Modal Sosial Masyarakat dalam Mengembangkan Ekowisata Bahari di Pulau Pramuka DKI Jakarta
MODAL SOSIAL MASYARAKAT DALAM
MENGEMBANGKAN EKOWISATA BAHARI DI PULAU
PRAMUKA DKI JAKARTA
YANDRA AZHARI
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN
MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
ii
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Modal Sosial
Masyarakat dalam Mengembangkan Ekowisata Bahari di Pulau Pramuka DKI
Jakarta adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2013
YANDRA AZHARI
NIM I34090102
iv
v
ABSTRAK
YANDRA AZHARI. Modal Sosial Masyarakat dalam Mengembangkan
Ekowisata Bahari di Pulau Pramuka DKI Jakarta. Dibimbing oleh EKAWATI
SRI WAHYUNI.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan karakteristik
kepala keluarga dengan modal sosialnya dan hubungan modal sosial kepala
keluarga dengan pengembangan ekowisata bahari di Pulau Pramuka. Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif yang didukung dengan metode
kualitatif. Modal sosial yang dimiliki kepala keluarga untuk mengembangankan
ekowisata bahari itu sendiri dinilai cukup baik. Hal ini jika dihubungkan dengan
pendapatan dan tingkat pendidikan. Namun bila dikorelasikan dengan modal
sosialnya lebih berpengaruh pada tingkat pemahaman terhadap norma dan jumlah
orang yang dikenal pada jaringan sosial yang dimilikinya. Namun masih kurang
atau sudah mulai memudarnya kepercayaan terhadap masyarakat khususnya
dalam pengembangan ekowisatanya.
Kata Kunci: Modal sosial, ekowisata
ABSTRACT
YANDRA AZHARI. The Community of Social Capital for Developing The
Eecotourism at Pramuka Island DKI Jakarta. Supervised by EKAWATI SRI
WAHYUNI
This study aimed to analyze the relationship of the head families
characteristics with the social capital in the ecotourism development at Pramuka
Island. The study also aimed to examine the relationship of head families social
capital with ecotourism development at Pramuka Island. The research used the
quantitative method with qualitative method support. Over all, the social capital of
pramuka island community for ecotourism development at Pramuka Island was
quite good. This is linked to income and education. However if look the social
correlation, that shown on the level of understanding of the norm, number of
people who are known with the social network. However that should likely fading
the society trust, especcially in the ecotourism developing.
Keyword: Social capital, ecotourism
vi
vii
MODAL SOSIAL MASYARAKAT DALAM MENGEMBANGKAN
EKOWISATA BAHARI DI PULAU PRAMUKA DKI JAKARTA
YANDRA AZHARI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN
PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
viii
Judu} Skripsi : Modal Sosial Masyarakat datan1 Mengembangkan Ekowisata
Bahari di Pulau Pramuka DKI Jakarta
Nama
: Yandra Azhari
NIM
: 134090102
Disetujui oleh
TIl
o 4 SEP 20 13
Tanggal Lulus : _ _ _ _ __
MS
ix
Judul Skripsi : Modal Sosial Masyarakat dalam Mengembangkan Ekowisata
Bahari di Pulau Pramuka DKI Jakarta
Nama
: Yandra Azhari
NIM
: I34090102
Disetujui oleh
Dr. Ir. Ekawati Sri Wahyuni, MS
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS
Ketua Departemen
Tanggal Lulus : ______________
x
xi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, petunjuk, dan nikmat-Nya dalam mengerjakan skripsi
penelitian ini, maka akan terselesaikan dengan baik. Skripsi penelitian yang
berjudul “Modal Sosial Masyarakat dalam Mengembangkan Ekowisata Bahari di
Pulau Pramuka DKI Jakarta” ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan
mengenai modal sosial masyarakat Pulau Pramuka dalam pengembangan
ekowisata bahari.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
Ibu Dr. Ir. Ekawati Sri Wahyuni MS selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah
memberikan bimbingan serta menyalurkan pikiran untuk memperbaiki
kekurangan penulisan hingga penyelesaian dari skripsi penelitian ini. Terimakasih
kepada Prof Dr EKS Harini Muntasib atas bimbinganya perihal ekowisata.
Penulis juga menyampaikan hormat dan terimakasih kepada orang tua tercinta
yang selalu memberikan doa dan melimpahkan kasih sayangnya, dan juga tidak
lupa untuk kakak tersayang yaitu Malta Hastinova dan Martini D Indrayanti yang
turut mendukung dalam penyelesaian skripsi penelitian ini. Penulis juga tidak lupa
berterimakasih kepada teman satu bimbingan Faris Budiman Annas dan Gilang
Angga Putra. Teman yang selalu memberikan support lainnya seperti Bang Jek,
Indra Setiyadi, Hamdani Pramono, Maulin, Irma, jonah, ela, Tante Waisak, dan
Lulu Hanifah.
Terimakasih juga atas nasihat dan bantuanya yang diberikan oleh Yuli
wewe, Lourenza, Melisa, Puput Marwah, dan Arif Rachman yang selalu
membantu dan mendukung perkembangan skripsi penelitian ini. Penulis juga
ucapkan terimakasih juga atas banyak pengalaman dan pelajaran dari kaka kelas
kebangaan dan tercinta KPM 45 yaitu Ka Puput, Bang Farhan, Mas Bejo, Bang
Arfin dan kakak-kakak lainnya. Terimakasih juga untuk seluruh crew DBL Bogor
atas support dan seluruh teman-teman terbaik dan satu perjuangan KPM 46 yang
selalu memberi semangat dan dukungannya kepada penulis. Selain itu juga
penulis mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan dari adek-adek KPM 47
dan KPM 48. Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
memotivasi dalam penyelesaian skripsi penelitian ini. Semoga Skripsi Penelitian
ini bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Juli 2013
Yandra Azhari
NIM. I34090102
xii
xiii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTARTABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masalah Penelitian
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Ekowisata Bahari
Kriteria dan Unsur Ekowisata
Dampak Ekowisata
Pengembangan Ekowisata pada Berbagai Wilayah
Modal Sosial
Kepercayaan
Norma Sosial
Jaringan
Kerangka Pemikiran
Hipotesis
Definisi Operasional
PENDEKATAN LAPANG
Lokasi dan Waktu
Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengolahan Dan Analisi Data
GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK
KEPALA KELUARGA
Letak Geografis dan Kondisi Alam
Penduduk dan Mata Pencaharian
Sarana dan Prasarana
Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Gambaran Ekowisata Bahari di Pulau Pramuka
Karakteristik Responden
Usia Responden
Jenis Kelamin
Status Perkawinan
Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendapatan
ANALISIS
HUBUNGAN
KARAKTERISTIK
INDIVIDU
DENGAN MODAL SOSIAL KEPALA KELUARGA
Hubungan Usia dengan Modal Sosial Kepala Keluarga
Hubungan Usia dengan Tingkat Pemahaman Terhadap Norma
Hubungan Usia dengan Tingkat Kepercayaan Masyarakat
Hubungan Usia dengan Jumlah Orang yang Dikenal
Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Modal Sosial
ix
xi
xi
xi
1
1
2
3
3
5
5
6
7
9
11
12
13
14
15
16
16
19
19
19
20
23
23
24
26
26
27
28
28
29
29
29
29
31
31
31
32
32
33
xiv
Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Pemahaman
Terhadap Norma
Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kepercayaan terhadap
Masyarakat
Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Jumlah Orang yang
Dikenal
Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Modal Sosial Kepala
Keluarga
Hubungan Tingkat Pendapatan Kepala Keluarga dengan
Pemahaman Terhadap Norma
Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Tingkat Kepercayaan
Terhadap Masyarakat
Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Jumlah Orang yang
Dikenal
ANALISIS HUBUNGAN MODAL SOSIAL MASYARAKAT
DENGAN PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI
Norma
Hubungan Tingkat Pemahaman Terhadap Norma dengan
Tingkat Keterlibatan dalam Pengembangan Ekowisata Bahari
Hubungan Tingkat Pemahaman Terhadap Norma dengan
Tingkat Pelaksanaan dan Manajemen dalam Pengembangan
Ekowisata Bahari
Hubungan Tingkat Pemahaman Terhadap Norma dengan
Tingkat Pengetahuan Lingkungan Ekowisata Bahari
Kepercayaan
Hubungan Tingkat Kepercayaan Terhadap Masyarakat dengan
Tingkat Keterlibatan dalam Pengembangan Ekowisata Bahari
Hubungan Tingkat Kepercayaan Terhadap Masyarakat dengan
Tingkat Pelaksanaan dan Manajemen dalam Pengembangan
Ekowisata Bahari
Hubungan Tingkat Kepercayaan Terhadap Masyarakat dengan
Tingkat Pengetahuan Lingkungan Ekowisata Bahari
Jaringan
Hubungan Jumlah Orang yang Dikenal dengan Tingkat
Keterlibatan dalam Pengembangan Ekowisata Bahari
Hubungan Jumlah Orang yang Dikenal dengan Tingkat
Pelaksanaan dan Manajemen dalam Pengembangan Ekowisata
Bahari
Hubungan Jumlah Orang yang Dikenal dengan Tingkat
Pengetahuan Lingkungan dalam Pengembangan Ekowisata
Bahari
Simpul
MANFAAT PENGEMBANGAN EKOWISATA TERHADAP
MASYARAKAT
33
34
34
35
36
36
37
39
39
40
40
41
42
43
44
45
46
46
47
48
49
53
xv
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
57
57
57
59
61
67
xvi
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Pengembangan ekowisata pada berbagai wilayah
Metode pengumpulan data
Jumlah kepala keluarga dan jumlah penduduk Pulau
Pramuka
Jenis mata pencaharian penduduk kelurahan Pulau Panggang
Jumlah penduduk Kelurahan Pulau Panggang pada tingkat
pendidikan tahun 2007
Jenis mata pencaharian penduduk kelurahan Pulau Panggang
Karakteristik kepala keluarga
Hubungan usia dengan tingkat pemahaman terhadap norma
Hubungan usia dengan tingkat kepercayaan terhadap
masyarakat
Hubungan usia dengan jumlah orang yang dikenal
Hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat pemahaman
terhadap norma
Hubungan tingkat pendidikan dengan kepercayaan terhadap
masyarakat
Hubungan tingkat pendidikan dengan jumlah orang yang
dikenal
Hubungan tingkat pendapatan kepala keluarga dengan
pemahaman terhadap norma
Hubungan tingkat pendapatan dengan tingkat kepercayaan
terhadap masyarakat
Hubungan tingkat pendapatan dengan jumlah orang yang
dikenal
Hubungan tingkat pemahaman terhadap norma dengan
tingkat keterlibatan dalam pengembangan ekowisata bahari
Hubungan tingkat pemahaman terhadap norma dengan
tingkat pelaksanaan dan manajemen dalam pengembangan
ekowisata
Hubungan tingkat pemahaman terhadap norma dengan
tingkat pengetahuan lingkungan ekowisata bahari
Hubungan tingkat kepercayaan terhadap masyarakat dengan
tingkat keterlibatan dalam pengembangan ekowisata bahari
Hubungan tingkat kepercayaan terhadap masyarakat dengan
tingkat pelaksanaan dan manajemen dalam pengembangan
ekowisata
Hubungan tingkat kepercayaan terhadap masyarakat dengan
tingkat pengetahuan lingkungan ekowisata bahari
Hubungan jumlah orang yang dikenal dengan tingkat
keterlibatan dalam pengembangan ekowisata bahari
Hubungan jumlah orang yang dikenal dengan tingkat
pelaksanaan dan manajemen dalam pengembangan
ekowisata
9
19
24
25
25
27
28
31
32
32
33
34
35
36
36
37
40
41
42
43
44
45
47
47
xvii
25
Hubungan jumlah orang yang dikenal dengan tingkat
pengetahuan lingkungan ekowisata bahari
48
DAFTAR GAMBAR
1
Kerangka pemikiran
15
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
Dokumentasi penelitian
Peta Pulau Pramuka
Rencana kegiatan penelitian
Nama kerangka sampling dan responden penelitian
61
63
64
65
xviii
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sumberdaya alam merupakan faktor yang sangat menentukan bagi
kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan dalam kehidupannya, manusia tidak
dapat hidup tanpa adanya sumberdaya alam. Ketergantungan manusia akan
sumberdaya alam tersebut berpengaruh terhadap pola pemanfaatan dan
pengelolaan sumberdaya alam yang ada. Indonesia sebagai negara sedang
berkembang, dimana peningkatan jumlah penduduk yang terus terjadi
mengakibatkan semakin meningkatnya jumlah permintaan akan pemenuhan
kebutuhan hidup dari sumberdaya alam, sehingga hal ini berkorelasi terhadap
semakin eksploitatifnya pemanfaatan sumberdaya alam yang ada (Sulton 2011).
Selain itu Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan yang memiliki 17.504
pulau, memiliki beragam etnik, dan luas hutan hingga 100 juta hektar yang
dikenal juga dengan negara mega biodiversity ekowisata.
Wiharyanto (2011) menyatakan bahwa ekowisata adalah kegiatan
perjalanan wisata yang bertanggung jawab, di daerah yang masih alami atau di
daerah-daerah yang dikelola dengan kaidah alam. Tujuannya, selain untuk
menikmati keindahan alam juga melibatkan unsur-unsur pendidikan, pemahaman
dan dukungan terhadap usaha-usaha konservasi alam dan peningkatan pendapatan
masyarakat setempat. Hal ini pun diungkapkan pada penelitian Wardhani (2007)
menyatakan bahwa pengembangan ekowisata dapat menumbuhkan penyediaan
kesempatan kerja dan kesempatan berusaha serta tumbuhnya usaha-usaha baru
yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
Selain beberapa pendapat dari hasil penilitian itu, ekowisata pun memiliki
karakteristik sendiri sehingga wilayah tersebut dapat dikatakan sebagai wilayah
ekowisata. Hal ini dibuktikan oleh Muntasib (2005) dalam buku prosiding
seminar ekowisata menyatakan bahwa ekowisata memiliki lima karakteristik
utama, yaitu nature based (berdasar pada lingkungan alam), ecologically
sustainable (pelaksanaan dan manajemen ekowisata berkelanjutan secara
ekologis), environmentally educative (pendidikan lingkungan dan interpretasi
adalah yang terpenting), bermanfaat untuk masyarakat lokal, dan kepuasan
wisatawan. Pada kegiatannya, ekowisata selalu dilakukan dalam kawasan berbasis
alam. Kondisi alam yang diolah menjadi suatu tempat wisata ataupun disebut
sebagai ekowisata yang indah dan memiliki daya tarik wisata akan mempengaruhi
perubahan sosial ekonomi. Perubahan sosial ekonomi dilihat dari pendapatan
sektor pariwisata, pendapatan basis dan non basis, peluang kesempatan kerja, pola
nafkah ganda, dan perubahan mata pencaharian, yang kemudian mempengaruhi
keberlanjutan ekowisata dalam suatu wilayah. Keberlanjutan ekowisata ini dilihat
dari potensi pasar dimana pergeseran trend pasar wisatawan “back to nature”
yang berkembang pesat, berpeluang meningkatkan perekonomian ataupun tingkat
pendapatan masyarakat.
