Pengaruh cekaman kekeringan terhadap pertumbuhan dan produksi padi lokal Bangka di media sandy clay pasca penambangan timah

ENVIAGRO
Volume 4 • Oktober 2011 • Nomor 2
ISSN 1978-1644
PENANGGUNG JAW AB
Eddy Nurtjahya H セ RPQI@
KETUA EDITOR (CHIEF EDITOR)
Eries Dyah Mustikarini H セ RPQI@
DEWAN EDITOR (EDITORIAL BOARD MEMBERS)
Muntoro H セ RPQI
L@ Kartika H セ RPQI
L@ Rostiar Sitorus
Maera Zasari H セ RPQI@
Nyayu Siti Khodijah H セ RPQI
L@ Eni Karsiningsih H セ RPQI@

H セ RPQI

L@

EDITOR TEKNIK (MANAGING EDITOR)
Syafarudin H セ RPQI

L@ Dini Wulansari H セ RPQI@
BENDAHARA (BUSINESS MANAGER)
Evahelda H セ RPQI@
PENERBIT (PUBLISHER)
Universitas Bangka Belitung Press
(Bangka Belitung University Press)
ALAMA T EDITOR (EDITORIAL ADDRESS)
Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi
Universitas Bangka Belitung
Gedung BABEL IV Kampus Terpadu Balunijuk,
Desa Balunijuk Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka
E-mail: eries _ diah@ubb.ac.id

Enviagro, terbit sejak 2007, merupakan jumal pertanian dan lingkungan yang menyajikan artikel
mengenai basil penelitian serta perkembangan pertanian mutahir yang meliputi ekologi, fisiologi ,
produksi, pemuliaan tanaman, bioteknologi, agrobisnis dan lingkungan. Setiap naskah yang dikirim ke
jumal Enviagro akan ditelaah oleh mitra bestari yang bidangnya sesuai. Daftar nama mitra bestari akan
dicantumkan pada nomor paling akhir dari setiap volume. Jumal ini diterbitkan setahun dua kali: April
dan Oktober.


HARGA LANGGANAN belum termasuk ongkos kirim
(SUBSCIPTION RATES- not including shipping and handling)
Pelanggan
satu tahun (one year)
Pribadi (Personal)
Rp. 35.000,Institusi/ Perpustakaan (Institution/ Library )
Rp. 70.000,-

Enviagro, Jumal Pertanian dan Lingkungan
Oktober201 L Vol. 3 No. I. hall-43

ISSN 1978-1644

14

PENGARUH CEKAMAN KEKERINGAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
PADI LOKAL BANGKA DI MEDIA SANDYCLAYPASCA PENAMBANGAN TIMAH

Effect of Drought Stresses on Growth and Product of Bangka Local Rice in Sandy Clay Post Tin

Mining Media
Mira 2 , Widyastuti U 1 dan Mustikarini ED 2
'Program Studi Biologi, FMIPA, lnstitut Pertanian Bogor, Jl. Kamper, Gedung PAU, Kampus IPB Darmaga Bogor, Email:
ututsuharsono2002@yahoo.com
2
Jurusan Agroteknologi-PPB, Universitas Bangka Belitung, Kampus Terpadu Balunijuk, Desa Balunijuk Kecamatan
Marawang Kabupaten Bangka 33126. Telpon 0717-422145 Faksimile 0717421383, Email:miraira3@Gmail.com

ABSTRACT
Drought stresses in one of important factor to reduce growth and product of rice. To increase our
National agrecultur production, we need to found elite rice that tolerant to drought stresses
especially have a lot Bangka Island with post tin mining area . The research aimed to obtain local
rice variety from Bangka Island that adapted, high production and good association with (CPF) in
sandy clay post tin mining area. The research was conduct in the experiment garden at Agriculture,
Fisheries, and Biology Faculty, University of Bangka Belitung in Balunijuk, Bangka from May to
October 2010 by used Split Plot Complete Random Design with hvo factor. The first factor is local
rice variety from Bangka Island including Mayang Nibung, Mayang Anget, Mayang Grintil,
Mayang Duku and Balok Mas. Secondly is drought stresses consentration including -30 Kpa and 40 Kpa with third repetitions. The result shows that local rice variety from Bangka Island Mayang
Grintil had good adaptation and high production and Mayang Nibung had good association with
FPF in sandy clay post tin mining media


