Formulasi Aktinomiset Menggunakan Beberapa Jenis Tanah sebagai Agens Hayati Penyakit Kresek (Xanthomonas oryzae pv. oryzae) pada Padi

FORMULASI AKTINOMISET MENGGUNAKAN BEBERAPA
JENIS TANAH SEBAGAI AGENS HAYATI PENYAKIT
KRESEK (Xanthomonas oryzae pv. oryzae) PADA PADI

ARFIANI FITRI AMALIA

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Formulasi
Aktinomiset Menggunakan Beberapa Jenis Tanah sebagai Agens Hayati Penyakit
Kresek (Xanthomonas oryzae pv. oryzae) pada Padi adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014
Arfiani Fitri Amalia
NIM A34090059

ABSTRAK
ARFIANI FITRI AMALIA. Formulasi Aktinomiset Menggunakan Beberapa Jenis
Tanah sebagai Agens Hayati Penyakit Kresek (Xanthomonas oryzae pv. oryzae)
pada Padi. Dibimbing oleh GIYANTO.
Pengendalian patogen secara hayati merupakan salah satu teknik
pengendalian penyakit tanaman yang memanfaatkan mikroorganisme antagonis.
Aktinomiset merupakan bakteri yang memiliki potensi tinggi sebagai agens hayati
dalam mengendalikan patogen tanaman. Aktinomiset dapat diformulasikan
dengan berbagai jenis bahan pembawa dalam bentuk padatan atau tepung. Tanah
dapat digunakan sebagai bahan pembawa dalam suatu formulasi agens hayati.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan formulasi aktinomiset
menggunakan tiga jenis tanah (latosol, andosol, dan podsolik) dalam menekan

Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo). Pengujian yang dilakukan dalam
penelitian ini meliputi uji antibiosis aktinomiset terhadap Xoo, uji antibakteri
formulasi aktinomiset terhadap Xoo, dan uji keefektifan formulasi aktinomiset
dalam mengendalikan penyakit kresek dan sebagai PGPR pada bibit padi. Hasil
pengujian antibiosis aktinomiset menunjukkan bahwa aktinomiset dapat menekan
pertumbuhan Xoo secara in vitro. Hasil pengujian antibakteri formulasi
aktinomiset menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara jenis formulasi dan taraf
konsentrasi. Formulasi aktinomiset menggunakan tanah andosol sebagai bahan
pembawa dapat menekan populasi Xoo sebesar 27.25%. Populasi Xoo juga dapat
ditekan oleh formulasi aktinomiset menggunakan tanah podsolik sebesar 25.62%
dan formulasi aktinomiset menggunakan tanah latosol sebesar 14.24%. Formulasi
aktinomiset menggunakan tanah andosol tidak hanya dapat menekan populasi
Xoo, tetapi dapat menginduksi pertumbuhan tanaman terlihat dari rata-rata
panjang akar dan tinggi tanaman yang lebih besar dibandingkan dengan kontrol.
Kata kunci : penyakit padi, mikroorganisme antagonis, latosol, andosol, podsolik

ABSTRACT
ARFIANI FITRI AMALIA. Formulation of Actinomycetes Using Some Type of
Soil as a Biological Agens Bacterial Leaf Blight Diseases (Xanthomonas oryzae
pv. oryzae) of Paddy. Supervised by GIYANTO.

Biological control is one of the techniques for controlling plant diseases
using antagonistic microorganisms. Actinomycetes are bacteria that have high
potential as biological agents to control plant pathogens. Actinomycetes could be
formulated with a wide range of carrier in the form of flour or powder. Soil could
be used as a carrier materials in a formulation because soil has a mineral content
that could promote plant growth. The purpose of this research was to determine
the effectiveness of actinomycetes’s formulation that used three types of soil
(latosol, andosol, and podzolic) to suppress Xanthomonas oryzae pv. oryzae
(Xoo). Tests that conducted in this research include antibiosis test of
actinomycetes against Xoo, antibacterial formulation test of actinomycetes against
Xoo, and test the effectiveness of the formulation to suppress leaf blight disease
and for the growth of rice seedlings. The result of antibiosis test indicated that
antibiosis of actinomycetes could suppress the growth of Xoo by means of in
vitro. The result of antibacterial formulation test showed that there is a
relationship between the types of formulations with concentration level.
Formulation actinomycetes using andosol soil could suppress population of Xoo
by 27.25%. Population of Xoo also could be suppressed by formulation
actinomycetes using podzolic soil by 25.62% and formulation actinomycetes
using latosol soil by 14.24%. Formulation actinomycetes using andosol soil not
only could suppress population of Xoo but also could induce plant growth by

increasing the average length of roots and plant height compared with the control.
Keywords : rice disease, antagonistic microorganism, latosol, andosol, podsolic.

©

Hak Cipta Milik IPB, tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

FORMULASI AKTINOMISET MENGGUNAKAN BEBERAPA
JENIS TANAH SEBAGAI AGENS HAYATI PENYAKIT
KRESEK (Xanthomonas oryzae pv. oryzae) PADA PADI

ARFIANI FITRI AMALIA


Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judui Skripsi

)lama Mahasiswa
)l"RP

Fonnulasi Aktinomiset Menggunakan Beberapa Jenis Tanah
sebagai Agens Hayati Penyakit Kresek (Xanthomonas

oryzae pV. oryzae) pada Padi
Arfiani Fitri Amalia
A34090059

Disetujui oleh,

Dr. Ir. Giyanto, MSi
Dosen Pembimbing

Ketua Departemen Proteksi Tanaman

Tanggal disetujui :

2 D JAN

2014

Judul Skripsi

: Formulasi Aktinomiset Menggunakan Beberapa Jenis Tanah

sebagai Agens Hayati Penyakit Kresek (Xanthomonas
oryzae pv. oryzae) pada Padi
Nama Mahasiswa : Arfiani Fitri Amalia
NRP
: A34090059

Disetujui oleh,

Dr. Ir. Giyanto, MSi
Dosen Pembimbing

Diketahui oleh,

Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih, MSi
Ketua Departemen Proteksi Tanaman

Tanggal disetujui :

PRAKATA
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya sehingga skripsi yang berjudul “Formulasi Aktinomiset Menggunakan

Beberapa Jenis Tanah sebagai Agens Hayati Penyakit Kresek (Xanthomonas
oryzae pv. oryzae) pada Padi” ini dapat diselesaikan. Skripsi ini merupakan suatu
syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi
Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
Bapak Muko’id, Ibu Restuningsih, dan Nur Asri Komariah atas segala doa, kasih
sayang, dan senantiasa memberikan dukungan yang begitu berarti untuk penulis.
Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Giyanto, MSi selaku dosen
pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan masukan, motivasi, dan
bimbingan. Tak lupa pula ucapan terima kasih kepada Dr. Ir. Ruly Anwar, MSi
selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberi masukan, saran, dan
motivasi kepada penulis. Ungkapan terima kasih yang terdalam penulis ucapkan
untuk semua teman-teman seperjuangan di Departemen Proteksi Tanaman
angkatan 46, keluarga besar Pondok Harmoni (Cindi, Isterah, Iwana, Meilisa, Mei
Lianti, Mirna, Rianika, dan Wenny) yang selalu memberikan semangat dan
dukungan kepada penulis serta pihak lain yang senantiasa membantu dan memberi
dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Bogor, Januari 2014

