Evaluasi Pengelolaan Lanskap Jalur Sepeda di Sentul City, Bogor

(1)

EVALUASI PENGELOLAAN LANSKAP JALUR SEPEDA DI SENTUL CITY, BOGOR

RIDA AGNIYA ARIFIANI

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012


(2)

RINGKASAN

RIDA AGNIYA ARIFIANI. Evaluasi Pengelolaan Lanskap Jalur Sepeda di Sentul City, Bogor. Di bawah bimbingan HADI SUSILO ARIFIN.

Gaya hidup bersepeda yang sedang berkembang saat ini merupakan bukan hal baru di kalangan masyarakat Indonesia. Aktivitas bersepeda sudah ada di kota-kota Indonesia sejak dulu. Namun seiring berjalannya waktu, aktivitas bersepeda di Indonesia semakin luntur. Selain diakibatkan oleh bertambahnya jumlah kendaraan bermotor, hal ini juga diakibatkan oleh hilangnya rasa aman dan nyaman pengguna sepeda.

Sepeda tidak seperti alat transportasi lainnya, sepeda mempunyai nilai ekonomis dan manfaat yang cukup tinggi. Alat transportasi hijau ini tidak memiliki elemen yang dapat merusak lingkungan. Selain ramah lingkungan, bersepeda juga dapat memberikan mafaat kesehatan pada tubuh. Sebagian besar polutan di udara adalah hasil dari emisi bahan bakar fosil yang dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti asma, iritasi paru-paru, bronkitis, dan lainnya.

Pengguna sepeda di Indonesia sudah cukup banyak. Pengguna sepeda belum mendapatkan fasilitas ruang yang memadai dibandingkan dengan kendaraan bermesin seperti sepeda motor dan mobil. Kebutuhan ruang bagi pengguna sepeda ini harus didukung dengan adanya jalur khusus sepeda yang menunjang keamanan bagi para pengguna sepeda di jalan. Pembangunan jalur khusus sepeda ini dapat mendukung pengembangan kota berbasis lingkungan.

Sentul City sudah menyediakan fasilitas untuk bersepeda. Penyediaan fasilitas taman jalur khusus sepeda berfungsi untuk bersepeda, penyediaan stok O2 melalui ruang terbuka hijaunya, terjaganya keanekaragaman hayati, dan sebagainya. Fasilitas ini akan lebih efektif apabila memiliki rencana pengelolaan yang tertata dengan baik. Untuk mengetahui rencana pengelolaan yang baik untuk taman jalur khusus sepeda, maka diperlukan riset mengenai taman jalur khusus sepeda ini yang tergolong baru.

Penelitian ini bertujuan untuk menyusun rekomendasi pengelolaan jalur sepeda berdasarkan permasalahan dan potensi yang ada di Sentul City. Ruang lingkup penelitian ini antara lain meliputi evaluasi aspek jalur sepeda, pengguna sepeda, dan pengelolaan jalur sepeda di Sentul City.

Jalur sepeda terletak pada jalan utama kawasan Sentul City. Jalur ini menghubungkan jalan MH. Thamrin dan jalan Jendral Sudirman. Jalur sepeda di Sentul City berada di sebelah kiri, dengan mengambil sebagian jalan arteri. Jalur ini dipisahkan dengan jalan arteri menggunakan garis marka jalan berwarna kuning. Tipe jalur seperti ini dinamakan shared roadway, dimana jalur sepeda berada di satu badan jalan dengan kendaraan bermotor.

Pada saat weekend dan hari libur, banyak penghuni di Sentul City yang olahraga, salah satunya adalah bersepeda. Secara umum, pengguna jalur sepeda di Sentul City merupakan laki-laki dan berasal dari Kota Bogor dan Jakarta. Mereka datang ke Sentul City dengan menggunakan kendaraan pribadi bersama temannya. Jalur sepeda di Sentul City, dikelola oleh Town Management Development (TMD) yang merupakan bagian dari PT. Sukaputra Graha Cemerlang (SGC). Pengelolaan jalur sepeda merupakan bagian dari Kontraktor Gelar Jaya.


(3)

Pemeliharaannya berupa penyapuan dan pembersihan jalan, pencabutan rumput liar, dan penyiraman jalan.

Evaluasi pengelolaan ini menggunakan analisis SWOT. Berdasarkan matriks IE ( internal-eksternal), jalur sepeda Sentul City terletak pada kuadran II. Ini berarti jalur sepeda Sentul City dalam kondisi Grow and Build dengan strategi yang dapat dilakukan adalah strategì intensif yang terdiri dari strategi market penetration, market development dan product development, serta strategi integrasi vertikal yang terdiri dari forward, backward dan horizontal integration dengan cara meningkatkan kualìtas SDM dan kemampuan manajerial.

Jalur sepeda di Sentul City memiliki fungsi sebagai tempat untuk olahraga dan rekreasi sepeda. Berdasarkan hasil evaluasi jalur sepeda, pengguna jalur sepeda, dan pengelolaan jalur sepeda, didapatkan strategi alternatif untuk pengelolaan jalur sepeda. Strategi utama dari pengelolaan jalur sepeda ini adalah mengembangkan jalur sepeda ke seluruh jalan utama Sentul City. Pengembangan ini dapat menghubungkan cluster-cluster dengan jalur sepeda. Jalur pengembangan ini dapat berfungsi sebagai moda transportasi untuk penghuni dan pegawai di Sentul City, sehingga dapat menunjang konsep Sentul City sebagi Eco-City.

Kata kunci: Gaya hidup hijau, pengguna sepeda, polusi udara, analisis SWOT, rencana pengelolaan


(4)

EVALUASI PENGELOLAAN LANSKAP JALUR SEPEDA DI SENTUL CITY, BOGOR

RIDA AGNIYA ARIFIANI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012


(5)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

EVALUASI PENGELOLAAN LANSKAP JALUR SEPEDA DI SENTUL CITY, BOGOR

adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguuan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain, telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan pada Daftar Pustaka skripsi ini.

Bogor, Desember 2012

RIDA AGNIYA ARIFIANI A44080059


(6)

© Hak cipta milik IPB, tahun 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.


(7)

Judul : Evaluasi Pengelolaan Lanskap Jalur Sepeda di Sentul City, Bogor Nama : Rida Agniya Arifiani

NIM : A44080059 Departemen : Arsitektur Lanskap

Disetujui, Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, M.S. NIP. 19591106 198501 1 001

Diketahui,

Ketua Departemen Arsitektur Lanskap

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP. 19480912 197412 2 001


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat dan rahmat Allah SWT yang telah memberi kesehatan dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Evaluasi Pengelolaan Lanskap Jalur Sepeda di Sentul City, Bogor.

Penyelesaian proposal penelitian ini tidak terlepas dari bantuan segenap pihak yang terus mendukung proses penyelesaian skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, M.S. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberi bimbingan dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini;

2. Dr. Ir. Setia Hadi, M.S dan Dr. Kaswanto, SP, M.Si selaku dosen penguji, atas saran yang diberikan kepada penulis ketika pelaksanaan ujian skripsi; 3. Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M.Agr. selaku dosen pembimbing

akademik yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan saran selama kuliah di Arsitektur Lanskap IPB;

4. Bu Prastiti, Ka Fajar, Pak Toro, Dani, Pak Farid, dan para pekerja PT. Sentul City lainnya yang telah memberikan informasi dan bantuan dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini;

5. Pandiyuda KLP, Wiwit, Ali, Ica, Enjoy, Amin, Ka Atik, Vivi, Dhila, dan teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu, khususnya ARL 45, atas semangat dan bantuan yang telah diberikan;

6. Ayahku Elih Juhdi Muslihat dan ibuku Kamsiah, adikku Fakhri Muhammad Zuhdi, dan Uce yang telah memberikan semangat dan dukungan selama proses penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa hasil skripsi ini belum sempurna. Atas segala kekurangan, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Bogor, Desember 2012 Penulis


(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 17 Desember 1989 di Kota Bogor, Jawa Barat. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Elih Juhdi Muslihat dan Kamsiah

Pendidikan penulis dimulai di TK Nugraha II dan melanjutkannya di SDN Polisi 1 Bogor pada tahun 2002, pendidikan menengah pertama diselesaikan di SMPN 4 Bogor pada tahun 2005 dan pendidikan menengah atas di SMAN 3 Bogor pada tahun 2008. Penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui program Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2008. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai kepanitiaan acara kampus. Penulis juga pernah mengikuti kegiatan magang di Dinas Cipta Karya dan Tata Kota (Dinas Pertamanan) Kota Bogor pada tahun 2011. Selain itu, penulis aktif dalam organisasi BEM KM IPB Kementerian Komunikasi Generasi Inspirasi dan pernah menjadi asisten Mata Kuliah Komputer Grafik Arsitektur Lanskap pada tahun 2012.


(10)

DAFTAR ISI

Hal.

DAFTAR TABEL ... i

DAFTAR GAMBAR ... ii

DAFTAR LAMPIRAN ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Tujuan ... 2

1.3. Manfaat ... 2

1.4. Kerangka Pikir ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Eco-City ... 4

2.2. Jalur Sepeda ... 4

2.3. Koridor Hijau Jalur Sepeda ... 10

2.4.Rencana Pengelolaan ... 11

BAB III METODOLOGI ... 13

3.1.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 13

3.2.Bahan dan Alat ... 14

3.3.Metode Penelitian ... 14

BAB IV HASIL ... 20

4.1. Analisis Situasional ... 20

4.1.1 Sejarah Perusahaan ... 20

4.1.2 Kondisi Fisik ... 21

4.1.3 Kondisi Bio-Fisik ... 22

4.1.4 Aspek Pengelolaan ... 23

4.2. Karakteristik Jalur Sepeda... 26

4.2.1 Lokasi Jalur Sepeda ... 26

4.2.2 Tipe Jalur Sepeda ... 27

4.2.3 Elemen Pendukung Jalur Sepeda ... 29

4.2.4 Rambu Lalu Lintas ... 30


(11)

4.2.6 Simbol Sepeda ... 31

4.2.7 Tempat Istirahat dan Parkir Sepeda ... 31

4.3. Karakteristik Jalur Hijau Jalur Sepeda ... 33

4.4. Karakteristik Sosial ... 34

4.5. Analisis SWOT ... 37

BAB V PEMBAHASAN ... 47

5.1. Evaluasi Pengelolaan Jalur Sepeda Sentul City ... 47

5.1.1 Tujuan Jalur Sepeda ... 47

5.1.2 Lokasi Jalur Sepeda ... 48

5.1.3 Tipe Jalur Sepeda ... 49

5.1.4 Pengguna Sepeda ... 54

5.1.5 Tempat Istirahat ... 54

5.1.6 Tempat Parkir Sepeda ... 56

5.2. Evaluasi Pengelolaan Jalur Hijau Jalur Sepeda ... 59

5.2.1 Pemeliharaan Berm ... 62

5.2.2 Pemeliharaan Pohon ... 63

5.2.3 Pemeliharaan Jalan ... 64

5.2.4 Pemeliharaan Saluran ... 65

5.3. Strategi Pengelolaan Jalur Sepeda Sentul City ... 66

5.3.1 Penentuan Alternatif Strategi ... 68

5.3.2 Rencana Pengelolaan ... 72

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 78

6.1. Simpulan ... 78

6.2. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 79


(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Hal.

