The potency of Intensive Sylviculture System (TPTII) to support reduced emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD) (a case study in concession of PT.Sari Bumi Kusuma in Central Kalimantan)

POTENSI PEMANFAATAN SISTEM TPTII
UNTUK MENDUKUNG UPAYA PENURUNAN EMISI
DARI DEFORESTASI DAN DEGRADASI HUTAN (REDD)
(STUDI KASUS AREAL IUPHHK PT. SARI BUMI KUSUMA
DI KALIMANTAN TENGAH)

GUSTI HARDIANSYAH

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI
DAN SUMBER INFORMASI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa disertasi yang
berjudul: Potensi Pemanfaatan Sistem TPTII Untuk Mendukung Upaya Penurunan
Emisi Dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD) (Studi Kasus Areal IUPHHKPT. Sari Bumi Kusuma di Kalimantan Tengah) adalah karya saya sendiri dengan
arahan Komisi Pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun
kepada Perguruan Tinggi manapun. Sumber data dan informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbirkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir
disertasi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Bogor,

September 2011

GUSTI HARDIANSYAH

ABSTRACT
GUSTI HARDIANSYAH. The Potency of Intensive Sylviculture System (TPTII) to Support
Reduced Emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD) (A case study in
concession of PT.Sari Bumi Kusuma in Central Kalimantan). Under the supervision of
RIZALDI BOER as Chairman, DUDUNG DARUSMAN and CECEP KUSMANA as member
of advisory committee.
PT. Sari Bumi Kusuma (SBK) in Central Kalimantan is one of forest
concessionaires in Indonesia that adopt the Intensive Sylviculture System (TPTII), while the
most common system in Indonesia is Selective Cutting and Planting System (TPTI).
Through TPTII sylviculture system, only selected timber are allowed to be harvested

(diameter ≥ 40 cm), which then followed by strip line planting activity. The TPTII system is
likely able to prevent degradation of forest resource compare to common TPTI system, thus
it has potency to reduce greenhouse gas emission (GHG).
The objectives of this research were: (1) to compare the carbon dynamics between
forest production area that use TPTII and one using TPTI, (2) to valuate the carbon economy
of the two sylviculture systems, and (3) to analyze the community needs for land in
supporting REDD implementation. The Methodology used in this study included the
measurement of above ground biomass in seven TPTII locations with twenty two sample
plots with size of 10 x 25 meters. In each planting line, one tree sample from the age of 1–7,
12, 15 and 20 years were taken for destructive sampling and used for developing allometric
equations. The measurement of above ground biomass of the TPTI system was conducted at
other neighboring company that has moderate performance according to independent
assessment institution (LPI). The financial analysis of carbon over 25 years was performed
using BCR and NPV methods.Community needs for land was assessed in three villages,
through interview with 47 respondents (indepth interview). The data was analyzed using
non parametric approach (wilcoxon), parametric statistic (regression) and Analytical
Hierarchy Process (AHP).
The results showed that TPTII activities are able to reduce forest degradation and
are estimated to be able to absorb carbon emission of 5.930.046,67 tons through its 25 years
strip line planting of the area of 90.000 ha (in average of 3.600 ha per year). In the area of

TPTI from the equal area, potency of carbon sequestration was 1.661.107,12 tons. The delta
of carbon sequestration of TPTII compared to TPTI in 25 years period was 4.268.939,55
Tons of C or equal to 15.652.778,33 tons of CO2. The financial feasibility of carbon
sequestration in zero cutting (alternative-1) of TPTII compare to that TPTI as baseline is not
feasible at the price level US$ 5-25 per ton C, with rate of interest of 10%-14%, both for the
line planting (alternative -2) and selective logging in both of the line planting and or in the
intermediate line (alternative-3) is financially feasible at the price level US$5 pertonC.
Integration of TPTII and development activities has potency to decrease deforestation for 25
years of the area of 81.425 ha, or be able to reduce carbon emission of 20.397.920,43 tons
C, which equal to sequestration of 74.792.374,91 tons of CO2.
This research recommend that tree harvesting in PT. SBK is better to be carried out
in 25th year. A carbon incentive/compensation mechanism for company and community is
needed, and the minimum feasible price for carbon is USD 25 per ton. Empowerment of
community through development of community-based productive economic is needed as an
integrative effort with establishment of coordination forum that involves local government,
management of Bukit Baka Bukit Raya national park, PT SBK and other concessionaires.
Keyword: Carbon Sink Enhancement, Intensive Sylviculture System, Community Economic
Empowerment & REDD

RINGKASAN

Gusti Hardiansyah. 2011. Potensi Pemanfaatan Sistem TPTII Untuk Mendukung

Upaya Penurunan Emisi Dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD) (Studi
Kasus Areal IUPHHK- PT. Sari Bumi Kusuma di Kalimantan Tengah). Dibawah
bimbingan Rizaldi Boer sebagai ketua dan Cecep Kusmana,dan Dudung Darusman
sebagai anggota
Sistem Silvikultur Intensif (TPTII) dibangun untuk meningkatkan produktivitas
sumberdaya hutan. Pengelolaan TPTII yang diikuti dengan pemberdayaan masyarakat
sekitar hutan diduga dapat mengurangi deforestasi dan degradasi sumberdaya hutan. Hal ini
sesuai dengan Rencana Aksi Nasional Gas Rumah Kaca (RAN – GRK) nasional untuk
menurunkan emisi nasional. Besaran penurunan emisi pada kegiatan ini perlu dianalisis
sehingga sumbangan sistem TPTII dalam mendukung penurunan emisi dari deforestasi dan
degradasi Hutan (REDD) bisa diketahui lebih detil. Studi ini dilakukan di areal IUPHHKHT PT. Sari Bumi Kusuma Kalimantan Tengah.
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah: (a) seberapa besar potensi
karbon yang dikelola melalui sistem silvikultur TPTII, (b) bagaimana model dinamika
karbon pada sistem Silvikultur TPTII berdasarkan kajian ekologi, ekonomi dan sosial dalam
skema sistem REDD, (c) bagaimana konsep kebutuhan lahan bagi masyarakat untuk
kegiatan pembangunan hutan dengan sistem TPTII dan konservasi karbon melalui REDD
dan (d) sejauhmana keunggulan sistem TPTII sebagai model pengelolaan hutan produksi
dalam menekan emisi karbon akibat adanya proses deforestasi dan degradasi hutan.