Arfiani Fitri Amalia

DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Metode Penelitian
Perbanyakan Isolat Aktinomiset
Perbanyakan Isolat Xanthomonas oryzae pv. oryzae
Uji Potensi Antibiosis Aktinomiset terhadap
Xanthomonas oryzae pv. oryzae
Penyiapan Fomulasi Aktinomiset
Penyiapan carrier atau bahan pembawa
Penyiapan spora aktinomiset pada media beras
Komposisi formulasi aktinomiset
Pengujian Antibakteri Formulasi Aktinomiset terhadap
Penekanan Xanthomonas oryzae pv. oryzae

Pengujian Formulasi Aktinomiset terhadap Penekanan Populasi
Xanthomonas oryzae pv. oryzae
Uji Keefektifan Formulasi Aktinomiset sebagai PGPR pada
Benih Padi
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perbanyakan Isolat Aktinomiset
Perbanyakan Isolat Xanthomonas oryzae pv. oryzae
Uji Potensi Antibiosis Aktinomiset terhadap
Xanthomonas oryzae pv. oryzae
Pengujian Antibakteri Formulasi Aktinomiset terhadap
Penekanan Xanthomonas oryzae pv. oryzae
Pengujian Formulasi Aktinomiset terhadap Penekanan Populasi
Xanthomonas oryzae pv. oryzae
Uji Keefektifan Formulasi Aktinomiset sebagai PGPR pada Benih
Padi
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP


1
1
3
3
4
4
4
4
4
4
4
5
5
5
6
6
7
8
9
9
9
10
11
13
14
17
18
20
22

DAFTAR TABEL
1

Perlakuan uji keefektifan formulasi aktinomiset sebagai PGPR pada
benih padi
7
2 Rata-rata panjang zona penghambatan aktinomiset ATS 6 terhadap
Xanthomonas oryzae pv. oryzae
10
3 Komposisi formulasi aktinomiset menggunakan tiga jenis tanah
11
4 Rata-rata panjang diameter zona penghambatan beberapa konsentrasi
formulasi aktinomiset terhadap Xanthomonas oryzae pv. Oryzae
12
5 Pengaruh perlakuan formulasi aktinomiset terhadap rata-rata jumlah
populasi Xanthomonas oryzae pv. oryzae
13
6 Pengaruh perlakuan formulasi aktinomiset terhadap rata-rata
kecepatan tumbuh benih padi berumur 7 HST
14
7 Pengaruh perlakuan formulasi aktinomiset terhadap rata-rata daya
berkecambah benih padi berumur 7 HST
14
8 Pengaruh perlakuan formulasi aktinomiset terhadap rata-rata panjang
akar tanaman padi berumur 14 HST .............................................................. 15
9 Pengaruh perlakuan formulasi aktinomiset terhadap rata-rata tinggi
tanaman padi berumur 14 HST .................................................................... 15
10 Pengaruh perlakuan formulasi aktinomiset terhadap rata-rata bobot
basah tanaman padi berumur 14 HST
16

DAFTAR GAMBAR
1

2

3

4

Koloni isolat aktinomiset koleksi laboratorium yang berhasil
ditumbuhkan kembali A) koloni ATS 6 pada media YCED B) koloni
ATS 6 pada media NA
Koloni isolat X. oryzae pv. oryzae (Xoo) yang berhasil ditumbuhkan
kembali pada media wakimoto A) Xoo patotipe III, B) Xoo patotipe IV,
C) Xoo patotipe VIII
Uji antibiosis ATS 6 terhadap X. oryzae pv. oryzae yang ditumbuhkan
selama A) 3 HSI, B) 5 HSI, C) 7 HSI sebelum uji antibiosis terhadap
X. oryzae pv. oryzae pada patotipe 1) Xoo III, 2) Xoo IV, 3) Xoo VIII
dibandingkan dengan K) Kontrol.
Zona bening yang terbentuk sebagai zona hambatan formulasi terhadap
Xoo patotipe III a) FL, b) FP, c) FA, Xoo patotipe IV d) FL, e) FP, f)
FA, Xoo patotipe VIII g) FL, h) FP, i) FA, dengan konsentrasi formulasi
1) Kontrol, 2) 1%, 3) 2.5%, 4) 5%.

9

10

11

12

DAFTAR LAMPIRAN
1

Hasil analisis ragam pengujian antibakteri formulasi terhadap Xoo
patotipe III
.......... 20

2
3
4
5
6
7
8
9

Hasil analisis ragam pengujian antibakteri formulasi terhadap Xoo
patotipe IV
Hasil analisis ragam pengujian antibakteri formulasi terhadap Xoo
patotipe VIII
Hasil analisis ragam uji keefektifan formulasi aktinomiset terhadap
penekanan populasi X. oryzae pv. oryzae
Hasil analisis ragam uji keefektifan formulasi aktinomiset terhadap
kecepatan tumbuh benih padi berumur 7 HST
Hasil analisis ragam uji keefektifan formulasi aktinomiset terhadap
daya berkecambah benih padi berumur 7 dan 14 HST
Hasil analisis ragam uji keefektifan formulasi aktinomiset terhadap
rata-rata panjang akar tanaman padi berumur 14 HST
Hasil analisis ragam uji keefektifan formulasi aktinomiset terhadap
rata-rata tinggi tanaman padi berumur 14 HST
Hasil analisis ragam uji keefektifan formulasi aktinomiset terhadap
rata-rata bobot basah tanaman padi berumur 14 HST

20
20
20
21
21
21
21
21

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Padi (Oryza sativa L.) merupakan komoditas tanaman pangan yang sangat
penting di Indonesia. Sebagian besar rakyat Indonesia mengkonsumsi beras yang
berasal dari tanaman padi sebagai bahan makanan pokok. Menurut FAO (Food
and Agriculture Organization) (2013), Indonesia menempati peringkat ketiga
negara yang memproduksi padi terbanyak setelah negara China dan India. Luas
panen tanaman padi seluruh provinsi di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 13
443 443.00 Ha. Sedangkan produktivitasnya sebesar 51.36 ku/ha dengan besarnya
nilai produksi 69 045 141.00 ton (BPS 2013).
Dalam proses produksi suatu tanaman tidak terlepas dari kendala faktor
abiotik dan faktor biotik yang mempengaruhi pertumbuhannnya. Faktor abiotik
yang dapat menyebabkan gangguan terhadap pertumbuhan tanaman yaitu
temperatur, kelembaban udara, sinar matahari, hujan, angin, tanah, air, dan
sebagainya (Suryanto dan Surachman 2007). Sedangkan faktor biotik yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah organisme penganggu tanaman
(OPT) meliputi hama (serangga, tungau, hewan menyusui, burung, dan moluska),
penyakit (jamur, bakteri, virus, dan nematoda), dan gulma atau tumbuhan
pengganggu (Djojosumarto 2008). Gangguan faktor abiotik dan faktor biotik pada
suatu proses produksi dapat menyebabkan kerugian karena dapat menyebabkan
kehilangan hasil.
Penyakit hawar daun bakteri merupakan penyakit penting pada padi sawah
di seluruh wilayah dunia, termasuk juga di Indonesia. Penyakit ini juga
merupakan salah satu penyakit yang menyerang tanaman padi yang dapat
menyebabkan kerugian sangat besar. Penyakit hawar daun bakteri atau penyakit
kresek disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo). Penurunan
produksi padi nasional setiap tahunnya mencapai 50% salah satunya disebabkan
oleh serangan penyakit tersebut (Utami et al. 2011). Penyakit kresek tidak hanya
menyerang tanaman padi pada saat fase pembenihan tetapi juga pada saat fase
pembungaan (Hifni et al. 1996).
Bakteri menyebabkan bercak pada daun; hawar pada daun; busuk lunak
pada buah, akar, dan batang; layu; pertumbuhan sel yang tidak normal; kudis;
kanker; dan lain sebagainya (Agrios 2005). Xanthomonas oryzae pv. oryzae
merupakan penyebab penyakit hawar daun bakteri atau penyakit kresek yang
menginfeksi tanaman padi melalui hidatoda atau luka. Pada fase pembenihan
gejala yang tampak berupa bercak-bercak kecil kebasahan pada pinggir daun.
Bercak yang semakin besar akan menyebabkan daun padi menguning lalu
mengering dengan cepat. Infeksi pada fase pembenihan menyebabkan benih
menjadi kering. Gejala yang terlihat di pertanaman biasanya berupa garis-garis
kebasahan kemudian bercak membesar dengan tepi bercak bergelombang lalu
menguning dalam waktu beberapa hari (Ismail et al. 2011).
Pengendalian hayati merupakan pengurangan jumlah inokulum atau
kegiatan patogen dalam menyebabkan suatu penyakit oleh satu atau lebih
organisme antagonis selain manusia baik secara aktif maupun manipulasi
lingkungan dan inang (Baker dan Cook 1974). Pengendalian hayati muncul
sebagai salah satu metode penting dalam pengendalian patogen tular tanah.

