit.
Pupuk anorganik menjadi komponen utama untuk meningkatkan produktivitas
dan pertumbuhan padi sawah pada masa revolusi hijau. Pemakaian pupuk
anorganik mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil secara cepat dan nyata
dibanding pupuk organik. Saat ini, pupuk anorganik digunakan oleh petani secara
berlebihan. Pemakaian pupuk anorganik secara berlebih tanpa disertai penggunaan
pupuk organik secara terus menerus akan menyebabkan ketidakseimbangan unsur
hara dalam tanah, rendahnya efisiensi pemupukan, dan rendahnya mikrobiologi
tanah (Tisdale 1985).
Ketersediaan bahan organik dalam tanah berperan penting dalam
peningkatan produktivitas lahan. Menurut Suriadikarta dan Simanungkalit (2006)
pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik
kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan peningkatan
kualitas lahan secara berkelanjutan. Selain itu, bahan organik berperan dalam
meningkatkan sifat fisik, kimia dan biologi tanah yaitu sebagai penyedia unsur
hara bagi tanaman, sumber energi bagi organisme tanah, memperbaiki struktur
tanah, penyangga pH tanah, pengkelat logam-logam dan meningkatkan kapasitas
tukar kation.
Sumber bahan organik termudah dan termurah pada lahan sawah adalah
jerami. Jerami padi merupakan bahan organik yang sangat mudah tersedia bagi
petani. Jerami berperan sebagai sumber hara padi. Dobermann dan Fairhurst
(2000) menyatakan kandungan hara dalam jerami adalah Si (4-7%), Kalium (1.21.7%). N (0.5-0.8%), P (0.07-0.12%) dan S (0.05-0.1%). Pembenaman jerami ke
tanah akan meningkatkan ketersediaan hara dalam waktu lama. Penggabungan
pupuk anorganik dan jerami akan menjaga ketersediaan unsur N, P, K dan Si.

2

Kebutuhan pupuk N dan P dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.
Pupuk hayati merupakan alternatif bagi petani untuk memanfaatkan pasokan N
dari udara yang cukup besar dan memanfaatkan bentuk P tak tersedia menjadi
bentuk tersedia. Pupuk hayati adalah subtansi yang mengandung mikroorganisme
hidup, yang ketika diaplikasikan kepada benih, permukaan tanaman, atau tanah
dapat memacu pertumbuhan tanaman (Vessey 2003). Selain itu, menurut Tombe
(2008) pupuk hayati bermanfaat untuk mengaktifkan serapan hara oleh tanaman,
menekan soil born diseases, mempercepat proses pengomposan, memperbaiki
struktur tanah, dan menghasilkan substansi yang meningkatkan pertumbuhan
tanaman.
Pemanfaatan jerami sebagai bahan organik perlu diteliti dalam jangka
panjang untuk mengetahui peningkatan ketersediaan hara dan peningkatan hasil
padi. Oleh karena itu, pengembalian bahan organik dengan penambahan pupuk
hayati ke tanah semakin penting bagi pertanian yang berkelanjutan.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembenaman jerami,
penggunaan pupuk organik dan pupuk hayati terhadap pengurangan dosis pupuk
NPK pada padi sawah musim tanam keenam.
Hipotesis
Hipotesis yang akan diuji adalah pembenaman jerami, penggunaan pupuk
organik dan pupuk hayati pada musim tanam keenam dapat mengurangi
penggunaan pupuk NPK hingga 50% dan menghasilkan hasil panen yang sama
baiknya dengan 100% dosis pupuk NPK.

TINJAUAN PUSTAKA

Jerami Padi
Jerami merupakan produk sampingan dari proses produksi padi.
Penanganan jerami yang umum dilakukan oleh petani padi sawah sekarang ini
adalah mengangkut jerami keluar dari lahan usaha, baik dimanfaatkan untuk
bahan bakar, makanan ternak, bahan dasar biogas, media tanam jamur merang,
maupun dijual sebagi bahan dasar industri kertas. Kegiatan membawa pergi jerami
untuk bermacam-macam keperluan diatas merupakan kehilangan total sumber
hara yang dikandung jerami. Mengangkut jerami untuk pakan ternak merupakan
kehilangan sementara, apabila nanti kotoran ternak tersebut dimanfaatkan untuk
pupuk kandang dan dikembalikan ke lahan (Ponnamperuma 1984). Pengolahan
tanah dengan traktor tangan tidak memungkinkan membenamkan jerami karena
mengganggu jalanya traktor. Pengembalian jerami ke lahan telah banyak diteliti
memiliki pengaruh positif pada jangka panjang. Eagle et al. (2000) menyatakan

3

bahwa aplikasi jerami dengan membenamkanya ke dalam tanah sawah pada tahun
pertama dengan perlakuan pupuk N sesuai dengan dosis rekomendasi tidak
berpengaruh terhadap hasil gabah. Pada tahun ketiga hingga tahun kelima
pembenaman jerami meningkatkan serapan unsur hara N rata-rata sebesar 19 kg N
ha-1 pada petak perlakuan tanpa penambahan pupuk N sesuai dengan dosis
rekomendasi.
Hasil panen sebanyak 5 ton padi akan menyerap dari dalam tanah
sebanyak 150 kg N, 20 kg P, dan 20 kg S. Hampir semua unsur K dan sepertiga
N, P, dan K tinggal dalam jerami padi. Jerami padi merupakan sumber hara makro
yang baik. Faktor lain yang merupakan keuntungan dari penggunaan jerami
sebagai sumber pupuk organik adalah tersedia langsung di lahan usaha tani.
Ketersediaan jerami pada lahan sawah bervariasi yaitu sekitar 2-10 ton ha-1
musim-1. Penggunaan jerami secara berkesinambungan akan membangun dan
meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan pasokan N dapat terjamin.
Pola penyerapan N oleh tanaman padi berbentuk sigmoid, sehingga pelepasan N
tersedia terjadi pada tanah yang kaya bahan organik. Dekomposisi jerami
merupakan faktor penting untuk pengembalian nutrisi dan pemeliharaan
kesuburan tanah. Proses dekomposisi jerami dengan cara dibenamkan ke tanah
lebih cepat dibandingkan dengan cara disebarkan di permukaan tanah pada saat
musim hujan. Dekomposisi jerami berjalan cukup cepat pada lahan sawah yang
memiliki drainase sedang dan dilakukan pengolahan tanah secara intensif
(Broadbent 1977).
Pembenaman jerami langsung ke tanah dapat menyebabkan immobilisasi
unsur P (Sugiyanta 2007). Pada kondisi tergenang, jerami di dalam tanah dapat
meningkatkan aktivitas enzim nitrogenase (Indryati 2006). Pengembalian jerami
ke sawah dapat menyediakan sebagian hara K karena jerami mengandung hara K
yang cukup tinggi. Dobermann dan Fairhust (2000) menyatakan bahwa
pembenaman jerami ke tanah akan meningkatkan ketersediaan hara dalam waktu
yang lama. Penggabungan pupuk anorganik dan jerami akan menjaga ketersediaan
unsur hara N, P, K, Si bahkan dapat ditingkatkan.
Pupuk Organik
Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari sisa tanaman dan atau
kotoran hewan (bahan organik) yang telah melalui proses rekayasa, berbentuk
padat atau cair dan dapat diperkaya dengan bahan mineral alami dan atau mikroba
yang bermanfaat memperkaya hara, bahan organik tanah, dan memperbaiki sifat
fisik, sifat kimia dan sifat biologi tanah (PERMENTAN RI nomor
28/PERMENTAN/SR.130/5/2009).
Bahan organik umumnya ditemukan dipermukaan tanah, jumlahnya tidak
besar hanya sekitar 3-5% tetapi pengaruhnya terhadap sifat tanah besar sekali.
Pengaruh bahan organik terhadap sifat-sifat tanah dan pertumbuhan tanaman
antara lain sebagai granulator yaitu memperbaiki struktur tanah, sumber hara N, P,
K, S dan unsur mikro, menambah kemampuan tanah untuk menahan air,
menambah kemapuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara ( Kapasitas Tukar
Kation tanah menjadi lebih tinggi) dan sumber energi bagi mikroorganisme
(Hardjowigeno 2010).
Bahan organik disamping berpengaruh terhadap pasokan hara tanah juga
meningkatkan sifat fisik, biologi dan kimia tanah. Peran bahan organik yang