1. Rekomendasi untuk Lokasi Parkir Sepeda ... 9

2. Formulir Tingkat Kepentingan Faktor Internal dan Eksternal ... 16

3. Formulir Pembobotan Faktor Internal dan Eksternal ... 17

4. Formulir Tingkat Kepentingan Faktor Internal ... 17

5. Formulir Tingkat Kepentingan Faktor Eksternal ... 17

6. Formulir Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)... 18

7. Formulir Matriks External Factor Evaluation (EFE)... 18

8. Matriks SWOT ... 18

9. Peruntukan Kawasan Perumahan Sentul City ... 20

10.Data Iklim Tahun 2011-2012 ... 21

11. Kondisi Topografi Sentul City ... 22

12. Data Hidrologi Sentul City ... 23

13. Luas Area Pemeliharaan Lanskap di Sentul City... 24

14. Tenaga Kerja PT. Sukaputra Graha Cemerlang ... 25

15. Kondisi Jalan Tempat Penelitian ... 26

16. Elemen Pendukung Pada Lokasi Penelitian ... 29

17. Jenis Pohon di Jalan MH Thamrin dan Jendral Sudirman ... 33

18. Penentuan Nilai Bobot Faktor Internal Jalur Sepeda ... 43

19. Penentuan Nilai Bobot Faktor Eksternal Jalur Sepeda ... 43

20. Tingkat Kepentingan Faktor Internal Jalur Sepeda ... 44

21. Tingkat Kepentingan Faktor Eksternal Jalur Sepeda ... 44

22. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Jalur Sepeda di Sentul City ... 45

23. Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) Jalur Sepeda di Sentul City ... 46

24. Lebar Jalur Sepeda ... 49

25.Pemeliharaan Lanskap Jalur Sepeda ... 62

26. Posisi Matriks Internal dan Eksternal Jalur Sepeda di Sentul City.. 66

27. Matriks SWOT Jalur Sepeda Sentul City ... 67

28. Perangkingan Alternatif Strategi ... 68


(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Hal.

1. Kerangka Pikir Penelitian ... 3

2. Jenis Bike Lane: Jalur yang Dipisahkan oleh Garis Marka Jalan (Kiri); Jalur dengan Warna (Kanan) ... 7

3. Jenis Parkir Sepeda: Bollard (Kiri); Rak Sepeda (Tengah); Loker Sepeda (Kanan) ... 9

4. Peta Lokasi Penelitian: Masterplan Sentul City (Atas); Jalur Sepeda Sentul City (Bawah) ... 13

5. Struktur Organisasi Sukaputra Graha Cemerlang ... 24

6. Jalan MH. Thamrin dan Jalan Jendral Sudirman ... 27

7. Kondisi Jalur Sepeda yang Kotor oleh Limpasan Tanah ... 27

8. Dimensi Jalan MH. Thamrin ... 28

9. Dimensi Jalan Jendral Sudirman Dengan Median ... 28

10.Dimensi Jalan Jendral Sudirman Tanpa Median... 29

11.Rambu Lalu Lintas: Tampak Depan (Kiri); Tampak Belakang (Kanan) ... 30

12. Garis Marka Jalur Sepeda Berwarna Kuning ... 31

13. Simbol Sepeda dan Panah ... 31

14. Tempat Parkir di Foodcourt Plaza Niaga 1 ... 32

15. Tempat Parkir di Toko Sepeda Sentul ... 33

16. Tingkat Pekerjaan Pengguna Sepeda Sentul City ... 35

17. Tingkat Pendidikan Pengguna Sepeda Sentul City ... 35

18. Kedatangan Pengguna Sepeda Sentul City ... 36

19. Transportasi yang Digunakan untuk Bersepeda di Sentul City ... 36

20. Eco-Art Park Sedang Dalam Pembangunan ... 38

21. Pengguna Sepeda yang Mengendarai di Tengah Jalan Siliwangi .... 39

22. Sistem Pengangkutan Sepeda Menggunakan Mobil ... 40

23. Alih Fungsi Jalur Sepeda Menjadi Tempat Parkir Mobil ... 50

24. Ilustrasi Potensi Kecelakaan antara Mobil yang Parkir dengan Sepeda ……… 50

25. Perilaku Pengguna Sepeda Memotong Jalan ... 51


(14)

28. Vandalisme Rambu Lalu Lintas Sepeda: Mengalami Kerusakan

Pada Papan (Kiri); Sebagai Media Penempelan Iklan (Kanan) ... 53

29. Jarak Rambu Lalu Lintas dengan Simbol Sepeda ... 53

30. Jalur Sepeda Digunakan Sebagai Arena TrackSea Games ... 54

31. Halte di Jalan Jendral Sudirman ... 55

32. Rak Gantung Sepeda di Foodcourt Plaza Niaga 1 ... 56

33. Tempat Parkir Sepeda di Singapore ... 58

34. Perilaku Parkir Ilegal di Rumput ... 59

35. Jalur Hijau di Jalan Jendral Sudirman ... 60

36. Jalur Hijau di Jalan MH. Thamrin ... 60

37. Pemangkasan Tanaman Secara Manual ... 63

38. Penyiangan Rumput dengan Alat Pencukil ... 63

39. Jalan yang Kotor: Akibat Sisa-Sisa Perbaikan Utilitas (Kiri); Bekas Roda Kendaraan (Kanan) ... 65

40. Penyiraman Jalan Menggunakan Mobil Tangki Air ... 65

41. Jalur Pedestrian di Jalan Siliwangi ... 73

42. Program Bike on Bus ... 75

43. Parkir Kendaraan Bermotor: Parkir Berderet (Atas); Rekomendasi Parkir Diagonal (Bawah) ... 77


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Hal.

1. Kuisioner Untuk Pengguna Sepeda Sentul City ... 82

2. Kuisioner Penilaian Bobot dan Rating ... 85

3. Kondisi Eksisting Tapak ... 89

4. Elemen Pendukung Jalur Sepeda ... 90

5. Rencana Pengembangan Jalur Sepeda ... 91


(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Gaya hidup bersepeda yang sedang berkembang saat ini bukan merupakan hal baru di kalangan masyarakat Indonesia. Aktivitas bersepeda sudah ada di kota-kota Indonesia sejak dulu. Namun seiring berjalannya waktu, aktivitas bersepeda di Indonesia semakin luntur. Selain diakibatkan oleh bertambahnya jumlah kendaraan bermotor, hal ini juga diakibatkan oleh hilangnya rasa aman dan nyaman pengguna sepeda.

Sepeda tidak seperti alat transportasi lainnya, sepeda mempunyai nilai ekonomis dan manfaat yang cukup tinggi. Alat transportasi hijau ini tidak memiliki elemen yang dapat merusak lingkungan. Selain ramah lingkungan, bersepeda juga dapat memberikan mafaat kesehatan pada tubuh. Sebagian besar polutan di udara adalah hasil dari emisi bahan bakar fosil yang dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti asma, iritasi paru-paru, bronkitis, dan lainnya. Menurut Tugaswati (2012), kesadaran masyarakat akan pencemaran udara akibat gas buang kendaraan bermotor di kota-kota besar saat ini makin tinggi. Resiko kesehatan yang dikaitkan dengan pencemaran udara di perkotaan secara umum, banyak menarik perhatian dalam beberapa dekade belakangan ini.

Pengguna sepeda di Indonesia sudah cukup banyak. Berdasarkan data Komunitas Sepeda Indonesia (2011), jumlah anggota komunitas sepeda di Indonesia sudah mencapai angka 23 juta orang. Pengguna sepeda belum mendapatkan fasilitas ruang yang memadai dibandingkan dengan kendaraan bermesin seperti sepeda motor dan mobil. Kebutuhan ruang bagi pengguna sepeda ini harus didukung dengan adanya jalur khusus sepeda yang menunjang keamanan bagi para pengguna sepeda di jalan. Pembangunan jalur khusus sepeda ini dapat mendukung pengembangan kota berbasis lingkungan. Jalur khusus sepeda ini dapat memfasilitasi para pengguna sepeda untuk aktivitas bersepeda ke tempat tujuan seperti sekolah, kampus, dan tempat kerja.

Kota-kota di Indonesia sedang merencanakan pembangunan jalur khusus sepeda. Di antara kota-kota tersebut adalah Sentul City. Sentul City merupakan daerah yang memiliki 65% daerah hijau. Sentul City memiliki kualitas lingkungan


(17)

yang bersih dan sehat. Luas dari kawasan ini adalah 3.100 ha. Kawasan ini memiliki konsep Eco City, yakni pembangunan kota untuk memastikan keselarasan dengan lokasi sekitarnya dengan konsep Green Property. Salah satu kegiatan pengembangan berkelanjutan (sustainable development) menuju ecocity adalah penyediaan taman jalur khusus sepeda.

Penyediaan fasilitas taman jalur khusus sepeda berfungsi untuk bersepeda, penyediaan stok O2 melalui ruang terbuka hijaunya, terjaganya keanekaragaman hayati, dan sebagainya. Fasilitas ini akan lebih efektif apabila memiliki rencana pengelolaan yang tertata dengan baik. Untuk mengetahui rencana pengelolaan yang baik untuk jalur khusus sepeda, maka diperlukan riset mengenai jalur khusus sepeda ini yang tergolong baru. Meningkatnya minat masyarakat beraktifitas sepeda di Indonesia merupakan suatu peluang bagi pihak Sentul City. Peluang tersebut dapat diubah menjadi suatu keuntungan apabila pihak Sentul City mampu mengelola jalur khusus sepeda secara berkelanjutan.

1.2Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menyusun strategi rekomendasi pengelolaan jalur sepeda berdasarkan permasalahan dan potensi yang ada di Sentul City.

1.3Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan bagi arsitek lanskap, perencana, dan pengelola dalam mengembangkan jalur sepeda serta sebagai bahan masukan bagi pihak Sentul City dari segi pengelolaan jalur sepeda, sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam mengelola dan mengembangkan jalur sepeda agar berkelanjutan.

1.4Kerangka Pikir

Gaya hidup bersepeda sebagai implementasi konsep green harus dijaga agar tidak menjadi tren yang semakin lama meredup. Perlu penyediaan fasilitas penunjang yang dapat memberikan rasa aman dan nyaman dalam bersepeda. Sentul City sudah memiliki solusi tentang permasalahan ini dengan memfasilitasi pengguna sepeda berupa jalur khusus sepeda. Butuh evaluasi untuk mengetahui


(18)

efektifitas dari fisik, sosial, dan pengelolaan. Sehingga menghasilkan suatu strategi pengelolaan jalur khusus sepeda (Gambar 1).

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

Gaya Hidup Bersepeda Sebagai Implementasi Konsep “Green” Penyediaan Jalur Sepeda di Sentul City  Untuk Memfasilitasi

Pengguna Sepeda di Sentul City

Evaluasi Pengguna 1. Karakteristik 2. Aktivitas dan

Perilaku 3. Kondisi sosial

ekonomi dan budaya

Strategi Rekomendasi Pengelolaan Jalur Sepeda di Sentul City Evaluasi Jalur Sepeda

1. Ukuran dan Luas 2. Jenis

3. Kondisi 4. Material 5. Sarana dan

prasarana

Evaluasi Pengelolaan 1. Program Pengelola 2. Jumlah tenaga

kerja 3. Jadwal

4. Bahan dan alat


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Eco-City

Eco-city merupakan suatu kota ekologis yang sehat (Register, 1987). Kota yang ekologis dirancang untuk mempertimbangkan dampak lingkungan seperti, gangguan kesehatan. Konsep ini menekankan adanya ketergantungan secara fisik dari masyarakat pada kondisi lingkungan. Eco-city juga mensyaratkan adanya peningkatan tingkat kesehatan, tersedianya lapangan pekerjaan yang memadai dan terciptanya peningkatan kualitas hidup. Yang pada akhirnya mendorong terciptanya sebuah konsep sustainable development.

Ruang hijau di eco-city dipertahankan dan transportasi lebih berkaitan dengan jalan setapak dan jalan sepeda. Transportasi merupakan salah satu masalah yang paling sulit untuk dipecahkan. Masyarakat masih sangat tergantung pada bahan bakar fosil, yang sebentar lagi habis. Tantangannya adalah mengembangkan sistem transportasi berkelanjutan untuk masa depan. Kunci dalam mewujudkan kota yang berkelanjutan itu terletak pada bagaimana alam, transportasi, pemukiman, dan lainnya saling mempengaruhi satu sama lain. Dengan mengubah penggunaan mobil dengan menempatkan orang-orang, pekerjaan dan fasilitas dekat satu sama lain, masyarakat dapat berjalan atau bersepeda ke tempat tujuan.

Sentul City yang terletak di Kota Bogor memiliki konsep city of innovation. Untuk mengimplementasikan konsep tersebut, Sentul City menawarkan kenyamanan berbagai fasilitas yang diharmonisasikan dengan alam. Sentul City mengembangkan konsep eco-city dengan penyediaan area konservasi, mempertahankan topografi kawasan, dan lainnya. Salah satu pengembangan yang dilakukan Sentul City adalah penyedian jalur khusus sepeda.

