Growth, shoot production, and metabolite content of waterleaf (talinum triangulare (jacq ) willd) with repeated organic fertilization

PERTUMBUHAN, PRODUKSI, DAN KADAR METABOLIT
PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd)
DENGAN PEMUPUKAN ORGANIK BERULANG

ISMAIL SALEH

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pertumbuhan, Produksi,
dan Kadar Metabolit Pucuk Kolesom dengan Pemupukan Organik Berulang
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013
Ismail Saleh
NIM A252110151

RINGKASAN
ISMAIL SALEH. Pertumbuhan, Produksi, dan Kadar Metabolit Pucuk Kolesom
(Talinum triangulare (Jacq.) Willd) dengan Pemupukan Organik Berulang.
Dibimbing oleh SANDRA ARIFIN AZIZ dan NURI ANDARWULAN.
Kolesom (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) merupakan tanaman obat yang
dapat dikonsumsi pucuknya sebagai sayur. Pucuk kolesom mengandung beberapa
senyawa bioaktif yang bermanfaat untuk kesehatan sehingga kolesom dapat
digolongkan sebagai sayuran fungsional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis pertumbuhan, produksi, dan kadar metabolit pucuk kolesom pada
musim tanam pertama dan ke-dua dengan pemupukan organik dan residunya yang
dipanen secara berulang. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo
Darmaga Bogor dan Laboratorium Plant Analysis and Chromatography
Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB pada Bulan November 2012-Mei
2013. Terdapat tiga jenis pupuk organik yang digunakan yaitu pupuk kandang
(PK), rock phosphate (RP) dan abu sekam (AS) yang dikombinasikan menjadi

empat kombinasi perlakuan yaitu PK +RP, PK +AS, RP +AS, dan PK +RP +AS
dengan satu perlakuan kontrol (tanpa pemupukan). Perlakuan disusun dengan
menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan tiga ulangan. Musim
tanam ke-dua terdapat dua percobaan yaitu penambahan kembali pupuk organik
dengan dosis dan kombinasi yang sama dengan musim tanam pertama kemudian
set berikutnya adalah residu pupuk organik musim tanam pertama.
Hasil penelitian pada musim tanam pertama yaitu kombinasi pupuk organik
tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan, produksi, dan kadar
vitamin C, flavonoid, serta aktivitas POD. Terdapat korelasi positif antara kadar
flavonoid dan kadar vitamin C pada tajuk dan kadar senyawa tersebut berkorelasi
negatif dengan kadar K jaringan tanaman. Penurunan curah hujan pada panen kedua meningkatkan kadar vitamin C dan aktivitas POD sedangkan kadar flavonoid
menurun. Hal tersebut disebabkan persaingan prekursor pada biosintesis flavonoid
dengan biosintesis lignin yang dikatalisis oleh enzim POD.
Penambahan pupuk organik lengkap di musim tanam ke-dua dapat
meningkatkan pertumbuhan, produksi, dan kadar metabolit pucuk kolesom
dibandingkan dengan perlakuan kontrol sedangkan pada percobaan residu pupuk
organik secara umum tidak terdapat perbedaan nyata antara kelompok residu
dengan perlakuan kontrol. Tidak terdapat perbedaan yang nyata antara kelompok
residu dengan penambahan pupuk organik di musim tanam ke-dua. Pertumbuhan
dan produksi pucuk kolesom di musim tanam ke-dua lebih rendah dibandingkan

dengan musim tanam pertama karena curah hujan yang relatif lebih rendah
sehingga pertumbuhan kolesom lebih terhambat. Demikian juga terdapat
perbedaan kadar senyawa metabolit pucuk kolesom antara musim tanam pertama
dengan musim tanam ke-dua. Kadar vitamin C di musim tanam pertama lebih
tinggi dibandingkan musim tanam ke-dua, sebaliknya kadar flavonoid lebih tinggi
di musim tanam ke-dua.
Kata kunci: flavonoid, pemanenan berulang, POD, Talinum triangulare, vitamin
C

SUMMARY
ISMAIL SALEH. Growth, Shoot Production, and Metabolite Content of
Waterleaf (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) with Repeated Organic
Fertilization. Supervised by SANDRA ARIFIN AZIZ and NURI
ANDARWULAN.
Waterleaf (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) can be consumed as
vegetable by consuming its shoot. Waterleaf is known as functional vegetable
because the shoot contains some bioactive compounds to maintain human health.
The purpose of this research was to investigate the effect of organic fertilizer
combination to growth, production and metabolite content of waterleaf i.e.
vitamin C, flavonoid, and peroxidase (POD) activity in the first and second

planting season and organic fertilizer residue with repeated harvesting. This
research was conducted at Leuwikopo Darmaga Bogor and Plant Analysis and
Chromatography Laboratory, Department of Agronomy and Horticulture, IPB in
November 2012-May 2013. The organic fertilizers were cow manure (CM), rock
phosphate (RP) and rice-hull ash (HA). The fertilizer was combined into four
combinations, CM + RP, CM + HA, RP +HA, and CM +RP +HA; with one
control (without fertilizer). Treatment was arranged with randomized completely
block design with three replications. Two experiments were set in the second
season, i.e. the effect of organic fertilizing in the second season and the effect of
organic fertilizer residue.
The result showed that organic fertilizer gave same effect on growth, shoot
production and metabolite content of waterleaf. Vitamin C was positively
correlated to flavonoid content while flavonoid and vitamin C content was
negatively correlated to K. Low rain intensity in the second harvest increased
POD activity while flavonoid content decreased that was caused by precursor
competition in flavonoid and lignin biosynthesis. Lignin biosynthesis is catalyzed
by POD enzyme.
Application of organic fertilizer in the second season increased growth,
production, and metabolite content of waterleaf shoot. Cow manure + rock
phosphate + rice-hull ash treatment gave the highest increase of shoot production

compared to control treatment. Organic fertilizer residue from first season gave
the same effect on growth and shoot production compared to control treatment.
There was no significant difference effect between residual effect and organic
fertilizer added in the second season. Growth and shoot production in the second
season was lower than first season that was caused by low of rain intensity that
inhibited the growth of waterleaf. The same condition also occurred in waterleaf
metabolite content. Vitamin C content decreased in the second season while
flavonoid content increased.
Keywords: flavonoid, POD, repeated harvesting, Talinum triangulare, vitamin C

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


PERTUMBUHAN, PRODUKSI, DAN KADAR METABOLIT
PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd)
DENGAN PEMUPUKAN ORGANIK BERULANG

ISMAIL SALEH

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Agronomi dan Hortikultura

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis :

Prof Dr Ir Munif Ghulamahdi, MS


Judul Tesis

Pertumbuhan, Produksi,dan Kadar Metabolit Pucuk Kolesom
(Talinum triangulare (Jacq.) Willd) dengan Pemupukan
Organik Berulang
Ismail Saleh
A252 11015 1

Nama
NIM

Disetujui oleh

')./
t

Komisi Pembimbing

,


cJ1!X-

Prof Dr Ir S' Idra Arifm Aziz. MS
Ketua

Prof Dr Ir Nuri AndarwuIan, MSi
Anggota

Diketahui oIeh

Ketua Program Studi
Agronomi dan Hortikultura

Prof Dr Ir MunifGhulamahdi, MSi

Tanggal Ujian:
31 JuIi 20 13

TanggalLulus:


2 5 SEP 2 13

Judul Tesis : Pertumbuhan, Produksi, dan Kadar Metabolit Pucuk Kolesom
(Talinum triangulare (Jacq.) Willd) dengan Pemupukan Organik
Berulang
Nama
: Ismail Saleh
NIM
: A252110151
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Sandra Arifin Aziz, MS
Ketua