4

paling besar terhadap sifat fisik tanah meliputi: struktur, konsistensi, porositas,
daya mengikat air, dan peningkatan ketahanan terhadap erosi. Bahan organik
tanah merupakan salah satu bahan pembentuk agregat tanah yang mempunyai
peran sebagai bahan perekat antar partikel tanah untuk bersatu menjadi agregat
tanah, sehingga bahan organik penting dalam pembentukan struktur tanah
(Sunyoto 2003). Pengaruh bahan organik terhadap kesuburan kimia tanah antara
lain terhadap kapasitas pertukaran kation, kapasitas pertukaran anion, pH tanah,
daya sangga tanah dan terhadap keharaan tanah. Peran bahan organik terhadap
biologi tanah adalah sebagai sumber energi bagi mikro dan makro fauna tanah.
Penambahan bahan organik dalam tanah akan menyebabkan aktivitas dan populasi
mikrobiologi tanah meningkat, terutama yang berkaitan dengan aktivitas
dekomposisi dan mineralisasi bahan organik. Beberapa mikroorganisme yang
berperan dalam dekomposisi bahan organik adalah fungi, bakteri, dan
aktinomisetes. Di samping mikroorganisme tanah, fauna tanah juga berperan
dalam dekomposisi bahan organik antara lain yang tergolong dalam protozoa,
nematode, collembolan dan cacing tanah. Fauna tanah ini berperan dalam proses
humifikasi dan mineralisasi atau pelepasan hara, bahkan ikut bertanggung jawab
terhadap pemeliharaan struktur tanah (Tian 1997).
Pupuk Hayati
Pupuk hayati merupakan produk biologi aktif terdiri dari mikroba yang
dapat meningkatkan efisiensi pemupukan, kesuburan dan kesehatan tanah
(PERMENTAN Nomor 70 tahun 2011). Nitrogen dan fosfat merupakan dua unsur
hara yang paling banyak diperlukan dan merupakan faktor pembatas pertumbuhan
dan hasil tanaman. Kebutuhan pupuk N dan P dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan. Untuk mengurangi perbedaan yang besar antara kebutuhan dan
pasokan, tambahan pupuk organik dan pupuk hayati sangat diperlukan. Pupuk
hayati merupakan alternatif bagi petani untuk memanfaatkan pasokan N2 dari
udara yang cukup besar, disamping memanfaatkan bentuk P tak tersedia menjadi
bentuk tersedia. Melalui masukan teknologi rendah, petani dapat memperoleh
keuntungan yang lebih besar. Pada saat ini yang banyak digunakan untuk pupuk
hayati adalah: Rhizobium, azospirillum, Azotobacter, dan Phospobacteria. Pupuk
hayati adalah subtansi yang mengandung mikroorganisme hidup, yang ketika
diaplikasikan kepada benih, permukaan tanaman, atau tanah dapat memacu
pertumbuhan tanaman (Vessey 2003).
Pupuk hayati berfungsi untuk meningkatkan hasil produksi, memperbaiki
struktur fisika, kimia dan biologi tanah, menekan serangan hama pengganggu
tanaman dan menjaga keseimbangan jumlah mikroba dengan baik (Widya 2006).
Umumnya digunakan mikrob yang mampu hidup bersama (simbiosis) dengan
tanaman inangnya. Tanaman inang mendapatkan tambahan unsur hara yang
diperlukan, sedangkan mikrob mendapatkan bahan organik untuk aktifitas dan
pertumbuhannya. Pupuk hayati berperan dalam mempengaruhi ketersediaan unsur
hara makro dan mikro, efisiensi hara, kinerja system enzim, meningkatkan
metabolism, pertumbuhan dan hasil tanaman (Agung dan Rahayu 2004).