2
Pengendalian hayati mengurangi ketergantungan pada bahan kimia beresiko tinggi
(Anith et al. 2004). Faktor teknis, ekonomi, dan lingkungan menjadi faktor untuk
mengadopsi metode baru yang berkelanjutan seperti penggunaan mikroorganisme
antagonis untuk mengendalikan patogen tular tanah. Para peneliti terutama
memfokuskan pada cendawan dan bakteri antagonis, namun sering memberikan
hasil yang tidak konsisten dan tidak memuaskan (Spadaro 2005).
PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) merupakan salah satu cara
alternatif pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) yang ramah
lingkungan. Menurut Nelson (2004) PGPR merupakan agens hayati yang
menjanjikan dapat menekan OPT di lapangan. Rizobakteria pemacu pertumbuhan
tanaman ini mampu menginduksi pertumbuhan dan ketahanan tanaman terhadap
serangan OPT melalui berbagai mekanisme. Mekanisme tersebut meliputi
antibiosis, kompetisi, induksi resistensi, dan mekanisme peningkatan
pertumbuhan tanaman (Cook dan Baker 1983). Agens hayati yang dapat
menghasilkan senyawa antibiotik, metabolit sekunder atau enzim untuk
menghancurkan sel mampu mematikan atau menghambat pertumbuhan patogen
sasaran. Menurut Byarugaba (2009) mekanisme kerja antimikroba meliputi
penghambatan sintesis dinding sel, penghambatan fungsi ribosom, penghambatan
sintesis asam nukleat, penghambatan metabolisme folat, dan penghambatan fungsi
membran sel.
Aktinomiset merupakan bakteri yang memiliki potensi dalam menghasilkan
senyawa bioaktif yang dapat menghambat patogen. Bakteri ini dapat
memproduksi metabolit antibiotik dan senyawa antimikroba sehingga dapat
membatasi serangan organisme patogen (Patil et al. 2011). Aktinomiset memiliki
struktur spora bertahan yang dapat bertahan dalam kondisi tidak
menguntungkannya. Spora yang diproduksi oleh aktinomiset digunakan sebagai
cara utama dalam melakukan pemencaran atau dispersal (Schaad et al. 2000).
Spora aktinomiset dikenal dengan sebutan eksospora, karena terbentuknya spora
tersebut tidak dari dalam sel serta memiliki dinding yang tidak terlalu tebal.
Umumnya aktinomiset dijumpai di rhizosfer hingga di jaringan tanah dalam.
Penggunaan bakteri aktinomiset sebagai agens hayati dapat diformulasikan
dengan berbagai jenis bahan pembawa dalam bentuk cair atau padatan tepung.
Penggunaan bahan pembawa dalam bentuk cair biasanya memanfaatkan limbah
organik cair seperti limbah air kelapa atau limbah air tahu. Sedangkan bahan
pembawa berbentuk tepung biasanya menggunakan bahan seperti talek, bentonit,
tepung beras, tepung singkong, arang sekam, serbuk gergaji, dan beberapa bahan
pembawa lainnya. Menurut Muis (2006) penggunaan bahan seperti talek, tepung
beras, tepung singkong, abu pegunungan, dan arang, dengan konsentrasi tertentu
dapat mejadi bahan pembawa bagi mikroba yang baik pada perlakuan benih
dengan metode seed coating. Formulasi bakteri dalam bahan pembawa berbentuk
tepung dianggap tepat guna, efisien, dan mudah diaplikasikan. Selain itu, mikroba
dalam bahan pembawa berbentuk tepung memiliki umur simpan yang relatif lebih
panjang karena mikroba berada dalam fase dorman dalam bentuk spora bertahan
yang cenderung dapat bertahan lebih lama daripada bentuk sel aktifnya (Putra
2011).

3
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari keefektifan formulasi
aktinomiset menggunakan tiga jenis tanah (latosol, andosol, dan podsolik) dalam
menekan penyakit kresek (Xanthomonas oryzae pv. oryzae) pada padi.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi teknologi formulasi
aktinomiset dalam mengendalian penyakit kresek Xanthomonas oryzae pv. oryzae
dengan komposisi formulasi yang efektif dan ramah lingkungan.

4

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan,
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
(IPB), dari bulan Maret sampai September 2013.
Metode Penelitian
Perbanyakan Isolat Aktinomiset
Aktinomiset yang digunakan merupakan koleksi isolat milik Laboratorium
Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, IPB. Jenis isolat
aktinomiset yang digunakan adalah ATS 6. Koloni tunggal dari ATS 6
ditumbuhkan kembali dan diperbanyak dalam cawan petri menggunakan media
casamino acids-yeast extract-glucose-agar atau YCED (0.3 g yeast extract, 0.3 g
casamino acids, 0.3 g D-glucose, 15 g agar, 1 l aquades) (Crawford et al. 1993).
Perbanyakan Isolat Xanthomonas oryzae pv.oryzae
Isolat Xanthomonas oryzae pv. oryzae merupakan koleksi isolat milik Balai
Besar Penelitian Tanaman Padi. Koloni tunggal dari isolat bakteri X. oryzae pv.
oryzae ditumbuhkan kembali dan diperbanyak menggunakan cawan petri dengan
media wakimoto (300 g kentang, 17 g difco agar, 7 g bacto pepton, 17 g sukrosa,
0.5 g Ca(NO3)2 4H2O, 1 g Na2HPO4 12H20, 1 l aquades). Jenis isolat bakteri X.
oryzae pv. oryzae yang digunakan adalah Xoo patotipe III, Xoo patotipe IV, dan
Xoo patotipe VIII.
Uji Potensi Antibiosis Aktinomiset terhadap Xanthomonas oryzae pv.oryzae
Pengujian potensi antibiosis aktinomiset ini bertujuan untuk mengetahui
sifat antagonisme aktinomiset dalam menghambat pertumbuhan bakteri X. oryzae
pv. oryzae. Pengujian potensi antibiosis ini dilakukan dengan modifikasi metode
cross-streak (Madigan et al. 1997) antara isolat aktinomiset dengan isolat bakteri
X. oryzae pv. oryzae. Isolat aktinomiset digoreskan pada media nutrient agar (3.0
g beef extract, 5.0 g peptone, 15.0 g agar, 1 l aquades) seluas sepertiga bagian
cawan. Aktinomiset diinkubasi dalam tiga perlakuan yang berbeda yaitu
diinkubasi selama 3, 5, dan 7 hari sehingga menghasilkan perbedaan produksi
senyawa metabolit sekunder yang akan berdifusi ke media agar. Setelah itu,
bakteri X. oryzae pv. oryzae digoreskan pada sisi cawan yang kosong dengan arah
tegak lurus terhadap isolat aktinomiset. Aktinomiset yang memiliki kemampuan
antagonis akan menghambat pertumbuhan bakteri X. oryzae pv. oryzae dengan
terbentuknya zona penghambatan sehingga bakteri X. oryzae pv. oryzae yang
digoreskan tidak tumbuh. Parameter yang diamati dalam pengujian ini adalah ratarata panjang zona hambatan.
Penyiapan Formulasi Aktinomiset
Formulasi aktinomiset menggunakan tiga jenis tanah sebagai bahan
pembawa melalui tiga tahapan persiapan. Tahapan penyiapan formulasi
aktinomiset dimulai dengan penyiapan carrier atau bahan pembawa yaitu tanah
latosol Dramaga, tanah podsolik Jasinga, dan tanah andosol Sukamantri. Tahapan

