HUBUNGAN ANTARA GANGGUAN POLA TIDUR DENGAN HEART RATE VARIABILITY (HRV) PADA MAHASISWA SEMESTER VIII PSIK UMY

(1)

UMY

Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat Sarjana Keperawatan Pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh:

R. MOHAMAD FACHRUR ROZY 20120320061

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

ii

rahmat-Nya dan dengan didorong semangat dan daya upaya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Hubungan Antara Pola Tidur dengan Heart Rate Variability (HRV) pada Mahasiswa Semester VII PSIK UMY”. Karya tulis ilmiah ini dibuat sebagai syarat dalam menyelesaikan program pendidikan sarjana Ilmu Keperawatan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Dalam membuat karya tulis ilmiah ini penulis mendapat banyak masukan dari berbagai pihak oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Kedua orang tua, R. Mohamad Usman Ali S.pd, Tride Ismarwantianis S.pd yang telah memberikan dukungan moril dan materil untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

2. Sri Sumaryani, Ns., M.Kep, Sp. Mat. HNC selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Nurvita Risdiana, S.kep., NS., MSc, sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan pemikiran serta pengarahan yang sangat berguna dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.


(3)

iii

5. Nurfazrin H. Akuba, Redha Pranasari, Kusuma Deri Pratama anggota kelompok bimbingan yang telah memberikan bantuan dan dukungan. 6. R. Ahmad Dhani yang telah memberikan bantuan dan dukungan.

7. Agil, adin, deri, herka, winardi yang telah memberikan dukungan dan bantuan.

8. Keluarga besar Suratman S.H, eyang mini, tante dimbi, tante mamik, om damba yang telah memberikan dukungan dan bantuan.

9. Pihak-pihak lain yang telah membantu peneliti menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah ini.

Dalam penyusunan dan penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis sangat menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna, oleh karena itu segala saran dan kritik yang membangun saya terima dengan senang hati. Mudah-mudahan karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, Juni 2016 Penulis


(4)

iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR SINGKATAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Penelitian terkait ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Pola Tidur ... 8

1. Pengertian Pola Tidur ... 8

2. Fungsi Tidur ... 8

3. Tahap-Tahap Siklus Tidur ... 9

a. Tidur REM ... 9

b. Tidur NREM ... 10

4. Mekanisme Tidur ... 11

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Tidur ... 12

a. Lingkungan ... 12

b. Kelelahan ... 12

c. Penyakit ... 12

d. Gaya Hidup ... 12

e. Obat-Obatan dan Alkohol ... 13

f. Merokok ... 13

6. Gangguan Pola Tidur ... 13

a. Insomnia ... 13

b. Hipersomnia ... 14

c. Parasomnia ... 14

d. Narkolepsia ... 14

B. Sistem Saraf Otonom ... 15

1. Sistem Saraf Simpatis ... 15

2. Sistem Saraf Parasimpatis ... 15

3. Electrocarioram (EKG) ... 17

C. Heart Rate Variability (HRV) ... 18

1. Definisi HRV ... 18

2. Analisa HRV ... 18

1) Time Domain ... 18

2) Frekuensi Domain ... 19

D. Kerangka Konsep ... 20

E. Hipotesis ... 20


(5)

v

F. Alat dan Bahan Penelitian ... 24

G. Jalannya Penelitian ... 24

H. Pengelolaan dan Analisa Data ... 25

I. Etika Penelitian ... 26

BAB IV ... 29

A. Deskripsi Wilayah Penelitian ... 29

B. Karakterstik Responden ... 29

C. Hasil Penelitian ... 30

D. Pembahasan ... 31

E. Kelemahan Penelitian ... 35

BAB V ... 36

A. Kesimpulan ... 36

B. saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 38


(6)

vi

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 24

Tabel 4.1 Gangguan Pola Tidur Mahasiswa ... 30

Tabel 4.2 Heart Rate Variability Mahasiswa ... 30


(7)

(8)

viii HF : High Frequency

HRV : Heart Rate Variability

Hz : Herz

LF : Low Frequency

PSIK : Program Studi Ilmu Keperawatan RMSSD : Root Mean Square of SD


(9)

ix

Lampiran III : Kuesioner Gangguan Pola Tidur

Lampiran IV : Etik Penelitian

Lampiran V : Hasil Analisa Data


(10)

x INTISARI

Latar Belakang: Gangguan pola tidur yang buruk berdampak negatif pada kesehatan, salah satunya adalah ketidakseimbangan sistem saraf otonom yang mengatur sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Ketidakseimbangan sistem saraf otonom akan berdampak pada rendahnya nilai HRV. Rendahnya nilai HRV akan berdampak pada mortalitas dan morbiditas.

Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola tidur dengan HRV pada mahasiswa semester VIII pada program studi ilmu keperawatan UMY.

Metodologi: Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif non eksperimen dengan desain korelasional dengan pendekatan Cross sectional. Uji statistik menggunakan Spearman Rha. Sampel penelitian 31 mahasiswa dengan menggunakan teknik purposive sampling menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner gangguan pola tidur dan pengukuran Heart Rate Variability (HRV) menggunakan Electrocardiogram (EKG).

Hasil: Didapatkan hasil 64,5% pola tidur mahasiswa dalam kategori baik, 35,5% pola tidur mahasiswa dalam kategori cukup, 87,1% mahasiswa memiliki HRV yang sangat dan 9,7% mahasiswa memiliki HRV tinggi. Hasil uji statistik menggunakan Spearmen Rho diperoleh nilai p = 0,210 (p > 0,5) yang artinya tidak terdapat hubungan antara gangguan pola tidur dengan HRV.

Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara gangguan pola tidur dengan HRV.

Kata Kunci: Gangguan Pola Tidur, Heart Rate Variability, Sistem Saraf Otonom.


(11)

xi

Dosen Pembimbing : Nurvita Risdiana., S.Kep. Ns, M.Sc.

ABSTRACT

Background: Sleep patern disturbance makes the body unhealthy, as a result the autonomic nervous system imbalance. It decrease the value of Heart Rate Variability (HRV), then the risk of morbidity and mortality increases.

Objective: This research purpose is to know the relationship between sleep pattern disturbances with HRV in 8 nursing student Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Methodology: This research was non experimental study with correlational design and cross sectional approach. This research samples was 31 male student which choosen by purposive sampling techiques. Sleep pattern disturbances and HRV was measured by questionnare and Electrocardiogram (ECG). The data was analyzed by Sperman Rho.

Result: There are no correlation Sleep pattern disturbance and HRV with p = 0,210 (p > 0, 05).

Consclusion: There are no correlation between sleep patterns disturbances with HRV.

Keyword: Sleep Patterns Disorders, Heart Rate Variability, Autonomic Nervous System.


(12)

(13)

ii

Dosen Pembimbing : Nurvita Risdiana., S.Kep. Ns, M.Sc. INTISARI

Latar Belakang: Gangguan pola tidur yang buruk berdampak negatif pada kesehatan, salah satunya adalah ketidakseimbangan sistem saraf otonom yang mengatur sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Ketidakseimbangan sistem saraf otonom akan berdampak pada rendahnya nilai HRV. Rendahnya nilai HRV akan berdampak pada mortalitas dan morbiditas.

Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola tidur dengan HRV pada mahasiswa semester VIII pada program studi ilmu keperawatan UMY.

Metodologi: Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif non eksperimen dengan desain korelasional dengan pendekatan Cross sectional. Uji statistik menggunakan Spearman Rha. Sampel penelitian 31 mahasiswa dengan menggunakan teknik purposive sampling menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner gangguan pola tidur dan pengukuran Heart Rate Variability (HRV) menggunakan Electrocardiogram (EKG).

Hasil: Didapatkan hasil 64,5% pola tidur mahasiswa dalam kategori baik, 35,5% pola tidur mahasiswa dalam kategori cukup, 87,1% mahasiswa memiliki HRV yang sangat dan 9,7% mahasiswa memiliki HRV tinggi. Hasil uji statistik menggunakan Spearmen Rho diperoleh nilai p = 0,210 (p > 0,5) yang artinya tidak terdapat hubungan antara gangguan pola tidur dengan HRV.

Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara gangguan pola tidur dengan HRV.

Kata Kunci: Gangguan Pola Tidur, Heart Rate Variability, Sistem Saraf Otonom.


(14)

iii

R Mohamad Fachrur Rozy (2012) : Relationship Disorders Sleep Patterns with Heart Rate Variability (HRV) in Student Semester VIII PSIK UMY Dosen Pembimbing : Nurvita Risdiana., S.Kep. Ns, M.Sc.

ABSTRACT

Background: Sleep patern disturbance makes the body unhealthy, as a result the autonomic nervous system imbalance. It decrease the value of Heart Rate Variability (HRV), then the risk of morbidity and mortality increases.

Objective: This research purpose is to know the relationship between sleep pattern disturbances with HRV in 8 nursing student Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Methodology: This research was non experimental study with correlational design and cross sectional approach. This research samples was 31 male student which choosen by purposive sampling techiques. Sleep pattern disturbances and HRV was measured by questionnare and Electrocardiogram (ECG). The data was analyzed by Sperman Rho.

Result: There are no correlation Sleep pattern disturbance and HRV with p = 0,210 (p > 0, 05).

Consclusion: There are no correlation between sleep patterns disturbances with HRV.

Keyword: Sleep Patterns Disorders, Heart Rate Variability, Autonomic Nervous System.


(15)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tidur merupakan suatu aktivitas yang dilakukan setiap hari dan menjadi kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Tidur merupakan keadaan aktif dan berulang yang terjadi pada setiap individu (Salam dkk, 2014). Individu memerlukan tidur yang cukup untuk dapat berfungsi secara optimal. Menurut National Institutes of Health (2011) pola tidur yang cukup pada orang dewasa adalah 7-8 jam per malam, tidak terkecuali pada orang yang sakit. Tidur sangat bermanfaat untuk kesehatan tubuh. Triyanta dkk, (2011) mengatakan bahwa mereka yang mempunyai jam tidur terbatas dan sering terbangun mempunyai resiko empat kali lebih banyak mengalami serangan jantung. Hal ini disebabkan karena jantung bekerja lebih berat jika individu kekurangan waktu tidurnya.

National Sleep Foundation (2011) melaporkan bahwa di Amerika pada tahun 2006 lebih dari 36% dewasa muda usia 18-29 tahun mengalami kesulitan untuk bangun di pagi hari dan mengeluh mengantuk ketika beraktivitas sekurangnya 2 hari dalam seminggu atau lebih. Disamping itu pada tahun 2011, juga dilakukan penelitian dan hasilnya meningkat dari 36% pada tahun 2006 menjadi 51% yang mengalami gangguan tidur pada usia 18-29 tahun.