5

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Karawang Wetan, Kecamatan
Karawang Timur, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Analisis Tanah dilaksanakan
di Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2012 – Maret 2013.
Bahan dan Alat
Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih padi
varietas Ciherang (Lampiran 3), jerami padi, pupuk hayati (PH1, PH2, PH3),
pupuk organik padat (POP), pupuk organik cair (POC), dan Pupuk NPK (30-6-8).
Alat yang digunakan adalah alat budidaya tanaman, oven, timbangan, meteran,
alat tulis, dan bagan warna daun (BWD).
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak
(RKLT) dengan 13 perlakuan dan 3 ulangan. Penelitian dilakukan pada petakan
berukuran 20 m x 3.6 m. Denah percobaan terdapat pada lampiran 1. Model
Linear yang digunakan adalah sebagai berikut :
Yij = µ + τi + βj + εij
Yij : Peubah pemupukan ke-i ulangan ke-j
µ
: Rataan umum
τi : Pengaruh perlakuan ke-I (1,2,3,…..13)
βj : Pengaruh ulangan ke-j (1,2,3)
εij : Pengaruh galat percobaan perlakuan ke-i, ulangan ke-j.
Perlakuan yang dilakukan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut :
: Jerami + 50% dosis pupuk NPK
: Jerami + 50% dosis NPK + POP + POC
: Jerami + 50% dosis NPK + POP
: Jerami + 50% dosis NPK + POP + PH1
: Jerami + 50% dosis NPK + PH2
: Jerami + 50% dosis NPK + PH3
: Jerami + 50% dosis NPK + PH 1
: Jerami + 50% dosis NPK + POP + PH2
: Jerami + 100% dosis NPK
: Tanpa jerami + 100% dosis NPK
: Jerami + 50% dosis NPK + POP + PH3
: Tanpa jerami + 50% dosis NPK
: Tanpa pemupukan
Dosis pupuk organik padat 300 kg ha-1, pupuk organik cair 2 lt ha-1
aplikasi-1 dan pupuk hayati 2 lt ha-1 aplikasi-1 untuk masing-masing jenis. Dosis
pupuk anorganik yang digunakan adalah NPK 30-6-8 dengan dosis rekomendasi
adalah 400 kg ha-1.
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
P11
P12
P13

6

Pelaksanaan
Penelitian diawali dengan melakukan analisis tanah untuk mengukur pH,
kandungan N total, C-Organik, P tersedia dan K tersedia. Analisis tanah dilakukan
sebelum dan sesudah penelitian dilaksanakan. Pengolahan tanah dilakukan dengan
sistem olah tanah sempurna yaitu 2 kali pembajakan ditambah dengan rotary dan
penggaruan. Jerami hasil panen sebelumnya ditaburkan keatas permukaan tanah
sebelum dilakukan pengolahan tanah pertama. Jerami yang dibenamkan
merupakan seluruh jerami hasil panen musim tanam sebelumnya.
Perendaman benih dengan air garam 3% dilakukan sebelum persemaian.
Benih padi varietas ciherang yang akan disemaikan sebanyak 20 kg ha-1. Bibit
padi dipindahkan ketika berumur 10-13 hari dengan penanaman 1-2 bibit per
lubang. Jarak tanam yang digunakan adalah 30 cm x 15 cm. Penyulaman
dilakukan pada 1-3 minggu setelah tanam (MST).
Pupuk anorganik (NPK 30-6-8) diaplikasikan pada saat tanaman berumur
1 minggu setelah tanam (MST) sesuai dengan perlakuan. Pupuk organik padat
(POP) diaplikasikan saat pengolahan tanah dengan dosis 300 kg ha-1. Pupuk
organik cair diaplikasikan sebanyak 3 kali yaitu pada 1 MST, 3 MST, dan 6 MST
dengan dosis 2 lt ha-1 aplikasi-1. Pupuk hayati diaplikasikan 3 kali yaitu 3 hari
sebelum tanam, 2 MST dan 4 MST dengan dosis 2 lt ha-1 aplikasi-1. Pemanenan
dilakukan pada 30 hari setelah heading dengan perkiraan 90-95% bulir padi yang
telah menguning.
Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu pengamatan
pertumbuhan tanaman, pengamatan biomassa tanaman dan pengamatan panen.
Peubah yang diamati meliputi :
 Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah hingga ujung daun tertinggi
yang telah membuka. Tinggi tanaman diamati terhadap 10 tanaman contoh
pada 8 MST. Pengamatan jumlah anakan pada 10 tanaman contoh pada 8
MST. Pengamatan warna daun dengan menggunakan bagan warna daun
(BWD) pada daun bagian atas.
 Volume akar diukur dengan memasukan akar tanaman kedalam gelas ukur
berukuran 200 ml kemudian diukur penambahan volumenya. Penambahan
volume tersebut merupakan volume akar. Panjang akar diukur dari batang
yang muncul akar hingga ujung akar. Pengamatan nisbah tajuk/akar
diamati dengan melakukan pengukuran bobot kering tajuk dan bobot
kering akar. Volume akar, panjang akar, dan nisbah tajuk/akar diamati
pada 8 MST.
 Komponen hasil yaitu jumlah anakan produktif, panjang malai (cm),
jumlah gabah per malai, dan bobot 1 000 butir (g), Persentase gabah
hampa dari 100 g contoh gabah.
 Hasil ubinan (2.5 m x 2.5 m) untuk menghitung hasil dugaan Gabah
Kering Panen dan Gabah Kering Giling per hektar.

7

Analisis Data
Data hasil pengamatan pertumbuhan tanaman, komponen hasil, dan hasil
panen dianalisis menggunakan uji F (analisis ragam). Apabila hasil uji F nyata,
maka dilanjutkan dengan uji t-dunnet yang dibandingkan dengan perlakuan
kontrol (100% dosis NPK tanpa pembenaman jerami) pada taraf 5 %.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kondisi Umum
Penelitian ini merupakan penelitian berkelanjutan yang saat ini telah
memasuki musim tanam ke-enam. Hama yang dominan menyerang tanaman padi
pada percobaan ini adalah keong mas (Pomacea canaliculata L.). Keong mas
memakan tanaman padi yang masih berumur muda (1-3 MST). Pengendalian
hama keong mas dilakukan secara manual dengan cara mengambil keong dan
telurnya serta dengan melakukan pengaturan pengairan. Gulma yang paling
dominan terdapat pada lahan percobaan adalah jajagoan (Echinocholoa
crussgalli). Pengendalian gulma dilakukan dengan pengendalian secara manual
dengan mencabut dan membenamkan gulma kedalam tanah. Rebah tanaman padi
terjadi pada lebih dari 80% petak percobaan yang berada pada lahan penelitian.
Hal ini disebabkan tingginya intensitas hujan dan kencangnya angin yang bertiup
pada lahan percobaan. Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
provinsi Jawa Barat tahun 2013 curah hujan di Kabupaten Karawang diatas
normal pada bulan Februari 2013 yaitu sekitar 300 mm per bulan.
Rekapitulasi Sidik Ragam
Hasil rekapitulasi sidik ragam pada Tabel 1 menunjukan bahwa perlakuan
memberikan pengaruh nyata terhadap peubah tinggi tanaman, jumlah anakan dan
bagan warna daun pada 8 MST. Namun demikian, perlakuan tersebut tidak
memberikan pengaruh nyata terhadap panjang akar, volume akar, nisbah
tajuk/akar, jumlah anakan produktif, jumlah gabah per malai, panjang malai,
bobot 1 000 butir persentase gabah hampa, dan dugaan hasil gabah kering per
hektar.
Besar nilai koefisien keragamaan pada hasil pengamatan berkisar antara
0.97-29.13%. Menurut Matttjik dan Sumertajaya (2006) nilai koefisien keragaman
(KK) untuk bidang pertanian dianggap wajar adalah 20-25%. Nilai KK lebih besar
dari batas kewajaran merupakan indikasi bahwa data tersebut tidak seragam dan
tidak memenuhi persyaratan untuk analisis statistik.