2.2 Jalur Sepeda

Jalur sepeda adalah jalur yang dibuat khusus untuk pengendara sepeda yang bertujuan untuk memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pengendara sepeda. Berdasarkan Pedoman untuk Pengembangan Fasilitas Bersepeda oleh American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO) 1991


(20)

(disusun oleh satuan tugas pada desain geometris AASHTO), istilah dalam kegiatan bersepeda di antaranya:

1) Sepeda, semua kendaraan yang didorong oleh tenaga manusia saat dia menaikinya dan memiliki dua roda tandem. Istilah “sepeda” ini juga mencakup kendaraan roda empat bertenaga manusia, tetapi bukan becak untuk anak-anak.

2) Fasilitas bersepeda, fasilitas yang dibuat oleh lembaga-lembaga publik untuk mengakomodasi kegiatan bersepeda, termasuk fasilitas parkir dan penyimpanan, dan berbagi jalan untuk jalan yang didesain tidak khusus untuk sepeda.

3) Jalur sepeda, bagian dari jalan yang sudah didesain dengan striping, penanda jalan, dan penanda perkerasan (paving) khusus untuk pengguna sepeda.

4) Sistem rute sepeda, sistem ini ditunjuk oleh yurisdiksi yang mempunyai wewenang menentukan rute arah dan informasi yang sesuai, dengan atau tanpa nomor rute sepeda tertentu. Rute Sepeda harus dibuat rute yang berlanjut, tetapi bisa juga kombinasi dari setiap dan semua jenis jalan sepeda. 5) Jalan sepeda, istilah umum untuk setiap jalan raya, jalan kecil, trotoar, atau

jalan yang didesain khusus untuk pengguna sepeda, terlepas dari apakah fasilitas tersebut ditujukan untuk penggunaan eksklusif sepeda atau harus berbagi dengan transportasi lain.

2.2.1 Jenis Jalur Sepeda

Terdapat empat jenis jalan khusus sepeda yang dirancang untuk mengakomodasi rekreasi dan kebutuhan pengguna sepeda menurut Time-Saver Standards For Landscape Architecture Second Edition (Harris dan Dines, 1998), di antaranya:

1. bicycle path: merupakan bagian kanan jalan dengan perlengkapan yang terpisah;

2. bicycle lane: bagian dari jalan namun dipisahkan oleh tanda atau strip yang bertekstur;

3. wide outside lane: kurang diminati, tetapi umum;

4. shared roadway: umum, namun memiliki potensi tertinggi untuk terjadinya konflik dengan mobil.


(21)

Bicycle path atau jalan kecil untuk sepeda adalah sebuah jalur sepeda yang secara fisik dipisahkan dari lalu lintas kendaraan bermotor, dapat terletak di bahu kanan atau kiri jalan raya. Jalur sepeda ini harus memiliki minimal cross flow kendaraan bermotor. Jalur sepeda ini biasanya untuk memenuhi kebutuhan transportasi sepeda komuter dengan jalan pintas lingkungan perumahan (misalnya, koneksi antara dua cul-de-sac jalan) atau dengan menyediakan akses sepeda ke daerah-daerah yang sebaliknya hanya dilayani oleh akses kendaraan bermotor. Lebar minimum untuk bicycle path yang diaspal untuk jalur sepeda dua arah adalah 2,4 meter. Sedangkan untuk jalur sepeda yang satu arah adalah 1,5 meter. Minimal 0,6 meter ruang yang harus disediakan berdekatan dengan trotoar. Untuk jalur yang lebarnya 1 meter, harus dilakukan pembersihan dari tiang, pohon, dinding, pagar, pagar, atau penghalang lateral yang lainnya. Jalur yang lebih luas juga dapat berfungsi sebagai jalur joging. Kecepatan minimum untuk sepeda pada jalur ini adalah 40 km/jam. Struktur Perkerasan jalur sepeda harus dirancang dengan cara yang sama seperti pada jalan raya, dengan pertimbangan kepada kualitas dan beban tanah basement agar tahan selip (AASHTO, 1991).

Bicycle lane atau jalur sepeda dimaksudkan untuk meningkatkan aliran tertib lalu lintas dengan menetapkan garis tertentu antara daerah untuk sepeda dan daerah untuk kendaraan bermotor. Jalur ini ditunjang oleh tanda-tanda jalur sepeda dan tanda-tanda trotoar. Jenis dari Bicycle lane di antaranya adalah jalur sepeda berwana dan jalur sepeda yang hanya dipisahkan oleh garis marka jalan dan simbol sepeda (Gambar 2). Jalur sepeda dapat sangat berguna bagi pengendara berpengalaman dan tidak berpengalaman. Pengendara sepeda pada jalur ini cenderung untuk melakukan perjalanan pada kecepatan yang lebih rendah (AASHTO, 1991). Menurut Federal Highway Administration (FHWA), bicycle lane yang mengarah ke persimpangan perlu untuk dibuat garis putus-putus.

Jalur sepeda satu arah sebaiknya tidak dibangun kecuali jelas menunjukkan arah perjalanan dan jalur paralel dalam arah yang berlawanan jelas ditandai serta mudah dicapai. Jalur sepeda dua arah harus memiliki lebar minimal 3 meter. Pertimbangan juga harus diberikan untuk menyediakan lebar tambahan apabila terdapat jalan yang curam. Tepi jalan yang sempit akan cepat menurun kualitasnya oleh pelapukan akibat tanpa pemeliharaan (AASHTO, 1991).


(22)

Pengelolaan jalur khusus sepeda penting untuk keselamatan pengguna. Jalur yang terawat baik dapat meminimalkan bahaya yang ditimbulkan dari jalur khusus sepeda tersebut.

Gambar 2. Jenis Bike Lane: Jalur yang Dipisahkan oleh Garis Marka Jalan (Kiri); Jalur dengan Warna (Kanan)

Jenis jalur sepeda lainnya adalah jalur alami, yaitu jalur dengan permukaan alami ditujukan untuk bersepeda off-road. Menurut Federal Highway Administration (FHWA), pada jalan dua arah, jalur sepeda selalu terletak pada masing-masing sisi jalan. Apabila terdapat dua arah jalur sepeda pada satu sisi jalan akan menimbulkan kondisi berbahaya bagi pesepeda.

2.2.2 Sarana dan Prasarana Jalur Sepeda

Jalur sepeda perlu ditunjang oleh sarana dan prasarana yang baik untuk memfasilitasi pengguna sepeda. Sarana dan prasarana seperti jalur sepeda yang baik, tempat parkir, dan sebagainya. Material untuk jalur sepeda yang baik harus mampu bertahan dari cuaca panas maupun hujan agar tetap terjaga dari lumut. Signage untuk jalur khusus sepeda juga dibutuhkan untuk menambah keamanan pengendara sepeda.

Simbol sepeda berfungsi sebagai panduan visual untuk pengguna sepeda di sepanjang jalur sepeda. Selain itu, simbol ini juga berfungsi untuk meningkatkan kesadaran pengendara kendaraan bermotor untuk memberikan ruang kepada pengguna sepeda. Garis marka jalan digunakan untuk membatasi antara jalur


(23)

sepeda dengan jalan kendaraan bermotor. Garis ini juga berfungsi sebagai refleksi cahayaan pada sore atau malam hari. London Cycling Design Standar membagi papan penunjuk arah dan garis marka jalan menjadi tiga bagian, yaitu:

1. regulatory, peraturan mengenai manajemen lalu lintas yang dapat dilaksanakan;

2. warning and informatory, papan petunjuk arah dan garis marka jalan yang memperingatkan tentang bahaya dan membimbing ke posisi yang benar;

3. route guidance, papan petunjuk mengenai arah dan lokasi.

Menurut Caltrans Highway Design Manual (2006), pencahayaan juga harus dipertimbangkan untuk memfasilitasi jalur sepeda pada malam hari. Pencahayaan dapat membantu untuk meminimalisir konflik yang terjadi antara sepeda dengan kendaraan bermotor di persimpangan jalan. Pencahayaan memberikan kenyamanan dengan menerangi jalur sepeda sehingga sepeda dapat melihat jalur jalan, kondisi permukaan dan rintangan.

Tempat parkir harus diperhatikan dalam memfasilitasi pengguna sepeda. Tempat parkir yang kurang aman dapat membuat pengguna sepeda malas untuk bersepeda. Ukuran dari tempat parkir harus memperhatikan ukuran standar dari sepeda. Berdasarkan Data Arsitek Jilid 2 (Neufert, 2002), ukuran dari kendaraan sepeda adalah panjang 1,70 cm, lebar 60 cm, dan tinggi 1,05 cm. Terdapat tiga jenis tempat parkir, diantaranya adalah rak sepeda, bollard, dan loker sepeda (Gambar 3). Rak sepeda adalah tempat parkir sepeda yang aman dan dapat dipasang di berbagai lokasi. Rak sepeda harus harus mampu menunjang sepeda dengan frame yang tegak di dua tempat untuk mencegah sepeda jatuh dan memungkinkan frame sepeda dan satu atau dua roda sepeda untuk dikunci. Loker sepeda memiliki bentuk yang paling besar dibanding jenis parkir sepeda lainnya karena memuat sepeda dengan cara dimasukkan ke dalam loker tertutup. Ini dapat digunakan sebagai fasilitas penyimpanan sepeda yang aman pada tempat-tempat seperti rumah sakit, sekolah, stasiun, tempat kerja, dan tempat lainnya yang membutuhkan parkir sepeda dalam jangka waktu panjang.


(24)

Gambar 3. Jenis Parkir Sepeda: Bollard (Kiri); Rak Sepeda (Tengah); Loker Sepeda (Kanan)

Parkir sepeda akan aman apabila terletak dekat dengan pintu masuk bangunan, karena mengurangi risiko kerusakan atau kehilangan sepeda. Lokasi parkir sepeda berada pada tempat-tempat yang strategis untuk memudahkan pengguna sepeda menuju tempat tujuan (Tabel 1).

Tabel 1. Rekomendasi untuk Lokasi Parkir Sepeda

Lokasi Lokasi fisik Kapasitas sepeda

Taman Kota Berdekatan dengan kamar mandi, area piknik, lapangan, dan lainnya

8 parkir sepeda per hektar

Sekolah Kota Dekat dengan pintu masuk dengan visibilitas yang baik

8 parkir sepeda per 40 murid

Fasilitas Umum Dekat dengan pintu masuk 8 parkir sepeda perlokasi Dengan visibilitas yang baik

Kawasan Komersial Dekat dengan pintu masuk dengan visibilitas yang baik dan tidak menggangu pergerakan mobil dan pedestrian.

2 parkir sepeda per 200 meter

Stasiun transit Dekat dengan pos penjaga 1 parkir sepeda per 30 ruang parkir

Sumber: American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO), 1991

Fasilitas parkir sepeda harus tahan lama, menawarkan perlindungan dari pencurian, kerusakan dan cuaca. Jenis fasilitas parkir sepeda:


(25)

1. parkir jangka panjang: Sepeda fasilitas parkir di tempat-tempat seperti stasiun transit dan taman kota. Fasilitasnya dapat berupa loker sepeda;

2. parkir jangka pendek: Biasanya terletak pada lokasi perpustakaan umum, tempat rekreasi dan pusat kota atau jalan-jalan umum. Parkir jangka pendek harus nyaman dan dekat pintu masuk bangunan atau mudah terlihat untuk keselamatan dan keamanan sepeda.

Parkir sepeda dapat menjadi penghalang bagi pejalan kaki. Tempat parkir sepeda harus dibangun dari bahan yang kokoh dan sulit untuk membongkar, mereka harus memberikan kesempatan untuk mengunci kedua frame dan roda sepeda dengan kunci tipe U-lock serta kunci dari rantai kombinasi. Loker sepeda harus dibangun dari bahan tahan lama tidak mudah rusak oleh vandalisme dan cuaca (AASHTO, 1991). Parkir sepeda dapat dalam bentuk rak sepeda atau loker sepeda. Sedangkan loker sepeda memberikan perlindungan tambahan dari pencurian dan cuaca. Menurut London Cycling Design Standards jenis parkir yang umum adalah Sheffield Stand. Bentuknya berupa huruf “U” terbalik atau “Universal”. Jarak antara tempat parkir adalah 1200mm untuk dua sisi parkir, untuk ruang yang terbatas, jaraknya adalah 1000mm.