Merujuk pada Ridell (1997) dikutip Suharto (2006), terdapat tiga
komponen atau parameter kapital sosial yaitu kepercayaan (trust), norma-norma
(norms), dan jaringan-jaringan (networks). Menurut Saifuddin (2008), rasa
2
percaya merupakan dasar dari prilaku moral dimana modal sosial dibangun.
Moralitas mengarahkan bagi kerjasama dan kordinasi sosial dari semua aktivitas
sehingga manusia dapat hidup bersama dan berinteraksi satu sama lain. Sepanjang
adanya rasa percaya, prilaku dan hubungan kekeluargaan maka akan terbangun
prinsip-prinsip resiproksitas dan pertukaran. Sebaga alat untuk membangun
hubungan, rasa percaya dapat menekan biaya-biaya transaksi yang muncul dalam
proses kontak, kontak dan kontrol. Norma sosial adalah norma yang mengatur
masyarakat ada yang bersifat formal maupun non formal. Norma formal
bersumber dari lembaga masyarakat yang formal atau resmi. Norma ini biasanya
tertulis, misalnya konstitusi, surat keputusan dan peraturan daerah. Norma non
formal biasanya tidak tertulis dan jumlahnya banyak dibandingkan norma yang
formal, misalnya kaidahn dan aturan di dalam keluarga dan adat istiadat (Maryati
dan Surjawati 2004). Rogers dan Kincaid (1980) juga menyatakan bahwa jaringan
sosial dapat menggambarkan jaring-jaring hubungan antara sekumpulan orang
yang saling terkait baik langsung maupun tidak langsung. Jaringan sosial
terbangun dari komunikasi antar individu yang memfokuskan pada pertukaran
informasi sebagai sebuah proses untuk mencapai tindakan bersama, kesapakatan
bersama, dan perhatian bersama. Modal sosial tidak hanya dibangun oleh satu
individu, melainkan akan terletak pada kecenderungan yang tumb uh dalam satu
kelompok untuk bersosialisasi sebagai bagian penting dari nilai-nilai yang
melekat.
Taman Nasional Kepulauan Seribu adalah kumpulan dari pulau-pulau
yang terbentang mulai dari kawasan Teluk Jakarta sampai Pulau Sebira yang
merupakan pulau terjauh di sebelah utara yang berjarak sekitar 150 km dari
daratan kota Jakarta. Kepulauan Seribu awalnya merupakan bagian dari wilayah
administrasi DKI Jakarta sebelum statusnya berubah menjadi kabupaten tersendiri
dengan karakteristik lingkungan khas kepulauan. Pulau Pramuka merupakan salah
satu pulau yang berada pada gugusan Kepulauan Seribu. Pulau ini merupakan
pusat administrasi dan pemerintahan Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu.
Pulau Pramuka termasuk ke dalam Kelurahan Pulau Panggang. Di pulau ini
terdapat sarana pelestarian penyu sisik yang saat ini jumlahnya sudah sedikit
sehingga dilindungi. Selain itu terdapat pula penanaman bakau sebagai upaya
perbaikan pertahanan pantai. Masyarakat yang mendiami Pulau Pramuka sebagian
besar adalah etnis Betawi, Bugis, Banten, dan Madura.
Masalah Penelitian
Latar belakang penelitian ini mengemukakan bahwa sumberdaya alam
merupakan faktor yang sangat menentukan bagi kehidupan manusia. Hal ini
dikarenakan dalam kehidupannya, manusia tidak dapat hidup tanpa adanya
sumberdaya alam. Ketergantungan manusia akan sumberdaya alam tersebut
berpengaruh terhadap pola pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam yang
ada. Indonesia sebagai negara sedang berkembang, dimana peningkatan jumlah
penduduk yang terus terjadi mengakibatkan semakin meningkatnya jumlah
permintaan akan pemenuhan kebutuhan hidup dari sumberdaya alam, sehingga hal
ini berkorelasi terhadap semakin eksploitatifnya pemanfaatan sumberdaya alam
yang ada. Oleh sebab itu, penelitian ini mencoba melihat sejauh mana hubungan
3
karakteristik kepala keluarga dengan modal sosialnya dalam mengembangkan
ekowisata bahari di Pulau Pramuka?
Modal sosial pada penelitian ini dilihat dari individu unit analisisnya, yaitu
kepala keluarga pada masyarakat pulau pramuka. Individunya sendiri mimiliki
faktor internal seperti keadaan usianya, tingkat pendidikan, dan juga tingkat
pendapatan. Berbagai hal tersebut berhubungan dengan modal sosial masyarakat
Pulau Pramuka dalam mengembangkan ekowisata bahari. uraian di atas
memunculkan sebuah pertanyaan sejauh mana hubungan modal sosial kepala
keluarga terhadap pengembangan ekowisata bahari di Pulau Pramuka?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah penelitian yang telah dipaparkan di atas, disusunlah
tujuan penelitian guna menjawab rumusan masalah dan pertanyaan penelitian
tersebut, yaitu:
1. Menganalisis hubungan karaktersitik kepala keluarga dengan modal sosialnya
dalam mengembangkan ekowisata bahari di Pulau Pramuka.
2. Menganalisis hubungan modal sosial kepala keluarga terhadap pengembangan
ekowisata bahari di Pulau Pramuka
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai peran
ekologi dalam ekowisata serta modal sosial masyarakat Pulau Pramuka dalam
mengembangkan Ekowisata Bahari. Penelitian ini juga berguna untuk:
1. Menambah wawasan serta ilmu pengetahuan bagi peneliti dalam mengkaji
secara ilmiah mengenai peran ekologi dalam ekowisata bahari serta
bagaimana modal sosial masyarakat pulau pramuka dalam mengembangkan
ekowisata.
2. Menambah literatur bagi kalangan akademisi dalam mengakaji hubungan
modal sosial dengan pengembangan ekowisata bahari.
3. Acuan dalam pelaksanaan pengembangan kawasan ekowisata di wilayah
pesisir, dimana dilihatnya hubungan modal sosial dengan pengembangan
ekowisata bahari bagi kalangan non akademisi, seperti masyarakat, swasta,
dan pemerintah.
4
5
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Ekowisata Bahari
Terdapat beberapa ahli yang menjelaskan konsep ekowisata, diantaranya
konsep ekowisata yang biasa juga disebut sebagai ecotourism oleh Tuwo A
(2011) menyebutkan bahwa ekowisata merupakan jenis wisata yang paling murah
karena hanya menjual “rasa” kepada wisatawan. Namun begitu “rasa” ini sampai
ke wisatawan, maka “rasa” tersebut diekspresikan dengan senang hati dan berbagi
“rasa” dengan orang lain, ynag secara sadar atau tidak telah mengeluarkan
sejumlah uang yang tidak sedikit. Disebutkan juga bahwa dalam perkembangan
selanjutnya, ekowisata semakin digemari oleh wisatawan. Hal ini kemudian
melahirkan suatu definisi terbaru mengenai ekowisata, yaitu wisata yang berbasis
pada alam dengan menyertakan aspek pendidikan dan aspek interpretasi terhadap
lingkungan alami dan budaya masyarakat dengan sistem pengelolaan yang
berbasis pada kelestarian ekologis. Selain itu Damanik dan Weber (2006)
mendefinisikan ekowisata ke dalam tiga perspektif, yaitu ekowisata sebagai
produk, ekowisata sebagai pasar dan ekowisata sebagai pendekatan
pengembangan. Sebagai produk, ekowisata merupakan semua atraksi yang
berbasis pada sumberdaya alam. Sebagai pasar, ekowisata merupakan sebuah
perjalanan yang diarahkan pada upaya-upaya pelestarian lingkungan. Sebagai
pendekatan pengembangan, ekowisata merupakan metode pemanfaatan dan
pengelolaan sumberdaya pariwisata secara ramah lingkungan.
Hal ini pun diperkuat Djohani (1998) dikutip Ayal (2009), yang
menyatakan ekowisata dapat memegang peranan penting dalam melindungi
sumberdaya alam laut pada suatu daerah perlindungan laut. Bisnis ekowisata pada
suatu wilayah yang dijadikan ekowisata dapat menyokong untuk berjalanya tiga
pilar konservasi (ekologi, ekonomi, dan sosial). Strategi yang ditempuh antara
lain: (1) meningkatkan kapasitas monitoring karang melalui penambahan fasilitas
kapal safari laut dan peralatan selam mengelilingi karang; (2) mendorong
peningkatan kesadaran dan kepedulian masyarakat dan pemerintah dalam
berbagai tingkatan; (3) mendorong terciptanya sumber mata pencaharian alternatif
serta menggalakkan upaya-upaya pemberdayaan masyarakat. Hal ini dibuktikan
juga oleh Muntasib (2005) dalam buku prosiding seminar ekowisata yang
menyatakan bahwa ekowisata memiliki lima karakteristik utama, yaitu nature
based (berdasar pada lingkungan alam), ecologically sustainable (pelaksanaan dan
manajemen ekowisata berkelanjutan secara ekologis), environmentally educative
(pendidikan lingkungan dan interpretasi adalah yang terpenting), bermanfaat
untuk masyarakat lokal, dan kepuasan wisatawan.
Penjelasan ekowisata lainnya pun dikemukakan oleh penelitian
Ayuningtyas (2011) yang manyatakan bahwa ekowisata adalah wisata berbasis
alam yang melibatkan pendidikan, interpretasi dari lingkungan, dan dikelola
secara berkelanjutan. Adanya ekowisata mempengaruhi kehidupan masyarakat di
sekitar kawasan. Kehadiran ekowisata memberikan dampak bagi masyarakatnya.
Dampak pada aspek sosio dan ekonomi yang meliputi tingkat pendapatan,
pelapisan sosial, tingkat kesempatan kerja, tingkat konflik, dan jam kerja pada
bidang ekowisata yang terjadi sebagai akibat adanya aktivitas ekowisata.
6
Beberapa dampak dari ekowisata pun dapat berupa dampak positif atau
pun negatif seperti yang dikemukakan dalam penelitiannya Adelia (2012) yang
menyatakan perkembangan ekowisata juga akan memunculkan dampak, baik
negatif maupun positif. Dampak positif yang diharapk\an dari perkembangan
kawasan ekowisata adalah
terpeliharanya lingkungan hidup serta
dimanfaatkannya lingkungan hidup tersebut menjadi jasa lingkungan yang
memberdayakan ekonomi lokal. Secara tidak langsung akan adanya peningkatkan
pendapatan masyarakat dan kemajuan daerah tujuan ekowisata. Akan tetapi,
perkembangan ekowisata yang tidak terorganisir dengan baik, hanya akan
memberikan dampak negatif baik terhadap lingkungan maupun terhadap
kehidupan sosial budaya komunitas lokal. Oleh karena itu, pengembangan
ekowisata dibutuhkan suatu pedoman atau prinsip yang dipegang masyarakat
sebagai mekanisme untuk mereduksi dampak negatif yang akan masuk ke dalam
komunitas mereka
Penelitian Wiharyanto (2007), Pengembangan kawasan ekowisata bukan
merupakan suatu pengembangan kawasan industri pariwisata yang hanya bersifat
sektoral. Namun pengembangan tersebut, terdapat aspek-aspek lain yang saling
berhubungan dan menentukan keberhasilan pengembangannya. Pada beberapa
tempat pelibatan masyarakat sekitar dalam kegiatan ekowisata masih sangat
minim, kerjasama yang dilakukan pihak pengelola dengan pihak-pihak yang
berperan penting dan mempengaruhi kondisi ekowisata di sekitar kawasan masih
rendah. Akibatnya, masih sering terjadi perusakan secara tidak langsung, dimana
terjadi pembuangan sampah dan limbah aktivitas di sekitar lokasi. Fasilitas untuk
pendidikan dan penelitian seperti pusat informasi, perpustakaan dan penerangan
tentang kondisi ekowisata di lokasi pun belum memadai, padahal pendidikan
merupakan salah satu konsep utama ekowisata. Pemahaman pelaku dan pengguna
tentang ekowisata masih rendah, masih terdapat pengunjung yang membuang
sampah tidak pada tempatnya dan melakukan tindakan vandalisme pada wilayah
pengembangan ekowisata. Rendahnya pendidikan akan mempengaruhi tingkat
kesulitan akan akses untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Maka nantinya
akan ikut mempengaruhi tingkat kesejahterahan masyarakat.
Hal ini juga dijelaskan pada penelitian Yulianda (2007), ekowisata adalah
pariwisata yang menyangkut perjalanan ke kawasan alam secara relatif belum
terganggu dengan tujuan untuk mengagumi, meneliti dan menikmati
pemandangan yang indah, tumbuh-tumbuhan serta binatang liar maupun
kebudayaan yang dapat ditemukan disana. Selanjutnya ditambahkan bahwa
ekowisata bahari merupakan kegiatan wisata pesisir dan laut yang dikembangkan
dengan pendekatan konservasi laut. Ekowisata merupakan wisata yang
berorientasikan pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan perlindungan
sumberdaya alam/lingkungan dan industri kepariwisataan.