8

Tabel 1 Hasil rekapitulasi sidik ragam
Peubah Pengamatan

Perlakuan

Tinggi Tanaman
8 MST
Jumlah anakan
8 MST
Warna Daun
8 MST
Biomassa Tanaman
Panjang akar
Volume akar
Nisbah tajuk/akar
Hasil panen dan komponen hasil
Jumlah anakan produktif
Jumlah gabah per malai
Bobot 1000 butir
Persentase gabah hampa
Bobot ubinan basah
Bobot ubinan kering
Hasil gabah kering per Ha
*: nyata pada taraf 5% ; tn : tidak nyata.

Koefisien
Keragaman
(%)

*

2.36

*

7.12

*

1.05

tn
tn
tn

18.20
13.82
25.48

tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn

12.53
12.30
4.12
16.21
17.00
17.78
17.78

Kandungan Hara Tanah
Pengamatan pH tanah dilakukan sebelum tanam dan sesudah panen. Lahan
sawah sebelum penelitian memiliki pH 6.1-7.0 sedangkan setelah penelitian, pH
tanah menjadi 5.4-6.3. Hal ini menunjukan bahwa terjadi penurunan pH tanah
yang diduga karena dekomposisi bahan organik yang diberikan menghasilkan
senyawa asam-asam organik yang dapat membuat tanah menjadi lebih masam.
Secara umum kandungan C-organik tanah dan N total tanah mengalami
peningkatan setelah penelitian hanya perlakuan pembenaman jerami dengan
pengurangan 50% dosis pupuk NPK ditambah pupuk organik padat dan pupuk
organik cair yang mengalami penurunan kandungan C-organik yaitu sebesar
0.06%. Hal ini menunjukan bahwa penambahan 50% dosis pupuk NPK saja atau
dengan penambahan jerami saja mampu menyediakan unsur N dan C-organik
dalam tanah.
Hasil analisis tanah terhadap kandungan P tersedia dan K total dalam tanah
secara umum mengalami penurunan setelah penelitian hanya perlakuan
pembenaman jerami dengan penambahan 50% dosis pupuk NPK ditambah dengan
pupuk hayati I yang menghasilkan peningkatan kandungan K total tanah yaitu
sebesar 24.2 ppm. Hal ini menunjukan bahwa penambahan jerami dan pupuk
hayati pada perlakuan tersebut mampu menyediakan unsur K dalam tanah. Secara

9

rinci hasil analisis pH tanah, kandungan C-organik, N total, P tersedia dan K total
disajikan pada Tabel 2 dan 3.
Tabel 2 Hasil analisis pH tanah dan kandungan C-organik
Perlakuan

pH
Sebelum

Setelah

C-Organik (%)
Sebelum
Setelah

Jerami + 50% dosis NPK
6.7
6.0
0.91
1.51
Jerami + 50% dosis NPK + POP +POC
6.4
6.0
1.73
1.67
Jerami + 50% dosis NPK + POP
6.2
5.9
1.17
1.51
Jerami + 50% dosis NPK + POP + PH1
6.2
6.1
0.89
2.00
Jerami + 50% dosis NPK + PH2
6.8
6.1
1.21
1.67
Jerami + 50% dosis NPK + PH3
6.6
6.3
0.88
2.00
Jerami + 50% dosis NPK + PH 1
6.4
5.7
0.99
2.00
Jerami + 50% dosis NPK + POP + PH2
6.1
5.9
0.93
1.67
Jerami + 100% dosis NPK
6.1
6.3
1.18
1.43
Tanpa jerami + 100% dosis NPKk)
6.9
5.5
0.62
1.83
Jerami + 50% dosis NPK + POP + PH3
6.2
5.6
1.03
2.00
Tanpa jerami + 50% dosis NPK
7.0
5.9
0.70
1.75
Tanpa pemupukan
6.3
5.4
1.09
1.11
k)
Sumber : Hasil analisis Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian IPB; perlakuan
kontrol

Tabel 3 Kandungan N, P, dan K dalam tanah sebelum dan sesudah perlakuan
Perlakuan
Jerami + 50% dosis NPK
Jerami + 50% dosis NPK + POP +POC
Jerami + 50% dosis NPK + POP
Jerami + 50% dosis NPK + POP + PH1
Jerami + 50% dosis NPK + PH2
Jerami + 50% dosis NPK + PH3
Jerami + 50% dosis NPK + PH 1
Jerami + 50% dosis NPK + POP + PH2
Jerami + 100% dosis NPK
Tanpa jerami + 100% dosis NPKk)
Jerami + 50% dosis NPK + POP + PH3
Tanpa jerami + 50% dosis NPK
Tanpa pemupukan

N total (%)
Sebelum Setelah
0.09
0.14
0.11
0.09
0.11
0.08
0.09
0.09
0.11
0.05
0.09
0.07
0.09

0.15
0.16
0.15
0.19
0.16
0.19
0.14
0.15
0.14
0.18
0.19
0.19
0.12

P tersedia (ppm)
Sebelum Setelah
8.4
8.6
8.2
9.4
9.3
10.8
7.7
9.3
6.2
5.1
10.6
10.4
4.9

7.1
7.9
6.3
6
6.3
6
5
5.1
4.8
5.1
5.8
6.1
6.1

K total (ppm)
Sebelum Setelah
100.4
110.8
100.4
90.1
80.7
140.0
80.8
280.0
270.1
70.5
80.8
120.7
20.3

Sumber : Hasil analisis Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian IPB; k) perlakuan
kontrol.