5
kedua penyiapan formulasi aktinomiset yaitu penyiapan spora aktinomiset pada
media beras sebagai media tumbuh bakteri. Tahapan ketiga yaitu komposisi
formulasi aktinomiset dan penghitungan jumlah populasi aktinomiset dalam
formulasi.
Penyiapan carrier atau bahan pembawa. Bahan pembawa yang
digunakan adalah tiga jenis tanah yang ada di wilayah Bogor seperti tanah jenis
latosol Dramaga, podsolik Jasinga, dan andosol Sukamantri. Tidak ada kriteria
khusus lainnya dalam pemilihan sampel tanah. Dari ketiga jenis tanah tersebut
masing-masing diambil sekitar 1 kg tanah. Masing-masing jenis tanah tersebut
disuspensikan dengan melarutkannya dengan air pada wadah yang telah
disediakan. Setelah itu suspensi tanah tersebut disaring sebanyak dua kali
penyaringan menggunakan saringan tepung. Hasil saringan kedua diendapkan 1-2
jam. Endapan saringan kedua tersebut diambil dan dikeringkan dalam oven
dengan suhu 43 °C. Setelah kering, tanah tersebut dihaluskan menggunakan
blender hingga halus. Tanah yang telah halus digunakan sebagai bahan pembawa
formulasi.
Penyiapan spora aktinomiset pada media beras. Formulasi aktinomiset
dibuat dalam bentuk formulasi padat atau tepung. Aktinomiset yang digunakan
dalam formulasi disiapkan pada suatu media beras. Penggunaan media beras
bertujuan untuk mendapatkan suatu bentuk formulasi padat atau tepung yang
didalamnya mengandung spora aktinomiset. Beras direndam selama dua jam lalu
ditiriskan selama satu jam. Sebanyak 100 g beras dimasukkan ke dalam plastik
tahan panas, lalu disterilisasi menggunakan autoklaf agar tidak ada
mikroorganisme lain yang terbawa dalam beras. Beras yang sudah disterilisasi
diinokulasikan dengan bakteri aktinomiset yang berumur 5 hari. Isolat aktinomiset
yang digunakan dalam penelitian ini adalah isolat ATS 6. Isolat ATS 6
diperbanyak terlebih dahulu menggunakan media casamino acids-yeast extractglucose-agar (YCED). Setelah diinokulasi dengan bakteri ATS 6, lalu beras
tersebut diinkubasi selama 9 hari. Beras yang telah terselimuti oleh spora ATS 6
dioven dengan suhu 43 °C selama 24 jam. Lalu setelah diinkubasi selama 24 jam,
beras yang telah mengeras diblender menjadi tepung.
Komposisi formulasi aktinomiset. Kepadatan populasi aktinomiset dalam
formulasi dihitung dengan metode pengenceran berseri dan pencawanan pada
media nutrient agar (NA). Sebanyak 1 g beras yang telah penuh ditumbuhi
aktinomiset digerus hingga halus menggunakan mortar steril. Serbuk atau tepung
beras tersebut ditambahkan dengan air steril sebanyak 10 ml dan dimasukkan
dalam erlenmeyer berukuran 50 ml. Suspensi serbuk beras diinkubasi pada
inkubator bergoyang selama 1 jam. Setelah itu dilakukan pengenceran bertingkat
dengan cara mencampurkan 1 ml suspensi serbuk beras dengan 9 ml air steril pada
tabung reaksi sebagai faktor pengenceran 10-1. Pengenceran bertingkat dilakukan
hingga faktor pengenceran 10-6. Platting hanya dilakukan pada faktor pengenceran
10-3, 10-4, 10-5, 10-6. Pencawanan dilakukan pada media NA, dengan menyebar
sebanyak 100 µl suspensi. Pengamatan populasi aktinomiset dilakukan setelah
diinkubasikan selama 3 hari. Jumlah koloni yang tumbuh selanjutnya
dikonversikan ke dalam satuan cfu/ml dengan rumus:

6

Populasi bakteri
x = jumlah koloni yang tumbuh pada cawan dengan faktor pengeceran ke- (cfu)
p = faktor pengenceran kev = volume suspensi yang disebar pada cawan (ml)
Hasil perhitungan populasi bakteri dalam satuan cfu/ml dapat digunakan
untuk menghitung komposisi tepung beras yang mengandung spora ATS 6 dalam
100 g formulasi. Jumlah komposisi tepung beras yang mengandung spora ATS 6
dalam 100 g formulasi dapat dihitung menggunakan rumus:
V1 x C1 = V2 x C2
V1 = volume bahan yang tidak diketahui (g)
V2 = volume bahan yang diinginkan (g)
C1 = konsentrasi awal (spora/g)
C2 = konsentrasi yang diinginkan (spora/g)
Pengujian Antibakteri Formulasi Aktinomiset terhadap Penekanan
Xanthomonas oryzae pv. oryzae
Pengujian antibakteri formulasi aktinomiset secara in vitro dilakukan
dengan cara mensuspensikan formulasi aktinomiset konsentrasi 1%, 2.5%, dan
5% dengan air steril. Setelah disuspensikan dengan air steril, suspensi formulasi
aktinomiset diteteskan pada kertas saring diatas media padat wakimoto yang telah
disebar 100 µl suspensi X. oryzae pv. oryzae. Koloni X. oryzae pv. oryzae
dikulturkan pada media padat wakimoto dan diinkubasi selama 3 hari. Koloni
tunggal dari X. oryzae pv. oryzae dikulturkan kembali pada media wakimoto cair
(300 g kentang, 7 g bacto pepton, 17 g sukrosa, 0.5 g Ca(NO3)2 4H2O, 1 g
Na2HPO4 12H20, 1 l aquades) dan diinkubasi selama 24 jam. Setelah itu
dilakukan plating dengan cara menyebar 100 µl suspensi X. oryzae pv. oryzae ke
dalam media wakimoto padat. Kertas saring diletakkan diatas media wakimoto
yang telah disebar dengan suspensi X. oryzae pv. oryzae. Kertas saring tersebut
ditetesi suspensi formulasi aktinomiset sebanyak 10 µl dengan konsentrasi
masing-masing formulasi 1%, 2.5%, dan 5%. Perlakuan kontrol dilakukan dengan
cara meneteskan kertas saring dengan air steril sebanyak 10 µl. Pengujian ini
dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap dua faktor dengan empat kali
ulangan. Formulasi yang dapat menghambat pertumbuhan X. oryzae pv. oryzae
akan menimbulkan zona bening disekitar kertas saring. Daya hambatan tersebut
dapat diketahui dengan mengukur diameter zona hambatannya.
Pengujian Formulasi Aktinomiset terhadap Penekanan Populasi
Xanthomonas oryzae pv. oryzae.
Analisis populasi Xanthomonas oryzae pv. oryzae dilakukan pada saat
tanaman padi berumur 14 HST. Sebanyak 20 dari 50 tanaman sampel pada setiap
ulangan diambil secara acak. Setelah itu, dilakukan kastrasi sampai tersisa
benihnya. Benih dari 20 tanaman sampel tersebut disterilisasi permukaannya

