Pengembangan Model Penjadwalan Penanaman Komoditas Sayuran Greenhouse di PT Saung Mirwan

PENGEMBANGAN MODEL PENJADWALAN PENANAMAN
KOMODITAS SAYURAN GREENHOUSE DI PT SAUNG
MIRWAN

HILMAN HADID

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengembangan Model
Penjadwalan Penanaman Komoditas Sayuran Greenhouse di PT Saung Mirwan
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, April 2013
Hilman Hadid
NIM F34080064

ABSTRAK
HILMAN HADID. Pengembangan Model Penjadwalan Penanaman Komoditas
Sayuran Greenhouse di PT Saung Mirwan. Dibimbing oleh MACHFUD.
Salah satu permasalahan di bidang agribisnis produk sayuran adalah jika
produksi melampaui kebutuhan pasar, oleh karena produk sayuran bersifat
perishable. Kelebihan produksi menyebabkan peningkatan biaya dan dapat
menyebabkan kerugian. Salah satu cara untuk meminimalkan kelebihan produksi
adalah dengan melakukan penjadwalan penanaman agar produk yang dihasilkan
dapat memenuhi permintaan pasar tanpa mengalami kelebihan. Pada penelitian ini
dilakukan pembuatan model penjadwalan penanaman mingguan serta perhitungan
jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan setiap minggu. Pembuatan jadwal tanam
mingguan dibuat dengan metode pemrograman linier dengan bantuan perangkat
lunak LINDO. Model penjadwalan dibuat dengan data simulasi permintaan. Hasil
yang diperoleh didapat jadwal penanaman yang dapat meminimumkan kelebihan

produksi. Jadwal penanaman yang dikembangkan lebih baik dibandingkan jadwal
penanaman yang dilakukan perusahaan selama ini, yaitu dalam hal jumlah
kelebihan produksi dan efisiensi jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan.
Kata kunci: kelebihan produksi, penjadwalan, program linier, sayuran

ABSTRACT
HILMAN HADID. Development Planting Scheduling Model of Greenhouse
Vegetables in PT Saung Mirwan. Supervised by MACHFUD.
One of the problems in the field of agri-products vegetables is over
production. Due to perishability of the product. Excess production led to increased
costs and may cause profit loss. One way to minimize the excess production is by
planting schedule so that products are produced to meet market demand without
having excess. The objective of the research was to develop scheduling model of
weekly planting and labour requirement. The linear programing maked by using
LINDO software used to solve the problem. The result showed that in term of
excess production and labour requirement was better than company’s planting
scheduling.
Keywords: excess production, linear programing, scheduling, vegetable

PENGEMBANGAN MODEL PENJADWALAN PENANAMAN

KOMODITAS SAYURAN GREENHOUSE DI PT SAUNG
MIRWAN

HILMAN HADID

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Teknologi Industri Pertanian

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Pengembangan Model Penjadwalan Penanaman Komoditas
Sayuran Greenhouse di PT Saung Mirwan
Nama

: Hilman Hadid
NIM
: F34080064

Disetujui oleh

Dr Ir Machfud, MS
Pembimbing Akademik

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Nastiti Siswi Indrasti
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Terima kasih
penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Machfud MS selaku dosen pembimbing serta

kepada Bapak Dr Ir Taufik Djatna dan Ibu Dr Ir Indah Yuliasih sebagai dosen
Penguji.
Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Wasil dan
Bapak Jarot dari PT Saung Mirwan, yang telah membantu selama pengumpulan
data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh
keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, April 2013
Hilman Hadid

DAFTAR ISI
PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1


Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

Ruang Lingkup Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

2


METODE

6

Kerangka Pemikiran

6

Pendekatan Berencana

6

Tata Laksana Penelitian

8

Metode Prakiraan Permintaan Mingguan Sayuran

9


Metode Penentuan Jumlah Kebutuhan Tenaga Kerja

10

KEGIATAN PRODUKSI

10

Persiapan Penanaman

10

Persiapan Lahan

10

Persiapan Media Tanam

10


Kegiatan Penanaman

10

Pemeliharaan Tanaman

11

Pemberian Larutan Nutrisi

11

Pengajiran

11

Pewiwilan

11


Penyerbukan Bantuan

12

Seleksi Buah

12

Pembuangan Daun dan Penurunan Tanaman

12

Penopingan

12

Pembersihan Saluran Drainase

13


Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman

13

Pemanenan

13

Pembongkaran Tanaman

14

PEMODELAN

15

Penentuan Jadwal Tanam

15

HASIL DAN PEMBAHASAN

19

Proyeksi Permintaan

19

Perencanaan Jadwal Tanam

22

Analisis Senstivitas

25

Validasi

25

SIMPULAN DAN SARAN

28

Simpulan

28

Saran

28

DAFTAR PUSTAKA

29

DAFTAR TABEL
1 Produktifitas berbagai komoditas sayuran di PT. SM
2 Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan produksi
3 Umur panen dan masa produktif beberapa komoditi yang diusahakan di
PT SM
4 Hasil simulasi permintaan mingguan sayuran greenhouse Tahun 2011
5 Jumlah penanaman sayuran hasil keluaran model
6 Jumlah penanaman sayuran yang dilakukan perusahaan
7 Kebutuhan tenaga kerja penanaman tiap periode hasil penjadwalan

14
14
15
21
23
26
28

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran penelitian
2 Diagram alir tahap penelitian
3 Permintaan sayuran greenhouse pada Tahun 2011 di PT SM

7
9
20

DAFTAR LAMPIRAN
1 Penghitungan kebutuhan tenaga kerja penanaman
2 Pemenuhan permintaan dan kelebihan produksi sayuran hasil
penjadwalan
3 Pemenuhan permintaan dan kelebihan produksi sayuran penanaman
oleh perusahaan