Tujuan penelitian adalah (a) menghitung potensi karbon yang dikelola melalui
sistem silvikultur TPTII, (b) membangun dan menganalisis dinamika karbon hutan pada
sistem Silvikultur TPTII, (c) menganalisis kebutuhan lahan bagi masyarakat untuk kegiatan
pembangunan hutan dengan sistem TPTII dan konservasi karbon REDD, (d) menganalisis
keunggulan sistem TPTII sebagai model pengelolaan hutan produksi dalam upaya untuk
menekan emisi karbon akibat adanya proses deforestasi dan degradasi hutan. Adapun
sebagai bahan pertimbangan pengelolaan hutan yang lestari dalam kerangka perdagangan
karbon dan program dalam global warming.
Metodologi yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi pengukuran biomassa
di atas permukaan tanah pada areal TPTII dilakukan pada 7 lokasi dengan 22 plot sampel
berukuran 10 x 25 meter dan pada setiap plot diambil satu pohon dengan destructive
sampling dan metode allometrik (umur 1 - 7 tahun). Perhitungan karbon hutan primer
dilakukan pada areal PT.SBK dan perhitungan areal TPTI dilakukan pada perusahaan lain
dengan kinerja sedang. Penilaian kelayakan analisa finansial karbon selama 25 tahun
menggunakan metode BCR dan NPV. Deskripsi analisa kebutuhan lahan masyarakat
dilakukan pada 3 desa, dengan jumlah responden 47 orang yang diwawancara mendalam
(indepth interview) dengan menggunakan pendekatan statisik non parametrik (wilcoxon),
statistik parametrik (regresi) serta metode analisis hirarki proses (AHP).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil pengukuran selama sepuluh
tahun, potensi riap diameter tanaman meranti dengan sistem TPTII sekitar 2,44 cm/tahun

dan riap tinggi yaitu sekitar 2,16 m/tahun. Potensi biomassa tanaman meranti yang ditanam
pada umur tujuh tahun sebesar 102,34 kg/pohon, terdiri atas biomassa batang 58,9 kg/pohon
(57,6%), biomassa akar 19,9 kg/pohon (19,4%), biomassa daun dan ranting 14,2 kg/pohon
(13,9 %) dan biomassa cabang 9,3 kg/pohon (9,1%). Sedangkan potensi biomassa tanaman
meranti berdiameter antara 20 - 49 cm adalah 184,7 – 1.796,3 kg/pohon, yang terdiri dari
biomassa batang 109,4 – 1.291,8 kg/pohon (71,9%), biomassa akar 35,7 – 246,5 kg/pohon
(13,7%), biomassa daun dan ranting 22,1 – 73,8 kg/pohon (4,1%) dan biomassa cabang 17,5
– 184,3 kg/pohon (10,3%). Sementara persen karbon pada bagian tanaman yaitu (a) karbon
batang 55,30 – 57,70%, (b) karbon akar 50,57 – 56,00%, (c) karbon ranting dan daun
berkisar 51,00 – 55,93% dan (d) karbon cabang 51,04 – 57,10%.

Pendugaan model potensi biomassa dan karbon dari hasil penelitian ini sebagai
berikut : karbon batang = ρ*k* 0,065 D2,693; karbon akar = ρ*k* 0,102 D2,075; karbon
daun/ranting = ρ*k* 0,382 D1,54; karbon cabang = ρ*k* 0,023 D2,43 dan karbon total = ρ*k*
0,18 D2,50. Dimana D = diameter pohon, ρ = kerapatan kayu (gram/cm3), k = persen karbon
bagian pohon. Nilai koefisien determinasi (R2) pada model pendugaan karbon total sebesar
95,99%.
Hasil penelitian terhadap dinamika perubahan (proyeksi) cadangan karbon sistem
TPTI dan TPTII menunjukkan bahwa potensi penyerapan karbon di areal TPTII tegakan
meranti dalam 25 tahun pada jalur tanam rata-rata sebesar 120,20 ton C/ha dan di jalur

antara sebesar 47,43 ton C/ha, pada kayu mati dan serasah dianggap tetap sehingga total
potensi penyerapan karbon di areal TPTII sebesar 167,63 ton C/ha dalam 25 tahun. Sedang
di areal TPTI pada periode yang sama, potensi karbon terserap pada tanaman sebesar 34,80
ton C/ha, sehingga kontribusi ketersediaan (penyerapan) karbon pada areal TPTII relatif
lebih besar yaitu 132,83 ton C/ha dibanding pada areal TPTI.
Dengan perencanaan luas tanam 90.000 ha atau rata-rata pertahun 3.600 ha, maka
setelah 25 tahun, total penyerapan karbon di areal PT. SBK (sistem TPTII) diperkirakan
5.930.046,67 ton C. Jumlah total ini lebih besar daripada penjumlahan jalur tanam ditambah
jalur antara, karena pada areal total TPTII sudah termasuk karbon pada serasah dan kayu
mati. Sementara pada areal TPTI dengan luas yang sama menghasilkan potensi penyerapan
karbon 1.661.107,12 ton C. Ini menunjukkan bahwa rata-rata perbedaan potensi penyerapan
TPTII lebih tinggi daripada TPTI sebesar 4.268.939,55 Ton C dalam luasan 90,000 ha
selama 25 tahun. Dalam skema perdagangan karbon yang diperhitungkan adalah emisi CO2
maka kegiatan TPTII di areal PT. SBK setelah 25 tahun mampu menyerap emisi karbon
lebih tinggi daripada TPTI sebesar 4.268.939,55 Ton C yang setara dengan 15.652.778,33
ton CO2-e.
Pembinaan masyarakat pada areal TPTII diduga mampu mengurangai (menunda)
laju degraasi dan deforestasi rata-rata 3.257 ha/tahun dan jika dihitung selama 25 tahun
maka kegiatan ini berpotensi menyelamatkan hutan seluas 81.425 ha dan ini setara dengan
20.397.920,43 ton C yang setara dengan 74.792.374,91 ton CO2. Total potensi pengurangan