(16)

Mahasiswa merupakan individu yang sedang menuntut ilmu ditingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga yang lain dengan perguruan tinggi. Mahasiswa digolongkan sebagai remaja akhir dan dewasa awal, yaitu usia 18-21 tahun dan 22-24 tahun (Yusuf, 2012). Menurut Triyanta dkk (2011) bahwa kualitas tidur pada usia dewasa yang baik 7-9 jam perhari dan tidak mengalami masalah pada tidunya.

Pola tidur pada usia dewasa sangatlah berbeda dengan usia lainnya karena pada usia dewasa banyak mengalami perubahan aktivitas sehari-hari, seperti bekerja, ataupun kuliah. Keadaan tersebut dapat memicu terjadinya gangguan tidur (Gradisar dkk, 2011). Gangguan tidur merupakan gangguan dalam jumlah, kualitas atau waktu tidur pada setiap individu (Mental Health Foundation, 2011). Gangguan tidur bukan hanya pada perubahan aktivitas sehari-hari, namun gangguan tidur juga dapat dipengaruhi beberapa faktor yaitu medis (penyakit) dan non-medis (gaya hidup) (Anne, 2010).

Aktivitas yang teratur, gaya hidup yang baik merupakan faktor penting untuk dapat meningkatkan kesehatan jantung. Jackwoska (2014) mengatakan bahwa kualitas tidur yang buruk dapat menyebabkan kerugian kesehatan yang dapat menimbulkan penyakit jantung. Gangguan pola tidur dapat meningkatkan resiko penyakit jantung dan menyebabkan kematian jantung secara mendadak. Kondisi tersebut diyakini adanya ketidakseimbangan sistem saraf otonom dengan meningkatkan dominasi aktivitas simpatis dari pada modulasi parasimpatis (Jackwoska, 2014).


(17)

Menurut Zhong dkk, (2014) individu yang memiliki gangguan tidur yang buruk dikaitkan dengan penurunan saraf parasimpatis dan peningkatan saraf simpatis. Masalah tersebut disebabkan karena kulitas tidur yang buruk pada individu sebagai penyebab utama terjadinya penyakit jantung dan menurunkan Heart Rate Variability (HRV) serta dapat meningkatkan detak jantung.

Oleh karena itu Allah telah memberikan kesempatan pada manusia untuk tidur dalam Al-Quran surat Al An-am ayat 60 yang berbunyi :

Dan dia-lah yang menidurkan kamu di malam hari dan dia mengetahui yang kamu kerjakan di siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur(mu) yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan

Heart Rate Variability adalah fenomena fisiologis yang mencerminkan indikator yang baik dari kontrol otonom yang berkaitan dengan kesehatan jantung (Corrales dkk, 2012). Fungsi HRV adalah untuk menilai resiko kematian jantung secara mendadak (Makivic, dkk 2013). Oleh karena itu ketinggian HRV adalah tanda fungsi jantung sehat dan penurunan HRV adalah rentan terhadap kematian jantung secara mendadak (Jackwoska, 2014). Pengukuran HRV terdiri dari dua pengukuran yaitu time domain dan frequncy domain. Frequency domain terdiri dari Low Frequency/LF (frekuensi rendah) dan High Frequency/HF (frekuensi tinggi). LF 0,04-0,15 Hz (Herz) dari perubahan R-R interval dan dimodulasi oleh aktivitas sistem saraf saraf simpatis, HF


(18)

0,15-0,40 Hz dari perubahan R-R interval dan dimodulasi oleh aktivitas sistem saraf parasimpatis. Time domain terdiri dari Standard Deviation of all N-N intervals (SDNN) yang mencerminkan total variabilitas dan Root Mean Square of SD (RMSSD) yang mencerminkan aktivitas parasimpatis (Makivic, dkk 2013)

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti dengan cara mewawancarai 10 mahasiswa semester VIII PSIK UMY. Peneliti mengajukan 4 pertanyaan yaitu “pada sebulan terakhir apakah anda mengalami sulit tidur, pada sebulan terakhir apakah anda sering terbangun dimalam hari, pada sebulan terakhir seberapa sering anda terjaga dimalam hari pada saat anda ingin memulai untuk tidur, pada sebulan terakhir apakah anda pada saat bangun merasa lelah atau tidak bertenaga”. Dari hasil wawancara di dapatkan 6 dari 10 orang mahasiswa mengalami gangguan tidur kurang dari 7-8 jam. Namun 4 orang lainnya mengatakan tidur 7-8 jam permalam. Peneliti juga melakukan pengukuran HRV pada mahasiswa yang memiliki gangguan pola tidur dan tidak memiliki gangguan pola tidur. Dari hasil pengukuran didapatkan hasil SDNN pada gangguan pola tidur adalah 77 dan yang tidak memiliki gangguan pola tidur adalah 83.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti ingin mengetahui “Apakah ada Hubungan antara Pola tidur dengan HRV pada mahasiswa semester VIII Program Studi Ilmu keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta”.


(19)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dirumuskan masalah “apakah ada hubungan antara gangguan pola tidur dengan HRV pada mahasiswa

Semester VIII” pada Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara gangguan pola tidur dengan HRV pada mahasiswa semester VIII pada program studi ilmu keperawatan UMY

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gangguan pola tidur pada mahasiswa semester VIII pada program studi ilmu keperawatan UMY.

b. Untuk mengetahui HRV pada mahasiswa semester VIII pada program studi ilmu keperawatan UMY.

D. Manfaat Penelitian 1. Praktis

Jika terbukti gangguan pola tidur dapat menganggu sistem saraf otonom, maka hasil penelitian ini bisa menjadi dasar seseorang untuk mengatur pola tidurnya.


(20)

2. Teoritis

Jika terbukti gangguan pola tidur dapat menganggu sistem saraf otonom, maka hasil penelitian ini bisa menjadi tinjauan pustaka untuk peneliti selanjutnya.

E. Penelitian Terkait

1. Haryati (2013) Hubungan Kualitas tidur dengan Denyut Jantung dilihat dari Gambaran EKG pada Pasien Infark Miokard di ruangan ICVCU RSUD DR. MOEWARDI Surakarta Tahun 2011. Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriftif analitik dengan desain penelitian korelasi cross sectional. Metode pengambilan sampel adalah dengan purposive sampel sebanyak 34 orang, Hasil penelitian ini, didapatkan kualitas tidur baik 26,47 %, kualitas tidur sedang 29,41 % dan yang buruk 44,12 % dari seluruh jumlah sampel. Responden dengan takikardia 12 orang, normal 18 responden dan 4 responden brakikardia. Hasil analisis statitik dengan pearson menunjukkan bahwa ada hubungan antara kualitas tidur dengan denyut jantung dilihat dari gambaran EKG pada pasien infark miokard di Ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi Surakarta 2011. Kesimpulan ada hubungan antara kualitas tidur dengan denyut jantung dlihat dari gambaran EKG pada pasien infark miokard di Ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi Surakarta 2011.

2. Salam dkk (2014) Sleep pattern and academic performance of undergraduate medical students at University Kebangsaan Malaysia.


(21)

penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki pola tidur dan hubungannya dengan prestasi akademik siswa. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional, dan responden 234 terdaftar siswa tahun ke-4 adalah dipilih untuk penelitian ini. Sebuah kuesioner standar yang berisi pertanyaan tentang demografi, kebiasaan tidur, akademik kinerja dan tidur yang ideal digunakan untuk mengumpulkan data. Dari 234 siswa, 186 yang merespons memberikan tanggapan tingkat 79,5% di mana 73% adalah perempuan dan 69% tinggal di kampus. Termasuk hari kerja dan akhir pekan rata-rata, 56,2% responden tidur selama 6-8 jam, 29,1% untuk <6 jam dan 14,7% tidur selama >8jam Rata-rata 53,35%responden telah di sering tidur siang, 34,9% sering dan 11,75% tidak tidur siang sama sekali. Responden yang tidur> 6 jam diamati memiliki prestasi akademis secara signifikan lebih tinggi. Disimpulkan bahwa, orang perlu memahami peran tidur dan harus mengambil tidur yang cukup 6-8 jam per hari untuk kesehatan dan kesejahteraan.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Tidur

1. Pengertian Tidur

Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua orang. Setiap orang memerlukan istirahat dan tidur yang cukup untuk dapat berfungsi secara optimal (Haryati, 2013). Tidur adalah suatu proses yang sangat penting bagi manusia, karena dalam tidur terjadi proses pemulihan, proses ini bermanfaat mengembalikan kondisi seseorang pada keadaan semula, dengan begitu, tubuh yang tadinya mengalami kelelahan akan menjadi segar kembali (Castro, 2012).

Tidur adalah suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status kesadaran yang terjadi selama periode tertentu. Beberapa ahli berpendapat bahwa tidur diyakini dapat memulihkan tenaga karena tidur memberikan waktu untuk perbaikan dan penyembuhan sistem untuk periode keterjagaan berikutnya (Salam dkk, 2014).

2. Fungsi Tidur

Tidur menggunakan kedua efek psikologis pada jaringan otak dan organ-organ tubuh manusia. Tidur dalam beberapa cara dapat menyegarkan kembali aktivitas tingkatan normal dan aktivitas normal pada jaringan otak.

Sehingga tidur berfungsi untuk mengembalikan tenaga untuk beraktivitas sehari-hari, memperbaiki kondisi yang sedang sakit, tubuh


(23)

menyimpan energy selama tidur dan penurunan laju metabolic basal penyimpanan persediaan energy tubuh (Harsono, 2010).

3. Tahap-tahap Siklus Tidur

Tidur merupakan aktivitas yang melibatkan sistem saraf pusat, saraf perifer, endokrik kardiovaskuler, respirasi dan musculoskeletal. Pengaturan dan kontrol tidur tergantungg dari hubungan antara dua mekanisme serebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk tidur dan bangun. Reticular Activating System (RAS) di batang otak diyakini mempunyai sel khusus dalam mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran (Harsono, 2010).

a. Tidur REM (Rapid Eye Movement)

Tidur REM merupakan tidur dalam kondisi aktif atau tidur paradoksial yang ditandai dengan mimpi yang bermacam-macam, otot-otot yang meregang, kecepatan jantung dan pernapsan tidak teratur (sering lebih cepat), perubahan tekanan darah, gerakan otot tidak teratur, gerakan mata cepat. Saraf-saraf simpatetik bekerja selama tidur REM. Diperkirakan terjadi proses penyimpanan secara mental yang digunakan sebagai pelajaran, adaptasi psikologis dan memori (Faraguna, 2013). Pada tidur REM,otak bekerja sangat aktif dan metabolism otak meningkat sampai 20%. Pada fase ini orang yang tidur agak susah dibangunkan atau spontan terbangun (Kaplan dkk, 2010).