Prof Dr Ir Nuri Andarwulan, MSi
Anggota

Diketahui oleh


Ketua Program Studi
Agronomi dan Hortikultura

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof Dr Ir Munif Ghulamahdi, MS

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian:
31 Juli 2013

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2012 ini ialah
pemupukan organik, dengan judul Pertumbuhan, Produksi, dan Kadar Metabolit

Pucuk Kolesom (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) dengan Pemupukan Organik
Berulang. Bagian dari tesis ini diajukan untuk diterbitkan di Jurnal Agronomi
Indonesia dengan judul Shoot Production and Metabolite Content of Waterleaf
with Organic Fertilizing.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Prof Dr Ir Sandra Arifin Aziz, MS
dan Ibu Prof Dr Ir Nuri Andarwulan, MSi selaku pembimbing, serta Bapak Prof
Dr Ir Munif Ghulamahdi, MS dan Ibu Dr Ir Maya Melati, MS, MSc yang telah
banyak memberikan banyak masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada SEAFAST Center IPB atas
sebagian biaya penelitian melalui Tropical Plant Curriculum Project. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas
segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2013
Ismail Saleh

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian

1
1
2
3
3
3

2 METODE
Bahan
Alat
Prosedur Analisis Data
Pelaksanaan Percobaan

4
5
5
5
6

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Percobaan I. Pengaruh Kombinasi Pupuk Organik terhadap
Pertumbuhan, Produksi, dan Kadar Metabolit Pucuk Kolesom di
Musim Tanam Pertama

9
9

Kondisi Umum

9
9

Laju Tumbuh Relatif (LTR) dan Laju Asimilasi Bersih (LAB) pada
Tanaman yang Tidak Dipanen di Musim Tanam Pertama

11

Pertumbuhan Tanaman di Musim Tanam Pertama

12

Produksi dan Kadar Metabolit Pucuk Kolesom di Musim Tanam
Pertama
Percobaan II. Pengaruh Penambahan Pupuk Organik terhadap
Pertumbuhan, Produksi, dan Kadar Senyawa Metabolit Pucuk
Kolesom di Musim Tanam ke-Dua

16

Kondisi Umum

16

Laju Tumbuh Relatif dan Laju Asimilasi Bersih pada Tanaman yang
Tidak Dipanen

17

Pertumbuhan Tanaman Kolesom dengan Penambahan Pupuk
Organik di Musim Tanam ke-Dua

18

Produksi dan Kadar Metabolit Pucuk Kolesom dengan Penambahan
Pupuk Organik di Musim Tanam ke-Dua

18

Percobaan III. Pengaruh Residu Pupuk Organik Musim Tanam
Pertama terhadap Pertumbuhan, Produksi, dan Kadar Metabolit
Pucuk Kolesom di Musim Tanam ke-Dua

22

Laju Tumbuh Relatif (LTR) dan Laju Asimilasi Bersih (LAB) pada
Tanaman yang Tidak Dipanen

22

Pertumbuhan Tanaman dengan Residu Pupuk Organik di Musim
Tanam ke-Dua

22

Produksi dan Kadar Metabolit Pucuk Kolesom dengan Residu
Pupuk Organik
Pembahasan
Kondisi Hara Tanah dan Tanaman

26
26

Pertumbuhan Tanaman Kolesom yang Tidak Dipanen

27

Pertumbuhan Tanaman Kolesom dengan Pemanenan Berulang

29

Produksi Pucuk Kolesom

31

Kadar Senyawa Metabolit Pucuk Kolesom

33

4 SIMPULAN
Simpulan

42
42

DAFTAR PUSTAKA

42

LAMPIRAN

45

RIWAYAT HIDUP

47

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

Kombinasi perlakuan pupuk organik
Kadar hara tanah dan tajuk kolesom di musim tanam pertama
pH tanah, kadar C-organik dan rasio C/N tanah sebelum dan sesudah
penanaman di musim tanam pertama
Kondisi curah hujan mingguan pada musim tanam pertama
Laju tumbuh relatif (LTR) dan laju asimilasi bersih (LAB) tanaman
kolesom pada berbagai kombinasi pupuk organik di musim tanam
pertama
Pertumbuhan pucuk kolesom pada berbagai kombinasi pupuk organik
di musim tanam pertama
Produksi pucuk kolesom pada berbagai kombinasi pupuk organik di
musim tanam pertama
Bobot per pucuk dan jumlah pucuk kolesom pada berbagai kombinasi
pupuk organik di musim tanam pertama
Kadar vitamin C, flavonoid, dan aktivitas enzim POD pada berbagai
kombinasi pupuk organik di musim tanam pertama
Total bobot kering dan rata-rata kadar metabolit pucuk kolesom di
musim tanam pertama
Produksi vitamin C dan flavonoid pucuk kolesom pada musim tanam
pertama
Kadar hara tanah awal pada musim tanam ke-dua
Kondisi curah hujan pada musim tanam ke-dua
Laju tumbuh relatif (LTR) dan laju asimilasi bersih (LAB) tanaman
kolesom dengan penambahan pupuk organik di musim tanam ke-dua
Pertumbuhan tanaman pada berbagai kombinasi pupuk organik di
musim tanam ke-dua
Produksi pucuk kolesom dengan penambahan pupuk organik di
musim tanam ke-dua
Bobot per pucuk dan jumlah pucuk per tanaman dengan penambahan
pupuk organik di musim tanam ke-dua
Kadar vitamin C, flavonoid, dan aktivitas enzim POD dengan
penambahan pupuk organik di musim tanam ke-dua
Total bobot kering dan rata-rata kadar metabolit pucuk kolesom
dengan penambahan pupuk organik di musim tanam ke-dua
Produksi vitamin C dan flavonoid pucuk kolesom dengan
penambahan pupuk organik di musim tanam ke-dua
Laju tumbuh relatif (LTR) dan laju asimilasi bersih (LAB) tanaman
kolesom dengan residu pupuk organik di musim tanam ke-dua
Pertumbuhan kolesom dengan residu pupuk organik di musim tanam
ke-dua
Produksi pucuk kolesom dengan residu pupuk organik pada tiga
waktu panen di musim tanam ke-dua
Bobot per pucuk dan jumlah pucuk per tanaman dengan residu pupuk
organik di musim tanam ke-dua
Kadar metabolit pucuk kolesom dengan residu pupuk organik di
musim tanam ke-dua

5
10
10
11
12
13
14
14
15
15
16
16
17
17
18
19
19
20
21
21
22
23
24
24
25

26 Total bobot kering pucuk dan kadar metabolit pucuk kolesom dengan
residu pupuk organik di musim tanam ke-dua
27 Produksi vitamin C dan flavonoid pucuk kolesom dengan residu
pupuk organik

25
26

DAFTAR GAMBAR
1

Bagan Alir kegiatan penelitian produksi dan kadar metabolit pucuk
kolesom dengan pemupukan organik dan pemanenan berulang
2 Persentase peningkatan kadar hara tajuk kolesom terhadap perlakuan
kontrol di musim tanam pertama
3 Histogram laju tumbuh relatif (LTR) dan laju asimilasi bersih (LAB)
tanaman kolesom yang tidak dipanen
4 Histogram perbandingan pertumbuhan tanaman antara musim tanam
pertama dengan musim tanam ke-dua
5 Total produksi pucuk kolesom berdasarkan (a) bobot basah (b) bobot
kering pada musim tanam pertama dan musim tanam ke-dua
6 Produksi pucuk kolesom dengan penambahan pupuk organik dan
residu pada musim tanam ke-dua (a) produksi pucuk basah pada
setiap waktu panen dan total produksi pucuk (b) total produksi pucuk
kering pada setiap waktu panen
7 Histogram curah hujan dan pengaruhnya terhadap kadar senyawa
metabolit pucuk kolesom di musim tanam pertama
8 Histogram curah hujan dan pengaruhnya terhadap kadar metabolit
pucuk kolesom di musim tanam ke-dua dengan penambahan pupuk
organik.
9 Histogram data curah hujan dan pengaruhnya terhadap kadar
metabolit pucuk kolesom di musim tanam ke-dua
10 Biosintesis vitamin C, flavonoid, dan lignin
11 Kadar metabolit pucuk kolesom dengan penambahan pupuk organik
dan residu pada musim tanam ke-dua
12 Kadar metabolit pucuk kolesom pada musim tanam pertama dan
musim tanam ke-dua

4
10
28
30
32

33
35
36
37
38
39
41

DAFTAR LAMPIRAN
1. Persiapan contoh untuk analisis protein dan enzim POD
2.
3.
4.
5.
6.