Kriteria dan Unsur Ekowisata
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tuwo (2011) di Halifax
Kanada, ekowisata memiliki tiga kriteria, yaitu: (1) memberi nilai konservasi yang
dapat dihitung; (2) melibatkan masyarakat; serta (3) menguntungkan dan dapat
memelihara dirinya sendiri. Ketiga kriteria tersebut dapat dipenuhi bilamana pada
7
setiap kegiatan ekowisata memadukan empat komponen, yaitu: (1)ekosistem, (2)
masyarakat, (3) budaya, dan (4) ekonomi.
Hal ini pun dapat dibuktikan pada hasil penelitian Setiawati (2000) dari
INDECON (Pusat Penelitian, Pelatihan dan Promosi Ekowisata) dalam prosiding,
yang menyatakan bahwa pemilihan ekowisata sebagai konsep pengembangan dari
wisata bahari di dasarkan pada beberapa unsur utama, yaitu:
1. Ekowisata sangat bergantung pada kualitas sumber daya alam, peninggalan
sejarah dan budaya. Kekayaan keanekaragaman hayati merupakan daya tarik
utama bagi pangsa pasar ekowisata, sumber daya alam, peninggalan sejarah
dan budaya menjadi sangat penting untuk ekowisata.
2. Pelibatan Masyarakat.Pada dasarnya pengetahuan tentang alam dari budaya
serta kawasan daya tarik wisata, dimiliki oleh masyarakat setempat. Oleh
karena itu pelibatan masyarakat menjadi mutlak, mulai dari tingkat
perencanaan hingga pada tingkat pengelolaan.
3. Ekowisata meningkatkan kesadaran dan apreasiasi terhadap alam, niai-nilai
peninggalan sejarah dan budaya. Ekowisata memberikan nilai tambah kepada
pengunjung dan masyarakat setempat dalam bentuk pengetahuan dan
pengalaman.nilai tambah ini memperngaruhi perubahan prilaku dari
pengunjung, masyarakat dan pengembang pariwisata agar sadar dan lebih
menghargai alam, nilai-nilai peninggalan sejarah dan budaya.
4. Pertumbuhan pasar ekowisata di tingkat internasional dan nasional. Kenyataan
memperlihatkan kecenderungan meningkatnya permintaan terhadap produk
ekowisata baik di tingkat internasional dan nasional.
5. Ekowisata sebagai sarana mewujudkan ekonomi berkelanjutan. Ekowisata
memberikan peluang untuk mendapatkan keuntungan bagi penyelenggara,
pemerintah dan masyarakat setempat, melalui kegiatan-kegiatan yang nonekstraktif dan non-konsumtif. Hal tersebut akan meningkatkan perekonomian
daerah setempat. Penyelenggaraan yang memperhatikan kaidah-kaidah
ekowisata, mewujudkan ekonomi berkelanjutan
Ekowisata secara garis besar dapat menumbuhkan tingkat sosio-ekonomi
yang turut meliputi perlindungan lingkungan seperti konservasi alam dan juga
dapat melestarikan budaya bangsa. Selain itu ekowisata pun dapat menambah
devisa negara dalam meningkatkan pasar ekowisata baik tingkat internasional
maupun nasional.
Dampak Ekowisata
Suwantoro (1997) dalam Tafalas (2010) menjelaskan bahwa pariwisata
(ekowisata) dianggap sebagaisalah satu sektor ekonomi penting tetapi apabila
tidak dilakukan dengan benar, maka pariwisata berpotensi menimbulkan masalah
atau dampak negatif terhadap kehidupan sosial, ekonomi dan lingkungan. Hal ini
pun didukung dalam penelitiannya Kristanto (2004) yang mendefinisikan dampak
sebagai adanya suatu benturan antara dua kepentingan yang berbeda, yaitu
kepentingan pembangunan dengan kepentingan usaha melestarikan kualitas
lingkungan yang baik. Dampak yang diartikan dari benturan antara dua
kepentingan itupun masih kurang tepat karena yang tercermin dari benturan
tersebut hanyalah kegiatan yang menimbulkan dampak negatif.pengertian ini pula
8
yang dahulunya banyak ditentang oleh para pemilik atau pengusul proyek. Pada
perkembangan selanjutnya yang dianalisis bukan hanya dampak negatifnya saja
melainkan juga dampak positifnya dan dengan bobot analisis yang sama. Apabila
didefinisikan lebih lanjut, maka dampak adalah setiap setiap perubahan yang
terjadi dalam lingkungan akibat adanya aktifitas manusia. Pada hal ini tidak
disebutkan karena adanya proyek, karena proyek sering diartikan sebagai
bangunan fisik saja, sedangkan banyak proyek yang bangunan fisiknya relatif
kecil atau tidak ada, tetapi dampaknya besar. Penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa yang menjadi objek pembahasan bukan saja dampak proyek terhadap
lingkungannya,melainkan juga dampak lingkungan terhadap proyek.
Yoeti (2008) mengemukakan bahwa pariwisata (termasuk ekowisata)
sebagai katalisator dalam pembangunan karena dampak yang diberikannya
terhadap kehidupan perekonomian di negara yang dikunjungi wisatawan.
Kegiatan ekowisata memberikan dampak pada berbagai aspek seperti sosialbudaya, ekonomi, dan lingkungan. Dampak yang ditimbulkan dapat berupa
dampak positif dan negatif.
Berdasarkan kacamata ekonomimakro, jelas pariwisata (termasuk
ekowisata) memberikan dampak positif yaitu :
1. Dapat menciptakan kesempatan berusaha.
2. Dapat meningkatkan kesempatan kerja.
3. Dapat meningkatkan pendapatan sekaligus mempercepat pemerataan
pendapatan masayarakat, sebagai akibat multiplier effect yang terjadi dari
pengeluaran wisatawan yang relatif kcukup besar itu.
4. Dapat meningkatkan penerimaan pajak pemerintah dan retribusi daerah.
5. Dapat meningkatkan pendapatan nasional atau Gross Domestic Bruto (GDB)
6. Dapat mendorong peningkatan investasi dari sektor industri pariwisata dan
sektor ekonomi lainnya.
7. Dapat memperkuat neraca pembayaran. Bila neraca pembayaran mengalami
surplus, dengan sendirinya akan memperkuat neraca pembayaran Indonesia
dna sebaliknya (Yoeti 2008).
Dampak negatif yang terjadi akibat pengembangan pariwisata (termasuk
ekowisata) adalah :
1. Sumber-sumber hayati menjadi rusak, yang menyebabkan Indonesia
kehilangan daya tariknya untuk jangka panjang
2. Pembuangan sampah sembarangan, selain menyebabkan bau tidak sedap, juga
membuat tanaman di sekitarnya mati.
3. Sering terjadi komersialisasi seni-budaya
4. Terjadinya demonstration effect, kepribadian anak-anak muda rusak. Cara
berpakain anak-anak sudah mendunia berkaos oblong dan bercelana
kedodoran (Yoeti 2008).
Dampak dari adanya pariwisata (termasuk ekowisata) dapat dilihat dalam
penelitiannya Setiyanti (2011) bahwa hadirnya sektor pariwisata di Pulau
Pramuka telah menciptakan peluang usaha dan kerja bagi penduduk di Pulau
Pramuka. Usaha terebut diantaranya seperti homestay, rumah makan, pedagang,
transportasi dan jasa. Sifat kegiatan usaha pariwisata tersebut di Pulau Pramuka
dominan pada sifat kegiatan informal, dimana usaha tidak memiliki surat izin dari
9
pemerintah,pengelolaan secara sederhana dan menggunakan tenaga kerja
keluarga. Pola kegiatan usaha pariwisata umumnya adalah setiap hari, meskipun
ada pula usaha yang hanya buka di saat akhir pekan atau di saat kunjungan
wisatawan tergolong ramai.
Pengembangan Ekowisata pada Berbagai Wilayah
Ekowisata ialah pariwisata yang berbasis pada lingkungan serta adanya
keterlibatan dari masyarakat lokal. Pariwisata sendiri dalam ekowisata memiliki
dampak terhadap kondisi sosial-ekonomi masyarakat lokal yang turut menjadi
penentuan pada tingkat kesejahterannya. Penelitian Wihartika (2004) kegiatan
pariwisata cenderung mengarah kepada kegiatan dan aksi sosial dalam artian
bahwa pariwisata erat kaitannya dengan tingkah laku tiap individu, kelompok
dalam melakukan perjalanan wisata serta pengaruh kegiatan pariwisata dalam
masyarakat. Pada kegiatannya, ekowisata selalu dilakukan dalam kawasan
berbasis alam. Kondisi alam yang diolah menjadi suatu tempat wisata ataupun
disebut sebagai ekowisata yang indah dan memiliki daya tarik wisata akan
mempengaruhi perubahan sosial ekonomi. Perubahan sosial ekonomi dilihat dari
pendapatan sektor pariwisata, pendapatan basis dan non basis, peluang
kesempatan kerja, pola nafkah ganda, dan perubahan mata pencaharian, yang
kemudian mempengaruhi keberlanjutan ekowisata dalam suatu wilayah.
Keberlanjutan ekowisata ini dilihat dari potensi pasar dimana pergeseran trend
pasar wisatawan “back to nature” yang berkembang pesat, berpeluang
meningkatkan perekonomian ataupun tingkat pendapatan masyarakat. Hal ini
dapat dibuktikan pada beberapa penelitian seperti yang ada pada Tabel 1.
Tabel 1 Pengembangan ekowisata pada berbagai wilayah
Nama
Lokasi
Pengembangan Ekowisata
Peneliti
(Sulaksmi
Kawasan Wisata
Masuknya ekowisata membuat
ciri
2007)
Alam Laut Pulau khas tersendiri pada kota Sabang,
Weh Kota Sabang
tingkat kesehatan masyarakat yang aktif
dalam
kegiatan
relatif
baik,
meningkatkan pemasukan pemerintah
daerah kota Sabang seperti adanya
hotel, rumah makan, perdagangan, dan
jasa trasportasi yang turut saling
bekerjasama antara masyarakat dan
pemerintah
(Wiharyanto Ekowisata Mangrove Kawasan konservasi hutan mangrove
2007)
Kawasan Konservasi dan bekantan ini berada di pusat kota
Pelabuhan Tengkayu Tarakan sehingga dapat memberikan
II Kota Tarakan
lapangan pekerjaan baru dan akan
Kalimatan Timur
mengurangi tingkat pengangguran baik
dari prasarana dan sarana penunjang
untuk pengembangan ekowisata dan
secara
tidak
langsung
akan
10
(Ketjulan
2011)
Ekowisata
Bahari
Pulau
Hari
Kecamatan Laonti
Kabupaten Konawe
Selatan,
Provinsi
Sulawesi Tenggara.
(Ayuningtyas
2011)
Masyarakat di
Taman Nasional
Gunung Halimun
Salak (Studi
Citalahab Central
dan Citilahab
Kampung, Desa
Malasari, Kecamatan
Nanggung,
Kabupaten Jawa
Barat
menguntungkan
bagi
masyarakat
sekitar. Hasil penelitian didapatkan
bahwa,masyarakat sangat mendukung
terhadap
adanya
kegiatan
pengembangan wisata, dimana hal
tersebut akan menarik keinginan mereka
dan pengunjung lain untuk menikmati
keindahan alam dan berteduh dari
panasnya kota Tarakan.
Masyarakat turut dilibatkan dalam
pengembangan
ekowisata,
namun
perkembangan obyek wisata masih
minim karena promosi pemerintah
setempat kurang maksimal diduga
adanya konflik kewenangan antara
pemerintah Kabupaten Konawe Selatan
dan Pemerintah Provinsi Sulawesi
Tenggara. Hal ini berdampak kurangnya
hasil yang diperoleh dari pengembangan
ekowisata.
Kehadiran
ekowisata
memberikan
dampak bagi masyarakatnya. Dampak
pada aspek sosio dan ekonomi yang
meliputi tingkat pendapatan, pelapisan
sosial, tingkat kesempatan kerja, tingkat
konflik, dan jam kerja pada bidang
ekowisata yang terjadi sebagai akibat
adanya aktivitas ekowisata. Kehadiran
ekowisata di Taman Nasional Gunung
Halimun Salak ini akan menarik
wisatawan untuk datang dan menikmati
keindahan alam. Adanya ekowisata
tentunya akan membuka kesempatan
kerja. Namun, terbukanya kesempatan
kerja hanya terjadi di kampung yang
aksesnya dekat dengan ekowisata yaitu
Citalahab Central
Sumber: Sulaksmi (2007), Wiharyanto (2007), Ketjulan (2011), Ayuningtyas (2011)
Contoh di atas menjelaskan pengembangan ekowisata yang berdampak
pada berbagai belahan Indonesia seperti di Pulau Weh Sabang, Taman Nasional
Gunung Halimun Salak, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Tenggara. Ternyata
keberadaaan ekowisata didukung dengan lokasi atau wilayah yang akan dijadikan
kawasan ekowisata serta kebudayaan yang ada pada wilayah tersebut. Selain itu
pengadaan suatu kawasan menjadi kawasan ekowisata baik di daerah pesisir atau
pun pegunungan dapat mempengaruhi kondisi sosio-ekonomi, namun hal ini
hanya berdampak pada beberapa masyarakat setempat saja akan adanya
ekowisata. Hal ini dikarenakan terbatasnya beberapa akses masyarakat untuk
11
terlibat langsung dalam ekowisata dan juga masih minimnya peran masyarakat
sendiri dalam membangun kesadaran akan pentingnya keberadaan ekowisata.
Keberadaan ekowisata pun turut dipengaruhi oleh peran pemerintah daerah,
seperti halnya pada penelitiannya ketjulan (2011), menyatakan bahwa masyarakat
turut dilibatkan dalam pengembangan ekowisata, namun perkembangan obyek
wisata masih minim karena promosi pemerintah setempat kurang maksimal
diduga adanya konflik kewenangan antara pemerintah Kabupaten Konawe Selatan
dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara. Hal ini berdampak kurangnya hasil
yang diperoleh dari pengembangan ekowisata.