(24)

b. Tidur NREM (Nonrapid Eye Movement)

Tidur NREM merupakan tidur yang nyaman dan dalam tidur gelombang pendek karena gelombang otak selama tidur NREM lebih lambat dari pada gelombang alpha dan beta pada orang yang sadar atau tidak dalam keadaan tidur. Tanda tidur NREM adalah mimpi yang berkurang, keadaan istirahat, tekanan darah dan kecepatan pernapasan turun, metabolism turun dan gerakan mata lambat (Kaplan dkk, 2010). Biasanya tidur pada malam hari itu adalah tidur NREM. Tidur saat ini sangat dalam, tidur penuh dan dapat memulihkan kembali beberapa fungsi fisiologis. Pada umumnya, semua proses metabolism mengacu pada tanda-tanda vital, metabolisme turun dan aktivitas menurun (Faraguna, 2013).

Tidur NREM mempunyai empat tahap, yang pertama adalah tahap I yang merupakan tahap transisi, berlangsung selama lima menit yang mana seseorang beralih dari sadar menjadi tidur. Seseorang merasa rileks, mata bergerak, kecepatan jantung dan pernapasan turun ecara jelas. Gelombang alpha sewaktu seseorang masih sadar diganti dengan gelombang beta yang lebih lambat dan dapat dibangunkan dengan mudah. Selanjutnya tahap II merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh menurun. Mata masih bergerak, kecepatan jantung dan pernapasan turun secara jelas, suhu tubuh dan metabolisme menurun. Gelombang otak ditandai dengan sleep spindles dan gelombang K komplek yang berlangsung pendek dalam waktu 10-15 menit. Pada


(25)

tahap III kecepatan jantung, pernapasan serta proses tubuh berlanjut mengalami penurunan dan sulit dibangunkan. Gelombang otak menjadi lebih teratur dan terdapat penambahan gelombang delta yang lambat. Terakhir tahap IV, merupakan tahap tidur dalam, yang ditandai dengan predominasi gelombang delta yang melambat. Kecepatan jantung dan pernapasan turun, rileks, jarang bergerak dan sulit dibangunkan dan mengalami 4 sampai 6 kali siklus tidur dalam waktu 7-8 jam (Mental Health Foundation, 2011).

4. Mekanisme Tidur

Tidur merupakan suatu urutan kegiatan fisiologis yang di pertahankan oleh integrasi tinggi aktifitas sistem saraf pusat yang berhubungan dengan perubahan pada sistem saraf peripheral, endokrin, kardiovaskular, pernafasan dan muscular. Mekanisme tidur tergantung pada hubungan antara dua mekanisme serebral yang mengaktivasi secara intermiten dan menekan pusat otak tertinggi untuk mengontrol tidur terjaga. Sebuah mekanisme menyebabkan terjaga, dan yang menyebabkan tidur (Mental Health Foundation, 2011).

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Tidur

Kualitas tidur merujuk pada kemampuan seseorang untuk dapat tidur dan mendapatkan tidur REM dan NREM yang tepat. Kualitas tidur adalah jumlah total waktu tidur seseorang. Faktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas tidur, yaitu (Nasional Institutes of Health, 2011) :


(26)

a. Lingkungan

Lingkungan dapat mendukung dan menghambat tidur. Temperatur, ventilasi, penerangan ruangan dan kondisi kebisingan sangat berpengaruh terhadap tidur seseorang.

b. Kelelahan

Kelelahan akan berpengaruh terhadap pola tidur seseorang. Semakin lelah seseorang maka akan semakin pendek tidur REMnya. c. Penyakit

Sakit menyebabkan nyeri dapat menimbulkan masalah tidur. Seseorang yang sedang sakit membutuhkan waktu tidur lebih lama dari keadaan normal. Sering sekali pada orang sakit pola tidurnya juga akan terganggu karena penyakitnya seperti rasa nyeriyang ditimbulkan oleh luka.

d. Gaya hidup

Orang yang bekerja shift dan sering berubah shiftnya harus mengatur kegiatan agar dapat tidur pada waktu yang tepat. Keadaan rileks sebelum istirahat merupakan faktor yang berpengaruh terhadap seseorang untuk dapat tidur.

e. Obat-obatan dan alcohol

Beberapa obat-obatan berpengaruh terhadap kualita tidur. Obat-obatan yang mengandung diuretic menyebabkan insomnia, anti depresan akan memsupresi REM. Orang yang minum alcohol terlalu banyak sering kali mengalami gangguan tidur.


(27)

f. Merokok

Nicotine mempunyai efek menstimulasi tubuh dan perokok seringkali mempunyai lebih banyak kesulitan untuk bisa tidur dibandingkan dengan yang tidak perokok. Dengan menahan tidak merokok setalah makan malam orang biasanya akan tidur lebih baik. Banyak perokok melaporkan pola tidurnya menjadi lebih baik ketika mereka berhenti merokok.

6. Gangguan Pola Tidur

Gangguan pola tidur merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan adanya gangguan dalam jumlah, kualitas atau waktu tidur pada seorang individu (Harsono, 2010). Gangguan pola tidur antara lain :

a. Insomnia

Insomnia adalah ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik kualitas maupun kuantitas. Jenis insomnia ada 3 macam yaitu insomnia inisial atau tidak dapat memulai tidur, insomnia intermitten atau tidak bisa mempertahankan tidur atau sering terjaga dan insomnia terminal atau bangun secara dini dan tidak dapat tidur kembali.

b. Hipersomnia

Hipersomnia merupakan kebalikan dari insomnia. Hipersomnia merupakan kelebihan tidur lebih dari 9 jam di malam hari dan biasanya berkaitan dengan gangguan psikologis seperti depresi atau


(28)

kegilasahan, kerusakan sistem saraf pusat dan gangguan pada ginjal, hati atau gangguan metabolisme.

c. Parasomnia

Parasomnia merupakan suatu rangkaian gangguan yang mempengaruhi tidur yang dapat menghilang sendiri dalam penghidupan masa dewasa tengah dan selanjutnya. Mengigau, mimpi yang aneh serta seram, somnabulisme atau automatisme tidur, bruksisme, dan paralisis tidur dapat disajikan sebagai keluhan, yang dapat ditanggulangi oleh setiap medikus praktikus.

d. Narkolepsia

Narkolepsia adalah serangan mengantuk yang mendadak pada beberapa kali sehari. Sering disebut sebagai serangan tidur. Penyebabnya tidak di ketahui tetapi tidak diperkirakan akibat kerusakan genetic sitem sarap pusat.

B. Sistem Saraf Otonom

Sistem saraf otonom terdiri dari neuron yang membawa impulas dari sistem saraf pusat ke organ efektor yaitu otot polos, jantung dan otot jantung. Sistem saraf otonom terdiri dari dua sistem yang saling berlawanan yaitu sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis. Kedua sistem ini biasanya dalam keseimbangan satu sama lain untuk mengatur fungsi-fungsi tubuh seperti jantung dan pembuluh darah, paru-paru, sistem percenaan, kelenjar dan organ reproduksi (Hallman, 2013).


(29)

1. Sistem Saraf Simpatis

Sistem saraf simpatis muncul dari sumsum tulang belakang melalui saraf tulang belakang torak dan lumbal, untuk itu sering disebut sebagai sistem torakolumbalis. Sistem saraf simpatis cenderung meningkat atau mempercepat aktivitas untuk memenuhi peningkatan permintaan oleh tubuh. Sistem saraf simpatis berkaitan dengan kegiatan yang menyebabkan penggunaan energi, terutama pada saat stres. Dalam keadaan takut tubuh akan mengaktifkan respon Figh or Fligh (Hoag, 2014).

2. Sistem Saraf Parasimpatis

Sistem saraf parasimpatis mnuncul dari medula (batang otak) melalui saraf tengkorak dan sumsum tulang belakang melalui saraf sakral tulang belakang, oleh karena itu sistem ini juga disebut sebagai sistem craniosacral. Sistem saraf parasimpatis cenderung untuk mengurangi, memperlambat serta mempersiapkan organ untuk beristirahat ketika kebutuhan tubuh berkurang. Sistem saraf parasimpatis berkaitan dengan kegiatan yang mengembalikan energi tubuh, terutama selama masa istirahat (Hoag, 2014).


(30)

Tabel 2.1 Organ-organ yang dipengaruh pada saraf simpatis dan parasimpatis. Tabel 2.1 (Guyton & Hall, 1997)

Organ Stimuli Saraf Simpatis Stimuli Saraf Parasimpatis Mata : Pupil Muskulus Siliaris Dilatasi Relaksasi Ringan Kontriksi Berkontraksi Glandula : Nasalis Lakrimalis Parotidea Submaksilas Gastrika Pankreatika

Vasokontriksi dan sedikit sekresi Stimulasi sekresi encer, banyak (mengandung banyak enzim-enzim bagi glandula yang mensekresi enzim) Kelenjar Keringat

Berkeringat hebat (kolinergik) Tidak ada Kelenjar

Apokrin

Sekresi kental, adorifera Tidak ada Jantung

Otot Koroner

Meningkatkan kecepatan

Dilatasi β2, konstriksi α Melambatkan kecepatan Dilatasi Paru-paru : Bronkus Pembuluh Darah Dilatasi Konstriksi Ringan Kontriksi Dilatasi Usus: Lumen Sfingter

Berkurangnya peristaltik dan tonus Meningkatkan tonus

Meningkatkan Relaksasi

Hati Melepaskan glukosa Sedikit sintesis glikogen

Kandungan Empedu

Relaksasi Kontraksi

Ginjal Mengurangi pengeluaran Tidak ada Kandung Kemih : Otot Destrustor Trigonum Relaksasi Terangsang Terangsang Relaksasi

Penis Ejakulasi Ereksi

Pembuluh Darah Sistemik : Abdominal Otot Kulit Konstriksi

Konstriksi (α adrenerik) Dilatasi (β adrenerik) Dilatasi (Kolinergik) Konstriksi Tidak ada Tidak ada Tidak ada Darah : Koagulasi Glukosa Meningkat Meningkat Tidak ada Tidak ada Metabolisme Basal

Meningkat sampai 100% Tidak ada


(31)

Korteks Adrenalis Aktivitas Mental

Meningkat Tidak ada

Muskulus Arktor Pili

Terangsang Tidak ada

Otot-otot Rangka

Meningkatkan glikogenolisis Meningkatkan kekuatan

Tidak ada Tidak ada

3. Electrocardiogram (EKG)

Electrocardiogram (EKG) adalah gambaran aktivitas listrik pada jantung. Gambaran aktivitas listrik pada jantung didapatkan dari mesin EKG yang direkam melalui kabel yang disebut dengan elektroda. Mesin EKG adalah alat yang mampu merekam aktivitas listrik pada jantung menggambarkannya dalam bentuk grafik (Alim, 2010). Oleh sebab itu, mesin EKG kita dapat mengetahui HRV dengan R-R interval.