Pertumbuhan Tanaman
Berdasarkan hasil pengamatan perlakuan 100% dosis NPK menghasilkan
tinggi tanaman yang paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lain. Namun
demikian, secara umum perlakuan dengan pengurangan 50% dosis NPK atau
penambahan jerami saja mampu menghasilkan tinggi tanaman yang tidak berbeda
dengan 100% dosis NPK hanya perlakuan jerami + 50% dosis NPK + POP + PH2

62.5
72.5
80.0
60.0
60.0
90.0
105.0
75.0
62.5
70.0
75.0
70.0
57.5

10

yang memiliki tinggi tanaman paling rendah dibandingkan dengan 100% dosis
NPK. Hal ini menunjukan bahwa pembenaman jerami mampu meningkatkan
kandungan unsur hara N yang mendukung pertumbuhan tanaman yang sama
dengan penambahan 100% dosis pupuk NPK. Hasil pengamatan pada jumlah
anakan menunjukan bahwa pembenaman jerami ditambah 100% dosis NPK dan
pembenaman jerami ditambah 50% dosis NPK memiliki jumlah anakan paling
banyak dibandingkan dengan perlakuan 100% dosis NPK. Perlakuan tanpa
pemupukan menunjukan tinggi tanaman dan jumlah anakan yang berbeda nyata
lebih rendah dibandingkan perlakuan lain. Hasil pengamatan tinggi tanaman,
jumlah anakan dan bagan warna daun disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Hasil pengamatan tinggi tanaman, jumlah anakan dan bagan warna daun

Perlakuan
Jerami + 50% dosis NPK
Jerami + 50% dosis NPK + POP + POC
Jerami + 50% dosis NPK + POP
Jerami + 50% dosis NPK + POP + PH1
Jerami + 50% dosis NPK + PH2
Jerami + 50% dosis NPK + PH3
Jerami + 50% dosis NPK + PH 1
Jerami + 50% dosis NPK + POP + PH2
Jerami + 100% dosis NPK
Tanpa jerami + 100% dosis NPKk)
Jerami + 50% dosis NPK + POP + PH3
Tanpa jerami + 50% dosis NPK
Tanpa Pemupukan

8 MST (Minggu Setelah Tanam)
Bagan
Jumlah
Tinggi tanaman
warna
anakan
(cm)
daun
97.97a
24.73a
4.08a
99.63a
23.66a
4.05a
100.55a
23.46a
4.00a
97.88a
23.83a
4.03a
101.05a
22.63a
4.03a
99.14a
22.13a
4.03a
100.55a
22.36a
4.03a
96.06b
22.80a
4.03a
101.29a
24.86a
4.08a
102.29a
23.73a
4.08a
99.49a
22.23a
4.05a
101.04a
20.96a
4.05a
3.73b
92.94b
19.63b

a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji t-dunnet); k) perlakuan kontrol
Biomassa Tanaman
Pengamatan biomassa tanaman dilakukan dengan mengambil dua tanaman
dalam petak selain tanaman contoh. Pengamatan terhadap panjang akar
menunjukan pembenaman jerami dengan penambahan 50% dosis NPK memiliki
panjang akar sekitar 16.60-24.45 cm sedangkan perlakuan 100% dosis NPK
memiliki panjang akar sebesar 22.65. pengamatan pada volume akar menunjukan
bahwa perlakuan pembenaman jerami ditambah dengan 50% dosis NPK dan
pupuk hayati menghasilkan volume akar terbesar dibandingkan dengan perlakuan
100% dosis NPK. Pengamatan nisbah tajuk/akar secara umum menunjukan
pembenaman jerami ditambah 50% dosis NPK, pupuk organik baik padat maupun
cair dan pupuk hayati menghasilkan nisbah tajuk/akar lebih tinggi dibandingkan
100% dosis NPK. Tingginya nilai nisbah tajuk/akar disebabkan karena
terbatasnya perkembangan perakaran. Secara umum pengurangan 50% dosis NPK
dengan pembenaman jerami, penambahan pupuk organik baik padat maupun cair

11

dan pupuk hayati mampu menghasilkan panjang akar, volume akar dan nisbah
tajuk/akar yang tidak berbeda dengan 100% dosis NPK. Hal ini menunjukan
bahwa penambahan jerami, pupuk organik dan pupuk hayati mampu mencukupi
kebutuhan unsur hara N dan P yang mendukung biomassa tanaman. Hasil
pengamatan panjang akar, volume akar dan nisbah tajuk/akar disajikan pada Tabel
5.
Tabel 5 Hasil pengamatan panjang akar, volume akar, dan nisbah tajuk/akar
Perlakuan
Jerami + 50% dosis NPK
Jerami + 50% dosis NPK + POP + POC
Jerami + 50% dosis NPK + POP
Jerami + 50% dosis NPK + POP + PH1
Jerami + 50% dosis NPK + PH2
Jerami + 50% dosis NPK + PH3
Jerami + 50% dosis NPK + PH 1
Jerami + 50% dosis NPK + POP + PH2
Jerami + 100% dosis NPK
Tanpa jerami + 100% dosis NPKk)
Jerami + 50% dosis NPK + POP + PH3
Tanpa jerami + 50% dosis NPK
Tanpa pemupukan

8 MST (Minggu Setelah Tanam)
Panjang akar
Volume akar
Nisbah
(cm)
(ml)
tajuk/akar
16.60a
56.67a
7.58a
20.95a
68.33a
5.54a
23.25a
65.00a
5.78a
23.15a
56.67a
4.64a
24.50a
88.33a
4.15a
22.80a
58.33a
6.32a
20.35a
65.00a
6.23a
24.45a
70.00a
4.48a
21.72a
61.67a
5.48a
22.65a
70.00a
5.06a
22.82a
70.00a
5.51a
22.80a
68.33a
4.91a
29.90a
73.33a
4.15a

a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji t-dunnet); k) perlakuan kontrol
Komponen Hasil dan Hasil Panen
Perlakuan pembenaman jerami dengan 50% dosis NPK saja atau ditambah
pupuk organik baik padat atau cair dan pupuk hayati menghasilkan jumlah anakan
produktif sebesar 13.13-16.00 sedangkan pada pertumbuhan vegetatif menunjukan
jumlah anakan sebesar 22.13-24.86. Hal ini menunjukan sekitar 60% dari jumlah
anakan yang berkembang menjadi anakan produktif. Hasil pengamatan pada
jumalah gabah per malai menunjukan perlakuan pembenaman jerami dengan 50%
dosis NPK saja atau ditambah dengan POP dan POC menghasilkan jumlah gabah
per malai lebih banyak dibandingkan 100% dosis NPK. Pengamatan bobot 1 000
butir menunjukan bahwa keseluruhan perlakuan memiliki bobot 1 000 yang lebih
besar dibandingkan dengan 100% dosis NPK. Perlakuan pembenaman jerami
dengan 50% dosis NPK ditambah dengan POP, PH2 dan PH3 menghasilkan
persentase gabah hampa yang lebih tinggi dibandingkan dengan 100% dosis NPK.
Perlakuan 100% dosis NPK memiliki persentase gabah hampa sebesar 5.86 %.
Hasil pengamatan komponen hasil menunjukan bahwa penambahan 50% dosis
pupuk NPK ditambah jerami saja, ataupun pengurangan 50% dosis pupuk NPK
dengan pembenaman jerami dan penambahan pupuk organik dan pupuk hayati
mampu menghasilkan jumlah anakan produktif, jumlah gabah per malai, bobot
1 000 butir dan persentase gabah hampa yang tidak berbeda dengan perlakuan
kontrol (100% dosis NPK). Secara rinci hasil pengamatan jumlah anakan
produktif, jumlah gabah per malai, bobot 1000 butir dan persentase gabah hampa
disajikan pada Tabel 6.