31
34
38

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kegiatan agribisnis hortikultura merupakan salah satu kegiatan yang
mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Menurut data dari Kementrian
Pertanian tahun 2011, produksi sayuran di Indonesia mencapai 10.7 juta ton.
Sedangkan produksi buah sebesar 18.4 juta ton, dan produksi bunga potong
mencapai 399.8 juta tangkai.
Salah satu permasalahan yang terjadi dalam agribisnis sayuran adalah
kelebihan produksi yang disebabkan oleh jumlah permintaan yang tidak tetap.
Produk hortikultura khususnya sayuran memiliki sifat mudah rusak sehingga
kelebihan produksi menyebabkan peningkatan biaya akibat penyimpanan dan
kerusakan produk sehingga dapat menyebabkan kerugian. Lurie (2009)
menyatakan bahwa pada hampir semua kasus, kualitas produk segar pasti
menurun selama masa pascapanen.
Salah satu yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut
adalah dengan melakukan penjadwalan penanaman yang tepat sehingga kelebihan
produksi dapat diminimalisir. Penjadwalan penanaman yang baik dapat memenuhi
permintaan dan meminimumkan kelebihan produksi sehingga permintaan dapat
terpenuhi dengan hasil yang terbuang dapat seminimal mungkin. Teknik
pemrograman linier merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk
mencari hasil yang optimal dalam menyelesaikan suatu permasalahan sehingga
dapat digunakan untuk mengoptimumkan jadwal yang dihasilkan.
Menurut William (1990) model adalah struktur yang sengaja dibuat dengan
tujuan untuk menunjukkan keistimewaan dan karakteristik dari beberapa objek
lain. Model matematika adalah sekumpulan peubah-peubah dan persamaan
matematika yang menggambarkan bagaimana sistem bekerja. Model penjadwalan
penanaman perlu dibuat karena dalam penjadwaalan penanaman sayuran terdapat
banyak faktor yang mempengaruhi.
Salah satu perusahaan yang memproduksi dan memasok sayuran adalah PT
Saung Mirwan (PT SM). PT SM terdiri dari dua divisi yaitu divisi bunga potong
dan divisi sayuran. Komoditas sayuran yang diusahakan di PT SM diantaranya
adalah tomat apel, tomat ceri, shishito, timun mini, rucola, kubis, edamame dan
lain lain yang diperuntukkan untuk pasar ekspor dan domestik. Pasokan
komoditas tersebut diperoleh dari hasil penanaman pada kebun milik perusahaan
disamping berasal dari mitra beli dan mitra tani. Selama ini produksi yang
dihasilkan oleh perusahaan cenderung berlebih akan tetapi masih terdapat
permintaan yang tidak terpenuhi yang diakibatkan oleh tidak sesuainya jumlah
produksi tiap minggunya dengan permintaan pada minggu tersebut. dan terjadi
permintaan yang tidak terpenuhi pada periode yang lainnya. Pengaturan jadwal
tanam juga cukup menarik karena tanaman yang ditanam memiliki periode panen
yang lebih dari satu kali.

2
Perumusan Masalah
Masalah yang yang akan diteliti pada penelitian ini adalah melihat sejauh
mana penjadwalan produksi dengan menggunakan teknik program linier dapat
mengurangi kelebihan produksi.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Membuat perencanaan jadwal penanaman sayuran yang dapat memenuhi
permintaan dengan sisa kelebihan produksi yang minimal.
2. Membandingkan jadwal yang dihasilkan dengan yang dilakukan oleh
perusahaan.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan berguna bagi pihak-pihak yang terlibat, baik
langsung maupun tidak langsung yang mencakup beberapa aspek. Manfaat
penelitian ini diantaranya:
1. Diperoleh jadwal penanaman yang optimal.
2. Terdapat pengoptimalan penggunaan sumberdaya sehingga dapat mengurangi
pemborosan.
3. Meningkatnya pemenuhan permintaan konsumen hortikultura.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada perencanaan jadwal penanaman 4 jenis
tanaman sayuran yang utama di PT SM. Perencanaan yang dilakukan meliputi
waktu penanaman serta alokasi jumlah tanaman yang ditanam pada lahan yang
tersedia dengan mempertimbangkan prakiraan permintaan.

TINJAUAN PUSTAKA
Satiadireja (1950) memilahkan sayuran menurut tanaman yang dipanen
untuk konsumsi dan menurut penggunaannya dalam masakan (bumbu). Sayuran
bumbu juga sering digunakan sebagai ramuan obat tradisional. Pilihannya ialah
sayuran daun dan tangkai (misalnya bayam, kangkung, kubis, dan sawi), sayuran
kacang (dipungut bijinya seperti kapri, kacang hijau, kedelai, dan petai), sayuran
buah (misalnya blewah, kluwih, mentimun, dan tomat), sayuran akar dan ubi
(misalnya kentang, ubi jalar, lobak dan lombok).
Kegiatan budidaya hortikultura dapat dilakukan pada lahan terbuka atau
dengan menggunakan green house. Media tanamnya pun dapat berupa tanah, air
ataupun udara, yaitu dengan menggunakan sistem hidroponik atau aeroponik.
Kegiatan budidaya hortikultura secara umum meliputi kegiatan pembibitan,
penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan tanaman, panen dan pasca panen.
Penanganan panen untuk komoditas hortikultura dapat dibagi menjadi dua, yaitu
penanganan pasca panen yang ditujukan untuk konsumsi segar dan penanganan

3
pasca panen yang ditujukan untuk diproses lebih lanjut. Secara umum,
penanganan pasca panen untuk tanaman hortikultura khususnya sayuran antara
lain meliputi pembersihan/pencucian, perapihan (trimming), sortasi, pemutuan
(grading), pengemasan, dan penyimpanan (Kitinoja dan Kader 1993).
Produk hortikultura menurut Apandi (1984) memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :
1. Bersifat kamba sehingga membutuhkan tempat penampungan yan lapang.
2. Produk selalu dikonsumsi dalam keadaan segar.
3. Kualitas produk berpengaruh dalam penentuan harga.
4. Produk tidak dapat disimpan lama dalam keadaan segar.
5. Harga selalu berubah-ubah.
Menurut Martoredjo (2009), sayuran yang disimpan berisiko mengalami
kerugian pasca panen yang disebabkan oleh:
1. Kerusakan mekanis
Kerusakan mekanis bentuknya bermacam-macam, misalnya saja berupa
luka luar yang mudah terlihat dan luka dalam atau memar yang tidak mudah
terlihat. Besarnya kerusakan mekanis sukar ditaksir, terutama untuk kerusakan
mekanis yang tidak terlihat dari luar, sebab kerusakan mekanis , terutama yang
berupa luka luar, umumnya segera diikuti oleh penyakit sehingga kehilangan
pasca panen merupakan gabungan antara kerusakan mekanis dan kerugian
pascapanen akibat penyakit.
2. Ganguan fisiologis
Bahan tanaman yang sudah dipanen berupa buah atau bagian tanaman lain,
masih melangsungkan aktifitas fisiologisnya karena bahan tersebut masih dalam
keadaan hidup. Aktifitas fisiologis yang dapat menimbulkan gangguan pada bahan
tanaman diantaranya adalah transpirasi dan respirasi.
3. Penyakit non parasitik
Penyakit non parasitik adalah penyakit yang bukan disebabkan oleh
organisme (biotis, hayati, maupun parasit) dan tidak berasal dari dalam sel,
jaringan, atau tubuh tanaman hasil panen tersebut; jadi penyebabnya berasal dari
luar, misalnya suhu, kelembapan relatif, udara, dan senyawa kimia.
4. Penyakit parasitik
Penyakit ini terutama disebabkan oleh virus, bakteri, dan jamur.
Lurie (2009) menyatakan bahwa pada hampir semua kasus, kualitas produk
segar pasti menurun selama masa pascapanen. Jumlah dan jenis kerusakan
tergantung dari kondisi penanganan setelah produk dipetik dari pohonnya.
Kondisi ini termasuk stres akibat berkurangnya kadar air, stress akibat suhu
selama penyimpanan. Stres akibat kondisi anaerobik jika produk disimpan pada
lingkungan terkendali atau lingkungan termodifikasi, stress akibat adanya
patogen atau adanya luka kecil akibat sortasi pasca panen dan kerusakan mekanis.
Lurie (2009) membagi stress pascapanen menjadi dua yaitu stress abiotik
dan stress biotik. Stres abiotik adalah stress akibat pengaruh cahaya matahari,
kekurangan mineral, memar dan luka, chilling injury, penyimpanan attmosfir
terkendali atau termodifikasi, dan kelembapan relative selama panen dan pasca
panen. Stres biotic adalah stress akibat adanya infeksi dari jamur atau bakteri.
Menurut Russel dan Taylor (1995), penjadwalan merupakan penjabaran dari
kegiatan-kegiatan yang direncanakan untuk dilakukan secara terperinci.