Gambar 2.1 (Alim, 2010)

C. Heart Rate Variability (HRV) 1. Definisi HRV

Heart Rate Variability (HRV) adalah fenomena fisiologis yang mencerminkan indikator yang baik dari kontrol otonom yang berkaitan dengan kesehatan pada jantung (Corrales dkk, 2012).


(32)

2. Anilisa HRV 1) Domain Waktu

Waktu domain terdiri dari Standard Deviation of all N-N intervals (SDNN) yang mencerminkan total variabilitas dan Root Mean Square of SD (RMSSD) yang mencerminkan aktivitas parasimpatis. Pada pengukuran SDNN individu yang memiliki nilai mean SDNN diatas 50 dikategorikan sangat tinggi (normal) artinya sistem saraf otonom mengatur fungsi dan kemampuan koping stres adalah baik, 35-50 tinggi (mid-normal) artinya sistem saraf otonom mengatur fungsi dan kemampuan koping normal, 20-35 rendah artinya resiko penyakit stress dan melemahnya sistem saraf otonom, 20 kebawah sangat rendah artinya resiko tinggi terhadap penyakit stres kronik yang berhubungan dengan disfungsi sistem saraf otonom (Makivic, dkk 2013).

[ ) ]

Gambar 2.2 (Wang, 2012) 2) Frekuensi Domain

Frekuensi domain terdiri dari frekuensi rendah (LF/Low Frequency) modulasi 0,04-0,15 Hz (Herz). Hal ini mencerminkan aktivitas simpatis dan parasimpatis. Namun pada umumnya indikator LF kuat dengan aktivitas simpatis. Pengaruh parasimpatis di wakili LF ketika laju respirasi lebih rendah dari 7 napas per menit atau selama


(33)

pengambilan napas dalam. Dengan demikian ketika individu dalam relaksasi dengan napas yang lambat, nilai LF bisa sangat tinggi. Hal ini menunjukan peningkatan aktivitas parasimpatis dari pada peningkatan regulasi simpatis. Frekuensi tinggi (HF/High Frequency) modulasi 0,15-0,4 Hz. Hal ini mencerminkan aktivitas parasimpatis. High frequency (HF) juga di kenal sebagai “Respiratory” karena sesuai dengan variasi NN yang disebabkan oleh respiratory (fenomena ini dikenal dengan Respiratory Sinus Arrhytmia (RSA)) dan rasio dari LF/HF adalah kekuatan antara LF dan HF. Hal ini menunjukan keseimbangan keseluruhan antara sistem simpatis dan parasimpartis. Nilai yang lebih tinggi mencerminkan aktivitas simpatis, sedangkan nilai yang rendah di dominasi oleh sistem parasimpatis. Rasio ini keseluruhan dapat digunakan untuk membantu mengukur keseimbangan antara simpatis dan parasimpatis (Makivic dkk, 2013).


(34)

D. Kerangka Konsep

Gambar 2.3 Kerangka Konsep Keterangan :

Diteliti Tidak diteliti

E. Hipotesis

Hipotesis jika p value < 0,05 Ho artinya ada hubungan antara pola tidur dengan HRV.

Pola Tidur Heart Rate Variability

Frequency Domain

HF LF Rasio LF/HF

Time Domain :

RMSDD Faktor-faktor yang

mempengaruhi:

a) Lingkungan

b) Kelelahan

c) Penyakit

d) Gaya hidup

e) Obat-obatan dan

alcohol

f) Merokok

g) Stress

h) Aktifitas fisik

i) Cemas

Standard Deviation Normal to


(35)

21 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis pada penelitian ini adalah correlation, yang menunjukan hubungan antara Gangguan pola tidur dengan HRV pada mahasiswa

Semester VIII” Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan cross sectional, yaitu dengan melakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu waktu atau hanya satu kali (Nursalam, 2013).

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa PSIK UMY semester VIII yang berjumlah 156 orang mahasiswa.

2. Sampel

Sampel adalah populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian (Nursalam, 2013). Sampel yang diambil pada penelitian ini yaitu semester VIII PSIK UMY. Metode pengambilan sempel dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Jumlah sampel dapat diambil antara 20%-25% dari jumlah populasi (Arikunto, 2010). Pada penelitian ini peneliti menggunakan sampel 20% dari 156 populasi, sehingga jumlah sampel yang digunakan sebanyak 31 mahasiswa.


(36)

22

Teknik sampling adalah cara yang digunakan dalam pengambilan sampel agar memperoleh sampel yang sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2013). Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mahasiswa berusia 20-24 tahun sehat jasmani dan rohani. 2. Mahasiswa yang aktif disemester VIII.

3. Dalam keadaan tenang, tidak cemas, satu jam sebelum pengukuran tidak melakukan aktifitas berat.

Kriteria eksiklusi dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang memiliki penyakit jantung dan saluran pernapasan.

C. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di PSIK UMY pada bulan Februari-Mei 2016. D. Variabel Penelitian

Variabel merupakan karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu dan didefinisikan sebagai suatu fasilitas untuk pengukuran atau manipulasi suatu penelitian (Nursalam, 2013). Variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel bebas atau independent dalam penelitian ini Gangguana pola tidur


(37)

23 E. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi operasional Alat ukur Hasil Ukur Skala 1. HRV Variabilitas denyut jantung yang

diukur dari R-R interval dengan menggunakan EKG. Waktu domain terdiri dari SDNN dan RMSSD. √[ ) ]

SDNN dihitung dengan rumus

dan dikategorikan sangat tinggi jika nilai mean SDNN diatas 50, tinggi 35-50, rendah 20-35, sangat rendah 20 kebawah.

Ordinal

2. Gangguan Pola Tidur

Pola atau tipe kebiasaan tidur pada malam hari meliputi durasi, kualitas, dan waktu tidur yang dialami oleh mahasiswa semester VIII Kuesioner, menanyakan kepada responden tentang pola tidur dibagi menjadi empat pertanyaan.

 Baik < 50% tidak ada gangguan

 Cukup 51-75% gangguan sedang

 Kurang 76-100% gangguan berat


(38)

24 F. Alat dan Bahan Penelitian

Peneliti menggunakan instrument penelitian berupa alat EKG dan kuesioner penilaian terhadap pola tidur.

1. Alat EKG

Alat EKG ini digunakan mengetahui HRV dengan diukur melalui R-R interval nilainya dapat dikategorikan sangat tinggi, tinggi, rendah atau sangat rendah.

2. Kuesioner pola tidur diambil dari jurnal A scale for the estimation of sleep problems in clinical research (Jenkins, 1988) terdiri dari empat pertanyaan meliputi : “Pada sebulan terakhir seberapa sering anda mengalami sulit tidur, pada sebulan terakhir seberapa sering anda terbangun dimalam hari, pada sebulan terakhir seberapa sering anda terjaga dimalam hari pada saat anda ingin memulai untuk tidur, pada sebulan terakhir seberapa sering anda bangun tidur merasa lelah dan tidak bertenaga”. Pada semua pertanyaan tentang pola tidur dapat dikategorikan baik < 50% menjawab pertanyaan 0-9, cukup 51-75% menjawab pertanyaan 10-15, kurang 76-100% dengan menjawab 16-20 pertanyaan.


(39)

25 G. Jalannya Penelitian

Dalam proses pengumpulan data peneliti melakukan proses-proses sebagai berikut:

1. Peneliti mendapat Informed Concent.

2. Peneliti akan memberikan penjelasan maksud dan tujuan sebelum melakukan pengisian kuesioner gangguan pola tidur.

3. Peneliti melakukan pengukuran HRV

a. Satu jam sebelum pengukuran responden tidak boleh beraktivtas berat, makan-makanan yang berat, minum-minuman yang mengandung kafein, the dan kopi.

b. Responden yang diukur harus keadaan tenang, tidak cemas.

c. Posisi responden duduk lebih dari 15 derajat, kaki harus menyentuh lantai atau diberikan sandaran kaki.

d. Ruang pengukuran harus tenang dan bebas dari gangguan. e. Pasien diukur EKG nya selama 5 menit

f. Hasil EKG yang dihitung yaitu R-R interval, Total Heart Beat, Mean R-R, dan selanjutnya dimasukan rumus SDNN.

g. Setelah diketahui hasilnya dikategorikan sangat tinggi jika nilai mean SDNN lebih dari 50, tinggi 35-50, rendah 20-35, sangat rendah dibawah 20.

4. Hasil pengukuran dikumpulkan dan dilakukan penilaian.

Dalam proses pengambilan data kuesioner, data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer, karena peneliti mendapatkan


(40)

26

langsung dari subjek penelitian. Peneliti mengumpulkan data dengan cara membagikan kuesioner dengan surat permohonan responden, serta informed consent yang ditunjukan kepada mahasiswa. Peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner pada responden, termasuk tiap item soal, responden dapat mengajukan pertanyaan apabila ada hal yang kurang jelas. Mahasiswa/mahasiswi yang bersedia menjadi responden dipersilahkan untuk mengisi kuesioner dan pengsian dilakukan secara langsung dan tidak dibawa pulang. Peneliti meminta responden mengisi kuesioner dengan jujur karena hasil kuesioner tidak mempengaruhi apapun termasuk nilai akademik.

H. Pengelolaan Data dan Analisa Data 1. Metode Pengelolaan Data

Analisa pengelolaan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan komputer. Menurut Hidayat (2007) seluruh data yang sudah dikumpulkan dilakukan pengelolaan data dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Memeriksa data (Editing)

Editing dilakukan dengan cara mengecek kembali hasil yang sudah dicatat, jika ada kesalahan dalam melakukan pencatatan hasil maka peneliti akan meminta ketersediaan responden untuk melakukan percobaan ulang.


(41)

27 b. Mengkode data (Coding)

Coding merupakan pemberian kode angka terhadap data. Pemberian code sangat penting dalam pengelolaan data.

c. Memasukkan data (Entry)

Entry adalah kegiatan memasukkan data dalam master komputer atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau membuat tabel kontigenensi.

d. Menyusun data (Tabulating)

Pada tahap tabulating data yang telah diperoleh kemudian diberi kode, selanjutnya dimasukkan ke dalam tabel atau program-program pengelolaan yang terdapat dikomputer.

