Embolisme dan Pertumbuhan Padi Gogo dan Padi Sawah Akibat Cekaman Kekeringan

EMBOLISME DAN PERTUMBUHAN PADI GOGO DAN PADI
SAWAH AKIBAT CEKAMAN KEKERINGAN

YULIATUL MUHAROMAH

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

i

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Embolisme dan
Pertumbuhan Padi Gogo dan Padi Sawah Akibat Cekaman Kekeringan adalah
benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2014
Yuliatul Muharomah
NIM G34090093

iii

ABSTRAK
YULIATUL MUHAROMAH. Embolisme dan Pertumbuhan Padi Gogo dan
Padi Sawah Akibat Cekaman Kekeringan. Dibimbing oleh TRIADIATI dan
YOHANA C. SULISTYANINGSIH.
Embolisme merupakan peristiwa terbentuknya gelembung udara dalam
xilem yang terjadi akibat kekeringan. Embolisme bisa berdampak pada kerusakan
jaringan, bahkan dapat menyebabkan kematian tanaman. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menganalisis pengaruh cekaman kekeringan pada pembentukan
embolisme dan pertumbuhan padi gogo dan padi sawah. Penelitian menggunakan
rancangan acak kelompok dengan 2 faktor, faktor pertama yaitu varietas (Situ
Bagendit dan Ciherang) dan faktor kedua yaitu perlakuan cekaman kekeringan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa cekaman kekeringan selama 10 hari dapat
menurunkan status air media dan daun. Emboli di batang dijumpai ada 2 bentuk
(lonjong dan lingkaran). Jumlah dan ukuran emboli yang berbentuk lingkaran
tidak berbeda, sedangkan ukuran emboli yang berbentuk lonjong berbeda.
Persentase pembuluh xilem yang tidak terwarnai di daun pada kedua varietas padi
meningkat akibat cekaman kekeringan. Peningkatan emboli ini tidak
menyebabkan perbedaan pada pertumbuhan vegetatif kedua varietas padi, tetapi
dapat menurunkan bobot 1000 biji.
Kata kunci: embolisme, kekeringan, padi gogo, padi sawah, PUV

ABSTRACT
YULIATUL MUHAROMAH. Embolism and The Growth of Upland and
Lowland Rice in Respond to Drought Stress. Supervised by TRIADIATI and
YOHANA C. SULISTYANINGSIH.
Embolism is the formation of air bubbles in the xylem vessel of plants
caused by drought. Embolism may cause severe plant tissue damage, even lead to
plant death. This research aimed to analyze the influence of drought stress to
embolism formation and the growth of upland and lowland rice. The experiment
was arranged in a factorial randomized complete block design consist of two
factors; the first factor was rice variety (Situ Bagendit and Ciherang) and the

second factor was drought stress. The results showed that after ten days drought
treatment there was a decline of the media and leaves water status. Two types of
emboly were formed in the xylem vessel, i.e: circle and ellips emboly. There was
no increase in the number and size of circle emboly, whereas the size of ellips
emboly was significantly enlarge. The leaves Percentage of Unstained Veins
(PUV) of the both rice varieties increased as an effect of drought stress treatments.
The increase of emboly did not cause significant difference in all vegetative
growth parameters observed, but it was significantly decreased the seed weight of
1000 seeds.
Key word: drought stress, embolism, lowland rice, PUV, upland rice

EMBOLISME DAN PERTUMBUHAN PADI GOGO DAN PADI
SAWAH AKIBAT CEKAMAN KEKERINGAN

YULIATUL MUHAROMAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada

Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

iii

Judul Skripsi : Embolisme dan Pertumbuhan Padi Gogo dan Padi Sawah Akibat
Cekaman Kekeringan
Nama
: Yuliatul Muharomah
NIM
: G34090093

Disetujui oleh

Dr Triadiati, MSi

Pembimbing I

Dr Yohana C.Sulistyaningsih, MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Iman Rusmana, MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

v

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Karya ilmiah
ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains di
Departemen Biologi IPB. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan
sejak bulan Februari 2013 hingga Juli 2013 ini ialah embolisme dan pertumbuhan,

dengan judul Embolisme dan Pertumbuhan Padi Gogo dan Padi Sawah Akibat
Cekaman Kekeringan.
Terima kasih yang mendalam penulis ucapkan kepada Dr Triadiati, MSi dan
Dr Yohana C. Sulistyaningsih, MSi selaku pembimbing atas bimbingan, ilmu
pengetahuan, saran, serta kesabarannya selama penyusunan karya ilmiah. Terima
kasih pula penulis sampaikan kepada Dr Triatmowidi, MSi yang telah menjadi
penguji sidang serta pemberi saran dalam penyusunan karya ilmiah ini.
Penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ujang Hapid sebagai laboran di
bagian Botani LIPI Cibinong Bogor.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman seperjuangan,
serta rekan kerja di laboratorium Fisiologi dan Genetika Tumbuhan yang telah
banyak membantu dan menenemani selama proses penelitian; serta keluarga
Biologi 46 atas kebersamaannya.
Ungkapan terima kasih terbesar penulis sampaikan kepada ayah, ibu atas
do’a, kasih sayang, dan dukungannya hingga penulis dapat menyelesaikan studi
strata satu ini dengan baik. Akhir kata, penulis berharap karya ilmiah ini
bermanfaat untuk dunia sains dan pendidikan ke depannya.

Bogor, Mei 2014
Yuliatul Muharomah


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang


1

Perumusan Masalah

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

METODE

2

Bahan


2

Alat

2

Rancangan Percobaan

2

Prosedur Percobaan

2

HASIL DAN PEMBAHASAN
SIMPULAN DAN SARAN

5
13


Simpulan

13

Saran

13

DAFTAR PUSTAKA

13

LAMPIRAN

16

RIWAYAT HIDUP

28


vii

DAFTAR TABEL
1 Jumlah emboli padi gogo dan padi sawah selama perlakuan
kekeringan dan setelah rewatering
2 Ukuran emboli padi gogo dan padi sawah selama perlakuan
kekeringan dan setelah rewatering
3 Jumlah dan ukuran emboli padi gogo dan padi sawah tanpa
kekeringan
4 Karakter vegetatif padi gogo dan padi sawah pada perlakuan
kekeringan dan tanpa cekaman kekeringan
5 Karakter reproduktif padi gogo dan padi sawah saat panen

cekaman
7
cekaman
8
cekaman
8
cekaman
12
13

DAFTAR GAMBAR
1 Nilai rata-rata kadar air media (KAM) padi gogo (a); padi sawah (b) 010 HSP dan hari ke-14 setelah rewatering
5
2 Nilai rata-rata kadar air relatif (KAR) padi gogo (a); padi sawah (b) 010 HSP dan hari ke-14 setelah rewatering
6
3 Emboli yang terperangkap dalam pembuluh pada batang padi setelah
mendapat perlakuan cekaman kekeringan
7
4 Pembuluh xilem pada penampang daun abaksial padi gogo dengan
pewarnaan safranin. Kontrol (a); 6 HSP (b); 10 HSP (c); setelah rewatering
(d)
9
5 Pembuluh xilem pada penampang daun abaksial padi sawah dengan
pewarnaan safranin. Kontrol (a); 6 HSP (b); 10 HSP (c); setelah
rewatering (d)
9
6 Persentase pembuluh xilem yang tidak terwarnai di daun padi gogo (a);
padi sawah (b) pada 0-10 HSP dan hari ke-14 setelah rewatering
10
7 Pertumbuhan vegetatif padi varietas Situ Bagendit
11
8 Pertumbuhan vegetatif padi varietas Ciherang
11

