Rancang Bangun Sistem Informasi Promosi Komoditas Unggulan Subsektor Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PROMOSI
KOMODITAS UNGGULAN SUBSEKTOR TANAMAN
PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN CIANJUR

NISA SILMI AFINA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Rancang Bangun
Sistem Informasi Promosi Komoditas Unggulan Subsektor Tanaman Pangan dan
Hortikultura Kabupaten Cianjur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
oleh penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar
Pustaka pada bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2013
Nisa Silmi Afina
NIM H34090084

ABSTRAK
NISA SILMI AFINA. Rancang Bangun Sistem Informasi Promosi Komoditas
Unggulan Subsektor Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur.
Dibimbing oleh BURHANUDDIN.
Sektor primer berperan sangat besar dalam membentuk struktur ekonomi
Kabupaten Cianjur. Sektor primer yang merujuk pada subsistem budidaya
merupakan penggerak industri pengolahan dan perdagangan. Konsep yang
digunakan pada penelitian ini adalah konsep pemasaran sektor publik yang
menjelaskan bahwa pemerintah berperan sebagai promotor dalam memasarkan
produk yang dihasilkan di daerahnya. Perancangan sistem menggunakan
pendekatan sistem prototyping sebagai metode pengembangan sistem dengan
dibatasi hanya pada 2 langkah, yaitu identifikasi kebutuhan pengguna dan
pembuatan prototipe. Analisis kualitatif murni digunakan dalam pengolahan data
dengan alat analisis, di antaranya analisis lembaga tataniaga, analisis kebutuhan

pengguna, dan diagram alir data (data flow diagram – DFD). Hasil penelitian
berupa model proses sistem informasi promosi komoditas unggulan (SIPKU)
subsektor tanaman pangan dan hortikultura Kabupaten Cianjur yang menunjukan
bahwa perbedaan karakteristik pada ketiga komoditas menyebabkan perbedaan
entitas dan aliran data yang terjadi.
Kata kunci: dfd, komoditas unggulan, promosi, sistem informasi

ABSTRACT
NISA SILMI AFINA. Promotion Information System Design of The Advantages
Commodities of Cianjur Regency’s Food and Horticulture Subsector. Supervised
by BURHANUDDIN.
Prime sector has the highest role in forming economics structure in Cianjur
Region. Prime sector which refers to the farming is the mover for industrial sector
and trade. This research used marketing concept of public sector which explains
that government roles as promoter of the local product marketing. System design
used prototyping as the methode in system development by cutting off in 2 stage,
that is user's needs analysis and prototyping. Qualitative analysis is used in data
processing by the analytical instrument: marketing institution analysis, user's needs
analysis, and data flow diagram (DFD). The result of this research is model process
of promotion information system of the advantages commodities of the Cianjur

Regency's food and horticulture subsector which is showed that differences of the
characteristic of the 3 groups commodities cause the differences of entities and data
flows.
Keywords: advantages commodities, dfd, information system, promotion

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PROMOSI
KOMODITAS UNGGULAN SUBSEKTOR TANAMAN
PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN CIANJUR

NISA SILMI AFINA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2013

Judul Skripsi

Nama
NIM

Rancang Bangun Sistem Infonnasi Promosi Komoditas
Unggulan Subsektor Tanaman Pangan dan Hortikultura
Kabupaten Cianjur
Nisa Silmi Afina
H34090084

Disetujui oleh

Ir Burhanuddin, MM
Pembimbing

Diketahui oleh


Tanggal Lulus:

1 4 AUG 2013 '

Judul Skripsi : Rancang Bangun Sistem Informasi Promosi Komoditas
Unggulan Subsektor Tanaman Pangan dan Hortikultura
Kabupaten Cianjur
Nama
: Nisa Silmi Afina
NIM
: H34090084

Disetujui oleh

Ir Burhanuddin, MM
Pembimbing

Diketahui oleh


Dr Ir Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya
sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang
dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan April 2013 ini adalah sistem
informasi, dengan judul Rancang Bangun Sistem Informasi Promosi Komoditas
Unggulan Subsektor Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur.
Terimakasih kepada Bapak Ir Burhanuddin, MM sebagai pembimbing
akademik serta pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak ide, saran, dan
masukan dalam pembuatan skripsi ini. Terimakasih kepada Dr Ir Wahyu Budi
Priatna selaku penguji utama dan Ir Narni Farmayanti, MSc selaku penguji komisi
pendidikan yang telah memberikan banyak saran dan masukan bagi perbaikan
skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada kedua orangtua
dan seluruh keluarga atas dukungan, doa, dan kasih sayangnya. Tidak lupa,
penghargaan penulis sampaikan kepada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(Bappeda) Kabupaten Cianjur, Dinas Pertanian Pangan dan Hortikultura Kabupaten

Cianjur, Dinas Perdagangan dan Perindustrian, Dinas Perhubungan, Komunikasi
dan Informasi, Balai Penelitian Tanaman Pangan dan Hortikultura Desa Gekbrong,
Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Cipanas dan Sukaresmi, Gabungan
Kelompok Tani Agropolitan Kecamatan Cipanas, dan Kelompok Tani Hijau Daun
Sukaresmi. Penulis juga mengucapkan terima kasih dan sukses kepada Nur Nudhar
Azizah selaku teman bimbingan atas semangat dan kerjasamanya selama ini,
teman-teman Agribisnis 46, serta teman-teman Unit Kegiatan Mahasiswa Karate
yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis selama pembuatan
skripsi ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2013

Nisa Silmi Afina

ix

DAFTAR ISI
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Lampiran

Pendahuluan
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
Tinjauan Pustaka
Kajian Mengenai Pendekatan Sistem
Kajian Mengenai Model Perancangan Sistem
Keterkaitan Kajian Terdahulu dengan Penelitian
Kerangka Pemikiran
Kerangka Pemikiran Teoritis
Pemasaran dan Promosi
Sistem Informasi
Pendekatan Sistem
Konsep Basis Data (Database)
Perancangan Model Sistem
Kerangka Pemikiran Operasional
Metode Penelitian
Waktu dan Lokasi Penelitian

Sumber dan Jenis Data
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Gambaran Umum Daerah
Letak Geografis
Topografi
Hasil dan Pembahasan
Identifikasi Komoditas Unggulan dan Penetapan Kawasan Sentra
Analisis Kebutuhan Pengguna
Analisis Lembaga Tataniaga Komoditas Unggulan
Identifikasi Ketersediaan Sistem
Rancang Bangun Sistem Informasi Promosi Komoditas Unggulan
(SIPKU)
Simpulan dan Saran
Simpulan
Saran
Daftar Pustaka
Lampiran

x
x

x
1
1
2
3
4
4
4
4
5
6
6
6
6
7
8
9
9

10

10
10
11
12
14
14
16
17
17
20
20
25

28
43
43
43
43
45

x

DAFTAR TABEL
1 Jumlah industri di Kabupaten Cianjur menurut kelompok produk
2 Identifikasi pengguna dan kebutuhan pengguna sistem