7
kemudian digerus menggunakan mortar steril. Setelah itu, gerusan benih
disuspensikan dengan 10 ml air steril dan diinkubasi pada inkubator bergoyang
selama 1 jam. Setelah itu, dilakukan pengenceran bertingkat dengan cara
mencampurkan 1 ml suspensi gerusan benih dengan 9 ml air steril pada tabung
reaksi sebagai faktor pengenceran 10-1. Pengenceran bertingkat dilakukan hingga
faktor pengenceran 10-5. Platting hanya dilakukan pada faktor pengenceran 10-3,
10-4, 10-5. Pencawanan dilakukan dengan menyebar sebanyak 100 µl suspensi
pada media wakimoto. Pengamatan populasi X. oryzae pv. oryzae dilakukan
setelah diinkubasikan selama 3 hari. Jumlah koloni yang tumbuh selanjutnya
dikonversikan ke dalam satuan cfu/ml dengan rumus:
Populasi bakteri
x = jumlah koloni yang tumbuh pada cawan dengan faktor pengeceran ke- (cfu)
p = faktor pengenceran kev = volume suspensi yang disebar pada cawan (ml)
Pengujian formulasi aktinomiset terhadap penekanan populasi X. oryzae pv.
oryzae ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan tiga ulangan. Parameter
yang diamati adalah penekanan populasi X. oryzae pv. oryzae.
Uji Keefektifan Formulasi Aktinomiset sebagai PGPR pada Benih Padi
Uji keefektifan formulasi aktinomiset sebagai PGPR dilakukan pada benih
padi dengan metode seed coating. Sebelum perlakuan benih padi direndam selama
24 jam dalam air steril. Setelah itu, benih padi ditiriskan selama 5 menit. Sebelum
ditanam pada media tanam steril yang berisi campuran kompos dan pasir, benih
padi dilakukan coating terlebih dahulu dengan formulasi aktinomiset. Sebanyak
3.8 g benih padi dicampur dengan 1 g formulasi aktinomiset kemudian diaduk
secara merata sehingga seluruh benih padi terselimuti dengan formulasi
aktinomiset. Setelah itu, sebanyak 50 benih padi ditanam dalam media tanam yang
telah tersedia. Perlakuan yang diujikan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Perlakuan uji keefektifan formulasi aktinomiset sebagai PGPR pada
benih padi
Perlakuan
KONTROL
BAKTERISIDA
FL
FP
FA

Keterangan
Benih padi tanpa aplikasi formulasi aktinomiset
Aplikasi benih padi dengan bakterisida Agrept 20 WP
berbahan aktif Streptomisin sulfat 20%
Aplikasi benih padi dengan formulasi aktinomiset dengan
bahan pembawa tanah latosol Dramaga
Aplikasi benih padi dengan formulasi aktinomiset dengan
bahan pembawa tanah podsolik Jasinga
Aplikasi benih padi dengan formulasi aktinomiset dengan
bahan pembawa tanah andosol Sukamantri

Pengujian formulasi aktinomiset terhadap pertumbuhan benih padi
dilakukan pada saat tanaman padi berumur 7 HST dan 14 HST. Sumber parameter
pengamatan pegujian ini adalah 20 dari 50 tanaman sampel pada setiap ulangan
yang diambil secara acak. Perlakuan yang diujikan dapat dilihat pada Tabel 1.

8
Parameter pengamatannya meliputi kecepatan tumbuh benih padi berumur 7 HST,
daya berkecambah benih padi 14 HST, tinggi tanaman pada saat tanaman padi
berumur 14 HST, panjang akar pada saat tanaman padi berumur 14 HST, dan
bobot basah benih pada saat tanaman padi berumur 14 HST. Pengujian formulasi
aktinomiset terhadap pertumbuhan benih padi dilakukan menggunakan rancangan
acak lengkap dengan empat ulangan.
Analisis Data
Rancangan percobaan yang dilakukan pada pengujian antibakteri formulasi
aktinomiset terhadap penekanan X. oryzae pv. oryzae adalah rancangan acak
lengkap dua faktor. Rancangan percobaan yang dilakukan pada pengujian
formulasi aktinomiset terhadap penekanan populasi X. oryzae pv. oryzae dan uji
keefektifan formulasi aktinomiset sebagai PGPR pada benih padi adalah
rancangan acak lengkap satu faktor. Pengolahan data dilakukan menggunakan
program Microsoft Office Excel 2007. Untuk menguji pengaruh perlakuan
terhadap respon yang diamati dilakukan analisis ragam menggunakan program
Statistica Analysis System (SAS) versi 9.1.3 untuk windows. Apabila terdapat
perlakuan yang berpengaruh nyata dilakukan uji lanjutan dengan uji selang
berganda Duncan pada taraf nyata α = 0.05.

9

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perbanyakan Isolat Aktinomiset
Isolat aktinomiset yang diperbanyak untuk penelitian ini adalah jenis isolat
aktinomiset ATS 6. Isolat ATS 6 yang berasal dari Laboratorium Bakteriologi
Tumbuhan berhasil diperbanyak menggunakan media agar casamino acids-yeast
extract-glucose-agar (YCED) dalam suatu cawan petri. Perbanyakan isolat
aktinomiset ini membutuhkan masa inkubasi kurang lebih selama 5 sampai 6 hari.
Morfologi dari isolat ATS 6 yaitu memiliki ciri khas koloni yang tampak berdebu,
beludru, dan kering (Gambar 1).
Aktinomiset merupakan bakteri yang mempunyai dua macam miselium
yaitu miselium substrat dan miseluim aerial. Warna miselium substrat dan
miselium aerial bervariasi. Hal tersebut menyebabkan warna koloni aktinomiset
berbeda-beda. Beberapa isolat aktinomiset dapat menghasilkan suatu pigmen yang
dapat berdifusi dengan media agar seperti pigmen melanin yang dapat terbentuk
pada media agar yang mengandung pepton dan yeast extract (Oskay et al. 2004).

A

Gambar 1

B
Koloni isolat aktinomiset koleksi laboratorium yang berhasil
ditumbuhkan kembali A) koloni ATS 6 pada media YCED B)
koloni ATS 6 pada media NA.

