Evaluasi Pengelolaan Lanskap Berdasarkan Aspek Tepat Guna Lahan bagi Bangunan Hijau di P.T. Dahana

EVALUASI PENGELOLAAN LANSKAP BERDASARKAN
ASPEK TEPAT GUNA LAHAN BAGI BANGUNAN HIJAU DI
P.T. DAHANA

WIKA DIANNISA PURNOMO

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Evaluasi
Pengelolaan Lanskap Berdasarkan Aspek Tepat Guna Lahan bagi Bangunan Hijau
di P.T. Dahana”adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi baik yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, November 2013
Wika Diannisa Purnomo
A44090070

2

ABSTRAK
WIKA DIANNISA PURNOMO. Evaluasi Pengelolaan Lanskap Berdasarkan
Aspek Tepat Guna Lahan bagi Bangunan Hijau di P.T. Dahana. Dibimbing oleh
WAHJU QAMARA MUGNISJAH
Pembangunan di Indonesia berkembang sangat pesat. Namun,
perkembangan pembangunan ini tidak sebanding dengan pengaruh baiknya
terhadap lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan adanya penerapan konsep green
building yang mengacu pada prinsip keberlanjutan dan penerapan praktik ramah
lingkungan. Salah satu contoh penerapan konsep ini terdapat pada bangunan P.T.
Dahana. Penelitian ini bertujuan 1) menganalisis pengelolaan serta mempelajari
permasalahan dan potensi yang ada dalam pengelolaan lanskap pada P.T. Dahana
berdasarkan aspek tepat guna lahan dengan konsep green building, dan 2)

menyusun rekomendasi rencana strategi pengelolaan kepada pihak P.T. Dahana
untuk mengoptimalkan pengelolaan.Evaluasi pengelolaan ini menggunakan
analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pihak pengelola kawasan
green building di P.T. Dahana ini harus mengembangkan dan membangunstrategi
pengelolaan,di antaranya,dengan meningkatan kenyamanan dan produktivitas
pengguna area green building, mengembangan area lanskap, meningkatan fungsi
roof garden, serta membuatan rencana pengelolaan lanskap.
Kata kunci: Evaluasi, analisis SWOT, rencana pengelolaan lanskap, lanskap
bangunan hijau.

ABSTRACT
WIKA DIANNISA PURNOMO.Evaluation of Landscape Management Based on
Appropriate Site Development Aspect in Green Building P.T. Dahana. Supervised
byWAHJU QAMARA MUGNISJAH
Construction in Indonesia grows rapidly. But, the development of this
construction does not equal to its influence for environment. Implementation of
green building concept is needed, based on sustainable and eco-friendly principal.
P.T. Dahana’s building is one of green building. This research propose to 1)
analyze landscape management and find problems and potential factors from
landscape management of P.T. Dahana base on appropriate site development in

green building concept, and 2)makeastrategic landscape management
recomendation to P.T. Dahana to optimize its management. SWOT analysis is
used for evaluating its landscape management. The result of this research shows
that P.T.Dahana must create and develop strategic landscape management, such as
improve user productivity, develop landscape, improve the function roof garden,
and make a landscape management plan.
Key word: evaluation, SWOT analysis, landscape management plan, green
building landscape.

3

EVALUASI PENGELOLAAN LANSKAP
BERDASARKAN ASPEK TEPAT GUNA LAHAN BAGI
BANGUNAN HIJAU DI P.T. DAHANA

WIKA DIANNISA PURNOMO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian

pada
Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

4

5
Judul Skripsi: Evaluasi Pengelolaan Lanskap Berdasarkan Aspek Tepat Guna
Lahan bagi Bangunan Hijau di P.T. Dahana
Nama
: Wika Diannisa Purnomo
NIM
: A44090070

Disetujui oleh


Prof. Dr. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah, M.Agr.
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M.Agr.
Ketua Departemen

Tanggal Lulus: ……………………………………………………………

6

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. atas segala rahmat
dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan
skripsi ini dengan judul “Evaluasi Pengelolaan Lanskap Berdasarkan Aspek Tepat
Guna Lahan bagi Bangunan Hijau di P.T. Dahana”.Skripsi ini merupakan bagian
dari tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pertanian dari Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini dapat diselesaikan karena adanya bantuan dari berbagai pihak.
Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih, antara lain, kepada
1. Prof. Dr. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah, M. Agr. sebagai pembimbing skripsi
yang telah memberikan bimbingan, masukan, dan pengarahan selama awal
penelitian hingga penulisan skripsi ini selesai;
2. Dr. Kaswanto dan Dr. Syartinilia sebagai dosen penguji yang telah
memberikan saran dan masukanuntuk perbaikan skripsi;
3. Dr. Ir. Setia Hadi, MS sebagai pembimbing akademik yang banyak
memberikanmotivasi dan nasehat selama tiga tahun terakhir masa perkuliahan
jurusan;
4. Bapak Kusuma Tri Hatmaja, ST selaku Building Manager Telkom Property,
Ibu Intan selaku pengelola P.T. Dahana, Bapak Suratman selaku Green
Professional, dan Bapak Yodi serta Bapak Djarot selaku Rating Development
Manager GBCI;
5. PapahIbnu Purnomo, SE, MBA,Mamah Suhendawati, SE, kakak Oghie
Martagraha Purnomo, Adik Ranti Noviannisa Purnomo, dan keluarga besar
atas semangat, kasih sayang, dan doa yang tiada henti;
6. Danang Sutowijoyo yang setia menemani, membantu, dan memberikan
semangat selama penelitian;
7. sahabat tersayangYaomi, Renny, Nindy, Tyas, Tibel, Arti, Khonsa, Adis, Ines,

dan Imel;
8. sahabat-sahabat dari BEM TPB IPB, BEM Fakultas Pertanian Kabinet
Gaharu,Keluarga ARL46, dan nama-nama lainnya yang tidak dapatpenulis
sebutkan satu persatu.

Bogor, November 2013
Wika Diannisa Purnomo

7

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

ix 

DAFTAR GAMBAR x 
PENDAHULUAN1 
Latar Belakang1 
Tujuan


2

Manfaat

3

Kerangka Berpikir

4


TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Suistainable Development 4 


Konsep Green Building
Sistem RatingGreenship





Aspek Appropriate Site Development
Rencana Pengelolaan




METODOLOGI



Tempat dan Waktu
Bahan dan Alat



Jenis Data




Tahapan Penelitian



HASIL DAN PEMBAHASAN

13 
13 

Kondisi Umum
Sejarah Perusahaan

13

Batas Tapak

13

Iklim dan Topografi


13

Hidrologi

13

Vegetasi

14

Aspek Pengelolaan

15

Karakteristik Sosial

17

Aspek Tepat Guna Lahan

18

Area Dasar Hijau

19

Pemilihan Tapak

19

8
Aksesibilitas

20

Transportasi Massal

21

Fasilitas untuk Pengguna Sepeda

22

Area Lanskap

24

Iklim Mikro

26

Manajemen Air dan Limpasan Hujan

28

Evaluasi Kegiatan Pengelolaan Green Building P.T. Dahana

30

Analisis SWOT

31

Rencana Pengelolaan

41

Peningkatan Kenyamanan dan Produktivitas bagi Pengguna
Pengembangan Area Lanskap

41

42

Perbaikan Roof Garden

46

Pengelolaan Lanskap Green Building P.T. Dahana

48
50 

SIMPULAN DAN SARAN

50 

Simpulan
50 

Saran
DAFTAR PUSTAKA

51

LAMPIRAN

53

RIWAYAT HIDUP

62

DAFTAR TABEL
1. Total nilai pencapaian akhir P.T. Dahana oleh GBCI
2. Skala Penilaian Peringkat Matriks IFE dan EFE