Modal Sosial
Modal sosial dalam pengertiannya memiliki unsur modal yang berarti
memiliki kesamaan dengan modal fisik dan modal manusia. Seperti modal fisik,
modal sosial memerlukan investasi awal dan perawatan berkala, dalam bentuk
interaksi yang berulang atau membangun prilaku kepercayaan. Modal sosial juga
memberikan gambaran yang berbeda dibandingkan dengan modal fisik, modal
sosial manusia (Bastelaer dan Grootaert 2002). Poli (2007) menjelaskan bahwa
modal sosial adalah saling percaya yang mempersatukan masyarakat sebagai
kesatuan hidup yag beradab. Muncul dari pengalaman bersama yang memuaskan,
karena itu diulang-uangi sehingga membentuk pola prilaku, yang dipertahankan
melalui aturan yang disepakati, sehingga menyatukan masyarakat dalam suatu
struktur tertentu. Pengalaman bersama yang memuaskan dapat muncul secara
spontan maupun melalui rekayasa manajemen. Poli pun menjelaskan mengenai
ciri-ciri dari modal sosial seperti:
a. Dimiliki bersama,
b. Dapat digunakan untuk pencapaian tujuan bersama
c. Dapat bertambah dan dapat pula berkurang
d. Kian dibagi-bagi kian bertambah
e. Kian tidak dibagi-bagi, kian berkurang.
Lubis (2002) dalam Badaruddin (2006) mengemukakan teori modal sosial
lebih lanjut, dimana modal sosial beriintikan elemen-elemen pokok yang
mencakup:
a. Saling percaya (trust), yang meliputi adanya kejujuran (honesty), kewajaran
(fairness), sikap egaliter (egalitarianism), toleransi (tolerance), tanggung
jawab
(responsibility),
kemurahan
hati
(generoity)
kerjasama
(collaboration/cooperation) dan keadilan (equity);
b. Jaringan
sosial
(social
networking),
yang
meliputi
adanya
partisipasi(participations), solidaritas (solidarity);
c. Pranata (institution), yang meliputi nilai-nilai yang dimiliki bersama (shared
valueI), norma-norma dan sanksi-sanksi (norms and sanctionsI) dan aturanaturan (rules).
Elemen-elemen modal sosial tersebut bukanlah sesuatu yang tumbuh dan
berkembang dengan sendirinya, melainkan harusdirekreasikan dan ditransmisikan
melalui mekanisme-mekanisme sosial budaya di dalam sebuah unit sosial seperti
keluarga, komunitas, asosiasi sukarela, negara dan sebagainya. Merujuk pada
Ridell (1997) dikutip Suharto (2006), terdapat tiga komponen atau parameter
12
kapital sosial yaitu kepercayaan (trust), norma-norma (norms), dan jaringanjaringan (networks). Kasih (2007) mendefinisikan modal sosial sebagai suatu
norma yang muncul secara informal melandasi kerjasama diatara dua atau lebih
individu. Selain pendefinisian tersebut, pada hal ini juga menjelaskan manfaat
umum yang diperoleh dari modal sosial antara lain:
a. Modal sosial memungkinkan masyarakat memecahkan masalah-masalah
bersama dengan lebih mudah.
b. Modal sosial menumbuhkan rasa saling percaya dalam hubungan sosial untuk
mewujudkan kepentingan bersama.
c. Modal sosial memungkinkan terciptanya jaringan kerja sehingga mudah
mendapatkan informasi. Masyarakat yang memiliki modal sosial lebih mudah
bekerjasama mencapai kepentingan bersama baik bidang sosial maupun
ekonomi, dibanding dengan masyarakat sebaliknya.
Kepercayaan
Kepercayaan adalah harapan yang tumbuh di dalam sebuah masyarakat
yang ditunjukan oleh adanya prilaku jujur, teratur, dan kerjasama berdasarkan
norma-norma yang dianut bersama. Kepercayaan sosial merupakan penerapan
terhadap pemahaman ini. Cox (1995) dalam Suharto (2006) menyebutkan bahwa
dalam masyarakat yang memiliki tingkat kepercayaan tinggi, aturan-aturan sosial
cenderung bersifat positif, hubungan-hubungan juga bersifat kerjasama. Adanya
kapital sosial yang baik ditandai oleh adanya lembaga-lembaga sosial ynag kokoh.
Kapital sosial melahirkan kehidupan sosial yang harmonis (Putnamm 1995 dalam
Suharto 2006).
Rasa percaya diri (trust) adalah suatu bentuk keinginan untuk mengambil
resiko dalam hubungan-hubungan sosialnya yang didasari oleh perasaan yakin
bahwa yang lain akan melakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan akan
senantiasa bertindak dalam suatu ola tindakan yang slaing mendukung, paling
tidak yang lain tidak akan bertindak merugikan diri dan kelompoknya (Robert
2002 dalam Suharto). Menurut Saifuddin (2008), rasa percaya merupakan dasar
dari prilaku moral dimana modal sosial dibangun. Moralitas mengarahkan bagi
kerjasama dan kordinasi sosial dari semua aktivitas sehingga manusia dapat hidup
bersama dan berinteraksi satu sama lain. Sepanjang adanya rasa percaya, prilaku
dan hubungan kekeluargaan maka akan terbangun prinsip-prinsip resiproksitas
dan pertukaran. Sebaga alat untuk membangun hubungan, rasa percaya dapat
menekan biaya-biaya transaksi yang muncul dalam proses kontak, kontak dan
kontrol.
Hal lainnya pun dikemukakan oleh Lawang (2004) kepercayaan adalah
rasa percaya yang terjadi antara dua orang atau lebih untuk saling berhubungan.
Ada tiga hal yang saling terkait dalam kepercayaan, yaitu:
1. Hubungan antara dua orang atau lebih. Termasuk dalam hubungan tersebut
adalah institusi, yang dalam hal ini diwakili oleh orang. Sesorang percaya
pada institusi tertentu untuk kepentingannya, karena orang-orang dalam
institusi itu bertindak.
2. Harapan yang akan terkandung dalam hubangan itu, yang kalau direalisasikan
tidak akan merugikan salah satu atau kedua belah pihak.
13
3. Interaksi sosial yang memungkinkan hubungan dan harapan itu terwujud.
Ketiga dasar tersebut kepercayaan dapat diartikan sebagai hubungan antara
dua pihak atau lebih yang mengandung harapan yang menguntungkan salah
satu atau kedua belah pihak melalui interaksi sosial.
Norma Sosial
Norma sosial adalah norma yang mengatur masyarakat, ada yang bersifat
formal maupun non formal. Norma formal bersumber dari lembaga masyarakat
yang formal atau resmi. Norma ini biasanya tertulis, misalnya konstitusi, surat
keputusan dan peraturan daerah. Norma non formal biasanya tidak tertulis dan
jumlahnya banyak dibandingkan norma yang formal, misalnya kaidah dan aturan
di dalam keluarga dan adat istiadat (Maryati dan Surjawati 2004).
Norma-norma terdiri dari pemahaman-pemahaman, nilai-nilai, harapanharapan dan tujuan yang diyakini dan dijalankan bersama oleh sekelompok orang.
Norma-norma dapat bersumber dari agama, panduan moral, maupun standarstandar sekuler seperti halnya kode etik profesional. Norma-norma dibangun dan
berkembang berdasarkan sejarah kerjasama di masa lalu dan diterapkan untuk
mendukung iklim kerjasama (Putnam 1993 dalam Suharto 2006). Norma-norma
dapat merupakan pra-kondisi maupun produk dari kepercayaan sosial.
Hal ini juga dapat dibuktikan dalam penelitiannya Oktadiyani (2010) di
Kawasan Penyangga Taman Nasional Kutai (TNK) yang menyatakan bahwa
norma sosial masih tetap berlaku dalam kehidupan sehari-hari baik dalam
masyarakat Dusun Kebo Jaya maupun Dusun G III, seperti berpakain sopan,
mejaga tidak melakukan perselingkuhan, tamu lebih dari 24 jam wajib lapor,
menghormati orang yang lebih tua, menghormati pendapat orang lain,norma untuk
hidup sehat, dan norma untuk tidak mencurigai orang lain. Begitu juga dengan
norma agama tetap mereka pegang. Masing-masing agama mempunyai aturannya
masing-masing tapi pada intinya mereka saling menghormati antar agama yang
ada. Norma adat kadang-kadang dipakai dalam kehidupan sehari-hari karena
mereka sudah berbaur dengan berbagai etnik dari berbagai daerah. Nilai ketaatan
terhadap norma adat dan aturan pemerintah di kedua dusun bersifat kadangkadang. Selain itu aturan yang berlaku sesuai dengan undang-undang pemerintah
dan aturanya tidak seketat adat aslinya, aturan yang dipakai aturan universal
karena kebanyakan warga pendatang.
Sementara Lawang (2004) mengatakan norma tidak dapat dipisahkan dari
jaringan dan kepentingan. Kalau struktur jaringan itu terbentuk karena pertukaran
sosial yang terjadi antara dua orang atau lebih, sifat norma kurang lebih sebagai
berikut:
a) Norma itu muncul dari pertukuran yang saling menguntungkan, artinya kalau
pertukaran itu keuntungan hanya dinikmati oleh salah satu pihak saja,
pertukaran sosial selanjutnya pasti tidak akan terjadi. Karena itu, norma yang
muncul disini, bukan sekali jadi melalui satu pertukaran saja. Norma muncul
karena beberapa kali pertukaran yang saling menguntungkan dan ini dipegang
terus-meneruas menjadi sebuah kewajiban sosial yang harus dipelihara.
b) Norma bersifat resiprokal, artinya isi norma menyangkut hak dan kewajiban
kedua belah pihak yang dapat menjamin keuntungan yang diperoleh dari suatu
kegiatan tertentu. Orang yang melanggar norma ini yang berdampak pada
14
berkurangnya keuntungan di kedua belah pihak, akan diberi sanksi negatif
yang sangat keras.
c) Jaringan yang terbina lama dan menjamin keuntungan kedua belah pihak
secara merata, akan memunculkan norma keadilan, dan akan melanggar
prinsip keadilan akan dikenakan sanksi yang keras juga.
Jaringan
Infrastruktur dinamis dari kapital sosial berwujud jaringan-jaringan
kerjasama antar manusia. Jaringan tersebut memfasilitasi terjadinya komunikasi
dan interaksi, memungkinkan tumbuhnya kepercayanan dan memperkuat
kerjasama. Masyarakat yang sehat cenderung memiliki jaringan-jaringan sosial
yang kokoh. Jaringan-jaringan sosial yang erat akan memperkuat perasaan
kerjasama para anggotanya serta manfaat-manfaat dari partisipasinya (Putnam
1993 dalam Suharto 2006).
Hal lainnya mengenai jaringan pun didefinisikan sebagai proses
pengelompokan yang terdiri atas sejumlah orang (sedikitnya tiga orang) yang
masing-masing mempunyai identitas tersendiri dan dihubungkan melalui
hubungan sosial. Selain itu pada hasil penelitian ini juga mengemukakan jika
individu mempunyai mobilitas diri yang tinggi untuk melakukan hubungan sosial
yang lebih luas, ini berarti individu tersebut akan memasuki sejumlah
pengelompokan dan kesatuan sosial sesuai dengan ruang, waktu, situasi dan
kebutuhan atau tujuan yang hendak dicapainya. Keanggotaan individu dalam
suatu jaringan bersifat fleksibel dan dinamis, karena pada dasarnya setiap individu
sebagai makhluk sosial akan selalu terkait dengan jaringan sosial yang kompleks.
Bila seorang individu memasuki sejumlah jaringan sosial yang berbeda-beda
sesuai dengan konteks khusus atau fungsinya, ia akan merefleksikan struktur
sosial yang berbeda pula. Struktur sosial bukan hanya pencerminan adanya
keteraturan hubungan dalam suatu jaringan sosial, melainkan juga menjadi sarana
untuk memahami batas-batas status dan peran, serta hak dan kewajiban individu
yang terlibat dalam hubungan sosial tersebut.
Rogers dan Kincaid (1980) juga menyatakan bahwa jaringan sosial dapat
menggambarkan jaring-jaring hubungan antara sekumpulan orang yang saling
terkait baik langsung maupun tidak langsung. Jaringan sosial terbangun dari
komunikasi antar individu yang memfokuskan pada pertukaran informasi sebagai
sebuah proses untuk mencapai tindakan bersama, kesapakatan bersama, dan
perhatian bersama. Modal sosial tidak hanya dibangun oleh satu individu,
melainkan akan terletak pada kecenderungan yang tumbuh dalam satu kelompok
untuk bersosialisasi sebagai bagian penting dari nilai-nilai yang melekat.
Lawang (2004) menjelaskan, jaringan itu terjemahan dari network, yang
kalau diberi arti secara etmologik mungkin malah lebih jelas. Dasarnya adalah
jaringan yang berhubungan satu sama lain melalui simpul-simpul (ikatan). Dasar
ini (net) ditambah atau digabung dengan kerja (work). Kalau gabungan tersebut
diberi arti maka tekanannya ada pada kerjanya, bahkan pada jaringannya,
sehingga muncullah arti:kerja (bekerja) dalam hubungan antar simpul-simpul
seperti halnya jaringan (net).
15
Kerangka Pemikiran
Sumberdaya alam merupakan faktor yang sangat menentukan bagi
kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan dalam kehidupannya, manusia tidak
dapat hidup tanpa adanya sumberdaya alam. Ketergantungan manusia akan
sumberdaya alam tersebut berpengaruh terhadap pola pemanfaatan dan
pengelolaan sumberdaya alam yang ada. Indonesia sebagai negara sedang
berkembang, dimana peningkatan jumlah penduduk yang terus terjadi
mengakibatkan semakin meningkatnya jumlah permintaan akan pemenuhan
kebutuhan hidup dari sumberdaya alam, maka hal ini akan berkorelasi terhadap
semakin eksploitatifnya pemanfaatan sumberdaya alam yang ada (Sulton 2011).