4
Penjadwalan akan mengatur tentang seluruh jenis kegiatan produksi beserta
waktunya agar perencanaan kebutuhan dapat terpenuhi.
Penjadwalan dapat diartikan sebagai penentuan susunan pekerjaan yang
akan dilakukan, yang berhubungan dengan jumlah pekerjaan, waktu tiap unsur
pekerjaan dimulai dan selesai serta tanggal penyerahan barang. Dalam sistem
penjadwalan harus dapat ditentukan kegiatan, waktu pengiriman produk,
ketepatan perencanaan dan realisasinya (Harsono, 1984).
Penjadwalan operasi produksi merupakan penetapan waktu (timing) serta
penggunaan sumber daya dalam kegiatan operasi produksi. Penetapan waktu
berkenaan dengan masalah pengurutan atau sequencing dan penggunaan sumber
daya untuk kegiatan operasi produksi berkenaan dengan masalah penugasan kerja
(job assignment) atau pembebanan kerja pada fasilitas produksi (Machfud, 1999).
Penjadwalan merupakan rencana urutan kerja serta pengalokasian sumber
daya baik waktu maupun fasilitas untuk setiap operasi yang harus diselesaikan.
Penyusunan penjadwalan bertujuan untuk mengurangi keterlambatan kerja dan
waktu proses, memaksimalkan kerja mesin dan tenaga kerja, mengurangi idle time
dan jumlah produk yang tertahan dalam pusat kerja (Russel dan Taylor, 1995).
Schroeder (1992) menyebutkan bahwa setiap sistem penjadwalan harus
dapat menentukan waktu pengiriman produk berapa besar kapasitas yang
dibutuhkan, waktu dimulainya kegiatan dan seberapa besar ketepatan antara
perencanaan dan realisasinya.
Penjadwalan berhubungan dengan perencanaan dan waktu pelaksanaan
kegiatan yang sangat penting bagi keberlangsungan operasional suatu perusahaan.
Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh suatu perusahaan dengan menerapkan
teknik penjadwalan yang baik antara lain menurunkan biaya (cost) dan
meningkatkan kapasitas produksi. Teknik penjadwalan yang benar tergantung
pada volume pekerjaan, pelaksanaan pekerjaan dan tingkat kesulitan pekerjaan.
Tujuan umum dari penjadwalan ialah mengoptimumkan penggunaan sumber daya
sehingga tujuan produksi tercapai (Haizer dan Render,1993).
Pemodelan matematika adalah suatu proses yang menjalani tiga tahap
berikut:
a. Perumusan model matematika.
b. Penyelesaian dan atau analisis model matematika.
c. Penginterpretasian hasil ke situasi nyata (Pamuntjak, 1990).
Program linier menurut Taha (1996), adalah suatu model umum yang dapat
digunakan dalam pemecahan masalah pengalokasian secara optimum sumber daya
yang terbatas. Masalah ini timbul apabila seorang dihadapkan pada pilihan
beberapa tingkat kegiatan yang akan dilakukannya dan masing-masing kegiatan
yang akan dilakukannya dan masing-masing kegiatan membutuhkan sumber daya
yang jumlahnya terbatas.
Ada tiga kriteria permasalahan Program Linier menurut Taha (1996), yaitu:
1. Tujuan yang ingin dicapai harus dapat dinyatakan dalam bentuk fungsi linier.
2. Harus ada alternatif pilihan yang ingin diperbandingkan (alternatif
pemecahan).
3. Sumber atau fasilitas yang tersedia terdapat dalam jumlah yang
terbatas.Pembatasan tersebut dinyatakan dalam ketidaksamaan linier yaitu:
=.

5
Program linier dapat digunakan untuk merancang struktur produksi yang
optimum dengan mengkaitkan model input-output. Sebenarnya kapasitas produksi
telah dapat diperkirakan berdasarkan analisis input-output, namun hasil perkiraan
menggunakan model input output belum memasukan pembatas-pembatas yang
ada pada sektor produksi. Untuk itu menurut Gaspersz (1992) dapat dilakukan
optimasi program linier dengan asumsi-asumsi dasar sebagai berikut:
1. Proporsionalitas; asumsi dasar Program Linear mengenai proporsionalitas
sama dengan asumsi dasar model input-output Leontief, yaitu homogenitas,
proporsionalitas dan aditifitas.
2. Nilai tujuan tiap aktifitas tidak saling mempengaruhi: yang berarti kenaikan
nilai fungsi tujuan yang diakibatkan kenaikan produksi suatuu industri dapat
ditambahkan tanpa mempengaruhi nilai fungsi tujuan industri lainnya.
3. Divisibilitas; yang berarti nilai kapasitas produksi setiap industri bisa bernilai
pecahan (dapat dibagi), hal ini tidak menjadi masalah karena kapasitas
produksi tersebut mantinya diperhitungkan dengan nilai persentase.
4. Deterministik; yang berarti semua parameter yang terdapat dalam model
program linier dapat diperkirakan dengan pasti, hal ini dapat dipenuhi karena
parammeter yang menyangkut koefisien input-uotput telah ditentukan
sebelumnya.
5. Sumber daya dapat dihitung; yang berarti sumber daya yang tersedia harus
dapat dihitung sehingga dapat dibandingkan hasil optimasi dengan kondisi
awalnya.
6. Linearitas; yang berarti fungsi tujuan dan faktor-faktor pembatasnya harus
dapat dinyatakan sebagai suatu fungsi linier.
Notasi standar program linier dinyatakan sebagai berikut. Untuk aktifitas j
(j=1,2,3,…,n), cj adalah peningkatan tujuan Z yang dihasilkan dengan
bertambahnya xi (tingkat aktivitas j). Untuk sumberdaya i (i=1,2,3,…,m), bi adalah
jumlah sumber daya yang tersedia untuk aktifitas-aktivitas, aij adalah jumlah dari
sumberdaya i yang dikonsumsi oleh setiap unit aktifitas j. Himpunan data aij, bi
dan c merupakan parameter atau konstanta input bagi model program linier.
Model program linier tersebut disajikan pada fungsi tujuan pada persamaan
berikut.
Tujuan
Kendala

Analisis sensitifitas juga diperlukan dalam kelanjutan model ini, karena
dalam kegiatan produksi faktor ketidakpastian itu selau ada. Faktor ketidakpastian
sering terjadi pada perubahan harga dan produktivitas. Pengertian sensitivitas
adalah memberlakukan sumber daya (bi) yang tersedia pada batas yang paling
besar (upper limit). Artinya apa yang terjadi pada solusi optimum bila parameter
bi diubah nilainya lebih dari bi yang ada (bi + Δbi) dan yang lebih rendah dari (bi
– Δbi). Pengertian lebih dari ini disebut upper limit dan kurang dari disebut lower

6
limit. Nilai ini mengisyaratkan sampai seberapa besar para pengusaha diizinkan
untuk mengubah parameter tersebut (Soekartawi 1992).
Taha (1996) menambahkan tujuan dari analisa sensitivitas adalah
mengurangi perhitungan dan menghindari perhitungan ulang bila terjadi
perubahan-perubahan untuk satu atau beberapa koefisien model program linier
pada saat penyelesaian optimal telah tercapai. Hasil analisa sensitivitas harus
menunjukan model tetap optimal walaupun nilai prakiraan produksi berubah
sesuai dengan interval pada analisis sensitivitas.