2
31

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4

Kerangka pemikiran operasional
Bentuk tabel/file database
Peta lokasi penelitian
Peta kawasan sentra pengembangan komoditas unggulan Kabupaten
Cianjur
5 Rantai tataniaga komoditas padi Pandan Wangi
6 Rantai tataniaga komoditas wortel di Kecamatan Cipanas
7 Rantai tataniaga komoditas wortel di Kecamatan Warungkondang
8 Rantai tataniaga komoditas bunga potong Krisan
9 Alur penyelenggaraan pameran pembangunan Kabupaten Cianjur
10 Diagram konteks sistem informasi potensi unggulan berbasis web
11 Diagram konteks pameran pembangunan Kabupaten Cianjur
12 Struktur database SIPKU
13 Diagram Konteks SIPKU
14 Diagram level 1 SIPKU
15 Diagram level 2 SIPKU
16 Diagram level 3 SIPKU

11
13
16
19
21
23
23
25
27
29
30
34
37
38
41
42

Daftar Lampiran
1 Komponen data dari sistem informasi potensi unggulan berbasis web
2 Komponen data pameran pembangunan Kabupaten Cianjur
3 Isi (Field) Tabel pada database SIPKU

44
44
44

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Basis pembangunan wilayah seharusnya memperhatikan kearifan lokal yang
dimiliki oleh wilayah tersebut. Kearifan lokal ini dapat berupa komoditas unggulan
wilayah, sistem dan aturan adat, nilai-nilai budaya, dan sebagainya. Makmun
(2011) menjelaskan hal ini dalam konsep green economy atau sustainable
development yang menekankan pada tiga dimensi yang saling terkait yakni
lingkungan (environtment), sosial (social), dan ekonomi (economy). Dengan
memaksimalkan keunggulan sumberdaya lokal, baik sumberdaya alam maupun
masyarakat, dan didukung oleh perencanaan pembangunan daerah yang tepat, maka
penguatan kapasitas lokal yang unggul dan berdayasaing dapat tercapai (Daryanto
& Hafizrianda 2010).
Di dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Jawa
Barat untuk tahun 2005 sampai 2025, terdapat beberapa misi yang ingin dicapai
oleh Pemerintah Jawa Barat, di antaranya ialah: 1) meningkatkan perekonomian
yang berbasis potensi daerah dan berdaya saing, 2) mewujudkan lingkungan hidup
yang asri dan lestari, 3) mewujudkan pemerataan pembangunan yang berkeadilan.
Upaya perwujudan visi dan misi dari rencana tersebut dilaksanakan secara bertahap
melalui rencana jangka menengah dan didukung oleh rencana kerja pemerintah
daerah (RKPD) yang disusun oleh tiap Bupati daerah di Jawa Barat dengan
memperhatikan RPJPD dan RPJPM Jawa Barat serta disesuaikan dengan potensi
serta kearifan lokal masing-masing daerah.
Kabupaten Cianjur merupakan salah satu jalur agribsisnis di Provinsi Jawa
Barat yang memiliki persentase produk domestik regional bruto (PDRB) tertinggi
pada sektor pertanian, yaitu sebesar 37.38% dari total PDRB Kabupaten Cianjur.
Pendapatan sektor pertanian ini didominasi oleh subsektor pertanian tanaman bahan
makanan dan hortikultura dengan persentase sebesar 27.23% dari total PDRB,
sedangkan sisanya dari subsektor pertanian lainnya.1 Kondisi tersebut menunjukan
bahwa struktur ekonomi Kabupaten Cianjur masih didominasi oleh subsistem
budidaya (sektor primer). Kontributor kedua terbesar setelah sektor pertanian
adalah sektor perdagangan, yaitu sebesar 26.07%. Kondisi ini memperlihatkan
adanya keterkaitan antara sektor produksi dengan sektor perdagangan.
Meningkatnya produksi pertanian di Kabupaten Cianjur dapat mengangkat peran
perdagangan di daerah ini. Di sisi lain, kondisi ini menunjukan kelemahan sektor
industri pengolahan di Kabupaten Cianjur.
Sektor agribisnis tidak berdiri sendiri. Guna mengetahui peran sektor
agribisnis, maka perlu dilihat peran beberapa sektor, seperti sektor pertanian secara
luas, sektor industri pengolahan, perdagangan, restoran, dan lain sebagainya. Sektor
industri di Kabupaten Cianjur menyumbang sebesar 3.76% terhadap PDRB melalui
13 industri pengolahan besar dan 126 industri kecil dan menengah (Statistik Daerah
Kabupaten Cianjur 2012). Industri terbanyak pada kelompok industri makanan dan
sebagian besar masih didominasi oleh industri kecil dan menengah (Tabel 2).
Demikian pula penyerapan tenaga kerja pada sektor industri masih relatif kecil yaitu
1

Kabupaten Cianjur Dalam Angka 2012.

2
sebanyak 9095 orang. Kondisi ini masih memerlukan upaya peningkatan sektor
industri dengan mengundang investor dari luar untuk menanamkan investasi di
sektor industri di Kabupaten Cianjur.
Tabel 1 Jumlah industri di Kabupaten Cianjur menurut kelompok produk
Industri menurut kelompok produk

Besar

Farmasi,obat kimia, dan Tradisional
3
Karet, barang dari karet, dan plastik
2
Kayu, barang dari kayu, dan Gabus
Kendaraan bermotor dan Trailer
Komputer, barang elektronik, dan optik
1
Kulit, barang dari kulit, dan alas kaki
1
Tekstil
Pengelolaan limbah
Bahan kimia dan barang dari bahan kimia
Barang galian bukan logam
Barang logam, bukan mesin, dan peralatan
Mabelair
Makanan
5
Mesin dan perlengkapan ytdl
Pakaian jadi
1
Pengolahan lainnya
Pengolahan tembakau
Jumlah
13
Sumber: BPS, survei IBS dalam Statistik Daerah Kabupaten Cianjur 2012

Kecil dan
Menengah
1
6
19
1
2
2
6
4
5
3
5
58
2
4
4
4
126

Dalam mendukung pembangunan agribisinis Kabupaten Cianjur,
dibutuhkan suatu upaya untuk mempromosikan komoditas maupun produk
turunannya, terutama komoditas maupun produk yang berasal dari subsektor basis,
yaitu subsektor tanaman pangan dan hortikultura. Dalam hal ini peran pemerintah
sebagai fasilitator sangat dibutuhkan, terutama dalam memperbaiki sistem
pemasaran dan promosi komoditas yang dihasilkan (Supranto & Limakrisna 2010).
Oleh karena itu, dibutuhkan suatu rancangan sistem yang dapat memfasilitasi para
pihak yang berkepentingan pada subsektor tanaman pangan dan hortikultura yang
kemudian akan dikembangkan dalam suatu sistem yang terdiri dari 3 komponen,
yakni data (data), orang (people/brainware), dan prosedur (procedures).