Aktinomiset adalah bakteri Gram positif berfilamen, bersifat saprofitik yang
mampu menjelajah jaringan tanaman dan menghasilkan spora bertahan yang dapat
bertahan lama di tanah (Patil et al. 2011). Bakteri aktinomiset telah diakui sebagai
sumber untuk beberapa metabolit sekunder, antibiotik, dan enzim litik. Beberapa
spesies terutama Streptomyces spp. berpotensial sebagai agens hayati terhadap
patogen penyakit (Sabaratnam 2002). Menurut Oskay et al. (2004) aktinomiset
dapat berperan sebagai pemacu pertumbuhan tanaman yang menyebabkan hasil
pertanian meningkat.
Perbanyakan Isolat Xanthomonas oryzae pv. oryzae
Bakteri X. oryzae pv. oryzae yang berhasil ditumbuhkan kembali pada
media wakimoto padat menunjukkan warna koloni bakteri yang berwarna kuning,
bundar dengan tepian licin, cembung, dan berlendir (Gambar 2). Hal tersebut
sesuai dengan ciri koloni yang dilaporkan oleh Muneer (2007). Menurut Muneer
(2007) Xanthomonas menghasilkan koloni yang berwarna kuning, cembung,
berlendir, dan memiliki tekstur yang mengkilap.

10

A

B

C

Gambar 2 Koloni isolat X. oryzae pv. oryzae (Xoo) yang berhasil ditumbuhkan
kembali pada media wakimoto A) Xoo patotipe III, B) Xoo patotipe
IV, C) Xoo patotipe VIII.
X. oryzae pv. oryzae merupakan bakteri Gram negatif yang memiliki
flagelum. Koloni tunggal dari bakteri ini berukuran panjang 0.2 µm sampai 0.7
µm dan lebarnya 0.4 µm sampai 0.7 µm (Liu et al. 2006). Salah satu karakteristik
dari genus Xanthomonas adalah adanya produksi pigmen Xanthomonadhin
(Schaad et al. 2000).
Uji Potensi Antibiosis Aktinomiset terhadap Xanthomonas oryzae pv.
oryzae
Uji potensi antibiosis dilakukan dengan modifikasi metode cross-streak
(Madigan et al. 1997). Pada pengujian antibiosis didapatkan hasil berupa rata-rata
panjang zona hambatan aktinomiset jenis ATS 6 terhadap bakteri patogen sasaran
X. oryzae pv. oryzae (Xoo). Menurut Himmah (2012) ATS 6 memiliki aktivitas
penghambatan terbaik terhadap X. oryzae pv. oryzae. Pengujian ini dilakukan
dengan membandingkan kemampuan penghambatan ATS 6 pada beberapa hari
setelah inokulasi (HSI) yang berbeda yaitu 3 HSI, 5 HSI, dan 7 HSI. ATS 6 dapat
menghambat pertumbuhan salah satu patotipe Xoo yaitu Xoo III sejak 3 HSI.
Penekanan optimal yang dilakukan oleh senyawa bioaktif ATS 6 terhadap ketiga
jenis patotipe Xoo terjadi pada 5 HSI (Tabel 2).
Tabel 2 Rata-rata panjang zona penghambatan aktinomiset ATS 6 terhadap
Xanthomonas oryzae pv. oryzae.
Hari setelah
Panjang zona hambatan (mm)
inokulasi (HSI)
Xoo III
Xoo IV
Xoo VIII
3
40.0
32.7
36.7
5
40.0
40.0
40.0
7
40.0
40.0
40.0
Pertumbuhan X. oryzae pv. oryzae dapat terhambat karena adanya aktivitas
antibiosis dari aktinomiset (Gambar 3). Pada 5 HSI senyawa bioaktif yang
dihasilkan oleh aktinomiset secara optimal berdifusi ke media agar sehingga
pertumbuhan X. oryzae pv. oryzae dapat dihambat. Menurut Terkina et al. (2006)
aktinomiset
merupakan
mikroorganisme
antagonis
terkuat
diantara
mikroorganisme lainnya. Aktinomiset menghasilkan zat antibiotik yang dapat
berfungsi sebagai antibakteri, antifungi, antitumor, antiprotozoik, dan antivirus.
Antibiotik yang dihasilkan oleh mikroorganisme berjumlah kurang lebih 10.000
antibiotik dengan persentase 70 % dari jumlah keseluruhan jenis antibiotik
tersebut berasal dari aktinomiset.

11

1
2
3
A

K

1

1

1

2

2

2

3

3
B

3
K

1

1

2

2

3
3
C
K
Gambar 3 Uji antibiosis ATS 6 terhadap X. oryzae pv. oryzae yang ditumbuhkan
selama A) 3 HSI, B) 5 HSI, C) 7 HSI sebelum uji antibiosis terhadap
X. oryzae pv. oryzae pada patotipe 1) Xoo III, 2) Xoo IV, 3) Xoo VIII
dibandingkan dengan K) Kontrol.
Pengujian Antibakteri Formulasi Aktinomiset terhadap Penekanan
Xanthomonas oryzae pv. oryzae
Komposisi formulasi aktinomiset terdiri dari tanah (latosol, podsolik, dan
andosol), talek, susu skim, dan tepung beras yang mengandung spora aktinomiset.
Dari hasil perhitungan tersebut, jumlah komposisi tepung beras yang dibutuhkan
sebanyak 23.25 g. Kandungan spora ATS 6 yang terdapat dalam 100 g formulasi
aktinomiset adalah 4.3 x 108 spora/g. Komposisi masing-masing formulasi dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Komposisi formulasi aktinomiset menggunakan tiga jenis tanah
Komposisi
Jenis tanah
formulasi
Latosol
Podsolik
Andosol
Tanah
42.75%
42.75%
42.75%
Talek
30.00%
30.00%
30.00%
Susu Skim
4.00%
4.00%
4.00%
Tepung beras
23.25%
23.25%
23.25%
Pengujian antibakteri formulasi aktinomiset dilakukan dengan
membandingkan kemampuan penghambatan beberapa jenis formulasi terhadap
pertumbuhan X. oryzae pv. oryzae. Pengujian ini menggunakan tiga jenis isolat X.
oryzae pv. oryzae yang berbeda yaitu Xoo III, Xoo IV, dan Xoo VIII. Pengujian
antibakteri formulasi bertujuan untuk melihat adanya korelasi antara jenis
formulasi dan konsentrasinya. Hasil pengujian antibakteri formulasi aktinomiset
terhadap penekan X. oryzae pv. oryzae dapat dilihat pada Tabel 4.
Pada perlakuan uji antibakteri formulasi aktinomiset terhadap Xoo patotipe
III menunjukkan bahwa formulasi podsolik dan formulasi andosol pada taraf
konsentrasi 1%, 2.5%, dan 5% dapat menekan pertumbuhan Xoo patotipe III
dengan rata-rata panjang diameter penghambatan lebih dari 30.00 mm. Formulasi
latosol pada taraf konsentrasi 5% menunjukkan hasil yang berbeda nyata terhadap
jenis konsentrasi dan taraf konsentrasinya. Formulasi latosol dengan taraf

12
konsentrasi 5% kurang efektif dalam menekan Xoo patotipe III karena hanya
menghambat pertumbuhan Xoo patotipe III dengan rata-rata diameter 24.00 mm
(Tabel 4).
Tabel 4 Rata-rata panjang diameter zona penghambatan beberapa konsentrasi
formulasi aktinomiset terhadap Xanthomonas oryzae pv. oryzae.
Perlakuan
Rata-rata panjang diameter penghambatan (mm)a pada
konsentrasi
1%
2.5%
5%
Xoo IIIb
FL
28.25ab
28.00ab
24.00b
FP
32.50a
32.75a
33.50a
FA
31.00a
31.75a
31.50a
Xoo IVb
FL
FP
FA

16.25a
15.00a
18.25a

17.50a
15.50a
19.00a

15.00a
14.00a
16.25a

Xoo VIIIb
FL
FP
FA

28.25ab
27.50ab
33.00a

25.50ab
25.00ab
29.25ab

24.00b
25.25ab
31.00ab

a

Untuk setiap kelompok patotipe Xoo, rataan selajur yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan
hasil yang berbeda nyata (uji selang ganda Duncan α = 0.05). bXoo III = Xoo patotipe III, Xoo IV =
Xoo patotipe IV, Xoo VIII = Xoo patotipe VIII.