Perawatan harus diberikan dalam memilih lokasi rak, loker dan fasilitas sepeda lain untuk membantu memastikan bahwa sepeda tidak akan rusak oleh kendaraan bermotor, dicuri, dirusak, dll. Fasilitas parkir sepeda tidak boleh mengganggu aliran pejalan kaki dan harus memberikan akses yang mudah untuk sepeda mereka diparkir.

2.3 Koridor Hijau Jalur Sepeda

Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut (DPU, 2009).

Penanaman jalur hijau jalan di sepanjang berm dan median jalan yang bersifat sederhana dalam penataannya harus berpedoman pada kebutuhan, kecocokan


(26)

penampilan di tiap musim penampilan di tiap tahapan pertumbuhan, kecocokan antara tanaman dan bangunan serta lingkungan sekitar dan keefisienan dalam pemeliharaan (Simonds, 1983). Penggunaan elemen tanaman pada lanskap dikarenakan keindahan dari bagian tanaman dengan aneka bentuk, warna, tekstur, dan aroma dan kesan alami yang ditimbulkan (Carpenter et al., 1975). Koridor hijau jalur sepeda berfungsi ekologis, sebagai peneduh pengguna sepeda dari panas, penambah nilai kualitas lingkungan untuk keindahan dan rekreasi, serta pelestarian biodiversitas. Sangat penting untuk mendalami konsep green-city,yang salah satunya adalah tumbuhnya sikap saling bergantung dan menjaga antara manusia dengan lingkungan yang dalam hal ini adalah keanekaragaman hayati (Arifin, 2011).

Manfaat RTH berdasarkan fungsinya dibagi atas manfaat langsung (dalam pengertian cepat dan bersifat tangible) seperti mendapatkan bahan-bahan untuk dijual (kayu, daun, bunga), kenyamanan fisik (teduh, segar), keinginan dan manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat intangible) seperti perlindungan tata air dan konservasi hayati atau keanekaragaman hayati (DPU, 2009). Koridor hijau jalan yang berada di kanan kiri jalan dengan pepohonan di dalamnya akan memberikan kesan asri bagi jalan tersebut dan memberikan kesan teduh. Koridor hijau jalan dengan pepohonan akan meberikan kesejukan bagi pengguna jalan, dengan penggunaan pepohonan pada koridor jalan diharapkan dapat mengurangi polusi udara, serta dapat memberikan kesan asri.

2.4Rencana Pengelolaan

Pengelolaan merupakan suatu proses dari konsep, teori, dan analisis tujuan, yang dengannya seorang manajer merencanakan, mengatur, memimpin, dan menjalankan tujuan tersebut melalui usaha manusia secara sistematis, koordinatif, dan saling kerja sama (Kraus and Curtis, 1982). Pengelolaan lanskap adalah upaya terpadu dalam penataan dan pemanfaatan, pemeliharaan, pelestarian, pengendalian, dan pengembangan lingkungan hidup sehingga tercipta lanskap yang bermanfaat bagi manusia dan makhluk hidup lainnya (Arifin dan Arifin, 2005). Lyle mengungkapkan bahwa tugas pengelola lanskap harus kreatif, tanggap terhadap semua bentuk masalah lingkungan termasuk perilaku yang tidak


(27)

wajar dari kebiasaaan manusia dan proses alam. Pengelola lanskap harus mengarahkan perubahan dan bentuk perubahannya.

Kegiatan dalam pengelolaan lanskap itu menjaga lanskap agar tetap nyaman, bersih dan menarik, baik dalam maupun luar guna melindungi dan meningkatkan fungsi dan estetika dari suatu lanskap. Fungsi dari pengelolaan lanskap adalah sebagai keberlanjutan dari kegiatan perencanaan dan desain suatu lanskap. Kegiatan pengelolaan lanskap dimulai dari pengembangan strategi pengelolaan yang berkelanjutan dari desain sampai pemeliharaan dalam upaya untuk membangun lanskap yang berfungsi lebih efisien dan meminimalkan dampak terhadap lingkungan.

Efisiensi dan efektivitas pemeliharaan taman dipengaruhi oleh penguasaan teknik pemeliharaan yang baik dan peralatan yang memadai. Oleh karena itu pemelihara taman hendaknya memiliki peralatan pemeliharaan yang tepat, mengetahui jenis peralatan yang digunakan, fungsi dan cara kerjanya (Arifin dan Arifin, 2005). Rencana pengelolaan berisi tentang struktur organisasi, alat dan bahan, jadwal pengelolaan, tenaga kerja, dan rencana anggaran biaya. Pengelolaan permukaan perkerasan jalur khusus sepeda yang sesuai standar sangat penting untuk menarik pengguna sepeda dalam menggunakan fasilitas tersebut dan dapat memberikan keamanan dalam bersepeda.


(28)

BAB III METODOLOGI 3.1Lokasi dan Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian ini mengambil lokasi di jalur sepeda Sentul City, Bogor, Indonesia (Gambar 4). Adapun waktu kegiatan penelitian ini kurang lebih selama 6 bulan, dari bulan Maret 2012 sampai dengan Agustus 2012.

Peta Jalur Sepeda Sentul City Keterangan gambar:

Lokasi Penelitian

Sumber: Masterplan Sentul City, 2008

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian: Masterplan Sentul City (Atas); Jalur Sepeda Sentul City (Bawah)

Tanpa Skala U


(29)

3.2Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta jalur sepeda Sentul City, survey sheet, dan kuisioner. Sedangkan alat yang digunakan dalam penelitian antara lain:

1. GPS untuk tracking jalur sepeda di Sentul City; 2. Kamera untuk pengambilan gambar;

3. Software untuk mengolah data dan gambar seperti AutoCAD 2011, Adobe Photoshop CS6, Garmin Map Source, Google Sketch Up 8, dan lainnya. 3.3Metode Penelitian

Kegiatan penelitian evaluasi jalur sepeda di Sentul City dijabarkan dalam tiga tahap yaitu, pengumpulan data, analisis data menggunakan analisis SWOT, dan perumusan rekomendasi.

1. Pengumpulan data aspek fisik dan biofisik jalur sepeda di Sentul City, aspek sosial, aspek ekonomi, dan aspek pengelolaan.

a. Pengukuran jalur sepeda

Pengumpulan data mengenai jalur sepeda di Sentul City dilakukan dengan tracking menggunakan GPS, untuk mengetahui berapa luas, lebar, dan jalan-jalan yang dihubungi oleh jalur sepeda ini.

b. Evaluasi fisik dan biofisik jalur sepeda

Pengumpulan data mengenai kondisi fisik dan biofisik dari jalur sepeda yang ada di Sentul City berupa fasilitas penunjang jalur sepeda, vegetasi, kondisi jalur sepeda, dan sebagainya.

c. Wawancara pengelola dan pengguna dengan menggunakan kuisioner Wawancara pengelola dan pengguna dilakukan untuk mengetahui data sosial, ekonomi, dan budaya tentang perilaku, aktivitas, kondisi ekonomi dan budaya dari pengguna yang ada di jalur sepeda Sentul City. Selain itu, wawancara juga dilakukan untuk mengetahui data mengenai aspek pengelolaan tentang kegiatan pengelolaan yang sudah ada untuk memelihara jalur khusus sepeda. Untuk mengetahui aspek sosial, ekonomi, dan budaya, dilakukan penyebaran kuisioner kepada pengunjung. Kuisioner ini digunakan untuk mengumpulkan informasi mengenai aktivitas, perilaku, dan karakteristik pengunjung Sentul City mengenai jalur khusus sepeda. Metode


(30)

kuisioner yang digunakan adalah kuisioner tertutup, yaitu pertanyaan-pertanyaan yang sudah dibatasi dengan pilihan-pilihan yang tersedia bagi responden. Responden yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 30 responden yang dipilih secara sengaja.

d. Analisis data dengan menggunakan SWOT

Tahap ini merupakan tahap di mana dilakukan pengolahan dan penyusunan data yang telah terkumpul dari hasil survey untuk memperoleh informasi tentang:

a. deskripsi aspek fisik dan biofisik jalur sepeda; b. deskripsi aspek pengguna jalur sepeda;

c. deskripsi aspek pengelolaan yang sedang berjalan di jalur sepeda.

Analisis SWOT, yaitu identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi (Rangkuti, 1997). SWOT adalah singkatan dari Strenght (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunity (peluang), dan Threats (ancaman). Dari analisis SWOT akan dihasilkan matriks SWOT. Matriks ini dapat menghasilkan 4 strategi kemungkinan alternatif. Keempat strategi itu adalah:

1. SO, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya;

2. ST, yaitu strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman;

3. WO, yaitu strategi yang diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan meminimalkan kelemahan yang ada;

4. WT, yaitu strategi yang didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

Kerangka kerja dengan menggunakan pendekatan analisis SWOT adalah sebagai berikut:

a) analisis penilaian faktor internal dan faktor eksternal; b) penentuan bobot setiap variable;

c) penentuan peringkat (rating); d) penyusunan alternatif strategi;


(31)

e) pembuatan tabel rangking alternatif strategi. Penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. Analisis Penilaian Faktor Internal dan Eksternal

Penilaian faktor internal (IFE) adalah untuk mengetahui sejauh mana kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dengan cara mendaftarkan semua kekuatan dan kelemahan serta memberikan dasar untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan antara area-area tersebut. Sedangkan penilaian faktor eksternal (EFE) adalah untuk mengetahui sejauh mana ancaman dan peluang yang dimiliki dengan cara mendaftarkan ancaman dan peluang (David, 2008). Identifikasi berbagai faktor tersebut secara sistematis digunakan untuk merumuskan strategi untuk pengelolaan jalur khusus sepeda.

b. Penentuan Bobot Setiap Variabel

Sebelum melakukan pembobotan faktor internal maupun eksternal, terlebih dahulu ditentukan tingkat kepentingannya. Setiap faktor internal dan eksternal diberi nilai berdasarkan tingkat kepentingannya (Tabel 2). Khusus untuk faktor internal kekuatan, tingkat kepentingan harus diberi nilai 3 atau 4, dan faktor internal kelemahan, harus diberi nilai 1 atau 2.

Tabel 2. Formulir Tingkat Kepentingan Faktor Internal dan Eksternal

Simbol Tingkat kepentingan

1 Tidak penting

2 Kurang penting

3 Penting

4 Sangat Penting

Penentuan bobot dilakukan dengan cara mengajukan identifikasi faktor strategis internal dan eksternal kepada pihak pengelola. Metode tersebut digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal dan eksternal (Tabel 3).


(32)

Tabel 3. Formulir Pembobotan Faktor Internal dan Eksternal

c. Penetuan peringkat (rating)

Penentuan tiap variabel terhadap kondisi objek diukur dengan menggunakan nilai peringkat berskala 1-4 terhadap masing-masing faktor strategis yang dimiliki jalur khusus sepeda (Tabel 4 dan 5).

Tabel 4. Formulir Tingkat Kepentingan Faktor Internal

Simbol Tingkat kepentingan

1 Sangat lemah

2 Lemah

3 Kuat

4 Sangat Kuat

Tabel 5. Formulir Tingkat Kepentingan Faktor Eksternal

Simbol Tingkat kepentingan

1 Respon pengelola kurang baik 2 Respon pengelola cukup baik 3 Respon pengelola baik

4 Respon pengelola sangat baik

Total skor pembobotan berkisar antara 1-4 dengan rata-rata 2,5. Jika total skor pembobotan IFE di bawah 2,5 maka dapat dinyatakan bahwa kondisi internal

No. Faktor Internal

Tingkat

Kepentingan Jumlah Responden

Rata-

Rata Bobot 1 2 3 4 5

Total

No. Faktor Eksternal

Tingkat

Kepentingan Jumlah Responden

Rata-

Rata Bobot 1 2 3 4 5


(33)

lemah, sedangkan jika berada di atas 2,5 maka dinyatakan kondisi internal kuat, Demikian juga total pembobotan EFE, jika dibawah 2,5 menyatakan bahwa kondisi eksternal lemah dan jika di atas 2,5 menyatakan bahwa kondisi eksternal kuat (David, 2008) (Tabel 6 dan 7).