METODE
Kerangka Pemikiran
Dalam melakukan perencanaan produksi budidaya hortikultura perlu
diperhatikan berbagai faktor yang dapat memengaruhi. Hal itu dilakukan agar
proses produksi dapat berjalan secara optimal dan menghasilkan keuntungan yang
tinggi dengan pengunaan sumberdaya yang optimal serta dapat memenuhi
permintaan konsumen. Faktor faktor yang perlu diperhatikan diantaranya adalah
tujuan yang ingin dicapai, jumlah permintaan produk, sumberdaya yang tersedia
seperti luas lahan dan tenaga kerja, serta masa tanam dan produktifitas yang
dihasilkan.
Jumlah produk hortikultura yang dihasilkan pada waktu tertentu
merupakan hasil dari penanaman pada beberapa periode sebelumnya, sehingga
perlu dilakukan perencanaan tanam yang baik agar produk tersebut tersedia pada
waktu dibutuhkan.
Komoditas tanaman yang dibudidayakan pada usaha sayuran terdiri dari
berbagai jenis tanaman yang menggunakan lahan yang terbatas. Sehingga perlu
dilakukan pengalokasian yang menghasilkan keuntungan yang optimum. Selain
itu juga perlu dilakukan penentuan waktu penanaman yang dapat memenuhi
permintaan konsumen secara optimal. Pada penanaman komoditas hortikultura
Waktu dan alokasi tanam yang optimum dapat ditentukan dengan
menggunakan teknik progam linier. Pada program linier, faktor faktor yang
berpengaruh diformulasikan kedalam bentuk persamaan linier untuk selanjutnya
dilakukan pengoptimuman. Pengoptimuman tersebut dilakukan terhadap beberapa
skenario yang dipilih.
Secara garis besar, ruang lingkup dan tahapan penelitian dapat dilihat pada
Gambar 1.
Pendekatan Berencana
Pendekatan berencana dapat digunakan untuk menguraikan permasalahan
seperti kebijakan, pertentangan secara obyektif dan alternatif-alternatif lain yang
mempunyai tujuan utama untuk mengembangkan dan menerapkan model-model
kuantitatif pada masalah-masalah spesifik. Tahapan-tahapan pendekatan
berencana menurut Thierauf dan Klekamp (1975), adalah sebagai berikut :
1. Observasi lapang dilakukan untuk mengetahui permasalahan secara nyata.
Pada tahap ini dilakukan pendataan umum terhadap fakta-fakta yang dapat
membantu pemahaman terhadap permasalahan terhadap permasalahan
perencanaan dan penjadwalan produksi.

7
2. Perumusan masalah yang sebenarnya dalam penjadwalan produksi. Pada
tahap ini ditentukan faktor-faktor yang mmempengaruhi permasalahan,
penentuan tujuan dan sasaran yang hendak dicapai, batasan-batasan terhadap
penyelesaian masalah-masalah dan asumsi-asumsi yang diperlukan dalam
pengembangan dan penyelesaian masalah.

Mulai

Identifikasi Proses kegiatan
Produksi dan metode penjadwalan
yang dilakukan oleh PT. SM
Analisis perencanaan jadwal
tanam yang dilakukan perusahaan
Penentuan faktor yang mempengaruhi
perencanaan jadwal tanam

Data
luas
lahan

Data
Tenaga
Kerja

Data
Permintaan

Data
produktifitas

Prakiraan
Perminta
an
Perencanaan Jadwal Tanam
dengan metode Linear
Programming
Hasil Perencanaan
Jadwal Tanam dengan
metode Linear
Programming

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian

Data
produksi

8
3. Pengembangan alternatif penyelesaian berdasarkan faktor-faktor yang
mempengaruhi permasalahan melalui :
a. Analisa data untuk mendapatkan model matematika yang menunjukkan
faktor-faktor yang berpengaruh dengan tujuan yang hendak dicapai.
b. Pengembangan alternatif model berdasarkan pada peubah-peubah
keputusan dan kendala-kendala atau variabel yang ada.
4. Pemilihan penyelesaian optimum melalui tahap analisa alternatif-alternatif
dengan bantuan komputer
5. Pembuktian penyelesaian optimum melalui tahap implementasi atau simulasi.
6. Pembuatan kendali-kendali yang tepat untuk mendeteksi perubahanperubahan yang mungkin terjadi dan mempengaruhi penyelesaian model serta
formulasi permasalahan yang mengandung umpan balik terhadap observasi
lapang.
Tata Laksana Penelitian
1.

Sumber dan Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder yang dapat berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data primer
adalah data yang didapat dari hasil wawancara langsung dengan Kepala Pagian
Produksi dan staff lapangan PT SM berupa produktifitas tanaman, kegiatan teknis
budidaya, dan umur panen tanaman. Data permintaan dan harga jual berasal dari
data realisasi permintaan sayuran pada tahun 2011.

2.
Metode Pengumpulan Data
a. Studi Pustaka
Studi pustaka merupakan studi mengumpulkan dan menganalisa data
sekunder dari pihak terkait, buku-buku acuan, laporan-laporan hasil penelitian,
jurnal, dan literatur lainnya. Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh informasi
mengenai optimasi jadwal penanaman.
b. Observasi Lapang
Observasi lapang dilakukan untuk mengidentifikasi dan mempelajari secara
langsung permasalahan yang ada dalam perencanaan jadwal tanam
tersebut.Observasi lapang dilakukan agar data yang didapat dari hasil wawancara
sesuai dengan kondisi di lapangan.
c. Wawancara
Wawancara dilakukan langsung dengan kepala bagian produksi serta staff
produksi di lapangan PT SM terkait dengan teknis budidaya serta produktifitas
tanaman dan umur panen.
3. Metode Pengolahan Data
Metode pengolahan data dilakukan setelah data terkumpul pada tahap
pengumpulan data. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan perangkat
lunak Microsoft excel. Pembuatan program linier dilakukan dengan bantuan
perangkat lunak LINDO (Lindo Inc 2010). Pengolahan data permintaan dilakukan
dengan bantuan perangkat lunak MINITAB (Minitab Inc 2010). Tahapan
penelitian dan pengolahan data dapat dilihat pada Gambar 2.