Prosedur analisis protein
Prosedur analisis aktivitas enzim POD
Prosedur analisis flavonoid
Prosedur analisis vitamin C
Kriteria penilaian hasil analisis tanah

45
45
45
45
46
46

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kolesom (Talinum triangulare (Jacq.)Willd) merupakan tanaman tahunan
yang dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Selain itu, kolesom juga dapat
dimanfaatkan sebagai sayuran dengan mengonsumsi pucuknya. Pucuk kolesom
dapat dipanen dengan interval panen terbaik 15 hari sekali (Susanti et al. 2011).
Kolesom juga disebut krokot landa atau postelein. Bentuk tanaman terna atau
semak kecil dengan daun tebal berdaging, duduknya tersebar atau berhadapan
(Tjitrosoepomo 2007).
Kolesom dapat disebut sebagai sayuran fungsional karena mengandung
beberapa bahan bioaktif yang dapat mempengaruhi fisiologis dan berdampak
positif untuk kesehatan. Kadar protein, lemak, karbohidrat, serat, dan energi pada
kolesom berturut-turut adalah 5.1, 1.33, 1.05, 8% bobot kering, dan 36.6 Kcal
(100 g)-1 (Kwenin et al. 2011). Daun kolesom juga memiliki kandungan beberapa
mineral seperti Ca (2.44 mg (100 g)-1), K (6.10 mg (100 g)-1), Mg (2.22 mg (100
g)-1), Na (0.28 mg (100 g)-1), dan Fe (0.43 mg (100 g)-1) (Mensah et al. 2009)
serta kandungan bioaktif seperti antosianin, alkaloid, flavonoid, saponin, dan
tannin (Mensah et al. 2009; Susanti et al. 2008; Mualim et al. 2009; Aja et al.
2010; Andarwulan et al. 2010). Umbi kolesom juga bersifat sebagai antioksidan
(Estiasih dan Kurniawan 2007).
Kolesom mengandung metabolit primer dan sekunder yang dibutuhkan oleh
manusia. Kandungan metabolit primer yang terdapat pada kolesom antara lain
vitamin C (Andarwulan et al. 2012; Mualim et al. 2012). Vitamin C berfungsi
sebagai antioksidan bagi manusia dengan melindungi membran eritrosit, menjaga
fleksibilitas dari pembuluh darah dan membantu penyerapan zat besi pada tubuh
(Adegunwa 2011). Vitamin C disintesis oleh tanaman dengan prekursor Dglukosa-6-P (Valpuesta dan Botella 2004).
Kandungan metabolit sekunder yang terdapat pada kolesom antara lain
flavonoid dan lignin. Kedua senyawa tersebut merupakan kelompok senyawa
fenolik dengan prekursor p-coumaroyl CoA (Vogt 2010). Flavonoid merupakan
salah satu golongan senyawa terbesar dari kelompok fenolik. Fungsi flavonoid
bagi tanaman antara lain mencegah kerusakan tanaman dari sinar UV dan penarik
serangga untuk penyerbukan (Taiz dan Zeiger 2002) dan bagi manusia bermanfaat
sebagai antioksidan untuk mencegah kanker (Ren et al. 2003). Lignin merupakan
salah satu senyawa dari golongan fenolik non flavonoid. Fungsi lignin bagi
tanaman yaitu untuk melindungi dari serangan serangga dan herbivora. Selain itu
lignin juga dapat berfungsi untuk mencegah penyebaran patogen (Taiz dan Zeiger
2002). Biosintesis dari lignin dipengaruhi oleh aktivitas enzim peroksidase (POD)
yang mengubah koniferil, sinapil, dan p-koumaril alkohol (Boerjan et al. 2003).
Lignifikasi pada tanaman mempengaruhi citarasa buah dan sayuran (Vickery dan
Vickery 1981). Lignin termasuk ke dalam kelompok serat pangan yang
bermanfaat untuk kesehatan manusia (Cseke et al. 2006).
Kolesom membutuhkan teknik budidaya yang baik untuk mengoptimalkan
pertumbuhan, produksi, dan kadar metabolit yang terdapat di dalamnya. Salah
satu teknik budidaya yang umum dilakukan adalah pemupukan. Pupuk organik

2
saat ini banyak digunakan untuk mendukung sistem pertanian organik.
Keunggulan pupuk organik dibandingkan pupuk anorganik adalah dapat
memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah selain dapat menyumbang unsur
hara pada tanah dan tanaman.
Pertanian organik dapat disebut sebagai sistem pertanian yang dapat
memberikan kondisi yang sesuai untuk meningkatkan kualitas sayuran seperti
kandungan gizi, citarasa, dan kualitas penyimpanan yang lebih baik jika
dibandingkan dengan budidaya konvensional (Huber et al. 2011). Kelebihan
sayuran organik lainnya adalah rendahnya kandungan nitrat dan tinggi kandungan
senyawa fenolik dan vitamin C yang bermanfaat untuk kesehatan seperti
antikarsinogenik (Rembialkowska 2007).
Kelemahan pemupukan organik seperti yang terdapat pada penelitian
Mualim et al. (2012) pada tanaman kolesom menunjukkan bahwa pemupukan
organik pada musim hujan memberikan produksi pucuk yang lebih rendah jika
dibandingkan dengan pemupukan anorganik. Selain itu ketersediaan hara dari
pupuk organik cenderung lambat karena harus mengalami proses mineralisasi
supaya dapat diserap oleh tanaman. Seringkali pengaruh dari pupuk organik tidak
langsung terlihat pada satu musim tanam namun pada musim tanam berikutnya.
Oleh karena itu pengaruh residu pupuk organik di musim tanam ke-dua juga perlu
dipelajari untuk mengetahui efektivitas penambahan pupuk organik di musim
tanam berikutnya.
Beberapa pupuk organik yang dapat digunakan antara lain pupuk kandang
sapi, rock phosphate, dan abu sekam. Pupuk kandang sapi dapat digunakan
sebagai sumber N, rock phosphate sebagai sumber P (Havlin et al. 2005), dan abu
sekam sebagai sumber K (Hadi 2005) walaupun dari masing-masing pupuk
tersebut memiliki kandungan hara yang lengkap. Kombinasi dari pupuk tersebut
perlu dipelajari untuk mengetahui kombinasi pupuk organik yang tepat dan efektif
untuk pertumbuhan dan kadar metabolit pucuk kolesom.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Mualim (2012) pada kolesom yaitu
menganalisis kadar flavonoid, vitamin C, aktivitas enzim POD, dan produksi
pucuk tanaman kolesom pada umur 2, 4, dan 6 Minggu Setelah Tanam (MST).
Mualim (2012) menyatakan bahwa produksi pucuk kolesom tertinggi diperoleh
saat tanaman berumur 6 MST. Namun pada penelitian ini banyak pucuk yang
layak panen saat tanaman berumur 6 MST sehingga pemanenan dimulai pada 8
MST. Belum terdapat informasi mengenai kadar senyawa-senyawa metabolit
tersebut pada umur yang lebih lanjut sehingga perlu dilakukan penelitian
mengenai kadar vitamin C, flavonoid, dan aktivitas POD pada saat panen umur 8,
10, 12, dan 14 MST dengan sistem pemanenan berulang.
Perumusan Masalah
Kolesom merupakan salah satu sayuran fungsional yang berpotensi untuk
dikembangkan. Budidaya yang baik perlu dilakukan untuk memaksimalkan baik
pertumbuhan, produksi pucuk, dan kadar metabolit yang terdapat di dalamnya.
Salah satu upaya peningkatan tersebut adalah dengan pemberian pupuk organik.
Manfaat dari pupuk organik selain dapat menyediakan unsur hara bagi tanaman
juga dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Jenis pupuk organik
yang sesuai perlu diteliti untuk mengefisienkan aplikasi pupuk organik pada