Sumberdaya alam di wilayah pesisir di pulau pramuka menjadi suatu potensi dan
pendukung dalam pengembangan ekowisata bahari. Ekowisata memiliki lima
karakteristik pengembangan utama, yaitu nature based (kelestarian lingkungan
alam), ecologically sustainable (pelaksanaan dan manajemen ekowisata
berkelanjutan secara ekologis), environmentally educative (pengetahuan
lingkungan dan interpretasi adalah yang terpenting), bermanfaat untuk masyarakat
lokal, dan kepuasan wisatawan (Muntasib 2005). Pada pengembanganya
dibutuhkan sumberdaya manusia yang mendukung
MENGEMBANGKAN EKOWISATA BAHARI DI PULAU
PRAMUKA DKI JAKARTA
YANDRA AZHARI
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN
MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
ii
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Modal Sosial
Masyarakat dalam Mengembangkan Ekowisata Bahari di Pulau Pramuka DKI
Jakarta adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2013
YANDRA AZHARI
NIM I34090102
iv
v
ABSTRAK
YANDRA AZHARI. Modal Sosial Masyarakat dalam Mengembangkan
Ekowisata Bahari di Pulau Pramuka DKI Jakarta. Dibimbing oleh EKAWATI
SRI WAHYUNI.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan karakteristik
kepala keluarga dengan modal sosialnya dan hubungan modal sosial kepala
keluarga dengan pengembangan ekowisata bahari di Pulau Pramuka. Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif yang didukung dengan metode
kualitatif. Modal sosial yang dimiliki kepala keluarga untuk mengembangankan
ekowisata bahari itu sendiri dinilai cukup baik. Hal ini jika dihubungkan dengan
pendapatan dan tingkat pendidikan. Namun bila dikorelasikan dengan modal
sosialnya lebih berpengaruh pada tingkat pemahaman terhadap norma dan jumlah
orang yang dikenal pada jaringan sosial yang dimilikinya. Namun masih kurang
atau sudah mulai memudarnya kepercayaan terhadap masyarakat khususnya
dalam pengembangan ekowisatanya.
Kata Kunci: Modal sosial, ekowisata
ABSTRACT
YANDRA AZHARI. The Community of Social Capital for Developing The
Eecotourism at Pramuka Island DKI Jakarta. Supervised by EKAWATI SRI
WAHYUNI
This study aimed to analyze the relationship of the head families
characteristics with the social capital in the ecotourism development at Pramuka
Island. The study also aimed to examine the relationship of head families social
capital with ecotourism development at Pramuka Island. The research used the
quantitative method with qualitative method support. Over all, the social capital of
pramuka island community for ecotourism development at Pramuka Island was
quite good. This is linked to income and education. However if look the social
correlation, that shown on the level of understanding of the norm, number of
people who are known with the social network. However that should likely fading
the society trust, especcially in the ecotourism developing.
Keyword: Social capital, ecotourism
vi
vii
MODAL SOSIAL MASYARAKAT DALAM MENGEMBANGKAN
EKOWISATA BAHARI DI PULAU PRAMUKA DKI JAKARTA
YANDRA AZHARI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN
PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
viii
Judu} Skripsi : Modal Sosial Masyarakat datan1 Mengembangkan Ekowisata
Bahari di Pulau Pramuka DKI Jakarta
Nama
: Yandra Azhari
NIM
: 134090102
Disetujui oleh
TIl
o 4 SEP 20 13
Tanggal Lulus : _ _ _ _ __
MS
ix
Judul Skripsi : Modal Sosial Masyarakat dalam Mengembangkan Ekowisata
Bahari di Pulau Pramuka DKI Jakarta
Nama
: Yandra Azhari
NIM
: I34090102
Disetujui oleh
Dr. Ir. Ekawati Sri Wahyuni, MS
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS
Ketua Departemen
Tanggal Lulus : ______________
x
xi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, petunjuk, dan nikmat-Nya dalam mengerjakan skripsi
penelitian ini, maka akan terselesaikan dengan baik. Skripsi penelitian yang
berjudul “Modal Sosial Masyarakat dalam Mengembangkan Ekowisata Bahari di
Pulau Pramuka DKI Jakarta” ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan
mengenai modal sosial masyarakat Pulau Pramuka dalam pengembangan
ekowisata bahari.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
Ibu Dr. Ir. Ekawati Sri Wahyuni MS selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah
memberikan bimbingan serta menyalurkan pikiran untuk memperbaiki
kekurangan penulisan hingga penyelesaian dari skripsi penelitian ini. Terimakasih
kepada Prof Dr EKS Harini Muntasib atas bimbinganya perihal ekowisata.
Penulis juga menyampaikan hormat dan terimakasih kepada orang tua tercinta
yang selalu memberikan doa dan melimpahkan kasih sayangnya, dan juga tidak
lupa untuk kakak tersayang yaitu Malta Hastinova dan Martini D Indrayanti yang
turut mendukung dalam penyelesaian skripsi penelitian ini. Penulis juga tidak lupa
berterimakasih kepada teman satu bimbingan Faris Budiman Annas dan Gilang
Angga Putra. Teman yang selalu memberikan support lainnya seperti Bang Jek,
Indra Setiyadi, Hamdani Pramono, Maulin, Irma, jonah, ela, Tante Waisak, dan
Lulu Hanifah.
Terimakasih juga atas nasihat dan bantuanya yang diberikan oleh Yuli
wewe, Lourenza, Melisa, Puput Marwah, dan Arif Rachman yang selalu
membantu dan mendukung perkembangan skripsi penelitian ini. Penulis juga
ucapkan terimakasih juga atas banyak pengalaman dan pelajaran dari kaka kelas
kebangaan dan tercinta KPM 45 yaitu Ka Puput, Bang Farhan, Mas Bejo, Bang
Arfin dan kakak-kakak lainnya. Terimakasih juga untuk seluruh crew DBL Bogor
atas support dan seluruh teman-teman terbaik dan satu perjuangan KPM 46 yang
selalu memberi semangat dan dukungannya kepada penulis. Selain itu juga
penulis mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan dari adek-adek KPM 47
dan KPM 48. Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
memotivasi dalam penyelesaian skripsi penelitian ini. Semoga Skripsi Penelitian
ini bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Juli 2013
Yandra Azhari
NIM. I34090102
xii
xiii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTARTABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masalah Penelitian
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Ekowisata Bahari
Kriteria dan Unsur Ekowisata
Dampak Ekowisata
Pengembangan Ekowisata pada Berbagai Wilayah
Modal Sosial
Kepercayaan
Norma Sosial
Jaringan
Kerangka Pemikiran
Hipotesis
Definisi Operasional
PENDEKATAN LAPANG
Lokasi dan Waktu
Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengolahan Dan Analisi Data
GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK
KEPALA KELUARGA
Letak Geografis dan Kondisi Alam
Penduduk dan Mata Pencaharian
Sarana dan Prasarana
Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Gambaran Ekowisata Bahari di Pulau Pramuka
Karakteristik Responden
Usia Responden
Jenis Kelamin
Status Perkawinan
Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendapatan
ANALISIS
HUBUNGAN
KARAKTERISTIK
INDIVIDU
DENGAN MODAL SOSIAL KEPALA KELUARGA
Hubungan Usia dengan Modal Sosial Kepala Keluarga
Hubungan Usia dengan Tingkat Pemahaman Terhadap Norma
Hubungan Usia dengan Tingkat Kepercayaan Masyarakat
Hubungan Usia dengan Jumlah Orang yang Dikenal
Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Modal Sosial
ix
xi
xi
xi
1
1
2
3
3
5
5
6
7
9
11
12
13
14
15
16
16
19
19
19
20
23
23
24
26
26
27
28
28
29
29
29
29
31
31
31
32
32
33
xiv
Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Pemahaman
Terhadap Norma
Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kepercayaan terhadap
Masyarakat
Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Jumlah Orang yang
Dikenal
Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Modal Sosial Kepala
Keluarga
Hubungan Tingkat Pendapatan Kepala Keluarga dengan
Pemahaman Terhadap Norma
Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Tingkat Kepercayaan
Terhadap Masyarakat
Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Jumlah Orang yang
Dikenal
ANALISIS HUBUNGAN MODAL SOSIAL MASYARAKAT
DENGAN PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI
Norma
Hubungan Tingkat Pemahaman Terhadap Norma dengan
Tingkat Keterlibatan dalam Pengembangan Ekowisata Bahari
Hubungan Tingkat Pemahaman Terhadap Norma dengan
Tingkat Pelaksanaan dan Manajemen dalam Pengembangan
Ekowisata Bahari
Hubungan Tingkat Pemahaman Terhadap Norma dengan
Tingkat Pengetahuan Lingkungan Ekowisata Bahari
Kepercayaan
Hubungan Tingkat Kepercayaan Terhadap Masyarakat dengan
Tingkat Keterlibatan dalam Pengembangan Ekowisata Bahari
Hubungan Tingkat Kepercayaan Terhadap Masyarakat dengan
Tingkat Pelaksanaan dan Manajemen dalam Pengembangan
Ekowisata Bahari
Hubungan Tingkat Kepercayaan Terhadap Masyarakat dengan
Tingkat Pengetahuan Lingkungan Ekowisata Bahari
Jaringan
Hubungan Jumlah Orang yang Dikenal dengan Tingkat
Keterlibatan dalam Pengembangan Ekowisata Bahari
Hubungan Jumlah Orang yang Dikenal dengan Tingkat
Pelaksanaan dan Manajemen dalam Pengembangan Ekowisata
Bahari
Hubungan Jumlah Orang yang Dikenal dengan Tingkat
Pengetahuan Lingkungan dalam Pengembangan Ekowisata
Bahari
Simpul
MANFAAT PENGEMBANGAN EKOWISATA TERHADAP
MASYARAKAT
33
34
34
35
36
36
37
39
39
40
40
41
42
43
44
45
46
46
47
48
49
53
xv
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
57
57
57
59
61
67
xvi
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Pengembangan ekowisata pada berbagai wilayah
Metode pengumpulan data
Jumlah kepala keluarga dan jumlah penduduk Pulau
Pramuka
Jenis mata pencaharian penduduk kelurahan Pulau Panggang
Jumlah penduduk Kelurahan Pulau Panggang pada tingkat
pendidikan tahun 2007
Jenis mata pencaharian penduduk kelurahan Pulau Panggang
Karakteristik kepala keluarga
Hubungan usia dengan tingkat pemahaman terhadap norma
Hubungan usia dengan tingkat kepercayaan terhadap
masyarakat
Hubungan usia dengan jumlah orang yang dikenal
Hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat pemahaman
terhadap norma
Hubungan tingkat pendidikan dengan kepercayaan terhadap
masyarakat
Hubungan tingkat pendidikan dengan jumlah orang yang
dikenal
Hubungan tingkat pendapatan kepala keluarga dengan
pemahaman terhadap norma
Hubungan tingkat pendapatan dengan tingkat kepercayaan
terhadap masyarakat
Hubungan tingkat pendapatan dengan jumlah orang yang
dikenal
Hubungan tingkat pemahaman terhadap norma dengan
tingkat keterlibatan dalam pengembangan ekowisata bahari
Hubungan tingkat pemahaman terhadap norma dengan
tingkat pelaksanaan dan manajemen dalam pengembangan
ekowisata
Hubungan tingkat pemahaman terhadap norma dengan
tingkat pengetahuan lingkungan ekowisata bahari
Hubungan tingkat kepercayaan terhadap masyarakat dengan
tingkat keterlibatan dalam pengembangan ekowisata bahari
Hubungan tingkat kepercayaan terhadap masyarakat dengan
tingkat pelaksanaan dan manajemen dalam pengembangan
ekowisata
Hubungan tingkat kepercayaan terhadap masyarakat dengan
tingkat pengetahuan lingkungan ekowisata bahari
Hubungan jumlah orang yang dikenal dengan tingkat
keterlibatan dalam pengembangan ekowisata bahari
Hubungan jumlah orang yang dikenal dengan tingkat
pelaksanaan dan manajemen dalam pengembangan
ekowisata
9
19
24
25
25
27
28
31
32
32
33
34
35
36
36
37
40
41
42
43
44
45
47
47
xvii
25
Hubungan jumlah orang yang dikenal dengan tingkat
pengetahuan lingkungan ekowisata bahari
48
DAFTAR GAMBAR
1
Kerangka pemikiran
15
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
Dokumentasi penelitian
Peta Pulau Pramuka
Rencana kegiatan penelitian
Nama kerangka sampling dan responden penelitian
61
63
64
65
xviii
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sumberdaya alam merupakan faktor yang sangat menentukan bagi
kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan dalam kehidupannya, manusia tidak
dapat hidup tanpa adanya sumberdaya alam. Ketergantungan manusia akan
sumberdaya alam tersebut berpengaruh terhadap pola pemanfaatan dan
pengelolaan sumberdaya alam yang ada. Indonesia sebagai negara sedang
berkembang, dimana peningkatan jumlah penduduk yang terus terjadi
mengakibatkan semakin meningkatnya jumlah permintaan akan pemenuhan
kebutuhan hidup dari sumberdaya alam, sehingga hal ini berkorelasi terhadap
semakin eksploitatifnya pemanfaatan sumberdaya alam yang ada (Sulton 2011).
Selain itu Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan yang memiliki 17.504
pulau, memiliki beragam etnik, dan luas hutan hingga 100 juta hektar yang
dikenal juga dengan negara mega biodiversity ekowisata.
Wiharyanto (2011) menyatakan bahwa ekowisata adalah kegiatan
perjalanan wisata yang bertanggung jawab, di daerah yang masih alami atau di
daerah-daerah yang dikelola dengan kaidah alam. Tujuannya, selain untuk
menikmati keindahan alam juga melibatkan unsur-unsur pendidikan, pemahaman
dan dukungan terhadap usaha-usaha konservasi alam dan peningkatan pendapatan
masyarakat setempat. Hal ini pun diungkapkan pada penelitian Wardhani (2007)
menyatakan bahwa pengembangan ekowisata dapat menumbuhkan penyediaan
kesempatan kerja dan kesempatan berusaha serta tumbuhnya usaha-usaha baru
yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
Selain beberapa pendapat dari hasil penilitian itu, ekowisata pun memiliki
karakteristik sendiri sehingga wilayah tersebut dapat dikatakan sebagai wilayah
ekowisata. Hal ini dibuktikan oleh Muntasib (2005) dalam buku prosiding
seminar ekowisata menyatakan bahwa ekowisata memiliki lima karakteristik
utama, yaitu nature based (berdasar pada lingkungan alam), ecologically
sustainable (pelaksanaan dan manajemen ekowisata berkelanjutan secara
ekologis), environmentally educative (pendidikan lingkungan dan interpretasi
adalah yang terpenting), bermanfaat untuk masyarakat lokal, dan kepuasan
wisatawan. Pada kegiatannya, ekowisata selalu dilakukan dalam kawasan berbasis
alam. Kondisi alam yang diolah menjadi suatu tempat wisata ataupun disebut
sebagai ekowisata yang indah dan memiliki daya tarik wisata akan mempengaruhi
perubahan sosial ekonomi. Perubahan sosial ekonomi dilihat dari pendapatan
sektor pariwisata, pendapatan basis dan non basis, peluang kesempatan kerja, pola
nafkah ganda, dan perubahan mata pencaharian, yang kemudian mempengaruhi
keberlanjutan ekowisata dalam suatu wilayah. Keberlanjutan ekowisata ini dilihat
dari potensi pasar dimana pergeseran trend pasar wisatawan “back to nature”
yang berkembang pesat, berpeluang meningkatkan perekonomian ataupun tingkat
pendapatan masyarakat.