9
Metode Prakiraan Permintaan Mingguan Sayuran
Pembuatan jadwal penanaman dilakukan dengan menggunakan data hasil
simulasi mingguan dengan menggunakan data permintaan bulanan PT SM pada
tahun 2011 dengan menggunakan bilangan acak dengan rata-rata sesuai dengan
rata-rata permintaan mingguan pada bulan tersebut dan simpangan baku
mengikuti simpangan baku bulanan pada tahun tersebut. Jumlah total permintaan
bulanan pada satu bulan harus sesuai dengan data permintaan bulanan pada bulan
tersebut. Data yang digunakan pada model penjadwalan adalah data hasil simulasi
pada minggu ke-1 sampai dengan minggu ke-20.
Mulai

Studi Pustaka

Observasi Lapang dan
Identifikasi Masalah
Pengumpulan
data

Tidak

Ya

Data
Memenuhi
kebutuhan

Formulasi
Matematis
Tidak

Pengolahan
Data

Validasi
Model
Ya
Penyusunan
Laporan

Selesai
Gambar 2 Diagram alir tahap penelitian

10

Metode Penentuan Jumlah Kebutuhan Tenaga Kerja
Kebutuhan tenaga kerja hasil dari jadwal penanaman setiap minggunya
dapat ditentukan dengan cara menghitung jam kerja yang dibutuhkan oleh
kegiatan yang dilakukan setiap minggunya berdasarkan yang meliputi kegiatan
pembongkaran lahan, penyiapan media, penanaman, pewiwilan, pengajiran, dan
pemanenan. Jumlah jam kerja tersebut kemudian dibagi dengan jam kerja yang
ada setiap minggunya sehingga didapat jumlak kebutuhan tenaga kerja. Secara
lengkap penghitungan tenaga kerja dapat dilihat pada Lampiran 1.

KEGIATAN PRODUKSI
Persiapan Penanaman
Kegiatan yang dilakukan pada persiapan penanaman untuk setiap tanaman
sayuran hidroponik yang diproduksi oleh perusahaan adalah sama, yaitu meliputi
kegiatan persiapan lahan; persiapan media tanam; dan kegiatan penanaman.
Persiapan Lahan
Kegiatan persiapan lahan yang dilakukan adalah sanitasi lahan dan perangkat
irigasi, serta sterilisasi lahan. Kebutuhan tenaga kerja pada kegiatan persiapan
lahan adalah dua orang tenaga kerja selama setengah hari kerja setiap petak
greenhouse.
Persiapan Media Tanam
Kegiatan yang dilakukan dalam persiapan media tanam ini adalah
pembakaran sekam untuk dijadikan arang sekam dan pengisian arang sekam kedalam polybag. Pemilihan arang sekam sebagai media tanam adalah karena arang
sekam mempunyai beberapa kelebihan, yaitu: pekerjaan untuk mempersiapkannya
lebih ringan, harganya murah, mudah didapat, mudah mengikat air, dan
mempunyai porositas yang baik.
Untuk kegiatan persiapan media tanam ini setiap pekerja membutuhkan
waktu sekitar satu menit untuk mengerjakan 1 polybag media tanam atau dalam
satu jamnya seorang pekerja dapat menyelesaikan 60 polybag media tanam.
Kegiatan Penanaman
Kegiatan penanaman dilakukan setelah media tanam diletakkan di bedengan,
satu jam sebelum penanaman, media yang akan ditanami tersebut diberi larutan
nutrisi melalui pipa irigasi hingga jenuh. Hal ini dilakukan dengan tujuan
merangsang pertumbuhan akar seoptimal mungkin.
Untuk menekan biaya produksi, perusahaan mencari alternatif dimana setiap
polybag diisi dengan 2 tanaman. Hal ini dipandang lebih menguntungkan karena
perusahaan dapat menghemat polybag, arang sekam dan terutama penghematan
biaya nutrisi hingga 40 persen.
Untuk kegiatan penanaman ini setiap pekerja membutuhkan waktu sekitar
lima menit untuk menanam satu tanaman media tanam atau dalam satu jamnya
seorang pekerja dapat menyelesaikan penanaman 12 batang tanaman.

11
Pemeliharaan Tanaman
Kegiatan yang dilakukan untuk memelihara tanaman antara lain adalah
pemberian larutan nutrisi, pengajiran, pewiwilan, penyerbukkan bantuan, seleksi
buah, pembuangan daun dan penurunan tanaman, penopingan, dan pembersihan
saluran drainase.
Pemberian Larutan Nutrisi
Setiap tanaman memerlukan hara sebagai makanannya, demikian juga
dengan tanaman sayuran hidroponik. Kebutuhan hara tersebut mutlak diberikan
melalui pemberian larutan nutrisi karena media yang dipakai untuk menanam
yaitu arang sekam merupakan media yang tidak mengandung hara secara
langsung seperti pada tanah. Hara yang dibutuhkan oleh tanaman sayuran
hidroponik tersebut mengandung beberapa unsur yang terdiri dari unsur makro
dan mikro. Kegiatan ini dikerjakan oleh tenaga kerja bagian nutrisi yang
menangani pemberian nutrisi dan pengendalian hama sehingga tidak ditangani
oleh tenaga kerja bagian produksi.
Pengajiran
Pengajiran adalah proses pemasangan tali ajir pada tanaman. Hal ini
dilakukan agar tanaman dapat berdiri tegak dan tidak roboh serta diperoleh bentuk
tanaman yang sesuai dengan kegiatan produksi tanaman. Selain itu dengan
pengajiran maka tajuk dari setiap tanaman dapat diatur sedemikian rupa sehingga
seluruh permukaan daun yang merupakan tempat untuk melakukan kegiatan
fotosintesis akan mendapat penyinaran matahari secara optimal.
Pengajiran pada tanaman dilakukan pada minggu ketiga penanaman.
Untuk melakukan pengajiran ini pekerja dapat melakukan pengajiran sebanyak
sekitar 80 tanaman setiap jamnya atau sekitar 0.75 menit setiap tanaman.
Pewiwilan
Pewiwilan adalah kegiatan membuang tunas-tunas air yang berada di
ketiak daun dan membuang bunga-bunga yang tidak menjadi buah (bunga gagal
buah). Pewiwilan dilakukan pada semua tanaman sayuran hidroponik yang telah
mulai muncul tunas dan bunga. Tujuan dari pewiwilan ini adalah untuk
mempercepat pertumbuhan tanaman. Kegiatan ini dilakukan pada pagi hari secara
manual menggunakan tangan karena pada pagi hari tunas mudah dipatahkan.
Sebelum melakukan pewiwilan, tangan harus dicelupkan dulu ke cairan susu
murni agar tangan steril dan dapat menonaktifkan bakteri-bakteri atau virus pada
tangan yang dapat menyebabkan gangguan penyakit pada tanaman. Selain itu agar
tidak terjadi penularan penyakit antar tanaman apabila pada saat pewiwilan batang
tanaman terluka.
Pewiwilan pada tanaman dilakukan pada minggu ketiga penanaman dan
terus dilakukan setiap minggu. Untuk melakukan pewiwilan ini pekerja dapat
melakukan pewiwilan sebanyak sekitar 60 tanaman setiap jamnya atau sekitar
0.75 menit setiap tanaman.