laju degradasi dan deforestasi (REDD) pada kegiatan TPTII PT. SBK selama 25 tahun
sebesar 24.737.810,23 ton C yang setara dengan 90.705.304,19 ton CO2.
Hasil analisis biaya dan pendapatan menunjukkan penebangan selektif di jalur
tanam (alternatif-2) maupun penebangan di jalur tanam dan jalur antara (alternatif-3) akan
menghasilkan keuntungan yang positif, sementara pada alternatif-1 tanpa penebangan
keuntungan dihasilkan sangat rendah (negatif), baik pada tingkat harga US$ 5, 15 maupun
25 per ton C (belum memperhitungkan suku bunga).
Berdasarkan analisis kelayakan TPTII yang hanya mempertimbangkan manfaat
karbon (alternatif -1), diketahui tidak layak secara finansial pada harga karbon U$ 5 – 25 per
ton C, suku bunga (10 %, 12 % dan 14 %) dan perubahan biaya (biaya turun dan naik)
masing-masing 15 %, yang ditunjukkan oleh nilai NPV negatif dan BCR < 1. Sedangkan
pada alternatif -2 penebangan kayu selektif di jalur tanam layak pada suku bunga 10% serta
alternatif-3 penebangan jalur tanam dan tebang pilih jalur antara diketahui layak pada
tingkat tingkat suku bunga yang tinggi (14 %) sengan harga karbon U$ 5 ton per C. Oleh
sebab itu implementasi perdagangan karbon pada sistem TPTII hanya akan feasible jika
harga karbon > U$ 25 per ton C dan atau menerapkan alternatif dalam bentuk penebangan
selektif di jalur tanam dan jalur antara serta memperpanjang daur tebangan sehingga tingkat
penyerapan karbon lebih besar.
Hasil penelitian terhadap dinamika sosial ekonomi masyarakat sekitar hutan
menunjukkan bahwa (a) lima faktor yang berpengaruh terhadap pengakuan adat

masyarakat pada areal TPTII yaitu klaim masyarakat semakin menurun, jenis perjanjian
semakin bertambah, keterlibatan masyarakat semakin besar dalam kelola TPTII, adanya
kejelasan batas kawasan, dan pengambilan kayu oleh masyarakat semakin rendah.
Sementara faktor perladangan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata baik sebelum

maupun setelah pelaksanaan TPTII; (b) penyerapan tenaga kerja pembinaan hutan sesudah
adanya TPTII rata-rata 106 orang tenaga kerja per tahun. Hubungan antara luas penanaman
dengan penyerapan tenaga kerja berpengaruh positif namun tidak signifikan pada taraf
kepercayaan 95% yang disebabkan oleh adanya efisiensi dan peningkatan produkivitas
tenaga kerja, (c) kepastian usaha semakin meningkat dengan parameter konflik yang
menurun, keamanan kawasan meningkat, letak ladang/pemukiman semakin jauh,
aksesibilitas ke dalam kawasan, tanggungjawab sosial dan kepastian usaha masyarakat
meningkat serta berjalan dengan baik setelah adanya TPTII, dan (d) kebutuhan hidup
minimal masyarakat berdasarkan pendekatan pendapatan pengeluaran rumah tangga sebesar
Rp 9.115.600/tahun/KK, atau setara Rp. 759.633 /bulan/KK (Rp.152.920/kapita/bulan).
Kedua nilai ini masih dibawah standar kemiskinan Bank Dunia yaitu sebesar Rp.
300.000/kapita/bulan.
Hasil analisis kebutuhan lahan dan alternatif pilihan masyarakat sekitar hutan untuk
pemenuhan kebutuhan hidup dalam kerangka REDD yaitu: (a) proyeksi lahan yang
dibutuhkan oleh masyarakat untuk berladang bagi 35% KK, luas ladang 3,4 ha/KK, rotasi

ladang 5 tahun, dan laju pertumbuhan penduduk 4,59%/tahun mengalami peningkatan
setiap tahun dan melewati ambang batas ketersediaan APL 25.600 ha (tahun ke 28), sedang
pada total areal tidak efektif seluas 57.600 ha (APL dan kawasan lindung, eks tebangan dan
perambahan) hanya mampu menampung kegiatan perladangan sampai tahun ke 45.
Sehingga pada tahun ke 46, kegiatan perladangan berpeluang masuk ke dalam areal TPTII,
Taman Nasional dan HPH lain, (b) pemilihan tanaman unggulan sebagai kompensasi yang
diberikan kepada masyarakat dalam konteks konservasi karbon dengan proporsi yang lebih
dari 70% diminati oleh masyarakat adalah Karet, Meranti, dan Tengkawang sedangkan
tanaman gaharu, mahoni, dan sengon relatif sedikit, (c) masyarakat bersedia menerima
kompensasi rata-rata sebesar Rp. 607.352,-/ha/tahun atau Rp.50.612.-/ha/bulan, (d)jumlah
kompensasi yang paling layak untuk melibatkan masyarakat dalam kerangka konservasi
karbon yaitu antara Rp. 324.000/ha/bulan sampai Rp. 380.000/ha/bulan
Untuk mendukung penerapan model pengelolaan hutan produksi dengan sistem
TPTII dalam menekan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan di Indonesia, perlu
skenario kebijakan pengelolaan lahan dan sosial masyarakat disekitar hutan dengan cara,
sebagai berikut: (a) jumlah perladangan ditekan minimal 20% kepala keluarga peladang dari
kondisi saat ini, (b) luas ladang 2 ha per kk dengan rotasi per 3 tahun, serta (d)
mengembangkan kebijakan pembinaan yang melibatkan Pemerintah Daerah, Pengelola
Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya, dan pengusaha hutan lainnya. Dari hasil analisis
menunjukkan bahwa dengan TPTII dan pembinaan terpadu akan mampu mengurangi laju

perladangan dibanding tanpa TPTII yaitu seluas 3.372 ha/tahun.
Untuk mewujudkan tujuan penelitian ini, maka disarankan (a) penebangan tanaman
untuk areal PT. SBK sebaiknya dilakukan setelah tahun ke-25 karena pertumbuhan riap
diameter pohon dan penyerapan karbon sudah optimal, (b) perlunya dukungan mekanisme
insentif seperti: pemberian nilai kompensasi ekonomi terhadap potensi ketersediaan karbon,
pemberian keringanan pajak atau mengurangi pungutan, pemberian penghargaan bagi
pengelola yang telah berhasil melaksanakan TPTII, harga kayu dari kegiatan TPTII dihargai
lebih tinggi (premium price), (c) dukungan pendanaan dari pemerintah maupun sumber
pendanaan lain yang concern dalam menjaga kelestarian kawasan hutan, dengan sistem
bunga yang sangat rendah atau tanpa bunga (Dana Reboisasi), (d) dalam skema
perdagangan karbon dengan konsep REDD disarankan menggunakan harga yang tinggi
yaitu minimal USD 25 perton C, (e) memberikan pelatihan kepada masyarakat peladang
sekitar hutan agar tidak membuka ladang, (f) pemenuhan kebutuhan minimal masyarakat
melalui pemberian alternatif usaha diantaranya pilihan tanaman unggulan komersial yang
disukai masyarakat, dan (g) perlu dibentuk “Forum Koordinasi” antara Pemerintah Daerah,
Pengelola Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya, dan pengusaha lain, serta HPH. PT SBK
Kalteng.

©Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, Tahun 2011
Hak cipta dilindungi
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencatumkan dan
menyebutkan sumber:
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya
ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi IPB
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian dan seluruhnya dalam
bentuk apapun tanpa izin IPB.

POTENSI PEMANFAATAN SISTEM TPTII
UNTUK MENDUKUNG UPAYA PENURUNAN EMISI
DARI DEFORESTASI DAN DEGRADASI HUTAN (REDD)
(STUDI KASUS AREAL IUPHHK PT. SARI BUMI KUSUMA
DI KALIMANTAN TENGAH)

Oleh
GUSTI HARDIANSYAH
P 062050604

Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor
pada program studi pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

Penguji pada Ujian Tertutup : 1. Prof. Dr. Surjono H.Sutjahjo, MS
(Ketua Program Studi Pengelolaan Sumber Daya
Alam & Lingkungan (PSL) IPB
2. Dr. Ir. Teddy Rusolono, MP
(Staf Pengajar Fakultas Kehutanan IPB &
Biometrika Hutan Fakultas Kehutanan IPB)

Penguji pada Ujian Terbuka : 1. Dr. Ir. Hadi Daryanto, DEA
(Sekjend. Kementrian Kehutanan RI)
2. Dr. Ir. Dodik Ridho Nurrochmat, M.Sc.F.Trop
(Staf Pengajar Fakultas Kehutanan IPB &
Direktur Pengembangan Karir & Hubungan
Alumni IPB)

Judul Disertasi

: Potensi Pemanfaatan Sistem TPTII Untuk Mendukung
Upaya Penurunan Emisi Dari Deforestasi dan Degradasi
Hutan (REDD)
(Studi Kasus Areal IUPHHK PT. Sari Bumi Kusuma
Di Kalimantan Tengah)

Nama Mahasiswa

: Gusti Hardiansyah

Nomor Pokok

: P 062050604

Program Studi

: Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Menyetujui
Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Rizaldi Boer, M.Sc
Ketua

Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, M.Sc
Anggota

Prof. Dr. Ir. Dudung Darusman, MA
Anggota

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, M.Sc

Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc.Agr

Tanggal Ujian : 16 September 2011

Tanggal Lulus :

KATA PENGANTAR
Rentanitas keberlanjutan sumberdaya hutan dengan sistem pengelolaan yang
telah dilakukan selama kurun waktu tiga dasawarsa terakhir, selain memberikan
manfaat ekonomi jangka pendek disadari pula telah menimbulkan eksternalitas
negatif kerusakan sumberdaya hutan seperti deforestasi maupun degradasi hutan.
Eksternalitas negatif terjadi diduga karena sistem pengelolaan hutan Indonesia,
khususnya kawasan hutan alam produksi sangat berorientasi kepada pengambilan
nilai manfaat langsung (seperti kayu) dan ”gagal” untuk mulai melakukan
”penanaman”. Dis-orientasi yang terjadi menyebabkan sistem kelola hutan alam
produksi cenderung bias terhadap nilai manfaat tidak langsung seperti jasa
lingkungan penyerapan karbon yang diketahui sangat berperan dalam perlindungan
lingkungan global.
Penelitian ini mempunyai dua tujuan yaitu: (1) membangun model konservasi
karbon yang mengintegrasikan model dinamika karbon dan nilai ekonominya, serta
model sosial ekonomi masyarakat melalui sistem silvikultur intensif pada tegakan
meranti dalam mendukung skema perdagangan karbon, dan (2) mengintegrasikan
model konservasi karbon dalam upaya mencegah laju deforestrasi.
Penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada Bapak Prof. Dr Ir. Rizaldi Boer, M.Sc selaku Ketua Komisi Pembimbing,
dan kepada Anggota Komisi Pembimbing Bapak Prof. Dr Ir. Cecep Kusmana, M.Sc
dan Bapak Prof Dr Ir. Dudung Darusman MA, yang telah berkenan membimbing
dan memberikan arahan dalam menyusun dan menyelesaikan disertasi ini. Ucapan
terima kasih yang sama disampaikan pula kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Surjono H.
Sutjahjo, MS, Dr. Ir. Dahrul Syah, Msc.Agr dan Bapak Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar
Notodiputro, MS yang memberikan dukungan untuk menyelesaikan disertasi.
Ucapan terima kasih yang khusus disampaikan kepada Jajaran Direksi PT.
Sari Bumi Kusuma /Alas Kusuma Group: Bpk Suhadi, Bpk Imbran Susanto, Bpk
Nana Suparna, Bpk Mamat Mulyana, Bpk Tri Hardjanto, Bpk Adlin dan staff
lainnya; Rektor Universitas Tanjungpura dan Jajaran Fakultas Kehutanannya:
Prof. Dr. Ir. Thamrin Usman, DEA, Prof. Dr. Khairil Effendi, Prof. Dr. Ir. Abdurrani
Muin, MS, Prof. Dr. Herujono H, MSc, Ibu Ir. Evi Wardenaar, MP yang mendorong

semangat belajar kami. Banyak lagi yang terlibat dan penulis berhutang budi kepada
saudara: Lukman Yunus, Ridwan, Endang H, Ariyo, Nurdin, Yunus, Ujang Susep,
Sofwan dan rekan mahasiswa PSL-IPB angkatan V kelas khusus: Harry, Bambang,
Sutopo, Budiman, dan lainnya. Termasuk staf di Program studi PSL-IPB seperti:
Ririn, Suli, Herlina, Chris, Iwan dan Toib.
Untuk kedua Orang tua yang terkasih Ayahnda H. Gusti Machmud Hamid
dan Ibunda Hj. Utin Trimurti yang tak bosannya menasehati supaya penulis bersikap
pantang menyerah dan bertanggung jawab. Kepada isteri penulis Ir. Hj. Fitri Antini
dan keempat anak ku yang cakep; Gusti Muhammad Fatrah, Gusti Muhammad Falih,
Gusti Muhammad Fiqry dan Gusti Muhammad Fauzy, penulis sampaikan
penghargaan atas pengertian, kesabaran dan pengorbanannya selama empat tahun
yang sulit; Abangnda Drs. H. Gusti Adi Martadinata, MM., Gusti Andi Kusumajaya,
Kakanda Dra. Utin Lesti Purwanti dan Adinda Utin Yulianti, SH., serta saudara/i
keluarga besar di kampung halaman yang berharap menempuh pendidikan pasca
sarjana di luar Kalbar, terima kasih atas kepedulian dan doanya. Sedianya Penulis
tidak dapat menyelesaikan pendidikan dan disertasi ini tanpa dukungan semuanya.
Di atas segala yang awal dan yang akhir, penulis bersujud dan bersyukur
kepada Yang Maha Pemberi berkah, rahmah dan hidayah yakni Allah SWT,
Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan disertasi ini sebagai tugas akhir
menyelesaikan pendidikan S-3 di Sekolah Pascasarjana IPB Bogor. Tak lupa penulis
sampaikan salam kemuliaan kepada Nabi Muhammad SAW mudah-mudahan kita
semua digolongkan pada pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Mudahmudahan disertasi ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya. Amiiin.