3
kondisi lahan tertentu. Residu dari kombinasi pupuk organik juga perlu diteliti
untuk mengetahui apakah perlu dilakukan pemupukan kembali pada musim tanam
berikutnya.
Kolesom merupakan tanaman tahunan yang pucuknya dapat dipanen
berulang dengan interval panen 15 hari. Setiap waktu panen memiliki dinamika
produksi pucuk dan kadar metabolit yang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Oleh karena itu perlu dipelajari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kadar
metabolit dari pucuk kolesom dari setiap waktu pemanenan.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh kombinasi
pupuk organik terhadap pertumbuhan, produksi pucuk, kadar vitamin C, flavonoid,
dan aktivitas enzim POD pada pemanenan berulang pada dua musim tanam serta
residunya di musim tanam ke-dua.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah mendapatkan kombinasi pupuk organik yang
tepat untuk meningkatkan produksi pucuk serta kadar metabolit, baik metabolit
primer seperti vitamin C maupun metabolit sekunder seperti flavonoid dan lignin.
Efektivitas aplikasi pupuk organik perlu diperhatikan karena volume pupuk
organik yang lebih besar jika dibandingkan dengan pupuk anorganik untuk
mendapatkan kadar hara yang sama.
Ruang Lingkup Penelitian
Rangkaian percobaan dilakukan untuk menjawab tujuan dari penelitian
(Gambar 1). Terdapat tiga percobaan yang dilaksanakan di Kebun Percobaan
Leuwikopo IPB, Darmaga, Bogor serta Laboratorium Plant Analysis and
Chromatography Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB. Percobaan 1
adalah pengaruh empat kombinasi pupuk organik pada musim tanam pertama
yang dilaksanakan pada bulan November 2012 sampai bulan Februari 2013.
Musim tanam ke-dua dilaksanakan setelah musim tanam pertama yaitu pada bulan
Maret sampai Mei 2013 untuk mengetahui residu pupuk organik pada musim
tanam pertama. Dua set percobaan dilakukan pada musim tanam ke-dua yaitu
dengan penambahan pupuk organik dan tanpa penambahan pupuk organik. Setiap
satu musim tanam dilakukan tiga kali pemanenan pucuk dengan interval panen 15
hari sekali.

4

Kolesom

Pengaruh kombinasi pupuk organik
pada musim tanam pertama
Pengaruh penambahan pupuk
organik pada musim tanam ke-dua

Pengaruh residu pupuk organik
musim pertama pada musim tanam
ke-dua

Kombinasi pemupukan organik
yang tepat untuk kolesom yang
dipanen pada umur 8, 10, 12, dan
14 MST

Gambar 1 Bagan Alir kegiatan penelitian produksi dan kadar metabolit pucuk
kolesom dengan pemupukan organik dan pemanenan berulang

2 METODE
Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Leuwikopo, Darmaga,
Bogor pada bulan November 2012 sampai Mei 2013. Analisis kadar vitamin C,
flavonoid, dan aktivitas enzim POD dilakukan di Plant Analysis and
Cromatography Laboratory Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB.
Analisis kadar hara tanah dan jaringan tanaman dilakukan di Laboratorium
Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, IPB.
Penelitian ini terdiri atas dua musim tanam. Musim tanam pertama yaitu
untuk mempelajari pengaruh kombinasi pupuk organik terhadap pertumbuhan,
produksi, dan kadar metabolit pucuk kolesom yang dilaksanakan pada bulan
November 2012 sampai Februari 2013. Musim tanam ke-dua terdapat dua set
percobaan yaitu pengaruh penambahan pupuk organik di musim tanam ke-dua dan
pengaruh residu pupuk organik musim tanam pertama terhadap tanaman kolesom
di musim tanam ke-dua. Percobaan ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai Mei
2013.
Jenis pupuk organik yang digunakan terdiri atas pupuk kandang sapi, rock
phosphate, dan abu sekam padi. Empat kombinasi dari pupuk kandang tersebut
dikombinasikan dengan menggunakan metode minus one test. Dosis rekomendasi
dari masing-masing jenis pupuk mengacu pada Farchany (2012). Perlakuan pada
percobaan ini dapat dilihat pada Tabel 1.

5
Tabel 1 Kombinasi perlakuan pupuk organik
Sumbangan Hara
(ton ha-1)

Dosis (ton ha-1)
Perlakuan
Kontrol
PK + RP
PK + AS
RP + AS
PK + RP +AS

Pupuk
Kandang
Sapi1
0.0
12.3
12.3
0.0
12.3

Rock
Phosphate2

Abu
Sekam3

N

P2O5

K2O

0.0
1.5
0.0
1.5
1.5

0.0
0.0
5.5
5.5
5.5

0.0
0.16
0.17
0.01
0.17

0.0
0.07
0.04
0.05
0.08

0.0
0.04
0.10
0.06
0.10

Keterangan: PK: pupuk kandang, RP: rock phosphate, AS: abu sekam, 1 kadar N 1.29%, 2 kadar
P2O5 2.87%, dan 3 kadar K2O 1.10% (Hasil analisis Laboratorium Departemen Ilmu
Tanah dan Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian Bogor)

Bahan
Bahan yang digunakan untuk percobaan lapangan adalah setek kolesom
dengan ukuran panjang 10 cm, kapur pertanian, arang sekam, pupuk kandang sapi,
rock phosphate, dan abu sekam. Bahan untuk analisis kimia di laboratorium antara
lain bahan untuk analisis kadar vitamin C (larutan iodin, buffer vitamin C, KI,),
bahan untuk analisis kadar flavonoid (metanol, etanol, aluminium klorida,
potassium asetat), serta bahan untuk analisis aktivitas enzim POD
(aminoantipyrine, fenol, dan H2O2).
Alat
Alat yang digunakan untuk percobaan lapangan adalah alat-alat pertanian,
sedangkan alat yang digunakan untuk analisis di laboratorium antara lain
Shimadzu UV-1800 spectrophotometer (Japan) yang dihubungkan dengan
software UV Probe 2.34 untuk analisis menggunakan spektrofotometri, Eyela
waterbath SB-24 untuk inkubasi, freeze dryer Flexy-DryTM MP (USA) untuk
mengeringkan daun kolesom dengan suhu -50ºC, dan centrifuge Heraeus
Labofuge-400R.
Prosedur Analisis Data
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak
kelompok (RAK) satu faktor. Terdapat lima perlakuan yang diulang tiga kali
sehingga terdapat 15 satuan percobaan. Data dianalisis dengan menggunakan uji
Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5% untuk membedakan nilai tengah antar
perlakuan. Data juga dianalisis dengan menggunakan uji t-student untuk
membandingkan nilai tengah antara kelompok perlakuan residu pupuk dengan
perlakuan penambahan pupuk organik di musim tanam ke-dua. Data yang
disajikan pada tabel dan histogram diikuti dengan nilai standar deviasinya.

