Strategi Penguatan Modal Sosial Kelompok Swadaya Masyarakat (Ksm) Pada Program Community Development Pt. Newmont Nusa Tenggara.

STRATEGI PENGUATAN MODAL SOSIAL KELOMPOK
SWADAYA MASYARAKAT (KSM) PADA PROGRAM
COMMUNITY DEVELOPMENT
PT. NEWMONT NUSA TENGGARA

IWAN IRAWAN MARHALIM

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Strategi Penguatan
Modal Sosial Kelompok Swadaya Masyarakat pada Program Community
Development PT. Newmont Nusa Tenggara adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Taliwang, September 2015
Iwan Irawan Marhalim

RINGKASAN
IWAN IRAWAN. Strategi Penguatan Modal Sosial Kelompok Swadaya
Masyarakat (KSM) pada Program Community Development PT. Newmont Nusa
Tenggara. Dibimbing oleh SATYAWAN SUNITO dan SOFYAN SJAF.
PT. Newmont Nusa Tenggara telah melaksanakan program Community
Social Responsibility (CSR) di Kabupaten Sumbawa Barat sebagai wujud
komitmen perusahaan untuk membangun kualitas kehidupan masyarakat yang
lebih baik. Salah satu bentuk program CSR perusahaan adalah membentuk empat
Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang di fokuskan di Desa Benete.
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk merancang strategi penguatan
modal sosial KSM pada program community development (comdev) PT NNT.
Secara khusus penelitian ini memiliki tiga tujuan spesifik: (1) mendeskripsikan
implementasi program comdev yang dilaksanakan oleh PT. NNT; (2)
mendeskripsikanimplementasi program KSM; (3) menganalisa bentuk modal
sosial KSM; dan (4) menyusun strategi penguatan modal sosial KSM pada

program comdev PT. NNT.
Hasil studi menunjukkan bahwa (1) implementasi program comdev PT.
NNT merupakan bagian dariCSR .Bentuk komitmen perusahaan dimaksudkan
untuk membangun kualitas kehidupan yang lebih baik dan mendapatkan lisensi
sosial dari masyarakat; (2) program KSM di Desa Benete telah berlangsung sejak
tahun 2009. Empat KSM yang terbentuk belum memenuhi prinsip pemberdayaan.
Proses perencanaan dilakukan oleh pendamping dan perusahaan, sumberdaya
modal financial bersumber dari perusahaan, sehingga ada ketergantungan
kelompok terhadap perusahaan; (3) realisasi program CSR secara langsung
memberikan sumbangan terhadap modal social masyarakat. Pengaruh tersebut
membentuk modal sosial yang berbeda untuk empat KSM, yaitu: KSM Dermaga
Biru memiliki modal social rendah, KSM Harmoni dan Ai Panan memiliki tren
modal sosial yang menurun dan KSM Maris Gama memiliki modal sosial yang
relatif baik; (4) strategi penguatan modal sosial diarahkan dari modal sosial yang
lemah menuju modal sosial yang tinggi. Kondisi modal sosial yang tinggi
diindikasikan dengan KSM memiliki norma dan kepercayaan yang tinggi dan
jaringan yang baik.
Penguatan modal sosial dilakukan dengan memperhatikan stok modal sosial
komunitas, mendorong KSM memenuhi prinsip-prinsip pemberdayaan, menyusun
aturan yang jelas secara partisipatif, melakukan evaluasi program secara

partisipatif, penguatan kapasitas, penegakan prosedur, advokasidan membangun
kerjasama antara KSM dan mitra lainnya.
Kata kunci: CSR, implementasi program KSM, modal sosial