Hasil pengujian menunjukkan setiap perlakuan formulasi aktinomiset pada
taraf konsentrasi yang berbeda (1%, 2.5%, dan 5%) dapat menekan pertumbuhan
Xoo III, Xoo IV, dan Xoo VIII. Formulasi aktinomiset mampu menekan
pertumbuhan ketiga jenis isolat Xoo dengan terbentuknya zona bening yang
merupakan zona penghambatan (Gambar 4). Berdasarkan hasil pengujian,
terdapat korelasi antara jenis formulasi dan konsentrasi pada setiap perlakuan.
3

3

3
1

4

1
2

B

A

2

F

2

1
G

3
2
E

3
4

2
H

3
4

1

4

1

4
2

D

3
4

2

1

4

C

3
1

1

4

3

1

2
I

4
2

Gambar 4 Zona bening yang terbentuk sebagai zona hambatan formulasi terhadap
Xoo patotipe III a) FL, b) FP, c) FA, Xoo patotipe IV d) FL, e) FP, f)
FA, Xoo patotipe VIII g) FL, h) FP, i) FA, dengan konsentrasi
formulasi 1) kontrol, 2) 1%, 3) 2.5%, 4) 5%.

13
Pada pengujian antibakteri formulasi aktinomiset terhadap Xoo patotipe IV
korelasi antara jenis formulasi dan taraf konsentrasi tidak memberikan pengaruh
yang nyata. Semua jenis formulasi dengan taraf konsentrasi yang diberikan
sebesar 1%, 2.5%, dan 5% hanya dapat menghambat pertumbuhan Xoo patotipe
IV dengan rata-rata diameter penghambatan kurang dari 20.00 mm (Tabel 4).
Pada pengujian antibakteri formulasi aktinomiset terhadap Xoo patotipe VIII
menunjukkan bahwa formulasi andosol pada taraf konsentrasi 1% efektif dalam
menekan Xoo patotipe VIII dengan rata-rata panjang diameter penghambatan
sebesar 33.00 mm. Hasil tersebut berbeda nyata terhadap formulasi latosol pada
taraf konsentrasi 5%. Formulasi latosol pada taraf konsentrasi 5% hanya dapat
menekan pertumbuhan Xoo patotipe VIII dengan rata-rata diameter penghambatan
sebesar 24.00 mm (Tabel 4). Berdasarkan hasil yang didapat formulasi latosol
dengan taraf konsentrasi 5% kurang efektif dalam menekan pertumbuhan Xoo
patotipe VIII.
Berdasarkan hasil yang didapat pada perlakuan pengujian antibakteri
terhadap Xoo patotipe III, IV, dan VIII, formulasi andosol dengan taraf
konsentrasi 1%, 2.5%, dan 5% merupakan formulasi yang efektif dalam menekan
ketiga jenis patotipe Xoo. Formulasi andosol efektif dalam menekan pertumbuhan
Xoo dikarenakan sifat tanah andosol yang memiliki kandungan bahan organik
yang tinggi (Rachim dan Arifin 2011). Ketersediaan bahan organik dalam tanah
menyebabkan nutrisi untuk pertumbuhan mikroba khususnya aktinomiset selalu
tersedia.
Pengujian Formulasi Aktinomiset terhadap Penekanan Populasi
Xanthomonas oryzae pv. oryzae
Formulasi aktinomiset menggunakan tiga jenis tanah (latosol, podsolik, dan
andosol) sebagai bahan pembawa dapat menekan populasi X. oryzae pv. oryzae.
Hasil pengujian menunjukkan terdapat pengaruh nyata antara perlakuan formulasi
aktinomiset terhadap kontrol (Tabel 5). Formulasi latosol, formulasi podsolik, dan
formulasi andosol mampu menekan jumlah populasi X. oryzae pv. oryzae
dibandingkan dengan kontrol dan bakterisida. Diantara ketiga jenis formulasi
tersebut, formulasi andosol dapat menekan populasi X. oryzae pv. oryzae sebesar
27.25% dibandingkan dengan kontrol (Tabel 5). Hal tersebut dikarenakan
banyaknya ketersediaan nutrisi bagi mikroba khususnya aktinomiset. Ketersediaan
nutrisi dipengaruhi oleh karakteristik tanah andosol yang berasal dari abu
vulkanik yang memiliki kandungan bahan organik yang tinggi. Ketersediaan
nutrisi tersebut memungkinkan populasi aktinomiset dalam formulasi bertambah
sehingga dapat menekan pertumbuhan X. oryzae pv. oryzae secara optimal.
Tabel 5 Pengaruh perlakuan formulasi aktinomiset terhadap rata-rata jumlah
populasi Xanthomonas oryzae pv. oryzae
Perlakuan
Jumlah populasi
Persen penekanan
a
(log cfu/g benih)
Xoo (%)
Kontrol
6.4230a
0.00
Bakterisida
6.8237a
-6.23
FL
5.5083b
14.24
FP
4.7770c
25.62
FA
4.6727c
27.25

14
a

Angka yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (uji selang
berganda Duncan α = 0.05).

Perlakuan bakterisida tidak dapat menekan populasi X. oryzae pv. oryzae
dilihat dari jumlah populasi yang tidak berpengaruh nyata terhadap kontrol
dengan persentasi penekanan -6.23% (Tabel 5). Peningkatan populasi X. oryzae
pv. oryzae pada perlakuan bakterisida mungkin dikarenakan jenis bakterisida
tersebut tidak cocok untuk perlakuan seed treatment sehingga menyebabkan
organisme sasaran populasinya meningkat.
Uji Keefektifan Formulasi Aktinomiset sebagai PGPR pada Benih Padi
Pengujian keefektifan formulasi aktinomiset sebagai PGPR pada benih padi
bertujuan untuk mengetahui kemampuan formulasi dalam menginduksi
pertumbuhan tanaman. Parameter pengujian tersebut meliputi kecepatan tumbuh,
daya berkecambah, panjang akar, tinggi tanaman, dan bobot basah. Berdasarkan
hasil pengujian, perlakuan formulasi aktinomiset tidak memberikan pengaruh
yang nyata terhadap rata-rata kecepatan tumbuh tanaman padi berumur 7 HST
dibandingkan dengan kontrol (Tabel 6). Perlakuan formulasi aktinomiset
memberikan pengaruh yang berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan
bakterisida. Perlakuan bakterisida juga memberikan pengaruh yang berbeda nyata
dibandingkan dengan kontrol. Rata-rata kecepatan tumbuh benih padi pada
perlakuan bakterisida menunjukkan hasil yang paling kecil yaitu hanya 40.5%.
Hal tersebut diduga karena perlakuan bakterisida tidak efektif untuk seed
treatment sehingga rata-rata kecepatan tumbuh yang dihasilkan paling kecil
diantara yang lainnya.
Tabel 6 Pengaruh perlakuan formulasi aktinomiset terhadap rata-rata kecepatan
tumbuh benih padi berumur 7 HST
Perlakuan
Rata-rata kecepatan tumbuh (%)a
Kontrol
72.5a
Bakterisida
40.5b
FL
78.5a
FP
71.5a
FA
75.0a
a

Angka yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (uji selang
berganda Duncan α = 0.05).