DAFTAR LAMPIRAN
1 Perhitungan konversi pupuk NPK Ponska
2 Hasil analisis data karakter vegetatif, reproduktif, dan embolisme pada
daun padi gogo dan padi sawah
3 Hasil analisis data embolisme pada batang padi gogo dan padi sawah
dengan uji T-test

16
17
23

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Air merupakan komponen utama tumbuhan. Air sebagai komponen
esensial tumbuhan memiliki peranan antara lain: (a) sebagai pelarut, didalamnya
terdapat gas, garam, dan zat terlarut lainnya yang bergerak keluar masuk sel, (b)
sebagai pereaksi dalam fotosintesis dan proses hidrolisis, dan (c) air esensial
untuk menjaga turgiditas diantaranya dalam pembesaran sel dan pembukaan
stomata (Griffin et al. 2004). Ketersediaan air merupakan faktor penting dalam
sistem budidaya padi, namun tingginya kebutuhan air kini dihadapkan pada
masalah kekeringan dan kelangkaan air diantaranya karena faktor iklim dan
persaingan penggunaan air antar sektor (Bouman et al. 2007).
Kekeringan merupakan salah satu faktor lingkungan yang besar
pengaruhnya terhadap penurunan produksi tanaman pangan. Selain itu, tanaman
yang mengalami cekaman kekeringan menyebabkan pertumbuhan dan
perkembangannya terhambat. Tanaman akan mengalami penurunan laju
pertumbuhan dan produksi pada kondisi cekaman kekeringan (Tezara et al. 2002).
Tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah akar, dan bobot kering akar semakin
berkurang bila cekaman kekeringan semakin meningkat (Yoshida 1981).
Penyediaan air ke daun bergantung pada keberadaan kolom air pada xilem.
Apabila xilem tidak terisi air dalam waktu lama maka dapat menyebabkan tekanan
hidrolik di dalam xilem menurun (Sperry dan Pockman 1993). Hal tersebut
menyebabkan tanaman mengalami embolisme. Embolisme merupakan peristiwa
terbentuknya gelembung-gelembung gas yang berupa uap air dan kemudian
menjadi gelembung udara yang terperangkap dalam xilem. Hal ini akan
membatasi aliran air yang melewati xilem, sehingga dapat menurunkan kapasitas
tanaman untuk mengangkut air menuju kanopi. Embolisme terjadi saat tegangan
air di xilem meningkat karena adanya peningkatan transpirasi atau tanah kering.
Embolisme yang ekstrim selain dapat menghambat aliran air dalam kolom, juga
dapat menyebabkan kematian tajuk, cabang, bahkan seluruh bagian tanaman
(Tyree et al. 1999).
Perumusan Masalah
Efek kekeringan terhadap tanaman bergantung pada karakter dan tingkat
kepekaan yang dimiliki oleh tanaman dalam merespon kekeringan. Efek
kekeringan tersebut diantaranya yaitu dengan terbentuknya emboli yang menjadi
penghambat kapasitas tanaman dalam mengangkut air untuk pertumbuhannya,
sehingga dapat menyebabkan laju pertumbuhan dan produksi tanaman menjadi
menurun. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang perubahan
pertumbuhan melalui pengamatan fisiologi dan morfologi tanaman dalam
merespon cekaman kekeringan

1

2
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh embolisme terhadap
pertumbuhan melalui pengamatan fisiologi dan morfologi padi gogo dan padi
sawah akibat cekaman kekeringan.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai perubahan
fisiologi dan morfologi tanaman akibat cekaman kekeringan.

METODE
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari–Juli 2013 di rumah kaca,
Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Departemen Biologi, Institut Pertanian Bogor,
dan Laboratorium Reproduksi Zoologi, LIPI Cibinong.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah padi gogo varietas Situ
Bagendit, padi sawah varietas Ciherang, tanah, kompos, pupuk NPK Ponska,
safranin 0.02%, dan gliserin.
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah mikrotom beku, mikroskop
cahaya dan mikroskop stereo yang dilengkapi mikrometer, leaf area meter,
timbangan, kamera digital, kaca preparat, cover glass, cork borer, lampu, tabung
reaksi, penggaris, sekop kecil, polibag, ember, dan alat semprot.
Rancangan Percobaan
Percobaan disusun dalam rancangan acak kelompok (RAK) faktorial yang
terdiri dari 2 faktor dengan 3 ulangan untuk pengamatan destruktif dan 5 ulangan
untuk pengamatan non destruktif. Faktor pertama yaitu padi gogo varietas Situ
Bagendit dan padi sawah varietas Ciherang. Faktor kedua yaitu perlakuan dengan
dua taraf, yaitu cekaman kekeringan dan tanpa cekaman kekeringan.
Prosedur Percobaan
Persiapan Media Tanam
Media tanam yang digunakan adalah tanah. Tanah diambil dari sekitar
kampus IPB Dramaga. Tanah diayak, setelah itu dilakukan pengukuran kadar air
media pada kondisi kapasitas lapang untuk menentukan jumlah air yang harus
ditambahkan pada media. Tanah selanjutnya dipindahkan pada polibag yang
berukuran 5 kg untuk padi gogo dan ember untuk padi sawah, masing-masing
polibag dan ember diisi dengan 5 kg tanah, kemudian diletakkan di rumah kaca.

3
Penanaman dan Pemeliharaan
Benih padi direndam selama 24 jam dengan menggunakan akuades, setelah
itu ditiriskan dan disimpan dalam nampan yang sudah diberi kertas merang selama
dua minggu dalam keadaan lembap dan gelap. Setelah dua minggu, benih padi
ditanam pada wadah masing-masing sebanyak 3 benih untuk setiap perlakuan.
Wadah yang digunakan diantaranya polibag yang berukuran 5 kg dan ember.
Setelah padi tersebut berumur 14 hari, dilakukan penjarangan hingga terdapat 1
tanaman dalam setiap wadah. Pupuk NPK Ponska diberikan sebanyak 0.75 g
untuk setiap wadah yang diberikan sebanyak 3 kali yaitu pada saat awal
penanaman, minggu ke-2, dan minggu ke-4 setelah tanam yang masing-masing
dengan dosis 0.25 g untuk setiap wadah (Lampiran 1). Untuk mencegah terjadinya
gangguan antara tanaman padi percobaan dengan gulma, dilakukan penyiangan
secara periodik apabila ada gulma yang tumbuh. Perhitungan konversi pupuk
NPK Ponska terlampir pada Lampiran 1.
Penyiraman dan Perlakuan Cekaman Kekeringan
Semua tanaman disiram setiap hari sampai umur 14 hari setelah tanam
(HST). Tanaman mendapat dua perlakuan, yaitu perlakuan kekeringan dan tanpa
kekeringan (kontrol). Tanaman kontrol disiram setiap hari sesuai kapasitas lapang
sebanyak 93.3 ml untuk padi gogo dan 1 L untuk padi sawah. Perlakuan cekaman
kekeringan diberikan setelah tanaman berumur 14 hari dengan cara tidak disiram
selama 10 hari, kemudian disiram kembali sebanyak 93.3 ml untuk padi gogo dan
1 L untuk padi sawah pada hari ke-13 untuk melihat kemampuan recovery
tanaman.
Pengukuran Kadar Air Media (KAM) dan Kadar Air Relatif (KAR) Daun
Pengukuran KAM dan KAR daun dilakukan pada hari ke-2, 6, 10 selama
perlakuan kekeringan, dan hari ke-2 setelah rewatering. Pengukuran KAM
dilakukan dengan cara mengambil tiga bagian media tanam yakni bagian atas,
tengah, dan bawah media tanam masing-masing sebanyak 50 g. Tanah yang sudah
diambil dikeringkan di dalam oven pada suhu 80 oC selama 3x24 jam, setelah itu
tanah ditimbang untuk mendapatkan bobot keringnya, dan dihitung kadar air
medianya.
Pengukuran KAR daun dilakukan dengan mengambil 10 potongan daun
berbentuk lingkaran dengan diameter 1 cm, daun diambil dari daun yang telah
berkembang penuh dengan dengan menggunakan cork borer. Potongan daun
tersebut selanjutnya ditimbang bobot basahnya kemudian direndam di dalam air
pada suhu ruang selama 24 jam. Potongan daun tersebut kemudian ditimbang
bobot jenuhnya dan dikeringkan di dalam oven pada suhu 80 oC selama 3x24 jam,
setelah itu ditimbang bobot keringnya dan dihitung kadar air relatifnya
(Prochazkova et al. 2001). Nilai KAM dan KAR daun dihitung dengan rumus:

Keterangan:
a. BB = Bobot Basah
b. BK = Bobot Kering
c. BJ = Bobot Jenuh

3

4
Pengamatan Embolisme pada Batang
Pengamatan embolisme pada batang kedua varietas padi dilakukan pada hari
ke-2, 6, 10 selama perlakuan kekeringan, dan hari ke-2 setelah rewatering. Batang
padi dipotong panjang 1-1,5 cm. Sampel batang padi disayat secara membujur
dengan tebal 20 µm menggunakan mikrotom beku (Shen et al. 2008). Sampel
batang yang sudah disayat, ditetesi dengan sedikit air, dan didiamkan beberapa
menit, selanjutnya emboli yang terbentuk diukur panjang, lebar, serta diameter,
dan dihitung jumlahnya per luasan bidang pandang (mm2) dengan menggunakan
mikroskop cahaya.
Pengamatan Embolisme pada Daun
Pengamatan embolisme pada daun kedua varietas padi dilakukan pada hari
ke-2, 6, 10 selama perlakuan kekeringan, dan hari ke-2 setelah rewatering.
Pengamatan embolisme dilakukan dengan mengambil pangkal daun ke-3 dari
kedua varietas sepanjang ±10 cm, setelah itu daun yang sudah dipotong
dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang sudah berisi 2 ml larutan pewarna
safranin 0.02% dalam air. Bagian atas tabung ditutup dengan menggunakan
plastik untuk mengurangi penguapan. Tabung yang sudah ditutup kemudian
diletakkan di bawah lampu bohlam 100 watt selama 90 menit (Stiller et al. 2005).
Selanjutnya daun tersebut diamati dengan menggunakan mikroskop stereo
pembesaran 80 kali. Persentase pembuluh yang tidak terwarnai (Percentage of
Unstained Veins/ PUV) di daun dihitung dengan rumus:

Keterangan :
a. Xt
b. Xtotal

= Jumlah berkas pembuluh yang tidak terwarnai
= Jumlah total berkas pembuluh

Parameter Pertumbuhan
Parameter pertumbuhan yang diamati meliputi karakter vegetatif dan
reproduktif. Karakter vegetatif meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah
anakan, luas daun, bobot kering akar dan tajuk, dan panjang akar. Tinggi tanaman,
jumlah daun, dan jumlah anakan diukur tiap minggu sejak tanaman berumur 14
HST (hari setelah tanam) sampai tingginya tidak bertambah lagi. Pengukuran luas
daun dilakukan dengan mengukur luas daun total dari seluruh daun yang
didapatkan pada setiap perlakuan setelah panen menggunakan alat pengukur luas
daun LI3000. Bobot kering akar dan tajuk serta panjang akar dilakukan saat panen.
Karakter reproduktif meliputi umur berbunga, umur panen, panjang malai, jumlah
bulir per malai, bobot biji per rumpun, dan bobot per 1000 biji. Pengamatan
karakter reproduktif dilakukan saat panen yaitu pada saat tanaman berumur ±123
HST.
Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan uji keragaman, uji T-test, dan hasil yang
menunjukkan beda nyata diuji dengan uji Duncan pada taraf 5%.

5

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Kadar Air Media (KAM) dan Kadar Air Relatif (KAR) Daun

25

25

20

20

KAM (%)

KAM (%)

Kebutuhan air pada tanaman padi dapat dipenuhi melalui tanah dengan
penyerapan oleh akar, walaupun sebagian besar air akan dilepas ke udara dalam
proses transpirasi. Besarnya penyerapan air oleh tanaman dalam pot ditandai
dengan penurunan kadar air media tanam (KAM). Kandungan air pada tanaman
dipengaruhi oleh faktor lingkungan, salah satunya adalah kandungan air tanah.
Perlakuan cekaman kekeringan dengan menunda penyiraman dapat menurunkan
KAM pada kedua varietas padi (Gambar 1a dan b). Hal tersebut sejalan dengan
penelitian Banon (2009) bahwa cekaman kekeringan dapat mengakibatkan
penurunan KAM pada tanaman padi gogo. Penurunan KAM terus terjadi sampai
akhir perlakuan kekeringan yaitu 10 hari setelah perlakuan (HSP). Nilai KAM
pada padi gogo sebesar 14.23% dan padi sawah sebesar 16.47% pada 10 HSP.
Namun, nilai KAM meningkat kembali setelah dilakukan rewatering.
Penurunan KAM dapat menghambat aliran air pada tanaman, sehingga
dapat terjadi defisit air dan menyebabkan fungsi fisiologis di dalam sel terganggu.
Aliran air ini terkait dengan potensial air, potensial osmotik, dan gradien tekanan.
Pada tanah yang kering, potensial air tanah lebih rendah dari atau sama dengan
potensial osmotik tanaman, sehingga tanaman tidak mampu mempertahankan
tekanan turgor (Tang et al. 2002).

15
10
5

15
10
5

0

0
2

6
10
14
Waktu kekeringan (HSP)

2

6
10
14
Waktu kekeringan (HSP)

(a)
(b)
Gambar 1 Nilai rata-rata kadar air media (KAM) padi gogo (a); padi sawah (b)
pada 0-10 HSP dan hari ke-14 setelah rewatering.
:kontrol;
kekeringan.
Penurunan KAM akibat perlakuan cekaman kekeringan menyebabkan
penurunan kadar air relatif (KAR) daun (Gambar 2a dan b). Penurunan ini terus
terjadi sampai hari terakhir perlakuan cekaman kekeringan. Nilai KAR tertinggi
pada 10 HSP terdapat pada padi gogo sebesar 17.11% dan KAR terendah terdapat
pada padi sawah sebesar 11.95%. Hal ini dimungkinkan karena padi gogo
memiliki ketahanan terhadap kekeringan daripada padi sawah, karena pada
dasarnya nilai KAR daun dapat menggambarkan status air daun yang merupakan
salah satu parameter ketahanan dalam menghadapi kekeringan (Quilambo 2004).
5

6

25

30
25
20
15
10
5
0

KAR (%) Daun

KAR (%) Daun

Penurunan nilai KAR daun akan menyebabkan kehilangan turgor daun sehingga
dapat terjadi kelayuan, penutupan stomata, penurunan fotosintesis, dan
mempengaruhi proses metabolisme dasar lainnya (Alfredo et al. 2004).
Kehilangan turgor akibat penurunan KAR daun berkaitan erat dengan kondisi air
media tanam. Pada kondisi normal, saat potensial air media lebih tinggi daripada
potensial air tumbuhan, akar dapat menyerap air dengan baik. Proses ini
berlangsung hingga tekanan turgor bernilai positif pada jaringan tanaman (Taiz
dan Zeiger 2010).

