Pengaruh Formulasi Kasar dan Halus untuk Pembiakan Streptomyces katrae terhadap Penghambatan Populasi Xanthomonas oryzae pv. oryzae serta Daya Tumbuh Benih Padi

PENGARUH FORMULASI KASAR DAN HALUS UNTUK
PEMBIAKAN Streptomyces katrae TERHADAP
PENGHAMBATAN POPULASI Xanthomonas oryzae pv. oryzae
SERTA DAYA TUMBUH BENIH PADI

VENNI ANGGRAINI

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

ABSTRAK

VENNI ANGGRAINI. Pengaruh Formulasi Kasar dan Halus untuk Pembiakan
Streptomyces katrae terhadap Penghambatan Populasi Xanthomonas oryzae pv.
oryzae serta Daya Tumbuh Benih Padi. Dibimbing oleh IVONNE OLEY
SUMARAUW.
Streptomyces katrae merupakan bakteri yang termasuk dalam golongan
Aktinomiset. Kemampuan aktinomiset menghasilkan antibiotik dapat menekan

perkembangan penyakit pada tanaman. Pembiakan S. katrae dengan
menggunakan limbah organik banyak dilakukan untuk meminimalisir biaya
produksi. Tujuan penelitian ini yaitu mendapatkan formulasi yang efektif untuk
pembiakan S. katrae serta keefektifannya terhadap daya tumbuh benih padi. S.
katrae dibiakkan dalam 8 formulasi yakni, beras + baglog kasar (B1L1); beras +
baglog halus (B1L2); tepung beras + baglog kasar (B2L1); tepung beras + baglog
halus (B2L2); jagung + baglog kasar (J1L1); jagung + baglog halus (J1L2);
tepung jagung + baglog kasar (J2L1); tepung jagung + baglog halus (J2L2). Hasil
menunjukkan populasi S. katrae tertinggi terdapat pada perlakuan B1L1 dan B1L2
sebesar 102.83x104 cfu/ml dan 46.58x104 cfu/ml. Hal ini karena nutrisi yang
terdapat pada beras membantu perkembangan bakteri dibandingkan dengan
jagung. Benih padi yang diberi perlakuan seed coating dengan formulasi juga
memiliki tinggi tunas yang lebih baik dibandingkan perlakuan kontrol. Daya
kecambah dengan perlakuan seed coating B1L1 memiliki presentase 90% dan
B1L2 sebesar 93.3%. Pemberian aktinomiset pada benih padi juga dapat menekan
populasi Xanthomonas oryzae pv. oryzae penyebab penyakit kresek.
Kata kunci: aktinomiset, beras, jagung, padi, Streptomyces katrae

ABSTRACT
VENNI ANGGRAINI. The effect of rough and soft formulation for Streptomyces

katrae growing of Xanthomonas oryzae pv. oryzae population inhibitory and rice
seed growth. Supervised by IVONNE OLEY SUMARAUW.
Streptomyces katrae is bacteria that included in the actinomycetes. The
ability of actinomycetes is producing antibiotics that can suppress the
development of disease in plants. Growing S. katrae using organic wastes often to
minimize production costs. The objective of this study is to get an effective
formulation for growing S. katrae to Xanhomonas oryzae pv. oryzae and rice seed
growth. S. katrae cultured in 8 formulations, rice + rough waste of mushroom
baglog (B1L1); rice + smooth waste of mushroom baglog (B1L2); rice flour +
rough waste of mushroom baglog (B2L1); rice flour + smooth waste of mushroom
baglog (B2L2); corn + rough waste of mushroom baglog (J1L1); corn + smooth
waste of mushroom baglog (J1L2); cornmeal + rough waste of mushroom baglog
(J2L1); cornmeal + smooth waste of mushroom baglog (J2L2). Results showed a
population S. katrae was highest in the treatment of B1L1 is 102.83x104 cfu/ml
and B1L2 is 46.58x104 cfu/ml. This is because the nutrients found in the rice
helps the grow of bacteria compared with corn. Rice seed treated with a seed
coating B1L1 and B1L2 formulation also has a high shoots better than the control
treatment. Germination with seed coating treatment B1L1 and B1L2 percentage of
90% and amounted to 93.3%. Provision of actinomycetes in rice seed can also
suppress populations of Xanthomonas oryzae pv. oryzae causes kresek disease.

Keywords : actinomycet, rice, corn, rice seed, Streptomyces katrae

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruhnya karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

PENGARUH FORMULASI KASAR DAN HALUS UNTUK
PEMBIAKAN Streptomyces katrae TERHADAP
PENGHAMBATAN POPULASI Xanthomonas oryzae pv. oryzae
SERTA DAYA TUMBUH BENIH PADI

VENNI ANGGRAINI


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
Pada
Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi

: Pengaruh Formulasi Kasar dan Halus untuk Pembiakan
Streptomyces katrae terhadap Penghambatan Populasi
Xanthomonas oryzae pv. oryzae serta Daya Tumbuh Benih
Padi
Nama Mahasiswa : Venni Anggraini
NIM

: A34080043

Disetujui oleh

Ir. Ivonne Oley Sumarauw M.Si
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih M.Si
Ketua Departemen

Tanggal lulus:

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya akhirnya
skripsi ini selesai. Tema yang dipilih dalam menyusun skripsi ini yaitu ‘Pengaruh
Formulasi Kasar dan Halus untuk Pembiakan Streptomyces katrae terhadap
Penghambatan Populasi Xanthomonas oryzae pv. oryzae serta Daya Tumbuh

Benih Padi’.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan bantuan dan dukungan
dari banyak pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang membantu dalam kegiatan
pelaksanaan hingga penyusunan skripsi ini. Terima kasih kepada dosen
pembimbing Ibu Ivonne yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini, kepada
kedua orang tua, kakak tersayang, dan keluarga besar laboratorium Bakteriologi
Tumbuhan serta teman-teman yang telah banyak membantu hingga skripsi ini
selesai.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam
penulisan skipsi ini. Semoga skripsi ini dapat digunakan sebagai referensi untuk
kepentingan ilmu pengetahuan dan bermanfaat dalam pelaksanaan penelitian
berikutnya.

Bogor, Februari 2013

Venni Anggraini

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Metode Penelitian
Peremajaan Streptomyces katrae
Pembiakan S. katrae pada Media Kasar dan Halus
Pengujian S. katrae terhadap Daya Tumbuh Benih Padi
Pengujian S. katrae terhadap Populasi X. oryzae pv.oryzae
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembiakan S. katrae pada Media Kasar dan Halus
Pengujian Formulasi terhadap Daya Tumbuh Benih Padi
Pengujian Formulasi terhadap Populasi X. oryzae pv. oryzae
PENUTUP
Simpulan

Saran
DAFTAR PUSTAKA

vii
vii
vii
1
1
2
2
3
3
3
3
3
4
4
4
5
5

7
8
10
10
10
11

DAFTAR TABEL
1. Daya kecambah padi pada perlakuan formulasi.
2. Populasi Xoo dari bibit padi umur 21 hari.

7
9

DAFTAR GAMBAR
Streptomyces katrae.
Populasi S. katrae pada berbagai formulasi.
Tinggi kecambah padi pada perlakuan seed coating.
Benih padi pada perlakuan control (A); benih padi pada perlakuan B1L1
(B); benih padi pada perlakuan B1L2 (C).

5. Koloni X. oryzae pv. oryzae pada media NA.

1.
2.
3.
4.

5
6
7
8
8

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.


Komposisi media yang digunakan saat penelitian.
Hasil analisis ragam populasi Streptomyces katrae.
Hasil analisis ragam tinggi tunas.
Hasil analisis ragam populasi Xoo pada bibit padi.
Tabel populasi S. katrae pada berbagai formulasi.
Tabel tinggi kecambah padi dengan perlakuan Seed coating.

14
15
16
17
17
17

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Agens hayati adalah setiap organisme yang meliputi spesies, subspecies,
varietas, semua jenis serangga, nematoda, protozoa, cendawan (fungi), bakteri,
virus, mikoplasma, serta organisme lainnya dalam semua tahap perkembangannya
yang dapat dipergunakan untuk keperluan pengendalian hama dan penyakit atau
organism pengganggu, proses produksi, pengolahan hasil pertanian, dan berbagai
keperluan lainnya (Menteri Pertanian RI 1995, dalam Rustam 2012). Penggunaan
agens hayati menjadi salah satu hal yang menarik bagi ilmuwan untuk diteliti
seiring penggunaan pestisida pada proses budidaya tanaman. Salah satu jenis
agens hayati dari golongan bakteri yaitu aktinomiset. Kemampuan aktinomiset
menghasilkan antibiotik diduga mampu menekan perkembangan penyakit
tanaman. Menurut Lestari et al. (2009) beberapa jenis mikroorganisme tanah
memiliki kemampuan menghasilkan senyawa anti mikroba seperti Streptomyces
spp. Aktinomiset merupakan salah satu bakteri penghasil antibiotik. Berdasarkan
kegunaannya, antibiotik mempunyai jangkauan daya hambat yang luas tanpa
menimbulkan efek toksik pada organisme yang terinfeksi (Sari 2010). Bakteri ini
telah dikenal memiliki kemampuan yang tinggi dalam menghasilkan berbagai
senyawa bioaktif yang potensial untuk menghambat pertumbuhan mikroba
patogen tular tanah. Streptomyces spp. telah digunakan sebagai mikroba antagonis
untuk penyakit antraknosa, rebah kecambah, busuk akar, layu Fusarium, dan layu
bakteri (Papuangan 2009).
Aktinomiset merupakan salah satu kelas dari filum Bacteria, ordo
Actinomycetales. Berdasarkan ciri morfologi dan kandungan dinding selnya,
genus Aktinomiset terbagi dalam dua kelompok, yaitu genus Streptomyces dan
genus non Streptomyces. Genus Streptomyces merupakan genus terbesar
aktinomiset. Streptomyces memiliki kemampuan untuk mendegradasi selulosa,
hemiselulosa, dan lignin, yang banyak terdapat dalam tanaman (Sigee 1993; Holt
et al. 1994; Madigan et al. 2000 dalam Widayani 2006). Kelompok aktinomiset
yang umumnya ditemukan berasal dari genus Streptomyces, namun demikian
genus Streptomyces ada yang bersifat sebagai patogen yakni, Streptomyces
scabies penyebab kudis pada kentang.
Pembiakan bakteri merupakan proses penambahan jumlah dan massa
bakteri. Pembiakan pada bakteri memiliki 3 aspek nyata, yaitu produksi biomassa,
produksi sel, dan ketahanan sel (Encyclopedia of Bioscience 2002). Aktinomiset
sangat diperlukan untuk menekan penyakit tanaman, namun perbanyakan
aktinomiset dalam skala besar masih sulit dilakukan. Pembiakan menggunakan
media agar walaupun hanya dalam skala laboratorium membutuhkan biaya yang
cukup mahal. Aktinomiset jenis Streptomyces dapat tumbuh pada media non agar
seperti beras, jagung, kacang tanah, dll. Hasil penelitian Fathurrahman (2013)
menunjukkan komposisi antara beras/jagung 90% dan limbah baglog jamur 10%
menghasilkan populasi aktinomiset yang tertinggi. Bentuk kehalusan formulasi
juga menjadi dasar yang mempengaruhi populasi Streptomyces katrae. Formulasi
yang halus atau seperti tepung menyimpan kadar air yang lebih sedikit dibanding
formulasi utuh. Jika populasi Streptomyces katrae lebih tinggi pada media
utuh/kasar maka biaya penggilingan media menjadi tepung tidak perlu dilakukan