Rumusan Masalah
Kabupaten Cianjur merupakan salah satu daerah dengan potensi subsektor
tanaman pangan dan hortikultura yang sangat besar. Adanya fokus pengembangan
dengan menekankan pada komoditas-komoditas unggulan daerah dapat
meningkatkan keunggulan kompetitif daerah. Kabupaten Cianjur memiliki
keunggulan komparatif untuk beberapa jenis komoditas pertanian secara luas
namun, rendahnya industri pengolahan di daerah tersebut menyebabkan kurangnya
keunggulan kompetitif untuk produk-produk agribisnis potensial .
Besarnya potensi subsistem budidaya di Kabupaten Cianjur seharusnya
dapat ditunjukan oleh tingkat kesejahteraan pelaku usaha pada sektor tersebut. Pada
kenyataannya, insentif yang diperoleh petani, sebagai pelaku usaha sektor primer

3
belum menunjukan tingkat kesejahteraan yang baik. Kondisi ini salah satunya
disebabkan oleh keterbatasan informasi pada tingkat petani, sehingga dalam hal
pemasaran komoditas, petani masih sangat bergantung pada pedagang pengumpul,
sedangkan pedagang pengumpul sebagian besar telah memiliki tujuan tertentu
dalam memasarkan komoditas primer yang diperoleh petani. Akibatnya, tidak ada
nilai tambah komoditas yang diberikan oleh tingkat pelaku usaha budidaya (petani).
Begitupun dengan sektor perdagangan yang notabene berada di posisi kedua setelah
sektor primer (BAPPEDA Kabupaten Cianjur 2012), sehingga sangat sedikit
manfaat yang diperoleh dari adanya nilai tambah produk, sebab nilai tambah yang
diberikan juga sangat sedikit.
Pembangunan agribisnis Kabupaten Cianjur sudah didukung oleh berbagai
teknologi yang memadai, namun perencanaan pengadaan sistem yang kurang
matang menyebabkan aliran informasi kurang berjalan dengan baik antar
stakeholder agribisnis di Kabupaten Cianjur. Hal ini terlihat dari substansi
informasi yang belum mengakomodasi kebutuhan stakeholder agribisinis di
Kabupaten Cianjur. Akibatnya, antar pelaku agribisnis dan pihak berkepentingan
masih menjadi entitas terpisah satu sama lain, belum menjadi satu entitas utuh.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka perumusan masalah dari penelitian ini
adalah:
1. Siapa saja komponen orang atau entitas eksternal dari sistem informasi
komoditas unggulan subsektor tanaman pangan dan hortikultura
Kabupaten Cianjur?
2. Mengapa kondisi sistem informasi komoditas unggulan Kabupaten
Cianjur belum bisa berperan dengan baik bagi pembangunan agribisnis
Kabupaten Cianjur?
3. Bagaimana sistem informasi promosi yang dapat dibangun untuk
memperbaiki pemasaran sektor primer agar dapat menggerakan industri
pengolahan dan perdagangan di Kabupaten Cianjur?

Tujuan Penelitian
Penelitian Rancang Bangun Sistem Informasi Promosi Komoditas
Unggulan Subsektor Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur ini
adalah:
1. Mengidentifikasi pihak-pihak yang berkepentingan dalam aliran informasi
antar pelaku agribisnis di Kabupaten Cianjur.
2. Mengidentifikasi ketersediaan sistem informasi potensi daerah.
3. Merancang sistem baru sebagai pengembangan atau perbaikan dari sistem
sebelumnya.

4
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini dapat dikategorikan bagi beberapa pihak,
diantaranya:
Mahasiswa
:
penelitian ini harapannya dapat memberikan informasi
mengenai kondisi faktual di lokasi penelitian dan menjadi
rujukan untuk karya ilmiah maupun penelitian berikutnya.
Peneliti
:
penelitian ini dapat memberikan informasi serta menjadi
pembanding bagi penelitian yang akan dilakukan
berikutnya.
Pemerintah
:
penelitian ini dapat membantu pemerintah setempat dalam
menciptakan suatu sistem pemasaran dan informasi yang
terintegrasi.
Masyarakat
:
penelitian ini dapat membuka wawasan masyarakat untuk
lebih mengenal Kabupaten Cianjur sebagai salah satu daerah
dengan jalur agribisnis strategis.
Programmer
:
penelitian ini dapat menjadi rujukan serta masukan dalam
mengembangkan aplikasi program atau software yang
berguna bagi stakeholder agrisbisnis (entitas dalam sistem).

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi berdasarkan tahapan dalam pendekatan
sistem prototyping. Pengkajian masalah dimulai dengan identifikasi sistem,
komponen sistem, dan dibatasi sampai pengembangan prototipe. Tidak dilakukan
konfirmasi dan/atau implementasi prototipe pada penelitian ini. Setiap tahap
dilakukan dengan fokus pada penyelesaian permasalahan pada sistem dan
kebutuhan pengguna. Penelitian ini mengkaji tiga komponen utama sistem
informasi, yaitu orang (people), data (data/datum), prosedur (procedures).
Pengkajian dilakukan secara kualitatif murni menggunakan data flow diagram
(DFD).

TINJAUAN PUSTAKA

Kajian Mengenai Pendekatan Sistem
Pendekatan sistem merupakan suatu kerangka berpikir sistematis yang
digunakan dalam proses perancangan sistem. Pendekatan sistem memiliki tahapantahapan yang selanjutnya menjadi proses di dalam merancang suatu sistem. Ada
beberapa tahapan yang seringkali ditemukan pada perancangan sistem, diantaranya
tahap investigasi, identifikasi permasalahan, identifikasi kebutuhan, analisis sistem,
desain sistem, uji coba sistem, evaluasi dan implementasi sistem (Olivia 2008,
Harris 2008, Apripradono 2008, Ekanala 2011).
Pendekatan sistem yang paling sering digunakan dalam perancangan sistem
ialah System Development Life Cycle (SDLC) sebab tahapan-tahapan di dalamnya

5
dianggap paling rasional untuk digunakan sebagai metode perancangan sistem.
SDLC dapat digunakan untuk membangun sistem yang benar-benar baru seperti
yang dilakukan oleh Olivia (2008). SDLC dibedakan dalam 4 model, yaitu
waterfall, iterative, spiral, dan V model. Bassil (2012) membuat model simulasi
untuk SDLC tipe waterfall yang menunjukan bahwa kelima proses pada tipe ini
harus diselesaikan secara berurutan, jika ditemukan kekurangan pada proses ke-X
maka proses harus dilakukan mengulang dari proses awal.
Selain SDLC, pendekatan sistem yang cukup dikenal ialah prototyping.
Metode ini berfokus pada kebutuhan penggunanya (McLeod 2004). Apripradono
(2008) melakukan tahapan-tahapan yang serupa dengan metode prototyping, yaitu
analisa dan perancangan sistem informasi pemasaran (SIPI) yang terbagi menjadi
studi kebutuhan SIPI, studi analisa sistem yang ada, fitur-fitur SIPI, desain dan
pengembangan SIPI, serta verifikasi SIPI. Metode prototyping juga digunakan oleh
Iriani et al. (2013) dalam penelitiannya mengenai sistem informasi kepuasan
pelanggan terhadap produk salah satu bank. Metode prototyping dianggap tepat
untuk digunakan pada penelitian tersebut karena fokus penelitian adalah kepuasan
pelanggan yang berperan sebagai end user di dalam sistem informasi yang
dikembangkan. Paradigma prototyping dimulai dengan adanya komunikasi antara
pengembang dan pengguna, sehingga kebutuhan pengguna dapat diidentifikasi
(Iriani et al. 2013, McLeod 2004). Iterasi prototyping direncanakan secara cepat,
demikian juga pemodelan dalam bentuk rancangan segera dibuat. Perancangan
yang cepat berfokus pada penggambaran aspek-aspek perangkat lunak yang akan
dilihat oleh pengguna, seperti tampilan antar muka pengguna dengan sistem,
atau format tampilan output. Rancangan yang cepat ini akan membawa ke arah
pembuatan (konstruksi) program dari prototipe (Iriani et al. 2013).