5
11

3. Matriks SWOT 12 
4. Data curah hujan tahun 2003-201214 
5. Data hidrologi P.T. Dahana

14 

6. Daftar vegetasi tanaman perdu sedang di green building P.T. Dahana 14 
7. Daftar vegetasi tanaman pohon di green building P.T. Dahana

15 

8. Daftar vegetasi tanaman ground cover di green building P.T. Dahana15 
9. Rincian aktivitas dan frekuensi kegiatan pemeliharaan
10. Luas area dasar hijau (basic green area)19

17

9
11. Daftar transportasiumum yang melalui P.T. Dahana

22

12. Luas area lahan lanskap (site landscaping)

25

13. Pencapaian nilai albedo pada atap green building P.T. Dahana

26

14. Pencapaian nilai albedo pada non-atap green building P.T. Dahana 27 
29 

15. Analisis limpasan air pada green building P.T. Dahana
16. Analisis jumlah tampungan air pada green building P.T. Dahana29
17. Penentuan nilai bobot faktor internal green building35
18. Penentuan nilai bobot faktor eksternal green building

36

19. Tingkat kepentingan faktor internal

36

20. Tingkat kepentingan faktor eksternal

36

21. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)

37

22. Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE)

37

23. Matriks SWOT green building P.T. Dahana

39

24. Peringkat alternatif strategi

40

25. Rekomendasi jadwal pemeliharaan

49

 

DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka pikir penelitian



2.Peta lokasi penelitian



3. Struktur organisasi P.T. Telkom Property

16 

4. Grafik usia dan tingkat pendidikan pengguna
5. Grafik pekerjaan pengguna

18
18

6. Grafik tingkat kesesuain pemilihan tapak

20

7. Grafik aksesibilitas pengguna

21

8. Grafik transportasi yang digunakan pengguna

22

9.Grafik kondisi fasilitas untuk pengguna sepeda

23

10.Detil rak sepeda P.T. Dahana

24

11. Area lanskap P.T. Dahana

25

12.Kondisi area lanskap green building P.T. Dahana

26

13. Paving block warna, grass pavers, dan paving block

27

14. Skylight pada auditorium P.T. Dahana

28

15. Menara tank P.T. Dahana dan instalasi raw water tank

29

10
16. Kondisi roof gardendan kondisi kolam yang terkena limpasan
tanah roof garden

33

17. Kegiatan pada kawasan Energetic Material Center P.T. Dahana

34

18.Hasil pemetaan matriks IFE dan EFE

38

19. Rekomendasi program bike on bus

42

20. Panduan polyculture di area (inti kawasan / site office)

44

21.Panduan polyculture di area kastin bangunan atau marjin pedestrian

44

22. Panduan polyculture di area transisi

45

23. Panduan polyculture di area alami (tanah rawa)
24. Panduan polyculture di area genangan (kolam/rawa)

45
46

25. Konsep aliran air roof garden P.T. Dahana

47

26. Konsep sistem drainase roof gardendan konsep cups concept 47
27. Rekomendasi struktur organisasi pengelola

48

DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuisioner untuk pengguna
54
2. Kuisioner untuk ahli atau pengelola
3. Master plan green building P.T. Dahana

56
61

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan di Indonesia berkembang sangat pesat. Hal ini berbanding
lurus dengan kebutuhan masyarakat akan suatu tempat, baik area komersial seperti
perkantoran atau mal maupun area nonkomersial seperti sekolah atau rumah sakit.
Namun perkembangan pembangunan ini tidak sebanding dengan pengaruh
baiknyaterhadaplingkungan. Bangunan gedung terutama bangunan yang berdaya
guna komersial seperti halnya perkantoran, pertokoan, pusat perbelanjaan, hotel,
dan apartemen, menyumbang emisi CO2 terbesar dalam sektor konsumsi energi
untuk sumber daya listrik jika dibandingkan dengan sektor lain, seperti
transportasi dan industri (GBCI, 2010a).
Dunia semakin gencar membangun green building atau bangunan hijau.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung mendorong
pembangunan bangunan berarsitektur lokal yang terasa lebih ramah lingkungan
dan selaras dengan lingkungan asal. Desain bangunan yang hemat energi
membatasi pengembangan lahan untuk pembangunan dengan layout sederhana,
ruang mengalir, kualitas bangunan bermutu, efisiensi bahan, dan material bahan
yang dikenal dengan konsep greensehinggapenerapan konsep green building
dirasa sangat penting pada pembangunan masa sekarang ini.
Konsep green mengacu pada prinsip keberlanjutan dan menerapkan
praktikramah lingkungan. Konsep greenjuga mengusung penerapan teknologi dan
best practiceyang dilakukan secara bersamaan sehingga merangsang industri
melakukan riset dan inovasi untuk menghasilkan produk yang hijau. Bangunan di
Indonesia sendiri masih belum banyak yang menerapkan konsep ini.
Bangunan yang termasuk dalam kategori green building memiliki sistem
rating yang merupakan alat bantu bagi para pelaku industri. Standar yang ingin
dicapai dari sistem rating ini adalah bangunan hijau yang ramah lingkungan dari
tahap perencanaan, pembangunan, pengoperasian sampai pemeliharaan yang
dibuat oleh Green Building CouncilIndonesia sebagai sistem penilaian yang harus
dipenuhi olehgreen building di Indonesia(GBCI, 2010a).
Lingkungan dan lanskap pada bangunan juga berperan penting dalam
penilaian konsep green building ini. Salah satu aspek penilaiannya adalah aspek
appropriate site development(tata guna lahan yang tepat) yang bukan sekedar
memperhatikan lahan dan lingkungan sekitar, tetapi memperhatikan juga adanya
area lanskap berupa vegetasi (softcape) yang bebas dari struktur bangunan dan
struktur sederhana bangunan taman (hardscape) di atas permukaan tanah atau di
bawah tanah (Karyono, 2010).
Kantor manajemen pusat P.T. Dahana merupakan salah satu bangunan
yang sudah bersertifikat green buildingyang dinilai oleh lembaga Green building
Council Indonesia dengan peringkat platinum yang saat ini hanya satu-satunya di
Indonesia.P.T. Dahana merupakan objek studi yang dievaluasi. Hasil evaluasi ini
mencakup pengelolaan berdasarkan aspek tepat guna lahan pada konsep green
building (greenship).