2
sehingga meminimalisir biaya ketika diproduksi dalam skala besar. Namun
penggunaan tepung juga dapat dijadikan dasar untuk pembuatan pelet pada
formulasi sehingga lebih efisien dalam aplikasi di lapang.
Penyakit pada tanaman dapat muncul karena penggunaan benih yang tidak
sehat sehingga mengganggu perkecambahan dan pertumbuhan tanaman, yang
kemudian menurunkan kualitas dan kuantitas produksi (Winarni 2004). Hasil
penelitian Himmah (2012) menunjukan bahwa aktinomiset jenis Streptomyces
katrae mampu menekan penyakit kresek yang disebabkan oleh Xanthomonas
oryzae pv. oryzae (X. o pv. oryzae) pada padi. Perlakuan seed coating aktinomiset
sebelum benih ditanam diyakini dapat bersifat sebagai Plant Growth Promoting
Rhizobacteria (PGPR) dan membantu memicu pertumbuhan padi. Dari hasil
penelitian Putra (2011) menunjukkan bahwa aktinomiset berperan sebagai agens
hayati terhadap bakteri X. o pv. oryzae dan mampu memicu pertumbuhan padi.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui formulasi yang efektif untuk
populasi aktinomiset dan pengaruhnya terhadap populasi Xanthomonas oryzae pv.
oryzae penyebab penyakit kresek pada padi serta daya tumbuh benih padi.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu dapat memberikan
informasi mengenai formulasi yang efektif untuk perkembangan populasi S.
katrae serta dapat menekan perkembangan penyakit kresek pada padi.

3

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan,
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dari
bulan Februari sampai bulan Mei 2013.
Metode Penelitian
Peremajaan Streptomyces katrae
Isolat S. katrae dan X. o pv. oryzae yang digunakan dalam penelitian
merupakan koleksi Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi
Tanaman, Institut Pertanian Bogor. Sebelumnya isolat ini merupakan hasil isolasi
dari tanah sawah di daerah Bogor. Isolat S. katrae diremajakan dalam media agar
Casamino Acid Yeast Extract Glucose Agar (YCED) hingga berumur 9 hari dan
isolat X. o pv. oryzae pada media Yeast Dextrose Carbonat Agar (YDCA) hingga
berumur 2 hari.
Pembiakan Streptomyces katrae pada Media Kasar dan Halus
Media yang dipakai untuk pembiakan S. katrae terdiri dari beras, jagung,
dan limbah baglog jamur yang dirancang berbagai formulasi. Perbandingan
komposisi formulasi yaitu 90 gram beras dicampur dengan 10 gram limbah
baglog jamur dan 90 gram jagung dicampur dengan 10 gram limbah baglog jamur.
Masing-masing perlakuannya adalah Beras utuh dicampur dengan limbah baglog
jamur kasar (B1L1), Beras utuh dicampur dengan limbah baglog jamur halus
(B1L2), Tepung beras dicampur dengan limbah baglog jamur kasar (B2L1),
Tepung beras dicampur dengan limbah baglog jamur halus (B2L2), Jagung utuh
dicampur dengan limbah baglog jamur kasar (J1L1), Jagung utuh dicampur
dengan limbah baglog jamur halus (J1L2), Tepung jagung dicampur dengan
limbah baglog jamur kasar (J2L1), Tepung jagung dicampur dengan baglog jamur
halus (J2L2). Rancangan percobaan dibuat dengan 8 perlakuan dan 4 kali ulangan.
Sebelum digunakan dalam pembuatan formulasi, beras direndam
menggunakan air steril selama 2 jam kemudian ditiriskan selama 45 menit.
Sedangkan untuk jagung direndam air panas selama 15 menit. Limbah baglog
jamur dicampur dengan 20 ml air steril dan ditutup plastik selama 12 jam. Setelah
itu limbah baglog jamur masing-masing dicampurkan dengan beras dan jagung
sesuai rancangan yang dibuat sebelumnya. Formulasi yang telah dibuat kemudian
dimasukkan ke dalam plastik tahan panas dan ujungnya dimasukkan potongan
pipa paralon kecil dengan diameter 3 cm. Ujung dari pipa paralon disumpal
menggunakan kapas dan dilapisi dengan aluminium foil. Formulasi yang selesai
dibuat dimasukkan ke dalam autoklaf selama 1 jam untuk disterilisasi.
Isolat S. katrae yang telah diremajakan kemudian dipanen sporanya dengan
cara menuangkan air steril sebanyak 20 ml ke dalam cawan. Selanjutnya spora S.
katrae diambil menggunakan pipet dengan tip steril kemudian disemprotkan ke
dalam media formulasi. Setelah itu media diinkubasi di dalam suhu ruang dan
pengamatan terhadap populasi S. katrae dilakukan sebanyak 4 kali. Pengamatan
dilakukan pada hari ke 5, 10, 15 dan 20.