Kajian Mengenai Model Perancangan Sistem
Model perancangan sistem merupakan gambaran konseptual komponen dari
sistem yang dikembangkan. Model logis yang seringkali digunakan dalam
perancangan sistem, yaitu diagram alir data (data flow diagram – DFD) dan
diagram keterhubungan-entitas (entitiy relationship diagram – ERD). DFD
digunakan untuk mendokumentasikan prosedur aliran data pada sistem (Ekanala
2011, Triwari et al. 2012, Aziz et al. 2013, Ibrahim & Yen 2011). Penggunaan DFD
biasanya ditemukan pada penelitian yang berfokus pada proses (Ibrahim & Yen
2011), sedangkan ERD biasanya ditemukan pada penelitian yang berfokus pada
hubungan antar data dan entitas. Ibrahim & Yen (2011) menggunakan DFD untuk
mengembangkan model proses bisnis. Selain itu, penelitian tersebut juga
menemukan suatu alat untuk mengurangi ketidakterkaitan antar level pada DFD.
Kautsar (2011) menggunakan DFD untuk merancang aliran informasi pada pada
Sistem Informasi Agroindustri Belimbing Dewa (Sisagribingwa) serta ERD untuk
merancang model data yang digunakan pada Sisagribingwa. Sistem informasi yang
dibangun dalam bentuk website dengan tujuan mempermudah akses masyarakat
akan informasi yang disediakan.

6
Keterkaitan Kajian Terdahulu dengan Penelitian
Penelitian mengenai perancangan sistem informasi telah banyak dilakukan.
Metode yang digunakan sangat variatif, namun metode-metode tersebut pada
dasarnya adalah pengembangan atau perbaikan dari metode klasik, yaitu SDLC.
Selain dua metode yang disebutkan, terdapat beberapa metode lainnya, seperti The
Open Group Architecture Framework (TOGAF) (Supriyana 2010, Harumiaty et al.
2013, Yustrilia et al. 2013, Rendy 2013, Widyana et al. 2013) dan service oriented
architecture (SOA) (Toninetti [tahun tidak diketahui]). Perbedaan metode-metode
tersebut terletak pada orientasinya. Metode-metode baru yang merupakan
pengembangan dari model klasik SDLC digunakan untuk pengembangan sistem
yang sudah berjalan, sementara SDLC lebih tepat digunakan untuk membangun
sistem yang benar-benar baru. Oleh karena itu, untuk kasus pada penelitian ini
metode yang lebih tepat untuk diadopsi adalah prototyping karena sudah ditemukan
adanya sistem yang dikembangkan.
Pada model perancangan sistem, sebenarnya terdapat banyak jenis model
perancangan sistem, namun dua model logis yang disebutkan relatif lebih sering
digunakan dalam pendokumentasian. DFD lebih tepat digunakan bagi penelitian
ini, sebab DFD berfokus pada proses atau prosedur alir data sistem. Telah banyak
penelitian mengenai analisis sistem informasi dilakukan, tetapi belum banyak yang
menganalisis sistem informasi pada sistem agribisnis. Padahal adanya sistem
informasi yang baik sangat dibutuhkan bagi kelangsungan agribisnis mengingat
sifat produk agribisnis yang mudah rusak dan tidak tahan lama serta pentingnya
efisiensi produksi maupun pemasaran.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis
Pemasaran dan Promosi
Konsep pemasaran lebih banyak memfokuskan upaya perusahaan pada
kebutuhan pembeli dan/atau pelanggan. Kunci sukses mencapai tujuan organisasi
terletak pada bagaimana suatu organisasi menciptakan, menyampaikan, dan
menggunakan nilai pelanggan yang superior kepada pasar sasaran yang dipilih
(Supranto dan Limakrisna 2010). Perbedaan penjualan (sale) dengan pemasaran
(marketing) terletak pada fokus kebutuhan yang diupayakan. Penjualan berfokus
pada kebutuhan penjual untuk memperoleh balas jasa (insentif) dari barang atau
jasa yang dijual. Sedangkan pemasaran berfokus pada kebutuhan dan kepuasan
pembeli dan/atau pelanggan. Dengan demikian, konsep yang dibangun pada
pemasaran ialah, menciptakan dan menjual barang atau jasa yang dibutuhkan oleh
pembeli. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengetahui kebutuhan pembeli
sebelum menjual barang atau jasa. Di sisi lain, konsep pemasaran holistik dapat
dijelaskan dalam 4 komponen pemasaran holistik, yaitu relationship marketing,
integrated marketing, internal marketing, dan social responsibility marketing
(Supranto dan Limakrisna 2010). McCarthy dalam Supranto dan Limakrisna (2010)

7
mengklasifikasikan alat pemasaran dalam 4 bauran pemasaran yang disebut 4P,
yaitu product, price, place, dan promotion. Hal ini sejalan dengan pernyataan
Robert Lauterban (tahun tidak diketahui) dalam Supranto dan Limakrisna (2010),
bahwa 4P dari sudut pandang penjual sesuai dengan 4C dari sudut pandang
pelanggan, yaitu customer solution, customer cost, convenience, dan
communication.2
Konsep promosi dari sudut pandang penjual sesuai dengan communication
dan convenience dari sudut pandang pembeli. Promosi identik dengan strategi
mengkomunikasikan barang atau jasa kepada pembeli. Hal ini harus memberi
kenyamanan, baik secara fisik maupun psikologis bagi calon pembeli.
Sistem Informasi
Dalam mendefinisikan sistem, dapat digunakan dua pendekatan, yakni
pendekatan elemen atau komponen dan pendekatan prosedur (Sutabri 2010).
Pendekatan elemen atau komponen menekankan pada interaksi antar elemen atau
komponen pembentuk sistem tersebut. Sedangkan pendekatan prosedur
menekankan pada jaringan kerja prosedur-prosedur yang saling berhubungan satu
sama lain untuk menyelesaikan tujuan tertentu. Secara sederhana suatu sistem dapat
diartikan sebagai suatu kumpulan atau himpunan dari unsur, komponen, atau
variabel-variabel yang terorganisasi, saling berinteraksi, saling tergantung satu
sama lain dan terpadu (Lucas [tahun tidak diketahui] diacu dalam Kumorotomo
2004). Teori sistem mengatakan bahwa setiap unsur pembentuk organisasi adalah
penting dan harus mendapat perhatian yang utuh supaya pengambil keputusan dan
komponen lainnya dalam organisasi tersebut dapat bertindak lebih efektif.
McLeod (2004) membedakan sistem ke dalam dua jenis, yakni sistem fisik
dan sistem konseptual. Sistem fisik terdiri dari sejumlah sumberdaya fisik,
sedangkan sistem konseptual terdiri dari sumberdaya konseptual – data dan
informasi – untuk mewakili suatu sistem fisik.
Data dan informasi adalah dua konsep yang berbeda. Data terdiri dari faktafakta dan angka-angka yang relatif tidak berarti bagi pemakai, baik dalam dimensi
waktu maupun kebutuhan. Informasi merupakan data atau kumpulan data yang
diolah sehingga bernilai manfaat bagi penggunanya. Dalam prosesnya, data dapat
diolah – ditambah, kurang, kali, atau bagi – dengan data atau nilai tertentu,
direkayasa, diklasifikasikan, atau diinterpretasikan untuk menghasilkan sebuah
informasi yang berguna. Informasi diibaratkan sebagai darah yang mengalir dalam
organisasi, sehingga suatu sistem yang kekurangan informasi akan menjadi loyo,
kerdil, dan kemudian berakhir. Sutabri (2012) mengelompokan informasi menjadi
3 bagian, yaitu:
1. Informasi strategis. Informasi ini digunakana untuk mengambil keputusan
jangka panjang, yang mencakup informasi eksternal, rencana perluasan
perusahaan, dan sebagainya.
2. Informasi taktis. Informasi ini dibutuhkan untuk mengambil keputusan
jangka menengah, seperti informasi tren penjualan yang dapat
dimanfaatkan untuk menyusun rencana penjualan.