Merujuk pada Ridell (1997) dikutip Suharto (2006), terdapat tiga
komponen atau parameter kapital sosial yaitu kepercayaan (trust), norma-norma
(norms), dan jaringan-jaringan (networks). Menurut Saifuddin (2008), rasa
2
percaya merupakan dasar dari prilaku moral dimana modal sosial dibangun.
Moralitas mengarahkan bagi kerjasama dan kordinasi sosial dari semua aktivitas
sehingga manusia dapat hidup bersama dan berinteraksi satu sama lain. Sepanjang
adanya rasa percaya, prilaku dan hubungan kekeluargaan maka akan terbangun
prinsip-prinsip resiproksitas dan pertukaran. Sebaga alat untuk membangun
hubungan, rasa percaya dapat menekan biaya-biaya transaksi yang muncul dalam
proses kontak, kontak dan kontrol. Norma sosial adalah norma yang mengatur
masyarakat ada yang bersifat formal maupun non formal. Norma formal
bersumber dari lembaga masyarakat yang formal atau resmi. Norma ini biasanya
tertulis, misalnya konstitusi, surat keputusan dan peraturan daerah. Norma non
formal biasanya tidak tertulis dan jumlahnya banyak dibandingkan norma yang
formal, misalnya kaidahn dan aturan di dalam keluarga dan adat istiadat (Maryati
dan Surjawati 2004). Rogers dan Kincaid (1980) juga menyatakan bahwa jaringan
sosial dapat menggambarkan jaring-jaring hubungan antara sekumpulan orang
yang saling terkait baik langsung maupun tidak langsung. Jaringan sosial
terbangun dari komunikasi antar individu yang memfokuskan pada pertukaran
informasi sebagai sebuah proses untuk mencapai tindakan bersama, kesapakatan
bersama, dan perhatian bersama. Modal sosial tidak hanya dibangun oleh satu
individu, melainkan akan terletak pada kecenderungan yang tumb uh dalam satu
kelompok untuk bersosialisasi sebagai bagian penting dari nilai-nilai yang
melekat.
Taman Nasional Kepulauan Seribu adalah kumpulan dari pulau-pulau
yang terbentang mulai dari kawasan Teluk Jakarta sampai Pulau Sebira yang
merupakan pulau terjauh di sebelah utara yang berjarak sekitar 150 km dari
daratan kota Jakarta. Kepulauan Seribu awalnya merupakan bagian dari wilayah
administrasi DKI Jakarta sebelum statusnya berubah menjadi kabupaten tersendiri
dengan karakteristik lingkungan khas kepulauan. Pulau Pramuka merupakan salah
satu pulau yang berada pada gugusan Kepulauan Seribu. Pulau ini merupakan
pusat administrasi dan pemerintahan Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu.
Pulau Pramuka termasuk ke dalam Kelurahan Pulau Panggang. Di pulau ini
terdapat sarana pelestarian penyu sisik yang saat ini jumlahnya sudah sedikit
sehingga dilindungi. Selain itu terdapat pula penanaman bakau sebagai upaya
perbaikan pertahanan pantai. Masyarakat yang mendiami Pulau Pramuka sebagian
besar adalah etnis Betawi, Bugis, Banten, dan Madura.
Masalah Penelitian
Latar belakang penelitian ini mengemukakan bahwa sumberdaya alam
merupakan faktor yang sangat menentukan bagi kehidupan manusia. Hal ini
dikarenakan dalam kehidupannya, manusia tidak dapat hidup tanpa adanya
sumberdaya alam. Ketergantungan manusia akan sumberdaya alam tersebut
berpengaruh terhadap pola pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam yang
ada. Indonesia sebagai negara sedang berkembang, dimana peningkatan jumlah
penduduk yang terus terjadi mengakibatkan semakin meningkatnya jumlah
permintaan akan pemenuhan kebutuhan hidup dari sumberdaya alam, sehingga hal
ini berkorelasi terhadap semakin eksploitatifnya pemanfaatan sumberdaya alam
yang ada. Oleh sebab itu, penelitian ini mencoba melihat sejauh mana hubungan
3
karakteristik kepala keluarga dengan modal sosialnya dalam mengembangkan
ekowisata bahari di Pulau Pramuka?
Modal sosial pada penelitian ini dilihat dari individu unit analisisnya, yaitu
kepala keluarga pada masyarakat pulau pramuka. Individunya sendiri mimiliki
faktor internal seperti keadaan usianya, tingkat pendidikan, dan juga tingkat
pendapatan. Berbagai hal tersebut berhubungan dengan modal sosial masyarakat
Pulau Pramuka dalam mengembangkan ekowisata bahari. uraian di atas
memunculkan sebuah pertanyaan sejauh mana hubungan modal sosial kepala
keluarga terhadap pengembangan ekowisata bahari di Pulau Pramuka?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah penelitian yang telah dipaparkan di atas, disusunlah
tujuan penelitian guna menjawab rumusan masalah dan pertanyaan penelitian
tersebut, yaitu:
1. Menganalisis hubungan karaktersitik kepala keluarga dengan modal sosialnya
dalam mengembangkan ekowisata bahari di Pulau Pramuka.
2. Menganalisis hubungan modal sosial kepala keluarga terhadap pengembangan
ekowisata bahari di Pulau Pramuka
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai peran
ekologi dalam ekowisata serta modal sosial masyarakat Pulau Pramuka dalam
mengembangkan Ekowisata Bahari. Penelitian ini juga berguna untuk:
1. Menambah wawasan serta ilmu pengetahuan bagi peneliti dalam mengkaji
secara ilmiah mengenai peran ekologi dalam ekowisata bahari serta
bagaimana modal sosial masyarakat pulau pramuka dalam mengembangkan
ekowisata.
2. Menambah literatur bagi kalangan akademisi dalam mengakaji hubungan
modal sosial dengan pengembangan ekowisata bahari.
3. Acuan dalam pelaksanaan pengembangan kawasan ekowisata di wilayah
pesisir, dimana dilihatnya hubungan modal sosial dengan pengembangan
ekowisata bahari bagi kalangan non akademisi, seperti masyarakat, swasta,
dan pemerintah.
4
5
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Ekowisata Bahari
Terdapat beberapa ahli yang menjelaskan konsep ekowisata, diantaranya
konsep ekowisata yang biasa juga disebut sebagai ecotourism oleh Tuwo A
(2011) menyebutkan bahwa ekowisata merupakan jenis wisata yang paling murah
karena hanya menjual “rasa” kepada wisatawan. Namun begitu “rasa” ini sampai
ke wisatawan, maka “rasa” tersebut diekspresikan dengan senang hati dan berbagi
“rasa” dengan orang lain, ynag secara sadar atau tidak telah mengeluarkan
sejumlah uang yang tidak sedikit. Disebutkan juga bahwa dalam perkembangan
selanjutnya, ekowisata semakin digemari oleh wisatawan. Hal ini kemudian
melahirkan suatu definisi terbaru mengenai ekowisata, yaitu wisata yang berbasis
pada alam dengan menyertakan aspek pendidikan dan aspek interpretasi terhadap
lingkungan alami dan budaya masyarakat dengan sistem pengelolaan yang
berbasis pada kelestarian ekologis. Selain itu Damanik dan Weber (2006)
mendefinisikan ekowisata ke dalam tiga perspektif, yaitu ekowisata sebagai
produk, ekowisata sebagai pasar dan ekowisata sebagai pendekatan
pengembangan. Sebagai produk, ekowisata merupakan semua atraksi yang
berbasis pada sumberdaya alam. Sebagai pasar, ekowisata merupakan sebuah
perjalanan yang diarahkan pada upaya-upaya pelestarian lingkungan. Sebagai
pendekatan pengembangan, ekowisata merupakan metode pemanfaatan dan
pengelolaan sumberdaya pariwisata secara ramah lingkungan.
Hal ini pun diperkuat Djohani (1998) dikutip Ayal (2009), yang
menyatakan ekowisata dapat memegang peranan penting dalam melindungi
sumberdaya alam laut pada suatu daerah perlindungan laut. Bisnis ekowisata pada
suatu wilayah yang dijadikan ekowisata dapat menyokong untuk berjalanya tiga
pilar konservasi (ekologi, ekonomi, dan sosial). Strategi yang ditempuh antara
lain: (1) meningkatkan kapasitas monitoring karang melalui penambahan fasilitas
kapal safari laut dan peralatan selam mengelilingi karang; (2) mendorong
peningkatan kesadaran dan kepedulian masyarakat dan pemerintah dalam
berbagai tingkatan; (3) mendorong terciptanya sumber mata pencaharian alternatif
serta menggalakkan upaya-upaya pemberdayaan masyarakat. Hal ini dibuktikan
juga oleh Muntasib (2005) dalam buku prosiding seminar ekowisata yang
menyatakan bahwa ekowisata memiliki lima karakteristik utama, yaitu nature
based (berdasar pada lingkungan alam), ecologically sustainable (pelaksanaan dan
manajemen ekowisata berkelanjutan secara ekologis), environmentally educative
(pendidikan lingkungan dan interpretasi adalah yang terpenting), bermanfaat
untuk masyarakat lokal, dan kepuasan wisatawan.
Penjelasan ekowisata lainnya pun dikemukakan oleh penelitian
Ayuningtyas (2011) yang manyatakan bahwa ekowisata adalah wisata berbasis
alam yang melibatkan pendidikan, interpretasi dari lingkungan, dan dikelola
secara berkelanjutan. Adanya ekowisata mempengaruhi kehidupan masyarakat di
sekitar kawasan. Kehadiran ekowisata memberikan dampak bagi masyarakatnya.
Dampak pada aspek sosio dan ekonomi yang meliputi tingkat pendapatan,
pelapisan sosial, tingkat kesempatan kerja, tingkat konflik, dan jam kerja pada
bidang ekowisata yang terjadi sebagai akibat adanya aktivitas ekowisata.
6
Beberapa dampak dari ekowisata pun dapat berupa dampak positif atau
pun negatif seperti yang dikemukakan dalam penelitiannya Adelia (2012) yang
menyatakan perkembangan ekowisata juga akan memunculkan dampak, baik
negatif maupun positif. Dampak positif yang diharapk\an dari perkembangan
kawasan ekowisata adalah
terpeliharanya lingkungan hidup serta
dimanfaatkannya lingkungan hidup tersebut menjadi jasa lingkungan yang
memberdayakan ekonomi lokal. Secara tidak langsung akan adanya peningkatkan
pendapatan masyarakat dan kemajuan daerah tujuan ekowisata. Akan tetapi,
perkembangan ekowisata yang tidak terorganisir dengan baik, hanya akan
memberikan dampak negatif baik terhadap lingkungan maupun terhadap
kehidupan sosial budaya komunitas lokal. Oleh karena itu, pengembangan
ekowisata dibutuhkan suatu pedoman atau prinsip yang dipegang masyarakat
sebagai mekanisme untuk mereduksi dampak negatif yang akan masuk ke dalam
komunitas mereka
Penelitian Wiharyanto (2007), Pengembangan kawasan ekowisata bukan
merupakan suatu pengembangan kawasan industri pariwisata yang hanya bersifat
sektoral. Namun pengembangan tersebut, terdapat aspek-aspek lain yang saling
berhubungan dan menentukan keberhasilan pengembangannya. Pada beberapa
tempat pelibatan masyarakat sekitar dalam kegiatan ekowisata masih sangat
minim, kerjasama yang dilakukan pihak pengelola dengan pihak-pihak yang
berperan penting dan mempengaruhi kondisi ekowisata di sekitar kawasan masih
rendah. Akibatnya, masih sering terjadi perusakan secara tidak langsung, dimana
terjadi pembuangan sampah dan limbah aktivitas di sekitar lokasi. Fasilitas untuk
pendidikan dan penelitian seperti pusat informasi, perpustakaan dan penerangan
tentang kondisi ekowisata di lokasi pun belum memadai, padahal pendidikan
merupakan salah satu konsep utama ekowisata. Pemahaman pelaku dan pengguna
tentang ekowisata masih rendah, masih terdapat pengunjung yang membuang
sampah tidak pada tempatnya dan melakukan tindakan vandalisme pada wilayah
pengembangan ekowisata. Rendahnya pendidikan akan mempengaruhi tingkat
kesulitan akan akses untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Maka nantinya
akan ikut mempengaruhi tingkat kesejahterahan masyarakat.
Hal ini juga dijelaskan pada penelitian Yulianda (2007), ekowisata adalah
pariwisata yang menyangkut perjalanan ke kawasan alam secara relatif belum
terganggu dengan tujuan untuk mengagumi, meneliti dan menikmati
pemandangan yang indah, tumbuh-tumbuhan serta binatang liar maupun
kebudayaan yang dapat ditemukan disana. Selanjutnya ditambahkan bahwa
ekowisata bahari merupakan kegiatan wisata pesisir dan laut yang dikembangkan
dengan pendekatan konservasi laut. Ekowisata merupakan wisata yang
berorientasikan pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan perlindungan
sumberdaya alam/lingkungan dan industri kepariwisataan.
Kriteria dan Unsur Ekowisata
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tuwo (2011) di Halifax
Kanada, ekowisata memiliki tiga kriteria, yaitu: (1) memberi nilai konservasi yang
dapat dihitung; (2) melibatkan masyarakat; serta (3) menguntungkan dan dapat
memelihara dirinya sendiri. Ketiga kriteria tersebut dapat dipenuhi bilamana pada
7
setiap kegiatan ekowisata memadukan empat komponen, yaitu: (1)ekosistem, (2)
masyarakat, (3) budaya, dan (4) ekonomi.