4
Penghitungan populasi S. katrae dilakukan dengancara mengambil 1 gram
formulasi, digerus, disuspensikan dalam 20 ml air steril, dan dilakukan
pengenceran berseri. Masing-masing pengenceran dituang ke dalam cawan yang
berisi media YCED. Setelah itu diinkubasi selama 7 hari untuk dihitung populasi
S. katrae yang tumbuh. Penghitungan populasi S. katrae dan X. o pv. oryzae
menggunakan rumus Hadioetomo (1990).
Populasi bakteri/gram =
Keterangan :
x = Jumlah koloni bakteri yang tumbuh dengan faktor pengenceran ke-n
p = faktor pengenceran ke-n
v = volume suspensi yang disebar pada cawan (ml)
Pengujian S. katrae terhadap Daya Tumbuh Benih Padi
Formulasi terbaik dari pengujian sebelumnya digunakan untuk pengujian
terhadap daya tumbuh benih padi. Sebelum diaplikasikan ke benih padi, terlebih
dahulu formulasi yang telah mengandung bakteri S. katrae dikeringkan dioven
dengan suhu 55 oC selama 5 jam. Setelah dikeringkan, formulasi di blender
sampai halus hingga berbentuk seperti tepung. Cara aplikasi formulasi ke benih
padi menggunakan metode seed coating. Benih padi direndam dengan air panas
dengan suhu 50 oC selama 30 menit untuk mengurangi koloni X. o pv. oryzae
yang terdapat dalam benih. Benih direndam selama 12 jam menggunakan air steril
kemudian diinokulasi secara mekanis dengan isolat X. o pv. oryzae. Setelah itu
dilapisi formulasi yang sudah dihaluskan sebelum di tanam pada media kompos
steril. Benih yang diinokulasi mekanis dengan bakteri X. o pv. oryzae dilapisi
formulasi terbaik dari pengujian sebelumnya. Benih padi ditumbuhkan hingga
berumur 21 hari. Pengamatan dilakukan setiap 3 hari sekali sebanyak 7 kali
dengan parameter panjang kecambah dan daya kecambah benih.
Pengujian S. katrae terhadap Populasi X. oryzae pv. oryzae
Benih padi yang telah tumbuh diambil secara acak sebanyak 1 gram dan
digerus hingga halus kemudian dimasukkan ke dalam 20 ml air steril. Suspensi
diinkubasi di inkubator bergoyang dengan kecepatan 150 rpm agar bakteri
tercampur merata. Selanjutnya dilakukan pengenceran berseri dan dituang ke
dalam media YDCA. Setelah dituang dalam cawan, bakteri diinkubasi selama 2
hari dan dihitung koloni X. o pv. oryzae yang tumbuh. Penghitungan koloni
bakteri sama seperti penghitungan populasi S. katrae pada pengujian sebelumnya.
Rancangan pengujian ini menggunakan 3 perlakuan yaitu, kontrol, B1L1, dan
B1L2. Pengulangan dilakukan sebanyak 9 kali.
Analisis Data
Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Data hasil
pengujian populasi S. katrae, daya kecambah, dan populasi X. o pv. oryzae
dianalisis ragam (ANOVA) menggunakan program Statistical Analysis System
(SAS) dengan Windows versi 9.1 dan dilakukan uji selang berganda Duncan pada
taraf nyata 5%.

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembiakan Streptomyces katrae pada Media Kasar dan Halus
S. katrae merupakan aktinomiset yang termasuk ke dalam golongan bakteri.
Bakteri tersebut berwarna putih dan berubah menjadi warna merah muda ketika
sporanya sudah matang. Koloni bakteri ini memiliki tekstur seperti beludru dan
berdebu (Gambar 1). S. katrae ini merupakan hasil isolasi dari tanah sawah.
Menurut Rahayu (2011) Streptomyces adalah bakteri yang mampu memproduksi
agens antimikroba dan banyak ditemukan di tanah pada rizosfer tanaman tingkat
tinggi dan dapat dijadikan sebagai sumber penghasil antibiotik baru yang sangat
potensial di Indonesia.