12
Penyerbukan Bantuan
Pada dasarnya, tanaman sayuran hidroponik (shishito, tomat cerry, tomat apel,
timun mini) dapat melakukan penyerbukan sendiri apabila ditanam di lahan
terbuka. Tapi karena tanaman sayuran hidroponik tersebut ditanam di dalam
greenhouse yang pergerakan udaranya terbatas karena terisolasi dari udara luar,
sementara serangga yang dapat membantu penyerbukan tidak ada maka dilakukan
kegiatan penyerbukkan bantuan agar terjadi penyerbukkan yang sempurna.
Penyerbukan bantuan biasanya dilakukan untuk membantu penyerbukan awal
pada tanaman muda. Penyerbukan bantuan dilakukan pertama kali pada saat
tanaman memasuki pembungaan. Selanjutnya kegiatan tersebut dilakukan pada
pagi hari dengan cara memukul-mukul bagian tanaman dengan menggunakan
tongkat kayu yang dilapisi busa atau spon agar tanaman tidak terluka. Semakin
sering penyerbukan dilakukan, maka akan semakin mempercepat pembuahan.
Seleksi Buah
Seleksi Buah dilakukan dengan tujuan menyeragamkan ukuran dan
kualitas buah yang akan dipanen nantinya. Untuk tanaman tomat ceri, dalam satu
tanaman terdapat kurang lebih 30-35 tandan yang masing-masing tandannya
diusahakan hanya berisi 15-18 buah. Untuk tanaman tomat apel, dalam satu
tanaman terdapat kurang lebih 35 tandan yang masing masing tandannya
diusahakan hanya berisi 4-5 buah kecuali pada tandan pertama pada tanaman
yaitudapat berisi 6 buah. Untuk tanaman timun tidak ada patokan khusus berapa
buah yang harus ada dalam satu tanaman, tetapi diusahakan buahnya berselang
seling di setiap ketiak daun. Untuk shishito, pada cabang pertama buah berjumlah
3 dan pada cabang selanjutnya, jumlah buah adalah kelipatan 3 yaitu dapat
berjumlah 6, 9, sampai 12.
Pembuangan Daun dan Penurunan Tanaman
Pembuangan daun dilakukan pada daun yang telah menguning karena tua
maupun karena penyakit dan juga dilakukan apabila daun paling bawah terlalu
rimbun. Hal ini dilakukan untuk mengurangi penguapan (transpirasi) pada
tanaman dan menjaga stabilitas penyerapan unsur hara.
Penurunan tanaman dilakukan apabila tanaman telah mencapai ketinggian
para-para besi yaitu sekitar 2 meter. Penurunan ini dilakukan pada tanaman timun
dan tomat saja karena kedua tanaman ini dapat mencapai ketinggian lebih dari
atap besi yang sudah disediakan penurunan dilakukan dengan tujuan untuk
mempermudah pemeliharaan dan pemanenan.
Penopingan
Penopingan atau kegiatan topping adalah pembuangan titik tumbuh
sehingga pertumbuhan vegetatif terhenti dan agar nutrisi yang masuk dapat
ditranslokasikan untuk pertumbuhan generatif atau pembentukan dan pemasakan
buah. Penopingan ini dilakukan 4 minggu sebelum tanaman dilakukan
pembongkaran. Hal ini dilakukan agar pada waktu pembongkaran tidak terjadi
pembuangan buah karena diharapkan buah telah masak dan habis dipanen.

13
Pembersihan Saluran Drainase
Pembersihan pada saluran drainase dilakukan karena sisa larutan dan
kotoran dapat menimbulkan penyakit bagi tanaman. Pembersihan dilakukan
dengan menggunakan penyodok karet yang menyerupai alat pel atau dapat juga
menggunakan air dari power sprayer untuk dibuang ke selokan. Pembersihan
dilakukan pada sore hari menjelang berakhirnya jam kerja atau setelah kegiatan
pemeliharaan tanaman lainnya telah selesai dilakukan.
Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman
Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan di greenhouse ada 2
macam, yaitu secara mekanis dan kimia. Pengendalian secara mekanis dilakukan
dengan menggunakan perangkap kuning berperekat dengan zat napvis D-10 yang
mempunyai daya rekat yang kuat yang berfungsi sebagai pemberantas dan
pendeteksi jumlah hama yang ada di dalam greenhouse atau dengan melakukan
penjarangan daun, yaitu dengan membuang daun-daun yang gejala serangannya
parah atau dapat dengan mengeser polybag secara berselang-seling sehingga dapat
menurunkan populasi hama.
Serangan hama dan penyakit yang tidak dapat ditangani secara mekanis
maka akan diberantas dengan menggunakan pestisida. Penyemprotan pestisida
untuk pencegahan mewabahnya hama atau penyakit dilakukan 2 minggu sekali.
Penyemprotan dilakukan pada siang hari menjelang sore yaitu sekitar jam 14.00
WIB atau apabila suhu di bawah 30 oC dengan kelembaban normal 60 persen.
Apabila penyemprotan dilakukan diatas suhu tersebutmaka akan bersifat racun
(toksin) pada tanaman. Beberapa hama yang sering menyerang tanaman
hidroponik yang sering menyerang tanaman sayuran hidroponik yang ada di
perusahaan dan pengendalian yang dilakukan antara lain adalah hama white fly
(Bemisia sp.), leaf miner (Lyriomyza sp.), thrips, penyakit embun tepung
(powdery mildew), dan penyakit layu bakteri. Terdapat divisi khusus yang
menangani pemberian nutrisi dan pengendalian hama sehingga pemberian nutrisi
dan pengendalian hama tidak dikerjakan oleh tenaga kerja produksi.
Pemanenan
Faktor lingkungan dan faktor pembudidayaan yang berpengaruh besar
terhadap hasil panen. Faktor lingkungan terdiri dari suhu, cahaya, media tanam,
angina, ketinggian lokasi, dan curah hujan sedangkan faktor pembudidayaan
terdiri dari pemilihan bibit, persiapan lahan dan pemeliharaan. Faktor lingkungan
yang cukup dominan terhadap hasil panen adalah suhu sedangkan faktor
pembudidayaan yang paling dominan adalah pemberian pupuk N, P, K dan Ca.
Pemanenan pertama untuk setiap jenis sayuran hidroponik berbeda-beda.
Umur panen pertama untuk shisito adalah 8 minggu dari tanam dengan masa
panen selama 13 minggu, timun mini adalah 4 minggu dengan masa panen selama
13 minggu, untuk tomat ceri adalah 9 minggu dengan masa panen selama 10
minggu, dan untuk tomat apel adalah 10 minggu dengan masa panen selama 11
minggu. Pemanenan dilakukan dengan cara memetik manual dengan
menggunakan tangan satu per satu.

14
Hasil panen setiap jenis tanaman yang dibudidayakan berbeda-beda,
tanaman tomat apel dapat menghasilkan sekitar 3.5 kg tomat setiap tanaman
selama masa hidupnya dengan periode panen selama 11 minggu sehingga setiap
minggunya setiap tanaman tomat dapat menghasilkan rata-rata sebesar 0.32 kg
tomat. Sedangkan tanaman tomat ceri dapat menghasilkan 2.5 kg tomat setiap
tanaman selama masa hidupnya dengan masa panen selama 10 minggu sehingga
setiap minggunya tanaman tomat dapat dihasilkan 0.25 kg tomat ceri. Tanaman
shishito dapat menghasilkan 2 kg selama hidupnya dengan periode panen selama
13 minggu sehingga setiap minggunya dapat menghasilkan rata-rata sebanyak
0.15 kg sedangkan tanaman timun mini dapat menghasilkan 4 kg hasil panen
dengan rata-rata mingguan 0.31 kg. Jumlah hasil panen setiap komoditi dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Produktifitas berbagai komoditas sayuran di PT. SM
Komoditas

Produktifitas
per Tanaman
(kg/tanaman)

Periode
Panen
(Minggu)

Rata-Rata Hasil
panen per Minggu
(kg/tanaman/minggu)

