Persoalan Pungutan dan Mekanisme Penyelesaiannya

barang ƒ Ada pihak-pihak pendukung PKL ƒ Perlindungan dari toko ƒ Pemerintah tidak tegas ƒ Perebutan tempat di kalangan PKL Terdapat perbedaan yang cukup signifikan ketika diperbandingkan antara pandangan-pandangan PKL terhadap persoalan-persoalannya dengan pandangan para pelaku terhadap persoalan-persoalan PKL lihat tabel 3.6. Perbedaan cara pandang ini berimplikasi kepada mekanisme penyelesaian persoalan. Komisi B memandang bahwa persoalan PKL dapat selesai dengan menertibkan PKL agar tidak mengganggu lalu lintas. Mekanisme ini jauh berbeda dari yang dilakukan PKL untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapinya. Sampai di sini dapat disimpulkan bahwa forum belum mengembangkan mekanisme partisipasi yang dapat menjamin tersalurkannya kepentingan kelompok PKL. Pembentukan FMPKL memberi peluang kepada PKL untuk menyalurkan kepentingannya. Pembentukan koperasi misalnya, mencerminkan langkah-langkah yang diambil dalam rangka memecahkan persoalan ekonomi PKL. Sayangnya, pengelolaan FMPKL dihadapkan pada hambatan komunikasi antara pengurus dan anggota. Hambatan komunikasi ini dicerminkan oleh tidak adanya arus informasi dari para pengurus FMPKL kepada PKL tentang keputusan-keputusan yang terjadi di FM2S. Hambatan ini diindikasikan pula oleh adanya kelompok PKL yang merasa tidak termasuk ke dalam FMPKL. Salah satu sebab yang menimbulkan hambatan ini adalah ketidakpercayaan PKL kepada pengurus akibat program konsolidasi yang memberi beban kepada PKL kasus kartu anggota. Pada kasus yang spesifik, terdapat perbedaan kepentingan antara PKL dengan para pengurus FMPKL di dalam cara menata kegiatan usaha PKL yang berkaitan dengan kebijakan desa dan kecamatan kasus pasar murah. Pengelolaan koperasi dihadapkan pula pada sejumlah hambatan; anggota koperasi berkurang dan sampai pada pergantian pengurus masih ada kewajiban koperasi kepada anggota, dan sebaliknya. Hambatan timbul karena tidak adanya mekanisme yang disepakati tentang bagaimana mengelola koperasi. Ketergantungan PKL terhadap pendamping tampak ketika mengevaluasi jalannya koperasi. Dikatakan bahwa sejak awal semestinya pengelolaan diserahkan kepada pendamping dan bukan kepada PKL karena PKL tidak memiliki waktu untuk mengurusi pencatatan dan penagihan. Akibat tidak terkelolanya urusan teknis administrasi tadi, ada kecenderungan turunnya kepercayaan PKL kepada pendamping. Selain itu, timbul sedikit perselisihan antara pelaku yang bersedia mengurus dengan pengurus lama. Hal ini terlihat misalnya, dari upaya pembenahan pengelolaan dengan cara mengganti pengurus dan meminta pertanggungjawaban pada pengurus lama. Pelaku yang terakhir mengabaikan upaya itu dengan cara menghindari pertanggungjawaban yang di- minta oleh pengurus baru. Masalah-masalah di atas seperti perbedaan persoalan kepentingan, perbedaan cara melihat persoalan, serta perpecahan antara PKL dan pengurus FMPKL, merupakan tantangan dalam membangun mekanisme keterwakilan sebuah forum. Sekarang ini banyak yang sok mewakili, tapi tidak bertanggungjawab. Dia mencontohkan perwakilan PKL. Apakah mereka selalu datang pada rapat forum? Terus kalau datang, apakah hasil rapat selalu disampaikan kepada anggota? Sekarang seperti hare-hare tidak peduli saja. Bahkan tanggapan PKL lainnya terhadap forum kurang. Bahkan jauh-jauh ada anggapan bahwa ada PKL yang tidak mengakui keberadaan forum, padahal katanya ada perwakilan, tapi masih banyak yang tidak mengakui forum AN,JW271001,hlm.13 Proses Pengambilan Keputusan dan Hubungan Kekuatan Pada tingkatan kolektif, proses pengambilan keputusan merupakan interaksi antarpelaku sedangkan keputusan merupakan agregasi dan negosiasi para pelaku tersebut. Berbeda dengan proses pengambilan keputusan yang terjadi secara individual, perwujudan proses pengambilan keputusan kolektif dapat diikuti dan diamati melalui persoalan-persoalan dan solusi-solusi yang disampaikan pelaku. Kalkulasi rasional dapat diamati dalam perwujudan negosiasi, perdebatan, dan penyampaian argumentasi antarpelaku. Keputusan-keputusan merupakan kesepakatan tentang persoalan dan solusi yang dianggap representasi kepentingan semua pelaku. Keputusan kolektif adalah konsensus dari hasil kompromi, hegemoni, dominasi atau suara mayoritas. Oleh karena itu, dalam proses pengambilan