Koloni bakteri

Gambar 1. Streptomyces katrae
S. katrae dapat tumbuh pada media yang bernutrisi seperti media YCED,
Oatmeal Agar (OA), Yeast Starch Agar (YSA) (Rahayu 2012). Selain dalam
media agar, aktinomiset ini juga dapat tumbuh pada media non agar seperti pada
limbah organik. Widyanti (2012) melaporkan bahwa aktinomiset dapat tumbuh
pada media non agar seperti serbuk gergaji, dedak, dan limbah baglog jamur.
Tabel populasi S. katrae (Lampiran 5) menunjukkan bahwa pada
pengamatan hari ke-5 semua perlakuan tidak berbeda nyata, kecuali pada
perlakuan beras utuh + baglog halus (B1L2) merupakan formulasi populasi S.
katrae tertinggi yaitu sebesar 130.33x104 cfu/ml sedangkan populasi terendah
terdapat pada formulasi tepung jagung + baglog kasar (J2L1) sebesar 6.66x104
cfu/ml. Pada hari ke-10 perlakuan beras utuh + baglog kasar (B1L1) merupakan
formulasi dengan populasi yang tertinggi sebesar 148.33x104 cfu/ml dan berbeda
nyata dengan perlakuan yang lainnya sedangkan formulasi terendah terdapat pada
perlakuan B1L2 hanya sebesar 13.83x104 cfu/ml. Pada hari ke-15 populasi
tertinggi terdapat pada perlakuan B1L1 sebesar 102.83x104 cfu/ml sedangkan
populasi terendah terdapat pada perlakuan jagung utuh + baglog halus (J1L2)
sebesar 25.58x104 cfu/ml. Pada pengamatan hari ke-20 populasi tertinggi terdapat
pada perlakuan B2L1 yaitu sebesar 32.83x104 cfu/ml sedangkan populasi terendah
terdapat pada perlakuan J1L2 sebesar 11.00x104 cfu/ml.

6

160
140
B1L1

120

B1L2

100

Populasi bakteri 80
(x104 cfu/ml)

B2L1

60

J1L1

40

J1L2

20

J2L1

0

J2L2

B2L2

5

10

15

20

Hari ke-

Gambar 2 Populasi S. katrae pada berbagai formulasi
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa pada pengamatan hari ke-5, populasi
S. katrae yang tertinggi terdapat pada perlakuan B1L2, sedangkan pada perlakuan
lain populasi bakteri masih rendah. Hal ini karena bakteri masih berada pada fase
lag yaitu fase adaptasi dengan lingkungan tempat hidupnya dan bertambah sedikit
demi sedikit. Perlakuan B1L2 yang memiliki populasi tertinggi ini diduga karena
permukaan baglog yang halus menutupi permukaan beras sehingga bakteri dapat
beradaptasi dengan cepat, selain itu ketersediaan oksigen juga tinggi. Pengaruh
aerasi juga mempengaruhi tingginya populasi bakteri. Populasi yang tinggi ini
mungkin juga disebabkan oleh jumlah bakteri yang diinokulasikan ke dalam
formulasi tersebut.
Pada hari ke-10 semua perlakuan mengalami kenaikan jumlah populasi
bakteri, ini merupakan fase logaritmik yaitu pada fase ini bakteri mengalami
perkembangbiakan secara cepat. Namun pada perlakuan B1L2 mengalami
penurunan, hal ini disebabkan bakteri sudah mengalami fase lag antara 0 sampai 5
hari artinya bakteri beradaptasi lebih cepat pada perlakuan ini. Hal ini terjadi
karena permukaan baglog yang halus sudah menutupi permukaan beras sehingga
oksigen menjadi semakin sedikit dan bakteri sulit untuk menyerap nutrisi dari
beras. Pada hari ke-15 populasi bakteri dari semua perlakuan tidak terlalu
mengalami peningkatan karena bakteri sudah memasuki fase stationer yaitu
jumlah bakteri yang berkembangbiak sama dengan jumlah bakteri yang mati. Pada
hari ke-20 semua perlakuan mengalami penurunan populasi, hal ini terjadi karena
bakteri sudah memasuki fase autolisis yaitu jumlah bakteri yang mati lebih banyak
dari bakteri yang berkembang biak. Secara keseluruhan, populasi tertinggi S.
katrae terdapat pada perlakuan dengan formulasi beras. Hal ini dikarenakan beras
memiliki nutrisi yang lebih tinggi dibandingkan jagung dengan kandungan
karbohidrat masing-masing 78.6 dan 63.6 dalam 100 g (Barus 2005), sedangkan
menurut Arianingrum (2010) kandungan karbohidrat masing-masing pada beras
dan jagung yaitu sebesar 78.9 dan 73.3 % dalam 100 g. Dari perbandingan nutrisi
beras dan jagung tersebut dapat diketahui bahwa S. katrae lebih menyukai beras

7
karena kandungan karbohidratnya yang lebih tinggi dibandingkan dengan jagung.
Menurut Madigan et al. (2012) media selektif untuk pertumbuhan aktinomiset
adalah media yang mengandung pati dan kasein. Salah satu syarat
perkembangbiakan bakteri ini yaitu tersedianya kadar air dan oksigen yang cukup
karena bakteri ini bersifat aerob. Oleh karena itu, kandungan air dari beras yang
lebih tinggi daripada jagung juga membantu bakteri tersebut untuk berkembang
biak.
Pengujian Formulasi terhadap Daya Tumbuh Benih Padi
Formulasi yang digunakan untuk seed coating merupakan formulasi terbaik
dari pengujian sebelumnya yaitu formulasi B1L1 dan B1L2. Berdasarkan hasil
analisis ragam (Lampiran 3) pada pengamatan hari ke-3 dan ke-6 kedua perlakuan
menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata dengan kontrol. Pada hari ke-9
hingga hari ke-21 perlakuan B1L1 dan B1L2 berbeda nyata dengan kontrol dan
menunjukkan tinggi kecambah yang lebih baik. Pada hari ke-12 merupakan fase
pertengahan pembibitan, ketiga perlakuan saling berbeda nyata dan perlakuan
B1L1 merupakan perlakuan dengan tinggi kecambah paling baik. Sampai
pengamatan hari ke-21, perlakuan B1L1 dan B1L2 menghasilkan tinggi kecambah
lebih baik dibandingkan perlakuan kontrol.
35
30
25