2

Dalam Supranto dan Limakrisna (2010), hlm 48

8
3. Informasi teknis. Informasi ini dibutuhkan untuk keperluan operasional
sehari-hari, seperti informasi persediaan stok, retur penjualan, dan laporan
kas harian.
Pendekatan Sistem
Pendekatan sistem merupakan sebuah metodoogi, yakni tahap-tahap yang
direkomendasikan dalam menyelesaikan masalah. Metode pengembangan sistem
dijelaskan dalam kerangka berpikir klasik System development life cycle (SDLC).
Kroenke (1992) menyebutkan proses ini secara singkat dan sederhana, yaitu
membangun sistem, menggunakan sistem, modifikasi sistem, rekonstruksi sistem,
menggunakannya lagi, dan seterusnya. Sedangkan McLeod dan Schell (2007)
menyebutkan ada 5 proses dalam SDLC tradisional yang seringkali disebut sebagai
pendekatan air terjun (waterfall) yaitu perencanaan, analisis, desain, implementasi,
dan penggunaan sistem. Meskipun metode SDLC waterfall ini memiliki tahapantahapan yang logis, namun tidak dapat dibantah bahwasanya metode ini masih juga
memiliki kelemahan. Pada SDLC waterfall, setiap tahap harus dilewati sekali jalan
dan proses tidak dapat dilanjutkan apabila proses sebelumnya belum selesai. Para
ahli kemudian menerapkan suatu teknik yang telah terbukti efektif dalam pekerjaan
lain, misalnya desain mobil. Teknik pengembangan ini disebut pembuatan prototipe
(prototyping).
Ada 2 jenis prototipe, yaitu prototipe jenis I (prototipe evolusioner) dan
prototipe jenis II (prototipe persyaratan). Pada prototipe evolusioner dilakukan
penyempurnaan terus-menerus hingga memenuhi berbagai fungsi yang dibutuhkan
oleh pengguna. Kemudian, prototipe ini akan menjadi sistem operasional atau
sistem aktual. Sedangkan prototipe persyaratan dikembangkan sebagai suatu cara
untuk mendefinisikan persyaratan-persyaratan dari sistem baru. Persyaratanpersyaratan dikemukakan sebagai stimulan bagi pengguna yang sulit
mendefinisikan kebutuhan mereka akan sistem baru. Oleh karenanya sistem ini
seringkali disebut sebagai blue print bagi sistem operasional (aktual) dan tidak
selalu menjadi sistem aktual karena prototipe ini dapat dibuang apabila sudah
mencapai tujuannya.
Tahapan pada prototipe evolusioner maupun prototipe persyaratan hampir
sama. Perbedaan proses ditemukan pada tahap ke-4 dan seterusnya. McLeod dan
Schell (2001) mengemukakan, terdapat 4 tahap dalam prototipe evolusioner, yaitu:
1. Mengidentifikasikan kebutuhan pemakai
2. Mengembangkan prototipe
3. Memastikan prototipe dapat digunakan
4. Menggunakan prototipe
Tahap 1 sampai dengan 3 pada prototipe persyaratan sama dengan yang dilakukan
pada prototipe operasional, sedangkan pada tahap 4 dan seterusnya, ditemukan
perbedaan antara keduanya, yaitu:
4. Mengkodekan sistem operasional
5. Menguji sistem operasional
6. Menentukan jika sistem operasional dapat diterima
7. Membuat sistem baru (sistem operasional) dapat digunakan menjadi
sistem produksi
Inti dari prototyping ialah pendekatan sistem yang berfokus pada kebutuhan
pengguna. Prototyping dapat berada di dalam SDLC atau berdiri sendiri. Bagi

9
sistem berskala kecil dan sistem yang sudah pernah dibangun atau dikembangkan,
prototyping dapat menggantikan SDLC, sedangkan pada sistem yang benar-benar
baru, prototyping biasanya berada di dalam tahapan SDLC.
Konsep Basis Data (Database)
Pengertian database dalam bahasan organisasi adalah seluruh sumber daya
berbasis komputer milik organisasi, sedangkan manajemen database adalah
aplikasi perangkat lunak yang menyimpan struktur database, hubungan antar data
dalam database serta berbagai file (input), laporan (output), dan arsip (history)
yang berkaitan dengan database tersebut. McLeod (2004) menjelaskan konsep
database sebagai integrasi logis dari catatan-catatan dalam banyak file. Konsep ini
menunjukan bahwa lokasi fisik dalam penyimpanan tidak tergantung pada lokasi
logis.
Konsep database memiliki dua tujuan utama, yaitu meminimalkan
pengulangan data (data
redundancy) dan mencapai independensi data.
Pengulangan data dapat diartikan sebagai penyimpanan data yang sama dalam
beberapa file, sehingga apabila terjadi pembaharuan pada data tersebut
memungkinkan terjadinya kesalahan pada salah satu file penyimpanan data. Ketika
hal ini tidak disadari, maka akan sulit untuk menentukan file mana yang benar dan
salah. Kondisi ini disebut inkonsistensi data. Independensi data adalah kemampuan
untuk membuat perubahan dalam struktur data tanpa membuat perubahan pada
program yang memproses data (McLeod 2004). Hal ini dicapai dengan
menempatkan spesifikasi data dalam tabel yang terpisah dari program. Spesifikasi
data, kemudian ditempatkan pada kamus data, yakni seperangkat penjelasan
mengenai data tertentu.
Prosedur pembuatan database mencakup 3 proses penting, yaitu menentukan
kebutuhan data, menjelaskan data tersebut, dan memasukan data ke dalam
database. Pada proses penentuan kebutuhan data, terdapat 2 pendekatan yang
digunakan, yaitu pendekatan berorientasi proses atau masalah dan pendekatan
model perusahaan (enterprise model). Proses penjelasan data menggunakan kamus
data yang kemudian menghasilkan skema. Skema bukan berisi data itu sendiri,
tetapi atribut atau karakteristik dari data yang dijelaskan (McLeod 2004), di
antaranya:
1. Nama data field,
2. Alias (nama lain yang digunakan untuk data field yang sama
3. Jenis data (angka, abjad, dan lain-lain)
4. Jumlah posisi
5. Jumlah posisi desimal (hanya untuk data angka)
6. Berbagai aturan integrasi data
Perancangan Model Sistem
Terdapat dua model sistem dalam mendokumentasikan sistem informasi,
yaitu model data dan model proses. Model data digambarkan dengan diagram
hubungan entitas (entity relationship diagram – ERD), sedangkan model proses
digambarkan dengan diagram arus data (data flow diagram – DFD). Model ERD
digunakan untuk mendokumentasikan data dengan mengidentifikasi jenis entitas
dan hubungannya, sedangkan DFD mendokumentasikan proses transformasi data
tersebut.