Hal ini pun dapat dibuktikan pada hasil penelitian Setiawati (2000) dari
INDECON (Pusat Penelitian, Pelatihan dan Promosi Ekowisata) dalam prosiding,
yang menyatakan bahwa pemilihan ekowisata sebagai konsep pengembangan dari
wisata bahari di dasarkan pada beberapa unsur utama, yaitu:
1. Ekowisata sangat bergantung pada kualitas sumber daya alam, peninggalan
sejarah dan budaya. Kekayaan keanekaragaman hayati merupakan daya tarik
utama bagi pangsa pasar ekowisata, sumber daya alam, peninggalan sejarah
dan budaya menjadi sangat penting untuk ekowisata.
2. Pelibatan Masyarakat.Pada dasarnya pengetahuan tentang alam dari budaya
serta kawasan daya tarik wisata, dimiliki oleh masyarakat setempat. Oleh
karena itu pelibatan masyarakat menjadi mutlak, mulai dari tingkat
perencanaan hingga pada tingkat pengelolaan.
3. Ekowisata meningkatkan kesadaran dan apreasiasi terhadap alam, niai-nilai
peninggalan sejarah dan budaya. Ekowisata memberikan nilai tambah kepada
pengunjung dan masyarakat setempat dalam bentuk pengetahuan dan
pengalaman.nilai tambah ini memperngaruhi perubahan prilaku dari
pengunjung, masyarakat dan pengembang pariwisata agar sadar dan lebih
menghargai alam, nilai-nilai peninggalan sejarah dan budaya.
4. Pertumbuhan pasar ekowisata di tingkat internasional dan nasional. Kenyataan
memperlihatkan kecenderungan meningkatnya permintaan terhadap produk
ekowisata baik di tingkat internasional dan nasional.
5. Ekowisata sebagai sarana mewujudkan ekonomi berkelanjutan. Ekowisata
memberikan peluang untuk mendapatkan keuntungan bagi penyelenggara,
pemerintah dan masyarakat setempat, melalui kegiatan-kegiatan yang nonekstraktif dan non-konsumtif. Hal tersebut akan meningkatkan perekonomian
daerah setempat. Penyelenggaraan yang memperhatikan kaidah-kaidah
ekowisata, mewujudkan ekonomi berkelanjutan
Ekowisata secara garis besar dapat menumbuhkan tingkat sosio-ekonomi
yang turut meliputi perlindungan lingkungan seperti konservasi alam dan juga
dapat melestarikan budaya bangsa. Selain itu ekowisata pun dapat menambah
devisa negara dalam meningkatkan pasar ekowisata baik tingkat internasional
maupun nasional.
Dampak Ekowisata
Suwantoro (1997) dalam Tafalas (2010) menjelaskan bahwa pariwisata
(ekowisata) dianggap sebagaisalah satu sektor ekonomi penting tetapi apabila
tidak dilakukan dengan benar, maka pariwisata berpotensi menimbulkan masalah
atau dampak negatif terhadap kehidupan sosial, ekonomi dan lingkungan. Hal ini
pun didukung dalam penelitiannya Kristanto (2004) yang mendefinisikan dampak
sebagai adanya suatu benturan antara dua kepentingan yang berbeda, yaitu
kepentingan pembangunan dengan kepentingan usaha melestarikan kualitas
lingkungan yang baik. Dampak yang diartikan dari benturan antara dua
kepentingan itupun masih kurang tepat karena yang tercermin dari benturan
tersebut hanyalah kegiatan yang menimbulkan dampak negatif.pengertian ini pula
8
yang dahulunya banyak ditentang oleh para pemilik atau pengusul proyek. Pada
perkembangan selanjutnya yang dianalisis bukan hanya dampak negatifnya saja
melainkan juga dampak positifnya dan dengan bobot analisis yang sama. Apabila
didefinisikan lebih lanjut, maka dampak adalah setiap setiap perubahan yang
terjadi dalam lingkungan akibat adanya aktifitas manusia. Pada hal ini tidak
disebutkan karena adanya proyek, karena proyek sering diartikan sebagai
bangunan fisik saja, sedangkan banyak proyek yang bangunan fisiknya relatif
kecil atau tidak ada, tetapi dampaknya besar. Penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa yang menjadi objek pembahasan bukan saja dampak proyek terhadap
lingkungannya,melainkan juga dampak lingkungan terhadap proyek.
Yoeti (2008) mengemukakan bahwa pariwisata (termasuk ekowisata)
sebagai katalisator dalam pembangunan karena dampak yang diberikannya
terhadap kehidupan perekonomian di negara yang dikunjungi wisatawan.
Kegiatan ekowisata memberikan dampak pada berbagai aspek seperti sosialbudaya, ekonomi, dan lingkungan. Dampak yang ditimbulkan dapat berupa
dampak positif dan negatif.
Berdasarkan kacamata ekonomimakro, jelas pariwisata (termasuk
ekowisata) memberikan dampak positif yaitu :
1. Dapat menciptakan kesempatan berusaha.
2. Dapat meningkatkan kesempatan kerja.
3. Dapat meningkatkan pendapatan sekaligus mempercepat pemerataan
pendapatan masayarakat, sebagai akibat multiplier effect yang terjadi dari
pengeluaran wisatawan yang relatif kcukup besar itu.
4. Dapat meningkatkan penerimaan pajak pemerintah dan retribusi daerah.
5. Dapat meningkatkan pendapatan nasional atau Gross Domestic Bruto (GDB)
6. Dapat mendorong peningkatan investasi dari sektor industri pariwisata dan
sektor ekonomi lainnya.
7. Dapat memperkuat neraca pembayaran. Bila neraca pembayaran mengalami
surplus, dengan sendirinya akan memperkuat neraca pembayaran Indonesia
dna sebaliknya (Yoeti 2008).
Dampak negatif yang terjadi akibat pengembangan pariwisata (termasuk
ekowisata) adalah :
1. Sumber-sumber hayati menjadi rusak, yang menyebabkan Indonesia
kehilangan daya tariknya untuk jangka panjang
2. Pembuangan sampah sembarangan, selain menyebabkan bau tidak sedap, juga
membuat tanaman di sekitarnya mati.
3. Sering terjadi komersialisasi seni-budaya
4. Terjadinya demonstration effect, kepribadian anak-anak muda rusak. Cara
berpakain anak-anak sudah mendunia berkaos oblong dan bercelana
kedodoran (Yoeti 2008).
Dampak dari adanya pariwisata (termasuk ekowisata) dapat dilihat dalam
penelitiannya Setiyanti (2011) bahwa hadirnya sektor pariwisata di Pulau
Pramuka telah menciptakan peluang usaha dan kerja bagi penduduk di Pulau
Pramuka. Usaha terebut diantaranya seperti homestay, rumah makan, pedagang,
transportasi dan jasa. Sifat kegiatan usaha pariwisata tersebut di Pulau Pramuka
dominan pada sifat kegiatan informal, dimana usaha tidak memiliki surat izin dari
9
pemerintah,pengelolaan secara sederhana dan menggunakan tenaga kerja
keluarga. Pola kegiatan usaha pariwisata umumnya adalah setiap hari, meskipun
ada pula usaha yang hanya buka di saat akhir pekan atau di saat kunjungan
wisatawan tergolong ramai.
Pengembangan Ekowisata pada Berbagai Wilayah
Ekowisata ialah pariwisata yang berbasis pada lingkungan serta adanya
keterlibatan dari masyarakat lokal. Pariwisata sendiri dalam ekowisata memiliki
dampak terhadap kondisi sosial-ekonomi masyarakat lokal yang turut menjadi
penentuan pada tingkat kesejahterannya. Penelitian Wihartika (2004) kegiatan
pariwisata cenderung mengarah kepada kegiatan dan aksi sosial dalam artian
bahwa pariwisata erat kaitannya dengan tingkah laku tiap individu, kelompok
dalam melakukan perjalanan wisata serta pengaruh kegiatan pariwisata dalam
masyarakat. Pada kegiatannya, ekowisata selalu dilakukan dalam kawasan
berbasis alam. Kondisi alam yang diolah menjadi suatu tempat wisata ataupun
disebut sebagai ekowisata yang indah dan memiliki daya tarik wisata akan
mempengaruhi perubahan sosial ekonomi. Perubahan sosial ekonomi dilihat dari
pendapatan sektor pariwisata, pendapatan basis dan non basis, peluang
kesempatan kerja, pola nafkah ganda, dan perubahan mata pencaharian, yang
kemudian mempengaruhi keberlanjutan ekowisata dalam suatu wilayah.
Keberlanjutan ekowisata ini dilihat dari potensi pasar dimana pergeseran trend
pasar wisatawan “back to nature” yang berkembang pesat, berpeluang
meningkatkan perekonomian ataupun tingkat pendapatan masyarakat. Hal ini
dapat dibuktikan pada beberapa penelitian seperti yang ada pada Tabel 1.
Tabel 1 Pengembangan ekowisata pada berbagai wilayah
Nama
Lokasi
Pengembangan Ekowisata
Peneliti
(Sulaksmi
Kawasan Wisata
Masuknya ekowisata membuat
ciri
2007)
Alam Laut Pulau khas tersendiri pada kota Sabang,
Weh Kota Sabang
tingkat kesehatan masyarakat yang aktif
dalam
kegiatan
relatif
baik,
meningkatkan pemasukan pemerintah
daerah kota Sabang seperti adanya
hotel, rumah makan, perdagangan, dan
jasa trasportasi yang turut saling
bekerjasama antara masyarakat dan
pemerintah
(Wiharyanto Ekowisata Mangrove Kawasan konservasi hutan mangrove
2007)
Kawasan Konservasi dan bekantan ini berada di pusat kota
Pelabuhan Tengkayu Tarakan sehingga dapat memberikan
II Kota Tarakan
lapangan pekerjaan baru dan akan
Kalimatan Timur
mengurangi tingkat pengangguran baik
dari prasarana dan sarana penunjang
untuk pengembangan ekowisata dan
secara
tidak
langsung
akan
10
(Ketjulan
2011)
Ekowisata
Bahari
Pulau
Hari
Kecamatan Laonti
Kabupaten Konawe
Selatan,
Provinsi
Sulawesi Tenggara.
(Ayuningtyas
2011)
Masyarakat di
Taman Nasional
Gunung Halimun
Salak (Studi
Citalahab Central
dan Citilahab
Kampung, Desa
Malasari, Kecamatan
Nanggung,
Kabupaten Jawa
Barat
menguntungkan
bagi
masyarakat
sekitar. Hasil penelitian didapatkan
bahwa,masyarakat sangat mendukung
terhadap
adanya
kegiatan
pengembangan wisata, dimana hal
tersebut akan menarik keinginan mereka
dan pengunjung lain untuk menikmati
keindahan alam dan berteduh dari
panasnya kota Tarakan.
Masyarakat turut dilibatkan dalam
pengembangan
ekowisata,
namun
perkembangan obyek wisata masih
minim karena promosi pemerintah
setempat kurang maksimal diduga
adanya konflik kewenangan antara
pemerintah Kabupaten Konawe Selatan
dan Pemerintah Provinsi Sulawesi
Tenggara. Hal ini berdampak kurangnya
hasil yang diperoleh dari pengembangan
ekowisata.
Kehadiran
ekowisata
memberikan
dampak bagi masyarakatnya. Dampak
pada aspek sosio dan ekonomi yang
meliputi tingkat pendapatan, pelapisan
sosial, tingkat kesempatan kerja, tingkat
konflik, dan jam kerja pada bidang
ekowisata yang terjadi sebagai akibat
adanya aktivitas ekowisata. Kehadiran
ekowisata di Taman Nasional Gunung
Halimun Salak ini akan menarik
wisatawan untuk datang dan menikmati
keindahan alam. Adanya ekowisata
tentunya akan membuka kesempatan
kerja. Namun, terbukanya kesempatan
kerja hanya terjadi di kampung yang
aksesnya dekat dengan ekowisata yaitu
Citalahab Central
Sumber: Sulaksmi (2007), Wiharyanto (2007), Ketjulan (2011), Ayuningtyas (2011)
Contoh di atas menjelaskan pengembangan ekowisata yang berdampak
pada berbagai belahan Indonesia seperti di Pulau Weh Sabang, Taman Nasional
Gunung Halimun Salak, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Tenggara. Ternyata
keberadaaan ekowisata didukung dengan lokasi atau wilayah yang akan dijadikan
kawasan ekowisata serta kebudayaan yang ada pada wilayah tersebut. Selain itu
pengadaan suatu kawasan menjadi kawasan ekowisata baik di daerah pesisir atau
pun pegunungan dapat mempengaruhi kondisi sosio-ekonomi, namun hal ini
hanya berdampak pada beberapa masyarakat setempat saja akan adanya
ekowisata. Hal ini dikarenakan terbatasnya beberapa akses masyarakat untuk
11
terlibat langsung dalam ekowisata dan juga masih minimnya peran masyarakat
sendiri dalam membangun kesadaran akan pentingnya keberadaan ekowisata.
Keberadaan ekowisata pun turut dipengaruhi oleh peran pemerintah daerah,
seperti halnya pada penelitiannya ketjulan (2011), menyatakan bahwa masyarakat
turut dilibatkan dalam pengembangan ekowisata, namun perkembangan obyek
wisata masih minim karena promosi pemerintah setempat kurang maksimal
diduga adanya konflik kewenangan antara pemerintah Kabupaten Konawe Selatan
dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara. Hal ini berdampak kurangnya hasil
yang diperoleh dari pengembangan ekowisata.