Tinggi (cm)

20

Kontrol

15

B1L1

10

B1L2

5
0
3

6

9

12

15

18

21

Hari ke-

Gambar 3 Tinggi kecambah padi dengan perlakuan seed coating
Hal ini membuktikan bahwa bakteri S. katrae dapat bersifat sebagai PGPR
yang memacu pertumbuhan tunas. Ashrafuzzaman et al. (2009) melaporkan
bahwa bakteri PGPR menghasilkan hormon IAA untuk pertumbuhan padi.
Tabel 1 Daya kecambah padi pada tiap perlakuan
Perlakuan
Kontrol
B1L1
B1L2

Daya kecambah (%)
80
90
92.3

8
Daya kecambah benih padi yang diberi perlakuan aktinomiset memiliki
presentase lebih tinggi dibanding kontrol. Benih padi tanpa perlakuan (kontrol)
memiliki presentase daya kecambah sebesar 80% (Gambar 3a). Benih yang diberi
perlakuan B1L1 memiliki presentase sebesar 90% (Gambar 3b) dan perlakuan
B1L2 sebesar 92.3% (Gambar 3c).

a

b

c

Gambar 4 a) Benih padi pada perlakuan kontrol b) Benih padi pada perlakuan
B1L1 c) Benih padi pada perlakuan B1L2.
Pengujian Formulasi terhadap Populasi X. oryzae pv.oryzae
Penyakit kresek pada padi disebabkan oleh bakteri X. o pv. oryzae. Gejala
yang ditimbulkan oleh bakteri ini tergolong khas, yaitu terbentuknya garis
kebasahan pada helaian daun yang akan berubah menjadi kuning kemudian putih
pucat seperti jerami. Serangan penyakit pada tanaman yang masih muda
dinamakan kresek, yang dapat menyebabkan daun berubah menjadi kuning pucat,
layu, dan kemudian mati. Kresek merupakan bentuk gejala yang paling merusak
(Wahyudi et al 2011). Koloni bakteri X. o pv. oryzae pada media agar NA
memiliki morfologi bulat kebasahan dengan tepian licin dan berwarna putih pucat.

Koloni bakteri
Gambar 5 Koloni X. oryzae pv.oryzae pada media NA
Penggunaan S. katrae pada benih padi dapat mengurangi jumlah bakteri X. o
pv. oryzae penyebab penyakit kresek yang diinokulasi secara mekanis. Hal
tersebut dapat dilihat pada tabel populasi X. o pv. oryzae dari bibit padi umur 21
hari.

9

Tabel 2 Populasi X. o pv. oryzae dari bibit padi umur 21 hari
Perlakuan
Kontrol
B1L1
B1L2

Jumlah koloni ( x 105 cfu/ml)*
72a
26.2b
21b

*Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).

Berdasarkan penghitungan koloni X. o pv. oryzae hasil isolasi dari bibit padi
(Tabel 2), perlakuan kontrol sebesar 72x104 cfu/ml dibandingkan dengan benih
yang diberi perlakuan formulasi jumlah populasi X. o pv. oryzae berbeda nyata
dan lebih rendah yaitu sebesar 26.2x104 cfu/ml (B1L1) dan 21x104 cfu/ml (B1L2).
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Fathurrahman (2013) yang melaporkan
bahwa pemberian S. katrae juga menekan jumlah populasi X. o pv. oryzae pada
benih padi yang terinfestasi secara alami.
Hasil penelitian Agustiansyah et al. (2010) menunjukkan bahwa agens
hayati berupa bakteri endofit, isolat aktinomiset dan kelompok flourescens yang
digunakan untuk perlakuanbenih juga dapat menghambat pertumbuhan X. o pv.
oryzae yang menginfeksi benih padi.

10

SIMPULAN
Formulasi beras utuh dan baglog kasar serta beras utuh dan baglog halus
merupakan formulasi terbaik untuk media tumbuh Streptomyces katrae dengan
populasi pada hari ke-15 sebesar 102.83x104 cfu/ml dan 46.58x104 cfu/ml. S.
katrae juga berpotensi sebagai PGPR karena dapat memacu tinggi tunas padi dan
daya kecambah. Perlakuan seed coating benih padi dengan bakteri S. katrae juga
dapat mengurangi populasi Xanthomonas oryzae pv. oryzae yang telah diinokulasi
mekanis.

SARAN

Perlu adanya uji kandungan nutrisi antar beras dan jagung yang diperlukan
untuk perkembangan bakteri. Selain itu penggunaan tepung pada formulasi dapat
dijadikan pembuatan pellet agar formulasi menjadi lebih praktis dan lebih mudah
diaplikasikan pada skala lapang.