2. Analisa Data

Analisa data menggunakan SPSS. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis univariat dan bivariat.

a. Analisa Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini analisa univariat yang digunakan untuk mengetahui gangguan pola tidur dan tuntuk mengetahui HRV. b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat yaitu digunakan untuk mengetahui hubungan antara pola tidur dengan HRV dengan menggunakan program


(42)

28

SPSS., jika data terdistribusi tidak normal menggunakan uji Spearman (Dahlan, 2013).

Hipotesis yang diterima jika p value < 0,05 adalah Ha artinya ada hubungan antara pola tidur dengan HRV (Dahlan, 2013). Panduan interpretasi hasil uji hipotesis berdasarkan kekuatan korelasi, nilai p, dan arah korelasi.

No Parameter Nilai Interprestasi

1 Kekuatan Korelasi

0,0 sd <0,2 0,2 sd <0,4 0,4 sd <0,6 0,6 sd <0,8 0,8 sd <1

Sangat lemah Lemah Sedang Kuat Sangat kuat 2 Nilai p P <0,05

P >0,05

Terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang di uji

3 Arah korelasi + (positif)

_(negatif)

Searah, semakin besar nilai satu variabel semakin pula nilai variabel lainnya.

Berlawanan arah, semakin besar nilai satu variabel, semakin kecil nilai variabel lainnya sd= sampai dengan

I. Etika Penelitian

Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu melakukan uji etik di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Peneliti juga harus memperhatikan etika penelitian sebagai berikut :


(43)

29 1. Inform consent

Inform consent atau lembar persetujuan yang diberikan sebelum dilakukan penelitian untuk mendapatkan legalitas pengambilan data dari responden serta untuk menghormati hak responden sebagai manusia. Inform consent bertujuan untuk memberikan gambaran penelitian, teknis pelaksanaan hingga dampak yang mungkin akan timbul dari penelitian ini.

2. Anonimity

Peneliti harus merahasiakan nama responden yang akan diteliti dan menggantinya dengan kode nama pada pada lembar pengumpulan data atau pada hasil penelitian yang akan dipublikasikan.

3. Confidentiality

Merupakan salah satu etika keperawatan dalam menjamin kerahasiaan identitas responden dalam hasil penelitian, baik yang bersifat tekstual maupun masalah lainnya. Seluruh informasi dirahasiakan oleh peneliti dan akan menampilkan kelompok data tertentu yang dibutuhkan untuk disajikan dalam laporan hasil dan sebagainya.


(44)

30 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskipsi Wilayah Penelitian

Program studi ilmu keperawatan merupakan salah satu bagian dari fakultas kedokteran universitas muhammadiyah Yogyakarta yang terakreditasi A. program studi ilmu keperawatan dalam menjaga mutu pendidikan melakukan sistem pengajaran yang intensif. Setiap mahasiswa diwajibkan mengambil SKS setiap semester sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan prodi, dimana mahasiswa setiap angkatan memiliki jumlah SKS yang berbeda yang harus diikuti setiap semesternya. Kegiatan perkuliahan beserta praktikum diadakan dari senin sampai hari sabtu. Selain itu, setiap mata kuliah yang diikuti diwajibkan masuk 75% dan praktikum wajib diikuti 100% oleh mahasiswa.

Mahasiwa PSIK UMY memiliki latar belakang pribadi yang berbeda, dan dengan usia yang bervariasi akan dapat menyebabkan pembentukan gangguan pola tidur masing masing individu menjadi berbeda, maka gangguan pola tidur yang dimiliki mahasiswa dapat mempengaruhi heart rate variability. B. Karakteristik Responden Penelitian

Responden dalam penelitian ini berjumlah 31 dari keseluruhan mahasiswa yang berjumlah 156 orang, yang berstatus mahasiswa aktif program studi ilmu keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Responden tidak dibagi menjadi kelompok kontrol ataupun kelompok intervensi melainkan


(45)

30

responden diberikan kuesioner yang berisikan pernyataan mengenai gangguan pola tidur dan nilai HRV masing masing mahasiswa di ukur dengan alat elektrokardiogram (EKG) untuk mengetahui hubungan gangguan pola tidur dengan HRV pada mahasiswa.

C. Hasil Penelitian 1. Hasil Univariat

a. Gangguan Pola Tidur Responden semester VIII PSIK UMY

Tabel 4.1 Gangguan Pola Tidur Pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Semester VIII UMY tahun 2016 (n=31)

Sumber : Data Primer 2016

Berdasarkan tabel 4.1 Gangguan Pola Tidur responden didominasi baik sebanyak 20 orang (64.5%), sedangkan cukup sebanyak 11 orang (35.5%). Nilai rerata dan standar deviasi pada responden yang memiliki dengan kategori baik adalah 86.25 ± 6.04 dan kategori cukup 73.63 ± 2.33.

Pola Tidur Responden

Jumlah (n) Rerata ± SD Presentase (%)

Baik 20 86.25 ± 6.04 64.5 %

Cukup 11 73.63 ± 2.33 35.5 %

Kurang - -


(46)

31

b. Heart Rate Variability (HRV) Responden Mahasiswa Semester VIII Tabel 4.2 Heart Rate Variability (HRV) Pada Mahasiswa Program Studi

Ilmu Keperawatan Semester VIII UMY tahun 2016 (n=30)

Sumber: Data Primer 2016

Berdasarkan tabel 4.2 HRV responden didominasi sangat tinggi sebanyak 27 orang (87,1%), sedangkan tinggi sebanyak 4 orang (9,7%). Nilai rerata dan standar deviasi pada responden yang memiliki HRV dengan kategori sangat tinggi adalah 57.75 ± 4.57 dan kategori tinggi 48.33 ± 1.15.

2. Analisa Bivariat Hubungan Gangguan Tidur dengan Heart Rate Variability (HRV)

Tabel 4.4 Hasil Uji Statistik Hubungan Gangguan Pola Tidur pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Semester VIII UMY (n=31)

Gangguan pola Tidur HRV PValue

Sangat Tinggi Tinggi

Baik 18 2 O, 210

Cukup 9 2

Jumlah 27 4 31

Sumber: Data Primer 2016

Gangguan pola tidur yang baik dengan nilai yang memiliki HRV yang sangat tinggi adalah 18, dan gangguan pola tidur yang cukup dengan nilai HRV yang memiliki tinggi adalah 2. Dengan nilai uji korelasi antara HRV Responden Jumlah (n) Rerata ± SD Presentase (%)

Sangat Tinggi 27 57.75 ± 4.57 87.1%

Tinggi 4 48.33 ± 1.15 9.7%

Rendah - - -

Sangat Rendah - - -


(47)

32

gangguan pola tidur dengan HRV menunjukan nilai p 0,210 (p > 0,05) berarti tidak terdapat korelasi yang bermakna antara gangguan pola tidur dengan HRV.

D. Pembahasan

1. Gangguan Pola Tidur

Pola tidur adalah suatu aktivitas yang dilakukan setiap hari oleh setiap individu. Individu yang mengalami gangguan pola tidur dapat berdampak pada kesehatan salah satunya adalah kematian jantung secara mendadak. Hal ini sesuai dengan penjelasan Jackwoska (2014) yang mengatakan bahwa kualitas tidur yang buruk dapat menyebabkan kerugian kesehatan yang dapat menimbulkan penyakit jantung, dan meningkatkan resiko penyakit kematian jantung secara mendadak. Kondisi tersebut diyakini adanya ketidakseimbangan sistem saraf otonom dan pelepasan sistem saraf simpatis yang dapat mengubah indeks Heart Rate Variability (HRV). Perubahan indeks HRV ini dapat mencerminkan adanya ketidakseimbangan sistem saraf otonom yang ditandai dengan hiperaktif sistem saraf simpatis dari pada sistem saraf parasimpatis. Hal tersebut dapat dilihat dengan pengukuran HRV yang rendah pada gangguan pola tidur. Individu yang memiliki gangguan pola tidur yang buruk dikaitkan dengan penurunan saraf parasimpatis dan peningkatan saraf simpatis (Zhong dkk, 2014).

Berdasarkan hasil penelitian tabel 4.1 mayoritas responden mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan memiliki gangguan pola tidur baik


(48)

33

sebanyak 20 orang (64,5%). Gangguan pola tidur yang baik artinya sebagian responden telah melakukan gangguan pola tidur yang baik, namun tidak selalu dilakukan setiap hari. Pernyataan ini sesuai dengan Jenkins dkk (2010) yang mengatakan bahwa pola tidur yang baik bagi setiap individu 7-8 jam perhari dan tidak ada resiko kematian jantung mendadak. Kondisi tersebut juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan kamar seperti, luas kamar, suhu ruangan kamar, ventilasi dan pencahayaan kamar dan kondisi tempat tidur (Craven, 2010)

Sebagai mahasiswa Ilmu Keperawatan tentunya memiliki pengetahuan yang lebih tentang kesehatan karena mereka berada di salah satu insttitusi kesehatan yang memberikan ilmu serta mengajarkan bagaimana pola tidur yang baik. Hal ini dijelaskan Pradono & Sulistyowati (2014) mengatakan bahwa perilaku hidup sehat dengan pola tidur yang baik dapat ditentukan oleh tingkat pendidikan.