6
Pelaksanaan Percobaan
Percobaan I. Pengaruh Kombinasi Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan,
Produksi, dan Kadar Metabolit Pucuk Kolesom di Musim Tanam Pertama
Percobaan dilakukan menggunakan petakan yang berukuran 5 m x 5 m (25
m2 per petak). Jarak tanam yang digunakan adalah 50 cm x 50 cm. Perlakuan
dasar adalah arang sekam dan kapur pertanian masing-masing sebanyak 2 ton ha-1
yang diaplikasikan dua minggu sebelum tanam. Aplikasi perlakuan pupuk organik
juga dilakukan dua minggu sebelum tanam dengan cara dilarik per baris tanam
kecuali rock phosphate yang diberikan per lubang tanam. Bahan tanam yang
digunakan adalah setek kolesom dengan ukuran 10 cm. Penanaman dilakukan
langsung di lapangan.
Pengamatan pertumbuhan meliputi tinggi tanaman, lebar tajuk, jumlah
cabang primer dan sekunder yang diukur setiap minggu. Pengamatan destruktif
pada tanaman yang tidak dipanen meliputi laju tumbuh relatif (LTR) dan laju
asimilasi bersih (LAB) yang dilakukan pada umur 5, 8, 11, dan 14 MST.
Pengamatan destruktif dilakukan dengan cara mencabut satu tanaman pinggir di
luar tanaman contoh untuk setiap satu-satuan percobaan.
Laju tumbuh relatif (South 1995) dan laju asimilasi bersih tanaman kolesom
dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
��� =

Keterangan:

ln �2 − ln �1
� ℎ��� −1
�2 − �1

W1 = bobot kering tanaman pada waktu t 1
W2 = bobot kering tanaman pada waktu t 2

Keterangan:



=


2 −

2

1

ln

1

− ln
�2 − �1
2

1

� ��−2 ℎ��� −1

W1 = bobot kering tanaman pada waktu t 1
W2 = bobot kering tanaman pada waktu t 2
A1 = luas daun total pada waktu t1
A2= luas daun total pada waktu t 2
Pemanenan pucuk dilakukan ketika tanaman berumur 10, 12, dan 14 MST.
Panen dilakukan tiga kali dengan interval 15 hari sekali mengacu pada Susanti
(2012). Kriteria pucuk yang layak panen adalah pucuk yang berukuran 10 cm dari
ujung daun yang ditegakkan. Pengamatan saat panen pucuk yaitu jumlah pucuk
per tanaman, bobot per pucuk, dan bobot pucuk per tanaman kemudian
dilanjutkan dengan analisis kadar senyawa metabolit pucuk di laboratorium yang
meliputi kadar vitamin C dengan menggunakan metode titrimetri yang

7
dimodifikasi. Kadar flavonoid diukur dengan menggunakan metode aluminium
chloride colorimetric dengan modifikasi (Mualim 2012). Analisis kadar vitamin C
dan flavonoid dilakukan dengan cara duplo untuk masing-masing sampel.
Aktivitas enzim POD dianalisis dengan menggunakan metode Dangcham et al.
(2008).
Analisis kadar N, P, K, C-organik, dan pH tanah dilakukan sebelum aplikasi
pemupukan dan sesudah penanaman. Analisis kadar N, P, K, dan C-organik
jaringan tanaman dilakukan saat tanaman berumur 14 MST setelah panen ke-tiga.
Analisis kadar hara tanah dan jaringan menggunakan metode Balittanah (2005).
Sampel tanah dan jaringan merupakan komposit dari tiga ulangan.
Percobaan II. Pengaruh Penambahan Pupuk Organik terhadap
Pertumbuhan, Produksi, dan Kadar Metabolit Pucuk Kolesom di Musim
Tanam ke-Dua
Lahan yang digunakan pada percobaan ini adalah setengah dari lahan yang
digunakan pada musim tanam pertama dengan ukuran 5 m x 2.5 m. Percobaan ini
dilaksanakan setelah penanaman kolesom di musim tanam pertama. Lahan bekas
penanaman kolesom di musim tanam pertama diberi pupuk organik dengan
kombinasi dan dosis yang sama dengan musim tanam sebelumnya. Bibit kolesom
disemai terlebih dahulu di polybag dengan menggunakan media arang sekam
untuk memudahkan perawatan bibit kolesom serta untuk mengurangi persentase
kematian bibit ketika langsung ditanam di lapangan. Bibit dipindahtanamkan ke
lahan yang telah diberi pupuk organik dua minggu setelah pembibitan.
Pengamatan pertumbuhan meliputi tinggi tanaman, lebar tajuk, jumlah
cabang primer dan sekunder yang diukur setiap minggu. Pengamatan destruktif
pada tanaman yang tidak dipanen meliputi laju tumbuh relatif (LTR) dan laju
asimilasi bersih (LAB) yang dilakukan pada umur 5, 7, 9, dan 11 MST.
Pengamatan destruktif dilakukan dengan cara mencabut satu tanaman pinggir di
luar tanaman contoh untuk setiap satu-satuan percobaan. Rumus yang digunakan
untuk menghitung laju tumbuh relatif dan laju asimilasi bersih sama dengan
rumus yang digunakan di musim tanam pertama.
Pemanenan pucuk dilakukan ketika tanaman berumur 8, 10, dan 12 MST.
Panen dilakukan tiga kali dengan interval 15 hari sekali mengacu pada Susanti
(2012). Kriteria pucuk yang layak panen adalah pucuk yang berukuran 10 cm dari
ujung daun yang ditegakkan. Pengamatan saat panen pucuk yaitu jumlah pucuk
per tanaman, bobot per pucuk, dan bobot pucuk per tanaman kemudian
dilanjutkan dengan analisis kadar senyawa metabolit pucuk kolesom di
laboratorium yang meliputi kadar vitamin C dengan menggunakan metode
titrimetri yang dimodifikasi. Kadar flavonoid diukur dengan menggunakan
metode aluminium chloride colorimetric dengan modifikasi (Mualim 2012).
Analisis kadar vitamin C dan flavonoid dilakukan dengan cara duplo untuk
masing-masing sampel. Aktivitas enzim POD dianalisis dengan menggunakan
metode Dangcham et al. (2008). Analisis tanah awal pada percobaan ini sama
dengan analisis tanah akhir di percobaan pertama.