10
Model sistem Data Flow Diagram (DFD) merupakan model logik yang
menunjukan secara logis kepada pemakai tentang bagaimana fungsi-fungsi dalam
sistem bekerja. DFD menekankan pada segi proses. Secara umum, DFD dapat
didefinisikan sebagai suatu jaringan yang menggambarkan suatu sistem, subsistem
dan aliran data di dalamnya yang dilakukan secara komputerisasi, manualisasi, atau
gabungan dari keduanya dengan aturan main tertentu. Keuntungan penggunaan
DFD adalah memungkinkan untuk menggambarkan sistem dari level yang paling
tinggi kemudian menguraikannya menjadi level yang lebih rendah (dekomposisi).
Sedangkan kekurangannya ialah model ini tidak menunjukan proses pengulangan
(looping), proses keputusan, dan proses perhitungan (Sutabri 2012). Arus data di
dalam DFD dijelaskan menggunakan kamus data (data dictionary).

Kerangka Pemikiran Operasional
Kerangka pemikiran yang dibangun ialah ketersediaan sistem informasi
mengenai komoditas unggulan Kabupaten Cianjur. Sejalan dengan tujuan dan
manfaat penelitian bagi stakeholder, maka dilakukan identifikasi komoditas
unggulan subsektor tanaman pangan dan hortikultura Kabupaten Cianjur untuk
mengetahui komponen sistem. Investigasi dan analisis sistem dilakukan untuk
mengetahui ketersediaan sistem informasi komoditas unggulan yang dibangun di
Kabupaten Cianjur. Analisis sistem juga digunakan untuk mengidentifikasi
komponen sistem informasi (data, orang, dan prosedur). Pada tahap analisis sistem,
dilakukan tahap wawancara kepada stakeholder untuk menganalisis kebutuhan
setiap stakeholder. Analisis kebutuhan bertujuan untuk menyesuaikan perencanaan
sistem yang akan dibangun dengan kebutuhan pengguna sistem, sehingga sistem
yang dibangun memberikan manfaat bagi pengguna. Selanjutnya dilakukan reduksi
dan sintesis data sebagai tahap pra desain sistem. Terakhir, dilakukan perancangan
sistem baru apabila pada tahap investigasi sistem tidak ditemukan adanya sistem
informasi komoditas unggulan, sedangkan perencanaan pengembangan sistem
dilakukan apabila pada tahap investigasi sistem ditemukan adanya sistem informasi
komoditas unggulan. Tahap-tahap kerangka pemikiran operasional dapat dilihat
pada Gambar 1.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini terbagi dua tahap, yaitu investigasi dan observasi lapang dan
pengumpulan data. Tahap investigasi dan observasi lapang dimulai sejak
pertengahan bulan Februari 2013 dan dilanjutkan dengan pengumpulan data yang
berlangsung selama bulan Maret sampai minggu ke-2 bulan April 2013. Penelitian
ini dilaksanakan di Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat dengan mengambil satu
kawasan sentra untuk masing-masing komoditas unggulan subsektor tanaman
pangan dan hortikultura Kabupaten Cianjur sebagai fokus pengamatan. Pemilihan

11
kawasan sentra dilakukan secara cluster random sampling, namun berdasarkan
judgmental peneliti dan dinas setempat.
Perencanaan perancangan sistem informasi
potensi unggulan sektor basis yang kurang
matang

Komoditas Unggulan Subsektor Tanaman
Pangan dan Hortikultura

Komoditas
Unggulan
Tanaman Pangan

Komoditas
Unggulan Sayuran

Komoditas
Unggulan Tanaman
Hias

Sistem Informasi yang
sudah dibangun

Analisis sistem
(Komponen sistem dan kebutuhan
pengguna sistem)

Orang (entitas
eksternal)

Data

Prosedur

Rancang Bangun Sistem Informasi sebagai alat
pemasaran komoditas unggulan subsektor tanaman
pangan dan hortikultura

Gambar 1 Kerangka pemikiran operasional

Sumber dan Jenis Data
Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu data sekunder dan data
primer. Data sekunder diperoleh dari publikasi terbuka di media masa dan internet
serta instansi terkait, seperti laporan tahunan dinas-dinas terkait, Kajian Masterplan
Pembangunan Agribisnis Kabupaten Cianjur yang disusun oleh BAPPEDA
Kabupaten Cianjur dan BPS Kabupaten Cianjur. Selain itu, data sekunder lainnya
juga diperoleh dari studi lapang serta laporan atau hasil pencatatan lembagalembaga agribisnis yang menjadi objek pengamatan.
Data primer diperoleh melalui investigasi pra penelitian; observasi lapang;
wawancara mendalam (in depth interview) dengan perwakilan penting di dinasdinas terkait, pelaku usaha, dan keyperson lainnya; dan dokumen. Pada penelitian

12
kualitatif ini, data didekati melalui instrumen
didokumentasikan dalam bentuk catatan tertulis.

manusia.