Key Words: Rice, Bangka Island, Drought, Sandy Clay, Post Tin Mining Media
PENDAHULUAN

Kebutuhan beras nasional terus meningkat
setiap tahun seiring dengan peningkatan jumlah
penduduk.
Kebutuhan dalam negeri sekitar
139,15 kg per kapita per tahun dan produksi pada
tahun lalu 22,25 ribu ton Gabah Kering Giling
(GKG) (BPS 2011). Bangka Belitung dengan
populasi 1,067 juta jiwa membutuhkan beras
sebesar 130 ribu ton per tahun, sementara
produksi beras daerah hanya mampu memenuhi
12% (dua belas persen) kebutuhaimya saja
(Babelprov 201 0), sehingga kebutuhan beras
daerah masih mengandalkan pasokan dari luar
pulau. Hal ini dapat memberikan potensi pada
masyarakat
Bangka

Belitung
mengalami
kekurangan pasokan beras. Media Indonesia
(2009) mengungkapkan bahwa pada talmn 2009
pernah terjadi penurunan stok beras di distributor
dan pedagang di Pangkalpinang, yang disebabkan
karena cuaca buruk, sehingga harga beras
menjadi naik.
Salah satu usaha yang harus
dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut
adalah dengan mengusahakan peningkatan
produksi beras daerah.

Peningkatan produksi beras daerah bisa
diusahakan dengan melakukan perluasan areal
tanam, seperti pemanfaatan lahan pasca
penambangan timah. Pasca penambangan timah
di Bangka Belitung meninggalkan lahan kritis.
Menurut data Provinsi Bangka Belitung, provinsi
tersebut memiliki lahan kritis seluas 1.645.414

Ha sebagai dampak penambangan timah. Masalah
utama yang timbul pada wilayah bekas tambang
adalah perubahan sifat kimiawi yang berdampak
terhadap air tanah dan air permukaan (Sinar Tani
201 0), meningkatnya suhu udara dan ancaman
kekeringan, perubahan secara fisik berupa
perubahan morfologi dan topografi lahan dan
perubahan biologis berupa gangguan terhadap
flora, fauna, dan mikroorganisme tanah yang
kesemuanya akan menyebabkan penurunan
produktivitas tanah dan mutu lingkungan (Sinar
Tani 2010). Lahan-lahan bekas tambang timah
merupakan salah satu sumberdaya yang
berpotensi untuk dikembangkan menjadi lahan
pertanian tanaman pangan (Sinar Tani 201 0).
Menurut Widyastuti et a!. (20 10) diduga
komoditas padi lokal memiliki ketahanan
terhadap kondisi dilahan pasca penambangan

14


SI

in

1ail:

esses
local
F) in
:ture,
ay to
local
·in til,

mdyang

with

bisa

areal
pasca
timah
kritis.
)VlllSl

5.414
tsalah
1bang
mpak
· Tani
aman
erupa
L dan
1adap
yang
run an
Sinar
timah
yang

lahan
セPQIN@

iduga
hanan
mgan

Enviagro. Jurnal Pertanian dan Lingkungan
Oktober2011. Voi.3No.l.hall-43

timah seperti toleran terhadap cekaman
kekeringan, pH rendah, kandungan AI, Fe dan Pb,
namun masih perlu pengujian.
Bangka Belitung memiliki aksesi padi lokal
yang tahan terhadap lahan marjinal yang biasa
dimanfaatkan petani sebagai bahan tanam.
Menurut Balai Penyuluhan Pertanian (BPP)
Puding kabupaten Bangka, ada dua jenis padi
ladang (gogo) lokal yang toleran terhadap lahan
marjinal yaitu Mayang Duku dan Balok Emas