Menurut Notoatmojo (2007), pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia yang sangat dibutuhkan untuk pengembangan diri dan peningkatan kematangan intelektual seseorang. Kematangan intelektual ini berpengaruh pada wawasan dan perfikir seseorang, baik dalam tindakan yang dapat dilihat maupun cara pengambilan keputusuan. Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk aktif. Semakin tinggi pendidikan, maka akan berkualitas pengetahuannya dan semakin matang intelektualnya, oleh karena itu


(49)

34

mereka cenderung termotivasi untuk lebih memperhatikan kesehatan dirinya (Depkes, 2009)

2. Heart Rate Variability (HRV)

Heart Rate Variability (HRV) adalah fenomena fisiologis yang mencerminkan indikator yang baik dari kontrol otonom yang berkaitan dengan kesehatan jantung (Corrales dkk, 2012). Berdasarkan hasil penelitian tabel 4.2 mayoritas responden mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Semester VIII memiliki HRV dengan kategori sangat tinggi. Heart Rate Varibility (HRV) dengan kategori sangat tinggi artinya sistem saraf otonom mengatur fungsi dan kemampuan koping stres dengan sangat baik. Selain itu ada 3 responden yang memiliki kategori HRV tinggi. Heart Rate Variability dengan kategori tinggi (mid-normal) artinya sistem saraf otonom mengatur fungsi dan kemampuan koping secara normal. Heart Rate Variability (HRV) pada penelitian ini memiliki mayoritas HRV dengan kategori yang sangat tinggi karena responden dalam penelitian tergolong dalam usia dewasa awal. Menurut Yukishita (2010) menyatakan bahwa pada umumnya sistem saraf simpatis meningkat secara progresif dengan penuaan. Usia yang lebih tua dikaitkan dengan penuaan High Frequency (HF) dan peningkatan Low Frequency/High frequency (LF/HF). Hal ini menunjukan bahwa aktivitas parasimpatis menurun dan kesimbangan simpatis meningkat secara progresif dengan penuaan, dimana usia yang lebih tua adalah penurunan HF dan peningkatan LF. Jika pada usia muda memiliki HRV yang rendah menunjukan tanda-tanda penuaan


(50)

35

dini pada sistem saraf otonom. Pada penelitian ini responden termasuk dalam usia dewasa awal dengan hasil HRV pada responden tergolong tinggi, sedangkan hasil penelitian Jackwoska (2014) menyatakan bahwa rata-rata HRV rendah pada usia 33,8 tahun dengan para pekerja shif yang berkerja dimalam hari dapat mempengaruhi penyakit kardiovaskuler dan peningkatan resiko miokard infark.

3. Hubungan Gangguan Pola Tidur dengan Heart Rate Variability (HRV)

Hasil Uji statistik P 0, 210 yang artinya tidak terdapat hubungan gangguan pola tidur dengan HRV. Hal ini dikarenakan bahwa usia responden tergolong dewasa awal 20-24. Menurut Yukishita (2010) menyatakan bahwa pada umumnya sistem saraf simpatis meningkat secara progresif dengan penuaan. Usia yang lebih tua dikaitkan dengan penuaan High Frequency (HF) dan peningkatan Low Frequency/High frequency (LF/HF). Hal ini menunjukan bahwa aktivitas parasimpatis menurun dan kesimbangan simpatis meningkat secara progresif dengan penuaan, dimana usia yang lebih tua adalah penurunan HF dan peningkatan LF. Jika pada usia muda memiliki HRV yang rendah menunjukan tanda-tanda penuaan dini pada sistem saraf otonom. Pada penelitian ini responden adalah mahasiswa kesehatan yang memiliki umur rata-rata 22 tahun dengan HRV yang sangat tinggi pada responden yang belajar di bidang studi ilmu keperawatan yang memiliki pengetahuan baik dan lebih tahu cara menjaga pola tidur yang baik dibandingkan dengan mahasiswa nonkesehatan, aspek


(51)

36

ini yang menyebabkan mahasiswa nonkesehatan tidak mengetahui jenis gangguan pola tidur dan dampak bagi kehidupan sehingga tidak melakukan pencegahan secara maksimal. Sesuai dengan pernyataan Pradono dan Sulistyowati (2014) yang menjelaskan bahwa pendidikan dapat mengembangkan kapasitas kehidupan yang efektif yang pada akhirnya akan mempengaruhi kesehatan. Budaya dan tuntunan sosial yang mempengaruhi tidur yang menunjukan sebagai mahasiswa mengalami gangguan pola tidur yang baik dan HRV sangat tinggi. Mahasiswa yang memiliki gangguan pola tidur baik memiliki budaya bahwa tidur hal yang mutlak sehingga mengutamakan tidur lebih cepat daripada aktivitas lainnya seperti bekerja. Mahasiswa yang mengalami gangguan pola tidur menilai bahwa tidur dapat dilakukan setelah tuntutan sosial atau tugas selesai dikerjakan. Sebagian lainnya menilai tidur sebagai kebutuhan yang tidak memiliki aturan waktu pelaksanaan sehingga bisa tidur kapanpun yang diinginkan (Delade,dkk 2002). Hal ini juga dibuktikan pada penelitian Menurut Jackwoska (2014) menyatakan bahwa rata-rata HRV rendah pada usia 33,8 tahun dengan para pekerja shift yang berkerja dimalam hari dapat mempengaruhi penyakit kardiovaskuler dan peningkatan resiko miokard infark. Penurunan HRV telah terbukti berhubungan dengan faktor resiko untuk penyakit kardiovaskular, sehingga disfungsi otonom bisa menjadi mediator dari faktor resiko kardiovaskular dengan cardiovascular disease (CVD) (Kluttig, dkk 2010).


(52)

37 E. Kelemahan Penelitian

a. Pengukuran Heart Rate Variability (HRV) tidak cukup dilakukan satu kali pengukuran, sehingga hal ini membutuhkan tenaga untuk mengumpulkan dan menyesuaikan jadwal dengan responden serta perlu mengendalikan faktor faktor lain seperti jam makan, aktivitas yang berat, sterss, istirahat responden karena hal ini sangat mempengaruhi hasil pengukuran.

b. Pada pengukuran gangguan pola tidur responden tidak membuat catatan harian, dan pengambilan data tidak dilakukan dengan satu kali pengambilan,penelitian dilakukan selama satu bulan sehingga mungkin terjadi bias.


(53)

37 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan dari penelitian hubungan gangguan pola tidur dengan Heart Rate Variability (HRV) mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Semester VIII Universitas Muhammadiyah Yogyakarta adalah :

1. Gangguan pola tidur pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Semester VIII Universitas Muhammadiyah Yogyakarta adalah baik (64.5%) dan cukup (35.5%).

2. Heart Rate Variability (HRV) pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Yogyakarta adalah sangat tinggi (87.1%) dan tinggi (9.7%). Nilai rerata dan standar deviasi pada responden yang memiliki HRV dengan kategori sangat tinggi 57.75 ± 4.57 dan kategori tinggi 48.33 ± 1.15.

3. Tidak terdapat hubungan antara gangguan pola tidur dengan HRV pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Semeste VIII Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dengan p value 0.210 (p < 0.05) dan r = 0.236 artinya kekuatan korelasi lemah dengan arah korelasi negatif.


(54)

38 B. Saran

Berikut ini beberapa saran dapat disampaikan sesuai hasil pembahasan yaitu :

1. Bagi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Diharapakan kampus dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana prasarana untuk kegiatan mahasiswa dalam menunjang pola tidur yang sehat.

2. Bagi Mahasiswa

Mahasiswa mampu meningkatkan pola tidur yang baik agar nantinya saat menjadi perawat profesional dapat memberikan asuhan keperawatan yang optimal kepada masyarakat.

3. Bagi Peneilit Selanjutnya

Perlu dilakukan lebih lanjut untuk menyempurnakan hasil dari penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor lain yang berhubungan dengan heart rate variability (HRV). Melakukan pengukuran tingkat heart rate variability (HRV) dengan pengukuran yang lebih konsisten.


(55)

DAFTAR PUSTAKA

Alim, M., A., (2010). Buku Saku Belajar EKG Cetakan kedua. Yogyakarta: Intan Cendikia.

Al-Qur’an surah Al An-am: 60

Anne, (2010). Gaya Hidup Sehat. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Corrales, M., M., Torres, C., B., Esquive, G., A., Salazar, G., M., Orellana, N., J., (2012). Normal values of heart rate variability at rest in a young, healthy and active Mexican population. Health, Vol. 4, No. 7, May 2012: 377-385

Castro, P., C., E., Figueiredo, F., F., Lima, F., A., G., (2012). Evaluation of the Sleep Quality in Medical Students, Brazil, Universidade De Ribeirão Preto

Corrales M., M., Torres, C., B., Esquive, G., A., Salazar, G., M., Orellana, N., J, (2012). Normal values oh heart rate variability at rest in a young, healthy and active Mexican population. Health, Vol 4. No, 7. May 2012: 377-385.

Gradisar, M., Gardner, G., Dohnt, H, (2011). Recent worldwide sleep patterns and problems during adolescence: A review and meta-analysis of age, region, and sleep. Sleep Medicine, Vol 12, Juli 2012; 110-118.

Harte, B., C., & Meston, M., C., (2013). Effects of Smoking Cessation on Heart Rate Variability Among Long-Term Male Smokers. USA: Department of Psychiatry, Boston University School of Medicine

Hallman, D., (2013). Autonomic Nervous System Regulation in Chronic Neckshoulder Pain.

Haryati., (2011). Hubungan antara kualitas tidur dengan denyut jantung dilihat dari gambaran EKG pada pasien infrak miokard diruang ICVCU RSUD Moewardi Surakarta. Jurnal KesMaDaSka, Juli; 2013, 124-131.

Hoag, J., B., Stefanovska, A., Eckberg, D., L.(2014). Action of the Sympathetic and Parasympathetic Nervous System on Cardiovascular Dynamics Revealed by Blocking Drugs. Conferences of the European Study, May 2014: 197-198 Jackowska, M., Dockray, (2014). Sleep problems and Heart Rate Variability over the

Working Day. European Sleep Research Society, Vol 21, Juli 2012: 434-440 Kaplan, H.I., Sadock, B.J., Grebb, J.A., 2010. Kaplan-Sadock Sinopsis Psikiatri Ilmu


(56)

Makivic, B., Nikic, D., M., Willis, S., M., (2013). Heart Rate Variability (HRV) as a Tool for Diagnostic and Monitoring Performance In Sport and Physical Aktivities. Journal of the American Society of Exercise Physiologists, Vol. 16, No. 3. June 2013: 103- 131

Mental Health Foundation. (2011). Sleep Matters, U.S Department of Health and Human Service

National Institutes of Health, (2011). You’re Guide to Healthy Sleep. Southern Medical Association.

National Sleep Foundation, (2011). Annual Sleep in America Poll Exploring Connections with Communications Technology Use and Sleep.

Nelson, B., A., Faraguna, U., Zoltan, T., J., (2012). Sleep Patterns and Homeostatic Mechanism I Adolescent Mice. Brain Sciences, December, 2012.

Nursalam (2013). Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Pradono, J., Sulistyowati, N., (2013). Hubungan Antara Tingkat Pendidikan,

Pengetahuan Tentang Kesehatan Lingkungan, Perilaku Hidup Sehat dengan Status Kesehatan. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. Vol. 17 No. 1 Januari 2014: 89–95

Siraj, H., H., Salam, A., Roslan, Raihanah, (2014). Sleep Pattern and Academic Performance of Undergraduate Medical. Applied Pharmaceutical Science, Vol 4, December, 2014: 052-055

Yusuf, S., (2012). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Zhong, X., Hilton, H. J., Gates, G., J., (2014). Increased Sympathetic and Decreased Parasympathetic Cardiovascular Modulation in Normal Humans with Acute Sleep Deprivation. Appl. Physiol, June 2014: 2024–2032.