12

Tabel 6 Pengamatan jumlah anakan produktif, jumlah gabah per malai, bobot
1 000 butir dan persentase gabah hampa

Perlakuan

Jerami + 50% dosis pupuk NPK
Jerami + 50% dosis NPK + POP +POC
Jerami + 50% dosis NPK + POP
Jerami + 50% dosis NPK + POP + PH1
Jerami + 50% dosis NPK +PH2
Jerami + 50% dosis NPK + PH3
Jerami + 50% dosis NPK + PH 1
Jerami + 50% dosis NPK + POP + PH2
Jerami + 100% dosis NPK
Tanpa jerami + 100% dosis NPKk)
Jerami + 50% dosis NPK + POP + PH3
Tanpa jerami + 50% dosis NPK
Tanpa pemupukan

Jumlah
anakan
Produktif
15.30a
13.07a
13.20a
13.50a
14.40a
14.37a
13.13a
14.33a
16.00a
14.53a
14.77a
13.87a
13.23a

Komponen hasil
Bobot
Jumlah
1 000
gabah/malai
butir
(bulir)
(g)
156.27a
25.66a
153.27a
25.66a
153.47a
25.66a
146.43a
26.66a
147.77a
26.00a
145.30a
25.33a
135.50a
26.00a
140.53a
25.66a
128.47a
26.33a
148.23a
24.66a
137.67a
25.66a
123.00a
26.33a
134.83a
25.33a

Persentase
gabah
hampa
(%)
5.05a
4.25a
5.48a
4.06a
5.63a
6.28a
4.48a
3.48a
4.10a
5.86a
6.05a
4.33a
4.30a

a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji t-dunnet); k) perlakuan kontrol
Hasil pengamatan ubinan basah dan kering menunjukan bahwa perlakuan
50% dosis NPK saja, atau ditambah pembenaman jerami, pupuk organik baik
padat atau cair, dan 100% dosis NPK dengan pembenaman jerami menghasilkan
hasil ubinan basah dan kering lebih besar dibandingkan dengan perlakuan 100%
dosis NPK. Pengamatan terhadap dugaan hasil gabah ha-1 secara umum
menunjukan bahwa GKP dan GKG tidak dipengaruhi oleh penambahan 50%
dosis pupuk NPK saja, penambahan 50% dosis pupuk NPK ditambah jerami saja,
ataupun pengurangan 50% dosis pupuk NPK dengan pembenaman jerami dan
penambahan pupuk organik dan pupuk hayati namun demikian perlakuan tersebut
dapat meningkatkan hasil panen. Hasil pengamatan menunjukan bahwa perlakuan
jerami + 50% dosis pupuk NPK, jerami + 50% dosis NPK + POP + POC, jerami +
50% dosis NPK + POP + PH1, jerami + 100% dosis NPK, dan tanpa jerami +
50% dosis NPK mengalami peningkatan hasil gabah/ha bila dibandingkan dengan
kontrol (100% dosis NPK) yaitu berkisar antara 0.04 - 0.15%. Hasil pengamatan
ubinan basah dan kering, dugaan hasil gabah ha-1 dan peningkatan hasil gabah ha-1
secara rinci disajikan pada Tabel 7.

13

Tabel 7 Pengamatan hasil ubinan, dugaan hasil gabah ha-1 dan peningkatan
hasil gabah ha-1
Hasil Ubinan Hasil gabah ha-1
(ton)
(kg)
Perlakuan
Basah Kering GKP GKG
6.11a
5.25a 9.77a 8.40a
Jerami + 50% dosis pupuk NPK
5.25a 10.4a 8.40a
Jerami + 50% dosis NPK + POP +POC 6.52a
5.15a
4.33a 8.24a 6.92a
Jerami + 50% dosis NPK + POP
4.81a 9.23a 7.70a
Jerami + 50% dosis NPK + POP + PH1 5.77a
4.94a
4.05a 7.91a 6.48a
Jerami + 50% dosis NPK + PH2
5.28a
4.47a 8.44a 7.15a
Jerami + 50% dosis NPK + PH3
5.40a
4.50a 8.64a 7.20a
Jerami + 50% dosis NPK + PH 1
5.41a
4.52a 8.65a 7.23a
Jerami + 50% dosis NPK + POP + PH2
6.20a
5.05a 9.92a 8.08a
Jerami + 100% dosis NPK
k)
5.65a
4.65a 9.04a 7.43a
Tanpa jerami + 100% dosis NPK
4.38a 8.53a 7.01a
Jerami + 50% dosis NPK + POP + PH3 5.33a
6.33a
5.35a 10.1a 8.55a
Tanpa jerami + 50 % dosis NPK
5.21a
4.25a 8.33a 6.79a
Tanpa pemupukan

Peningkatan
Hasil
(%)
0.13
0.13
-0.07
0.04
-0.13
-0.04
-0.03
-0.03
0.09
0.00
-0.06
0.15
-0.09

a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji t-dunnet); k) perlakuan kontrol
Analisis Usaha Tani
Hasil analisis usaha tani menunjukan bahwa perlakuan jerami + 50% dosis
pupuk NPK, jerami + 50% dosis NPK + POP + POC, jerami + 100% dosis NPK,
dan tanpa jerami + 50% dosis NPK menghasilkan keuntungan dan B/C ratio yang
lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol (100% dosis pupuk NPK). Perlakuan
jerami + 50% dosis pupuk NPK, jerami + 50% dosis NPK + POP + POC, jerami +
100% dosis NPK, dan tanpa jerami + 50 % dosis NPK menghasilkan keuntungan
sebesar Rp 16 076 000 – Rp 18 230 000 sedangkan perlakuan kontrol (100% dosis
NPK) hanya sebesar Rp 14 146 000 . Berikut hasil analisis usaha tani dapat dilihat
pada Tabel 8.