Tabel 6. Formulir Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Faktor strategis

internal Bobot Rating

Skor (Bobot x Rating) Kekuatan

1.

Kelemahan 1.

Total

Sumber: Rangkuti, 1997

Tabel 7. Formulir Matriks External Factor Evaluation (EFE) Faktor strategis

eksternal Bobot Rating

Skor (Bobot x Rating) Peluang

1.

Ancaman 1.

Total

Sumber: Rangkuti, 1997

d. Penentuan Alternatif Strategi

Alat yang digunakan untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah matriks SWOT (Tabel 8).

Tabel 8. Matriks SWOT Eksternal

Internal Opportunity Threats

Strenght Menggunakan kekuatan

yang dimiliki untuk mengambil kesempatan yang ada

Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang dihadapi


(34)

Weakness Mendapatkan keuntungan dari kesempatan yang ada untuk mengatasi

kelemahan kelemahan

Meminimumkan kelemahan dan

menghindari ancaman yang ada

Sumber: Rangkuti, 1997 e. Perumusan rekomendasi

Tahapan terakhir ini merupakan perumusan rekomendasi untuk menghasilkan strategi pengelolaan guna meningkatkan pengelolaan lanskap jalur khusus sepeda di Sentul City. Pembuatan rekomendasi dilakukan berdasarkan hasil analisis yang telah diperoleh dan studi literatur sebagai bahan pertimbangan atau acuan dalam pembuatan rekomendasi.


(35)

BAB IV HASIL 4.1Analisis Situasional

4.1.1 Sejarah Perusahaan

PT. Sentul City Tbk didirikan pada tanggal 16 April 1993 dengan nama PT. Sentragriya Kharisma. Nama perseroan tersebut mengalami beberapa kali ganti nama menjadi PT. Royal Sentul Highlands (Tahun 1993), PT. Royal Sentul Highlands Tbk. (Tahun 1997), PT. Bukit Sentul Tbk. (Tahun 1997), dan nama perseroan kemudian diubah lagi menjadi PT Sentul City Tbk. (Tahun 2006).

PT. Sentul City Tbk memiliki beberapa anak perusahaan seperti PT. Sukaputra Graha cemerlang, PT. Gunung Geulis Elok Abadi, PT. Gazelle Indonesia, PT. Sentul Investindo, dan PT. Aftanesia. Selain itu, PT. Sentul City Tbk juga memiliki perusahaan asosiasi seperti PT. Royal Sentul Resort Hotel, PT. Jakarta Polo and Equestrian, dan PT. Bukit Jonggol Asri.

Sentul City merupakan kawasan perumahan yang sedang berkembang menjadi kota baru yang mengacu pada keselarasan lingkungan, berwawasan lingkungan dan harmonisasi terhadap lingkungan. Sistem untuk pembagian tipe perumahan pada Sentul City diterapkan sistem cluster, dimana hanya terdapat satu akses untuk masuk dan keluar areal tersebut. Peruntukan kawasan perumahan di Sentul City adalah 60% untuk area saleable dan 40% untuk area non saleable (Tabel 9). Tabel 9. Peruntukan Kawasan Perumahan Sentul City

No. Rencana Peruntukan

Luas Efektif

(Ha)

Persentase

(%) Ket

Wilayah

Terbangun KWT

(%) KDB

(%)

Luas (Ha) 1. Perumahan 1098,90 45

60

Area Saleable 1479,00

35 363 16 2. Perdagangan,

perkantoran, dan industri ringan

189,50 8 56 106 4

3. Fasilitas Khusus (komersial)

190,60 8 12 24 1

4. Sarana dan Prasarana - Fasilitas

Khusus

36,10 1

40 Area Non


(36)

- Jalan 561,70 23 Saleable 986,00

36 204 8

- Interchange 15,00 1 60 9

- Hijau 323,00 13

- Fasos dan Fasum

50,30 2 18 9 0

Total 2465,00 100 737 30

Sumber: RKL dan RPL PT. Sentul City, Tbk, 2011 4.1.2 Kondisi Fisik

A. Batas Tapak dan Geografis

Sentul City terletak di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara geografis, Sentul City terletak pada koordinat 06°33’55” - 06° 37’45” LS dan 106° 50’20” - 106° 57’10” BT. Kawasan yang memiliki luas ± 3100 ha ini dekat dengan beberapa gunung, diantaranya adalah Gunung Pancar dan Gunung Salak. Secara administratif, kawasan ini terletak di beberapa desa di Kecamatan Babakan Madang, yaitu Babakan Madang, Cipambuan, Kadumangu, Citaringgul, Sumur Batu, Cijayanti, Bojong Koneng dan 1 desa di Kecamatan Sukaraja, yaitu Desa Cadas Ngampar. Batas wilayah Sentul City adalah sebagai berikut:

Utara : Desa Cipambuan dan Desa Kadungmanggu Timur : Desa Hambalang dan Desa Karang tengah Selatan : Desa Nanggrak dan Desa Cijayanti

Barat : Desa Cijayanti, Desa Cikeas, dan Desa Cadas Ngampar B. Iklim dan Topografi

Berdasarkan Stasiun Meteorologi Dramaga Bogor, suhu udara pada kawasan ini sekitar 25,7°C dengan kelembaban udara rata 70,7 %. Curah hujan rata-ratanya 192 mm setiap tahunnya dengan curah hujan maksimum terjadi pada bulan Mei sebesar 349 mm, sedangkan curah hujan minimum terjadi pada bulan Agustus sebesar 42 mm.

Tabel 10. Data Iklim Tahun 2011-2012 Tahun Bulan Rata-rata

temperatur (°C)

Rata-rata kelembaban (%) Rata-rata curah hujan (mm) 2011

Januari 25,4 83 139

Februari 25,6 79 115

Maret 25,7 82 80

April 25,8 84 203


(37)

Mei 26,1 84 349

Juni 26,1 77 123

Juli 25,8 80 122

Agustus 25,6 75 42

September 25,1 73 82

Oktober 26,3 75 282

November 25,3 80 227

Desember 26,1 84 323

2012

Januari 25,1 86 213

Februari 25,6 87 394

Maret 26,2 80 186

JUMLAH 385,8 1061 2880

Rata-rata 25,7 70,7 192

Sumber: Stasiun Klimatologi Dramaga

Sentul City terletak pada 250-600m di atas permukaan laut. Topografi pada Sentul City berupa perbukitan bergelombang sedang dengan kemiringan lereng sekitar 60o. Kawasan Sentul City memiliki kemiringan lereng yang berkisar antara 0 % sampai dengan lebih besar dari 25%, dengan detail kontur: (1) 0-8%: 1109,30 ha, (2) 8-15%: 706,3 ha, (3) 15-25%: 695 ha, (4) >25%: 498,4 ha (Tabel 11). Tabel 11. Kondisi Topografi Sentul City

Bentuk Wilayah Lereng (%)

Perbedaan Tinggi (m)

Luas (ha) Datar-berombak (undulating) 0-8 0-15 1109,3 Bergelombang (rolling) 8-15 15-50 706,3

Berbukit (hilly) 15-25 50-200 695,0

Bergunung-gunung (mountainous)

>25 >200 489,4

Sumber: AMDAL Sentul City, 2009

4.1.3 Kondisi Bio-Fisik A. Hidrologi

Sumberdaya air di kawasan Sentul City berasal dari pengolahan air mandiri yang berasal dari badan-badan air atau Water Treatment Plant (WTP) dan melalui pipa air PDAM Kabupaten Bogor yang didistribusikan melalui reservoir yang ada di Cipambuan selanjutnya didistribusikan ke daerah pelayanan di lokasi kegiatan. Lanjutan Tabel 10.


(38)

Water Treatment Plant (WTP) adalah salah satu prasarana umum bagi kawasan Sentul City, dengan debit air 80 liter/detik. Air berasal dari air hujan dan air sungai Citeureup yang diolah pada musim penghujan yang ditampung pada danau seluas kurang lebih 4 hektar. Sentul City juga memiliki sistem pengolahan limbah cair rumah tangga yang diberi nama Sewage Tretment Plant (STP). STP mengolah limbah cair dari berbagai sarana komersil di Sentul City, seperti restoran, hotel, dan lainnya. Sungai yang mengalir di kawasan ini adalah Sungai Citeureup, Cikeas, Citaringgul. Sebagian hasil dari WTP digunakan lagi oleh pihak pengelola untuk menyirami vegetasi yang berada di kawasan Sentul City. Air tanah tergolong langka di kawasan ini, sehingga air tanah tidak digunakan dalam kegiatan operasional perumahan Sentul City. Berikut merupakan data hidrologi Sentul City (Tabel 12).

Tabel 12. Data Hidrologi Sentul City

No. Sumber Air Keterangan

1. Sungai Sungai Cikeas dan Sungai Citereup 2. Air Tanah 4-12 meter di bawah permukaan tanah Sumber: AMDAL Sentul City, 2009

B. Vegetasi

Sentul City memiliki bentuk topografi yang landai hingga berbukit dengan vegetasi yang bervariasi dan tersebar. Vegetasi dengan keragaman jenis yang tinggi ini dapat digolongkan menjadi 5 golongan, yaitu vegetasi hutan, vegetasi kebun, dan campuran yang mendominasi daerah Sentul City pada musim penghujan, vegetasi tegalan, kemudian ada vegetasi semak belukar yang mendominasi daerah Sentul City pada musim kemarau, dan yang terakhir adalah vegetasi sawah yang mendominasi daerah pinggiran sungai.

4.1.4 Aspek Pengelolaan A. Struktur Organisasi

Sumber daya manusia merupakan aset utama dalam menunjang keberhasilan suatu perusahaan. PT. Sukaputra Graha Cemerlang atau SGC adalah anak perusahaan dari PT. Sentul City Tbk dalam bidang town management. PT. Sukaputra Graha Cemerlang mempunyai beberapa divisi, yaitu divisi lingkungan dan kebersihan, divisi pemeliharaan infrastruktur, dan divisi pergudangan di


(39)

Sentul City. Adanya struktur organisasi adalah untuk memberi penjelasan mengenai tanggung jawab dan tugas dari pihak-pihak yang terkait. Berikut merupakan struktur organisasi dari PT. Sukaputra Graha Cemerlang (Gambar 5).

Gambar 5. Struktur Organisasi Sukaputra Graha Cemerlang (SGC) B. Sarana dan Prasarana

Pengelolaan lanskap yang baik memerlukan sarana dan prasarana yang baik pula. Sarana dan prasarana di Sentul City sudah cukup memadai, terlihat dengan adanya beberapa fasilitas seperti perumahan, perkantoran, keagamaan, pendidikan, rekreasi, olahraga, dan kesehatan (sedang dalam proses). Dalam mengelola area pemeliharaan lanskap di Sentul City (Tabel 13), SGC memiliki area pembibitan (nursery) yang dapat digunakan untuk mengganti tanaman-tanaman yang rusak.

Tabel 13. Luas Area Pemeliharaan Lanskap di Sentul City

No. Area Perawatan Lanskap Luas (ha) Proporsi (%) 1. Taman

Taman Gerbang Taman Lingkungan Spine Road 4,43 10,72 11,94 1,50 3,60 4,03 2. Rumput

Berm Halaman depan Kavling RTH 58,02 11,37 108,76 60,56 19,46 3,84 36,60 20,32 3. Pohon

Pohon Jalan 1,42 0,48

Departemen Pemeliharaan Lingkungan Pemeliharaan Infrastruktur Lanskap dan Kebersihan Pergudangan Administrasi Jalan dan Drainase RTW Mekanik dan Listrik

Lanskap Kebersihan Peralatan

Pengawas Lapang

Operator Pemeliharaan


(40)

Pohon Penghijauan Sempadan jalan Jogging Track Saluran Drainase 6,69 25,87 0,38 4,49 2,25 8,72 0,13 1,50

Total 296,59 100,00

Sumber: Bukit Sentul Tbk, 2009

C. Efektivitas Pengelolaan, Tenaga Kerja, Jadwal, Peralatan, dan Biaya PT. Sukaputra Graha cemerlang membawahi beberapa kontraktor, diantaranya adalah CV. Gelar Jaya, CV. Citra Anugrah Maulita, dan PT. Makna Prakarsa Utama. Efektivitas pekerjaan pegawai pemeliharaan taman menurut Arifin dan Arifin (2009) sangat ditentukan oleh motivasi kerja dan tingkat keterampilan yang dimiliki tenaga kerja, sistematika jadwal perencanaan pemeliharaan taman, ketersediaan alat dan bahan yang sesuai dengan kebutuhan, tingkat pengawasan kerja di lapang, dan kelancaran komunikasi pimpinan dengan para pengawas serta pengawas dengan pegawai pemeliharaan taman di lapang. Tenaga kerja PT. Sukaputra Graha Cemerlang berdasarkan jenjang pendidikan dan jenjang manajemennya dapat dilihat pada tabel berikut (Tabel 14).