8
Percobaan III. Pengaruh Residu Pupuk Organik Musim Tanam Pertama
terhadap Pertumbuhan, Produksi, dan Kadar Metabolit Pucuk Kolesom di
Musim Tanam ke-Dua
Lahan yang digunakan pada percobaan ini adalah setengah dari lahan yang
digunakan pada percobaan I dengan ukuran 5 m x 2.5 m. Percobaan ini
dilaksanakan setelah penanaman kolesom di musim tanam I. Lahan tersebut tidak
diberi pupuk organik kembali. Sumber hara pada percobaan ini diharapkan
diperoleh dari residu pupuk organik di musim tanam sebelumnya. Bibit kolesom
dibibitkan terlebih dahulu di polybag dengan menggunakan media arang sekam
untuk memudahkan perawatan bibit kolesom serta untuk mengurangi persentase
kematian bibit ketika langsung ditanam di lapangan. Bibit dipindahtanamkan ke
lahan yang telah diberi pupuk organik dua minggu setelah pembibitan.
Pengamatan pertumbuhan meliputi tinggi tanaman, lebar tajuk, jumlah
cabang primer dan sekunder yang diukur setiap minggu. Pengamatan destruktif
pada tanaman yang tidak dipanen meliputi laju tumbuh relatif (LTR) dan laju
asimilasi bersih (LAB) yang dilakukan pada umur 5, 7, 9, dan 11 MST.
Pengamatan destruktif dilakukan dengan cara mencabut satu tanaman pinggir di
luar tanaman contoh untuk setiap satu-satuan percobaan. Rumus yang digunakan
untuk menghitung laju tumbuh relatif dan laju asimilasi bersih tanaman kolesom
sama dengan rumus pada musim tanam pertama.
Pemanenan pucuk dilakukan ketika tanaman berumur 8, 10, dan 12 MST.
Panen dilakukan tiga kali dengan interval 15 hari sekali mengacu pada Susanti
(2012). Kriteria pucuk yang layak jual adalah pucuk yang berukuran 10 cm dari
ujung daun yang ditegakkan. Pengamatan saat panen pucuk yaitu jumlah pucuk
per tanaman, bobot per pucuk, dan bobot pucuk per tanaman kemudian
dilanjutkan dengan analisis kadar senyawa metabolit pucuk kolesom di
laboratorium yang meliputi kadar vitamin C dengan menggunakan metode
titrimetri yang dimodifikasi. Kadar flavonoid diukur dengan menggunakan
metode aluminium chloride colorimetric yang dimodifikasi (Mualim 2012).
Analisis kadar vitamin C dan flavonoid dilakukan dengan cara duplo untuk
masing-masing sampel. Aktivitas enzim POD dianalisis dengan menggunakan
metode Dangcham et al. (2008).

9

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Percobaan I. Pengaruh Kombinasi Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan,
Produksi, dan Kadar Metabolit Pucuk Kolesom di Musim Tanam Pertama
Kondisi Umum
Kadar Hara Tanah dan Tajuk Kolesom
Hasil analisis tanah sebelum aplikasi pemupukan, setelah penanaman, dan
kadar hara pada jaringan tanaman dapat dilihat pada Tabel 2. Kadar hara tanah
sebelum aplikasi pemupukan dihitung berdasarkan hasil penjumlahan analisis
tanah awal sebelum pemupukan dengan prediksi sumbangan hara yang diperoleh
dari pupuk organik pada masing-masing perlakuan sedangkan hasil analisis tanah
di akhir percobaan menunjukkan kadar hara total pada tanah.
Kadar N total pada lahan percobaan mengalami penurunan dari awal
sebelum aplikasi pemupukan. Berdasarkan Balittanah (2005) status N di awal
percobaan sebelum aplikasi pemupukan tergolong sedang namun di akhir
percobaan tergolong rendah. Hal tersebut diduga karena unsur N yang berasal dari
pupuk organik sebagian besar belum tersedia untuk tanaman sehingga serapan
hara berasal dari N tanah.
Kadar P tanah tersedia di awal percobaan sebelum aplikasi pemupukan
tergolong sangat rendah (Balittanah 2005). Kurangnya ketersediaan P pada
tanaman disebabkan oleh pH tanah yang agak masam (Tabel 3). Rasio C/N pada
tanah tergolong rendah yang memungkinkan proses mineralisasi bahan organik
berlangsung.
Persentase peningkatan kadar hara tajuk kolesom terhadap perlakuan kontrol
di musim tanam pertama dapat dilihat pada Gambar 2. Pemberian pupuk organik
meningkatkan kadar N pada tajuk sedangkan hal sebaliknya terjadi pada kadar K.
Diduga N yang diserap tanaman menghambat serapan K karena N lebih banyak
diserap dalam bentuk NH4+. Peningkatan kadar P tajuk terdapat pada semua
kombinasi kecuali rock phosphate + abu sekam. Walaupun rock phosphate pada
percobaan ini ditujukan sebagai sumber P namun ketersediaan P dari pupuk ini
sangat rendah sehingga diduga sumber hara P terbesar pada kolesom diperoleh
dari pupuk kandang.

10
Tabel 2 Kadar hara tanah dan tajuk kolesom di musim tanam pertama
Perlakuan
Kontrol
PK + RP
PK + AS
RP + AS
PK + RP
+ AS

N
sb
Sd
jar
………..%................
0.21 0.16 1.34
0.22 0.17 1.90
0.22 0.14 1.45
0.21 0.17 1.83

P
sb
Sd
……..ppm……
3.80 517.1
19.05 280.6
13.40 492.3
15.60 495.9

jar
(%)
0.32
0.36
0.35
0.32

K
sb
sd
……..ppm.….
119.52 63.96
139.52 93.48
169.52 71.34
149.52 76.26

jar
(%)
5.15
3.26
4.25
3.43

0.22

22.15

0.38

169.52 95.94

3.53

0.17

1.39

513.5

Keterangan: PK: pupuk kandang, RP: rock phosphate, AS: abu sekam, sb: sebelum aplikasi
pemupukan pada tanah, sd: setelah penanaman pada tanah, jar: kadar hara pada
jaringan tanaman

Tabel 3 pH tanah, kadar C-organik dan rasio C/N tanah sebelum dan sesudah
penanaman di musim tanam pertama
pH tanah
Sb
sd
5.6
5.5
5.6
5.5
5.6
5.9
5.6
5.4
5.6
5.7

Perlakuan
Kontrol
PK + RP
PK + AS
RP + AS
PK + RP +AS

sb
2.2
2.2
2.2
2.2
2.2

C-org (%)
sd
1.5
1.6
1.4
1.6
1.6

C/N
jar
49.6
51.2
49.7
50.5
51.1

sb
10.2
10.2
10.2
10.2
10.2

sd
9.4
9.4
9.6
9.4
9.4

Keterangan: PK: pupuk kandang, RP: rock phosphate, AS: abu sekam, sb: sebelum aplikasi
pemupukan pada tanah, sd: setelah penanaman pada tanah, jar: kadar hara pada
jaringan tanaman

50

40
30
20

K

%

10

PK + RP
PK + AS

0
-10
-20

RP + AS

N

P

PK + RP + AS

-30
-40
-50

Gambar 2 Persentase peningkatan kadar hara tajuk kolesom terhadap perlakuan
kontrol di musim tanam pertama; PK: pupuk kandang, RP: rock
phosphate, AS: abu sekam

11
Curah Hujan
Data curah hujan yang diambil dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika Darmaga ditunjukkan pada Tabel 4. Dari tabel tersebut dapat dilihat
bahwa rata-rata curah hujan selama penelitian berlangsung cukup tinggi.
Tabel 4 Kondisi curah hujan mingguan pada musim tanam pertama
Minggu ke9
10
11
12
13
14

Curah hujan (mm minggu-1)*
168.6
240.6
42.9
17.0
177.9
168.7

Keterangan: *) data diperoleh dari BMKG Darmaga Bogor

Curah hujan menurun dari panen pertama (10 MST) ke panen ke-dua (12
MST) dan meningkat lagi di panen ke-tiga (14 MST). Fluktuasi curah hujan
tersebut berpengaruh terhadap kadar senyawa metabolit yang terdapat pada pucuk
kolesom.
Laju Tumbuh Relatif (LTR) dan Laju Asimilasi Bersih (LAB) pada
Tanaman yang Tidak Dipanen di Musim Tanam Pertama
Laju tumbuh relatif (LTR) tanaman kolesom yang tidak dipanen tidak
dipengaruhi oleh pemupukan organik sedangkan laju asimilasi bersih (LAB)
berbeda nyata pada pengamatan 8-11 MST (Tabel 5). Kombinasi pupuk kandang
sapi + abu sekam memberikan nilai LAB tertinggi sedangkan nilai terendah
terdapat pada perlakuan rock phosphate + abu sekam.