(Sinar Tani 2009). Namun demikian, belum
ditetapkan aksesi padi lokal yang tahan terhadap
cekaman kekeringan sebagaimana kondisi yang
ada dilahan pasca penambangan timah. Silitonga
et a/. 1993 dalam Lestari (2006), menyatakan
bahwa untuk mengatasi masalah tersebut,
penggunaan varietas padi yang tahan kekeringan
merupakan cara yang paling mudah dan murah.
Penentuan jenis padi gogo yang toleran
terhadap kekeringan salah satunya didapatkan
dengan cara melakukan seleksi terhadap beberapa
jenis padi gogo pada media sandy clay yang
mengalami cekaman kekeringan. Clay adalah
tanah lempung yang mempunyai plastisitas dan
memiliki butiran yang halus (fine grained) < 2
f!m (Hardijana 2009), sehingga lebih lambat
menyerap air. Di Bangka Belitung, sandy clay
sebagian besar dihasilkan dari
aktivitas
penambangan timah. Sujitno (2007) dalam lnonu

(2008), menyatakan bahwa lahan pasca
penambangan timah secara umum terdiri dari
kolong (lahan bekas penambangan yang
berbentuk semacam danau kecil dengan
kedalaman mencapai 40 m), overburden
(timbunan liat/clay hasil galian), dan hamparan
tailing yang berupa rawa atau lahan kering.
Pengujian terhadap cekaman kekeringan
dapat dilakukan dengan menggunakan larutan
osmotikum yang sering digunakan yaitu
polietilen glikol (PEG) (Efendi 2009 dalam
Widyastuti et a!. 20 I 0). Senyawa PEG bersifat
larut dalam air dan dapat menyebabkan
penurunan potensial air yang homogen. Larutan
polietilen glikol (PEG) dilaporkan mampu
menahan air sehingga menjadi tidak tersedia bagi
tanaman (Michel dan Kaufmann 1973, El
Sharkawi 1993, Dami dan Hughes 1997 dalam
Widoretno et a!. 2002). Menurut Mullahey et a!.
( 1996), sifatnya yang larut dalam air, tidak toksik
terhadap tanaman dan tidak mudah diserap
menjadikan PEG sebagai senyawa yang efektif
untuk menirukan kondisi kekeringan. Jenis padi
yang toleran terhadap cekaman kekeringan akan
memiliki
produksi
yang
lebih
tinggi

ISSN 1978-1644

15

dibandingkan jenis yang peka (Widoretno 2002).
Imaningsih (2006) menyatakan bahwa salah satu
kriteria varietas padi yang akan tumbuh baik pada
lingkungan dengan curah hujan terbatas dan
merupakan tanaman ideal adalah toleran terhadap
kekeringan
dan
mampu
mempertahankan
kehijauan selama kekeringan.
Tersedianya agen selektif untuk simulasi
kekeringan yaitu PEG, sehingga memungkinkan
melihat pengaruh cekaman kekeringan. Menurut
Widoretno et af. 2002, dengan larutan PEG,
cekaman kekeringan dapat diterapkan secara
homogen terhadap populasi tanaman yang
diseleksj sehingga mengurangi kemungkian
terjadinya kesalahan untuk mendapatkan tanaman
toleran. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini
diperoleh padi lokal Bangka yang tahan terhadap
cekaman kekeringan dan mampu tumbuh dan
berproduksi tinggi di lahan pasca penambangan
timah serta berasosiasi tinggi dengan cendawan
pelarut fospat.

BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilakukan di Kebun
Percobaan dan Penelitian Program Studi
Agroteknologi Fakultas Pertanian, Perikanan dan
Biologi Universitas Bangka Belitung. Penelitian
dilaksanakan pada bulan Mei sampai Oktober
2010. Bahan yang digunakan adalah benih padi
gogo (beras merah) jenis lokal Bangka yaitu
Mayang Duku, Mayang Anget, Balok Emas,
Mayang Grintil dan Mayang Nibung, kompos
(5000 kg/Ha), Solid (20000 kg/Ha), Fungi Pelarut
Fosfat Aspergillus niger (koleksi PPSHB, IPB,
1500 kg/Ha), PEG8000, KOH, HCl, gliserol,
lactid acid, akuades (2:2:1) dan tryptan blue
0,05%, NPK 10:10:10 (100 kg/Ha), Urea (100
kg/Ha dan 50 kg/Ha), pestisida, tali raffia, kertas
koran, kayu, wareng, paku dan polybag. Alat
yang digunakan yaitu ember, gelas kimia, alat
pertanian, meteran, alat tulis, sendok makan,
oven, timbangan, palu, gergaji, busur derajat, dan
jangka sorong.
Penelitian menggunakan Rancangan Petak
Terbagi (SPLIT PLOT) RAK dengan 2 (dua)
faktor perlakuan yaitu Aksesi Padi Lokal Bangka
dan Konsentrasi Cekaman Kekeringan dengan
tiga ulangan dan 10 sampel. Faktor pertama
(Aksesi Padi Lokal Bangka) terdiri dari 5 (lima)
perlakuan meliputi: BM = Balok Emas, MD =
Mayang Duku, MA = Mayang Anget, MG =
Mayang Grintil dan MN = Mayang Nibung.
Faktor
ke
dua
(Konsentrasi
Cekaman

Enviagro, Jurnal Pertanian dan Lingkungan
Oktober 2011, Vol. 3 No. I, hal 1-43

Kekeringan) menggunakan dua do sis, yaitu: C I =
-30 Kpa dan C2 = -40 Kpa serta CO = tanpa
cekaman.
Penelitian dilaksanakan di dalam rumah
bayang berukuran 9 x 5 x 2 m. Media tanam
terdiri dari Sandy Clay: PMK ( 1:I), yang
dimasukkan dalam polybag ukuran 40 x 50 em,
kemudian ditambahkan kompos (5.000 kg/Ha
atau I.OOO g/petak) dan Solid dengan dosis
20.000 kg/Ha atau 4.000 g/petak. Setiap polybag
ditanam dengan tiga benih.
Pemupukan
dilakukan
dengan
menggunakan pupuk NPK Ponsea (10:I0:10) dan
Urea yang diaplikasikan sebanyak tiga kali yaitu
pada 5, 20 dan 35 hari setelah tanam. Dosis
masing-masing yaitu NPK Ponsea 100 kg/Ha
untuk setiap aplikasi dan Urea 100 kg/Ha untuk
aplikasi pertama dan kedua setia 50 kg/Ha untuk
aplikasi ketiga. Fungi Pelarut Fosfat (FPF)
diaplikasikan pada saat tanaman berumur 1 hari
setelah tanam dengan dosis 12.5 gram/polybag
sebanyak satu kali aplikasi. PEG diaplikasikan
sebanyak tiga kali, yaitu pada umur 7 minggu
setelah tanam, 9 minggu setelah tanam dan II
minggu setelah tanam, dengan eara dilarutkan
dalam air, kemudian disiramkan pada media
tanam. Dosis PEG yang digunakan yaitu 6,3
gram (-30 Kpa) dan 8,4 gram (-40 Kpa) yang
dilarutkan dalam 28,8 liter air. Dosis setiap
tanaman per polybag yaitu 800 ml.
Pengamatan dilakukan dua kali yaitu saat
vegetatif maksimal dan panen. Karakter yang
diamati meliputi tinggi tanaman (em), jumlah
daun (helai), jumlah akar (buah), panjang akar
(em), jumlah anakan (batang), berat segar tajuk
(gram), berat segar akar (gram), berat kering tajuk
(gram), berat kering akar (gram), rasio tajuk
akar, waktu berbunga (hst), umur panen (hst),
jumlah anakan produktif (batang), jumlah anak
malai (buah), jumlah gabah berisi (butir), jumlah
gabah hampa (butir), berat I 00 biji (gram), hasil
tanaman (gram), dan persentase akar yang
berasosiasi dengan eendawan pelarut fospat
(CPF) (%).Data yang diperoleh dianalisis dengan
menggunakan uji F dengan taraf kepereayaan
95%, apabila data yang diperoleh berbeda nyata,
maka akan dilanjutkan dengan uji DMRT dengan
taraf kepereayaan 95%.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisa sidik ragam menunjukkan
bahwa aksesi padi gogo lokal Bangka