Bogor,

September 2011
Gusti Hardiansyah

RIWAYAT HIDUP

Gusti Hardiansyah, Lahir 30 November 1967 di Kota Pontianak Kalimantan
Barat, putra ke empat dari pasangan Bpk H. Gusti Machmud Hamid dan Ibu Hj. Utin
Trimurti yang berdarah dayak melayu Ngabang dan, akrab dipanggil Dedhen.
Pendidikan sarjana (S1) ditempuh pada Universitas Tanjungpura (UNTAN)
Fakultas Pertanian jurusan Kehutanan, lulus tahun 1991. Pendidikan magister sains
(S2) ditempuh pada Washington State University, USA bidang Natural Resource
Science spesialisasi Ekonomi Kehutanan, lulus tahun 1996 serta pada tahun yang
sama pula penulis menyelesaikan pendidikan profesional Manajemen Mutu Terpadu
di Manitoba University di Canada dan mendapat gelar QAM (Quality Assurance
Management). Kesempatan untuk melanjutkan ke program doktor (S3) pada
program studi Pengelolaan Sumber Daya Alam & Lingkungan (PSL) Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB) diperoleh pada bulan September 2005.
Selain bekerja sebagai staf pengajar Fakultas Kehutanan Universitas
Tanjungpura di Pontianak , penulis juga bekerja sebagai Koordinator R & D di salah
satu perusahaan Kehutanan terpadu, Alas Kusuma Group Kalbar. Penulis aktif
diberbagai organisasi profesi dan sosial kemasyarakatan, antara lain Ketua
APKINDO Kalbar (2010 – sekarang), Sekjen MPI Komda Kalbar (2005- sekarang),
Sekjen PERSAKI Kalbar (2005 – sekarang), Wakil Ketua NU Wilayah Kalbar
(2005 – sekarang), Ketua Pendidikan Yayasan Alkautsar (2000 - sekarang). Aktif
berkiprah diberbagai seminar ilmiah, lokakarya, atau workshop baik ditingkat
regional, nasional maupun internasional. Aktif menjadi penulis artikel dan opini
tentang hutan dan lingkungan di berbagai media.

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ....................................................................................
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................

vi
ix
xiii

PENDAHULUAN ..................................................................

1

Latar Belakang ...............................................................
Kerangka Pemikiran .......................................................
Perumusan Masalah........................................................
Tujuan Penelitian............................................................
Hipotesis .......................................................................
Manfaat Penelitian .........................................................
Novelty ..........................................................................

1
2
7
7
8
8
8

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................

9

BAB I

1.1.
1.2.
1.3.
1.4.
1.5.
1.6.
1.7.
BAB II

(Reducing
Emissions From
2.1. Konsep REDD
Deforestation and Degradation) di Indonesia .................
2.2. TPTII (Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif) ..............
2.3. Skema Perdagangan Karbon ..........................................
2.4. Model Penilaian Ekonomi Manfaat Kandungan
Karbon Tegakan Hutan ..................................................
2.5. Model Pengelolaan Sosial Ekonomi Masyarakat
Sekitar Hutan..................................................................
BAB III

BAB IV

9
11
13
17
18

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN .....................

20

3.1.
3.2.
3.3.
3.4.

Letak dan Luas .............................................................
Pengelolaan Hutan .......................................................
Kondisi Fisik Lokasi ....................................................
Kondisi Vegetasi ..........................................................

20
22
23
24

3.5.

Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat Setempat .....
3.5.1. Demografi ..........................................................
3.5.2. Sosial Ekonomi ...................................................
3.5.3. Sosial Budaya .....................................................

25
25
27
29

ANALISIS CADANGAN KARBON PADA TEGAKAN
HUTAN PRODUKSI ............................................................

31

Pendahuluan ................................................................
4.1.1. Latar Belakang ..................................................
4.1.2. Tujuan ..............................................................

31
31
32

4.1.

i

4.2.

Metode Penelitian ........................................................
4.2.1. Tempat dan Waktu ...........................................
4.2.2. Bahan dan alat ..................................................
4.2.3. Rancangan Penelitian .......................................
4.2.4. Prosedur Penelitian ...........................................
Hasil dan Pembahasan ..................................................
4.3.1. Potensi Pertumbuhan Meranti pada Sistem
Silvikultur Intensif.............................................
4.3.2. Potensi Lingkungan bagi Pertumbuhan
Meranti..............................................................
4.3.3. Potensi Biomassa dan Karbon Ekosistem
Hutan pada Sistem Silvikultur Intensif ..............

32
32
33
34
36
47

4.3.4. Potensi Biomassa Tanaman ..............................
4.3.5. Potensi Biomassa pada Beberapa Sistem
Silvikultur di SBK ............................................
4.3.6. Potensi Karbon Ekosistem Hutan pada
Beberapa Sistem Pengelolaan Hutan..................
4.3.7. Potensi Karbon Pada Areal TPTII Perhektar ....
4.3.8. Model Pendugaan Potensi Karbon ....................
4.3.9. Root – Shoot Ratio............................................
Kesimpulan dan Saran ..................................................
4.4.1. Kesimpulan ......................................................
4.4.2. Saran ................................................................

56

67
71
72
73
73
73
75

DINAMIKA PERUBAHAN (PROYEKSI) CADANGAN
KARBON PADA SISTEM TPTI DAN TPTII ...................

76

Pendahuluan .................................................................
5.1.1. Latar Belakang .................................................
5.1.2. Tujuan ..............................................................
Metode Penelitian ........................................................
5.2.1. Tempat dan Waktu ............................................
5.2.2. Analisis Data ....................................................

76
76
77
77
77
77

Hasil dan Pembahasan ..................................................
5.3.1. Potensi Biomasa dan Karbon ............................
5.3.2. Perbandingan Potensi Karbon pada TPTII dan
TPTI untuk REDD.............................................
Kesimpulan dan Saran..................................................
5.4.1. Kesimpulan ......................................................
5.4.2. Saran ................................................................

80
80

4.3.

4.4.

BAB V

5.1.

5.2.

5.3.

5.4.

ii

47
47
52

64

94
96
96
97

BAB VI

ANALISIS EKONOMI TPTII DALAM SKEMA
PERDAGANGAN KARBON ..............................................
6.1.

