Pengaruh Sektor Pertambangan terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Manusia

PENGARUH SEKTOR PERTAMBANGAN
TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
DAN PEMBANGUNAN MANUSIA

HARDY R. HERMAWAN

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengaruh Sektor
Pertambangan terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Manusia adalah
benar merupakan gagasan atau hasil penelitian saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014
Hardy R. Hermawan
NIM H15100064

RINGKASAN
HARDY R. HERMAWAN. Pengaruh Sektor Pertambangan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Manusia. Dibimbing oleh IMAN
SUGEMA dan SAHARA.
Indonesia memiliki kelimpahan sumberdaya alam yang besar khususnya di
sektor pertambangan. Kelimpahan di sektor pertambangan itu juga diimbangi oleh
pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Namun, di saat yang sama, pembangunan
manusia di Indonesia masih terbilang rendah. Dikhawatirkan, ada fenomena
kutukan sumberdaya alam (resources curse) dalam pengelolaan sektor
pertambangan di Indonesia.
Untuk mengetahui kemungkinan adanya kutukan sumberdaya alam di
Indonesia, penelitian diarahkan untuk menguji pengaruh keberlimpahan
komoditas pertambangan terhadap pembangunan ekonomi di daerah-daerah di
Indonesia dengan cara (i) menganalisis pengaruh sektor pertambangan terhadap

pertumbuhan PDRB di seluruh provinsi di Indonesia, (ii) menganalisis pengaruh
sektor pertambangan terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di seluruh
provinsi di Indonesia, dan (iii) menganalisis pengaruh sektor pertambangan
terhadap Pertumbuhan IPM.
Penelitian ini menggunakan data panel dari 32 provinsi di Indonesia dalam
kurun waktu tahun 2009-2011. Untuk mengukur pertumbuhan ekonomi di
provinsi-provinsi yang diteliti, dipergunakan data pertumbuhan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) provinsi-provinsi di Indonesia atas dasar harga konstan
tahun 2000. Selanjutnya, untuk mengukur kualitas pembangunan manusia
dipergunakan data IPM provinsi-provinsi di Indonesia yang dikeluarkan oleh
Badan Pusat Statisitik.
Penelitian ini dilaksanakan dengan mengembangkan tiga model persamaan,
yakni model pertumbuhan ekonomi, model pembangunan manusia, dan model
pertumbuhan IPM. Pada model pertama, pertumbuhan PDRB menjadi variabel
dependen dan variabel independennya meliputi sektor pertambangan, indeks
demokrasi, rata-rata lama sekolah, dan proporsi surplus anggaran terhadap
anggaran. Dalam model kedua, pembangunan manusia menjadi variabel dependen
dan variabel independen adalah sektor pertambangan, indeks demokrasi,
pendapatan riil, kondisi GDP, dan proporsi surplus anggaran terhadap anggaran.
Pada model ketiga, pertumbuhan IPM menjadi variabel dependen dengan variabel

independen meliputi indeks demokrasi dan proporsi belanja pemerintah daerah
terhadap PDRB. Analisis dilakukan dengan analisis deskriptif dan analisis data
panel.
Hasil penelitian menunjukkan sektor pertambangan memberikan pengaruh
positif negatif yang signifikan terhadap nilai IPM di provinsi-provinsi di
Indonesia. Dengan demikian, dalam kaitannya dengan IPM, ditemukan gejala
resources curse dalam pengelolaan sektor pertambangan di Indonesia.
Kata kunci: Sumberdaya Alam, Kutukan Sumberdaya Alam, Sektor
Pertambangan, Pertumbuhan Ekonomi, Pembangunan Manusia