2

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah
a. menganalisis pengelolaan serta mempelajari permasalahan dan potensi
yang ada dalam pengelolaan lanskap pada P.T. Dahana berdasarkan aspek
tepat guna lahan dengan konsep green building dan
b. menyusun rekomendasi rencana strategi pengelolaan kepada pihak P.T.
Dahana untuk mengoptimalkan pengelolaan.
Manfaat Penelitian
Penelitian inidiharapkanmampumemberikanrekomendasi dan informasi
tentang pengelolaan lanskap kepadaP.T. Dahana dan pemantauan bangunan hijau
oleh Green Building Council Indonesia yang perusahaan tersebut tidak hanya
menilai perencanaan gedung bangunan hijau, melainkan jugamengawasi
pengelolaan lanskap bangunannya.
Kerangka Berpikir
Pembangunan di Indonesia berkembang sangat pesat, sementara
perkembangan pembangunan tidak sebanding dengan pengaruh baiknya terhadap
lingkungan. Pembangunan yang sudah bersertifikat green building dalam hal ini
juga perlu dievaluasi dengan tujuan agar gedung tersebut tetap menerapkan dan
menjaga lingkungan khususnya aspek tepat guna lahan yang sesuai dengan
kriteria penilaian bangunan hijau.Penelitian ini membahas tentang pengelolaan
lanskap bangunan berdasarkan aspek tepat guna lahan sebagai bangunan hijau
yang ditetapkan oleh Green building Council Indonesia sebagaimana yang
disajikan pada Gambar 1. Kawasan yang akan dievaluasi adalah green building
Energetic Material Center P.T. Dahana, Subang. Hal yang perlu dievaluasi ialah
aspek tepat guna lahan bangunan, aspek pengguna,dan aspek pengelolaan yang
nantinya akan dihasilkan rekomendasi strategi pengelolaan lanskap green building
P.T. Dahana.

3
Pembangunan di Indonesia yang Berkembang Sangat Pesat

Perkembangan Pembangunan yang Tidak Sebanding dengan Pengaruh
Baiknya terhadap Lingkungan

Pembangunan Green Building atau Bangunan Hijau, dalam Kasus
Energetic Material Center, P.T. Dahana, Subang

Evaluasi Aspek Tepat
Guna Lahan Bangunan
Berkonsep Bangunan
Hijau

1.
2.
3.
4.
5.

Area Dasar Hijau
Pemilihan Tapak
Aksesibilitas
Transportasi Massal
Fasilitas untuk
Pengguna Sepeda
6. Lanskap
7. Iklim Mikro
8. Manajemen Air
Limpasan Hujan

Evaluasi Pengguna

Evaluasi Pengelola

1. Karakteristik
2. Aktivitas dan
Perilaku
3. Kondisi Sosial
Ekonomi dan
Budaya

1. Organisasi dan
Sistem
Pengelolaan
2. Ketenagakerjaan
3. Jadwal
4. Bahan dan Alat

Analisis SWOT

Rekomendasi Strategi Pengelolaan Lanskap Green Building P.T. Dahana,
Subang
Gambar 1 Kerangka pikir penelitian

4

TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Sustainable Development
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), bangunan adalah sesuatu
yang didirikan atau sesuatu yang dibangun (seperti rumah, gedung, dan menara).
Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu
dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di
dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan
kegiatannya untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan
usaha kegiatan sosial, budaya, dan kegiatan khusus:
Pembangunan yang berkelanjutan (sustainable) merupakan sebuah
pembangunan yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat masa kini tanpa
mengabaikan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan
mereka. Terdapat tiga dimensi dari konsep sustainable ini, yaitu lingkungan,
ekonomi, dan sosial (Karyono, 2010).
Konsep dari pembangunan berkelanjutan adalah sebagai berikut:
a. sustainable construction, yakni penciptaan dan manajemen yang bertanggung
jawab terhadap lingkungan berdasarkan pada sumber daya yang efisien dan
prinsip-prinsip ekologi;
b. environmental architecture, yakni penerapan lima prinsip arsitektur lingkungan
yang meliputi penerapan interior lingkungan sehat, efisiensi energi,
penggunaan bahan ekologi ramah lingkungan, desain yang tepat, dan
harmonisasi terhadap lingkungan;
c. greenbuilding, yaknipendekatan bangunan yang ramah lingkungan dari tahap
desain hingga produk bangunan yang dihasilkan.
Konsep Green Building
Green building merupakan suatu konsep untuk meningkatkan efisiensi
sumber daya yang dibutuhkan untuk sebuah gedung, rumah, atau fasilitas lainnya.
Green building didefinisikan sebagai sebuah perencanaan dan perancangan bangunan
melalui sebuah proses yang memperhatikan lingkungan dan menggunakan sumber
daya secara efisien pada seluruh siklus hidup bangunan mulai dari pengolahan tapak,
perancangan, pembangunan, penghunian, pemeliharaan, hingga renovasi dan
perubahan bangunan(GBCI, 2010a).
Sistem Rating GREENSHIP
Sebuah green building diciptakan melalui serangkaian proses berupa
persyaratan dalam perancangan bangunan untuk pencapaian rating bangunan
tersebut. Sistem rating tersebut merupakan suatu standar terukur yang berguna
dan dapat dipahami untuk pelaku konstruksi, penyewa, dan pengguna bangunan.
GBCI menyusun standar bangunan hijau yang diberlakukan di Indonesia
dengan sebutan greenship (Karyono, 2010). Terdapat enam aspek yang dinilai
dalam standar greenship:

5
a. appropriate site development (ASD, tepat guna lahan), yakni penerapan
lahan sehingga menjadi tepat guna serta memberikan rasa aman, nyaman,
dan memudahkan bagi penghuni bangunan dan masyarakat di sekitarnya;
b. energy efficiency and conservation (EEC, efisiensi dan konservasi
energi), yakni penghematan penggunaan energi dengan pemanfaatan
energi alam dengan penerapan pada penerangan, termal, dan teknologi
pembaruan energi;
c. water conservation (WC, konservasi air), yakni penerapan konservasi air
dengan mengatur penghematan air, pemakaian perangkat air, dan
penggunaan sumber air alternatif;
d. material resources and cycle (MRC, sumber daya dan daur ulang
material), yakni pengaturan pemakaian material dan/atau peralatan dalam
suatu konstruksi (material yang tidak merusak ozon, 3R, dan
bersetifikat);
e. indoor air health and comfort (IHC, kualitas udara dan kenyamanan
ruangan), yakni penerapan kualitas udara di dalam ruangan dari sisi
kualitas udara itu sendiri, pencahayaan, serta tingkat kebisingan suatu
ruangan.
f. building and environment management (BEM, manajemen bangunan
lingkungan), yakni sistem manajerial mengenai lingkungan dan
bangunan dengan merencanakan operasional gedung yang ramah
lingkungan mulai tahap desain.
Dalam pencapaian green building terdapat persyaratan awal yang harus
dicapai sebelum mencapai rating lainnya dalam setiap kategori aspek yang ada.
Masing-masing aspek dibagi ke dalam butir-butir penilaian yang lebih detil
dengan masing-masing butir memiliki skor tertentu. Tingkat hijau bangunan yang
ditentukan oleh skor. Nilai skor tinggi menunjukkan bangunan mengarah kepada
pemenuhan kriteria hijau, sedangkan skor rendah diartikan sebaliknya.Tabel 1
memperlihatkan total nilai yang diraih dalam pencapaianakhir bangunan hijau di
P.T. Dahana.
Tabel 1 Total nilai pencapaian akhir P.T. Dahana oleh GBCI
Kriteria
Tepat guna lahan (appropriate site
development–ASD)
Efesiensi dan konservasi energi (energy and
conservation – EEC)
Konservasi air (water conservation –
WAC)
Sumber daya dan daur ulang material
(material resource and cycle – MRC)
Kualitas udara dan kenyamanan ruang
(indoor health and comfort –IHC)
Manajemen bangunan lingkungan (building
environment management – BEM)
Total nilai diraih