Tabel 14. Tenaga kerja PT. Sukaputra Graha Cemerlang

Komposisi Karyawan Menurut jenjang Pendidikan

Jumlah Karyawan Pasca Sarjana Sarjana D3 SLTA SLTP SD

268 2 16 18 168 20 44

Komposisi Karyawan Menurut Jenjang Manajemen

Div. Head Dept. Head Section Head Staff Non Staff Total

- 5 7 53 202 268

Sumber: Annual Report Sentul City, 2011

Program kerja pemeliharaan di Sentul City dibagi menjadi dua bagian, yaitu pemeliharaan rutin dan pemeliharaan insidentil. Kegiatan pemeliharaan rutin merupakan pemeliharaan harian, mingguan, bulanan, atau tahunan. Sedangkan pemeliharaan insidential merupakan kegiatan pemeliharaan yang dilakukan hanya pada waktu tertentu saja atau pada saat ada permintaan. Setiap kegiatan pemeliharaan terdapat pengawasannya. Pengawasan dilaksanaakan pada saat pelaksanaan pemeliharaan dan pasca pemelaksanaan pemeliharaan, yang berupa cheklist evaluasi hasil pekerjaan.

Jadwal pemeliharaan terkoordinir dari hari senin hingga minggu pada jam kerja 08.00 sampai dengan 16.00, dengan jam istirahat selama 1 jam, yaitu pada Lanjutan Tabel 13.


(41)

jam 12.00 sampai dengan 13.00. Peralatan pekerjaan pemeliharaan terdiri dari mobil dan motor operasional, mesin rumput, tangki air dan beberapa jenis alat kerja infrastruktur seperti roda genset, pahat kayu, gergaji besi, cangkul, mesin serut, palu, linggis, troli dorong, sekop, dan lainnya.

4.2Karakteristik Jalur Sepeda 4.2.1 Lokasi Jalur Sepeda

Penelitian dilakukan pada jalur sepeda di Sentul City Bogor. Jalur sepeda ini ramai dengan pengguna sepeda pada hari sabtu dan minggu. Jalan MH Thamrin terdiri dari dua jalan yang dipisahkan oleh median jalan, dengan masing-masing jalan mempunyai jalur sepeda di sebelah kiri jalan. Jalan ini memiliki panjang 2,7 kilometer dengan lebar median 6 meter dan lebar jalan 9 meter. Jalan MH. Thamrin termasuk ke dalam jalan arteri, dengan kecepatan rata-rata tinggi. Jalan Jenderal Sudirman terdiri dari dua badan jalan yang dipisahkan dengan median, dan dua badan jalan yang tidak dipisahkan oleh median jalan, dengan jalur sepeda di sebelah kiri jalan. Jalan ini memiliki panjang 1 km dengan lebar jalan 7,5 meter dan lebar median 2 meter (Tabel 15).

Tabel 15. Kondisi Jalan Tempat Penelitian

No. Nama Jalan

Panjang Jalur Sepeda

(km)

Lebar (m) Perkerasan Jalur

Sepeda Median Jalan Jenis Kondisi 1. MH.

Thamrin 2,7 1,5 6 9 Aspal Baik

2. Jendral

Sudirman 1 1,2 - 1,4 2 7,5 Aspal Baik Jalur sepeda terletak pada jalan utama kawasan Sentul City. Jalur ini menghubungkan jalan MH. Thamrin dan jalan Jendral Sudirman (Gambar 6). Jalur sepeda di Jalan MH Thamrin memiliki panjang 2,7 kilometer, sedangkan jalur sepeda di Jalan Jendral Sudirman memiliki panjang 1 km, dengan total panjang jalur sepeda adalah 3,7 kilometer.


(42)

Keterangan gambar: Jalan MH. Thamrin Jalan Jendral Sudirman

Gambar 6. Jalan MH. Thamrin dan Jalan Jendral Sudirman

4.2.2 Tipe Jalur Sepeda

Jalur sepeda di Sentul City berada di sebelah kiri, dengan mengambil sebagian jalan arteri. Jalur ini dipisahkan dengan jalan arteri menggunakan garis marka jalan berwarna kuning. Tipe jalur seperti ini dinamakan bicycle lane, dimana jalur sepeda berada di satu badan jalan dengan kendaraan bermotor dipisahkan oleh garis marka jalan. Kondisi jalur disini terkelola dengan baik, tetapi dikarenakan tidak ada pengelolaan yang rutin, jalur sepeda terkadang kotor dengan bekas ban mobil, tanah, dan sebagainya (Gambar 7).

Gambar 7. Kondisi Jalur Sepeda yang Kotor oleh Limpasan Tanah Tanpa Skala


(43)

Jalur sepeda pada jalan MH. Thamrin memiliki lebar 1,5 meter di sebelah kiri masing-masing badan jalan. Jalur pada jalan ini berbagi jalan dengan jalur kendaraan bermotor tanpa ada bollard atau pembatas, tetapi jalur ini dipisahkan oleh garis marka jalan (Gambar 8).

Gambar 8. Dimensi Jalan MH. Thamrin

Jalur sepeda pada jalan Jendral Sudirman memiliki lebar yang berbeda. Pada badan jalan yang memiliki median, lebar jalur sepeda adalah 1,8 meter di sebelah kiri masing-masing badan jalan (Gambar 9). Sedangkan pada badan jalan yang tanpa median, lebar jalur sepeda terlihat berbeda. Lebar jalur sepedanya adalah 1,4 meter pada badan jalan sebelah kiri dan 1,2 meter pada badan jalan sebelah kanan (Gambar 10).

Gambar 9. Dimensi Jalan Jendral Sudirman Dengan Median Skala 1 : 300


(44)

Gambar 10. Dimensi Jalan Jendral Sudirman Tanpa Median

Ruang Terbuka Hijau pada jalur sepeda ini terletak di samping kiri jalur sepeda, dengan saluran drainase yang memisahkan antara berm dan taman tepi jalan. Saluran drainase memiliki lebar 60 sentimeter dan berm badan jalan sebelah kanan memiliki lebar 140 cm, sedangkan bagian kiri 120 cm. Terdapat kanstin selebar 15 cm yang membatasi antara berm dan jalur sepeda.

4.2.3 Elemen Pendukung Jalur Sepeda

Elemen pembentuk jalur sepeda berupa kelengkapan jalan (street furniture), antara lain rambu lalu lintas, garis marka jalan, simbol sepeda, halte, dan tempat parkir (Tabel 16). Elemen-elemen ini dimaksudkan untuk memberikan keamanan dan kenyaman untuk pengguna jalur sepeda di Sentul City (Lampiran 4).

Tabel 16. Elemen Pendukung Pada Lokasi Penelitian

Lokasi

Elemen Pendukung Rambu

Lalu Lintas (buah)

Garis Marka

Jalan

Simbol Sepeda (buah)

Halte (buah)

Tempat Parkir (buah)

Jalan MH. Thamrin 17 2,7 km 20 1 2

Jalan Jendral Sudirman 6 1 km 6 2 0

Sumber: Pengamatan lapang Skala 1 : 200


(45)

4.2.4 Rambu Lalu Lintas

Fasilitas lalu lintas untuk pengguna jalur sepeda berfungsi sebagai informasi dan petunjuk lalu lintas yang dibuat sebagai komunikasi antara pengelola jalan dengan pengguna jalan sehingga dapat memperhatikan keadaan jalan. Fasilitas ini dapat meningkatkan keselamatan para pengguna jalur sepeda, karena ini dapat menjadi peringatan untuk pengguna jalan lainnya bahwa di tempat tersebut terdapat jalur sepeda. Terdapat dua jenis penggunaan bahasa dalam rambu lalu lintas ini, menggunakan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Kata peringatan dalam bahasa Indonesia adalah “Hati-Hati Sepeda!” dan kata peringatan dalam bahasa Inggris adalah “Look For Bikes”.

Warna dasar rambu lalu lintas ini adalah kuning. Sedangkan untuk warna pinggiran, gambar, dan tulisan adalah hitam. Warna untuk tiang penyangga adalah abu-abu. Bentuk rambu lalu lintas ini adalah persegi panjang. Rambu lalu lintas ini memiliki ukuran panjang papan 120 cm dengan lebar 80 cm, dan ukuran tiang 180 cm dengan lebar 8 cm. Rambu lalu lintas ini ditempatkan pada berm sebelah kiri jalan (Gambar 11), dengan jarak 400 meter dengan rambu lainnya. Material untuk rambu lalu lintas ini dibuat dari lempengan alumunium dan tiang rambu terbuat dari logam.

Gambar 11.Rambu Lalu Lintas: Tampak Depan (Kiri), Tampak Belakang (Kanan) 4.2.5 Garis Marka Jalan

Garis marka jalan adalah tanda di permukaan jalan yang membentul garis melintang sepanjang jalan. Garis ini berfungsi untuk memisahkan antara jalan


(46)

utama dengan jalur sepeda (Gambar 12). Warna dari garis ini adalah kuning, sedangkan lebar dari garis marka jalan ini adalah 12 cm. Garis marka jalan ini mengikuti jalur sepeda, kecuali pada saat pintu masuk suatu gedung, fasilitas, ataupun tempat proyek.

Gambar 12. Garis Marka Jalur Sepeda Berwarna Kuning 4.2.6 Simbol Sepeda

Simbol Sepeda merupakan salah satu penanda yang digunakan untuk menginformasikan kepada pengguna jalan bahwa jalur tersebut khusus untuk pengguna sepeda. Simbol ini memiliki warna background merah dengan warna tulisan putih. Terdapat dua simbol pada gambar ini, yaitu panah dan sepeda (Gambar 13).

Gambar 13. Simbol Sepeda dan Panah 4.2.7 Tempat Istirahat dan Parkir Sepeda

Tempat parkir sepeda adalah fasilitas yang sangat penting untuk mendukung aktivitas bersepeda sebagai pilihan transportasi yang praktis. Berdasarkan London Cycling Design Standards, terdapat empat syarat dalam merencanakan tempat parkir sepeda, diantaranya adalah:


(47)

2. Tempat parkir harus dapat mengamankan frame dan roda sepeda agar dapat berdiri;

3. Tempat parkir tidak boleh menghalangi dan membahayakan pejalan kaki; 4. Pada tempat umum, tempat parkir tidak boleh mengganggu lingkungan.

Tempat parkir sepeda memiliki beberapa jenis, salah satunya adalah tempat parkir sepeda berdiri. Lokasi dari tempat parkir ini harus diletakkan dekat dengan tempat tujuan. Jarak untuk tempat parkir ke tempat tujuan adalah 25-50 meter, tergantung dari jangka waktu dari parkir sepeda. Posisi tempat parkir berdiri ini harus diletakkan di tempat yang minim potensi kecelakaan, contohnya saat pengendara sepeda membungkuk untuk mengunci sepeda yang akan diparkir. Tempat parkir yang ada di pinggir jalan, harus terletak minimal 0,6 meter dari tepi trotoar. Sentul City telah menyediakan tempat istirahat dan tempat parkir untuk pengguna sepeda. Tempat istirahat terletak di Plaza Niaga 1 (Gambar 14) dan halte di pinggir jalan utama. Terdapat toko sepeda pada Plaza Niaga 1, yaitu Toko Sepeda Sentul (Gambar 15). Toko Sepeda Sentul merupakan milik pribadi yang berdiri dari Juni 2010. Toko ini memberikan fasilitas tempat parkir untuk sepeda, sewa sepeda dan helm, jual sepeda dan spare part, serta café untuk beristirahat. Sedangkan pada foodcourt di Plaza Niaga 1 memberikan fasilitas yang sama seperti foudcourt pada lainnya, yang membedakan adalah terdapatnya tempat parkir untuk sepeda.