6.2.

6.3.

6.4.

Pendahuluan ................................................................
6.1.1. Latar Belakang .................................................
6.1.2. Permasalahan ...................................................
6.1.3. Tujuan ..............................................................
Metode Penelitian ........................................................
6.2.1. Tempat dan Waktu ...........................................
6.2.2. Bahan dan Alat .................................................
6.2.3. Unit Contoh ......................................................
6.2.4. Metode Pendugaan Nilai Ekonomi Karbon
Sistem TPTII ....................................................
Hasil dan Pembahasan ..................................................
6.3.1. Manfaat Ekonomi Karbon ...............................
6.3.2. Biaya Produksi Pengelolaan TPTI Intensif .......
6.3.3. Analisa Biaya dan Manfaat Pembangunan
TPTII Dalam Skema Perdagangan Karbon .......
6.3.4. Perbandingan Nilai Manfaat Ekonomi Karbon
Pada Sistem TPTII dengan Tipologi
Pengelolaan Hutan TPTI....................................
Kesimpulan dan Saran ..................................................
6.4.1. Kesimpulan ....................................................
6.4.2. Saran ................................................................

98
98
98
100
100
101
101
101
101
101
114
114
121
124

132
134
134
135

BAB VII DINAMIKA SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT
SEKITAR HUTAN DALAM HUBUNGANNYA
DENGAN MODEL PENGELOLAAN HUTAN
PRODUKSI DAN SISTEM TPTII .....................................

136

7.1.

Pendahuluan ................................................................
7.1.1. Latar Belakang ..................................................
7.1.2. Tujuan ..............................................................

136
136
137

7.2.

Metode Penelitian ........................................................
7.2.1. Tempat dan Waktu ...........................................
7.2.2. Bahan dan Alat .................................................
7.2.3. Sampel Penelitian .............................................
7.2.4. Jenis dan Sumber Data ......................................
7.2.5. Analisa Data .....................................................
Hasil dan Pembahasan ..................................................
7.3.1. Keragaan Sosial Masyarakat..............................
7.3.2. Keragaan Ekonomi Masyarakat .........................

137
137
137
137
139
140
144
144
146

7.3.

iii

7.3.3. Pengakuan Adat ................................................
7.3.4. Penyerapan Tenaga Kerja .................................
7.3.5. Tingkat Pendapatan masyarakat.........................
7.3.6. Kepastian Usaha................................................
7.3.7. Kebutuhan Hidup Minimum .............................
Kesimpulan dan Saran ..................................................
7.4.1. Kesimpulan ......................................................
7.4.2. Saran ................................................................

149
151
152
154
155
156
156
157

BAB VIII ANALISIS KEBUTUHAN LAHAN DAN EKONOMI
MASYARAKAT SEKITAR HUTAN UNTUK
PEMENUHAN KEBUTUHAN HIDUP DALAM
KERANGKA REDD ............................................................

159

7.4.

8.1.

8.2.

8.3.

8.4.

BAB IX

Pendahuluan ................................................................
8.1.1. Latar Belakang ..................................................
8.1.2. Tujuan ..............................................................
Metode Penelitian ........................................................
8.2.1. Waktu dan Tempat ...........................................
8.2.2. Sampel Penelitian ..............................................
8.2.3. Jenis dan Sumber Data ......................................
8.2.4. Analisis Data ....................................................
Hasil dan Pembahasan ..................................................
8.3.1. Kebutuhan Lahan Masyarakat ..........................
8.3.2. Pemilihan Tanaman Unggulan Sebagai
Bentuk Kompensasi Yang Diberikan Kepada
Masyarakat Dalam Konteks Konservasi
Karbon .............................................................
8.3.3. Aspek Sosial Ekonomi Lainnya dari
Konservasi Karbon ............................................
Kesimpulan dan Saran ..................................................
8.4.1. Kesimpulan ......................................................
8.4.2. Saran ................................................................

159
159
160
160
160
160
160
161
164
164

167
168
172
172
173

POTENSI PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN
HUTAN PRODUKSI DENGAN SISTEM TPTII
DALAM MENEKAN EMISI DARI DEFORESTASI
DAN DEGRADASI HUTAN DI INDONESIA ...................

174

Pendahuluan ................................................................
9.1.1. Latar Belakang ..................................................
9.1.2. Permasalahan ...................................................
9.1.3. Tujuan ..............................................................
Metode Penelitian ........................................................

174
174
174
175
175

9.1.

9.2.

iv

9.2.1. Tempat dan Waktu ............................................
9.2.2. Bahan dan Alat..................................................
9.2.3. Analisis Data ....................................................
Hasil Dan Pembahasan .................................................
9.3.1. Potensi Penurunan Emisi Dari Pelaksanaan
TPTII dalam Kerangka REDD...........................
9.3.2. Skenario Konservasi Hutan dalam Kerangka
Penerapan Sistem TPTII Terhadap Laju
Perladangan Berpindah Masyarakat...................
9.3.3. Analisis Kelayakan Ekonomi dari Sistem
TPTII dalam Frame REDD...............................
9.3.4. Analisis Sosial dari Sistem TPTII dalam
Frame REDD.....................................................
9.3.5. Implikasi Penerapan Kebijakan Sistem TPTII
dalam Mengurangi Laju Deforestasi dan
Degradasi Hutan................................................
9.3.6. Keunggulan Sistem Silvikultur TPTII Dalam
Kerangka REDD Untuk Menjawab Konsep
Sustainable Forest Management........................
Kesimpulan dan Saran ..................................................
9.4.1. Kesimpulan ......................................................
9.4.2. Saran ................................................................

196
199
199
201

BAB X.

PEMBAHASAN UMUM .....................................................

203

BAB XI.

KESIMPULAN DAN SARAN .............................................

210

11.1. KESIMPULAN ..............................................................
11.2. SARAN ..........................................................................

210
212

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

215

LAMPIRAN .................................................................................................

225

9.3.

9.4.

v

175
175
176
179
179

182
189
190

191

DAFTAR TABEL
Halaman
1

Tata Waktu Kegiatan TPTI Intensif ……………………………

13

2

Jumlah Penduduk Desa-desa yang Memiliki Akses terhadap
Areal Unit Manajemen HPH PT Sari Bumi Kusuma……………

26

Perkembangan Perladangan Dalam 6 Tahun Terakhir di Dalam
kawasan konsesi PT. Sari Bumi Kusuma - Kalteng.....................

27

Jumlah Plot Contoh dan Jumlah Pohon yang Ditebang Menurut
Tahun dan Luas Penanaman .................................................

36

Pertumbuhan Meranti pada Sistem TPTII di SBK Nanga
Nuak..............................................................................................