SUMMARY
HARDY R. HERMAWAN. The Impact of Mining Sector on Economic
Growth and Human Development. Supervised by IMAN SUGEMA and
SAHARA.
Indonesia has a large abundance of natural resources, especially in the
mining sector. Abundance in the mining sector was also offset by the high
economic growth. However, at the same time, human development in Indonesia is
still relatively low. It is feared, there is the phenomenon of the resource curse in
the management of the mining sector in Indonesia.
To know the possibility of the existence of the symptoms of the resource

curse in Indonesia, the research is directed to examine the effect of commodity
abundance of mining on economic development in the regions in Indonesia by
way of (i) analyze the effect of the mining sector to GDP growth in all provinces
in Indonesia, (ii) analyze the influence of the mining sector to the Human
Development Index (HDI) in all provinces in Indonesia, and (iii) analyze the
influence of the mining sector to the HDI-Growth in all provinces in Indonesia.
This study uses panel data of 32 provinces in Indonesia in the period 20092011. To measure economic growth in the provinces studied, the data used Gross
Regional Domestic Product (GRDP) in Indonesian provinces on the basis of
constant 2000 prices Furthermore, to measure the quality of the data used HDI
human development provinces in Indonesia issued by the Central Board of the
statistics.
This research was carried out by developing a three-equation model: the
model of economic growth, human development model, and HDI-growth model.
The results showed the mining sector provides a significant negative impact on
the level of the HDI in the provinces in Indonesia. Thus, in terms of HDI level,
found symptoms resources curse in the management of the mining sector in
Indonesia.
Keywords: Natural Resources, Resource Curse, Mining Sector, Economics
Growth, Human Development


© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PENGARUH SEKTOR PERTAMBANGAN
TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
DAN PEMBANGUNAN MANUSIA

HARDY R. HERMAWAN

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada

Program Studi Ilmu Ekonomi

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Wiwiek Rindayati, MSi

Judul Tesis : Pengaruh Sektor Pertambangan terhadap Pertumbuhan Ekonomi
dan Pembangunan Manusia
Nama
: Hardy R. Hermawan
NIM
: H1511000064

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Iman Sugema, MEc

Ketua

Dr Sahara, SP, MSi
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Ilmu Ekonomi

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Nunung Nuryartono, MSi

Dr Ir Dahrul Syah, MSc Agr

Tanggal Ujian: 27 September 2014

Tanggal Lulus:


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penyusunan
karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat yanbg diwajibkan kepada mahasiswa
ketika menyelesaikan studinya di Program Studi Ilmu Ekonomi Sekolah
Pascasarjana IPB. Tema yang dipilih dalam penelitian ini termasuk dalam kajian
ekonomi energi dan ekonomi pembangunan, dengan judul Pengaruh Sektor
Pertambangan terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Manusia.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Iman Sugema, MEc selaku ketua
komisi pembimbing dan Dr Sahara, SP MSi selaku anggota komisi pembimbing,
yang telah meluangkan waktu dan kesabaran untuk memberikan bimbingan,
arahan, dan masukan yang bermanfaat dalam penyusunan tesis ini. Terima kasih
juga penulis sampaikan kepada Dr Ir Wiwiek Rindayati, MSi dan Dr Ir Sri
Mulatsih, MScAgr yang banyak memberikan saran serta masukan demi perbaikan
karya ilmiah ini.
Terima kasih juga disampaikan kepada Dr Ir Nunung Nuryartono, MSi
selaku pengelola Program Studi Ilmu Ekonomi SPs IPB, semua dosen yang telah
mengajar penulis, serta tim support dan Sekretariat yang sangat mendukung
kelancaran penulis dalam menimba ilmu di Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi
IPB. Terimakasih pula kepada Dr Irwan Makdoerah, MBA, Direktur PT RNI

(Persero) periode 2009-2012, yang telah mendukung dan membantu proses
pendidikan yang ditempuh penulis di Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi IPB.
Tak lupa ucapan terima kasih untuk teman-teman di Kelas Khusus Program
Pascasarjana Ilmu Ekonomi IPB tahun 2010.
Ungkapan terima kasih terdalam untuk istri tercinta, Diah Dwi Arianti, dan
anakku, Kinanti Cinindhya Hermawan, atas segala doa, kasih sayang, dukungan,
dan kesabaran yang diberikan. Terima kasih pula untuk para orang tuaku, ibuku:
R.Hj. Yuniar Sieswara, dan saudara-saudaraku yang senantiasa mendoakan
sehingga penulis mampu menyelesaikan pendidikan ini.
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih memiliki banyak
kekurangan yang dikarenakan keterbatasan ilmu dan pengetahuan penulis sendiri.
Kesalahan yang terjadi merupakan tanggung jawab penulis. Besar harapan
penulis, agar tesis ini dapat memberikan kontribusi dalam proses pembangunan
dan bermanfaat untuk pengembangan penelitian di masa mendatang.