(48)

Gambar 15. Tempat Parkir di Toko Sepeda Sentul 4.3Karakteristik Jalur Hijau Jalur Sepeda

Vegetasi di sekitar jalur sepeda memberikan beberapa fungsi seperti fungsi estetika, peneduh, dan pengarah. Vegetasi pada jalur sepeda di Jalan MH Thamrin di dominasi oleh pohon pinus. Sedangkan vegetasi pada jalur sepeda di Jalan Jendral Sudirman, di dominasi oleh pohon ketapang kencana. Selain pohon, terdapat juga groundcover dan semak. Bentuk jalur hijau jalan untuk jalan MH. Thamrin dan Jendral Sudirman menggunakan pola linear mengikuti jalan. Jalur hijau terletak pada tanaman tepi jalan, median jalan, dan taman pulau jalan untuk kedua jalan tersebut. Vegetasi ini dipelihara dengan baik sehingga menambah keindahan dan kenyamanan pada kedua jalan ini (Tabel 17).

Tabel 17. Jenis Pohon di Jalan MH Thamrin dan Jendral Sudirman

Nama latin Nama lokal Kondisi

Pinus merkusii Jungh Pinus Baik

Terminalia mantaly Ketapang kencana Baik

Ravenala madagascariensis Pisang kipas Baik

Cassia mangium Akasia Baik

Ficus benjamina Beringin Baik

Cocos nucifera Kelapa Baik

Elaeis guineensis Kelapa sawit Tidak semua baik

Ficus sp Beringin Bangkok Baik

Samanea saman Trenbesi Baik

Dillenia aurea Sempur Baik


(49)

Phoenix roebellinii Phoenix Baik

Bismarckia nobilis Bismarkia Tidak semua baik

Araucaria heterophylla Cemara Baik

Plumeria rubra Kamboja Tidak semua baik

Erythrina erista Dadap merah Baik

Tectona grandis Jati Baik

Bauhinia blakeana Bunga kupu-kupu Baik

Livistona rotundifolia Palm Sadeng Baik

Albilia falcate Jeungjing Baik

Gmelina sp Gemelina Baik

Spathodea campanulata Sepathodea Baik

Ukaria lagopo dioides Palm ekor tupai Baik

Roystonia regia Palm Raja Tidak semua baik

Delonix regia Flamboyan Baik

Pandanus utilis Pandan melintir Baik

Havea brasilensis Karet Baik

Pandanus sp Pandan hijau Baik

Sumber : Pengamatan Lapang dan Data Sentul City

4.4Karakteristik Sosial

Penghuni di Sentul City ada dua jenis, penghuni saat weekend dan penghuni tetap. Terdapat 40,66 % penghuni di Sentul City yang menjadikan rumahnya sebagai secondary home, hal ini dikarenakan alasan mereka tinggal di Sentul City untuk mencari kesegaran dari rutinitas kerja mereka. Pada saat weekend dan hari libur, banyak penghuni di Sentul City yang olahraga, salah satunya adalah bersepeda.

Karakteristik sosial pengguna sepeda di Sentul City ini diantaranya adalah jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan. Untuk mengetahui karakteristik pengguna sepeda, dilakukan penyebaran kuesioner kepada 30 responden. Pengguna sepeda laki-laki banyak dijumpai di jalur sepeda Sentul City, sedangkan pengguna sepeda perempuan jarang dijumpai.


(50)

Pekerjaan pengguna jalur sepeda Sentul City sebagian besar sebagai pegawai swasta (57%), BUMN atau PNS (20%), pelajar atau mahasiswa (13%), dan wiraswasta atau pengusaha (10%) (Gambar 16). Tingkat pendidikan pengguna jalur sepeda Sentul City sebagian besar adalah sarjana (57%), SLTA (17%), diploma (13%), dan pascasarjana (13%) (Gambar 17).

Gambar 16. Tingkat Pekerjaan Pengguna Sepeda Sentul City


(51)

Mayoritas pengguna sepeda yang bersepeda di Sentul City berkunjung tidak sendirian. Mereka datang dengan komunitas sepeda di perusahaannya, 73 % bersepeda bersama teman, 17 % bersepeda bersama rekan bisnis, dan 10 % dengan keluarga (Gambar 18). Sebagian besar pengguna sepeda datang ke Sentul City menggunakan kendaraan pribadi (60%) dan 40% menggunakan langsung dengan sepedanya (Gambar 19).

Gambar 18. Kedatangan Pengguna Sepeda Sentul City


(52)

Pengguna sepeda di Sentul City memiliki berbagai macam perilaku, diantaranya adalah pengguna sepeda tidak mengikuti arah jalur yang sudah tersedia, terdapat beberapa pengguna sepeda yang tidak memakai helm, pengguna sepeda memotong jalan raya, pengguna sepeda mengganggu pengguna jalan lainnya dengan cara bersepeda secara berjajar dengan pesepeda lain, pengguna sepeda memarkirkan sepedanya di taman jalur sepeda.

Sarana Transportasi yang tersedia di Sentul City adalah Bis AO dengan tujuan Sentul City-Bogor dan Sentul City-Blok M, bus Trans Pakuan Bogor-Sentul City, angkutan umum dengan trayek 05, T02, dan 044A. Sarana transportasi ini untuk melayani warga Sentul City agar mendapatkan kemudahan mobilitas warga dan pengunjung.

4.5Analisis SWOT

4.5.1 Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Jalur Sepeda di Sentul City

Penentuan strategi pengelolaan ini salah satunya adalah dengan menggunakan analisis SWOT. Faktor internal terdiri dari kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses), sedangkan faktor eksternal terdiri dari peluang (opportunities) dan ancaman (threats). Caranya adalah dengan menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal yang dimiliki oleh Jalur Sepeda berdasarkan hasil wawancara dengan pihak manajemen dan pengguna sepeda serta hasil penyebaran kuisioner.

4.5.1.1Faktor Internal: Kekuatan (Strength) a. Jalur sepeda sudah tersedia

Sentul City sudah mempunyai jalur sepeda untuk memfasilitasi pengguna sepeda di Sentul City. Jalur sepeda ini termasuk tipe bicycle lane yaitu jalur sepeda yang berada pada satu badan jalan dengan jalur kendaraan bermotor namun dipisahkan oleh garis marka jalan. Jalur ini terletak pada sebelah kiri badan jalan. Antara jalur kendaraan bermotor dengan jalur sepeda dipisah dengan menggunakan garis marka berwarna kuning.


(53)

b. Sign system yang mendukung

Fasilitas sign system yang ada di jalur sepeda Sentul City sudah cukup memadai. Rambu-rambu ini antara lain berupa pavement marking (bike and separate arrow marking) dan rambu lalu lintas jalur sepeda. Pavement marking diletakkan selang seling dengan rambu lalu lintas sepeda setiap 200 meter.

c. Taman sepanjang jalur sepeda

Sentul City mendapatkan penghargaan dari MURI sebagai pemrakarsa taman terluas di jalan utama. Jalur sepeda terdapat pada jalan MH. Thamrin yang termasuk pada jalan utama Sentul City. Taman berada di sepanjang jalur sepeda, mulai dari taman di kanan kiri jalan sampai taman di median jalan. Pengguna sepeda dapat merasakan kenyamanan saat bersepeda di Sentul City.

d. Eco-Art Park

Eco-art Park merupakan salah satu rencana pembangunan yang dapat menunjang Sentul City sebagai Eco City (Gambar 20). Eco-art Park yang memiliki luas kurang lebih 3 hektar ini direncanakan menjadi pusat dari istirahat para pengguna sepeda, disamping sebagai tempat wisata edukasi. Pada tempat ini akan dibangun kamar mandi, tempat beristirahat, tempat makan, dan tempat parkir sepeda. Selain itu, disini terdapat floating market dan wisata kuliner Bondan Winarno yang diharapkan akan menambah minat pesepeda untuk bersepeda di Sentul City.

Gambar 20. Eco-Art Park Sedang Dalam Pembangunan e. Sumber daya manusia sebagai pengelola lanskap

Sentul City memiliki anak perusahan yang bergerak dalam bidang pengelolaan kota yaitu PT. Sukaputra Graha Cemerlang (SGC). Ruang lingkup kerjanya


(54)

adalah lingkungan, listrik, jalan, dan fasilitas umum lainnya di kawasan Sentul City sehingga kondisi lanskap di sepanjang jalan dapat terpelihara dengan baik.

f. Jalur sepeda yang dirancang untuk keamanan pesepeda

Jalur sepeda yang sudah dibangun tidak ditemukan pada beberapa titik rawan di Sentul City. Seperti pada putaran depan Marketing Office. Untuk menuju tempat ini, pengguna sepeda harus mengikuti jalur sepeda yang memutar ke arah jalan Jendral Sudirman dan melewati Eco-art Park. Hal ini akan meminimalisir kecelakaan yang terjadi.

4.5.1.2Faktor Internal: Kelemahan (Weakness) a. Tidak semua jalan memiliki jalur sepeda

Sentul City memiliki beberapa jalan utama, diantaranya adalah jalan MH. Thamrin, jalan Siliwangi, dan jalan Bali Raya. Jalur sepeda hanya terdapat pada jalan MH. Thamrin dan Jendral Sudirman saja. Selain itu, belum ada jalur sepeda yang jelas untuk menuju ke tempat tujuan pengguna sepeda selanjutnya, seperti menuju ke KM 0, Gunung Pancar, Puncak, dan sebagainya. Hal ini membuat pengguna sepeda merasa kurang aman karena tidak adanya jalur sepeda di jalan lain (Gambar 21). Selain itu, belum ada jalur sepeda yang menghubungkan cluster-cluster di Sentul City.

Gambar 21. Pengguna Sepeda yang Mengendarai di Tengah Jalan Siliwangi b. Fasilitas penunjang jalur sepeda kurang

Tempat parkir sepeda dan tempat untuk beristirahat sejenak sangat kurang disini. Pengguna sepeda lebih memilih untuk membaringkan sepedanya di tanah


(55)

dan duduk di taman sekitar jalur sepeda disbanding beristirahat di shelter. Hal ini dikarenakan tidak adanya tempat parkir sepeda di shelter atau di tempat lainnya selain di Plaza Niaga 1. Tempat parkir yang berupa 2 buah rak sepeda ini kurang strategis dan tidak ada papan informasinya, sehingga pengunjung mengalami kebingungan dimana dia akan memarkirkan sepedanya saat beristirahat.

c. Alih fungsi jalur sepeda

Jalur sepeda adalah jalur yang diperuntukan untuk sepeda. Pada kenyataannya, jalur sepeda sudah beralih fungsi menjadi tempat berjualan dan tempat parkir. Kendaraan bermotor yang parkir di jalur sepeda itu cukup banyak. Sedangkan, peraturan yang ada adalah tidak boleh parkir di pinggir jalan lebih dari 5 menit. Hal ini membuat pengguna sepeda merasa tidak aman dan tidak nyaman.

d. Tidak ada pengelolaan khusus pada jalur sepeda

Pengelolaan jalur sepeda di Sentul City masuk pada pengelolaan jalan utama, tidak ada pengelolaan khusus untuk jalur sepeda, pengelolaan hanya berupa sapu jalan apabila terdapat daun yang gugur. Tidak ada pengelolaan pada sign system yang sudah ada, sehingga papan rambu lalu lintas sepeda rusak dan menjadi tempat vandalisme.

e. Jalur sepeda Sentul City susah dijangkau dengan sepeda

Lokasi Sentul City termasuk lokasi yang strategis, tetapi apabila menggunakan sepeda, lokasi ini termasuk lokasi yang susah dijangkau. Jalur sepeda di Sentul City ramai pengunjung pada hari Sabtu dan Minggu. Kebanyakan pengunjung datang dari luar Sentul City dengan menggunakan mobil (Gambar 22).