Nilai
Pencapaian
15

Persentase (%)
88

26

15

57

21

21

100

14

11

78

10

9

90

13

12

92

101

83

84

Maks
17

Sumber: Green Building Council Indonesia (2010)

6
Aspek Tepat Guna Lahan (Appropriate Site Development)
Menurut Green Building Council Indonesia (2010a), aspek tepat guna lahan
merupakan suatu penerapan lahan sehingga menjadi tepat guna serta memberikan
rasa aman, nyaman, dan memudahkan bagi penghuni bangunan dan masyarakat di
sekitarnya. Aspek ini dibagi oleh beberapa kategori berikut dalam konsep green
building.
a. Green area(area hijau)
Green area merupakan salah satu persyaratan dari aspek appropriate site
development.Tolok ukur yang dilihat dari persyaratan ini adalahadanya area
lanskap berupa vegetasi (softcape) yang bebas dari struktur bangunan dan
struktur sederhana bangunan taman (hardscape) di atas permukaan tanah atau
di bawah tanah, dengan luas area minimum 10% dari luas total lahan atau 50%
dari ruang terbuka dalam tapak.
b. Site selection (pemilihan tapak)
Site selection bertujuan menghindari pembangunan di area greenfields dan
menghindari pembukaan lahan baru.
c. Aksesibilitas
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1987, tentang
Penyerahan Prasarana Lingkungan, Utilitas Umum, dan Fasilitas Sosial, terdapat
definisi tentang fasilitas sosial, yaitu fasilitas yang dibutuhkan masyarakat
dalamlingkungan permukiman yang meliputi fasilitas kesehatan, pendidikan,
perbelanjaan dan niaga, peribadatan, rekresi/budaya, olahraga dan taman bermain,
pemerintah dan pelayanan umum, serta pemakaman umum. Prasarana lingkungan
meliputi jalan, saluran pembuangan air limbah, dan saluran pembuangan air hujan
serta utilitas umum yang terdiri dari jaringan air bersih, jaringan listrik, jaringan
gas, jaringan telepon, kebersihan/pembuangan sampah, dan pemadam kebakaran.
d. Transportasi publik
Tolok ukur yang terdapat dalam aspek ini adalah menyediakan halte atau
stasiun transportasi umum dalam jangkauan 300 m (walking distance) dari
gerbang lokasi bangunan dengan tidak memperhitungkan panjang jembatan
penyebrangan dan ramp, menyediakan shuttle bus untuk pengguna tetap
gedung dengan jumlah unit minimum untuk 10% pengguna tetap gedung, dan
menyediakan fasilitas jalur pedestrian di dalam area gedung untuk menuju ke
stasiun transportasi umum terdekat yang aman dan nyaman sesuai dengan
Peraturan Mentri PU 30/PRT/M/2006 mengenai Pedoman Teknis Fasilitas dan
Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
e. Fasilitassepeda
Adanya fasilitas sepeda bertujuan mendorong penggunaan sepeda bagi
penghuni dan tamu gedung serta mengurangi penggunaan kendaraan bermotor.
Tolok ukur yang terdapat dalam aspek ini adalah tersedianya tempat parkir
sepeda yang aman sebanyak 1 unit parkir per 20pengguna tetapgedung.

7
f. Area lanskap
Tersedia area lanskap berupa vegetasi (softscape) minimum 40% luas
total lahan termasuk taman di atas basement, roof garden, terrace garden, dan
wall garden. Penggunaan tanaman lokal (indigenous) dan budidaya lokal
dalam provisnsi sebesar 60% luas tajuk/jumlah tanaman.
g. Iklim mikro
Perbaikan kondisi iklim mikro mencakup kenyamanan suhu, angin, dan
kualitas lingkungan manusia di luar ruangan pada sekeliling bangunan sehingga
mempengaruhi kondisi udara di dalam ruangan.
h. Stormwater management (manajemen air limpasan hujan)
Tujuan dari kategori ini adalah mengurangi beban jaringan drainase
kota dari kuantitas limpasan air hujan dengan sistem manajemen air hujan
secara terpadu.

Rencana Pengelolaan
Pengelolaan merupakan suatu proses dari konsep, teori, dan analisis
tujuan, yang dengannya seorang manajer merencanakan, mengatur, memimpin,
dan menjalankan tujuan tersebut melalui usaha manusia secara sistematis,
koordinatif, dan saling kerja sama (Kraus dan Curtis, 1982).
Pengelolaan lanskap adalah upaya terpadu dalam penataan dan
pemanfaatan, pemeliharaan, pelestarian, pengendalian, dan pengembangan
lingkungan hidup sehingga tercipta lanskap yang bermanfaat bagi manusia dan
makhluk hidup lainnya (Arifin dan Arifin, 2005). Kegiatan dalam pengelolaan
lanskap itu menjaga lanskap agar tetap nyaman, bersih, dan menarik, baik dalam
maupun luar, guna melindungi dan meningkatkan suatu fungsi dan estetika dari
suatu lanskap. Fungsi dari pengelolaan lanskap adalah sebagai kelanjutan dari
kegiatan perencanaan dan desain suatu lanskap. Kegiatan pengelolaan lanskap
dimulai dari pengembangan strategi pengelolaan yang berkelanjutan dari desain
sampai pemeliharaan dalam upaya untuk membangun lanskap yang berfungsi
lebih efisien dan meminimalkan dampak terhadap lingkungan.

8

METODOLOGI
Tempat dan Waktu
Kegiatan penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli
2013. Lokasi penelitian di kantor manajemen pusat P.T. Dahana, Kecamatan
Cibogo, Subang, Jawa Barat (Gambar 2). Data greenship diperoleh dariGreen
BuildingCouncil Indonesia yang menjadi lembaga standardisasi penilaian area
bangunan hijau.