SUMMARY
IWAN IRAWAN. Strategy of Strengthening Social Capital Kelompok
Swadaya Masyarakat on Community Development PT. Newmont Nusa Tenggara.
Supervised by SATYAWAN SUNITO and SOFYAN SJAF.
PT. Newmont Nusa Tenggara has implemented a program Community
Social Responsibility (CSR) in West Sumbawa regency, as the company
commitment to improving the quality of people lives better. One formis the
company CSR program, forming four Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM),
which are centeredin the Benete village.
Generally, this research aimed todevise a strategy to formulate strategies
KSM strengthening social capital incommunity development (Comdev) PTNNT.
This study has three specific objectives: (1) describes the implementation of
comdev program implemented by PT. NNT; (2) describes the program
implementation KSM; (3) analyze forms of social capital KSM; and (4) develop
strategies to strengthen social capital KSM in comdev PT. NNT.
The study shows that (1) implementation of comdev program of PT. NNT is

a part of CSR. The form of the company's commitment is intended to improve the
quality of life better, and gain a social license from the community; (2) KSM
program in the Benete village has been on going since 2009. Four KSM formed
not meet the principles of empowerment. The planning process conducted by field
assistantand the company, the financial capital resources sourced from the
company, so there is the group a dependence on the company; (3) realization of
CSR programs, directly contribute to the social capital of society. The effect, form
a distinct social capital in four KSM, that is: KSM Dermaga Biru has a low social
capital, KSM Harmoni and Ai Panan has a trend of declining social capital, KSM
Maris Gama has a good social capital; (4) strategy of strengthening social capital,
directed from a weak social capital towards the high. Conditions of high social
capital, indicated by the norm that a good, high confidence and network a lot.
Strengthening social capital carried out with due regard to community social
capital stock, encourage KSM meet the principles of empowerment, set rules in a
participatory manner, participatory evaluation program, capacity building,
enforcement procedures, advocacy dan establishing cooperation between KSM
and other partners.

Keywords: CSR, KSM program implementation, social capital


© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan
pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan
kritik, atau tinjauan suatumasalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan
kepentingan IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

STRATEGI PENGUATAN MODAL SOSIAL KELOMPOK
SWADAYA MASYARAKAT (KSM) PADA PROGRAM
COMMUNITY DEVELOPMENT
PT. NEWMONT NUSA TENGGARA

IWAN IRAWAN MARHALIM

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Profesional Pengembangan Masyarakat

pada
Program Studi Pengembangan Masyarakat

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji luar pada saat Ujian Tesis: Dr Rilus A. Kinseng, MA

Judul Thesis

Nama
NIM

Strategi Penguatan Modal Sosial Kelompok Swadaya
Masyarakat (KSM) Pada Program Community Development PT.
Newmont Nusa Tenggara
Iwan Irawan Marhalim
I354120125


Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr. Satyawan Sunito
Ketua

Dr. Sofyan Sjaf, MSi
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Pengembangan Masyarakat

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Dr Ir Lala M. Kolopaking,MS

Dr Ir Dahrul Syah MSc Agr


Tanggal Ujian :

Tanggal Lulus :

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala nikmat-Nya sehingga proposal tesis ini dapat diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2012 ini adalah
Strategi Penguatan Modal Sosial Masyarakat Melalui Program Community
Development PT. Newmont Nusa Tenggara.
Terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis ucapkan
kepada:
1. Bapak Dr. Satyawan Sunito dan Bapak Dr. Sofyan Sjaf, MSi selaku
pembimbing, serta Bapak Dr Djuara Lubis dan Dr Rilus A. Kinseng, MA
selaku penguji luar komisi.
2. Dekan Fakultas Ekologi Manusia, Ketua Program Studi Pengembangan
Masyarakat, Bapak Fredian Tonny Nasdian yang telah banyak memberi saran
dan masukan, para staf sekretariat (ibu Susi) yang telah mendukung penulis
selama mengikuti pendidikan.