Tabel 7

Pengaruh perlakuan formulasi aktinomiset terhadap rata-rata daya
berkecambah benih padi berumur 14 HST
Perlakuan
Rata-rata daya berkecambah (%)a
Kontrol
81.0a
Bakterisida
86.5a
FL
87.0a
FP
82.5a
FA
80.0a
a

Angka yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (uji selang
berganda Duncan α = 0.05).

Pengaruh perlakuan ketiga jenis formulasi aktinomiset terhadap rata-rata
daya berkecambah benih padi yang berumur 14 HST tidak memberikan hasil yang
berbeda nyata terhadap kontrol dan bakterisida (Tabel 7). Semua perlakuan

15
menghasilkan rata-rata daya berkecambah diatas 80%. Perlakuan formulasi
aktinomiset tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap rata-rata kecepatan
tumbuh dan rata-rata daya berkecambah benih padi.
Pengujian keefektifan formulasi aktinomiset sebagai PGPR pada benih padi
memberikan pengaruh yang nyata terhadap rata-rata panjang akar tanaman padi
(Tabel 8). Formulasi aktinomiset pada tanah andosol dapat menghasilkan tanaman
padi dengan rata-rata panjang akar tanaman tertinggi yaitu 6.4263 cm. Hasil
tersebut berbeda nyata terhadap kontrol dan perlakuan formulasi aktinomiset
lainnya. Perlakuan formulasi aktinomiset menggunakan tanah podsolik tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap perlakuan kontrol, namun rata-rata
panjang akar pada perlakuan formulasi podsolik lebih rendah dibandingkan
dengan perlakuan kontrol yaitu sebesar 5.2613 cm. Hal tersebut dikarenakan tanah
podsolik umumnya memiliki kandungan bahan organik yang rendah sehingga
menyebabkan aerasi tanah kurang baik sehingga perkecambahan akar tanaman
kurang sempurna (Soepardi 1983). Perlakuan bakterisida juga tidak memberikan
pengaruh yang nyata terhadap perlakuan formulasi latosol, formulasi podsolik,
dan kontrol.
Tabel 8 Pengaruh perlakuan formulasi aktinomiset terhadap rata-rata panjang
akar tanaman padi berumur 14 HST
Perlakuan
Rata-rata panjang akar (cm)a
Kontrol
5.7388b
Bakterisida
5.2412b
FL
5.7713b
FP
5.2613b
FA
6.4263a
a

Angka yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (uji selang
berganda Duncan α = 0.05).

Pengujian formulasi aktinomiset memberikan pengaruh nyata terhadap
pertumbuhan benih padi yang terlihat dari rata-rata tinggi tanamannya (Tabel 9).
Rata-rata tinggi tanaman padi pada 14 HST yang diberi perlakuan formulasi
aktinomiset menunjukkan hasil yang berbeda nyata terhadap rata-rata tinggi
tanaman padi pada perlakuan kontrol. Hal tersebut terlihat pada hasil rata-rata
tinggi tanaman padi yang diberi perlakuan formulasi andosol dan formulasi
latosol. Formulasi aktinomiset berjenis tanah andosol ini dapat meningkatkan ratarata tinggi tanaman padi menjadi 18.5938 cm. Hasil tersebut berbeda nyata
dengan perlakuan dengan rata-rata tinggi tanaman sebesar 17.1238 cm.
Tabel 9 Pengaruh perlakuan formulasi aktinomiset terhadap rata-rata tinggi
tanaman padi berumur 14 HST
Perlakuan
Rata-rata tinggi tanaman (cm)a
Kontrol
17.1238c
Bakterisida
16.9188c
FL
18.2075ab
FP
17.4400bc
FA
18.5938a
a

Angka yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (uji selang
berganda Duncan α = 0.05).

16
Perlakuan formulasi latosol juga dapat meningkatkan rata-rata tinggi
tanaman padi dibandingkan dengan kontol yaitu sebesar 18.2075 cm (Tabel 9).
Formulasi aktinomiset menggunakan tanah podsolik tidak memberikan hasil yang
berbeda nyata dengan kontrol. Perlakuan bakterisida menghasilkan rata-rata tinggi
tanaman terendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu sebesar 16.9188
cm (Tabel 9).
Pengujian formulasi aktinomiset terhadap bobot basah tanaman padi
menggunakan 20 benih padi yang dijadikan sebagai sampel. Benih padi yang
ditimbang merupakan benih padi yang telah dipisahkan dari akar dan tajuk
tanamannya. Rata-rata bobot basah tanaman padi yang diberi perlakuan formulasi
latosol dan formulasi podsolik memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap
kontrol (Tabel 10). Kedua jenis formulasi tersebut dapat meningkatkan bobot
basah padi sebanyak 0.175 g lebih banyak dibandingkan dengan kontrol. Benih
padi yang diberi perlakuan formulasi andosol menghasilkan rata-rata bobot basah
yang lebih besar dari pada kontrol yaitu sebesar 0.675 g, namun hasil tersebut
tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kontrol. Rata-rata bobot basah
benih padi yang diberi perlakuan bakterisida tidak berpengaruh nyata terhadap
kontrol, namun perlakuan tersebut menghasilkan rata-rata bobot basah yang lebih
besar yaitu sebesar 0.725 g.
Tabel 10 Pengaruh perlakuan formulasi aktinomiset terhadap rata-rata bobot
basah tanaman padi berumur 14 HST
Perlakuan
Rata-rata bobot basah (g)a
Kontrol
0.625b
Bakterisida
0.725ab
FL
0.800a
FP
0.800a
FA
0.675ab
a

Angka yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (uji selang
berganda Duncan α = 0.05).

Formulasi andosol ternyata tidak hanya efektif dalam menekan populasi X.
oryzae pv. oryzae, namun terbukti dapat menginduksi pertumbuhan tanaman.
Formulasi tersebut secara konsisten dapat menginduksi pertumbuhan tanaman
yang terlihat dari rata-rata panjang akar dan rata-rata tinggi tanamannya.
Penggunaan tanah andosol sebagai bahan pembawa dalam suatu formulasi secara
konsisten menunjukkan kemampuannya dalam menekan patogen penyakit kresek
X. oryzae pv. oryzae secara in vitro dan in planta.

17

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Aktinomiset dapat menekan pertumbuhan X. oryzae pv. oryzae pada 3 HSI,
5 HSI, dan 7 HSI. Formulasi aktinomiset menggunakan bahan pembawa tiga jenis
tanah terbukti dapat menghambat pertumbuhan patogen penyebab penyakit kresek
X. oryzae pv. oryzae. Formulasi andosol dapat menekan populasi X. oryzae pv.
oryzae sebesar 27.25% dibandingkan dengan kontrol. Formul