47

Potensi Fisik Tanah di Areal Tebang Pilih Tanam Indonesia
Intensif SBK Nanga Nuak.............................................................

48

Potensi Kimia Tanah di Areal Tebang Pilih Tanam Indonesia
Intensif SBK Nanga Nuak ...........................................................

50

Kondisi Fisik dari Tanaman Meranti pada Jalur Tanaman TPTII
di SBK Nanga Nuak .....................................................................

53

Kondisi Fisik dari Serasah pada areal TPTII di SBK Nanga
Nuak.............................................................................................

55

Kondisi Fisik dari Tanaman Mati pada areal TPTII di SBK
Nanga Nuak ..................................................................................

56

Potensi Biomassa Meranti pada areal TPTII di PT. SBK Nanga
Nuak.............................................................................................

57

Model Pendugaan Biomassa Tanaman Meranti di PT. SBK
Nanga Nuak...................................................................................

61

Perbandingan Antara Dugaan Biomassa Pendekatan Model
Dinamika dan Hasil Laboratorium (Hasil Penelitian) dengan
Model Brown (1996)..................................................................

61

Potensi Biomassa Tanaman pada Ekosistem Hutan dengan
Sistem TPTII di PT. SBK Nanga Nuak.........................................

64

Potensi Biomassa Tanaman pada Ekosistem Hutan dengan
Sistem TPTI di PT. SJM Kalimantan Barat..................................

65

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

vi

Kandungan Karbon Tanaman Meranti pada Areal TPTII di PT.
SBK Nanga Nuak........................................................................

67

Potensi Karbon Meranti di Jalur Tanam pada Ekosistem Hutan
yang dikelola dengan Sistem TPTII..............................................

69

Uji t Student Potensi Karbon (Kg) Berdasarkan Dimensi
Tanaman .......................................................................................

71

Potensi Karbon pada Areal TPTII di PT. SBK Nanga
Nuak..............................................................................................

71

Rumus Pendugaan Karbon Meranti pada Sistem TPTII di PT.
SBK Nanga Nuak..........................................................................

72

Perbandingan antara Potensi Karbon di Areal Bekas Tebangan
dengan Hutan Primer PT. SBK ...................................................

80

22

Riap Diameter pada Hutan Bekas Tebangan.................................

85

23

Perbandingan Potensi Karbon Selama 25 tahun pada Areal
TPTII dan Areal TPTI...................................................................

86

Potensi Penyerapan Karbon pada Areal Jalur Tanam selama 25
tahun............................................................................................

89

Potensi Penyerapan Karbon pada Areal Jalur Antara selama 25
tahun (Tahun 1999-2023)..............................................................

90

Potensi Penyerapan Karbon pada Areal TPTII selama 25 tahun
di PT. SBK...................................................................................

92

27

Potensi Penyerapan Karbon pada Areal TPTI selama 25 tahun...

93

28

Analisis Kelayakan dan Sensitivitas Ekonomi Potensi
Penyerapan Karbon dengan Alternatif Tanpa Penebangan dan
Penebangan di Jalur Tanam dan Jalur Antara di Areal TPTII di
PT. SBK Kalimantan Tengah, menggunakan Baseline Potensi
Karbon TPTI di HPH Pembanding di Kalimantan, Pada Areal
Tanam seluas 3.600 Ha dengan Daur 50 tahun, pada Kondisi
terjadi Perubahan Biaya, Suku Bunga, dan Harga Karbon
(dalam Jutaan Rupiah)..............................................................

131

Potensi dan Nilai Karbon Menurut Model Pengelolaan Hutan
pada Berbagai Tingkat Harga (asumsi menggunakan pendekatan
riap dan tanpa memperhitungkan suku bunga, umur daur 25 dan
50 Tahun)................................... ..................................................

132

16

17

18

19

20

21

24

25

26

29

vii

30

Jumlah Sampel Menurut Jenis Pekerjaan di Lokasi Penelitian ....

139

31

Skala Penilaian Paramater Pengakuan Adat Responden Sebelum
dan Setelah Pelaksanaan TPTII ...................................................

141

Skala Penilaian Paramater Kepastian Usaha, Sebelum dan
Setelah Pelaksanaan TPTII. ..........................................................

142

Jumlah Penduduk Desa-desa Binaan PT SBK Kalimantan
Tengah ..........................................................................................

145

Rekapitulasi Data Perladangan Masyarakat Binaan di
Kalimantan Tengah Tahun 2006 .................................................

147

Uji Wilcoxon masing-masing faktor yang berpengaruh dalam
menentukan besaran pengakuan adat. ..........................................

149

Hasil Analisis Regresi Luas Tanam TPTII Terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja Harian Pembinaan Hutan di HPH PT.
SBK…….......................................................................................

151

Uji wilcoxon Tingkat Pendapatan Masyarakat serta kepastian
usaha setelah adanya TPTII …………………………………….

153

Uji Wilcoxon masing-masing faktor yang berpengaruh dalam
menentukan Kepastian Usaha dari Kegiatan Silvikultur TPTII ...

154

39

Penentuan Skala Penting Berdasarkan Skala (Saaty, 1986).........

163

40

Luas Kesediaan Menanam Konservasi Karbon............................

171

41

Proyeksi Kebutuhan Lahan Untuk Perladangan Masyarakat Di
Lokasi Penelitian......................................... ...........................

188

Kapasitas Daya Dukung APL terhadap Degradasi dan
Deforestasi dengan atau tanpa Sistem Pengelolaan TPTII dan
Pembinaan Terpadu......................................................................

195

32

33

34

35

36

37

38

42

viii

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kerangka Pemikiran Potensi Pemanfaatan Sistem TPTII Untuk
Mendukung Upaya Penurunan Emisi Dari Deforestasi dan
Degradasi Hutan (REDD)..................................................................

6

2. Sketsa Teknis Penerapan Sistem TPTII di PT SBK………………..

12

3. Peta Lokasi Penelitian ………………...……………………………

20

4. Peta Tutupan Hutan dan Lahan di Lokasi Penelitian........................

21

5. Teknis Penerapan Sistem TPTJ di HPH PT. Sari Bumi Kusuma .....

23

6. Kondisi Vegetasi TPTJ di HPH PT Sari Bumi Kusuma...................

24

7. Peta Sebaran Desa di Sekitar HPH PT Sari Bumi Kusuma...............

25

8. Sistem Sosial Ekonomi TPTJ di HPH PT Sari Bumi Kusuma..........

26

9. Peta Perkembangan Areal Bukan Hutan Tahun 1999-2007 di PT.
Sari Bumi Kusuma Unit Seruyan.......................................................