3. Bapak Dr H. Amri Rahman selaku Kepala Bappeda Kabupaten Sumbawa
Barat dan Bapak Ir, Syarafuddin Jarot selaku Manajer Social Responsibility
PT. NNT.
4. Istri tercinta Yayu Mindartin dan anak-anakku tersayang (Nazhwa, Nayla dan
Rachelia) atas dukungan dan doa yang diberikan selama ini.
5. Kedua oran tua tercinta Bapak H Sudarli dan Ibu Andriani, atas doa tulus yang
tiada henti. Kedua adik Andi dan Lia atas dukungan hingga penulis dapat
menyelesaikan pendidikan.
6. Rekan-rekan mahasiswa Pasca Sarjana Ilmu Pengembangan Masyarakat atas
dukungan dan diskusi-diskusinya.
Demikian, semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Taliwang, September 2015
Iwan Irawan Marhalim

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xi


DAFTAR GAMBAR

xi

DAFTAR LAMPIRAN

xii

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Kajian
Manfaat Kajian
Ruang Lingkup Kajian

3
6
7
7
7


2 PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Kerangka Pemikiran

26

3 METODE KAJIAN
Lokasi dan Waktu Kajian
Pendekatan Kajian
Perancangan Strategi

29
29
32

4 PROFIL KOMUNITAS
Lokasi Komunitas
Kependudukan
Kepadatan Geografis dan Agraris
Pertumbuhan Penduduk
Struktur Sosial
Kelembagaan Sosial
Jejaring Sosial
Kelembagaan Ekonomi
Aksessibilitas Terhadap Kebijakan dan Sumberdaya
Tokoh Bisnis
Jaringan Bisnis
Pola-Pola Kebudayaan
Orientasi Nilai Budaya
Pola Bersikap, Bertindak dan Sarana
Pola-Pola Adaptasi Ekologi
Mata Pencaharian Utama
Strategi Penghidupan
Masalah-Masalah Sosial
Solusi yang Pernah Dilakukan
5

EVALUASI KEBIJAKAN TANGGUNGJAWAB SOSIAL
PERUSAHAAN
Evaluasi Program
Evaluasi Kebijakan
Analisis Hasil Evaluasi Program dan Kebijakan

9

33
35
36
38
38
39
40
41
42
43
43
44
44
45
46
48
49
50
51

53
56
59

CSR PT NNT, PROFIL KSM, PEMBANGUNAN MODAL
6 SOSIAL, MODAL FINANSIAL dan BENTUK MODAL SOSIAL
KSM
CSR PT. NNT
Profil KSM di Desa Benete
Pembangunan Modal Sosial KSM
Modal Finansial
Bentuk Modal Sosial KSM

61
62
69
73
75

STRATEGI PENGUATAN MODAL SOSIAL PROGRAM KSM
7 PADA COMDEV PT. NNT (PROGRAM AKSI)
8 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

87
88
95

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Jenis dan teknik pengumpulan data
Rincian data
Penduduk Desa Benete berdasarkan umur dan jenis kelamin.
Luas wilayah, kepadatan penduduk per km2 dan jumlah penduduk di
Kecamatan Maluk tahun 2011
Lembaga ekonomi yang ada di Desa Benete tahun 2012
Profil empat KSM di Desa Benete
Input modal finansial untuk 4 KSM dalam tahun
Kinerja program simpan pinjam KSM
Bentuk modal sosial KSM

30
31
36
37
42
63
73
74
76

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Aksi pengembangan masyarakat
Kerangka pemikiran penelitian
Peta administrasi Kecamatan Maluk
Grafik penduduk Desa Benete berdasarkan jenis kelamin dan jumlah
kepala keluarga (KK) per dusun
Grafik luas lahan menurut penggunaan lahan di Desa Benete tahun
2011
Grafik pertumbuhan penduduk Desa Benete tahun 2006 – 2012
Grafik pekerjaan utama kepala keluarga di Desa Benete tahun 2012.
Proses program pengelolaan dana KSM
Kondisi modal sosial (norma dan kepercayaan) KSM
Kondisi modal sosial (norma dan jejaring) KSM
Strategi modal sosial