Bogor, September 2014
Hardy R. Hermawan

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Sumberdaya Alam dalam Perekonomian
Resource Curse
Teori Pertumbuhan Ekonomi
Indeks Pembangunan Manusia
Pertumbuhan IPM
Tinjauan Empiris
Kerangka Pemikiran
Hipotesis Penelitian
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Spesifikasi Model Penelitian

Definisi Operasional Variabel
Analisis Deskriptif
Analisis Data Panel
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertumbuhan PDRB Provinsi-provinsi di Indonesia
IPM di Provinsi-provinsi di Indonesia
Peran Sektor Pertambangan di Provinsi-provinsi di Indonesia
Indeks Demokrasi Provinsi-provinsi di Indonesia
Sektor Pertambangan dan Pertumbuhan PDRB
Pengaruh Sektor Pertambangan terhadap Pertumbuhan PDRB
Sektor Pertambangan dan IPM
Pengaruh Sektor Pertambangan terhadap IPM
Pengaruh Sektor Pertambangan terhadap Pertumbuhan IPM
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vi
vi
vii
1
1
4
6
6
6
7
7
7
11
12
15
16
17
18
19
19
19
20
21
21
25
25
26
30
34
37
38
42
43
47
50
50
50
51
56
74

DAFTAR TABEL
1 Cadangan sumberdaya pertambangan utama di Indonesia tahun
2010
2 Klasifikasi negara berdasar nilai IPM tahun 2012
3 Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM
4 Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi-provinsi di Indonesia
5 Produksi sumberdaya alam utama Riau 2010-2012
6 Cadangan Mineral Papua Tahun 2005
7 Produksi Pertambangan NTB (juta ton)
8 Perbandingan Nilai IDI
9 Hasil regresi model persamaan dengan variabel terikat
pertumbuhan PDRB/growth (y)
10 Hasil Regresi Model Persamaan dengan Variabel Terikat Indeks
Pembangunan Manusia (Log IPM)
11 Hasil regresi model persamaan dengan variabel terikat
Growth_IPM

2
13
14
27
32
33
34
36
39
44
48

DAFTAR GAMBAR
1 Kontribusi Sektor Pertambangan terhadap PDB Indonesia 20082012, dalam persen
2 Pertumbuhan PDB Indonesia 2008-2012 atas dasar harga konstan
tahun 2000, dalam persen
3 Indeks pembangunan manusia Indonesia 2008-2012
4 Empat kanal alur resources curse
5 Kerangka Pemikiran
6 Pertumbuhan PDRB Provinsi-provinsi di Indonesia
7 Perbandingan Pertumbuhan IPM Provinsi di Indonesia
8 Proporsi sektor pertambangan terhadap PDRB Provinsi atas dasar
konstan tahun 2000
9 Produksi batu bara Kalimantan Timur 2008-2012
10 Perbandingan proprosi tambang terhadap PDRB dengan
Pertumbuhan PDRB Provinsi tahun 2011
11 Perbandingan proprosi tambang terhadap PDRB dengan IPM
Provinsi tahun 2011