Gambar 2Peta lokasi penelitian green building P.T. Dahana, Kecamatan Cibogo,
Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera digital, peralatan
tulis menulis, laptop dengan software AutoCAD, Adobe Photoshop CS6,
CorelDRAW X5, Microsoft Word, dan Microsoft Excel. Untuk pengambilan data
sosial dilakukan wawancara.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data fisik, biofisik,
sosial, manajemen tapak, danfoto-foto kondisi tapak saat ini.

9
Jenis Data
Terdapat dua jenis data yang digunakan dalam penelitian, yaitu data
primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung
dari lapang. Data primer ini meliputi hasil pengamatan pada tapak (foto, rekaman,
dan lainnya) dan hasil wawancara responden yang bersangkutan, terdiri atas
responden utama (pengelolagreen buildingP.T. Dahana, kontraktor pengelola
lanskap Telkom Property, dan Green Professional) serta responden umum
(pegawai dan masyarakat sekitar P.T. Dahana) dengan jumlahdua puluh orang
diambil secara acak. Lampiran 1 menyajikan format kuesioner yang digunakan
dalam pengambilan data. Data sekunder merupakan studi pustaka mengenai teori
pengelolaan dan konsep green buildingyang digunakan dalam penelitianserta
literatur mengenai sejarah dan kondisi tapak.
Tahapan Penelitian
Persiapan
Tahap persiapan mencakup pengumpulan informasi, pengurusan izin
penelitian, dan pengenalan lokasi penelitian. Tahap ini juga termasuk pertemuan
dengan pihak Green Building Council Indonesia dan P.T. Dahana untuk meminta
izin melakukan penelitian.
Inventarisasi
Tahap inventarisasi merupakan tahap pengumpulan data beberapa aspek
yang dibutuhkan, diantaranya, aspek tepat guna lahan bangunan hijau, seperti
penilaian area dasar hijau, pemilihan tapak, aksesibilitas, transportasi massal,
fasilitas untuk pengguna sepeda, lanskap, iklim mikro, dan manajemen air
limpasan hujan. Aspek sosial, ekonomi, dan budaya tentang perilaku, aktivitas,
serta kondisi ekonomi dan budaya dari pengguna tapak dilakukan dengan metode
wawancara terhadap pengguna dan pengelola. Aspek teknik meliputi standarstandar ukuran, pengelolaan, dan lainnya serta aspek pengelolaan tentang kegiatan
yang sudah ada untuk memelihara fasilitas di tapak.
Metode yang digunakan adalah survei lapang, studi literatur, serta
wawancara pihak pengelola (3 orang dari P.T. Telkom Property, P.T. PPdan P.T.
Dahana) dan 20 orang dari pegawai dan masyarakat sekitar P.T. Dahana dengan
metode sampling secara acak.
Analisis dan Sintesis
Pada tahap ini dilakukan analisis beberapa aspek yang dilakukan dengan
metode wawancara langsung ke pengunjung dan pengelola. Analisis tapak
menggali informasi tentang potensi dan kendala kondisi fisik dan biofisik di tapak
serta penilaian yang dilakukan oleh GBCI. Penilaian dilakukan secara deskriptif,
spasial, dan juga menggunakan analisis SWOT. Pada tahap sintesis, dinilai hasil
analisis tapak dan SWOT untuk menghasilkan alternatif yang terbaik.
Tahap analisis dibagi menjadi tiga segmen berikut.
a. Identifikasi dan analisis tatanan lanskap green buildingP.T. Dahana, Subang.

10

b.

c.

Analisis ini dilakukan secara spasial dan deskriptif. Analisis spasial
dilakukan terhadap lanskap green buildingP.T. Dahana, elemen lanskap, dan
tata letak letak elemen tersebut. Setelah dilakukan analisis spasial, dilakukan
analisis deskriptif dari data spasial yang telah diperoleh.
Analisis pemanfaatan ruang dan pengelolaan berdasarkan kriteria aspek
tepat guna lahan oleh GBCI.
Analisis ini dijabarkan secara deskriptif dan spasial dari data
wawancara pengunjung dan pengelola, data terkait pengelolaan, dan
pengamatan secara langsung yang dianalisis berdasarkan kriteria GBCI.
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keberlanjutan tatanan lanskap
bangunan hijau kawasan P.T. Dahana.
Analisis ini menggunakan metode analisis SWOT (Strength, Weakness,
Opportunity, Threat) untuk mengetahui apakahbangunan hijau P.T. Dahana,
Subang tetap dikelola dengan baik.

Analisis SWOT
Analisis SWOT digunakan untuk merumuskan strategi manajemen lanskap
bangunan hijau P.T. Dahana. Analisis SWOT mengidentifikasi berbagai faktor
secara sistematis untuk merumuskan strategi manajemen program. Analisis
SWOT secara kualitatif adalah analisis yang dilakukan terhadap faktor-faktor
internal dan eksternal untuk merumuskan hal-hal yang menjadi kekuatan dan
kelemahan yang ada dan hal-hal menjadi peluang serta ancaman dari luar yang
harus dihadapi. Analisis secara kuantitatif dalam SWOT dilakukan dengan
pemberian bobot dan rating sehingga menghasilkan matriks SWOT (David, 2009).
Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan
(strength) dan peluang (opportunity), tetapi secara bersamaan dapat
meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threat).Terdapat beberapa
kerangka kerjadalam menggunakan analisis SWOT.
a. Analisis penilaian faktor internal dan eksternal
Penilaian faktor internal (IFE) digunakan untuk mengetahui kekuatan dan
kelemahan, sedangkan penilaian faktor eksternal (EFE) untuk mengetahui
ancaman dan peluang (David, 2009).
b. Penentuan bobot setiap variabel
Bobot setiap variabel ditentukan sesuai dengan tingkat kepentingannya
untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh, yaitu 4 (sangat penting), 3
(penting), 2 (kurang penting), dan 1 (tidak penting). Khusus untuk faktor
internal kekuatan, tingkat kepentingan harus diberi nilai 3 atau 4, dan faktor
internal kelemahan harus diberi nilai 1 atau 2.
c. Penentuan peringkat (rating) dan penentuan tiap variabel terhadap kondisi
objek
Peringkat variabel diukur dengan menggunakan nilai peringkat berskala 14 terhadap masing-masing faktor strategis. Pada penilaian faktor internal (IFE),
pemberian peringkat 1 menunjukkan faktor sangat lemah, peringkat 2
menunjukkan faktor lemah, peringkat 3 menunjukkan faktor kuat, dan
peringkat 4 menunjukkan faktor sangat kuat, sedangkan pada penilaian faktor
eksternal (EFE) pemberian peringkat mengindikasikan seberapa efektif startegi
pengelola dalam merespons faktor eksternal, yaitu 4 = respon pengelola sangat
baik, 3 = respon pengelola baik, 2 = respon pengelola cukup baik, 1 = respon