2

6

10

14

20
15
10
5
0
2

6
10
14
Waktu kekeringan (HSP)
Waktu kekeringan (HSP)
(a)
(b)
Gambar 2 Nilai rata-rata kadar air relatif (KAR) daun padi gogo (a); padi sawah
(b) pada 0-10 HSP dan hari ke-14 setelah rewatering.
:kontrol;
:kekeringan.
Rewatering akan meningkatkan nilai KAM sehingga dapat meningkatkan
KAR daun dengan nilai yang tidak berbeda nyata dengan tanaman kontrol (Arifai
2009). Peningkatan KAR daun diperlukan untuk perbaikan tanaman dari
kerusakan akibat perlakuan cekaman kekeringan. Blanco-shanchez et al. (2002)
menyatakan bahwa pemberian air kembali pada tanaman yang mendapat
perlakuan kekeringan dapat meningkatkan KAR daun sampai mencapai nilai yang
sama dengan kontrol.
Embolisme pada Batang
Keberadaan emboli umum terjadi pada tanaman pada kondisi kekeringan.
Embolisme terjadi saat tegangan air xilem naik yang disebabkan adanya
peningkatan laju transpirasi atau kondisi tanah yang kering. Hasil pengukuran
emboli pada batang kedua varietas padi menunjukkan jumlah emboli pada batang
padi gogo dan padi sawah tidak berbeda nyata pada kondisi kekeringan (Tabel 1).
Cekaman kekeringan lebih berpengaruh pada ukuran daripada jumlah emboli.
Namun, hal ini tidak terjadi secara kontinu sampai akhir perlakuan cekaman
kekeringan. Ukuran emboli yang lebih besar terdapat pada padi sawah berukuran
39.4 µm, sedangkan padi gogo berukuran 32.6 µm setelah 10 hari cekaman
kekeringan (Tabel 2). Hal ini mungkin dikarenakan padi sawah tidak mempunyai
mekanisme toleransi kekeringan dalam mengurangi penggunaan air daripada padi
gogo, sehingga padi sawah dapat mengalami embolisme yang parah dalam kondisi
kekeringan. Tabel 3 menunjukkan bahwa tanaman kontrol padi gogo tetap
membentuk emboli, berbeda halnya dengan tanaman kontrol padi sawah. Hal ini

7
disebabkan karena embolisme merupakan salah satu strategi yang digunakan
tanaman untuk membatasi penggunanaan air selama kekeringan (Sperry dan Ikada
1997).
Pada dasarnya pembuluh xilem mempunyai daya regang yang sangat besar
sehingga kolom air akan dapat bertahan sebelum terputus akibat kekeringan.
Cekaman kekeringan menyebabkan terbentuknya emboli dalam pembuluh xilem
(Gambar 3). Hal ini dapat menghambat transpor air dalam pembuluh xilem ke
daun. Emboli yang terbentuk akan semakin membesar dengan semakin
meningkatnya cekaman kekeringan, sehingga dapat mengganggu aliran air dalam
xilem dan menyebabkan kapasitas tanaman dalam mengangkut air dalam xilem
tersebut akan menurun. Namun, ukuran emboli akan kembali berkurang setelah
dilakukan rewatering.

Emboli

Pembuluh xilem

0.5 µm
Gambar 3 Emboli yang terperangkap dalam pembuluh xilem pada batang padi
setelah mendapat perlakuan cekaman kekeringan.
Tabel 1 Jumlah emboli padi gogo dan padi sawah selama perlakuan cekaman
kekeringan dan setelah rewatering
Jumlah emboli (/mm2)
Waktu
kekeringan

Lonjong

Lingkaran

Padi gogo
Padi sawah
Padi gogo
Padi sawah
2
5.9a
17.6a
5.0a
7.9a
6
6.5a
21.0a
6.8a
11.0a
10
22.9a
27.3a
11.9a
20.5a
Rewatering
6.2a
2.7a
7.0a
2.5a
Ket: Nilai di atas merupakan nilai rata-rata ketiga ulangan. Angka yang diikuti huruf
yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji T-test pada
taraf 5%.

7

8
Tabel 2 Ukuran emboli padi gogo dan padi sawah selama perlakuan cekaman
kekeringan dan setelah rewatering
Ukuran emboli (µm)
Waktu
kekeringan

Lonjong
Padi
Padi
Padi
Padi
gogo
sawah
gogo
sawah
Panjang
Lebar

Lingkaran
Padi
Padi
gogo
sawah
Diameter

2
5.5a
21.8b
1.2a
5.9b
3.0a
4.9a
6
12.0a
31.5a
2.9a
7.4b
4.5a
7.7a
10
32.6a
39.4a
6.3a
8.2a
5.0a
15.6a
Rewatering
8.7a
5.0a
3.3a
1.6a
7.4a
2.1a
Ket: Nilai di atas merupakan nilai rata-rata ketiga ulangan. Angka yang diikuti huruf
yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji T-test pada
taraf 5%.

Tabel 3 Jumlah dan ukuran emboli padi gogo dan padi sawah tanpa cekaman
kekeringan

Tanaman
Padi gogo

Bentuk

Perlakuan
Kontrol

Padi sawah Kontrol

gelembung
Lonjong
Lingkaran
Lonjong
Lingkaran

Jumlah
gelembung
(/mm2)
4.85
4.30
Tidak ada
Tidak ada

Ukuran gelembung (µm)
Panjang

Lebar

4.25

1.11

Diameter
2.84

Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada

Embolisme pada Daun
Keberadaan air yang ditandai dengan terwarnainya pembuluh xilem di daun
digunakan dalam menentukkan persentase pembuluh yang tidak terwarnai (PUV).
Ada atau tidaknya air yang mengisi pembuluh xilem di daun tersebut dapat
ditandai dengan menggunakan pewarna safranin 0.02%. Persentase pembuluh
yang tidak terwarnai digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui jumlah
pembuluh xilem yang mengalami embolisme. Pembuluh xilem pada penampang
abaksial daun yang terwarnai dengan pewarna safranin mulai mengalami
penurunan sejak hari ke-2 sampai hari ke-10 perlakuan kekeringan pada kedua
varietas padi (Gambar 4 dan 5). Hal ini berhubungan dengan nilai KAR daun yang
semakin menurun akibat cekaman kekeringan, sehingga air tidak dapat mengisi
pembuluh xilem karena adanya gelembung udara. Namun, setelah dilakukan
rewatering (penyiraman) pewarna safranin mulai kembali meningkat (Gambar 4
dan 5). Hal ini dikarenakan air dapat kembali mengisi pembuluh xilem yang
mengalami kekeringan. Perlakuan cekaman kekeringan menyebabkan nilai PUV
meningkat sampai hari akhir perlakuan (Gambar 6). Hal ini sejalan dengan

9
penelitian Stiller et al. (2005) yang menyatakan bahwa perlakuan cekaman
kekeringan pada tanaman padi menyebabkan nilai PUV pada daun meningkat.
Setelah rewatering nilai PUV menurun dengan cepat. Hal ini menunjukkan bahwa
air dapat mengisi kembali kolom xilem sehingga gelembung udara dalam xilem
hilang. Nilai PUV padi gogo pada hari ke-2 dan 6 cekaman kekeringan belum
mengalami peningkatan yang signifikan, peningkatan nilai PUV baru terjadi pada
hari ke-10 cekaman kekeringan. Sedangkan, nilai PUV padi sawah sudah
mengalami peningkatan sejak hari ke-2 sampai hari ke-10 cekaman kekeringan
(Gambar 6). Nilai PUV semakin meningkat dengan semakin meningkatnya lama
cekaman kekeringan. Nilai PUV yang paling tinggi terdapat pada padi sawah
yaitu 92%, sedangkan padi gogo yaitu 70% pada perlakuan cekaman kekeringan
(Gambar 6).