(57)

(58)

Yang bertanda tangan dibawah ini : Angkatan :

Usia :

Jenis Kelamin :

Dengan ini menyatakan bahwa saya telah mendapatkan penjelasan mengenai maksud dari pengumpulan data untuk penelitian tentang “HUBUNGAN ANTARA POLA TIDUR DENGAN HEART RATE VARIABILITY (HRV) PADA MAHASISWA SEMESTER VIII PSIK UMY”. Untuk itu secara sukarela saya menyatakan bersedia menjadi responden penelitian tersebut. Adapun bentuk kesediaan saya adalah bersedia diukur dan mengisi kuesioner.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dengan penuh kesadaran tanpa paksaan.

Yogyakarta, Februari 2016 Responden


(59)

Nama Responden :

Usia :

Jenis Kelamin :

Petunjuk pengisian

Bacalah pertanyaan dibawah ini dengan teliti kemudian beri tanda (X) pada salah satu jawaban yang paling tepat menurut pendapat anda.

1. Pada sebulan terakhir seberapa sering anda mengalami sulit tidur? a. Tidak pernah

b. 1-3 hari c. 4-7 hari d. 8-14 hari e. 15-21 hari f. 22-31 hari

2. Pada sebulan terakhir seberapa sering anda terbangun dimalam hari? a. Tidak pernah

b. 1-3 hari c. 4-7 hari d. 8-14 hari e. 15-21 hari f. 22-31 hari

3. Pada sebulan terakhir seberapa sering anda terjaga dimalam hari pada saat anda ingin memulai untuk tidur?

a. Tidak pernah b. 1-3 hari c. 4-7 hari d. 8-14 hari e. 15-21 hari f. 22-31 hari

4. Pada sebulan terakhir seberapa sering anda bangun tidur merasa lelah dan tidak bertenaga?

a. Tidak pernah b. 1-3 hari c. 4-7 hari d. 8-14 hari e. 15-21 hari f. 22-31 hari


(60)

(61)

Descriptives

Statistic Std. Error

gangguan_pola_tidur Mean 7.67 .702

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 6.23

Upper Bound 9.10

5% Trimmed Mean 7.59

Median 7.00

Variance 14.782

Std. Deviation 3.845

Minimum 2

Maximum 15

Range 13

Interquartile Range 6

Skewness .187 .427

Kurtosis -1.082 .833

HRV Mean 56.43 .903

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 54.59

Upper Bound 58.28

5% Trimmed Mean 56.46

Median 56.50

Variance 24.461

Std. Deviation 4.946

Minimum 47

Maximum 65

Range 18

Interquartile Range 8

Skewness -.113 .427


(62)

Gangguan_polatidur_katagorik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid baik 20 64.5 64.5 64.5

cukup 11 35.5 35.5 100.0

Total 31 100.0 100.0

3. Gambaran HRV terhadap responden

HRV_kategorik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat tinggi 27 87.1 90.0 90.0

tinggi 3 9.7 10.0 100.0

Total 30 96.8 100.0

Missing System 1 3.2

Total 31 100.0

4. Hubungan gangguan pola tidur dengan HRV Correlations

Gangguan_polati

dur_katagorik HRV_kategorik

Spearman's rho Gangguan_polatidur_katagor

ik

Correlation Coefficient 1.000 -.236

Sig. (2-tailed) . .210

N 31 30

HRV_kategorik Correlation Coefficient -.236 1.000

Sig. (2-tailed) .210 .


(63)

Total

sangat tinggi tinggi

Gangguan_polatidur_katagor ik

baik Count 17 3 20

% of Total 56.7% 10.0% 66.7%

cukup Count 10 0 10

% of Total 33.3% .0% 33.3%

Total Count 27 3 30


(64)

(65)

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan

pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh:

R. MOHAMAD FACHRUR ROZY 20120320061

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(66)

(67)

36% dewasa muda usia 18-29 tahun mengalami kesulitan untuk bangun di pagi hari dan mengeluh mengantuk ketika beraktivitas sekurangnya 2 hari dalam seminggu atau lebih. Disamping itu pada tahun 2011, juga dilakukan penelitian dan hasilnya meningkat dari 36% pada tahun 2006 menjadi 51% yang mengalami gangguan tidur pada usia 18-29 tahun.1 Gangguan tidur yang buruk dapat menyebabkan kerugian kesehatan yang dapat menimbulkan penyakit jantung dan dapat dapat meningkatkan resiko penyakit jantung dan menyebabkan kematian jantung secara mendadak.2 Kondisi ini diyakini sebagai mediasi dari ketidakseimbangan sistem saraf otonom yang biasanya ditandai dengan hiperaktif sistem saraf simpatis dari pada parasimpatis yang akan berdampak pada Heart Rate Variability (HRV)10. Heart Rate Variability (HRV) merupakan variabilitas denyut jantung yang mencerminkan keseimbangan sistem saraf otonom yang mengatur keseimbangan antara saraf simpatis dan parasimpatis.4 Heart Rate Variability yang sangat tinggi indikasi dengan fungsi jantung yang sehat,

pada sistem kardiovaskuar10. II. METODE

Jenis penelitian ini adalah Correlation yang bertujuan menunjukan hubungan antar variabel dalam penelitian ini18. Pendekatan yang digunakan adalah cross sectional. Cross sectional adalah melakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu waktu atau hanya satu kali18. Penelitian ini dilakukan di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PSIK UMY).

Populasi dalam penelitian ini adalah subjek yang telah memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditetapkan18. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa PSIK Semester VIII UMY yang berjumlah 156. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 31 orang. Tehnik pengambilan sempel dalam penelitian ini adalah purposive sampling.3 Gangguan pola tidur dalam penelitian ini diukur dengan kuesioner, sedangkan Heart Rate Variability responden diukur dengan Electrokardiogram (EKG).


(68)

mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Semester VIII UMY tahun 2016 (n=31)

Berdasarkan tabel 4.1 Gangguan Pola Tidur responden didominasi baik sebanyak 20 orang (64.5%), sedangkan cukup sebanyak 11 orang (35.5%). Nilai rerata dan standar deviasi pada responden yang memiliki dengan kategori baik adalah 86.25 ± 6.04 dan kategori cukup 73.63 ± 2.33.

2. Heart Rate Variability (HRV) responden semester VIII PSIK UMY Tabel 4.2 Heart Rate Variability (HRV) Pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Semester VIII UMY tahun 2016 (n=31)

Berdasarkan tabel 4.2 HRV responden didominasi sangat tinggi sebanyak 27 orang (87,1%), sedangkan

sangat tinggi adalah 57.75 ± 4.57 dan kategori tinggi 48.33 ± 1.15.

3. Hubungan antara Gangguan Pola Tidur dengan HRV Pada Mahasiswa Semester VIII PSIK UMY (n=31)

Nilai uji korelasi antara gangguan pola tidur dengan HRV menunjukan nilai p 0,210 (p > 0,05) berarti tidak terdapat korelasi yang bermakna antara gangguan pola tidur dengan HRV.

IV.PEMBAHASAN

1. Gangguan Pola Tidur

Pola tidur adalah suatu aktivitas yang dilakukan setiap hari oleh setiap individu. Individu yang mengalami gangguan pola tidur dapat berdampak pada kesehatan salah satunya adalah kematian jantung secara mendadak.2

Kualitas tidur yang buruk dapat menyebabkan kerugian kesehatan yang dapat menimbulkan penyakit jantung, dan meningkatkan resiko penyakit kematian jantung secara mendadak.2 Kondisi tersebut diyakini adanya ketidakseimbangan sistem saraf otonom


(69)

Perubahan indeks HRV ini dapat mencerminkan adanya ketidakseimbangan sistem saraf otonom yang ditandai dengan hiperaktif sistem saraf simpatis dari pada sistem saraf parasimpatis. Hal tersebut dapat dilihat dengan pengukuran HRV yang rendah pada gangguan pola tidur. Individu yang memiliki gangguan pola tidur yang buruk dikaitkan dengan penurunan saraf parasimpatis dan peningkatan saraf simpatis5.

2. Heart Rate Variability (HRV)

Heart Rate Variability (HRV) adalah fenomena fisiologis yang mencerminkan indikator yang baik dari kontrol otonom yang berkaitan dengan kesehatan jantung. Berdasarkan hasil penelitian tabel 4.2 mayoritas responden mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Semester VIII memiliki HRV dengan kategori sangat tinggi. Heart Rate Varibility (HRV) dengan kategori sangat tinggi artinya sistem saraf otonom mengatur fungsi dan kemampuan koping stres dengan sangat baik. Selain itu ada 3 responden yang memiliki kategori HRV tinggi. Heart Rate Variability dengan kategori tinggi (mid-normal) artinya sistem saraf otonom

mayoritas HRV dengan kategori yang sangat tinggi karena responden dalam penelitian tergolong dalam usia dewasa awal. Pada umumnya sistem saraf simpatis meningkat secara progresif dengan penuaan.6 Usia yang lebih tua dikaitkan dengan penuaan High Frequency (HF) dan peningkatan Low Frequency/High frequency (LF/HF). Hal ini menunjukan bahwa aktivitas parasimpatis menurun dan kesimbangan simpatis meningkat secara progresif dengan penuaan, dimana usia yang lebih tua adalah penurunan HF dan peningkatan LF. Jika pada usia muda memiliki HRV yang rendah menunjukan tanda-tanda penuaan dini pada sistem saraf otonom.7 Pada penelitian ini responden termasuk dalam usia dewasa awal dengan hasil HRV pada responden tergolong tinggi, rata-rata HRV rendah pada usia 33,8 tahun dengan para pekerja shif yang berkerja dimalam hari dapat mempengaruhi penyakit kardiovaskuler dan peningkatan resiko miokard infark.7 3. Hubungan Gangguan Pola Tidur


(1)

(2)

I. PENDAHULUAN

Hasil sensus 2011 melaporkan bahwa di Amerika pada tahun 2006 lebih dari 36% dewasa muda usia 18-29 tahun mengalami kesulitan untuk bangun di pagi hari dan mengeluh mengantuk ketika beraktivitas sekurangnya 2 hari dalam seminggu atau lebih. Disamping itu pada tahun 2011, juga dilakukan penelitian dan hasilnya meningkat dari 36% pada tahun 2006 menjadi 51% yang mengalami gangguan tidur pada usia 18-29 tahun.1 Gangguan tidur yang buruk dapat menyebabkan kerugian kesehatan yang dapat menimbulkan penyakit jantung dan dapat dapat meningkatkan resiko penyakit jantung dan menyebabkan kematian jantung secara mendadak.2 Kondisi ini diyakini sebagai mediasi dari ketidakseimbangan sistem saraf otonom yang biasanya ditandai dengan hiperaktif sistem saraf simpatis dari pada parasimpatis yang akan berdampak pada

Heart Rate Variability (HRV)10. Heart

Rate Variability (HRV) merupakan

variabilitas denyut jantung yang mencerminkan keseimbangan sistem saraf otonom yang mengatur keseimbangan antara saraf simpatis dan parasimpatis.4

Heart Rate Variability yang sangat tinggi indikasi dengan fungsi jantung yang sehat,

sedangkan HRV yang rendah indikasi fungsi jantung yang tidak sehat serta tingginya angka mortalitas dan morbiditas pada sistem kardiovaskuar10.