14

Tabel 8 Hasil analisis usaha tani seluruh perlakuan
Perlakuan
Jerami + 50% dosis pupuk NPK
Jerami + 50% dosis NPK + POP + POC
Jerami + 50% dosis NPK + POP
Jerami + 50% dosis NPK + POP + PH1
Jerami + 50% dosis NPK + PH2
Jerami + 50% dosis NPK + PH3
Jerami + 50% dosis NPK + PH 1
Jerami + 50% dosis NPK + POP + PH2
Jerami + 100% dosis NPK
Tanpa jerami + 100% dosis NPKk)
Jerami + 50% dosis NPK + POP + PH3
Tanpa jerami + 50% dosis NPK
Tanpa pemupukan
k)
perlakuan kontrol

Pendapatan
(Rp)
26 880 000
26 880 000
22 144 000
24 640 000
20 736 000
22 880 000
23 040 000
23 136 000
25 856 000
23 776 000
22 432 000
27 360 000
21 728 000

Biaya
(Rp)
9 280 000
10 350 000
9 880 000
10 720 000
10 300 000
10 000 000
10 120 000
10 900 000
9 780 000
9 630 000
10 600 000
9 130 000
8 480 000

Keuntungan
(Rp)
17 600 000
16 530 000
12 264 000
13 920 000
10 436 000
12 880 000
12 920 000
12 236 000
16 076 000
14 146 000
11 832 000
18 230 000
13 248 000

B/C ratio
1.90
1.60
1.24
1.30
1.01
1.29
1.28
1.12
1.64
1.47
1.12
2.00
1.56

Pembahasan
Analisis tanah yang dilakukan setelah panen menunjukan bahwa terjadi
kenaikan kandungan C-organik dan N total dalam tanah pada setiap perlakuan.
Hal ini menunjukan bahwa aplikasi jerami dan pupuk organik mampu
meningkatkan ketersediaan kandungan C-organik dan N tanah. Peningkatan N
tanah disebabkan oleh proses dekomposisi jerami yang cukup lama
mengakibatkan pelepasan unsur nitrogen ke larutan tanah berlangsung lama.
Eagle et al (2000) menyatakan setelah tahun kedua efek residu jerami telah
terlihat karena telah terjadi mineralisasi unsur N. Lebih lanjut Sugiyanta (2007)
menyatakan mineralisasi jerami pada musim tanam ketiga sudah terlihat mampu
menekan pengaruh imobilisasi N yang ditandai dengan meningkatnya
ketersediaan unsur hara N. Hasil pengamatan terhadap kandungan P dan K tanah
menunjukan adanya penurunan kandungan P dan K tanah setelah percobaan.
Penurunan kandungan P diduga karena adanya imobilisasi unsur P. Sinha (1971)
menyatakan bahwa residu jerami yang dibenamkan ke dalam tanah berupa humus
dan asam fosfo fulfat. Asam fosfo fulfat inilah yang berperan dalam imobilisasi
unsur P. Penurunan kalium pada percobaan ini diduga karena adanya kehilangan
kalium karena terangkut oleh tanaman. Namun demikian, perlakuan pembenaman
jerami dengan 50% dosis NPK ditambah PH1 menunjukan adanya peningkatan K
tanah. Hal ini menunjukan bahwa dekomposisi jerami mendorong peningkatan
kandungan K tanah. Ponnamperuma (1984) menyatakan pembenaman jerami ke
lahan akan meningkatkan ketersediaan K tanah karena K jerami larut dalam air
dan segera tersedia bagi tanaman.
Hasil pengamatan pertumbuhan tanaman yang terdiri dari pengamatan
tinggi tanaman, jumlah anakan dan bagan warna daun secara umum menunjukan
hasil yang tidak berbeda dengan perlakuan kontrol (100% dosis NPK) hanya
perlakuan pembenaman jerami dengan 50% dosis NPK ditambah POP dan PH2
yang memiliki tinggi tanaman lebih rendah dibandingkan 100% NPK. Menurut
Cho dan Kobata (2002), jerami padi merupakan sumber bahan organik utama

15

yang dapat mengikat N pupuk selama dekomposisi dan melepas kembali secara
perlahan. Jerami padi juga mengandung sekitar 0.6% N, 0.1% P dan S, 1% K, 5%
Si, dan 40% C yang dapat memasok unsur hara tanaman. Nitrogen merupakan
pendukung dari pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman dan jumlah anakan) dan
meningkatkan luas daun. Hal ini menunjukan bahwa penambahan jerami dan
pupuk organik mampu mensubtitusi sebagian kebutuhan hara N tanaman yang
mendorong pertumbuhan tanaman sehingga tidak berbeda dengan kontrol yang
menggunakan 100% dosis pupuk NPK.
Hasil pengamatan menunjukan pembenaman jerami, aplikasi pupuk
organik dan pupuk hayati dengan pengurangan 50% dosis NPK menghasilkan
biomassa tanaman yang tidak berbeda terhadap perlakuan kontrol (100% dosis
NPK). Menurut Doberman dan Fairhust (2000) biomassa tanaman sangat
ditentukan oleh kecukupan hara N dan P. Suhartatik dan Sismiyati (1999)
menyatakan bahan organik dapat menyediakan beberapa unsur hara dan
meningkatkan efisiensi pemupukan P. Selain itu, pupuk hayati yang digunakan
dalam percobaan ini mengandung beberapa bakteri yang bermanfaat bagi tanaman
seperti Azotobacter, Azospirillum, Rhizobium, Bacillus dan Pseudomonas.
Menurut Fadiluddin (2009) mikroba tanah sangat penting untuk membantu proses
mineralisasi bahan organik dan membantu tanaman dalam penyerapan unsur hara.
Azotobacter, Azospirillum, Rhizobium, Bacillus berfungsi sebagai pengikat
nitrogen dan Pseudomonas dapat melarutkan fosfat dan kalium.
Pembenaman jerami, aplikasi pupuk organik dan pupuk hayati dengan
pengurangan 50% dosis NPK menghasilkan jumlah anakan produktif, jumlah
gabah/malai, bobot 1000 butir dan persentase gabah hampa yang tidak berbeda
terhadap perlakuan kontrol (100% dosis pupuk NPK). Penggunaan jerami, pupuk
organik dan pupuk hayati sangat berperan dalam mensuplai hara N, P, dan K bagi
tanaman. Menurut Adiningsih (1988) pemberian bahan organik kedalam tanah,
kecuali dapat memperlambat pemiskinan hara juga dapat meningkatkan
kandungan C-organik, KTK, stabilitas agregat tanah dan translokasi unsur hara N
dan P dari jaringan batang ke dalam gabah sehingga dapat meningkatkan kualitas
hasil tanaman. Sugiyanta et al (2008) menambahkan aplikasi jerami ditambah
setengah dosis pupuk anorganik memiliki serapan P lebih tinggi dibandingkan
pupuk anorganik dosis rekomendasi. Hasil penelitian Adiningsih (1984)
pembenaman jerami 5 ton/ha per musim selama empat musim pada tanah sawah
kahat K dapat mensubtitusi keperluan pupuk K dan memperbaiki kesuburan tanah
sehingga dapat meningkatkan hasil panen.
Hasil analisis terhadap dugaan hasil gabah/ha menunjukan bahwa
pembenaman jerami, aplikasi pupuk organik dan pupuk hayati dengan
pengurangan 50% dosis NPK menunjukan hasil gabah/ha yang tidak berbeda
dengan perlakuan kontrol (100% dosis NPK). Yunizar (2005) menyatakan bahwa
pemakaian jerami padi memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan,
komponen hasil dan hasil gabah padi sawah. Hastuti et al (2008) menyatakan
pemakaian setengah takaran rekomendasi pupuk kimia dengan sisa jerami yang
disemprot M-dec dan diberi pupuk hayati Bionutrient dan Biophos tidak berbeda
nyata dengan pemberian pupuk kimia takaran rekomendasi dalam meningkatkan
KTK tanah dan hasil gabah kering giling.
Hasil analisis usaha tani menunjukan perlakuan jerami + 50% dosis pupuk
NPK, jerami + 50% dosis NPK + POP +POC, jerami + 50% dosis NPK + POP +