1
2
3
8
18
25
29
31
32
37
42

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil pengujian antara fixed effect dengan pooled least square
(Uji Chow) untuk Model Pertumbuhan Ekonomi
2 Hasil pengujian antara fixed effect dengan random effect (Uji
Hausman) untuk Model Pertumbuhan Ekonomi
3 Hasil Terbaik Model Pertumbuhan Ekonomi
4 Hasil pengujian antara fixed effect dengan pooled least square
(Uji Chow) untuk Model IPM
5 Hasil pengujian antara fixed effect dengan random effect (Uji
Hausman) untuk Model IPM
6 Hasil Terbaik Model IPM
7 Hasil pengujian antara fixed effect dengan pooled least square
(Uji Chow) untuk Model Pertumbuhan IPM
8 Hasil pengujian antara fixed effect dengan random effect (Uji
Hausman) untuk Model Pertumbuhan IPM
9 Hasil terbaik Model GrowthIPM
10 Hasil Uji Multikolinieritas Model Pertumbuhan Ekonomi
11 Hasil Uji Multikolinieritas Model (LOG) IPM
12 Hasil Uji Multikolinieritas Model GrowthIPM

56
59
60
61
64
66
67
70
72
73
73
73

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor pertambangan memiliki peran penting bagi perekonomian Indonesia.
Dewan Internasional Pertambangan dan Logam (2013) melaporkan nilai nominal
produksi tambang Indonesia berada di urutan ke-11 dalam daftar negara produsen
tambang terbesar di dunia. Indonesia memiliki nilai produksi tambang sebesar
US$12.22 miliar pada tahun 2010.
Sektor pertambangan juga dinyatakan mampu memberikan efek pengganda
sebesar 1.6 hingga 1.9 kali dan menjadi pendorong bagi pertumbuhan sektorsektor lainnya. Hal ini menunjukan, setiap satu satuan pertumbuhan di sektor
pertambangan akan mendorong pertumbuhan sebesar 1.6 hingga 1.9 satuan di
sektor-sektor lainnya. Selain itu, sektor pertambangan juga mampu menyerap
sekitar 34.000 tenaga kerja langsung (Kementerian ESDM 2010). Gambar 1
menunjukan bahwa selama periode 2009 sampai 2012 sektor pertambangan
menyumbangkan sekitar 10.6% sampai 11.9% dari Produk Domestik Bruto (PDB)
berdasarkan harga konstan tahun 2000.
12.00
11.85

Kontribusi (%)

11.50

11.78

11.16

11.00
11.00

10.60

10.50
10.00
2008

2009

2010

2011

2012

Tahun

Sumber: Data BPS, diolah
Gambar 1 Kontribusi Sektor Pertambangan terhadap PDB Indonesia 2008-2012,
dalam persen
Kontribusi sektor pertambangan terhadap perekonomian Indonesia sudah
berlangsung sejak tahun 1970-an. Pada awalnya, sektor pertambangan di
Indonesia didominasi oleh komoditas minyak dan gas (migas). Kelimpahan migas
selama periode awal tahun 1970-an hingga akhir tahun 1980-an memberikan
pengaruh positif bagi perekonomian Indonesia. Pendapatan Indonesia dari sektor
migas mencapai 80% dari penerimaan APBN. Hasil migas telah berperan
mengurangi tingkat kemiskinan di Indonesia dari kisaran 40% di awal tahun
1970-an menjadi 13% pada tahun 1997 (Rosser 2007, Komarulzaman dan
Alisjahbana 2008).
Memasuki tahun 2000-an, kontribusi sektor migas terhadap perekonomian
Indonesia cenderung menurun. Semakin menipisnya cadangan migas dan
menurunnya produksi karena sumur migas yang kian menua dan minimnya

2

investasi baru di hulu migas membuat pasokan migas dari dalam negeri
berkurang. Di sisi lain, pertumbuhan penduduk yang kian bertambah banyak
membuat permintaan akan migas semakin meningkat.
Sejak tahun 2004, status Indonesia telah berubah menjadi importir minyak
netto sehingga sulit mengharapkan sektor migas dapat kembali menjadi
pendorong utama perekonomian Indonesia. Namun, Indonesia masih memiliki
banyak varian sumberdaya pertambangan yang cukup bernilai, seperti tampak
pada Tabel 1.
Tabel 1 Cadangan sumberdaya pertambangan utama di Indonesia tahun 2010
No.