28

10. Peralatan yang digunakan dalam Penelitian.......................................

33

11. Lokasi Plot Penelitian di Areal TPTII PT. SBK...............................

35

12. Pengukuran Dimensi Pohon..............................................................

37

13. Ilustrasi Penentuan Biomassa Suatu Segmen Batang Pohon..........

37

14. Pengukuran Biomassa Pohon di Lapangan...................................

38

15. Plot Contoh untuk Pengukuran Biomassa Kayu Mati dan Serasah ..

42

16. Plot Contoh untuk Pengukuran Karbon Tanah .................................

43

17. Grafik Pertumbuhan Meranti dan Persamaan untuk Menduga
Pertumbuhan Meranti Berdiameter 28, 36 dan 49,40 cm................

58

18. Potensi Biomassa Meranti pada areal TPTII di PT. SBK Nanga
Nuak...................................................................................................

59

ix

19. Perbandingan Dugaan Biomassa Meranti antara Hasil Penelitian
dengan Model Brown (1996) .....................................................
20. Perbandingan Dugaan Biomassa yang Dikembangkan dari Model
Penelitian dan Model Brown terhadap Potensi Biomassa Meranti
Sebenarnya di SBK............................................................................

62

63

21. Selisih Dugaan Biomassa antara Rumus Brown dengan Rumus dari
Penelitian ini......................................................................................

63

22. Perbandingan Biomassa Tanaman pada Ekosistem Hutan pada
beberapa Tipe Lahan di PT. SBK Nanga Nuak.................................

66
81

23. Potensi Karbon Areal Bekas Tebangan Perlima Tahun....................
24. Potensi Karbon Areal Bekas Tebangan tahun 1989 – 1998
berdasarkan Survei IHMB (Perhitungan karbon oleh Penulis, 2010)

82

25. Potensi Karbon Areal Bekas Tebangan tahun 1999 – 2008
berdasarkan Survei IHMB (perhitungan karbon oleh Penulis, 2010)

82
84

26. Proyeksi Riap (Pertumbuhan) Diameter Tanaman Meranti ..............
88
27. Perbandingan Stok Karbon pada TPTII, TPTI dan Virgin Forest.....
28. Kurva Sigmoid Potensi Karbon di Jalur Tanam TPTII periode 100
tahun (ton C/Ha)…………………………………………………….

90

29. Perbandingan dan Pertumbuhan Potensi Karbon pada Areal TPTII
dan Areal TPTI setelah 25 tahun (1999-2023).................................

95

30. Perbandingan Laju Penyerapan C perhektar di Areal TPTII dan
TPTI BAU pada Tiga Alternatif (50 tahun)......................................

115

31. Delta Laju Penyerapan C perhektar di Areal TPTII terhadap TPTI
BAU (Baseline) dari Ketiga Alternatif (50 tahun)...........................

116

32. Nilai Ekonomi Potensi Penurunan Emisi Karbon Pertahun di Areal
TPTII dengan Alternatif Tanpa dan atau dengan Penebangan (50
Tahun)................................................................................................

118

33. Nilai Ekonomi Potensi Kayu di Areal TPTII dengan Alternatif
Penebangan.......................................................................................

120

34. Jumlah dan Persentase Biaya Pembangunan Areal TPTI Intensif
(Rp/ha atau Rp/m3)...........................................................................

122

x

35. Perbandingan Biaya pada Alternatif Tanpa Penebangan dan
Alternatif Penebangan di Jalur Tanam dan atau Jalur Antara TPTII
(Rp/ha)...............................................................................................

123

36. Biaya, Pendapatan dan Keuntungan dengan Alternatif Tanpa
Penebangan dan Alternatif Penebangan di Areal TPTII...................

126

37. Nilai NPV Ketiga Alternatif di Areal TPTII dengan TPTI BAU
(baseline), seluas 3.600 Ha dan Periode 50 tahun…….....................

128

38. Peta Lokasi Desa Sampel Penelitian..................................................

138

39. Rata-rata Produksi Petani .................................................................

148

40. Rata-rata Pendapatan Responden ......................................................

148

41. Produktivitas Tenaga Kerja Pembinaan Hutan Menurut Tahun
dan Luas Tanam di HPH PT SBK....................................................

152

42. Rata-rata Pendapatan Responden Sebelum dan Setelah Adanya
TPTII (Rp/tahun)...............................................................................

153

43. Pengeluaran Total Tahunan Masyarakat............................................

155

44. Proporsi Makanan dan Non makanan terhadap Total Pengeluaran...

155

45. Struktur Hirarki Pemilihan Jenis Tanaman .......................................

164

46. Proyeksi Luas Areal Perladangan Dalam Kaitannya dengan
Pelaksanaan TPTII. ..........................................................................

165

47. Hasil Pembobotan Akhir dalam Pemilihan Jenis Pohon...................

167

48. Proporsi Pengetahuan Masyarakat Terhadap Konservasi Karbon,
Kesukaan Masyarakat dalam Menanam Pohon, dan Kesediaan ikut
dalam Konservasi Karbon..........

Dokumen yang terkait

Language Disorder In Schizophrenia Patient: A Case Study Of Five Schizophrenia Paranoid Patients In Simeulue District Hospital

1 32 102

Integration of GIS Model and Forest Management Simulation to Minimize Loss Risk By Illegal Cutting (A Case Study of The Teak Forest in District Forest of Cepu, Central Java)

0 16 120

Growth of plantation and residual trees on the intensified indonesian selective cutting and planting. Case study in PT Gunung Meranti Forest Concession Area, Central Kalimantan Province

0 60 209

The potency of Intensive Sylviculture System (TPTII) to support reduced emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD) (a case study in concession of PT.Sari Bumi Kusuma in Central Kalimantan)

0 20 311

Growth of plantation and residual trees on the intensified indonesian selective cutting and planting. Case study in PT Gunung Meranti Forest Concession Area, Central Kalimantan Province

0 21 394

Deforestation And Forest Degradation In Lombok Island, Indonesia: Causes And Consequences

0 2 95

IMPLEMENTASI PERATURAN HUKUM TENTANG REDUCNG EMISSIONS FROM DEFORESTATION AND FOREST DEGRADATION (REDD) DI INDONESIA

0 3 87

REDD+ and the Agricultural Drives of Deforestation Keyfindings from Three Studies in Brazil, Ghana and Indonesia

0 0 27

Methodology Design Document for Reducing Emissions from Deforestation and Degradation of Undrained Peat Swamp Forests in Central Kalimantan, Indonesia

0 0 286

Reducing Emission from Deforestation and Degradation Plus (REDD+)

0 0 42