ISSN 1978-1644

I6

memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman dan rasio tajuk akar serta tidak
berpengaruh nyata pada karakter lainnya.
Konsentrasi
eekaman
kekeringan
hanya
berpengaruh nyata terhadap karakter jumlah
gabah hampa dan tidak berpengaruh nyata
terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah
akar, panjang akar, jumlah anakan per rumpun,
berat segar tajuk, berat segar akar, berat kering
tajuk, berat kering akar, rasio tajuk akar, jumlah
anakan produktif, jumlah anak malai, jumlah
gabah berisi, persentase akar terinfeksi hifa
eendawan pelarut fosfat (CPF), hasil per rumpun
dan hasil per tanaman. Interaksi menunjukkan
bahwa aksesi padi gogo lokal Bangka pada
berbagai konsentrasi eekaman kekeringan tidak
berbeda nyata pada semua karakter yang diamati
(Tabel I).
Hasil analisis seeara interaksi pada peubah
adaptasi menunjukkan bahwa tinggi tanaman
tertinggi diperoleh pada perlakuan aksesi Mayang
Grintil pada eekaman kekeringan -40 Kpa dan
berbeda nyata dengan perlakuan lainnya yaitu
meneapai I57.85 em, rasio tajuk akar tertinggi
dihasilkan pada aksesi Mayang Anget pada
eekaman kekeringan yang diaplikasikan (Tabel
2). Hal ini menunjukkan bahwa setiap aksesi
memiliki genetis dan respon yang berbeda
terhadap lingkungan yang sama. Sejalan dengan
pernyataan Nyakpa et al. (1998) dalam Nazirah
(2008) menyatakan bahwa setiap varietas
memiliki respon yang berbeda terhadap kondisi
lingkungan yang ada.
Cekaman kekeringan -40 Kpa menghasilkan
jumlah gabah hampa tertinggi yaitu 282,45 butir
dan berbeda nyata dengan perlakuan -30 Kpa
(Tabel 3).
Sutjahjo et al. (2007) menyatakan
bahwa besarnya penurunan air sangat bergantung
pada konsentrasi PEG. Dami dan Hughes (I997).
Kaur et al. ( 1998) dalam Widoretno et al. (2002).
Sutjahjo et al. (2007), melaporkan bahwa
penambahan konsentrasi polyetilen glikol dalam
media seleksi in vitro, meningkatkan persentase
kematian kalus, menurunkan nilai indeks kualitas
kalus, menurunkan persentase kalus dan jumlah
kalus yang beregenerasi pada kalus nilam. Jumlah
gabah hampa tinggi pada konsentrasi PEG -40
Kpa menunjukkan bahwa semakin tinggi
konsentrasi PEG maka semakin banyak jumlah
gabah hampa.
BPTP (1999) dalam Nazirah
(2008) menyatakan bahwa kerusakan akibat
kekeringan antara lain adalah dapat mengurangi
pembentukan gabah.

[6

Enviagro, Jurnal Pertanian dan Lingkungan

ISSN 1978-1644

17

Oklober 2011. VoL 3 No. I, hal 1-43
セァャ@

ak
ra.
ya
ah

1ta

ah

ln,

ng
ah
ah
ifa
un
an
da
ak
ati

ah
an
ng
an
itu
セァゥ@

da
>el
セウゥ@

da
an
ah
:as
isi

an
tir
pa
an
ng

7).