11
pengelola kurang baik. Nilai dari pembobotan dikalikan dengan peringkat pada
setiap faktor dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan untuk memperoleh skor
pembobotan.
Tabel 2 Skala penilaian peringkat untuk Matriks Internal Factor Evaluation
(IFE) dan External Factor Evaluation (EFE)
Nilai
peringkat
1

2

3
4

Matriks IFE
Strengths (S)
Weakness (W)
Kekuatan yang
Kelemahan
sangat kecil
yang tidak
berarti
Kekuatan sedang
Kelemahan
yang kurang
berarti
Kekuatan yang
Kelemahan
besar
yang berarti
Kekuatan yang
Kelemahan
sangat besar
yang sangat
berarti

Matriks EFE
Opportunities (O) Threats (T)
Peluang rendah,
Ancaman sedikit
respon kurang
baik
Peluang sedang,
Ancaman sedang
respon cukup baik
Peluang tinggi,
respon di baik
Peluang sangat
tinggi, respon
sangat baik

Ancaman besar
Ancaman sangat
besar

Sumber: David (2009)
Total skor pembobotan berkisar antara 1-4 dengan rata-rata 2,5. Jika total
skor pembobotan IFE dibawah 2,5 dapat dinyatakan bahwa kondisi internal
lemah, sedangkan jika berada di atas 2,5, dinyatakan kondisi internal kuat.
Demikian juga total pembobotan EFE, jika di bawah 2,5 menyatakan bahwa
kondisi eksternal lemah dan jika diatas 2,5, menyatakan bahwa kondisi
eksternal kuat (David, 2009).
d. Penentuan alternatif strategi dengan matrik SWOT
Alat yang digunakan untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan
adalah matriks SWOT (Tabel 3). Hubungan kekuatan dan kelemahan dengan
peluang dan ancaman digambarkan dalam matriks tersebut. Matriks ini
menghasilkan beberapa alternatif strategi sehingga kekuatan dan peluang dapat
ditingkatkan serta kelemahan dan ancaman dapat diatasi.
e. Pembuatan tabel rangking analisis strategi
Penentuan prioritas dari strategi yang dihasilkan dilakukan
denganmemperhatikan faktor-faktor yang saling terkait. Jumlah dari skor
pembobotan
akan menentukan rangking prioritas strategi. Jumlah skor ini diperoleh dari
penjumlahan semua skor di setiap faktor-faktor strategis yang terkait.Rangking
akan ditentukan berdasarkan urutan jumlah skor terbesar sampaiterkecil dari
semua strategi yang ada.
Pada tahap ini dilakukan pengolahan dan penyusunan data yang telah
terkumpul dari hasil survei menggunakan analisis SWOT untuk memperoleh
informasi tentang
a. deskripsi aspek tepat guna lahan lanskap bangunan hijau P.T. Dahana;
b. deskripsi aspek pengguna bangunan hijau P.T. Dahana;
c. deskripsi aspek pengelolaan lanskap yang sedang berjalan di bangunan hijau
P.T. Dahana.

12
Tabel 3 Matriks SWOT
Internal
Strengths

Weaknesses

Eksternal
Opportunities
Threats
Menggunakan kekuatan
Menggunakan kekuatan
yang dimiliki untuk
yang dimiliki untuk
mengatasi ancaman yang
mengambil kesempatan
dihadapi
yang ada
Mendapatkan keuntungan
Meminimumkan kelemahan
dari kesempatan yang ada
dan
untuk mengatasi
Menghindari ancaman yang
kelemahan-kelemahan
ada

Sumber: David (2009)
Penyusunan Rekomendasi Pengelolaan
Tahap ini merupakan perumusan rekomendasi untuk menghasilkan strategi
pengelolaan guna meningkatkan pengelolaan lanskap bangunan hijau P.T. Dahana.
Pembuatan rekomendasi dilakukan berdasarkan hasil analisis yang telah diperoleh
dan studi literatur digunakan sebagai bahan pertimbangan atau acuan dalam
pembuatan rekomendasi.

13

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Sejarah PerusahaanP.T. Dahana
P.T. Dahana berawal dari pembangunan pabrik dinamit (NG Based) pada
tahun1966di
lingkunganpangkalan
TNI-AUTasikmalaya.Seiring
dengan
perkembangan teknologi dan permintaan pasar, pada tahun 1991 didirikan P.T.
Dahanaoleh ahli teknologi Water Based. Pada tahun 1999 P.T. Dahana
mempersiapkan tanah seluas 600 ha di Sumurbarang(Subang) untuk dijadikan
pusat industri dan engineeringbahan peledak dan tempat peledakan.
Energetic Material Center P.T. Dahana merupakan kawasan industri yang
sedang berkembang menjadi kawasan yang ramah lingkungan. Beberapa
penghargaan telah diperoleh seperti penghargaan Karya Konstruksi Indonesia
2012 dari Kementerian Pekerjaan Umum (PU), penghargaan FutureArc 2009
yang merupakan penghargaan bangunan berwawasan lingkungan, serta
penghargaan terhadap Kantor Manajemen Pusat P.T. Dahanayang berkonsep
green building dengan peringkat platinum oleh Green Building Council Indonesia.
Batas Tapak dan Geografis
P.T. Dahana terletak di Kabupaten Subang, Jawa Barat. Secara geografis,
P.T. Dahana terletak pada koordinat 107° 31' - 107° 54' LS dan 6° 1' - 6° 49' BT.
Kawasan Energetic Material Center yang memiliki luas 600 ha terletak di
Kecamatan Cibogo dibagian timur Kabupaten Subang. Secara administratif,
kawasan ini terletak di beberapa desa, yaitu Desa Padaasih, Desa Sadawarna, dan
Desa Sumurbarang. Batas wilayah P.T. Dahana adalah sebagai berikut:
Kecamatan Cipunegara di sebelah utara;
Kabupaten Sumedang /Indramayu di sebelah timur;
Kecamatan Subang di sebelah selatan;
Kecamatan Cijambe di sebelah barat.
Iklim dan Topografi
Berdasarkan Stasiun Klimatologi Cinangling Subang, suhu udara pada
kawasan ini sekitar 27°C dengan kelembaban udara mencapai 72–91%. Curah
hujan rata-ratanya 1.600–3.000 mm setiap tahun, dengan musim kemarau
pertahunnya selama 4 bulan.P.T. Dahana terletak pada ketinggian 51–75 m diatas
permukaan laut. Topografi pada green buildingP.T. Dahana berupa kawasan yang
relatif datar, berkisar antara 0% sampai dengan 35%.
Hidrologi
Kawasan P.T. Dahanamemiliki sumberdaya air berbasispengolahan air
mandiri yang berasal dari air sungai dan air hujan. Air sungai yang digunakan
untuk water treatment plant (WTP)berasal dari Sungai Cipunegara yang diolah
saat musim penghujan dan ditampung dalam menara tank yang kemudian
dialirkan ke tangki air di masing-masing gedung untuk digunakan pada toilet,
dansisanya diolah kembali.Hasil pengolahan air selanjutnya akan dialirkan ke
reservoir/raw water tankyang dapat digunakan pada cooling tower dan chilled
water. P.T. Dahana juga memiliki sistem pengolahan limbah cair, yaitu sewage