Sumberdaya (satuan)

Nilai cadangan

Urutan di dunia

1.
Minyak (Miliar barel)
4.2
2.
Gas (Triliun kaki kubik)
108.4
3.
Batubara (Juta ton)
5.529
4.
Emas (Juta Trey ounce)
1.3
5.
Timah (Juta Ton)
1
6.
Nikel (Juta Ton)
3.9
7.
Tembaga (Miliar Ton)
4.2
Sumber: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2010

27
12
14
6
5
6
7

Kinerja sektor pertambangan nonmigas juga terus menunjukan
perkembangan positif. Pada tahun 2002, nilai ekspor sektor pertambangan
nonmigas Indonesia masih sekitar 5.2% dari total ekspor nasional. Pada tahun
2012, kontribusi sektor pertambangan nonmigas terhadap total ekspor sudah
mencapai level 16.50% (BPS 2013).
Semakin tingginya ekspor pertambangan nonmigas membuat peran sektor
pertambangan dinilai tetap penting bagi pertumbuhan Produk Domestik Bruto
(PDB) Indonesia. Selama lima tahun terakhir, pertumbuhan PDB Indonesia atas
dasar harga konstan tahun 2000 cenderung tinggi dan berada di kisaran 6%
sebagaimana terlihat pada Gambar 2.
8

Pertumbuhan
(%)

6.01

6.22

6.49

6.23

2010

2011

2012

6
4.63
4
2
0

2008

2009

Tahun

Sumber: BPS, 2013
Gambar 2 Pertumbuhan PDB Indonesia 2008-2012 atas dasar harga konstan
tahun 2000, dalam persen

3

Namun, tingginya pertumbuhan PDB tidak dianggap sebagai satu-satunya
indikator kualitas pembangunan ekonomi. Pada pertengahan dekade 1990-an,
gagasan mengenai indikator ekonomi yang digunakan untuk menilai kinerja
pembangunan mengalami perkembangan. Pembangunan kemudian dinyatakan
harus mengutamakan manusia sebagai pusat perhatian (UNDP 1995). Berdasarkan
pemikiran tersebut, upaya pembangunan harus ditujukan untuk memperbesar
pilihan-pilihan bagi penduduk, tidak hanya untuk meningkatkan pendapatan
mereka tetapi juga pada berupaya memanfaatkan kemampuan manusia tersebut
secara optimal.
Untuk mengukur proses pembangunan manusia, dipakai Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) yang mulai diperkenalkan pada tahun 1990-an oleh
Program Pembangunan PBB atau United Nation Development Programme
(UNDP). Aspek terpenting dari IPM menurut UNDP adalah usia panjang dan
hidup sehat, pendidikan yang memadai, serta standar hidup yang layak. IPM
diukur dengan skala 0-1, dengan semakin tinggi nilai akan menunjukan kualitas
pembangunan manusia yang lebih baik. Pada tahun 2011, nilai IPM Indonesia
tercatat hanya 0.624 dan pada tahun 2012 naik sedikit menjadi 0.629. Pada
Gambar 3 ditunjukan nilai IPM Indonesia sejak tahun 2008 hingga 2012.
0.70

indeks

0.65
0.60

0.61

0.62

0.62

2009

2010

2011

0.63

0.60

0.55
0.50
2008

2012

Tahun

Sumber: UNDP 2013
Gambar 3 Indeks pembangunan manusia Indonesia 2008-2012
Gambar 3 menunjukan bahwa IPM Indonesia terus menunjukan
peningkatan namun dengan pertumbuhan yang lambat. Dengan nilai yang berada
di kisaran 0.60 sampai 0.63, posisi Indonesia menurut klasifikasi UNDP ternyata
masih terbilang rendah 1 . Hal ini dinilai sebagai paradoks mengingat Indonesia
memiliki kekayaan sumberdaya pertambangan yang melimpah.
Bulte et al (2004) menyatakan bahwa sering terjadi hubungan negatif antara
kelimpahan sumberdaya alam dengan pembangunan manusia. Tingginya
pemanfaatan sumberdaya alam justru membuat pembangunan manusia kian
menurun. Fenomena tersebut termasuk dalam fenomena resource curse atau
kutukan sumberdaya alam. Resource curse digambarkan sebagai situasi yang
menunjukan adanya hubungan negatif antara kelimpahan sumberdaya alam
dengan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan.
1
Klasifikasi UNDP atas IPM: sangat tinggi (>0.905), tinggi (0.758-0.905), menengah (0.640-0.758), r endah (0.466-0.640),
dan sangat rendah (0.905
0.758 0.905
0.640 0.758
0.466 0.640
< 0.466