11

DAFTAR PUSTAKA

Agustiansyah, Ilyas S, Sudarsono, Machmud M. 2010. Pengaruh perlakuan benih
secara hayati pada benih padi terinfeksi Xantomonas oryzae pv. oryzae
terhadap mutu benih dan pertumbuhan bibit. J Agron Indones. 38(3):185191.
Arianingrum R. 2010. Kandungan kimia jagung dan manfaaatnya bagi kesehatan
[internet]. Yogyakarta (ID) ; [diunduh pada 2013 Feb 4]. Tersedia pada:
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&
cad=rja&ved=0CCgQFjAA&url=http%3A%2F%2Fstaff.uny.ac.id%2Fsites
%2Fdefault%2Ffiles%2Ftmp%2Fartikel-ppm-jagung2.doc
Ashrafuzzaman M, Hossen FA, Ismail MR, Hoque MA, Islam MZ, Shahidullah
SM, Meon S. 2009. Efficiency of plant growth-promoting rhizobacteria
(PGPR) for the enhancement of rice growth. Afr J of Biotechnol. 8(7):12471252.
Barus P. 2005. Studi penentuan kandungan karbohidrat protein, dan mineral
dalam air rebusan beras sebagai minuman pengganti susu [skripsi]. Medan
(ID): Universitas Sumatera Utara.
Encyclopedia of Bioscience.2002. Bacterial growth [Internet]. New York (US):
McGraw-Hill; [diunduh 2013 Mar 5]. Tersedia pada: http://encyclopedia2.
thefreedictionary.com/ Bacterial+growth.
Fathurrahman IML. 2013. Pembiakan Streptomyces katrae pada formulasi beras
dan jagung serta pengaruhnya terhadap daya tumbuh benih padi [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Hadioetomo RS.1993. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Jakarta (ID): PT
Gramedia.
Himmah NIF. 2012. Seleksi dan identifikasi aktinomiset sebagai agens hayati
untuk pengendalian Xanthomonas oryzae pv.oryzae penyebab penyakit
kresek pada padi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Lestari Y, Ulya Y, Saraswati R. 2009. Kemampuan Streptomyces spp. dalam
menghambat pertumbuhan mikrob pathogen tular tanah: pengaruh media
dan waktu pertumbuhan. Prosiding Seminar Hasil Penelitian IPB; 2009;
Bogor. [Internet]. [diunduh 2013 Mar 6]. Tersedia pada: http://repository
.ipb.ac.id/handle/123456789/
Madigan MT, Martinko JM, Stahl DA, Clark DP. 2012. Brock biology of
microorganisms 13th ed. Francisco (CA): Benjamin Cummings.
Papuangan N. 2009. Aktivitas penghambatan senyawa antimikrob Streptomyces
spp. terhadap mikrob patogen tular tanah secara in vitro dan in planta
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Putra MC. 2011. Kompatibilitas Bacillus spp. dan aktinomiset sebagai agens
hayati Xanthomonas oryzae pv. oryzae dan pemicu pertumbuhan padi
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Rahayu AT. 2012. Formulasi produk hayati berbasis aktinomiset endofit sebagai
pemacu pertumbuhan padi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

12
Rahayu T. 2011. Streptomyces sebagai sumber antibiotik baru di Indonesia.
Prosiding Seminar Nasional Biologi; 16 Juli 2011; Solo.[Internet]. [diunduh
2013 Mei 26]; 8(1):991. Tersedia pada: http://jurnal.fkip.uns.ac.id/
index.php/prosbio/ article/view/991.
Rustam. 2012. Potensi bakteri penghasil senyawa bioaktif anticendawan untuk
pengendalian penyakit hawar pelepah padi [disertasi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Sari EPN. 2010. Eksplorasi aktinomiset sebagai penghasil antibiotika dari tanah
mangrove di kawasan Wonorejo Surabaya [skripsi]. Surabaya (ID):
Universitas Airlangga.
Sigee DC. 1993. Bacterial Plant Pathology. Cambridge (GB): Cambridge
University Press.
Wahyudi A, Meliah S, Nawangsih AA. 2011. Xanthomonas oryzae pv. oryzae
bakteri penyebab hawar daun pada padi: isolasi, karakterisasi, dan telaah
mutagenesis dengan transposon. J Makara Sains. 15(3):89-96.
Widayani A. 2006. Isolasi, pengelompokkan warna dan optimasi media
pertumbuhan aktinomiset selulolitik asal hutan Sulawesi Tengah [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Widyanti N. 2012. Kajian aktinomiset sebagai agens hayati untuk pengendalian
Sclerotium rolfsii dan pembiakannya pada media limbah organik padat
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Winarni I. 2004. Kajian potensi Streptomyces sp. sebagai agens pengendali hayati
bakteri patogen pada benih padi dan kedelai [tesis]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.

13

LAMPIRAN

14
Lampiran 1 Komposisi Media yang digunakan saat Penelitian
Nama Media
Nutrient Agar (NA)

Bahan

Yeast Dextrose Carbonat
Agar (YDCA)

Casamino
Acid
Extract
Glucose
(YCED 25%)

Yeast
Agar

Casamino
Acid
Extract
Glucose
(YCED 100%)

Yeast
Agar

Beef extract
Pepton
Agar
Yeast extract
Dextrose
CaCO3
Agar
Yeast extract
Casein enzymatic hydrolisate
D-Glucose
K2HPO4
Agar
Yeast extract
Casein enzymatic hydrolisate
D-Glucose
K2HPO4
Agar

Jumlah bahan (g/l)
3
5
15
10
20
20
15
0.075
0.075
0.075
0.5
4.5
0.3
0.3
0.3
2
18

15
Lampiran 2 Hasil analisis ragam populasi Streptomyces katrae
Sumber
Hari ke-5
Perlakuan
Error/galat
Total
Terkoreksi
Hari ke-10
Perlakuan
Error/galat
Total
Terkoreksi
Hari ke-15
Perlakuan
Error/galat
Total
Terkoreksi
Hari ke-20
Perlakuan
Error/galat
Total
Terkoreksi

DB

JK

KT

Fhit

Pr > F

7
24
31

41029.2090 5861.3156
64061.1613 2669.2151
105090.3703

2.20

0.0714

7
24
31

51277.87657 7325.41094
45219.36688 1884.14029
96497.24345

3.89

0.0058

7
24
31

16812.64768 2401.80681
30952.40167 1345.75659
47765.04935

1.78

0.1390

7
24
31

1394.186988 199.169570
1568.665200 65.361050
2962.852188

3.05

0.0193

16
Lampiran 3 Hasil analisis ragam tinggi kecambah
Sumber
Hari ke-3
Perlakuan
Error/galat
Total
Terkoreksi
Hari ke-6
Perlakuan
Error/galat
Total
Terkoreksi
Hari ke-9
Perlakuan
Error/galat
Total
Terkoreksi
Hari ke-12
Perlakuan
Error/galat
Total
Terkoreksi
Hari ke-15
Perlakuan
Error/galat
Total
Terkoreksi
Hari ke-18
Perlakuan
Error/galat
Total
Terkoreksi
Hari ke-21
Perlakuan
Error/galat
Total
Terkoreksi

DB

JK

KT

Fhit

Pr > F

2
24
26

0.29574074
1.59111111
1.88685185

0.14787037
0.06629630

2.23

0.1293

2
24
26

9.31185185 4.65592593
84.70444444 3.52935185
94.01629630

1.32

0.2860

2
24
26

47.9318519 23.9659259
73.6844444 3.0701852
121.6162963

7.81

0.0024

2
24
26

174.2600000 87.1300000
49.3266667 2.0552778
223.5866667

42.39

0.0001

2
24
26

104.9474074 52.4737037
79.0533333 3.2938889
184.0007407

15.93

0.0001

2
24
26

74.3029630 37.1514815
49.4755556 2.0614815
123.7785185

18.02

0.0001

2
24
26

67.2422222 33.6211111
74.0377778 3.0849074
141.2800000

10.90

0.0004

17
Lampiran 4 Hasil analisis ragam populasi X. o pv. oryzae pada bibit padi
Sumber
Perlakuan
Error/galat
Total
terkoreksi

DB

JK
KT
Fhit
7801.733333 3900.866667 39.67
1180.000000 98.333333
8981.733333

2
12
14

Pr > F
0.0001

Lampiran 5 Tabel Populasi S. katrae pada berbagai Formulasi
Kode
Formulasi
B1L1
B1L2
B2L1
B2L2
J1L1
J1L2
J2L1
J2L2

5
55.82ab
130.33a
40.99b
52.25ab
28.5b
27.00b
6.66b
18.00b

Pengamatan hari ke- (104/ml)*
10
15
148.33a
102.83a
13.83b
46.58ab
52.83b
69.08ab
27.50b
40.83b
31.83b
33.58b
18.50b
25.58b
51.50b
45.16ab
46.17b
40.45b

20
12.92b
14.42b
32.83a
12.33b
13.33b
11.00b
13.16b
16.17b

*Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).

Lampiran 6 Tabel Tinggi Kecambah Padi dengan Perlakuan Seed coating
Kode
Formulasi
3
Kontrol
0.68a
B1L1
0.92a
B1L2
0.88a

6
7.6a
8.88a
8.81a

Pengamatan hari ke- (cm)*
9
12
15
12.19b
16.71c
21.29b
14.92a
22.78a
25.99a
15.1a
20.94b
22.68b

18
24.5c
28.57a
26.98b

21
28.22b
32.04a
30.63a

*Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).

18

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 30 Maret 1991. Penulis
merupakan anak kedua dari dua bersaudara, pasangan Suparman dan Wagiati.
Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Negeri Abadijaya 2 tahun 2002,
menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 3 Depok pada tahun
2005, menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 2 Depok pada
tahun 2008 dan diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun yang sama melalui
jalur USMI sebagai mahasiswi Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas
Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Hama
Penyakit Benih dan Pascapanen tahun ajaran 2011/2012, asisten praktikum Dasardasar Proteksi Tanaman tahun ajaran 2011/2012, asisten Hama Penyakit Benih
program Diploma tahun ajaran 2012/2013, dan asisten Proteksi Tanaman program
Diploma tahun ajaran 2012/2013. Penulis juga merupakan penerima beasiswa
BBM (Bantuan Belajar Mahasiswa) dari tahun 2010-2012.