1

2

2

1

0.5 µm
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 4 Pembuluh xilem pada penampang daun abaksial padi gogo dengan
pewarnaan safranin. Kontrol (a); 6 HSP (b); 10 HSP (c); setelah
rewatering (d). 1. Pembuluh yang terwarnai penuh; 2. Pembuluh yang
tidak terwarnai.

1

1

2

1

0.5 µm
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 5 Pembuluh xilem pada penampang daun abaksial padi sawah dengan
pewarnaan safranin. Kontrol (a); 6 HSP (b); 10 HSP (c); setelah
rewatering (d); 1. Pembuluh yang terwarnai penuh; 2. Pembuluh yang
tidak terwarnai.

9

10

100%

60%
40%
20%
0%
2
6
10
14
Waktu kekeringan (HSP)

PUV (%)

PUV (%)

80%

120%
100%
80%
60%
40%
20%
0%
6
10
14
-20% 2
-40%
Waktu kekeringan (HSP)

(a)
(b)
Gambar 6 Persentase pembuluh xilem yang tidak terwarnai (PUV) pada daun
padi gogo (a); padi sawah (b) pada 0-10 HSP dan hari ke-14 setelah
rewatering.
:kontrol;
:kekeringan.
Pada dasarnya embolisme merupakan salah satu strategi yang digunakan
tanaman untuk membatasi penggunaan air selama kekeringan (Sperry dan Ikada
1997). Cekaman kekeringan pada tanaman merupakan faktor penting dari
perubahan adaptif pada sistem pembuluh xilem, yang akan memaksimalkan
absorpsi air dan mengurangi defisit air. Prihastanti (2009) menyatakan bahwa
kemampuan akar melewatkan air menuju ke daun pada kondisi kekeringan lebih
kecil, sehingga pada kondisi kekeringan menyebabkan peningkatan emboli pada
kedua varietas padi. Hal ini dapat pula dilihat dengan peningkatan nilai PUV.
Peningkatan emboli tersebut juga tidak menimbulkan perbedaan pertumbuhan
pada kedua varietas padi. Tanaman padi masih dapat tumbuh walaupun dalam
kondisi kekeringan.
Parameter Pertumbuhan
Tinggi tanaman, jumlah anakan, dan jumlah daun kedua varietas padi
memiliki perbedaan yang tidak signifikan akibat cekaman kekeringan. Pemberian
cekaman kekeringan yang dilakukan 2 MST (minggu setelah tanam) tidak
menyebabkan adanya perbedaan tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah anakan
antara kedua varietas padi (Gambar 7 dan 8). Tinggi tanaman padi gogo dan padi
sawah pada 10 HSP berturut-turut sebesar 101.42 cm dan 103.10 cm dibanding
dengan masing-masing kontrolnya berturut-turut sebesar 104.9 cm dan 107.42 cm
(Tabel 2). Hal ini sejalan dengan penelitian Arifai (2009) yang menyatakan bahwa
perlakuan cekaman kekeringan pada padi gogo tidak menyebabkan penurunan
tinggi tanaman secara signifikan. Hal tersebut dimungkinkan karena hasil
fotosintesis masih mencukupi untuk pertumbuhan tanaman, sehingga
pertumbuhan dan perkembangan tanaman masih tetap berjalan walaupun dalam
kondisi kekeringan.

11

Jumlah daun

Tinggi (cm)

100
80
60
40
20

0

5
4

Jumlah anakan

40
35
30
25
20
15
10
5
0

120

3
2
1
0

1 3 5 7 9
3 5 7 9
1 3 5 7 9
-1
Minggu keMinggu keMinggu keGambar 7 Pertumbuhan vegetatif padi varietas Situ Bagendit
:kontrol;
kekeringan, tanda panah (awal perlakuan kekeringan).
1

100

25

3

80
60
40

20

15
10

20

5

0

0

Jumlah anakan

3.5

Jumlah daun

30

Tinggi (cm)

120

:

2.5
2
1.5

1
0.5
0

-0.5 1 3 5 7 9
1 3 5 7 9
3 5 7 9
Minggu keMinggu keMinggu ke-1
Gambar 8 Pertumbuhan vegetatif padi varietas Ciherang
:kontrol;
kekeringan, tanda panah (awal perlakuan kekeringan).
1

:

Perlakuan cekaman kekeringan dapat meningkatkan panjang akar pada
kedua varietas (Tabel 4). Panjang akar padi gogo dan padi sawah akibat cekaman
kekeringan selama 10 HSP berturut-turut 49.7 cm dan 40 cm. Taiz dan Zeiger
(2010) menyatakan bahwa salah satu respon tanaman terhadap kekeringan adalah
dengan peningkatan panjang akar sebagai bentuk adaptasi terhadap kekeringan
terkait dengan kemampuan akar untuk memperoleh air tanah pada zona yang lebih
dalam. Walaupun cekaman kekeringan menyebabkan panjang akar meningkat,
tapi tidak menyebabkan bobot kering akar ikut meningkat (Tabel 4). Peningkatan
panjang akar akibat cekaman kekeringan dapat menghambat perkembangan
pertumbuhan akar lateral. Hal ini yang menyebabkan penurunan bobot kering akar
pada kedua varietas padi. Perlakuan cekaman kekeringan menyebabkan
penurunan luas daun secara nyata pada kedua varietas (Tabel 4). Penurunan
perkembangan luas daun merupakan respon utama tanaman terhadap kekeringan.
Hal ini berkaitan dengan keterbatasan air karena penurunan KAM dan KAR yang

11

12
akan menghambat pemanjangan sel yang secara perlahan-lahan akan menghambat
perkembangan luas daun. Luas daun pada tanaman sangat penting, karena luas
daun dapat mempengaruhi absorbsi cahaya yang digunakan dalam proses
fotosintesis. Hal ini pula yang menyebabkan terjadinya penurunan laju fotosintesis
pada tingkat tajuk tanaman, sehingga hasil panen menjadi menurun (Sitompul dan
Guritno 1995). Namun, perlakuan cekaman kekeringan tersebut tidak disertai
dengan penurunan bobot kering tajuk pada kedua varietas (Tabel 4). Hal tersebut
menunjukkan bahwa kekeringan lebih besar pengaruhnya pada bobot kering akar
daripada bobot kering tajuk. Sinaga (2008) menyatakan bahwa pada kondisi
ketersediaan air tanah menurun mendorong rumput Gajah dan rumput Raja untuk
mendistribusikan hasil-hasil fotosintesis dan unsur hara lainnya cenderung lebih
banyak ditujukan ke arah tajuk.
Tabel 4 Karakter vegetatif padi gogo dan padi sawah pada perlakuan cekaman
kekeringan dan tanpa cekaman kekeringan
Padi gogo
Padi sawah
Kontrol
Kekeringan
Kontrol
Kekeringan
Panjang akar (cm)
33.8a
49.7b
38.7a
40.0b
Bobot kering akar (g)
3.2a
1.2b
4.0a
1.2b
Bobot kering tajuk (g)
13.1a
10.9a
10.7a
10.0a
2
Luas daun (cm )
1052.7a
495.2b
1032.0a
543.3b
Ket: Nilai di atas merupakan nilai rata-rata kelima ulangan. Angka yang diikuti huruf
yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan
pada taraf 5%.
Parameter