12
Tabel 5 Laju tumbuh relatif (LTR) dan laju asimilasi bersih (LAB) tanaman
kolesom pada berbagai kombinasi pupuk organik di musim tanam
pertama
Perlakuan

5-8

Kontrol
PK +RP
PK +AS
RP + AS
PK +RP + AS

10.45a ± 0.8
8.25a ± 0.8
9.21a ± 1.4
11.51a ± 0.0
11.93a ± 2.0

Kontrol
PK +RP
PK +AS
RP + AS
PK +RP + AS

5.35a ± 0.9
4.35a ± 0.1
4.50a ± 2.2
5.70a ± 0.0
6.35a ± 0.5

Umur (MST)
8-11
LTR (x10-2 g hari-1)
3.41a ± 1.2
4.87a ± 0.3
5.84a ± 0.4
0.91a ± 0.4
1.82a ± 2.1
LAB (x 10-4 g cm-2 hari-1)
2.29ab ± 0.4
3.72ab ± 0.5
4.17a ± 1.1
0.48b ± 0.2
1.33ab ± 1.6

11-14
5.54a ± 0.6
1.86a ± 0.8
3.17a ± 1.0
5.94a ± 0.6
4.34a ± 2.0
8.09a ± 2.3
1.97a ± 0.9
4.13a ± 1.5
6.10a ± 0.6
6.37a ± 4.4

Keterangan : PK : pupuk kandang, RP: rock phosphate, AS: abu sekam; angka yang diikuti oleh
huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut
uji BNJ pada taraf 5%; nilai rataan diikuti oleh nilai standar deviasi (sd)

Pertumbuhan Tanaman di Musim Tanam Pertama
Pertumbuhan tanaman kolesom di musim tanam pertama yang meliputi
tinggi taaman, lebar tajuk, jumlah cabang primer, dan jumlah cabang sekunder
dapat dilihat pada Tabel 6. Tinggi tanaman, lebar tajuk, serta jumlah cabang
primer pucuk kolesom tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata baik
antar perlakuan pupuk organik maupun antara pemupukan organik dengan
perlakuan kontrol. Perlakuan kombinasi pupuk kandang + rock phosphate
meningkatkan jumlah cabang sekunder pucuk kolesom pada umur 14 MST atau
saat panen ke-tiga.
Jumlah cabang sekunder terlihat tumbuh lebih pesat dibandingkan dengan
cabang primer. Cabang primer adalah cabang yang muncul dari batang utama
(setek awal) sedangkan cabang sekunder adalah cabang yang muncul dari cabang
primer. Cabang sekunder muncul ketika ujung dari cabang primer dipotong karena
pemanenan atau saat ujung cabang muncul tangkai bunga. Pemanenan pucuk
menghilangkan dominansi apikal dari cabang primer sehingga menginduksi
munculnya cabang-cabang sekunder yang baru. Pertumbuhan cabang sekunder
menurun pada 12 MST (panen ke-dua) diduga karena menurunnya intensitas
hujan sehingga pertumbuhan kolesom juga terhambat. Jumlah cabang sekunder
berbeda nyata pada umur 14 MST (panen ke-tiga).

13
Tabel 6 Pertumbuhan pucuk kolesom pada berbagai kombinasi pupuk organik di
musim tanam pertama
Perlakuan

10

Kontrol
PK +RP
PK +AS
RP + AS
PK +RP + AS

52.24a ± 13.5
51.33a ± 3.0
54.43a ± 2.8
51.27a ± 3.0
52.80a ± 3.0

Kontrol
PK +RP
PK +AS
RP + AS
PK +RP + AS

47.68a ± 1.4
46.85a ± 4.7
51.55a ± 1.9
53.53a ± 3.4
52.23a ± 3.5

Kontrol
PK +RP
PK +AS
RP + AS
PK +RP + AS

3.6a ± 0.8
3.8a ± 0.9
4.1a ± 1.6
3.4a ± 0.2
3.7a ± 1.0

Kontrol
PK +RP
PK +AS
RP + AS
PK +RP + AS

16.3a ± 1.6
15.0a ± 3.7
19.6a ± 1.6
18.1a ± 1.0
19.3a ± 2.3

Umur (MST)
12
Tinggi tanaman (cm)
53.43a ± 14.3
52.39a ± 4.6
59.07a ± 5.0
51.24a ± 5.6
56.55a ± 4.7
Lebar tajuk (cm)
49.46a ± 1.5
49.24a ± 3.5
56.83a ± 3.1
52.40a ± 6.8
52.33a ± 3.1
Jumlah cabang primer
3.5a ± 0.5
3.4a ± 0.5
2.8a ± 0.4
2.8a ± 0.3
3.2a ± 0.6
Jumlah cabang sekunder
15.1a ± 0.7
16.3a ± 1.3
17.9a ± 2.3
16.7a ± 1.1
16.4a ± 2.3

14
70.03a ± 3.8
60.54a ± 10.1
68.08a ± 4.1
62.97a ± 3.7
58.95a ± 8.0
53.33a ± 9.3
57.23a ± 0.8
53.69a ± 8.3
65.57a ± 11.0
60.65a ± 13.5
3.4a ± 0.2
4.1a ± 1.0
5.2a ± 2.6
2.5a ± 0.2
3.9a ± 1.3
21.1ab ± 1.1
22.9a ± 2.2
20.3ab ± 0.0
19.7ab ± 1.8
18.0b ± 1.0

Keterangan : PK : pupuk kandang, RP: rock phosphate, AS: abu sekam; angka yang diikuti oleh
huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut
uji BNJ pada taraf 5%, nilai rataan diikuti oleh nilai standar deviasi (sd)

Perlakuan kombinasi pupuk kandang + rock phosphate memberikan jumlah
cabang sekunder tertinggi sedangkan perlakuan kombinasi pupuk lengkap
memberikan jumlah cabang sekunder terendah dibandingkan dengan perlakuan
lainnya namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan kombinasi pupuk organik
lainnya.
Produksi dan Kadar Metabolit Pucuk Kolesom di Musim Tanam Pertama
Produksi Pucuk Kolesom
Produksi pucuk kolesom pada setiap waktu pemanenan dan total produksi
pucuk di musim tanam pertama tidak dipengaruhi oleh pemupukan organik (Tabel
7). Tidak adanya perbedaan yang signifikan antar perlakuan menunjukkan bahwa
kebutuhan hara kolesom untuk produksi pucuk dapat terpenuhi tanpa penambahan
pupuk organik.