16

PH1, jerami + 100% dosis NPK, dan tanpa jerami + 50 % dosis NPK memiliki
nilai B/C ratio dan keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan kontrol
(100% dosis NPK). Hal ini menunjukan bahwa pembenaman jerami, aplikasi
pupuk organik dan pupuk hayati dengan pengurangan 50% dosis NPK lebih layak
secara ekonomi untuk diterapkan dibandingkan kontrol (100% dosis NPK tanpa
jerami).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Pembenaman jerami selama enam musim tanam dengan pengurangan 50%
dosis NPK menghasilkan pertumbuhan tanaman, biomassa tanaman, komponen
hasil dan hasil gabah/ha yang tidak berbeda dengan 100% dosis pupuk NPK tanpa
pembenaman jerami. Pembenaman jerami dan aplikasi pupuk organik dengan
pengurangan 50% dosis NPK memberikan keuntungan dan B/C ratio yang lebih
besar dibandingkan dengan kontrol (100% dosis NPK tanpa jerami).

Saran
Perlu dilakukan penelitian dalam waktu yang lebih lama untuk mengamati
peningkatan ketersediaan unsur hara dan peningkatan hasil padi sawah pada
perlakuan penambahan jerami baik dengan maupun tanpa pupuk inorganik.

DAFTAR PUSTAKA
Agung T, Rahayu A Y. 2004. Analisis efisiensi serapan unsur N, pertumbuhan,
dan hasil beberapa kultivar kedelai unggul baru dengan cekaman
kekeringan dan pemberian pupuk hayati. J Agrisains. 6(2):70-74.
Adiningsih JS. 1988. Peranan limbah pertanian khususnya jerami dalam
pemupukan berimbang. Pertemuan Teknis Penelitian Tanah; 1986 Maret
18-20; Cipayung, Indonesia. Bogor (ID): Pusat Penelitian Tanah. hlm 203215.
Adiningsih S. 1984. Pengaruh beberapa faktor terhadap penyediaan kalium tanah
sawah daerah Sukabumi dan Bogor [tesis]. Bogor (ID):Institut Pertanian
Bogor.

17

[BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2013. Analisis Sifat dan
Curah Hujan bulan Februari 2013 [Internet]. [diunduh 2013 Sep 14].
Tersedia pada:http://www.depok.go.id/berkas-unggah/2013/4/prak-jabarapril-2013-8.pdf.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Produksi Padi Sawah Nasional [Internet].
[diunduh 2013 Sep 12]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id.
[BPPT] Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2009. Deskripsi varietas
padi [Internet]. [diunduh 2013 Sep 12]. Tersedia pada:
http://pustaka.litbang.deptan.go.id/bppi/lengkap/bpp09001.pdf.
Doberman A, Fairhurst T. 2000. Rice nutrient disorders and nutrient
management. Canada: Oxford Geographic Printers Pte Ltd.
Eagle AJ, Bird JA, Horwath WR, Linguist BA, Brouder SM, Hill JE, Kessel VC.
2000. Rice yield and nitrogen utilization efficiency under alternative straw
management practices. J.agron 92:1096-1103.
Fadilludin M. 2009. Efektifitas formula pupuk hayati dalam memacu serapan
hara, produksi, kualitas hasil jagung dan padi gogo di lapang [tesis]. Bogor
(ID):Institut Pertanian Bogor.
Hartatik W, Setyorini D. 2008. Pengaruh pupuk organik terhadap sifat kimia tanah
dan produksi tanaman padi sawah organik. Seminar Nasional dan Dialog
Sumberdaya Lahan Pertanian. 2008 Nov 18-20; Bogor, Indonesia. Bogor
(ID): Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan
Pertanian. hlm 21-38.
Hastuti RD, Sarasawati R, Purwani J, Trini SK. 2008. Aplikasi pupuk hayati dan
dekomposer pada padi sawah. Seminar Nasional dan Dialog Sumberdaya
Lahan Pertanian. 2008 Nov 18-20; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. hlm
491-504.
Hardjowigeno S. 2007. Ilmu Tanah. Cetakan ke-6. Jakarta (ID): Akademika
Pressindo.
Indriyati LT. 2006. Aplikasi jerami padi dan urea serta hubunganya dengan
serapan nitrogen dan pertumbuhan tanaman padi [disertasi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Mattjik AA, Sumertajaya MI. 2006. Perancangan Percobaan dengan aplikasi
SAS dan Minitab. Bogor (ID): IPB Pr.
[KEMENTAN] Kementerian Pertanian. 2009. Peraturan Menteri Pertanian
Republik Indonesia tentang Pupuk Organik, Pupuk Hayati dan Pembenah
Tanah. No 28/Permentan/SR.130/5/2009. Jakarta (ID): KEMENTAN.
Ponnamperuma FN. 1984. Straw as source of nutrient for wetland rice. In:
Organic matter and rice. IRRI. Los Banos (PH).
Sinha MK. 1971. Effect of straw application on yield and phosphorus nutrition of
crops. Plant and Soil 43(1-3):5