Umur berbunga kedua tanaman dipengaruhi oleh varietas (Tabel 5). Padi
gogo memiliki umur berbunga yang lebih pendek yaitu 60 hari daripada padi
sawah yaitu 63 hari. Jones et al. (1981) menyatakan bahwa salah satu strategi
tanaman dalam menghadapi kekeringan ditunjukkan dengan kemampuan tanaman
menyelesaikan siklus hidupnya sebelum mengalami defisit air yang parah, yaitu
dengan sistem pembungaan yang cepat. Umur panen dan panjang malai tidak
dipengaruhi oleh varietas maupun perlakuan kekeringan. Jumlah anakan produktif
kedua varietas padi juga tidak dipengaruhi oleh varietas maupun perlakuan
kekeringan. Jumlah anakan produktif pada kondisi tanpa kekeringan dan cekaman
kekeringan berturut-turut 4 dan 3. Bobot biji per rumpun dan bobot 1000 biji
dipengaruhi oleh varietas (Tabel 5). Padi gogo memiliki penurunan bobot 1000
biji yang lebih kecil dari padi sawah pada kondisi kekeringan. Penurunan laju
fotosintesis akibat kekeringan menyebabkan berkurangnya hasil fotosintat,
sehingga transpor hasil fotosintat ke titik tumbuh dan biji sebagai sink juga
berkurang (Srivastava 2002). Tubur et al. (2012) yang menyatakan bahwa
cekaman kekeringan sangat mempengaruhi pengisian biji yang pada akhirnya
menyebabkan penurunan bobot 1000 biji. Oleh karena itu padi gogo dikatakan
lebih toleran terhadap kekeringan daripada padi sawah. Hal ini dikarenakan hasil
padi gogo pada kondisi kekeringan mengalami penurunan hasil panen yang lebih
rendah daripada padi sawah.

13
Tabel 5 Karakter reproduktif padi gogo dan padi sawah saat panen
Padi gogo
Padi sawah
Kontrol Kekeringan
Kontrol
Kekeringan
Umur berbunga (hari)
61.0a
60.8a
66.2b
63.8b
Umur panen (hari)
122.0a
123.4a
122.6a
122.8a
Panjang malai (cm)
17.8a
14.1a
17.5a
13.8a
Jumlah anakan produktif
4.0a
3.0a
3.0a
2.0a
Jumlah biji isi per malai
240.0a
226.4a
281.4a
216.6a
Jumlah biji hampa per malai
97.8a
93.4a
107.8a
99.2a
Bobot biji per rumpun (g)
8.3a
5.7a
33.2b
22.9b
Bobot 1000 biji (g)
25.0a
18.9b
37.5a
21.9b
Ket: Nilai di atas merupakan nilai rata-rata kelima ulangan. Angka yang diikuti huruf
yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada
taraf 5%.
Parameter

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Cekaman kekeringan yang diberikan selama 10 hari tidak menyebabkan
peningkatan jumlah emboli, namun menyebabkan peningkatan ukuran emboli
yang berbentuk lonjong dan nilai PUV di xilem daun pada kedua varietas padi.
Peningkatan emboli ini secara tidak nyata menyebabkan penurunan tinggi
tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, dan bobot kering tajuk, namun secara
nyata menyebabkan penurunan panjang akar, bobot kering akar, luas daun, dan
bobot 1000 biji pada kedua varietas padi.

Saran
Percobaan lebih lanjut diperlukan terhadap pembentukkan embolisme pada
akar kedua varietas padi. Selain itu, perlu adanya pengamatan lebih lanjut
mengenai kemungkinan perubahan struktur xilem, serta analisis senyawa osmotik
akibat perlakuan cekaman kekeringan.

DAFTAR PUSTAKA
Alfredo A, Alves C, Setter TL. 2004. Response of cassava leaf area to water
deficit: cell preparation, cell expansion, and delayed development. Crop Sci.
40: 131-137.
Arifai M. 2009. Respon anatomi daun dan parameter fotosintesis tumbuhan padi
gogo, caisim, Echinochloa crussgalli.L., dan bayam pada berbagai cekaman
kekeringan [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

13

14
Banon S. 2009. Perubahan fisiologi, fotosintesis, dan struktur anatomi daun
tanaman C3 dan C4 akibat cekaman kekeringan [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Blanco-shanchez M, Rodrigues P, Morales MA, Ortuno MF, Torrecillas A. 2002.
Comparative growth and water relation of Cistus albidus and Cistus
monspeliensis plants during water deficit conditions and recovery. Plant Sci.
162: 107-113.
Bouman BAM, Humphreys E, Toung TP, Barker R. 2007. Rice and water. Advan
Agron. 92: 187-237.
Griffin JJ, Ranney TG, Pharr DM. 2004. Heat and drought influence
photosynthesis, water relation, and soluble carbohydrates of two ecotypes of
redbud (Cercis canadensis). J Hort Sci. 129: 497-502.
Jones MM, Tuner NC, Osmond CB. 1981. Mechanism of Drought Resistance. Di
dalam: Paleg LG, Aspinall D, editor. The Physiology and Biochemistry of
Drought Resistance in Plants. Sydney (AU): Academic Pr. hlm 15-53.
Prihastanti E. 2009. Respon morfofisiologi tanaman kakao (Theobroma cacao L.)
terhadap cekaman kekeringan di kawasan agroforestri sekitar Taman
Nasional Lore Lindu Sulawesi Tengah Indonesia [disertasi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Prochazkova D, Sairam RK, Srivastava GC, Singh DV. 2001. Oxidative stress and
antioxidant activity as the basis of senescence in maize leaves. Plant Sci.
161: 765-777.
Quilambo OA. 2004. Prolin content, water retention capability and cell membrane
integrity as parameters for drought tolerance in two peanut cultivar. South
African J Bot. 70: 227-234.
Shen FY, Guo R, Sun Q, Gao RF, Shen YB, Zhang ZY. 2008. Possible causes for
embolism repair in xylem. Envir Exp Bot. 62: 139-144.
Sinaga R. 2008. Ketersediaan nisbah tajuk akar dan efisiensi penggunaan air pada
rumput Gajah dan rumput Raja akibat penurunan ketersediaan air tanah. J
Bio Sumatra. 3: 2-35.
Sitompul SM, Guritno B. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta
(ID): UGM Pr.
Sperry JS, Ikeda T. 1997. Xylem cavitation in roots and stems of Douglas fir and
White fir. Tree Physiol. 17: 275-280.
Sperry JS, Pockman WT. 1993. Limitation of transpiration by hydraulic
conduntance on stomatal conductance and xylem cavitation in Betula
occidentalis. Plant Cell Envir Bot. 44: 1075-1082.
Srivastava ML. 2002. Plant Growth and Development Hormones and
Environment. California (US): Academic Pr.
Stiller V, John SP, Renee L. 2005. Embolized conduits of rice (Oryza sativa,
Poaceae) refill despite negative xylem pressure. Am J Bot. 92: 1970-1974.
Taiz L, Zeiger E. 2010. Plant Physiology. Sunderland (GB): Sinauer Associate.
Ed ke-5.
Tang AC, Kawamitsu Y, Kanechi M, Boyer JS. 2002. Photosynthetic oxygen
evolution at low water potential in leaf discs lacking an epidermis. Ann Bot.
89: 861-870.

15
Tezara W, Mitchel V, Driscoll SP, Lawlor DW. 2002. Effect of water deficit and
its interaction with CO2 supply on the biochemistry and physiology of
photosynthesis in sunflower. Exp Bot. 53: 1781-1791.
Tubur HW, Chosin MA, Santosa E, Junaedi A. 2012. Respon agronomi varietas
padi terhadap periode kekeringan pada sistem sawah. J Agron Indonesia.
40: 167-173.
Tyree MT, Salleo S, Nardini A, Lo Gullo MA, Mosca R. 1999. Refilling of
embolized vessels in young stems of laurel. Do we need a new paradigm?.
Plant Physiol. 82: 597–599.
Yoshida S. 1981. Fundamental of Rice Crop. Los Banos (US): Science IRRI.

15

16
Lampiran 1 Perhitungan konversi pupuk NPK Ponska
1 ha
= 10.000 m2
Kedalaman tanah menanam benih = 20 cm (0.2 m)
Volume tanah = 10.000 m2 x 0.2 m = 2000 m2
1 m2
= 1000 kg
2000 m2
= 2000 m2 x 1000 = 2x106 kg/ha
Jadi, dosis pupuk NPK yang diberikan :

Polibag 5 kg = 5x103 g
Sehingga, ( 5x103 g) X ( 1.5x 1/104) = 0.75 g

17
Lampiran 2 Hasil analisis data karakter vegetatif, reproduktif, dan embolisme
pada daun padi gogo dan padi sawah
a. Tinggi tanaman
Sumber keragaman

Jumlah kuadrat df

Kuadrat tengah F. hitung

Sig.

Perlakuan

28.800

1

28.800

3.418

.138

Varietas

.200

1

.200

.024

.885

Kelompok

39.700

4

9.925

1.178

.439

Perlakuan * Varietas 28.800

1

28.800

3.418

.138

Galat

33.700

4

8.425

Total

217840.000

20

Total terkoreksi

270.200

19

b. Jumlah daun
Sumber keragaman

Jumlah kuadrat

df Kuadrat tengah F. hitung

Sig.

Perlakuan

180.000

1

180.000

2.531

.187

Varietas

192.200

1

192.200

2.702

.176

Kelompok

156.300

4

39.075

.549

.712

Perlakuan * Varietas 125.000

1

125.000

1.757

.256

Galat

284.500

4

71.125

Total

14472.000

20

Total terkoreksi

1364.800

19

c. Jumlah Anakan perrumpun
Sumber keragaman

Jumlah kuadrat

df Kuadrat tengah F. hitung

Sig.

Perlakuan

2.450

1

2.450

.831

.414

Varietas

6.050

1

6.050

2.051

.225

Kelompok

9.200

4

2.300

.780

.592

Perlakuan * Varietas .450

1

.450

.153

.716

Galat

11.800

4

2.950

Total

225.000

20

Total terkoreksi

50.950

19

17

18
d. Umur panen
Sumber keragaman

Jumlah kuadrat

df Kuadrat tengah F. hitung

Sig.

Perlakuan

3.200

1

3.200

4.000

.116

Varietas

.000

1

.000

.000

1.000

Kelompok

1.200

4

.300

.375

.817

Perlakuan * Varietas 1.800

1

1.800

2.250

.208

Galat

3.200

4

.800

Total

301124.000

20

Total terkoreksi

18.200

19

Sumber keragaman

Jumlah kuadrat

df Kuadrat tengah F. hitung

Sig.

Perlakuan

8.450

1

8.450

1.807

.250

Varietas

84.050

1

84.050

17.979

.013*

Kelompok

28.700

4

7.175

1.535

.344

Perlakuan * Varietas 19.300

4

4.825

1.032

.488

Galat

18.700

4

4.675

Total

79447.000

20

e. Umur berbunga

Total terkoreksi
192.950
19
Keterangan: *) Berpengaruh nyata pada uji F 5%.
f. Anakan produktif perrumpun
Sumber keragaman

Jumlah kuadrat

df Kuadrat tengah F. hitung

Sig.

Perlakuan

2.450

1

2.450

.867

.404

Varietas

4.050

1

4.050

1.434

.297

Kelompok

12.300

4

3.075

1.088

.468

Perlakuan * Varietas .450

1

.450

.159

.710

Galat

11.300

4

2.825

Total

213.000

20

Total terkoreksi

50.550

19

19
g. Panjang malai
Sumber keragaman

Jumlah kuadrat

df Kuadrat tengah F. hitung

Sig.

Perlakuan

76.050

1

76.050

1.608

.274

Varietas

.050

1

.050

.001

.976

Kelompok

104.800

4

26.200

.554

.709

Perlakuan * Varietas .050

1

.050

.001

.976

Galat

189.200

4

47.300

Total

5153.000

20

Total terkoreksi

440.550

19

Sumber keragaman

Jumlah kuadrat

df Kuadrat tengah F. hitung

Sig.

Perlakuan

369.800

1

369.800

30.374

.005*

Varietas

259.200

1

259.200

21.290

.010*

Kelompok

293.700

4

73.425

6.031

.055*

Perlakuan * Varietas 28.800

1

28.800

2.366

.199

Galat

48.700

4

12.175

Total

33686.000

20

h. Panjang Akar

Total terkoreksi
1204.200
19
Keterangan: *) Berpengaruh nyata pada uji F 5%.
i. Bobot kering akar
Sumber keragaman

Jumlah kuadrat

df Kuadrat tengah F. hitung

Sig.

Perlakuan

31.250

1

31.250

96.154

.001*

Varietas

.450

1

.450

1.385

.305

Kelompok

3.300

4

.825

2.538

.194

Perlakuan * Varietas .450

1

.450

1.385

.305

Galat

6.700

4

1.675

Total

68.000

20

Total terkoreksi
39.200
19
Keterangan: *) Berpengaruh nyata pada uji F 5%.

19

20
j. Bobot kering tajuk
Sumber keragaman

Jumlah kuadrat

df Kuadrat tengah F. hitung

Sig.

Perlakuan

9.800

1

9.800

.437

.545

Varietas

12.800

1

12.800

.571

.492

Kelompok

56.700

4

14.175

.632

.666

Perlakuan * Varietas 1.800

1

1.800

.080

.791

Galat

89.700

4

22.425

Total

2634.000

20

Total terkoreksi

301.200

19

Sumber keragaman

Jumlah kuadrat

df Kuadrat tengah F. hitung

Sig.

Perlakuan

1394.450

1

1394.450

.010

.926

Varietas

1382854.050

1

1382854.050

9.613

.036*

Kelompok

211805.700

4

52951.425

.368

.822

Perlakuan * Varietas 4898.450

1

4898.450

.034

.863

Galat

575390.300

4

143847.575

Total

1.501E7

20

k. Luas daun

Total terkoreksi
2780148.950
19
Keterangan: *) Berpengaruh nyata pada uji F 5%.
l. Jumlah bulir isi perrumpun
Sumber keragaman

Jumlah kuadrat

df Kuadrat tengah F. hitung

Sig.

Perlakuan

7722.450

1

7722.450

1.292

.319

Varietas

1232.450

1

1232.450

.206

.673

Kelompok

64620.800

4

16155.200

2.704

.179

Perlakuan * Varietas 3251.250

1

3251.250

.544

.502

Galat

23902.000

4

5975.500

Total

1410849.000

20

Total terkoreksi

247782.550

19

21
m. Jumlah bulir hampa perrumpun
Sumber keragaman

Jumlah kuadrat

df Kuadrat tengah F. hitung

Sig.

Perlakuan

217.800

1

217.800

.050

.835

Varietas

304.200

1

304.200

.069

.805

Kelompok

17585.000

4

4396.250

1.001

.500

Perlakuan * Varietas 24.200

1

24.200

.006

.944

Galat

17566.800

4

4391.700

Total

251106.000

20

Total terkoreksi

53101.000

19

n. Bobot bulir perrumpun
Sumber keragaman

Jumlah kuadrat

df Kuadrat tengah F. hitung

Sig.

Perlakuan

204.800

1

204.800

2.454

.192

Varietas

2205.000

1

2205.000

26.423

.007*

Kelompok

660.200

4

165.050

1.978

.263

Perlakuan * Varietas 72.200

1

72.200

.865

.405

Galat

333.800

4

83.450

Total

10526.000

20

Total terkoreksi
4609.200
19
Keterangan: *) Berpengaruh nyata pada uji F 5%.
o. Bobot 1000 biji
Sumber keragaman

Jumlah kuadrat

df Kuadrat tengah F. hitung

Sig.

Perlakuan

101.250

1

101.250

4.680

.050

Kelompok

.000

4

.000

.000

1.000

Varietas

661.250

1

661.250

30.564

.000*

Perlakuan * Varietas 281.250

1

281.250

5.770

.075

Error

281.250

13 21.635

Total

13795.000

20

Total terkoreksi
1043.750
19
Keterangan: *) Berpengaruh nyata pada uji F 5%.

21

22
o. Kadar air relatif
Sumber keragaman Jumlah kuadrat

df Kuadrat tengah F. hitung

Sig.

Perlakuan

494.812

7

70.687

8.458

.000

Varietas

172.521

1

172.521

20.644

.000

Kelompok

66.500

2

33.250

3.979

.043

Perlakuan * Varietas

30.312

7

4.330

.518

.807

Galat

117.000 14

8.357

Total

23021.000 48

Total terkoreksi
1218.312 47
Keterangan: *) Berpengaruh nyata pada uji F 5%.
p. Kadar air media
Sumber keragaman Jumlah kuadrat
Perlakuan

df Kuadrat tengah F. hitung Sig.

217.333

7

31.048

16.275

.000

Varietas

2.083

1

2.083

1.092

.314

Kelompok

1.625

2

.813

.426

.661

Perlakuan * Varietas

27.917

7

3.988

2.090

.114

Galat

26.708 14

1.908

Total

19526.000 48

Total terkoreksi
326.000 47
Keterangan: *) Berpengaruh nyata pada uji F 5%.
q. PUV
Sumber keragaman

Jumlah kuadrat

df Kuadrat tengah F. hitung

Sig.

Perlakuan

99.979

7

14.283

22.637

.000*

Varietas

15.187

1

15.187

24.071

.000*

.167

2

.083

.132

.877

13.979

7

1.997

3.165

.032

Galat

8.833 14

.631

Total

321.000 48

Kelompok
Perlakuan * Varietas

Total terkoreksi
148.479 47
Keterangan: *) Berpengaruh nyata pada uji F 5%.

24

Lampiran 3 Hasil analisis data embolisme pada batang padi gogo dan padi sawah dengan uji T-test
Levene's Test
for Equality of
Variances

t-test for Equality of Means

Source
F
Ukuran
gelembung
panjang H+2
kekeringan
Ukuran
gelembung
panjang H+6
kekeringan
Ukuran
gelembung
panjang H+10
kekeringan
Ukuran
gelembung
panjang H+1
rewatering

Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed
Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed
Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed
Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed

4.780

1.520

.515

.978

Sig.
.094

.285

.513

.379

T

df

-8.283 4

Sig. (2tailed)

Mean
Difference

Std. Error
Difference

95% Confidence Interval of the
Difference
Lower
Upper

.001

-16.3333333

1.9720266

-21.8085569

-10.8581097

-8.283 2.508 .007

-16.3333333

1.9720266

-23.3672324

-9.2994343

-1.637 4

.177

-19.3333333

11.8086597 -52.1194288

13.4527622

-1.637 3.318 .191

-19.3333333

11.8086597 -54.9563125

16.2896458

-.371 4

.729

-6.6666667

17.9474542 -56.4967879

43.1634546

-.371 3.632 .731

-6.6666667

17.9474542 -58.5535384

45.2202050

.747

4

.497

3.6666667

4.9103066

-9.9665301

17.2998634

.747

3.357 .504

3.6666667

4.9103066

-11.0615052

18.3948385

23
23

24

24

Levene's Test
for Equality of
Variances

t-test for Equality of Means

Source
F
Ukuran
Equal variances
gelembung lebar assumed
H+2 kekeringan Equal variances
not assumed
Ukuran
Equal variances
gelembung lebar assumed
H+6 kekeringan Equal variances
not assumed
Ukuran
Equal variances
gelembung lebar assumed
H+10 kekeringan Equal variances
not assumed
Ukuran
Equal variances
gelembung lebar assumed
H+1 rewatering Equal variances
not assumed

3.200

3.273

.235

1.600

Sig.
.148

.145

.653

.275

T

df

-6.261 4

Sig. (2tailed)

Mean
Difference

Std. Error
Difference

95% Confidence Interval of the
Difference
Lower
Upper

.003

-4.6666667

.7453560

-6.7361067

-2.5972267

-6.261 2.941 .009

-4.6666667

.7453560

-7.0657877

-2.2675456

-2.907 4

.044

-4.3333333

1.4907120

-8.4722133

-.1944533

-2.907 2.210 .090

-4.3333333

1.4907120

-10.1974024

1.5307358

-1.809 4

.145

-2.0000000

1.1055416

-5.0694756

1.0694756

-1.809 3.723 .150

-2.0000000

1.1055416

-5.1616467

1.1616467

.945

4

.398

1.6666667

1.7638342

-3.2305222

6.5638555

.945

3.200 .410

1.6666667

1.7638342

-3.7532941

7.0866274

24

24

Levene's Test
for Equality of
Variances

t-test for Equality of Means

Source
F
Ukuran
gelembung
lingkaran H+2
kekeringa

Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed
Ukuran
Equal variances
gelembung
assumed
lingkaran H+6 Equal variances
kekeringan
not assumed
Ukuran
Equal variances
gelembung
assumed
lingkaran H+10 Equal variances
kekeringan
not assumed
Ukuran
Equal variances
gelembung
assumed
lingkaran H+1 Equal variances
rewatering
not assumed

.685

1.143

7.942

5.000

Sig.
.454

.345

.048

.089

T
-.606 4

df

Sig. (2tailed)

Mean
Difference

Std. Error
Difference

95% Confidence Interval of the
Difference
Lower
Upper

.577

-1.6666667

2.7487371

-9.2983843

5.9650510

-.606 3.348 .583

-1.6666667

2.7487371

-9.9214592

6.5881259

-1.357 4

.246

-3.0000000

2.2110832

-9.1389511

3.1389511

-1.357 3.427 .257

-3.0000000

2.2110832

-9.5661555

3.5661555

-1.141 4

.317

-7.6666667

6.7164806

-26.3146062

10.9812729

-1.141 2.196 .363

-7.6666667

6.7164806

-34.2299780

18.8966446

2.138 4

.099

2.6666667

1.2472191

-.7961688

6.1295021

2.138 2.306 .149

2.6666667

1.2472191

-2.0720520

7.4053854

25

25

24
26

0
1

26

Source

Levene's Test
for Equality of
Variances
F

Jumlah
gelembung
lonjong H+2
kekeringan
Jumlah
gelembung
lonjong H+6
kekeringan
Jumlah
gelembung
lonjong H+10
kekeringan
Jumlah
gelembung
lonjong H+1
rewatering

Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed
Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed
Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed
Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed

Sig.

13.352 .022

.918

.405

6.015

.392

.559

.070

t-test for Equality of Means

t

df

-2.824 4

Sig. (2tailed)

Mean
Difference

Std. Error
Difference

95% Confidence Interval of the
Difference
Lower
Upper

.058

-11.33333

4.01386

-22.47761

-.18906

-2.824 2.028 .104

-1