II. METODE

Jenis penelitian ini adalah

Correlation yang bertujuan menunjukan hubungan antar variabel dalam penelitian ini18. Pendekatan yang digunakan adalah

cross sectional. Cross sectional adalah melakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu waktu atau hanya satu kali18. Penelitian ini dilakukan di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PSIK UMY).

Populasi dalam penelitian ini adalah subjek yang telah memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditetapkan18. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa PSIK Semester VIII UMY yang berjumlah 156. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 31 orang. Tehnik pengambilan sempel dalam penelitian ini adalah purposive sampling.3 Gangguan pola tidur dalam penelitian ini diukur dengan kuesioner, sedangkan

Heart Rate Variability responden diukur dengan Electrokardiogram (EKG).


(3)

1. Gangguan pola tidur responden semester VIII PSIK UMY

Tabel 4.1 Gangguan Pola Tidur pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Semester VIII UMY tahun 2016 (n=31)

Berdasarkan tabel 4.1 Gangguan Pola Tidur responden didominasi baik sebanyak 20 orang (64.5%), sedangkan cukup sebanyak 11 orang (35.5%). Nilai rerata dan standar deviasi pada responden yang memiliki dengan kategori baik adalah 86.25 ± 6.04 dan kategori cukup 73.63 ± 2.33.

2. Heart Rate Variability (HRV)

responden semester VIII PSIK UMY Tabel 4.2 Heart Rate Variability

(HRV) Pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Semester VIII UMY tahun 2016 (n=31)

Berdasarkan tabel 4.2 HRV responden didominasi sangat tinggi sebanyak 27 orang (87,1%), sedangkan

tinggi sebanyak 4 orang (9,7%). Nilai rerata dan standar deviasi pada responden yang memiliki HRV dengan kategori sangat tinggi adalah 57.75 ± 4.57 dan kategori tinggi 48.33 ± 1.15.

3. Hubungan antara Gangguan Pola Tidur dengan HRV Pada Mahasiswa Semester VIII PSIK UMY (n=31)

Nilai uji korelasi antara gangguan pola tidur dengan HRV menunjukan nilai p 0,210 (p > 0,05) berarti tidak terdapat korelasi yang bermakna antara gangguan pola tidur dengan HRV.

IV. PEMBAHASAN

1. Gangguan Pola Tidur

Pola tidur adalah suatu aktivitas yang dilakukan setiap hari oleh setiap individu. Individu yang mengalami gangguan pola tidur dapat berdampak pada kesehatan salah satunya adalah kematian jantung secara mendadak.2

Kualitas tidur yang buruk dapat menyebabkan kerugian kesehatan yang dapat menimbulkan penyakit jantung, dan meningkatkan resiko penyakit kematian jantung secara mendadak.2 Kondisi tersebut diyakini adanya ketidakseimbangan sistem saraf otonom


(4)

dan pelepasan sistem saraf simpatis yang dapat mengubah indeks Heart Rate Variability (HRV).

Perubahan indeks HRV ini dapat mencerminkan adanya ketidakseimbangan sistem saraf otonom yang ditandai dengan hiperaktif sistem saraf simpatis dari pada sistem saraf parasimpatis. Hal tersebut dapat dilihat dengan pengukuran HRV yang rendah pada gangguan pola tidur. Individu yang memiliki gangguan pola tidur yang buruk dikaitkan dengan penurunan saraf parasimpatis dan peningkatan saraf simpatis5.

2. Heart Rate Variability (HRV)

Heart Rate Variability (HRV) adalah fenomena fisiologis yang mencerminkan indikator yang baik dari kontrol otonom yang berkaitan dengan kesehatan jantung. Berdasarkan hasil penelitian tabel 4.2 mayoritas responden mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Semester VIII memiliki HRV dengan kategori sangat tinggi. Heart Rate Varibility (HRV) dengan kategori sangat tinggi artinya sistem saraf otonom mengatur fungsi dan kemampuan koping stres dengan sangat baik. Selain itu ada 3 responden yang memiliki kategori HRV tinggi. Heart Rate Variability dengan kategori tinggi ( mid-normal) artinya sistem saraf otonom

mengatur fungsi dan kemampuan koping secara normal. Heart Rate Variability

(HRV) pada penelitian ini memiliki mayoritas HRV dengan kategori yang sangat tinggi karena responden dalam penelitian tergolong dalam usia dewasa awal. Pada umumnya sistem saraf simpatis meningkat secara progresif dengan penuaan.6 Usia yang lebih tua dikaitkan dengan penuaan High Frequency (HF) dan peningkatan Low Frequency/High frequency (LF/HF). Hal ini menunjukan bahwa aktivitas parasimpatis menurun dan kesimbangan simpatis meningkat secara progresif dengan penuaan, dimana usia yang lebih tua adalah penurunan HF dan peningkatan LF. Jika pada usia muda memiliki HRV yang rendah menunjukan tanda-tanda penuaan dini pada sistem saraf otonom.7 Pada penelitian ini responden termasuk dalam usia dewasa awal dengan hasil HRV pada responden tergolong tinggi, rata-rata HRV rendah pada usia 33,8 tahun dengan para pekerja shif yang berkerja dimalam hari dapat mempengaruhi penyakit kardiovaskuler dan peningkatan resiko miokard infark.7 3. Hubungan Gangguan Pola Tidur


(5)

Hal ini dikarenakan bahwa usia responden tergolong dewasa awal 20-24. Pada umumnya sistem saraf simpatis meningkat secara progresif dengan penuaan. Usia yang lebih tua dikaitkan dengan penuaan High Frequency (HF) dan peningkatan Low Frequency/High frequency (LF/HF). Hal ini menunjukan bahwa aktivitas parasimpatis menurun dan kesimbangan simpatis meningkat secara progresif dengan penuaan, dimana usia yang lebih tua adalah penurunan HF dan peningkatan LF. Jika pada usia muda memiliki HRV yang rendah menunjukan tanda-tanda penuaan dini pada sistem saraf otonom.7 Pada penelitian ini responden adalah mahasiswa kesehatan yang memiliki umur rata-rata 22 tahun dengan HRV yang sangat tinggi pada responden yang belajar di bidang studi ilmu keperawatan yang memiliki pengetahuan baik dan lebih tahu cara menjaga pola tidur yang baik.10 Pendidikan dapat mengembangkan kapasitas kehidupan yang efektif yang pada akhirnya akan mempengaruhi kesehatan.7 Rata-rata HRV rendah pada usia 33,8 tahun dengan para pekerja shift

yang berkerja dimalam hari dapat mempengaruhi penyakit kardiovaskuler dan peningkatan resiko miokard infark.2

Penurunan HRV telah terbukti berhubungan dengan faktor resiko untuk penyakit kardiovaskular, sehingga disfungsi otonom bisa menjadi mediator dari faktor resiko kardiovaskular dengan

cardiovascular disease (CVD)8 V. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian dari hasil

penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan dari penelitian hubungan gangguan pola tidur dengan

Heart Rate Variability (HRV) mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Semester VIII Universitas Muhammadiyah Yogyakarta adalah : 1. Gangguan pola tidur pada mahasiswa

Program Studi Ilmu Keperawatan Semester VIII Universitas Muhammadiyah Yogyakarta adalah baik (64.5%) dan cukup (35.5%). 2. Heart Rate Variability (HRV) pada

mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Yogyakarta adalah sangat tinggi (87.1%) dan tinggi (9.7%). Nilai rerata dan standar deviasi pada responden yang memiliki HRV dengan kategori sangat tinggi 57.75 ± 4.57 dan kategori tinggi 48.33 ± 1.15.

3. Tidak terdapat hubungan antara gangguan pola tidur dengan HRV


(6)

pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Semeste VIII Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dengan p value 0.210 (p < 0.05) dan r = 0.236 artinya kekuatan korelasi lemah dengan arah korelasi negatif.

VI. DAFTAR PUSTAKA

1. .National Sleep Foundation, (2011). Annual Sleep in America Poll Exploring Connections with Communications Technology Use and Sleep.

2. Jackowska, M., Dockray, (2014). Sleep problems and Heart Rate Variability over the Working Day.

European Sleep Research Society, Vol 21, Juli 2012: 434-440

3. Nursalam (2013). Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

4. Corrales M., M., Torres, C., B., Esquive, G., A., Salazar, G., M., Orellana, N., J, (2012). Normal values oh heart rate variability at rest in a young, healthy and active

5. Zhong, X., Hilton, H. J., Gates, G., J., (2014). Increased Sympathetic and Decreased Parasympathetic Cardiovascular Modulation in Normal Humans with Acute Sleep

Deprivation. Appl. Physiol, June 2014: 2024–2032.

6. Corrales, M., M., Torres, C., B., Esquive, G., A., Salazar, G., M., Orellana, N., J., (2012). Normal values of heart rate variability at rest in a young, healthy and active Mexican population. Health, Vol. 4, No. 7, May 2012: 377-385

7. Pradono, J., Sulistyowati, N., (2013). Hubungan Antara Tingkat Pendidikan, Pengetahuan Tentang Kesehatan Lingkungan, Perilaku Hidup Sehat dengan Status Kesehatan. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. Vol. 17 No. 1 Januari 2014: 89–95

8. Kluttig, A., Schumann, B., Swenne, A., C., (2010). Association of Health Behaviour with Heart Rate Variability: a Population-based Study.

BMC Cardiovascular Disorders 2010, 10:58.

9. Makivic, B., Nikic, D., M., Willis, S., M., (2013). Heart Rate Variability (HRV) as a Tool for Diagnostic and Monitoring Performance in Sport and Physical Activities. Journal of the

American Society of Exercise

Physiologists, Vol. 16, No. 3. June 2013: 103-131.