2).
Na
tm
1se
as
ah
ah
40
セァャ@

ah
ah
>at
tgi

Tabel 1. Analisis keragaman aksesi padi gogo lokal Bangka pada berbagai konsentrasi eekaman
kekeringan terhada2 bebera2a 2eubah yang diamati
Cekaman
Interaksi
Aksesi
KK
Karakter
(%)
P>F
F. Hitung
P>F
F. Hitung
P>F
F. Hitung
111
11
2.82*
0.1340
2.19
0.9i
0.5157
13.35
0.0473
Tinggi T anaman
111
111
0.10111
0.9014
0.6860
23.72
0.44
0.70
Jumlah Daun
0.7780
111
111
111
1.29
0.55
0.6989
0.2939
0.68
0.7018
25.93
Jumlah Akar
111
111
0.43111
0.7432
0.8902
15.86
0.17
0.30
Panjang Akar
0.9506
111
111
111
0.54
34.06
Jumlah Anakan/Rumpun
0.8755
0.3008
0.8163
1.26
0.30
111
111
111
Jumlah Anakan Produktif
0.9178
0.06
0.9453
0.75
0.6502
48.21
0.23
111
111
111
0.6419
39.25
0.61
0.86
Jumlah Anak Malai
0.6572
0.4373
0.76
111
111
111
2.84
0.8792
0.0784
0.8259
75.14
Jumlah Gabah Berisi
0.29
0.53
111
11
3.93*
0.30
0.0334
Jumlah Gabah Hampa
0.8739
0.7i
0.6293
45.16
111
11
0.46111
0.7621
0.6813
0.6i
0.7521
32.35
Berat Segar Tajuk
0.39
111
111
11
0.5940
36.25
Berat Segar Akar
0.6417
0.8i
0.5574
0.64
0.53
111
111
111
0.5491
35.34
0.61
0.61
20.56
Berat Kering Tajuk
0.6603
0.7996
111
111
111
0.4645
47.07
0.77
Berat Kering Akar
0.5559
1.05
0.3670
1.00
111
111
3.17*
0.0318
0.86
0.4349
0.19
0.9898
37.23
Rasio Tajuk Akar
111
111
1.34111
0.9461
46.65
1.50
0.06
Persentase Infeksi Akar
0.2349
0.2700
111
11
111
0.30
0.8777
2.4i
0.1105
0.36
0.9315
80.91
Hasil per Petak
111
111
0.55 111
3.15
0.7043
0.0608
0.65
0.7259
69.79
Hasil per Tanaman
Keterangan: * *: berpengaruh sangat nyata, * : berpengaruh nyata, tn : berpengaruh tidak nyata
Tabel 2. Rata-rata tinggi tanaman (em) dan rasio tajuk akar aksesi padi gogo lokal Bangka pada eekaman
kekeringan yang diaplikasikan
Aksesi
Tinggi Tanaman (em)
Rasio Ta.iuk Akar
Mayang Anget
122.972ab
6.3689a
Mayang Nibung
113.669b
4.6422ab
Mayang Duku
113.051b
4.8400ab
Mayang Grintil
135.013a
3.5444b
Balok Emas
118.018b
4.7322ab
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf kepercayaan 95% uj i Duncan
Tabe1 3. Rata-rata jumlah gabah hampa (butir) aksesi padi gogo lokal Bangka pada berbagai eekaman
kekeringan
Cekaman
Jum1ah Gabah Hampa (butir)
Tanpa eekaman
241.67ab
-30 Kpa
175.64b
-40 Kpa
282.45a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf kepercayaan 95% uj i duncan
Secara interaksi tinggi tanaman tertinggi
diperoleh pada perlakuan aksesi Mayang Grintil
pada eekaman kekeringan -40 Kpa yaitu
meneapai 157,85 em (Gambar 1).
Hal ini
disebabkan karena setiap tanaman memiliki
genetis dan respon yang berbeda terhadap
lingkungan. Sejalan dengan pernyataan Nyakpa
et al. (1998) dalam Nazirah (2008) menyatakan
bahwa setiap varietas memiliki respon yang
berbeda terhadap kondisi lingkungan yang ada.
Menurut Filter dan Hay ( 1994) dalam Nazirah

(2008), respon suatu varietas berbeda terhadap
perubahan-perubahan lingkungan, respon tersebut
dapat berupa respon yang positif dan negatif
tergantung varietas yang diuji.
Aksesi Mayang Nibung toleran terhadap
eekaman kekeringan -30 Kpa untuk karakter
jumlah dan panjang akar, sedangkan pada
eekaman kekeringan -40 Kpa aksesi Mayang
Grintil lebih toleran (Gambar 2 dan 3). Salah
satu diantara ciri varietas yang tahan terhadap
cekaman kekeringan adalah perakaran yang

ISSN 1978-1644

Enviagro, .lurnal Pertanian dan Lingkungan
Oktober 2011, Vol. 3 No. I. hal 1- 43

mampu menyerap air tanah dalam kondisi
cekaman kekeringan. Hasil penelitian Suhardi
(2004) dalam Satria (2009), menunjukkan bahwa

-40 Kpa

-30 Kpa
Perlakuan
Gambar 1.