Tomat Apel
Tomat Ceri
Shishito
Timun Mini

3.5
2.5
2
4

11
10
13
13

0,32
0,25
0,15
0,31

Setiap pekerja dapat memanen sekitar 12.5 kg setiap jam. Tenaga kerja
yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan produksi dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan produksi
Kegiatan

Unit Satuan
Greenhouse

Jumlah Tenaga
Kerja
2

Bongkar Tanaman
GreenHouse
Penyiapan Media
Penanaman
Pengajiran
Pewiwilan
Panen

Waktu
2 hari kerja

Polybag
Tanaman
Tanaman
Tanaman
kg hasil panen

1
1
1
1
1

60 polybag/jam
12 tanaman/jam
80 tanaman/jam
60 tanaman/jam
12,5 kg/jam

Pembongkaran Tanaman
Pembongkaran dilakukan apabila tanaman sudah selesai masa produktifnya
(masa panen) yang sesuai dengan umur masing-masing tanaman. Pembongkaran
ini dilakukan dengan mencabut tanaman yang telah selesai masa produktifnya
dengan menggunakan tangan. Setelah dilakukan pembongkaran tanaman, media
tanam berupa arang sekam dan polybag dipindahkan dari greenhouse agar lahan
yang sebelumnya dipakai dapat dilakukan persiapan penanaman untuk tanaman

15
selanjutnya. Umur panen dan masa produktif beberapa komoditas yang
diusahakan di PT Saung Mirwan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Umur panen dan masa produktif beberapa komoditi yang diusahakan di
PT SM
Komoditas
Tomat Apel
Tomat Ceri
Shishito
Timun Mini

Umur Panen Pertama
(Minggu)
10
9
8
4

Masa Produktif
(Minggu)
20
18
20
16

PEMODELAN
Asumsi yang digunakan dalam pengembangan model penjadwalan tanam
adalah:
a. Jumlah minggu kerja dalam satu tahun adalah 52 minggu.
b. Jumlah jam kerja dalam satu minggu adalah 44 jam kerja
c. Hasil panen tanaman perminggunya tetap
d. Permintaan mingguan tanaman dalam satu bulan berfluktuasi mengikuti
sebaran normal dengan sebaran baku mengikuti simpangan baku
permintaan per bulan dalam satu tahun.
e. Sisa hasil yang dipanen diasumsikan tidak dapat disimpan
f. Kerugian yang dialami oleh perusahaan akibat produksi yang berlebih adalah
lima puluh persen dari harga jual perusahaan
Penentuan Jadwal Tanam
Pengembangan model penjadwalan penanaman sayuran dilakukan dengan
menggunakan pemrograman linier dengan menggunakan tujuan meminimumkan
kelebihan produksi. Hal ini dikarenakan produk sayuran merupakan produk yang
mudah rusak sehingga nilainya akan berkurang apabila disimpan lebih dari 1
minggu. Model penjadwalan yang dikembangkan mencakup 4 (i = 1,2,3,4) jenis
tanaman, yaitu tomat apel ( i = 1 ), tomat ceri ( i = 2 ), shishito ( i = 3), dan timun
mini ( i = 4) dan diimplementasikan selama 2 siklus.
Pada siklus pertama, lahan diasumsikan mula-mula dalam keadaan
kosong sehingga model dibuat tanpa memperhitungkan tanaman yang telah
ditanam sebelumnya.
Pada siklus pertama ini ditujukan untuk memenuhi permintaan mulai dari
minggu pertama Bulan Januari tahun 2011 sehingga karena umur pertama
tanaman dapat dipanen berbeda beda maka minggu pertama penanaman tiap
tanaman berbeda beda, minggu pertama penanaman tomat apel ditanam pada
Bulan November minggu ke-1 tahun 2010. Minggu pertama penanaman tomat
ceri ditanam pada Bulan November minggu ke-2 tahun 2010. Minggu pertama
penanaman shishito ditanam pada Bulan November minggu ke-3 tahun 2010
sedangkan minggu pertama penanaman timun mini ditanam pada Bulan Desember
minggu ke-3 tahun 2010.

16
Fungsi tujuan dan kendala penjadwalan penanaman sayuran pada siklus
pertama dirumuskan dengan:








Kendala Pemenuhan permintaan:
{

Kendala kapasitas Lahan




{
{
{
{


}

}
}
}
}


adalah kelebihan produksi yang terjadi setiap periode panen (minggu)
yaitu selisih antara jumlah produksi dari tanaman yang ditanam pada periode
tanam sebelumnya dan jumlah permintaan. Jumlah produksi adalah hasil kali
jumlah tanaman yang ditanam dikalikan dengan produktifitas/tanaman/minggu
(
) sedangkan b adalah kerugian perusahaan yang disebabkan
oleh kelebihan produksi yang didefinisikan dengan setengah dari harga jual
perusahaan. Harga jual tomat apel perusahaan rata-rata adalah Rp 20.000,00 per
kg sedangkan untuk tomat ceri rata-rata adalah sebesar Rp 25.000,00 per kg,
untuk shishito rata-rata adalah sebesar Rp 25.000,00 per kg dan untuk timun mini
adalah sebesar Rp 22.000,00 per kg. Harga tersebut relatif stabil dengan sedikit
penurunan dan kenaikkan. L adalah luas lahan yang tersedia sedangkan adalah
jumlah tanaman ke-i yang dapat ditanam setiap meter persegi.
Umur tanaman tomat apel (i = 1) adalah selama 20 minggu, pada minggu
ke-20 tanaman tomat apel yang ditanam pada minggu ke-1 dibongkar, tanaman
yang ditanam pada minggu ke-2 akan dibongkar pada minggu ke-21, tanaman
yang ditanam pada minggu ke-t akan dibongkar pada minggu ke-(t + 19).
Tanaman tomat dapat dipanen setelah minggu ke-10 atau setelah berumur 9
minggu sampai dengan minggu ke-20 sebanyak 3.5 kg selama hidupnya atau ratarata 0.318 kg setiap minggunya sehingga tanaman yang ditanam pada minggu ke1 digunakan untuk memenuhi permintaan minggu ke-10 sampai minggu ke-20,
tanaman yang ditanam pada minggu ke-2 digunakan untuk memenuhi permintaan
minggu ke-11 sampai minggu ke-21, dan tanaman yang ditanam pada minggu ke-t
digunakan untuk memenuhi permintaan pada minggu ke-(t + 9) sampai dengan
minggu ke-(t + 19). Sehingga permintaan pada periode ke-t dipenuhi oleh hasil
panen tanaman yang ditanam pada periode ke-(t – 19) sampai periode ke-(t – 9)
sehingga pemenuhan permintaan dirumuskan sebagai:

17
adalah jumlah jumlah penanaman untuk komoditas tomat apel untuk
periode ke-t sedangkan adalah jumlah hasil panen per tanaman per minggu
untuk komoditas tomat apel.
adalah jumlah permintaan untuk komoditas
adalah jumlah sisa kelebihan produksi
tomat apel untuk minggu ke-t dan
komoditas tomat apel untuk minggu ke-t. m adalah masa hidup tanaman dari
mulai ditanam sampai dibongkar.
Umur tanaman tomat ceri (i = 2) adalah selama 18 minggu, pada minggu
ke-18 tanaman tomat ceri yang ditanam pada minggu ke-1 dibongkar, tanaman
yang ditanam pada minggu ke-2 akan dibongkar pada minggu ke-19, tanaman
yang ditanam pada minggu ke-t akan dibongkar pada minggu ke-(t + 17).
Tanaman tomat ceri dapat dipanen setelah minggu ke-9 atau setelah berumur 8
minggu sampai dengan minggu ke-18 sebanyak 2.5 kg selama hidupnya atau ratarata 0.25 kg setiap minggunya sehingga tanaman yang ditanam pada minggu ke-1
digunakan untuk memenuhi permintaan minggu ke-9 sampai minggu ke-18,
tanaman yang ditanam pada minggu ke-2 digunakan untuk memenuhi permintaan
minggu ke-10 sampai minggu ke-19, dan tanaman yang ditanam pada minggu ke-t
digunakan untuk memenuhi permintaan pada minggu ke-(t + 8) sampai dengan
minggu ke-(t + 17). Sehingga permintaan pada periode ke-t dipenuhi oleh hasil
panen tanaman yang ditanam pada periode ke-(t – 17) sampai periode ke-(t – 8)
sehingga pemenuhan permintaan dirumuskan sebagai:
adalah jumlah jumlah penanaman untuk komoditas tomat ceri untuk
adalah jumlah hasil panen per tanaman per minggu
periode ke-t sedangkan
adalah jumlah permintaan untuk komoditas
untuk komoditas tomat ceri.
adalah jumlah sisa kelebihan produksi
tomat ceri untuk minggu ke-t dan
komoditas tomat ceri untuk minggu ke-t.
Umur tanaman shishito (i = 3) adalah selama 20 minggu, pada minggu ke20 tanaman shishito ditanam pada minggu ke-1 dibongkar, tanaman yang ditanam
pada minggu ke-2 akan dibongkar pada minggu ke-21, tanaman yang ditanam
pada minggu ke-t akan dibongkar pada minggu ke-(t + 19). Tanaman shishito
dapat dipanen setelah minggu ke-8 atau setelah berumur 7 minggu sampai dengan
minggu ke-20 sebanyak 2 kg selama hidupnya atau rata-rata 0.1538 kg setiap
minggunya sehingga tanaman yang ditanam pada minggu ke-1 digunakan untuk
memenuhi permintaan minggu ke-8 sampai minggu ke-20, tanaman yang ditanam
pada minggu ke-2 digunakan untuk memenuhi permintaan minggu ke-9 sampai
minggu ke-21, dan tanaman yang ditanam pada minggu ke-t digunakan untuk
memenuhi permintaan pada minggu ke-(t + 7) sampai dengan minggu ke-(t + 19).
Sehingga permintaan pada periode ke-t dipenuhi oleh hasil panen tanaman yang
ditanam pada periode ke-(t – 19) sampai periode ke-(t – 7) sehingga pemenuhan
permintaan dirumuskan sebagai:
adalah jumlah jumlah penanaman untuk komoditas shishito untuk
periode ke-t sedangkan
adalah jumlah hasil panen per tanaman per minggu
untuk komoditas shishito.
adalah jumlah permintaan untuk komoditas shishito
adalah jumlah sisa kelebihan produksi komoditas
untuk minggu ke-t dan
shishito untuk minggu ke-t.
Umur tanaman timun mini (i = 4) adalah selama 16 minggu, pada minggu
ke-16 tanaman timun mini ditanam pada minggu ke-1 dibongkar, tanaman yang

18
ditanam pada minggu ke-2 akan dibongkar pada minggu ke-17, tanaman yang
ditanam pada minggu ke-t akan dibongkar pada minggu ke-(t + 16). Tanaman
timun mini dapat dipanen setelah minggu ke-4 atau setelah berumur 3 minggu
sampai dengan minggu ke-16 sebanyak 4 kg selama hidupnya atau rata-rata
0.30769 kg setiap minggunya sehingga tanaman yang ditanam pada minggu ke-1
digunakan untuk memenuhi permintaan minggu ke-4 sampai minggu ke-16,
tanaman yang ditanam pada minggu ke-2 digunakan untuk memenuhi permintaan
minggu ke-5 sampai minggu ke-17, dan tanaman yang ditanam pada minggu ke-t
digunakan untuk memenuhi permintaan pada minggu ke-(t + 3) sampai dengan
minggu ke-(t + 15). Sehingga permintaan pada periode ke-t dipenuhi oleh hasil
panen tanaman yang ditanam pada periode ke-(t – 15) sampai periode ke-(t – 3)
sehingga pemenuhan permintaan dirumuskan sebagai:
adalah jumlah jumlah penanaman untuk komoditas timun mini untuk
periode ke-t sedangkan
adalah jumlah hasil panen per tanaman per minggu
untuk komoditas timun mini.
adalah jumlah permintaan untuk komoditas
adalah jumlah sisa kelebihan produksi
timun mini untuk minggu ke-t dan
komoditas timun mini untuk minggu ke-t.
Secara umum pemenuhan permintaan dirumuskan dengan:
adalah jumlah jumlah penanaman untuk komoditas tanaman ke-i untuk
periode ke-t sedangkan
adalah jumlah hasil panen per tanaman per minggu
untuk komoditas tanaman ke-i.
adalah jumlah permintaan untuk komoditas
adalah jumlah sisa kelebihan produksi
tanaman ke-i untuk minggu ke-t dan
komoditas tanaman ke-i untuk minggu ke-t. m adalah masa hidup tanaman
sedangkan n adalah umur tanaman ketika pertama kali dipanen. Pada model siklus
pertama ini diasumsikan tidak ada penanaman sebelumnya sehingga tidak ada
penanaman pada periode sebelum t=1.
Kendala kapasitas lahan dirumuskan dengan jumlah total penanaman
tidak boleh lebih dari kapasitas lahan yang tersedia. Pada rumusan ini kegiatan
bongkar tidak diperhitungkan karena perencanaan dilakukan selama satu siklus
tanaman sehingga kegiatan bongkar tidak mempengaruhi luasan yang tersedia.
Pada siklus kedua, sebelumya telah dilakukan penanaman sehingga hasil
dari tanaman yang ditanam serta kapasitas lahan yang digunakan dalam
penanaman siklus sebelumnya harus diperhitungkan dalam persamaan. Minggu
sebelum minggu ke-1 pada siklus ke-2 adalah minggu terakhir pada siklus
pertama. Penanaman yang terjadi pada siklus pertama sudah terjadi sehingga pada
penjadwalan siklus kedua menjadi nilai konstanta sehingga tidak dapat diubah lagi.
Pada siklus kedua ini ditujukan untuk memenuhi permintaan lanjutan dari siklus
pertama sehingga minggu pertama penanaman tomat apel ditanam pada minggu
ke-4 Bulan Maret tahun 2011. Minggu pertama penanaman tomat ceri ditanam
pada minggu ke-3 Bulan Maret tahun 2011. Minggu pertama penanaman shishito
ditanam pada minggu ke-1 Bulan April tahun 2011 sedangkan minggu pertama
penanaman timun mini ditanam pada minggu ke-1 Bulan April tahun 2011.
Fungsi tujuan dan kendala penjadwalan penanaman sayuran pada siklus
kedua dirumuskan dengan:

19