14
Tabel 7 Produksi pucuk kolesom pada berbagai kombinasi pupuk organik di
musim tanam pertama
Perlakuan
Kontrol
PK + RP
PK + AS
RP + AS
PK + RP + AS

10
43.92a ± 7.4
41.88a ± 2.8
39.97a ± 7.8
57.13a ± 1.1
53.15a ± 9.2

Umur Panen (MST)
12
14
g BB tanaman-1
a
35.61 ± 9.5
51.12a ± 12.2
47.11a ± 13.2
48.27a ± 29.9
a
58.78 ± 11.2
44.65a ± 4.6
a
48.73 ± 22.4
57.02a ± 5.3
a
40.12 ± 8.0
41.53a ± 13.9

Total Produksi
Pucuk
130.64 a ± 18.8
137.26a ± 34.7
143.41a ± 13.0
162.88a ± 19.7
134.80a ± 10.0

Keterangan: PK : pupuk kandang, RP: rock phosphate, AS: abu sekam, BB: bobot basah; angka
yang diikuti oleh angka yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ pada taraf
5%, nilai rataan diikuti oleh nilai standar deviasi (sd)

Jumlah pucuk per tanaman dan bobot per pucuk tidak dipengaruhi oleh
perlakuan kombinasi pupuk organik (Tabel 8). Jumlah pucuk semakin meningkat
pada setiap waktu pemanenan dan sebaliknya bobot per pucuk semakin menurun.
Pemangkasan atau pemanenan pucuk menyebabkan hilangnya dominansi apikal
sehingga menginduksi munculnya cabang-cabang baru pada cabang yang dipanen
dengan ukuran yang lebih kecil sehingga ukuran pucuk kolesom semakin
mengecil.
Tabel 8 Bobot per pucuk dan jumlah pucuk kolesom pada berbagai kombinasi
pupuk organik di musim tanam pertama
Perlakuan
Kontrol
PK +RP
PK +AS
RP + AS
PK +RP + AS
Kontrol
PK +RP
PK +AS
RP + AS
PK +RP + AS

10
5.69a ± 0.1
5.35a ± 1.2
5.14a ± 0.5
5.44a ± 0.9
4.76a ± 0.6
7.7a ± 1.5
8.1a ± 1.7
7.9a ± 2.1
10.7a ± 1.5
11.5a ± 3.6

Umur Panen (MST)
12
Bobot per pucuk (g BB)
3.69a ± 0.3
4.36a ± 1.1
3.86a ± 0.4
4.32a ± 0.5
3.94a ± 0.3
Jumlah pucuk per tanaman
9.6a ± 2.3
10.9a ± 2.9
15.3a ± 2.4
11.2a ± 4.4
10.2a ± 2.2

14
2.97a ± 0.2
2.82a ± 0.4
2.93a ± 0.4
2.90a ± 0.5
2.86a ± 0.8
17.3a ± 5.3
16.3a ± 7.8
15.6a ± 3.6
19.8a ± 1.7
14.6a ± 0.5

Keterangan: PK: pupuk kandang, RP: rock phosphate, AS: abu sekam; angka yang diikuti oleh
huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut
uji BNJ pada taraf 5%, nilai rataan diikuti oleh nilai standar deviasi (sd)

Kadar Metabolit Pucuk Kolesom
Kadar metabolit pucuk kolesom yang meliputi kadar vitamin C, flavonoid,
dan aktivitas enzim POD tidak berbeda nyata antar perlakuan pemupukan di setiap
waktu panen (Tabel 9). Kadar vitamin C ditampilkan sebagai kadar dalam bobot
kering setelah dikonversi dari kadar bobot basah pucuk kolesom.

15
Tabel 9 Kadar vitamin C, flavonoid, dan aktivitas enzim POD pada berbagai
kombinasi pupuk organik di musim tanam pertama
Perlakuan

Umur Panen (MST)
12
14
-1
Vitamin C (mg g BK)
41.29a ± 5.9
49.69a ± 17.3
29.11a ± 13.6
44.44a ± 20.5
47.07a ± 14.6
47.45a ± 11.4
a
a
49.18 ± 14.3
42.05 ± 4.9
35.63a ± 9.6
a
a
44.93 ± 14.2
52.94 ± 11.8
44.28a ± 14.5
a
a
43.29 ± 12.3
52.28 ± 8.6
43.85a ± 8.9
-1
Flavonoid (mg SK g BK)
10.62a ± 2.8
4.86a ± 1.0
10.59a ± 0.6
a
a
11.07 ± 3.1
8.60 ± 1.3
10.37a ± 2.1
a
a
9.10 ± 2.7
6.15 ± 0.7
11.25a ± 0.6
a
a
8.90 ± 1.2
6.17 ± 1.0
13.17a ± 3.0
a
a
9.71 ± 1.6
8.63 ± 2.9
10.15a ± 2.3
Aktivitas POD (x10-3 U (mg protein)-1)
a
1.08 ± 0.1
8.31a ± 4.5
4.74a ± 1.3
a
a
0.88 ± 0.7
3.09 ± 1.1
4.16a ± 1.4
a
a
1.36 ± 0.2
6.58 ± 1.5
4.77a ± 0.4
a
a
1.29 ± 0.3
7.58 ± 4.4
5.42a ± 5.0
a
a
0.79 ± 0.2
5.42 ± 2.6
5.04a ± 0.8
10

Kontrol
PK + RP
PK + AS
RP + AS
PK + RP + AS
Kontrol
PK + RP
PK + AS
RP + AS
PK + RP + AS
Kontrol
PK + RP
PK + AS
RP + AS
PK + RP + AS

Keterangan: PK: pupuk kandang, RP: rock phosphate, AS: abu sekam; angka yang diikuti oleh
huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut
uji BNJ pada taraf 5%; BK: bobot kering, SK: setara kuersetin, U: unit, nilai rataan
diikuti oleh nilai standar deviasi (sd)

Total Bobot Kering, Rata-Rata Kadar Metabolit, dan Produksi Metabolit Pucuk
Kolesom
Total bobot kering pucuk kolesom dan rata-rata kadar vitamin C, flavonoid,
serta aktivitas enzim POD dari ketiga waktu panen tidak berbeda nyata antar
perlakuan pemupukan (Tabel 10). Hal tersebut menunjukkan tidak adanya
pengaruh penambahan pupuk organik terhadap produksi pucuk dan kadar
metabolit pucuk kolesom di musim tanam pertama.
Tabel 10 Total bobot kering dan rata-rata kadar metabolit pucuk kolesom di
musim tanam pertama
Perlakuan

Kontrol
PK + RP
PK + AS
RP + AS
PK + RP + AS

Total Produksi
Pucuk

Vitamin C

Flavonoid

(g BK tanaman-1)

(mg g-1 BK)

(mg SK g-1 BK)

9.19a ± 1.4
9.42a ± 2.2
8.55a ± 2.2
9.55a ± 1.6
9.28a ± 0.5

40.03a ± 13.1
46.32a ± 8.5
42.29a ± 8.1
47.39a ± 10.6
46.69a ± 7.0

8.69a ± 3.2
10.02a ± 2.2
9.13a ± 2.7
9.60a ± 3.7
9.50a ± 2.1

Aktivitas POD
(x10-3 U (mg
protein)-1)
4.81a ± 13.1
2.71a ± 8.5
4.24a ± 8.1
4.76a ± 10.6
3.65a ± 7.0

Keterangan: PK: pupuk kandang, RP: rock phosphate, AS: abu sekam; BK: bobot kering; SK:
setara kuersetin; U: unit; angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang
sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji BNJ pada taraf 5%; nilai rataan
diikuti oleh standar deviasi.

16
Produksi vitamin C dan flavonoid juga tidak dipengaruhi oleh pemupukan
organik di musim tanam pertama (Tabel 11). Produksi metabolit pucuk kolesom
diperoleh dari perkalian bobot kering pucuk dengan kadar metabolit pucuk
kolesom.
Tabel 11 Produksi vitamin C dan flavonoid pucuk kolesom pada musim tanam
pertama
Perlakuan

Vitamin C
361.69a ± 19.7
426.21a ± 28.5
363.73a ± 102.6
458.16a ± 149.0
432.70a ± 11.5

Kontrol
PK + RP
PK + AS
RP + AS
PK + RP + AS

mg tanaman-1

Flavonoid
79.21a ± 11.0
92.27a ± 7.8
79.53a ± 28.2
91.93a ± 16.9
87.88a ± 18.8

Keterangan: PK: pupuk kandang, RP: rock phosphate, AS: abu sekam; BK: bobot kering; angka
yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang