Buku Siswa Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti 243 d. Sekaten di Surakarta dan Yogyakarta
Tradisi Sekaten dilaksanakan setiap tahun di Keraton Surakarta Jawa Tengah dan Keraton Yogyakarta. Tradisi ini dilaksanakan dan
dilestarikan sebagai wujud mengenang jasa-jasa para Walisongo yang telah berhasil menyebarkan Islam di tanah Jawa. Peringatan yang lazim
dinamai Maulud Nabi itu, oleh para wali disebut Sekaten, yang berasal dari kata Syahadatain dua kalimat Syahadat. Tradisi ini sebagai sarana
penyebaran agama Islam yang pada mulanya dilakukan oleh Sunan Bonang. Dahulu setiap kali Sunan Bonang membunyikan gamelan
diselingi dengan lagu-lagu yang berisi ajaran agama Islam serta setiap pergantian pukulan gamelan diselingi dengan membaca syahadatain.
Jadi, Sekaten diadakan untuk melestarikan tradisi para wali dalam memperingati kelahiran Nabi Muhammad saw. Sebagai tuntunan bagi
umat manusia, diharapkan masyarakat yang datang ke Sekaten juga mempunyai motivasi untuk mendapatkan berkah dan meneladani
Nabi Muhammad saw.
Dalam upacara Sekaten tersebut disuguhkan gamelan pusaka peninggalan dinasti Majapahit yang telah dibawa ke Demak. Suguhan
ini sebagai pertanda bahwa dalam berdakwah para wali mengemasnya dengan menjalin kedekatan kepada msyarakat.
e. Grebeg
Tradisi untuk mengiringi para raja atau pembesar kerajaan. Grebeg pertama kali diselenggarakan oleh keraton Yogyakarta oleh
Sultan Hamengkubuwana ke-1. Grebeg dilaksanakan saat Sultan memiliki hajat dalem berupa menikahkan putra mahkotanya. Grebek
di Yogyakarta di selenggarakan 3 tahun sekali yaitu: pertama grebek pasa-syawal diadakan setiap tanggal 1 Syawal bertujuan untuk
menghormati Bulan Ramadhan dan Lailatul Qadr, kedua grebeg besar, diadakan setiap tanggal 10 dzulhijjah untuk merayakan hari raya
Gambar 11.14. Ketupat merupakan makanan khas lebaran
Sumber: upload.wikimedia.org
Di unduh dari : Bukupaket.com
244 Kelas IX SMPMTs
kurban dan ketiga grebeg maulud setiap tanggal 12 Rabiul awwal untuk memperingati hari Maulid Nabi Muhammad saw. Selain kota
Yogyakarta yang menyelenggarakan pesta grebeg adalah kota Solo, Cirebon dan Demak.
f. Grebeg Besar di Demak
Tradisi Grebeg Besar merupakan upacara tradisional yang setiap tahun dilaksanakan di Kabupaten Demak Jawa Tengah. Tradisi ini
dilaksanakan pada tanggal 10 Dzulhijjah bertepatan dengan datangnya Hari Raya Idul Adha atau Idul Kurban. Tradisi ini cukup menarik karena
Demak merupakan pusat perjuangan Walisongo dalam dakwah.
Pada awalnya Grebeg Besar dilakukan tanggal 10 Dzulhijjah tahun 1428 Caka dan dimaksudkan sekaligus untuk memperingati genap
40 hari peresmian penyempurnaan Masjid Agung Demak. Mesjid ini didirikan oleh Walisongo pada tahun 1399 Caka, bertepatan 1477
Masehi. Tahun berdirinya masjid ini tertulis pada bagian Candrasengkala “Lawang Trus Gunaning Janmo”.
Pada tahun 1428 tertulis dalam Caka tersebut Sunan Giri meresmikan penyempurnaan masjid Demak. Tanpa diduga pengunjung yang hadir
sangat banyak. Kesempatan ini kemudian digunakan para Wali untuk melakukan dakwah Islam. Jadi, tujuan semula Grebeg Besar adalah
untuk merayakan Hari Raya Kurban dan memperingati peresmian Masjid Demak.
g. Kerobok Maulid di Kutai dan Pawai Obor di Manado