Tanggap Dua Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Terhadap Aplikasi Pupuk Organik Dan Pupuk Hayati

TANGGAP DUA VARIETAS PADI SAWAH (Oryza sativa L.)
TERHADAP APLIKASI PUPUK ORGANIK DAN PUPUK
HAYATI

METI DWI LESTARI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Tanggap Dua Varietas
Padi Sawah (Oryza sativa L.) terhadap Aplikasi Pupuk Organik dan Pupuk Hayati
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2016
Meti Dwi Lestari
NIM A24100062

ABSTRAK
METI DWI LESTARI. Tanggap Dua Varietas Padi Sawah (Oryza sativa L.)
terhadap Aplikasi Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Dibimbing oleh
SUGIYANTA.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pertumbuhan, hasil, dan mutu
hasil padi varietas Ciherang dan Mentik Wangi dengan aplikasi pupuk organik
dan pupuk hayati. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2013–Mei
2014 di lahan petani di Desa Karawang Wetan, Kecamatan Karawang Timur,
Kabupaten Karawang. Penelitian disusun dalam rancangan acak kelompok (RAK)
petak terbagi dengan 3 ulangan. Petak utama adalah perlakuan pemupukan, anak
petak adalah varietas padi (Ciherang dan Mentik Wangi). Faktor pemupukan
terdiri atas 13 taraf yaitu: 0 ton ha-1, 2 ton ha-1, 4 ton ha-1, 6 ton ha-1, 8 ton ha-1, 10
ton ha-1 pupuk organik padat, 0 ton ha-1 pupuk organik padat + 6 L ha-1 pupuk
hayati, 2 ton ha-1 pupuk organik padat + 6 L ha-1 pupuk hayati, 4 ton ha-1 pupuk

organik padat + 6 L ha-1 pupuk hayati, 6 ton ha-1 pupuk organik padat + 6 L ha-1
pupuk hayati, 8 ton ha-1 pupuk organik padat + 6 L ha-1 pupuk hayati, 10 ton ha-1
pupuk organik padat + 6 L ha-1 pupuk hayati, 100% dosis NPK. Perlakuan pupuk
organik dan atau pupuk hayati menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman,
komponen hasil, dan hasil tanaman yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan
100% dosis NPK. Aplikasi pupuk organik saja dan pupuk organik dengan pupuk
hayati pada varietas Ciherang dapat menurunkan hasil gabah sebesar 3.84–
42.89%. Varietas Mentik Wangi yang mendapat perlakuan 10 ton ha-1 POP, 0 dan
2 ton ha-1 POP + PH dapat meningkatkan hasil gabah sebesar 0.12–6.58%. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa secara umum varietas Ciherang menghasilkan
pertumbuhan tanaman dan hasil ha-1 yang lebih tinggi dibandingkan varietas
Mentik Wangi, namun tidak ada pengaruh interaksi antara varietas padi dengan
pemupukan.
Kata kunci: Ciherang, hasil, Mentik Wangi, pertumbuhan, pupuk hayati

ABSTRACT
METI DWI LESTARI. Response of Two Rice (Oryza sativa L.) Varieties to Soil
Organic Fertilizer and Biofertilizer application. Supervised by SUGIYANTA.
This research was aimed to study the growth, yield, and quality of Ciherang
and Mentik Wangi varieties with application of soil organic fertilizer and

biofertilizer. The research was conducted at rice field in Karawang, West Java
from November 2013 to Mei 2014. The research was arranged in split plot
randomized block design with 3 replications. The main plot was fertilization
consisted of 13 treatment, i.e.: 0 ton ha-1, 2 ton ha-1, 4 ton ha-1, 6 ton ha-1, 8 ton ha1
, 10 ton ha-1 solid organic fertilizer, 0 ton ha-1 solid organic fertilizer + 6 L ha-1
biofertilizer, 2 ton ha-1 solid organic fertilizer + 6 L ha-1 biofertilizer, 4 ton ha-1
solid organic fertilizer + 6 L ha-1 biofertilizer, 6 ton ha-1 solid organic fertilizer + 6
L ha-1 biofertilizer, 8 ton ha-1 solid organic fertilizer + 6 L ha-1 biofertilizer, 10 ton

ha-1 solid organic fertilizer + 6 L ha-1 biofertilizer, 100% rate NPK, while the sub
plot was rice varieties (Ciherang and Mentik Wangi). The treatment of only
organic fertilizer and organic fertilizer combine with biofertilizer show that plant
growth, yield component, and result ha-1 that is not significantly different with
100% dose of NPK. Application with only organic fertilizer and organic fertilizer
combine with biofertilizer on Ciherang varieties can reduce grain yield up to
3.84–42.89%. Mentik Wangi varieties that receive treatment of 10 ton ha-1 POP, 0
and 2 ton ha-1 POP + PH can increase grain yield up to 0.12–6.58%. The results
showed that Ciherang variety were higher on plant growth and results ha-1 than
Mentik Wangi variety, however there is no interaction effect between varieties
and fertilization.

Keywords: biofertilizer, Ciherang, growth, Mentik Wangi, yield

TANGGAP DUA VARIETAS PADI SAWAH (Oryza sativa L.)
TERHADAP APLIKASI PUPUK ORGANIK DAN PUPUK
HAYATI

METI DWI LESTARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016


PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah subhanahu wa ta’ala yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil
diselesaikan. Penelitian ini berjudul Tanggap Dua Varietas Padi Sawah (Oryza
sativa L.) terhadap Aplikasi Pupuk Organik dan Pupuk Hayati.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Sugiyanta, MSi selaku
pembimbing yang telah banyak memberi saran. Terima kasih kepada Dr. Ir. Ni
Made Armini Wiendi, MSc selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan,
nasihat, serta kesabarannya. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada
Bapak Dadang Gumelar, Ibu Landep, kakak Dian Lestari, Reza Tamara Putra,
seluruh keluarga, serta semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu
atas segala doa dan kasih sayangnya. Rekan-rekan Agronomi dan Hortikultura
angkatan 47 atas kekeluargaan, kebersamaan, dan ilmunya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor,

Maret 2016

Meti Dwi Lestari


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Varietas Unggul Padi
Pupuk Organik
Pupuk Hayati
Pemupukan Padi Sawah
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Bahan dan Alat
Metode Penelitian
Pelaksanaan Penelitian
Pengamatan
Analisis Data

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan
SIMPULAN
Simpulan
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vi
vi
vi
1
1
2
2
2
3
3
4

4
4
4
5
5
6
7
8
8
19
21
21
21
24
29

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.


Skor suhu gelatinisasi pada beras
Panjang beras dan bentuk beras
Rekapitulasi sidik ragam pengaruh varietas dan pemupukan terhadap
tinggi tanaman padi sawah
4. Hasil analisis pH, C-Organik, N-total, P tersedia, K-total
5. Pengaruh varietas dan pemupukan terhadap tinggi tanaman padi sawah
6. Pengaruh varietas dan pemupukan terhadap warna daun tanaman padi
sawah
7. Pengaruh varietas dan pemupukan terhadap biomassa tanaman
8. Pengaruh varietas dan pemupukan terhadap panjang malai, jumlah
gabah per malai, bobot 1000 butir, dan indeks panen
9. Pengaruh varietas dan pemupukan terhadap hasil tanaman padi sawah
10. Pengaruh varietas dan pemupukan terhadap peningkatan hasil tanaman
padi sawah
11. Pengaruh varietas dan pemupukan terhadap karakter fisikokimia

7
7
8

10
11
13
15
16
17
18
19

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.

Curah hujan rata-rata bulan November 2013 hingga April 2014 di
Kabupaten Karawang
Pengaruh varietas terhadap jumlah anakan pada saat tanaman berumur 8
MST dan jumlah anakan produktif padi sawah
Pengaruh perlakuan pemupukan terhadap jumlah anakan pada saat
tanaman berumur 8 MST dan jumlah anakan produktif padi sawah


9
12
13

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Denah percobaan di lapangan
Deskripsi karakteristik varietas Ciherang
Deskripsi padi varietas Mentik Wangi
Data curah hujan bulan November 2013 hingga April 2014
Hasil analisis pupuk organik padat (POP)
Kandungan dan komposisi pupuk hayati

24
25
26
27
27
28

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Padi (Oryza sativa L.) merupakan komoditas pangan yang dikonsumsi oleh
hampir seluruh penduduk di Indonesia, tingkat konsumsi kalori padi per kapita
pada tahun 2013 mencapai 869.36 kkal (BPS 2015). Produksi padi Indonesia
masih tergolong rendah, sementara permintaan beras semakin meningkat dari
tahun ke tahun seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Produksi padi tahun
2014 sebesar 69.87 juta ton Gabah Kering Giling (GKG) atau mengalami
penurunan sebesar 1.41 juta ton (1.98%) dibandingkan tahun 2013. Penurunan
produksi diperkirakan terjadi karena penurunan luas panen seluas 265.31 ribu
hektar (1.92%) dan produktivitas sebesar 0.03 kuintal ha-1 (0.06%) (BPS 2015).
Tanaman padi membutuhkan hara makro maupun hara mikro dalam jumlah yang
cukup untuk dapat tumbuh dan berproduksi tinggi. Unsur hara makro yang sangat
mempengaruhi produksi tanaman padi yaitu, unsur N, P, dan K. Dosis pemupukan
disesuaikan dengan dosis anjuran setempat, karena dosis tersebut telah
disesuaikan dengan sifat varietas padi yang akan ditanam dan lingkungannya.
Pupuk anorganik dosis rekomendasi yaitu 250 kg urea/ha, 100 kg SP-36/ha, dan
100 kg KCl/ha. Aplikasi pupuk anorganik yang melebihi dosis tanpa
pengembalian bahan organik ke lahan menyebabkan ketidakseimbangan hara
tanah dan pencemaran lingkungan.
Penggunaan pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi
pertanian baik kualitas maupun kuantitas dan meningkatkan kualitas lahan secara
berkelanjutan bila dibandingkan dengan aplikasi pupuk kimia. Penggunaan pupuk
organik merupakan komponen utama dari pertanian organik (Berner et al. 2008).
Pupuk organik dapat memberikan nutrisi penting bagi tanaman dan dapat
meningkatkan produktivitas tanaman, tetapi penggunaan pupuk organik dapat
meninggalkan efek residu di dalam tanah yang dapat menguntungkan tanaman
(Ghosh et al. 2004). Berbagai jenis bahan organik seperti pupuk kandang, limbah
lumpur dan sisa tanaman yang diaplikasikan ke dalam tanah berfungsi untuk
memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Debosz et al. 2002). Selain itu
tanah yang kecukupan bahan organik mempunyai kemampuan yang tinggi untuk
menahan air dan hara sehingga tidak mudah hilang melalui proses pencucian dan
penguapan, serta mempunyai kemampuan mengikat air lebih besar daripada tanah
yang mengandung bahan organik rendah (Tombe dan Sipayung 2010).
Pupuk hayati merupakan pupuk yang mengandung mikroorganisme tertentu
dalam bentuk terkonsentrasi, yang berasal baik dari akar tanaman atau dari tanah
zona akar (Chen 2006). Selain itu pupuk hayati dapat didefinisikan sebagai zat
yang berisi mikroorganisme hidup yang terkumpul di rhizosfer, atau bagian dalam
dari tanaman yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman apabila
diaplikasikan pada benih, permukaan tanaman, atau tanah (Muraleedharan et al.
2010). Penambahan pupuk hayati berfungsi untuk meningkatkan keanekaragaman
mikroorganisme yang menguntungkan khususnya mikroba penambat nitrogen,
pelarut fosfat, dan penghasil fitohormon (Tombe dan Sipayung 2010).
Menurut Sugiyanta et al. (2008) adanya tipe Varietas Unggul Baru (VUB)
dan Varietas Unggul Lokal (VUL), perbedaan kondisi hara pada tanah sawah

2
yang diberi pupuk organik dan anorganik menimbulkan dugaan bahwa terdapat
perbedaan serapan hara dan hasil tanaman, baik karena respon varietas terhadap
pemupukan maupun jenis pupuk. Varietas Ciherang merupakan salah satu VUB
yang tanggap terhadap pemupukan serta penggunaannya telah meluas di
masyarakat. Varietas ini memiliki potensi hasil yang cukup tinggi (8.5 ton ha-1
gabah kering giling/GKG) dengan rata-rata hasil 6.0 ton ha-1 GKG. Varietas
Mentik Wangi memiliki aroma menyerupai pandan dan bertekstur pulen.Varietas
ini memiliki potensi hasil yang cukup tinggi (7 ton ha-1 gabah kering giling/GKG)
dengan rata-rata hasil 5.0 ton ha-1 GKG. Kedua tipe varietas tersebut memiliki
karakter morfologi, agronomi, fisiologi, dan fisikokimia yang berbeda satu dengan
yang lainnya. Karakter morfologi, agronomi, fisiologi, dan fisikokimia suatu
tanaman dapat menggambarkan produktivitasnya, serta untuk mengetahui
hubungannya dengan potensi hasil. Penggunaan pupuk organik padat dan atau
pupuk hayati, diduga juga dapat meningkatkan keseimbangan dan ketersediaan
hara akibat pengembalian bahan organik ke dalam tanah. Namun, masa transisi
dari budidaya konvensional terhadap budidaya organik diduga dapat menurunkan
hasil karena ketersediaan hara yang berkurang. Oleh karena itu, diperlukan
penelitian yang dapat memberikan informasi mengenai aplikasi penggunaan
pupuk organik padat dan atau pupuk hayati untuk meningkatkan keseimbangan
dan ketersediaan hara bagi tanaman padi sawah, serta mempelajari tanggap
varietas padi terhadap tingkat ketersediaan hara, pertumbuhan, hasil, dan mutu
tanaman padi sawah.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pertumbuhan, hasil, dan mutu
padi varietas Ciherang dan Mentik Wangi dengan aplikasi pupuk organik dan
pupuk hayati.

TINJAUAN PUSTAKA
Varietas Unggul Padi
Varietas unggul merupakan salah satu teknologi yang berperan penting
dalam peningkatan kuantitas dan kualitas produk pertanian. Hal ini terkait dengan
sifat-sifat yang dimiliki oleh varietas unggul padi, antara lain berdaya hasil tinggi,
tahan terhadap hama dan penyakit utama, umur genjah sehingga sesuai
dikembangkan dalam pola tanam tertentu. Varietas Unggul Baru (VUB)
merupakan kelompok tanaman padi yang memiliki karakteristik umur kisaran
100–135 hari setelah sebar (HSS), anakan banyak (> 20 anakan), dan bermalai
agak lebat (±150 butir gabah per malai). Beberapa VUB yang banyak ditanam di
Indonesia adalah IR64, Ciherang, Cibogo, Cigeulis, dan Ciliwung. Varietas
Ciherang merupakan VUB yang memiliki karakteristik umur kisaran 116–125
hari setelah sebar (HSS), tinggi tanaman sekitar 107–115 cm, dan jumlah anakan
produktif sekitar 14–17 anakan (Suprihatno et al. 2010).

3
Varietas Unggul Lokal (VUL) padi telah berabad-abad dibudidayakan
secara turun-temurun oleh sekelompok masyarakat pada agroekosistem spesifik,
sehingga VUL masing-masing memiliki sifat tahan atau toleran terhadap cekaman
biotik maupun abiotik yang terjadi pada agroekosistem spesifik terkait. Dari hasil
penelitian plasma nutfah varietas unggul lokal Indonesia telah teridentifikasi
bahwa VUL memiliki ketahanan terhadap hama ganjur, bakteri hawar daun,
hawar daun jingga, blas daun, blas leher, daun bergaris putih, wereng batang
coklat, tungro, kekeringan, keracunan Alumunium (Al), keracunan Besi (Fe),
salinitas, suhu rendah, dan naungan (Sitaresmi et al. 2013). Varietas Mentik
Wangi merupakan VUL yang memiliki karakteristik umur kisaran 97 hari setelah
tanam (HST), tinggi tanaman sekitar 114 cm, dan jumlah anakan produktif sekitar
14 anakan.

Pupuk Organik
Penggunaan pupuk organik merupakan komponen utama dari pertanian
organik (Berner et al. 2008). Pupuk organik dapat memberikan nutrisi penting
bagi tanaman dan dapat meningkatkan produktivitas tanaman, tetapi penggunaan
pupuk organik dapat meninggalkan efek residu di dalam tanah yang dapat
menguntungkan tanaman (Ghosh et al. 2004). Berbagai jenis bahan organik
seperti pupuk kandang, limbah lumpur dan sisa tanaman yang diaplikasikan ke
dalam tanah berfungsi untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah
(Debosz et al. 2002). Selain itu tanah yang kecukupan bahan organik mempunyai
kemampuan yang tinggi untuk menahan air dan hara sehingga tidak mudah hilang
melalui proses pencucian dan penguapan, serta mempunyai kemampuan mengikat
air lebih besar daripada tanah yang mengandung bahan organik rendah. Proses
pencucian hara sangat sulit untuk dikendalikan apabila kandungan bahan organik
kurang dari 2.5%. Pada kandungan bahan organik kurang dari 2% akan
mengganggu pembentukan enzim dalam tanah yang sangat dibutuhkan dalam
proses biokimia, karena kandungan unsur mikro sangat rendah. Penurunan bahan
organik dari 3% menjadi 2% akan menurunkan kemampuan tanah dalam
menyimpan unsur nitrogen sebanyak 900 kg/ha. Penambahan bahan organik dapat
dilakukan dengan memanfaatkan kotoran hewan, bahan tanaman atau bahan
organik lainnya (Tombe dan Sipayung 2010).

Pupuk Hayati
Pupuk hayati merupakan pupuk yang mengandung mikroorganisme tertentu
dalam bentuk terkonsentrasi, yang berasal baik dari akar tanaman atau dari tanah
zona akar (Chen 2006). Selain itu pupuk hayati dapat didefinisikan sebagai zat
yang berisi mikroorganisme hidup yang terkumpul di rhizosfer, atau bagian dalam
dari tanaman yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman apabila
diaplikasikan pada benih, permukaan tanaman, atau tanah (Muraleedharan et al.
2010). Penambahan pupuk hayati berfungsi untuk meningkatkan keanekaragaman
mikroorganisme yang menguntungkan khususnya mikroba penambat nitrogen,
pelarut fosfat, dan penghasil fitohormon (Tombe dan Sipayung 2010).

4
Azotobacter merupakan jenis bakteri yang mampu menyediakan fosfat dan
nitrogen bagi tanaman. Azotobacter tidak hanya hidup pada permukaan akar tetapi
sebagian besar juga dapat menembus ke dalam jaringan akar. Azospirillum
merupakan jenis bakteri penambat nitrogen yang berasosiasi dengan perakaran
tanaman, infeksi bakteri ini tidak menyebabkan perubahan morfologi akar,
meningkatkan jumlah akar rambut, dan menyebabkan percabangan akar berperan
dalam penyerapan hara. (Mishra et al. 2013).

Pemupukan Padi Sawah
Dosis pemupukan disesuaikan dengan dosis anjuran setempat, karena
kebutuhan hara tanaman sangat beragam dan dinamis yang ditentukan oleh
berbagai faktor genetik dan teknologi. Sedangkan cadangan hara tanaman juga
ditentukan oleh faktor biofisik lahan. Rekomendasi pupuk N (urea) didasarkan
pada perkiraan cadangan hara N di tanah (yang didasarkan pada peta produktivitas
lahan sawah) dan kebutuhan tambahan N untuk mencapai tingkat kenaikan hasil
tertentu. Pemberian pupuk N direkomendasikan sebanyak 200, 250, dan 290 kg
urea/ha pada lahan dengan produktivitas tinggi, sedang, dan rendah. Rekomendasi
umum pupuk P (SP-36) sebanyak 50, 75, dan 100 kg SP-36/ha pada kelas status
hara tinggi, sedang, dan rendah. Pemberian pupuk K (KCl) apabila tanah
ditambah jerami adalah sebanyak 50 kg KCl/ha untuk lahan dengan status hara
rendah, tetapi apabila tanah tidak ditambah dengan jerami maka rekomendasi
umum pupuk K (KCl) sebanyak 50, 50, dan 100 kg KCl/ha pada kelas status hara
tinggi, sedang, dan rendah (Moersidi et al. 1989; Soepartini et al. 1990, Sofyan et
al. 1992).

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan November 2013–Mei 2014 di Desa
Karawang Wetan, Kecamatan Karawang Timur, Kabupaten Karawang, Jawa
Barat. Lahan sawah irigasi yang digunakan adalah lahan musim tanam ke-dua
pada aplikasi pupuk organik dan pupuk hayati. Lahan terletak pada ketinggian
sekitar 46 m dpl. Analisis tanah di Laboratorium Tanah, Departemen Ilmu Tanah
dan Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih padi varietas
Ciherang, Mentik Wangi, pupuk NPK 30–6–8, pupuk organik padat (POP)
(Lampiran 5), pupuk hayati (PH) cair (Lampiran 6), dan larutan KOH 7%. Alatalat yang digunakan antara lain alat-alat budidaya tanaman, oven, timbangan
digital, jangka sorong dan bagan warna daun.

5
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) petak
terbagi (Split Plot Randomized Block Design) dengan 2 faktor perlakuan yaitu
pemupukan sebagai petak utama dan varietas padi sebagai anak petak. Masingmasing taraf pemupukan dikombinasikan dengan varietas padi sehingga terdapat
26 kombinasi perlakuan dengan 3 ulangan atau terdapat 78 satuan percobaan
dengan luas petakan percobaan 5 m x 5 m. Faktor yang dicobakan dalam
penelitian ini, yaitu :
Faktor pertama: Varietas padi (V)
1. Varietas Mentik Wangi (V1)
2. Varietas Ciherang (V2)
Faktor kedua : Pemupukan (P)
1. P1
: 0 ton ha-1 pupuk organik padat
2. P2
: 2 ton ha-1 pupuk organik padat
3. P3
: 4 ton ha-1 pupuk organik padat
4. P4
: 6 ton ha-1 pupuk organik padat
5. P5
: 8 ton ha-1 pupuk organik padat
6. P6
: 10 ton ha-1 pupuk organik padat
7. P7
: 0 ton ha-1 pupuk organik padat + pupuk hayati
8. P8
: 2 ton ha-1 pupuk organik padat + pupuk hayati
9. P9
: 4 ton ha-1 pupuk organik padat + pupuk hayati
10. P10
: 6 ton ha-1 pupuk organik padat + pupuk hayati
11. P11
: 8 ton ha-1 pupuk organik padat + pupuk hayati
12. P12
: 10 ton ha-1 pupuk organik padat + pupuk hayati
13. P13
: 100% dosis pupuk NPK
Model linier aditif yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
Yijk = µ + αi + ik + j + (α )ij + k + ijk
Yijk
µ
αi
ik
j

(α )ij
k
ijk

:
:
:
:
:
:
:
:

Respon pengamatan pemupukan ke-i, varietas ke-j, dan ulangan ke-k
Rataan umum
Pengaruh perlakuan pemupukan ke-i (i: 1,2, ..., 10)
Pengaruh galat petak utama (pemupukan)
Pengaruh perlakuan varietas ke-j (j: 1,2, 3)
Pengaruh interaksi perlakuan pemupukan ke-i dengan varietas ke-j
Pengaruh ulangan ke-k (k: 1,2,3)
Pengaruh galat percobaan terhadap pemupukan ke-i, varietas ke-j,
dan ulangan ke-k

Pelaksanaan Penelitian
Penelitian diawali dengan menganalisis ketersediaan hara tanah yang
dilakukan untuk mengukur pH, C-organik, N total, P-tersedia, dan K-total.
Analisis tanah dilakukan sebelum dan setelah penelitian dilaksanakan. Pengolahan
tanah dilakukan dengan sistem olah tanah sempurna, yaitu 2 kali pembajakan
dengan traktor ditambah dengan rotary dan penggaruan. Benih padi varietas
Ciherang dan Mentik Wangi disemai pada lahan persemaian yang telah disiapkan.

6
Perlakuan benih sebelum disemai adalah perendaman dengan air garam 3% (30 g
L-1) untuk memisahkan benih yang bernas dengan benih yang hampa. Setelah itu,
benih direndam satu malam di dalam air agar benih mengalami imbibisi dan
diperam dalam karung basah satu malam. Benih disebar pada bedeng semai
setelah melentis (keluar ujung akar berwarna putih). Bibit padi dipindah tanam
pada umur 10–13 hari dengan 1 bibit per lubang tanam. Jarak tanam yang
digunakan adalah jarak tanam legowo 25 cm x 15 cm x 50 cm. Penyulaman
dilakukan 1 minggu setelah tanam (MST) dari bibit padi varietas Ciherang dan
Mentik Wangi dengan umur yang sama.
Pemupukan dilakukan dengan dosis dan waktu aplikasi sesuai perlakuan.
Pada perlakuan pupuk anorganik, pupuk NPK 30–6–8 dengan dosis rekomendasi
400 kg ha-1 diaplikasikan 2 kali, yaitu 50% pada 1 MST dan 50% pada 4 MST
sesuai dengan perlakuan. Pupuk organik padat diaplikasikan saat pengolahan
tanah. Pupuk hayati diaplikasikan 3 kali yaitu 3 hari sebelum tanam, 2 MST dan 4
MST dengan dosis 2 L ha-1 aplikasi-1. Pengendalian gulma dilakukan secara
manual dengan cara menyiangi lahan mulai 3, 5, dan 7MST. Pemanenan
dilakukan setelah 30–35 hari setelah berbunga (anthesis) atau melihat gejala
kematangan gabah yang ditandai dengan 90–95% bulir padi yang telah
menguning.
Pengamatan
Pengamatan pertumbuhan vegetatif tanaman dilakukan pada 10 tanaman
contoh yang dipilih secara acak pada setiap petak percobaan pada saat tanaman
berumur 2 MST. Pengamatan mulai dilakukan pada saat tanaman berumur 3 MST,
yang meliputi:
1. Analisis kesuburan kimia tanah: pH, C-Organik, kandungan N, P, dan K
tanah yang dianalisis saat awal percobaan dan setelah percobaan.
2. Tinggi tanaman. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan terhadap 10 tanaman
contoh yang dihitung dari permukaan tanah hingga daun tertinggi dan diamati
saat 3–8 MST.
3. Jumlah anakan. Perhitungan jumlah anakan dilakukan terhadap 10 tanaman
sampel yang yang dihitung dari jumlah anakan per rumpun dan diamati saat
3–8 MST.
4. Warna daun yang dihitung menggunakan skala bagan warna daun (BWD)
terhadap 10 tanaman contoh dan diamati saat 3–8 MST.
5. Bobot kering tajuk dan akar yang ditimbang pada 8 MST, diukur dengan
mengambil dua tanaman contoh setiap perlakuan kemudian dikeringkan di
dalam oven pada suhu 850C selama 48 jam.
6. Panjang akar.
7. Jumlah anakan produktif dari setiap rumpun tanaman contoh. Perhitungan
jumlah anakan produktif dilakukan dengan menghitung jumlah anakan yang
menghasilkan malai dalam satu rumpun. Jumlah anakan produktif dihitung
pada 10 tanaman contoh.
8. Panjang malai yang diukur dari 1 malai dari setiap rumpun tanaman contoh.
Pengukuran panjang malai dilakukan dari batas buku daun sampai ujung
malai.

7
9. Jumlah gabah per malai yang dihitung dari 1 malai dari setiap rumpun
tanaman contoh.
10. Bobot 1 000 butir gabah yang ditimbang dari tanaman contoh.
11. Indeks panen ditentukan berdasarkan:
12. Bobot basah dan kering hasil per tanaman yang ditimbang dari tanaman
contoh.
13. Dugaan bobot gabah per hektar dengan mengkonversi hasil ubinan ukuran
2.5 m x 2.5 m.

14. Peningkatan hasil, dihitung berdasarkan dugaan hasil GKG dengan
menggunakan rumus :
Peningkatan Hasil =
BP
= dugaan hasil GKG perlakuan
BK
= dugaan hasil GKG perlakuan 100% dosis NPK
15. Karakter fisikokimia beras terdiri atas:
a. Uji suhu gelatinisasi, mengukur kadar amilosa secara tidak langsung
dengan menggunakan uji suhu gelatinisasi, serta menunjukkan lamanya
waktu yang diperlukan memasak beras menjadi nasi. Penentuan sifat suhu
gelatinisasi beras dilakukan dengan metode perendaman beras dalam
larutan alkali, kemudian diukur tingkat kerusakannya dengan pemberian
nilai atau skor kerusakan (skor 1–7).
Tabel 1 Skor suhu gelatinisasi pada beras
Nilai/Skor
Klasifikasi
Suhu (0C)
1–3
Tinggi
>74
5–4
Sedang
70–74
6–7
Rendah