14
treatment plant (STP) dan pengolahan air hujan dengan curah hujan rata-rata
23,61mm/tahun (Tabel 4). Sebagian air dari WTP dimanfaatkan kembali oleh
pihak pengelola untuk menyiram vegetasi yang berada di kawasan P.T.
Dahana.Tabel 4 menyajikan data hidrologi P.T. Dahana.
Tabel 4Data curah hujan tahun 2003-2012
Tahun
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Rata-rata23,61

Jumlah
(mm)
2 368
1 718
953
1 987
2 160
2 030
2 539
2 101
2 824
3 955

Jumlah hari
hujan
89
82
49
86
88
79
106
113
106
149

Rata-rata harian (mm/hari)
26,61
20,95
19,45
23,10
24,55
25,70
23,95
18,59
26,64
26,54

Sumber: Stasiun Klimatologi Cinangling
Tabel5Data hidrologi P.T. Dahana
No.
1.
2.
3.

Sumber Air
Sungai
Air tanah
Air hujan

Keterangan
Sungai Cipunegara
5-10 meter di bawah permukaan tanah
Teknologi limpasan air hujan

Sumber: AMDAL P.T. Dahana(2013)

Vegetasi
Green buildingP.T. Dahana memiliki bentuk topografi yang relatif datar
dengan vegetasi bervariasi dan tersebar. Jenis vegetasi yang umum terdapat pada
tapak adalah pepohonan dan sebagian besar masih dalam proses pertumbuhan.
Tanaman lokal pada kawasan ini adalah tanaman nanas, pohon karet, dan pucuk
merah. Tabel6, Tabel 7, dan Tabel8 menyajikan jenis dan jumlah vegetasi yang
ada di green buildingP.T. Dahana.
Tabel 6Daftar vegetasi tanaman perdu sedang di green buildingP.T. Dahana
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Jenis tanaman
Philodendron bipinnatifdum (daun pilo)
Canna indica (bunga kana)
Ophiopogon japonicus( mondo)
Aralia spinosa (Arallea)
Ananas bracteatus(nanas hias)
Codiaeum variegatum (puring bali)
Sansevieria (lidah mertua)
Pleomele (song of india)
Total luas tanaman

Sumber: Hasil pengamatan lapang 2013

Luas (m2)
750
1 050
600
600
900
1 000
700
200
3750

15

Tabel7 Daftar vegetasi tanaman pohon di green buildingP.T. Dahana
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Jenis tanaman
Samanea saman (trembesi)
Tabebuia chrysotricha (tabebuia)
Agathis dammara (damar)
Ficus lyrata (biola cantik)
Dracaena draco(pandan bali)
Opuntia cochenillifera (kaktus kipas)
Ravenala madagascariensis (pisang kipas)
Crateva religiosa (sawo duren)
Syzygium oleina (pucuk merah)
Pometia pinnata (matoa)
Callistemon viminalis (sikat botol)
Ficus elastica (karet kebo merah)
Total jumlah tanaman

Jumlah (batang)
2
105
105
30
25
12
30
12
150
14
80
200
765

Sumber: Hasil pengamatan lapang 2013
Tabel 8 Daftar vegetasi tanaman ground coverdi green buildingP.T. Dahana
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Jenis tanaman
Bromelia agavifolia (Bromellia)
Arachis pintoi (kacang-kacangan)
Bromelia grandiflora (Bromelia Merah)
Excoecaria cochinchinensis (sambang dara)
Pandanus (pandan)
Ixora paludosa (soka)
Purpureum Schamach (rumput gajah mini)
Total luas tanaman

Luas (m2)
450
750
225
400
1500
600
8 000
11 925

Sumber:Hasil pengamatan lapang 2013
Aspek Pengelolaan
Struktur Organisasi
P.T. Telkom Property Indonesia yang sebelumnya bernama P.T. Graha
Sarana Dutaadalah perusahaan yang bekerjasama dengan P.T. Dahana dalam
bidang pengelolaan. P.T.Telkom Property Indonesia mempunyai beberapa divisi,
yaituDivisi Mekanik dan Listrik, Divisi Rumah Tangga, DivisiLanskap, dan
Divisi Sipil yang mengelola kantor manajemen pusatP.T. Dahana (Gambar 3).
Bagian Pengelolaan Lanskap menjadi tanggung jawab leader landscape dengan
sepuluh orang pelaksana. Fungsi dari penyusunan struktur organisasi ini adalah
untuk memberi penjelasan mengenai tanggung jawab dan tugas dari pihak-pihak
yang terkait.

16

Gambar 3 Struktur organisasi P.T. Telkom Property
Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana di kawasan P.T. Dahana sudah cukup memadai
sebagai green building. Hal ini terlihat dengan adanya beberapa fasilitas disekitar
bangunan green buildingP.T. Dahana seperti tempat tinggal, keagamaan, olahraga,
dan kesehatan, serta memiliki area pembibitan (nursery) yang dapat digunakan
untuk menambah dan mengganti tanaman yang rusak.
Efektivitas Pengelolaan, Tenaga Kerja, Jadwal, dan Peralatan
Saat ini tenaga kerja pengelola lanskap green buildingP.T. Dahana di
bawahi oleh P.T. Telkom Property dengan total tenaga kerja 10 orang. Jam kerja
rutin harian 7 jam/hari dari pukul 08.00 s.d. 16.00 dengan jam istirahat selama 1
jam, yaitu pada jam 12.00 s.d. 13.00 dan jumlah hari kerja rutin 5 hari/minggu
(Hari Senin s.d. Jumat). Para tenaga kerja melakukan pemeliharaan lanskap yang
bersifat rutin dan harian/mingguan serta insidental, seperti penyapuan,
pembersihan area, pemangkasan semak, penyiangan rumput liar, dan pergantian
tanaman rusak.Efektivitas pekerjaan pegawai pemeliharaan taman menurut Arifin
dan Arifin (2005) sangat ditentukan oleh motivasi kerja dan tingkat keterampilan
yang dimiliki tenaga kerja, sistematika jadwal perencanaan pemeliharaan taman,
ketersediaan alat dan bahan yang sesuai dengan kebutuhan, tingkat pengawasan di
lapang, kelancaran komunikasi pimpinan dengan para pengawas, serta pengawas
dengan pegawai pemeliharaan taman di lapang.Tabel9 menyajikan rincian
aktivitas dan frekuensi kegiatan pemeliharaan green buildingP.T. Dahana.