Data

primer

Metode Pengolahan dan Analisis Data
Pada penelitian sistem informasi, tahap pengolahan dan analisis data
seringkali dilakukan secara bersamaan. Metode pengolahan dan analisis data
dilakukan secara deskriptif kualitatif melalui tahap-tahap pada metode prototyping,
yaitu analisis kebutuhan pengguna dengan mengidentifikasi stakeholder pada
sistem yang sudah ada dan mengembangkan prototipe dengan analisis komponen
sistem dan perancangan model proses (data flow diagram).
Identifikasi Komoditas Unggulan dan Penentuan Kawasan Sentra
Identifikasi komoditas unggulan digunakan untuk memudahkan analisis
sistem komoditas unggulan. Dengan mengetahui sistem informasi dari komoditas
unggulan pada masing-masing kelompok komoditas, maka sistem untuk setiap
kelompok komoditas diasumsikan sama karena adanya kesamaan karakteristik
komoditas pada masing-masing kelompok.
Kawasan sentra merupakan kawasan yang memiliki potensi lebih besar
daripada daerah lainnya dalam menghasilkan komoditas unggulan. Penentuan
kawasan sentra bertujuan untuk menemukan lokasi penelitian secara spesifik dari
komoditas unggulan pada setiap kelompok komoditas. Penentuan kawasan sentra
dilakukan berdasarkan Laporan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura
Kabupaten Cianjur 2012, data-data yang tersedia di BPS, dan informasi yang
diperoleh langsung dari dinas maupun balai penelitian dan penyuluhan (BPP)
pertanian pada tingkat kecamatan.
Pendekatan Sistem: Prototyping
Tahapan pengolahan data pada penelitian ini dimulai setelah data dan
informasi terkumpul sebanyak-banyaknya. Data dan informasi akan digunakan
untuk memasuki tahap-tahap dalam metode prototyping, sebagai pendekatan sistem
yang digunakan pada penelitian ini. Jenis prototipe yang akan digunakan ialah
prototipe jenis I yaitu, prototipe evolusioner, sedangkan tahapan yang digunakan,
berdasarkan output penelitian, hanya 2 tahap, yaitu: 1) analisis kebutuhan dan 2)
pengembangan prototipe.
Analisis Kebutuhan Pengguna
Sebelum dilakukan analisis kebutuhan pengguna, hal yang dilakukan terlebih
dulu ialah mengidentifikasi sistem yang sudah pernah dikembangkan dan/atau yang
sedang berjalan. Setelah diperoleh informasi mengenai sistem-sistem yang tersedia,
maka pengguna sistem dapat diidentifikasi dan diklasifikasikan berdasarkan peran
dan fungsinya. Selain itu, identifikasi stakeholder juga dilakukan dengan
menganalisis lembaga tataniaga setiap komoditas yang menjadi unggulan pada
masing-masing kelompok.

13
Analisis lembaga tataniaga
Analisis lembaga tataniaga pada penelitian ini tidak sama dengan analisis
lembaga tataniaga pada penelitian dengan tema tataniaga. Pada penelitian ini,
analisis lembaga tataniaga dilakukan untuk mengidentifikasi stakeholder dari setiap
kelompok komoditas. Guna mempermudah identifikasi ini, maka diasumsikan
karakteristik stakeholder pada setiap komoditas di masing-masing kelompok adalah
sama, sehingga identifikasi hanya dilakukan pada 1 jenis komoditas pada masingmasing kelompok. Penentuan komoditas dilakukan berdasarkan hasil studi literatur,
kajian terkait komoditas unggulan, dan informasi langsung dari sumber terpercaya.
Pengembangan Prototipe
Di dalam tahap ini dilakukan klasifikasi serta reduksi data dan informasi. Data dan
informasi yang diperoleh dari hasil observasi diklasifikasikan menjadi tiga
komponen sistem informasi, yakni pengguna, data yang dapat dihasilkan oleh
pengguna, dan prosedur yang terjadi. Klasifikasi juga dilakukan untuk pembuatan
database (Gambar 2) sebelum pendokumentasian proses. Setelah semua komponen
sistem disiapkan, maka pengembangan prototipe menggunakan model sistem data
flow diagram (DFD) dapat dilakukan. Perancangan model DFD dilakukan
menggunakan software Edraw Max 6.3.
Nama Tabel/File
Nama
Data

Kode

Struktur
Data

Keterangan
1

Keterangan
2

Keterangan
...

Keterangan
X

Gambar 2 Bentuk tabel/file database
DFD merupakan cara paling alamiah untuk mendokumentasikan proses
(McLeod 2004). Alat ini memiliki beberapa simbol untuk mempermudah analisis.
Terdapat 4 simbol dalam perancangan model proses menggunakan DFD,
diantaranya:
a
.

External entity
Simbol ini menunjukan elemen lingkungan yang
berada di luar batas sistem. Nama terminator digunakan
untuk menunjukan elemen lingkungan. Terminator
dapat berupa orang, organisasi, atau sistem lain yang
berhubungan dengan sistem yang dikembangkan.

14
b
.

Proses (Process)
Simbol ini digunakan untuk proses pengolahan atau
transformasi data. Proses menunjukan adanya
perubahan input menjadi output. Setiap aliran data
antar entitas maupun dari dan/atau ke data store akan
melewati transformasi data.

c
.

Data flow
Simbol ini digunakan untuk menggambarkan aliran
data dari dan/atau menuju proses. Inti dari sistem ialah
adanya input yang diubah menjadi output. Dalam hal
ini, input adalah data flow menuju simbol proses dan
output ditunjukan oleh data flow yang berasal dari
proses.

Data store
Simbol ini digunakan untuk menggambarkan data flow
yang sudah disimpan atau diarsipkan. Data store dalam
istilah DFD adalah suatu penampungan data. Simbol ini
hanya muncul pada proses yang menggunakan data
store tersebut (Kroenke 1992)
DFD seringkali disebut sebagai diagram multilevel karena terdiri dari
beberapa level atau tingkatan proses. Tingkatan proses menunjukan adanya
dekomposisi sistem, sehingga semakin rendah tingkatannya memperlihatkan proses
yang semakin detail dari sistem tersebut. Kroenke (1992) menjelaskan dibutuhkan
3 (tiga) tahap atau tingkat konstruksi dalam membuat DFD, yaitu:
1. Diagram Konteks (Context Diagram). Diagram konteks merupakan level
0 (nol) atau level tertinggi pada DFD. Digram ini memperlihatkan
keseluruhan aktivitas yang dijangkau oleh model. Pada diagram konteks,
hanya ditemukan 1 proses yang menggambarkan keseluruhan proses yang
terjadi pada sistem.
2. Diagram Level 1. Diagram ini dibuat untuk menggambarkan proses-proses
pengolahan data, yang penjabarannya lebih terperinci. Proses-proses ini
merupakan dekomposisi dari proses umum yang ada pada diagram
konteks.
3. Diagram Detail (Level 2, 3, .dan seterusnya). Diagram ini dibuat untuk
menggambarkan arus data secara lebih mendetail lagi dari tahapan proses
yang ada di dalam diagram konteks maupun diagram level 1.
d
.