11
27
34
35
37
38
49
66
77
78
79

DAFTAR LAMPIRAN
1. Log Frame Program
2. Riwayat Hidup

95
97

1 PENDAHULUAN
Gagasan Corporate Social Responsibility (CSR) bukanlah hal baru bagi
masyarakat Indonesia. CSR perusahaan dipahami seperti kontrak sosial (social
contract) antara komunitas dan perusahaan. Sebagai tuan rumah, warga komunitas
mengharapkan perusahaan, yang telah mengambil sumberdaya yang mereka
miliki, menunjukkan tanggung jawab terhadap dampak operasinya. CSR menjadi
menarik, karena saat ini telah mewajibkan perusahaan turut serta dalam
pembangunan sosial, padahal sebelumnya hanya taraf partisipasi sukarela
perusahaan. Kepentingan komunitas kini diakomodasi oleh Undang-Undang No.
40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Undang-Undang No. 25 Tahun
2007 tentang Penanaman Modal, sehingga memiliki daya tawar yang tidak bisa
diremehkan. Pemerintah Daerah Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) pun telah
memperkuat kewajiban tanggung jawab sektor swasta yang berkaitan dengan
dampak sosial dan lingkungan melalui pengesahan Perda No 34 Tahun 2011
tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
Menurut The World Business Council for Sustainable Development, CSR
merupakan komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi
berkelanjutan, bekerja dengan dengan para karyawan perusahaan, keluarga
karyawan, berikut komunitas-komunitas setempat (lokal), masyarakat secara
keseluruhan, dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan (Rahmatullah dan
Kurniati 2011). Konsep CSR melibatkan tanggung jawab kemitraan bersama
antara pemerintah, lembaga sumber daya masyarakat, serta komunitas setempat
menurut Cowen et al seperti yang dikutip Yintayani (2011).
Difinisi CSR yang diajukan dalam draft ketiga ISO 26000 seperti yang
dikutip dalam Sarosa dan Amri, (2008), menyebutkan:
“responsibility of an organization for the impacts of its decisions
and activities on society and the environtment thriught transparet and
ethical behaviour that is consistent with sustainable development and
welfare of society; takes into account the expectation of stake holder;
is ini complience with applicable law and consistent international
norms of behaviour; and is integrated throughout the organization”
Draft ketiga ISO 26000 tersebut, penekanan CSR tidak hanya sekedar pada
tanggung jawab perusahaan saja, tetapi sudah mengarah kepada pembangunan
yang berkelanjutan. Di bagian lain, Branco and Rodigues (2006) menemukan
bahwa CSR mencakup banyak aspek, seperti manajemen sumber daya manusia,
kondisi kerja yang sehat dan aman, dan membangun hubungan dengan masyarakat
lokal, pemasok, dan konsumen.
Berdasarkan pengertian-pengertian CSR di atas tampak belum adanya
keseragaman ataupun persamaan pandangan mengenai CSR. Undang-Undang
Penanaman Modal dan Perda Kabupaten Sumbawa Barat lebih menekankan CSR
sebagai upaya perusahaan untuk menciptakan harmonisasi dengan lingkungan
tempat perusahan beroperasi. Sementara Undang-Undang Perusahaan Terbatas
justru mencoba memisahkan antara tanggung jawab sosial dengan tanggung jawab
lingkungan. Undang-Undang Perusahaan Terbatas bertolak dari konsep tanggung
jawab perusahaan pada aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Selain itu, Milton
Friedman seperti yang dikutip Classon and Dahlström (2006), menyatakan bahwa