17
Tabel 9Rincian aktivitas dan frekuensi kegiatan pemeliharaandi P.T Dahana
Frekuensi
No.
Ruang
Kegiatan Pemeliharaan
1 2 3 4 5 6 7
Pemotongan rumput liar
*
1. Halaman
sekretariat
Penyiangan rumput liar
*
Penggantian pohon mati
*
Perapihan bunga rambat di
*
halte
Penggemburan tanah
*
Penyapuan area taman
*
Pengecatan Bangunan
*
Halaman
2.
Pemotongan rumput liar
*
depan
Penyiangan rumput liar
*
Penggantian pohon mati
*
Penggemburan tanah
*
Pembersihan area
*
Penyapuan area taman
*
Pergantian paving block
*
3. Halaman
Penyiangan rumput liar
*
sisi gedung Pemotongan rumput liar
*
Penggantian pohon mati
*
Penggemburan tanah
*
Pembersihan area
*
Penyapuan area taman
*
Pergantian paving block
*
4. Area
Pemotongan rumput liar
*
heliped
5. Kolam air
Pembersihan kolam air
*
Keterangan : 1 = harian, 2 = mingguan, 3 = bulanan, 4 = triwulan, 5= semesteran,
6 = tahunan, 7 = insidental
Alat pemeliharaan yang digunakan adalah mobil dan motor operasional,
mesin rumput, beberapa jenis alat kerja infrastruktur, seperti palu konde 1 kg, palu
atom, skop besar, sabit rumput, cangkul, gunting rumput, linggis, selang, dan sapu.
Bahan yang digunakan adalah pupuk kompos, media tanam, pestisida, serta bahan
bakar bensin untuk pengoperasian mobil/motor operasional, dan mesin pemotong
rumput. Hasil tersebut diperoleh dari hasil wawancara dan pengamatan di lapang.
Karakteristik Sosial
Sebagian besar penghuni kawasan P.T. Dahana adalah para tenaga kerja
yang berasal dari masyarakat sekitar dan Tasikmalaya dengan alokasi tenaga kerja
terbesar di kawasan Energetic Material Center P.T. Dahana.

18
Karakteristik sosial pengguna gedung green buildingP.T. Dahana ini,
diantaranya, adalah jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan.
Untuk mengetahui karakteristik pengguna area gedung, dilakukan penyebaran
kuesioner kepada 20 responden. Hasil menunjukkan bahwa sebagian besar
pengguna gedung adalah pria dari kelompok usia 25-55 tahun (75%) dan 14- 25
tahun (25%)(Gambar 4).Pengguna green buidingP.T. Dahana ini memiliki
pekerjaan sebagaikaryawan BUMN atau PNS (50%), pegawai swasta (40%), dan
pelajar atau mahasiswa (10%) (Gambar 5) dengan tingkat pendidikan sarjana
(30%), Diploma (5%), SMA (30%), dan SMP (25%), SD (5%)(Gambar 4).

Gambar 4 Grafik usia (kiri) dan tingkat pendidikan pengguna (kanan)

Gambar 5 Grafik pekerjaan pengguna
Aspek Tepat Guna Lahan/Appropriate Site Development (ASD)
Bangunan Hijau
Perkembangan kawasan urban yang semakin pesatbertolak belakang
dengan ketersediaan ruang terbuka hijau (RTH). Pembangunan di Indonesia
umumnya
kurang
memperhatikan
faktor
lingkungan
dan
keberlanjutannya.Pembangunan dengan menggunakan lahan baru dinilai lebih
murah daripada menggunakan lokasi yangsudah dilengkapi oleh berbagai fasilitas
penunjang. Hal tersebut dapat meningkatkan laju urban sprawl sehingga konversi
lahan pedesaan menjadi lahan perkotaan semakin meningkat.
Pembangunan kawasan urban yang dilakukan harus dapat menunjang
keberlanjutan kawasan dan kualitas ruang secara makro tanpa mengurangi kualitas
lingkungan dan kualitas hidup manusia. Aspek tepat guna lahan
harusmemperhatikanaspek lokasi dan aspek lahan serta dampak yang berada pada

19
bangunan tersebut diharapkan dapat mengurangi pengaruh negatif terhadap
lingkungan hidup dan lingkungan sekitarnya.
Aspek tepat guna lahan merupakan suatu konsep pemanfaatan lahan agar
menjadi tepat guna serta memberikan rasa aman, nyaman, dan memudahkan bagi
penghuni bangunan dan masyarakatsekitar (GBCI, 2010a). Aspek ini terdiri atas
tujuh kategori dalam konsep green building, yaituarea dasar hijau(basic green
area), pemilihan tapak(site selection), aksesibilitas(community accessibility),
transportasi(public transportation), sepeda(bicycle), area lanskap (site
landscaping), iklim mikro (microclimate), dan manajemen limpasan air(storm
water management).
Area Dasar Hijau(Basic Green Area)
Area dasar hijau memiliki tolok ukur persyaratan aspek tepat guna lahan,
yaitu adanya arealanskap berupa vegetasi (softscape) yang bebas dari struktur
bangunan dan struktur sederhana bangunan taman (hardscape) diatas permukaan
tanah atau di bawah tanah dengan luas area minimum 10% dari total luas lahan
atau 50% dari ruang terbuka dalam tapak. Luas lahan total 24.800 m2. Luas tapak
terdiri dari tapak bangunan, lahan hijau bebas basement, luas jalan dan lahan
parker,serta luas roof garden. Luas tapak bangunan sebesar 2.536,27 m2, luas
lahan hijau bebas basement sebesar 9.939,66 m2, luas jalan dan parkir sebesar
7.519,51 m2 dan luas roof gardensebesar 4.804,56 m2(Tabel 10).
Tabel 10Luasarea dasar hijau (basic green area)
Lahan
Total lahan
Total lahan softscape bebas basement
Persentase lahan softscape terhadapluas total lahan

Luas
24800,00 m2
9939,66 m2
40,08 %

Sumber: P.T. Pembangunan Perumahan
Pemilihan Tapak(Site Selection)
Pemilihan tapak bertujuan menghindari pembangunan di area greenfields
dan pembukaan lahan baru, seperti pembangunan kembali di daerah bekas lahan
yang sudah mengalami kerusakan dan dikenal dengan istilah brownfield.
Pembangunan di area greenfields akan menggunakan kawasan pertanian yang
berfungsi sebagai sumber pasokan makanan dan daerah penyangga. Oleh karena
itu, diperlukan pemilihan tapak yang sesuai untuk mengoptimalkan lahan yang
ada dan menghindari kerusakan lingkungan.
Menurut Green Building Council Indonesia (2010b), kategori site selection
memiliki dua tolok ukur berikut.
a. Pembangunan di dalam kawasan perkotaan yang harus dilengkapi dengan
sarana dan prasarana yang telah memenuhi standar
Standar yang mengatur pembangunan tersebut adalah Peraturan Menteri
Perumahan Rakyat Republik Indonesia 32/PERMEN/M/2006 yang berisi
petunjuk teknis kawasan siap bangun dan lingkungan siap bangun yang
berdiri sendiri dan paragraf ketiga Pasal 68 tentang persyaratan utilitas yang
masih berdensitas rendah dengan tingkat okupansi atau hunian yang rendah
yaitu