-40 Kpa

18

perakaran yang padat, dalam dan memiliki daya
tembus akar yang tinggi akan meningkatkan
serapan air dari tanah.

Kontrol

Kontrol

-30 Kpa
Perlakuan

-40 Kpa

-30 Kpa
Perlakuan

Rata-rata tinggi tanaman (em), jumlah akar (helai), panjang akar (em), jumlah daun (helai),
jumlah anakan (rumpun) dan berat segar tajuk (g)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aksesi
Mayang Nibung menghasilkan rasio tajuk akar
yang lebih tinggi pada semua aplikasi eekaman
kekeringan (Gambar 2). Tingginya niali rasio
tajuk akar menunjukkan efisiensi akar dalam
menunjang pertumbuhan tajuk.
Menurut
Sitompul dan Guritno (1995) dalam Nawfetrias
(2005) tanaman yang mempunyai nisbah tajuk
atau akar yang tinggi dengan produksi biomassa
total yang besar pada tanah yang subur seeara
tidak langsung menunjukkan bahwa akar yang
relatif sedikit eukup mendukung pertumbuhan
tanaman yang relatif besar dalam penyediaan air
dan unsur hara.
Aksesi Mayang Duku pada eekaman
kekeringan -30 Kpa menghasilkan jumlah anakan
produktif lebih banyak yaitu 4,19 batang per
rumpun (Gambar 2). Hal ini menunjukkan bahwa

pengaruh lingkungan terhadap perkembangan tiap
varietas dibatasi oleh potensi keturunan dimana
tiap varietas mempunyai daya tahan tertentu yang
membatasi lingkungan yang tidak mendukung
untuk pertumbuhannya.
Aksesi Mayang Duku memiliki keunggulan
dalam hal waktu berbunga. Waktu berbunga
semakin eepat seiring dengan meningkatnya
konsentrasi PEG. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin sedikitnya kandungan air yang tersedia
maka tingkat stres tanaman akan semakin
meningkat sehingga mempereepat pembentukan
bunga. Lestari et al. (2005) dalam Satria (2009)
menyatakan salah satu mekanisme toleransi
tanaman terhadap kekeringan pada saat
mengalami stress kekeringan dapat dengan
(escape)
yaitu
tanaman
penghindaran
menyelesaikan
silkus
hidupnya
sebelum

aksesi Ma;rang Duku \)ada cekaman kekeringan セ@ セPN@
|セ@
|。セャoN@
\\\\\\\\\. \\.o.ro.\\.\e-r )um\ab.

mengalami stres berat, dengan berbunga lebih
awa\ atau daun menggu\ung.

|セ@

"._.
セ@

セ|G@

18

aya
kan

Enviagro, Jurnal Pertanian dan Lingkungan
Oktober201L Vol. 3 No.1_ hall-43

Untuk rata-rata berat 100 biji tertinggi
diperoleh pada aksesi Mayang Nibung untuk
semua aplikasi cekaman kekeringan. Hal ini
disebabkan karena aksesi Mayang Nibung
memiliki biji yang lebih besar jika dibandingkan
aksesi lainnya (Gambar 3).

Pemanenan dilakukan secara serempak
karena ciri masak fisiologi yang ditampakkan
tidak
terlalu
berbeda
yaitu
berdasarkan
kenampakan visual, umur panen optimal padi
dicapai apabila 90 sampai 95 % butir gabah pada
malai padi sudah berwarna kuning atau kuning
keemasan (Deptan 2003 ).

E
t!

セ@

!::;

."...
セ@

·;;