2
“that companies’ sole purpose is to maximize profit for their
stockholders. Furthermore, he claims that CSR is a waste of the
stockholders’ money”.
Friedman mengklaim bahwa satu-satunya tujuan perusahaan adalah untuk
memaksimalkan keuntungan bagi pemegang saham. CSR dinilainya sebagai
kegiatan yang membuang-buang uang pemegang saham. Namun demikian
ketiganya mempunyai tujuan yang sama, yaitu mengarahkan CSR sebagai sebuah
komitmen perusahaan terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan dalam
upaya meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan.
Pengembangan masyarakat memiliki focus terhadap upaya menolong
anggota masyarakat yang memiliki kesamaan minat untuk bekerjasama,
mengidentifikasi kebutuhan bersama dan kemudian melakukan kegiatan bersama
untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Pengembangan masyarakat seringkali
diimplementasikan dalam bentuk, (a) proyek-proyek pembangunan yang
memungkinkan anggota masyarakat memperoleh dukungan dalam memenuhi
kebutuhannya atau melalui, (b) kampanye dan aksi sosial yang memungkinkan
kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dipenuhi oleh pihak-pihak lain yang
bertanggungjawab (Payne 1995)
Menurut Twelvetrees (1991), pengembangan masyarakat adalah “the
process of assisting ordinary people to improve their own communities by under
taking collective actions.”Secara khusus pengembangan masyarakat berkenaan
dengan upaya pemenuhan kebutuhan orang-orang yang tidak beruntung atau
tertindas, baik yang disebabkan oleh kemiskinan maupun oleh diskriminasi
berdasarkan kelas sosial, suku, jender, jenis kelamin, usia, dan kecacatan atau
bekas para pengguna pelayanan kesehatan mental.
Pelaksanaan pengembangan masyarakat dapat dilakukan melalui penetapan
sebuah program atau proyek pembangunan. Program merupakan usaha bersama
dan terencana untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat yang
pendekatannya dapat dilakukan melalui wilayah geografi yang sama dan
kesamaan kepentingan berdasarkan kebudayaan dan identitas. Berdasarkan hal
tersebut, pelibatan masyarakat dari setiap proses dari perencanaan, pelaksanaan,
pemanfaatan dan juga evaluasi sangat penting. Program yang mungkin dilakukan
adalah dengan adanya pembangunan organisasi swadaya dalam suatu kelompok
masyarakat. Organisasi yang berciri swadaya dan sosial ini dibangun dan
dibubarkan atas dasar kesepakatan warga daerah setempat, organisasi tersebut
sering disebut kelompok swadaya masyarakat (KSM).
Sesuai dengan namanya dan prinsip pemberdayaan, kelompok masyarakat
yang paling baik adalah kelompok yang memang lahir dari kebutuhan dan
kesadaran masyarakat sendiri, dikelola dan dikembangkan dengan menggunakan
terutama sumber daya yang ada di masyarakat tersebut. Kelompok Swadaya
Masyarakat (KSM) adalah kumpulan orang yang menyatukan diri secara sukarela
dalam kelompok dikarenakan adanya ikatan pemersatu, yaitu adanya Visi ,
kepentingan dan kebutuhan yang sama, sehingga kelompok tersebut memiliki
kesamaan tujuan yang ingin dicapai bersama (PNPM Mandiri-Perkotaan 2012).
Program-program CSR yang dilaksanakan seringkali kurang menyentuh akar
permasalahan komunitas yang sesungguhnya. Perusahan masih mengangap bahwa