Penghitungan IPM di Indonesia dilakukan oleh Badan Pusat Statistik
(BPS). Secara prinsip, BPS tidak berbeda dengan UNDP. IPM dinyatakan sebagai
indeks komposit yang dihitung sebagai rata-rata sederhana dari indeks harapan
hidup, indeks pendidikan (angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah), dan
indeks standar hidup layak. Namun, BPS mengukur IPM di Indonesia dalam skala
0-100, dengan semakin tinggi indeks, maka semakin baik kualitas IPM.
BPS menyatakan, ada perbedaan metedologi penghitungan IPM antara
BPS dan UNDP. Menurut BPS, UNDP menggunakan indikator partisipasi sekolah
dasar, menengah, dan tinggi sebagai pengganti rata-rata lama sekolah karena
sulitnya memperoleh data. Indikator angka melek huruf diperoleh dari variabel

14

kemampuan membaca dan menulis, sedangkan indikator rata-rata lama sekolah
dihitung dengan menggunakan variabel tingkat/kelas yang sedang/pernah dijalani
dan pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Sementara komponen standar hidup
layak diukur dengan adjusted real GDP per capita.4 Dalam versi BPS, semua
indikator dinyatakan diukur dengan angka real. Rumus penghitungan IPM dapat
disajikan sebagai berikut :
=



(2.4)

( , )

Keterangan :
Indeks X (i,j)= Indeks komponen IPM ke-i untuk wilayah ke j;
i
= 1, 2, 3;
j
= 1, 2
. k wilayah.
Setiap indeks komponen IPM tersebut merupakan perbandingan antara
selisih suatu nilai indikator dan nilai minimumnya dengan selisih nilai maksimum
dan nilai minimum indikator yang bersangkutan. Rumusnya dapat disajikan
sebagai berikut ;
( )

=

( )
( )

( )

(2.5)
( )

Keterangan :
X (1)
: Indikator ke-i (i = 1, 2, 3)
X (2)
: Nilai maksimum sekolah X(i)
X(3)
: Nilai minimum sekolah X(i)
Penetapan nilai maksimum dan nilai minimum dari setiap indikator (X(i))
IPM ini yang membedakan penghitungan IPM oleh BPS dan UNDP. Tabel 3
menunjukan nilai maksium dan minimum komponen IPM.
Tabel 3 Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM
Indikator
Komponen IPM (=X(I))
Angka Harapan Hidup
Angka Melek Huruf
Rata-rata lama sekolah
Daya Beli (Rupiah PPP)

Nilai
Maksimum

Nilai
Minimum

Catatan

85

25 Sesuai standar UNDP

100

0 Sesuai standar UNDP

15
732 720 a

0 Sesuai standar UNDP
300 000 b UNDP menggunakan PDB per
360 000c kapita riil yang disesuaikan

a

Perkiraan maksimum pada akhir tahun 2018
konsumsi per kapita yang disesuaikan tahun 1996.
c
Penyesuaian garis kemiskinan lama dengan garis kemiskinan baru
b

Sumber: BPS
4

http://daps.bps.go.id/File%20Pub/Publikasi%20IPM.pdf, diakses tanggal 2 Agustus 2014