(56)

Jalur ini susah untuk dijangkau oleh masyarakat luar yang tidak memiliki kendaraan pribadi, karena harus melewati jalan tol. Angkutan umum yang melalui jalan non-tol rata-rata tidak memperbolehkan penumpangnya untuk membawa sepeda. Selain itu, jalan menuju Sentul City belum terdapat jalur khusus sepeda yang membuat kurang aman pesepeda untuk bersepeda di jalan raya. Berdasarkan hasil kuisioner, bagi masyarakat yang ingin bersepeda di Sentul City tapi tidak memiliki mobil, cukup susah untuk menjangkau tempat ini.

4.5.1.3Faktor Eksternal : Peluang (Opportunity) a. Berkembangnya gaya hidup bersepeda

Saat ini sedang berkembang “Bike to Work, Bike to school, dan sejenisnya”, ini membuat masyarakat berminat untuk bersepeda. Selain karena polusi yang makin bertambah karena kendaraan bermotor, macet juga menjadi alesan pesepeda untuk beralih ke kendaraan tanpa mesin ini. Masyarakat dari luar Sentul City banyak yang datang ke Sentul City untuk bersepeda. Hari yang biasa ramai oleh pengguna sepeda adalah Sabtu dan Minggu.

b. Dekat dengan tempat tujuan pesepeda

Rute yang digunakan oleh pengguna sepeda di Sentul City adalah downhill, uphill, cross country menuju ke KM 0, Gunung Pancar, Puncak, dan lainnya. Sentul City sering menjadi tempat start, sehingga untuk menuju tempat tersebut, pesepeda memarkirkan kendaraannya di Sentul City, lalu bersepeda ke tempat tujuan selanjutnya. Setelah selesai, mereka bersepeda kembali ke Sentul City untuk beristirahat.

c. Antusiasme pesepeda dari luar penghuni Sentul City yang besar

Antusiasme ini diperoleh dari kuisioner yang dibagikan kepada pengguna sepeda di Sentul City. Didapatkan lebih dari 50% pengguna sepeda berasal dari luar Sentul City. Banyaknya pengguna sepeda yang datang ke Sentul City untuk berolahraga dengan menggunakan sepedanya di hari Sabtu dan Minggu. Mereka datang dengan menggunakan kendaraan pribadi atau menggunakan sepeda langsung dari tempat mereka.


(57)

4.5.1.4Faktor Eksternal : Ancaman (Threat)

a. Vandalisme oleh pengunjung

Vandalisme adalah kegiatan yang dapat merusak fasilitas-fasilitas yang sudah ada, seperti penempelan iklan pada signage, mencorat-coret jalan, dan sebagainya. Hal ini harus dilakukan pengelolaan secara intensif agar perilaku pengunjung ini dapat diatasi.

b. Pengguna jalur sepeda merusak taman

Tempat parkir dan tempat istirahat di sepanjang jalur sepeda Sentul City sangat terbatas jumlahnya. Hal ini menyebabkan pengguna sepeda lebih memilih beristirahat dan memarkirkan sepedanya di taman. Taman yang ada di sepanjang jalur sepeda dapat dirusak pengguna sepeda yang beristirahat sembarangan di sekitar jalur sepeda.

c. Iklan kendaraan bermotor meningkat

Iklan adalah salah satu alat untuk mempromosikan produk kepada konsumennya. Iklan dapat mempengaruhi orang untuk menggunakan dan membeli produk atau jasa tersebut. Iklan kendaraan bermotor yang semakin meningkat dapat mengancam jalur sepeda, karena semakin banyak orang yang terpengaruh untuk menggunakan kendaraan bermotor.

4.5.2 Penilaian Faktor Internal dan Eksternal

Penilaian bobot dan rating pada Matriks IFE dan EFE digunakan untuk mendapatkan penilaian para responden mengenai faktor-faktor strategis internal maupun eksternal perusahaan dengan cara pemberian bobot dan rating (peringkat) terhadap pengaruh faktor tersebut dapat mempengaruhi dalam penentuan strategi dan pemecahan masalah yang ada. Responden untuk penilaian ini adalah tiga orang pengelola lanskap di Sentul City.

Penentuan nilai bobot merupakan pendapat masing-masing responden terhadap keadaan perusahaan terhadap faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan (Tabel 18 dan 19). Sedangkan penentuan nilai rating merupakan pendapat masing-masing responden terhadap kemampuan perusahaan dalam menghadapi faktor-faktor strategis internal dan eksternal perusahaan (Tabel 20 dan 21).


(58)

Tabel 18. Penentuan Nilai Bobot Faktor Internal Jalur Sepeda

No. Faktor Internal Bobot Jumlah

Responden

Rata-rata

Bobot 1 2 3 4

Kekuatan (Strenght)

1. Jalur sepeda sudah tersedia 3 3 4.000 0.121 2. Sign system yang

mendukung

1 2 3 3.667 0.111

3. Taman sepanjang jalur sepeda

3 3 4.000 0.121

4. Eco-art park 2 1 3 3.333 0.101

5. Sumber daya manusia sebagai pengelolan lanskap

2 1 3 3.333 0.101

6. Jalur sepeda yang

dirancang untuk keamanan pesepeda

1 2 3 3.667 0.111

Kelemahan (Weakness) 1. Tidak semua jalan

memiliki fasilitas jalur sepeda

3 3 1.000 0.091

2. Alih fungsi jalur sepeda 1 1 1 3 2.000 0.050 3. Fasilitas penunjang jalur

sepeda kurang

2 1 3 1.333 0.061

4. Tidak ada pengelolaan khusus pada jalur sepeda

2 1 3 2.333 0.071

5. Jalur sepeda Sentul City susah dijangkau oleh pengguna sepeda

3 3 2.000 0.061

TOTAL 33 1

Tabel 19. Penentuan Nilai Bobot Faktor Eksternal Jalur Sepeda

No. Faktor Eksternal Bobot Jumlah

Responden

Rata-rata

Bobot 1 2 3 4

Peluang (Opportunity) 1. Berkembangnya gaya hidup

bersepeda

3 3 4.000 0.207

2. Lokasi dekat dengan tujuan para pesepeda


(1)

(2)

(3)

(4)

Lampiran 6. Rekomendasi Rambu Lalu Lintas Sepeda

Rambu Bike on Bus

Rambu ini berfungsi untuk menginformasikan letak dimana pengguna sepeda dapat menaikkan dan menurunkan sepedanya dengan menggunakan bus.

Rambu Parkir Sepeda

Rambu ini berfungsi untuk menginformasikan letak dimana pengguna sepeda dapat memarkirkan sepedanya.

Rambu Berbagi Jalan (Share the Road) Rambu ini berfungsi untuk menginformasikan kepada pengguna kendaraan bermotor untuk berbagi jalan dengan pengguna sepeda.

Rambu Hati-Hati Sepeda

Rambu ini berfungsi untuk mengingatkan kepada pengendara mobil yang sedang parkir untuk melihat ke sekitar sebelum membuka pintu.


(5)

RINGKASAN

RIDA AGNIYA ARIFIANI. Evaluasi Pengelolaan Lanskap Jalur Sepeda di Sentul City, Bogor. Di bawah bimbingan HADI SUSILO ARIFIN.

Gaya hidup bersepeda yang sedang berkembang saat ini merupakan bukan hal baru di kalangan masyarakat Indonesia. Aktivitas bersepeda sudah ada di kota-kota Indonesia sejak dulu. Namun seiring berjalannya waktu, aktivitas bersepeda di Indonesia semakin luntur. Selain diakibatkan oleh bertambahnya jumlah kendaraan bermotor, hal ini juga diakibatkan oleh hilangnya rasa aman dan nyaman pengguna sepeda.

Sepeda tidak seperti alat transportasi lainnya, sepeda mempunyai nilai ekonomis dan manfaat yang cukup tinggi. Alat transportasi hijau ini tidak memiliki elemen yang dapat merusak lingkungan. Selain ramah lingkungan, bersepeda juga dapat memberikan mafaat kesehatan pada tubuh. Sebagian besar polutan di udara adalah hasil dari emisi bahan bakar fosil yang dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti asma, iritasi paru-paru, bronkitis, dan lainnya.

Pengguna sepeda di Indonesia sudah cukup banyak. Pengguna sepeda belum mendapatkan fasilitas ruang yang memadai dibandingkan dengan kendaraan bermesin seperti sepeda motor dan mobil. Kebutuhan ruang bagi pengguna sepeda ini harus didukung dengan adanya jalur khusus sepeda yang menunjang keamanan bagi para pengguna sepeda di jalan. Pembangunan jalur khusus sepeda ini dapat mendukung pengembangan kota berbasis lingkungan.

Sentul City sudah menyediakan fasilitas untuk bersepeda. Penyediaan fasilitas taman jalur khusus sepeda berfungsi untuk bersepeda, penyediaan stok O2 melalui ruang terbuka hijaunya, terjaganya keanekaragaman hayati, dan sebagainya. Fasilitas ini akan lebih efektif apabila memiliki rencana pengelolaan yang tertata dengan baik. Untuk mengetahui rencana pengelolaan yang baik untuk taman jalur khusus sepeda, maka diperlukan riset mengenai taman jalur khusus sepeda ini yang tergolong baru.

Penelitian ini bertujuan untuk menyusun rekomendasi pengelolaan jalur sepeda berdasarkan permasalahan dan potensi yang ada di Sentul City. Ruang lingkup penelitian ini antara lain meliputi evaluasi aspek jalur sepeda, pengguna sepeda, dan pengelolaan jalur sepeda di Sentul City.

Jalur sepeda terletak pada jalan utama kawasan Sentul City. Jalur ini menghubungkan jalan MH. Thamrin dan jalan Jendral Sudirman. Jalur sepeda di Sentul City berada di sebelah kiri, dengan mengambil sebagian jalan arteri. Jalur ini dipisahkan dengan jalan arteri menggunakan garis marka jalan berwarna kuning. Tipe jalur seperti ini dinamakan shared roadway, dimana jalur sepeda berada di satu badan jalan dengan kendaraan bermotor.

Pada saat weekend dan hari libur, banyak penghuni di Sentul City yang olahraga, salah satunya adalah bersepeda. Secara umum, pengguna jalur sepeda di Sentul City merupakan laki-laki dan berasal dari Kota Bogor dan Jakarta. Mereka datang ke Sentul City dengan menggunakan kendaraan pribadi bersama temannya. Jalur sepeda di Sentul City, dikelola oleh Town Management Development (TMD) yang merupakan bagian dari PT. Sukaputra Graha Cemerlang (SGC). Pengelolaan jalur sepeda merupakan bagian dari Kontraktor Gelar Jaya.


(6)

Pemeliharaannya berupa penyapuan dan pembersihan jalan, pencabutan rumput liar, dan penyiraman jalan.

Evaluasi pengelolaan ini menggunakan analisis SWOT. Berdasarkan matriks IE ( internal-eksternal), jalur sepeda Sentul City terletak pada kuadran II. Ini berarti jalur sepeda Sentul City dalam kondisi Grow and Build dengan strategi yang dapat dilakukan adalah strategì intensif yang terdiri dari strategi market penetration, market development dan product development, serta strategi integrasi vertikal yang terdiri dari forward, backward dan horizontal integration dengan cara meningkatkan kualìtas SDM dan kemampuan manajerial.

Jalur sepeda di Sentul City memiliki fungsi sebagai tempat untuk olahraga dan rekreasi sepeda. Berdasarkan hasil evaluasi jalur sepeda, pengguna jalur sepeda, dan pengelolaan jalur sepeda, didapatkan strategi alternatif untuk pengelolaan jalur sepeda. Strategi utama dari pengelolaan jalur sepeda ini adalah mengembangkan jalur sepeda ke seluruh jalan utama Sentul City. Pengembangan ini dapat menghubungkan cluster-cluster dengan jalur sepeda. Jalur pengembangan ini dapat berfungsi sebagai moda transportasi untuk penghuni dan pegawai di Sentul City, sehingga dapat menunjang konsep Sentul City sebagi

Eco-City.

Kata kunci: Gaya hidup hijau, pengguna sepeda, polusi udara, analisis SWOT, rencana pengelolaan