3
perusahaan yang paling memahami kebutuhan komunitas, sehingga komunitas selalu
memerlukan bantuan perusahaan.
Pengembangan masyarakat (community development) sebagai salah satu
model pendekatan pembangunan (bottoming up approach) merupakan upaya
melibatkan peran aktif masyarakat beserta sumberdaya lokal yang ada.
Selanjutnya pengembangan masyarakat hendaknya memperhatikan bahwa
masyarakat punya tradisi, dan punya adat-istiadat, yang kemungkinan sebagai
potensi yang dapat dikembangkan sebagai modal sosial.
Modal sosial sangat dibutuhkan dalam pembangunan, baik itu pembangunan
manusia dan sosial, pembangunan ekonomi dan pembangunan politik. Putnam dalam
Hasbullah (2006) menyatakan bahwa bangsa yang memiliki modal sosial tinggi
cenderung lebih efisien dan efektif dalam menjalankan berbagai kebijakan untuk
mensejahterakan dan memajukan kehidupan rakyatnya. Modal sosial dapat
meningkatkan kesadaran individu tentang banyaknya peluang yang dapat
dikembangkan untuk kepentingan masyarakat. Dalam konteks pembangunan
manusia, modal sosial mempunyai pengaruh yang besar sebab beberapa dimensi
pembangunan manusia sangat dipengaruhi oleh modal sosial antara lain,
kemampuan untuk menyelesaikan kompleksitas berbagai permasalahan bersama,
mendorong perubahan yang cepat di dalam masyarakat menumbuhkan kesadaran
kolektif untuk memperbaiki kualitas hidup dan mencari peluang yang dapat
dimanfaatkan untuk kesejahteraan. Hal ini terbangun oleh adanya rasa saling
mempercayai, kohesifitas, tindakan proaktif, dan hubungan internal-ekstemal
dalam membangun jaringan sosial didukung oleh semangat kebajikan untuk saling
menguntungkan sebagai refleksi kekuatan masyarakat. Situasi ini akan
memperbesar kemungkinan percepatan perkembangan individu dan kelompok
dalam masyarakat tersebut. Bagaimanapun juga kualitas individu akan mendorong
peningkatan kualitas hidup masyarakat itu berarti pembangunan manusia paralel
dengan pembangunan sosial.
Masyarakat yang memiliki modal sosial tinggi akan membuka
kemungkinan menyelesaikan kompleksitas persoalan dengan lebih mudah.
Dengan saling percaya toleransi, dan kerjasama mereka dapat membangun
jaringan baik di dalam kelompok masyarakatnya maupun dengan kelompok
masyarakat lainnya. Pada masyarakat tradisional, diketahui memiliki asosiasiasosiasi informal yang umumnya kuat dan memiliki nilai-nilai, norma, dan etika
kolektif sebagai sebuah komunitas yang saling berhubungan. Hal ini merupakan
modal sosial yang dapat mendorong munculnya organisasi-organisasi modern
dengan prinsip keterbukaan, dan jaringan-jaringan informal dalam masyarakat
yang secara mandiri dapat mengembangkan pengetahuan dan wawasan dengan
tujuan peningkatan kesejahteraan dan.kualitas hidup bersama dalam kerangka
pembangunan masyarakat

Latar Belakang
Pembangunan disuatu daerah bukan hanya menjadi tangungjawab
pemerintah daerah semata, tetapi juga sektor swasta berperan untuk mewujudkan
kesejahteraan sosial dan pengelolaan kualitas hidup masyarakat. Keberadaan PT.
NNT di Kabupaten Sumbawa Barat sebagai salah satu perusahaan tambang

4
terbesar di dunia mau tidak mau telah mempengaruhi berbagai aspek kehidupan
masyarakat setempat.
Awal Tahun 2000 sejak dimulainya masa produksi, PT. NNT telah
melaksanakan upaya pengembangan masyarakat di Kabupaten Sumbawa Barat
melalui program community development (comdev). Lima Pilar yang menjadi
fokus dalam pelaksanaan comdev PT. NNT diantaranya dalam bidang pendidikan;
kesehatan; pertanian dan pariwisata; sosial budaya dan agama serta infrastruktur.
Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, PT. NNT tidak hanya melakukan
pendekatan teknis tetapi juga pendekatan sosial budaya (socio-cultural) yang
dapat merangsang perubahan sikap, perilaku dan pola kerja.
Pada tahun-tahun awal, program pemberdayaan perusahaan bersifat charity,
namun kini berubah menjadi pola partisipatif. Mendasarkan pada kondisi,
kebutuhan dan kemungkinan perubahan ke depan, visi pengembangan masyarakat
PT. Newmont adalah “Masyarakat yang Sehat, Cerdas, Mandiri, Sejahtera, dan
Religius” (Comdev 2009). Sesuai dengan visi yang telah ditetapkan, untuk
medukung tercapainya visi telah dirumuskan misi sebagai berikut:
1. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang sehat;
2. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang cerdas dan produktif;
3. Mendorong dan memfasilitasi terciptanya peluang usaha dan kegiatan
ekonomi masyarakat;
4. Mengembangkan potensi sumberdaya alam secara optimal, berdaya
saing dan berkelanjutan; dan
5. Menumbuhkembangkan nilai-nilai budaya dan agama dalam
mewujudkan harmonisasi bermasyarakat yang madani.
Dalam konteks global, manajemen PT NNT menyadari bahwa keberhasilan
tambang ditentukan juga oleh penerimaan masyarakat setempat akan operasi
perusahaan. Manajemen PT NNT memahami pentingnya partisipasi komunitas
dalam menunjang keberhasilan kemitraan perusahaan dan komunitas. Dengan
demikian tidak hanya lapangan pekerjaan yang mempengaruhi struktur komunitas
desa di sekitar tambang, tetapi juga dana CSR yang berjumlah miliaran rupiah per
tahun.
Program CSR diarahkan dalam dua bentuk program yaitu infrastruktur dan
capacity building. Program infrastruktur, lebih banyak untuk membantu
masyarakat dalam mendapatkan akses pendidikan, kesehatan dan pertanian.
Infrastruktur yang dibangun diantaranya sekolah, puskesmas, bendungan dan lainlain. Sedangkan capacity building, diarahkan untuk memperkuat komunitas
dengan program pendidikan dan pelatihan, membentuk organisasi atau
kelembagaan komunitas, memfasilitasi kelompok dengan pemerintah dan mitra
bisnis.
Bentuk program capacity building diantaranya program pendidikan dan
pelatihan pertanian terpadu dengan fokus pengembangan budidaya padi sistem
SRI (System rice intensification) dengan sasaran petani di 16 desa. Program ini
sempat berjalan empat tahun sejak tahun 2010, namun setelah pendampingan
tidak dilakukan, tidak ada lagi petani yang melakukan pola sistem SRI, petani
kembali ke pola lama, padahal hasil panen dengan sistem SRI tiga kali lipat dari
hasil sistem pola lama.
Program lainnya, memfasilitasi pembentukan badan usaha milik desa
(BUMDes). Program BUMDes difokuskan di dua desa yaitu Desa Benete dan