15

BPS hanya memakai standar UMDP untuk penhitungan nilai minimum dan
maksimum dari Angka Harapan Hidup, Angka Melek Huruf, dan Rata-rata lama
sekolah. Sementara penghitungan standar hidup layak berbeda. UNDP
menggunakan PDB per kapita riil yang disesuaikan, sementara BPS memakai angka
tertentu yang disesuaikan kondisi Indonesia, sehingga dipakai

Pertumbuhan IPM
Mendorong pertumbuhan IPM dan melakukan pengukuran terhadap
pertumbuhan IPM menjadi penting dalam meningkatkan kualitas pembangunan
manusia. Sebagai sebuah proses yang diorentasikan akan berjalan dalam jangka
panjang dan berkelanjutan, pertumbuhan nilai IPM akan menentukan arah
peningkatan kualitas pembangunan manusia di setiap wilayah. Pertumbuhan IPM
dapat ditentukan melalui rumus berikut:
( − 1, ) =

100%

(2.6)

Keterangan:
Growth-IPM = Pertumbuhan IPM
IPMt
= IPM tahun berjalan
IPMt-1
= IPM tahun sebelumnya
Popova dan Kozhevnikova (2013) menyatakan, redistribusi anggaran
untuk pendanaan sistem sosial berdampak terhadap pertumbuhan IPM. Suescún
(2007) juga menyatakan, belanja publik (pendidikan, kesehatan, konsumsi
pemerintah, dan transfer kepada rumah tangga miskin) menciptakan efek positif
pada kinerja pembangunan manusia di 15 negara Amerika Latin.
Ranis et al. (2000) juga menyatakan, pemerintah yang mampu
mengefektifkan anggaran belanja mereka, dan bisa mengidentifikasi sektor-sektor
prioritas seperti pendidikan dasar dan kesehatan, yang memiliki sangat besar
untuk pertumbuhan IPM, akan bisa menerjemahkan secara luas efek dari
pertumbuhan ekonomi kepada pembangunan manusia. Dengan demikian,
kebijakan anggaran pemerintah, yang menentukan pertumbuhan IPM, juga terkait
dengan kualitas lembaga pemerintahan itu sendiri. Rajkumar and Swaroop (2002)
menyatakan, efektivitas belanja publik akan sangat tergantung pada kualitas
pemerintahan. Selin itu, akuntabilitas lembaga pemerintah juga memainkan peran
sangat penting dalam menjamin efektivitas penyaluran anggaran..
Popova dan Kozhevnikova (2013) juga menyatakan, kapasitas pemerintah
dan kualitas kelembagaan di sebuah negara akan menentukan pencapaian standar
tertentu dalam kehidupan warga. Pemerintah yang bisa memastikan penduduknya
memiliki tingkat tertentu dari pendapatan, pendidikan, dan perlindungan sosial
akan memiliki nilai human capital yang baik dan kualitas pembangunan
manusianya lebih terjamin. Kebebasan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Sektor Industri Terhadap Pembangunan Ekonomi

0 21 94

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI , KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi , Kemiskinan Dan Pengangguran Terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Di Wilayah Subosukawonosraten.

0 4 10

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI , KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi , Kemiskinan Dan Pengangguran Terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Di Wilayah Subosukawonosraten.

2 4 18

PENGARUH KOMPONEN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BALI.

0 0 9

Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan Dan Kesehatan, Pertumbuhan Ekonomi, Dan Kemiskinan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Di Sumatera Utara

0 0 15

Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan Dan Kesehatan, Pertumbuhan Ekonomi, Dan Kemiskinan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Di Sumatera Utara

0 0 2

Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan Dan Kesehatan, Pertumbuhan Ekonomi, Dan Kemiskinan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Di Sumatera Utara

0 0 13

Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan Dan Kesehatan, Pertumbuhan Ekonomi, Dan Kemiskinan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Di Sumatera Utara

0 0 36

Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan Dan Kesehatan, Pertumbuhan Ekonomi, Dan Kemiskinan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Di Sumatera Utara

2 7 3

Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan Dan Kesehatan, Pertumbuhan Ekonomi, Dan Kemiskinan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Di Sumatera Utara

0 0 7