GAMBARAN UMUM DAERAH

Letak Geografis
Secara geografis Kabupaten Cianjur berada di tengah propinsi Jawa Barat
dengan jarak sekitar 65 km dari ibu kota Provinsi Jawa Barat (Bandung) dan 120

15
km dari ibu kota negara (Jakarta). Posisi tersebut menempatkan Kabupaten Cianjur
berada ditengah-tengah Wilayah Provinsi Jawa Barat, memanjang dari Utara ke
Selatan. Di bagian utara, Kabupaten Cianjur berbatasan dengan Kabupaten Bogor
dan Kabupaten Purwakarta, di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten
Bandung dan Kabupaten Garut, sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Hindia
dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi (Gambar 3). Kabupaten
Cianjur secara geografis terbagi dalam 3 wilayah yaitu wilayah utara, wilayah
tengah dan wilayah selatan dengan jumlah kecamatan sebanyak 32 kecamatan,
jumlah desa sebanyak 342 desa dan jumlah kelurahan sebanyak 6 kelurahan dan
luas wilayah seluas 350.148 ha. Masing-masing wilayah mempunyai ciri-ciri
khusus baik dari segi sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia. Sumberdaya
alam dapat dibedakan berdasarkan topografi, jenis tanah, iklim, jenis penggunaan
tanah dan lain-lain. Sumber daya manusia dapat dibedakan berdasarkan jumlah
penduduk, jumlah rumah tangga petani, tingkat pendidikan dan lain-lain.
Berdasarkan wilayah pembangunan, Kabupaten Cianjur dibagi menjadi Wilayah
Pengembangan Utara (WPU), Wilayah Pengembangan Tengah (WPT), dan
Wilayah Pengembangan Selatan (WPS) :
1. Wilayah Pengembangan Utara, merupakan dataran tinggi yang terletak di
kaki Gunung Gede yang sebagian besar merupakan daerah dataran tinggi
pegunungan dan sebagian lagi merupakan dataran yang dipergunakan
untuk pesawahan. Kecamatan yang termasuk wilayah ini adalah
Kecamatan Cibeber, Bojongpicung, Haurwangi, Ciranjang, Karangtengah,
Cianjur, Warungkondang, Gekbrong, Cugenang, Pacet, Cipanas, Mande,
Cikalongkulon, Sukaluyu, Cilaku, dan Sukaresmi.
2. Wilayah Pengembangan Tengah, merupakan daerah yang berbukit-bukit
kecil dengan keadaan struktur tanahnya labil sehingga sering terjadi tanah
longsor, dataran lainnya terdiri dari areal perkebunan, ladang dan
pesawahan. Kecamatan yang termasuk daerah ini adalah Kecamatan
Tanggeung, Pasirkuda, Pagelaran, Kadupandak, Cijati, Takokak,
Sukanagara, Campaka dan Campaka Mulya.
3. Wilayah Pengembangan Selatan, merupakan dataran rendah akan tetapi
terdapat bukit-bukit kecil yang diselingi oleh pegunungan yang melebar
sampai ke daerah pantai Samudra Hindia. Seperti halnya daerah Cianjur
bagian tengah, bagian selatan pun tanahnya labil dan sering terjadi longsor,
disini terdapat juga areal perkebunan, ladang dan pesawahan tetapi tidak
begitu luas. Kecamatan yang termasuk wilayah ini adalah Kecamatan
Agrabinta, Leles, Sindangbarang, Cidaun, Naringgul, Cibinong, Cikadu.

16

Gambar 3 Peta lokasi penelitian

Topografi
Keadaan topografi Kabupaten Cianjur sebagian besar berupa daerah
pegunungan, berbukit-bukit dan sebagian merupakan dataran, dengan ketinggian 0
meter sampai dengan 2.962 meter di atas permukaan laut (Puncak Gunung Gede),
dengan kemiringan antara 10 sampai dengan 400.
Kabupaten Cianjur memiliki jalur agribisnis yang sangat startegis. Selain
topografinya dan kondisi geografisnya yang mendukung untuk mengusahakan
berbagai sektor pertanian secara luas, Kabupaten Cianjur juga memiliki jarak
tempuh yang relatif dekat menuju ke kota-kota besar di sekitarnya, seperti Bandung,
Bogor, dan Jakarta sehingga hal ini menjadi keunggulan tersendiri bagi Kabupaten
Cianjur jika dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya. Hampir sebagian besar
wilayah di Kabupaten Cianjur diusahakan untuk usaha pertanian, baik itu pertanian
pangan, hortikultura, perikanan, perkebunan, peternakan, maupun kehutanan.
Demikian pula dengan komoditas yang diusahakan, sangat banyak dan beragam.

17
HASIL DAN PEMBAHASAN

Identifikasi Komoditas Unggulan dan Penetapan Kawasan Sentra
Analisis sistem dilakukan dengan melihat minimal 3 komponen sistem
informasi, yaitu orang, data, dan prosedur (Kroenke 1992, Burhanuddin 1997).
Pada penelitian ini, identifikasi stakeholder dilakukan untuk mengetahui komponen
orang pada sistem. Jika komponen orang sudah diperoleh, maka komponen data
dan prosedur dapat dengan mudah diketahui. Sebelum mengidentifikasi pihakpihak yang berkepentingan dalam aliran sistem informasi komoditas unggulan
subsektor tanaman pangan dan hortikultura Kabupaten Cianjur, maka perlu
diketahui terlebih dahulu komoditas-komoditas unggulan subsektor tanaman
pangan dan hortikultura Kabupaten Cianjur. Hal ini dilakukan untuk mempersempit
sistem yang diamati, sehingga mempermudah tahapan analisis sistem.
Identifikasi komoditas unggulan menggunakan data sekunder Laporan
Akhir Masterplan Pembangunan Agribisnis Kabupaten Cianjur 2012. Berdasarkan
laporan tersebut, berikut ini telah ditentukan kriteria penilaian komoditas unggulan
Kabupaten Cianjur:
1. Kriteria pasar dan pemasaran, meliputi:
a. Permintaan pasar yang tinggi dan memenuhi preferensi pasar
b. Segmen pasar luas
c. Dapat menghasilkan devisa
d. Merupakan substitusi impor
2. Kriteria teknologi agribisnis, meliputi:
a. Benih (Bibit) berkesinambungan dan unggul
b. Penguasaan teknologi pembuatan benih (bibit) unggul
c. Penguasaan teknologi budidaya yang mutakhir
d. Penguasaan teknologi pasca panen (pengolahan) yang mutakhir
3. Kriteria lingkungan, yang meliputi:
a. Produk bebas pestisida
b. Memenuhi standar kesehatan
c. Ramah terhadap lingkungan sekitarnya
4. Kriteria keunggulan komparatif, yang meliputi:
a. Sesuai dengan agroklimat dan lokalitas
b. Sumber daya alam lokal
c. Supply bahan baku industri
d. Keterkaitan ke depan dan ke belakang.
5. Kriteria keunggulan kompetitif, yang meliputi :
a. Bernilai ekonomi dan menguntungkan
b. Nilai tambah dan margin tinggi
c. Berkualitas
d. Dapat bersaing dengan daerah lain
6. Kriteria pendapatan dan kesejahteraan, yang meliputi :
a. Mampu meningkatkan PAD
b. Merupakan sumber pendapatan petani (pelaku agribisnis)
c. Memperluas lapangan pekerjaan

18
d. Memberikan dampak ekonomi yang tinggi terhadap masyarakat dan
daerah
7. Kriteria Keunikan dan Khas Daerah, yang meliputi :
a. Produk spesifik hanya terdapat pada daerah tertentu
b. Menjadi ciri khas daerah
c. Memiliki karakteristik yang unik
Analisis komoditas unggulan yang dilakukan oleh BAPPEDA Kabupaten
Cianjur menggunakan teknik scoring yang melibatkan pelaku usaha dan pejabat
pemerintahan terkait. Dari analisis tersebut diperoleh masing-masing satu
komoditas yang memiliki nilai tertinggi pada total skor prioritas.
Sektor per