Modal Sosial
Modal sosial dalam pengertiannya memiliki unsur modal yang berarti
memiliki kesamaan dengan modal fisik dan modal manusia. Seperti modal fisik,
modal sosial memerlukan investasi awal dan perawatan berkala, dalam bentuk
interaksi yang berulang atau membangun prilaku kepercayaan. Modal sosial juga
memberikan gambaran yang berbeda dibandingkan dengan modal fisik, modal
sosial manusia (Bastelaer dan Grootaert 2002). Poli (2007) menjelaskan bahwa
modal sosial adalah saling percaya yang mempersatukan masyarakat sebagai
kesatuan hidup yag beradab. Muncul dari pengalaman bersama yang memuaskan,
karena itu diulang-uangi sehingga membentuk pola prilaku, yang dipertahankan
melalui aturan yang disepakati, sehingga menyatukan masyarakat dalam suatu
struktur tertentu. Pengalaman bersama yang memuaskan dapat muncul secara
spontan maupun melalui rekayasa manajemen. Poli pun menjelaskan mengenai
ciri-ciri dari modal sosial seperti:
a. Dimiliki bersama,
b. Dapat digunakan untuk pencapaian tujuan bersama
c. Dapat bertambah dan dapat pula berkurang
d. Kian dibagi-bagi kian bertambah
e. Kian tidak dibagi-bagi, kian berkurang.
Lubis (2002) dalam Badaruddin (2006) mengemukakan teori modal sosial
lebih lanjut, dimana modal sosial beriintikan elemen-elemen pokok yang
mencakup:
a. Saling percaya (trust), yang meliputi adanya kejujuran (honesty), kewajaran
(fairness), sikap egaliter (egalitarianism), toleransi (tolerance), tanggung
jawab
(responsibility),
kemurahan
hati
(generoity)
kerjasama
(collaboration/cooperation) dan keadilan (equity);
b. Jaringan
sosial
(social
networking),
yang
meliputi
adanya
partisipasi(participations), solidaritas (solidarity);
c. Pranata (institution), yang meliputi nilai-nilai yang dimiliki bersama (shared
valueI), norma-norma dan sanksi-sanksi (norms and sanctionsI) dan aturanaturan (rules).
Elemen-elemen modal sosial tersebut bukanlah sesuatu yang tumbuh dan
berkembang dengan sendirinya, melainkan harusdirekreasikan dan ditransmisikan
melalui mekanisme-mekanisme sosial budaya di dalam sebuah unit sosial seperti
keluarga, komunitas, asosiasi sukarela, negara dan sebagainya. Merujuk pada
Ridell (1997) dikutip Suharto (2006), terdapat tiga komponen atau parameter
12
kapital sosial yaitu kepercayaan (trust), norma-norma (norms), dan jaringanjaringan (networks). Kasih (2007) mendefinisikan modal sosial sebagai suatu
norma yang muncul secara informal melandasi kerjasama diatara dua atau lebih
individu. Selain pendefinisian tersebut, pada hal ini juga menjelaskan manfaat
umum yang diperoleh dari modal sosial antara lain:
a. Modal sosial memungkinkan masyarakat memecahkan masalah-masalah
bersama dengan lebih mudah.
b. Modal sosial menumbuhkan rasa saling percaya dalam hubungan sosial untuk
mewujudkan kepentingan bersama.
c. Modal sosial memungkinkan terciptanya jaringan kerja sehingga mudah
mendapatkan informasi. Masyarakat yang memiliki modal sosial lebih mudah
bekerjasama mencapai kepentingan bersama baik bidang sosial maupun
ekonomi, dibanding dengan masyarakat sebaliknya.
Kepercayaan
Kepercayaan adalah harapan yang tumbuh di dalam sebuah masyarakat
yang ditunjukan oleh adanya prilaku jujur, teratur, dan kerjasama berdasarkan
norma-norma yang dianut bersama. Kepercayaan sosial merupakan penerapan
terhadap pemahaman ini. Cox (1995) dalam Suharto (2006) menyebutkan bahwa
dalam masyarakat yang memiliki tingkat kepercayaan tinggi, aturan-aturan sosial
cenderung bersifat positif, hubungan-hubungan juga bersifat kerjasama. Adanya
kapital sosial yang baik ditandai oleh adanya lembaga-lembaga sosial ynag kokoh.
Kapital sosial melahirkan kehidupan sosial yang harmonis (Putnamm 1995 dalam
Suharto 2006).
Rasa percaya diri (trust) adalah suatu bentuk keinginan untuk mengambil
resiko dalam hubungan-hubungan sosialnya yang didasari oleh perasaan yakin
bahwa yang lain akan melakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan akan
senantiasa bertindak dalam suatu ola tindakan yang slaing mendukung, paling
tidak yang lain tidak akan bertindak merugikan diri dan kelompoknya (Robert
2002 dalam Suharto). Menurut Saifuddin (2008), rasa percaya merupakan dasar
dari prilaku moral dimana modal sosial dibangun. Moralitas mengarahkan bagi
kerjasama dan kordinasi sosial dari semua aktivitas sehingga manusia dapat hidup
bersama dan berinteraksi satu sama lain. Sepanjang adanya rasa percaya, prilaku
dan hubungan kekeluargaan maka akan terbangun prinsip-prinsip resiproksitas
dan pertukaran. Sebaga alat untuk membangun hubungan, rasa percaya dapat
menekan biaya-biaya transaksi yang muncul dalam proses kontak, kontak dan
kontrol.
Hal lainnya pun dikemukakan oleh Lawang (2004) kepercayaan adalah
rasa percaya yang terjadi antara dua orang atau lebih untuk saling berhubungan.
Ada tiga hal yang saling terkait dalam kepercayaan, yaitu:
1. Hubungan antara dua orang atau lebih. Termasuk dalam hubungan tersebut
adalah institusi, yang dalam hal ini diwakili oleh orang. Sesorang percaya
pada institusi tertentu untuk kepentingannya, karena orang-orang dalam
institusi itu bertindak.
2. Harapan yang akan terkandung dalam hubangan itu, yang kalau direalisasikan
tidak akan merugikan salah satu atau kedua belah pihak.
13
3. Interaksi sosial yang memungkinkan hubungan dan harapan itu terwujud.
Ketiga dasar tersebut kepercayaan dapat diartikan sebagai hubungan antara
dua pihak atau lebih yang mengandung harapan yang menguntungkan salah
satu atau kedua belah pihak melalui interaksi sosial.
Norma Sosial
Norma sosial adalah norma yang mengatur masyarakat, ada yang bersifat
formal maupun non formal. Norma formal bersumber dari lembaga masyarakat
yang formal atau resmi. Norma ini biasanya tertulis, misalnya konstitusi, surat
keputusan dan peraturan daerah. Norma non formal biasanya tidak tertulis dan
jumlahnya banyak dibandingkan norma yang formal, misalnya kaidah dan aturan
di dalam keluarga dan adat istiadat (Maryati dan Surjawati 2004).
Norma-norma terdiri dari pemahaman-pemahaman, nilai-nilai, harapanharapan dan tujuan yang diyakini dan dijalankan bersama oleh sekelompok orang.
Norma-norma dapat bersumber dari agama, panduan moral, maupun standarstandar sekuler seperti halnya kode etik profesional. Norma-norma dibangun dan
berkembang berdasarkan sejarah kerjasama di masa lalu dan diterapkan untuk
mendukung iklim kerjasama (Putnam 1993 dalam Suharto 2006). Norma-norma
dapat merupakan pra-kondisi maupun produk dari kepercayaan sosial.
Hal ini juga dapat dibuktikan dalam penelitiannya Oktadiyani (2010) di
Kawasan Penyangga Taman Nasional Kutai (TNK) yang menyatakan bahwa
norma sosial masih tetap berlaku dalam kehidupan sehari-hari baik dalam
masyarakat Dusun Kebo Jaya maupun Dusun G III, seperti berpakain sopan,
mejaga tidak melakukan perselingkuhan, tamu lebih dari 24 jam wajib lapor,
menghormati orang yang lebih tua, menghormati pendapat orang lain,norma untuk
hidup sehat, dan norma untuk tidak mencurigai orang lain. Begitu juga dengan
norma agama tetap mereka pegang. Masing-masing agama mempunyai aturannya
masing-masing tapi pada intinya mereka saling menghormati antar agama yang
ada. Norma adat kadang-kadang dipakai dalam kehidupan sehari-hari karena
mereka sudah berbaur dengan berbagai etnik dari berbagai daerah. Nilai ketaatan
terhadap norma adat dan aturan pemerintah di kedua dusun bersifat kadangkadang. Selain itu aturan yang berlaku sesuai dengan undang-undang pemerintah
dan aturanya tidak seketat adat aslinya, aturan yang dipakai aturan universal
karena kebanyakan warga pendatang.
Sementara Lawang (2004) mengatakan norma tidak dapat dipisahkan dari
jaringan dan kepentingan. Kalau struktur jaringan itu terbentuk karena pertukaran
sosial yang terjadi antara dua orang atau lebih, sifat norma kurang lebih sebagai
berikut:
a) Norma itu muncul dari pertukuran yang saling menguntungkan, artinya kalau
pertukaran itu keuntungan hanya dinikmati oleh salah satu pihak saja,
pertukaran sosial selanjutnya pasti tidak akan terjadi. Karena itu, norma yang
muncul disini, bukan sekali jadi melalui satu pertukaran saja. Norma muncul
karena beberapa kali pertukaran yang saling menguntungkan dan ini dipegang
terus-meneruas menjadi sebuah kewajiban sosial yang harus dipelihara.
b) Norma bersifat resiprokal, artinya isi norma menyangkut hak dan kewajiban
kedua belah pihak yang dapat menjamin keuntungan yang diperoleh dari suatu
kegiatan tertentu. Orang yang melanggar norma ini yang berdampak pada
14
berkurangnya keuntungan di kedua belah pihak, akan diberi sanksi negatif
yang sangat keras.
c) Jaringan yang terbina lama dan menjamin keuntungan kedua belah pihak
secara merata, akan memunculkan norma keadilan, dan akan melanggar
prinsip keadilan akan dikenakan sanksi yang keras juga.
Jaringan
Infrastruktur dinamis dari kapital sosial berwujud jaringan-jaringan
kerjasama antar manusia. Jaringan tersebut memfasilitasi terjadinya komunikasi
dan interaksi, memungkinkan tumbuhnya kepercayanan dan memperkuat
kerjasama. Masyarakat yang sehat cenderung memiliki jaringan-jaringan sosial
yang kokoh. Jaringan-jaringan sosial yang erat akan memperkuat perasaan
kerjasama para anggotanya serta manfaat-manfaat dari partisipasinya (Putnam
1993 dalam Suharto 2006).
Hal lainnya mengenai jaringan pun didefinisikan sebagai proses
pengelompokan yang terdiri atas sejumlah orang (sedikitnya tiga orang) yang
masing-masing mempunyai identitas tersendiri dan dihubungkan melalui
hubungan sosial. Selain itu pada hasil penelitian ini juga mengemukakan jika
individu mempunyai mobilitas diri yang tinggi untuk melakukan hubungan sosial
yang lebih luas, ini berarti individu tersebut akan memasuki sejumlah
pengelompokan dan kesatuan sosial sesuai dengan ruang, waktu, situasi dan
kebutuhan atau tujuan yang hendak dicapainya. Keanggotaan individu dalam
suatu jaringan bersifat fleksibel dan dinamis, karena pada dasarnya setiap individu
sebagai makhluk sosial akan selalu terkait dengan jaringan sosial yang kompleks.
Bila seorang individu memasuki sejumlah jaringan sosial yang berbeda-beda
sesuai dengan konteks khusus atau fungsinya, ia akan merefleksikan struktur
sosial yang berbeda pula. Struktur sosial bukan hanya pencerminan adanya
keteraturan hubungan dalam suatu jaringan sosial, melainkan juga menjadi sarana
untuk memahami batas-batas status dan peran, serta hak dan kewajiban individu
yang terlibat dalam hubungan sosial tersebut.
Rogers dan Kincaid (1980) juga menyatakan bahwa jaringan sosial dapat
menggambarkan jaring-jaring hubungan antara sekumpulan orang yang saling
terkait baik langsung maupun tidak langsung. Jaringan sosial terbangun dari
komunikasi antar individu yang memfokuskan pada pertukaran informasi sebagai
sebuah proses untuk mencapai tindakan bersama, kesapakatan bersama, dan
perhatian bersama. Modal sosial tidak hanya dibangun oleh satu individu,
melainkan akan terletak pada kecenderungan yang tumbuh dalam satu kelompok
untuk bersosialisasi sebagai bagian penting dari nilai-nilai yang melekat.
Lawang (2004) menjelaskan, jaringan itu terjemahan dari network, yang
kalau diberi arti secara etmologik mungkin malah lebih jelas. Dasarnya adalah
jaringan yang berhubungan satu sama lain melalui simpul-simpul (ikatan). Dasar
ini (net) ditambah atau digabung dengan kerja (work). Kalau gabungan tersebut
diberi arti maka tekanannya ada pada kerjanya, bahkan pada jaringannya,
sehingga muncullah arti:kerja (bekerja) dalam hubungan antar simpul-simpul
seperti halnya jaringan (net).
15
Kerangka Pemikiran
Sumberdaya alam merupakan faktor yang sangat menentukan bagi
kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan dalam kehidupannya, manusia tidak
dapat hidup tanpa adanya sumberdaya alam. Ketergantungan manusia akan
sumberdaya alam tersebut berpengaruh terhadap pola pemanfaatan dan
pengelolaan sumberdaya alam yang ada. Indonesia sebagai negara sedang
berkembang, dimana peningkatan jumlah penduduk yang terus terjadi
mengakibatkan semakin meningkatnya jumlah permintaan akan pemenuhan
kebutuhan hidup dari sumberdaya alam, maka hal ini akan berkorelasi terhadap
semakin eksploitatifnya pemanfaatan sumberdaya alam yang ada (Sulton 2011).
Sumberdaya alam di wilayah pesisir di pulau pramuka menjadi suatu potensi dan
pendukung dalam pengembangan ekowisata bahari. Ekowisata memiliki lima
karakteristik pengembangan utama, yaitu nature based (kelestarian lingkungan
alam), ecologically sustainable (pelaksanaan dan manajemen ekowisata
berkelanjutan secara ekologis), environmentally educative (pengetahuan
lingkungan dan interpretasi adalah yang terpenting), bermanfaat untuk masyarakat
lokal, dan kepuasan wisatawan (Muntasib 2005). Pada pengembanganya
dibutuhkan sumberdaya manusia yang mendukung