5
Desa Maluk, dengan usaha pengelolaan sampah dan air bersih. Sampai dengan
saat ini, kelembagaan BUMDes masih ada, namun usaha yang dilakukan tidak
bisa berkembang, padahal fasilitas telah disediakan oleh perusahaan seperti truk
sampah dengan biaya operasionalnya, TPA (tempat pembuangan akhir), dan
sambungan air bersih yang operasionalnya juga disubsidi perusahaan. Namun
BUMDes tidak bisa berkembang karena kelembagaan dan kepercayaan
masyarakat rendah terhadap pengurus. Kelembagaan BUMDes dikelola oleh
sumberdaya yang terbatas dan standar operasional yang mengatur peran pengurus
belum ada. Disisi lain, kepercayaan masyarakat rendah karena ada dugaan
pengurus kurang transparan, hal ini dibuktikan dengan tidak seluruh pelanggan
membayar restribusi.
Pengelolaan sampah plastik juga menjadi program CSR perusahaan melalui
Koperasi Lang Lebo. Program sempat berjalan selama dua tahun, namun setelah
perusahaan tidak mendukung operasional koperasi, program pengelolaan sampah
plastik tidak berjalan. Kelembagaan koperasi tidak menjadi fokus untuk dibangun,
sehingga ketergantungan koperasi pada perusahaan sangat tinggi.
Alokasi dana CSR bidang pertanian, diarahkan ke beberapa kelompok
masyarakat yang berkaitan dengan pertanian, seperti Kelompok P3A, Kelompok
Swadaya Masyarakat (KSM). Perusahaan mengharapkan program KSM pada
akhirnya dapat mengarah ke positif, namun pada faktanya justru menimbulkan
konflik pada komunitas penerima manfaat. Perselisihan aparatur desa dengan
masyarakat, perselisihan anggota KSM penerima program dengan pengurus, telah
menyebabkan terjadinya krisis kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan
desa dan pengurus KSM. Konsekuensi lebih lanjut ialah KSM tidak memiliki
dana yang terkelola sehingga pada akhirnya kelompok tidak berkembang.
Kerekatan dan keikutsertaan sosial mengurangi resiko konflik antar individu
maupun antar kelompok, dan mempromosikan akses yang adil terhadap hasil-hasil
pembangunan dengan cara meningkatkan partisipasi orang-orang yang
terpinggirkan atau minoritas. Kerekatan sosial mewujudkan diri dalam individuindividu yang bersedia dan mampu bekerjasama untuk menyelesaikan masalah
bersama, memenuhi kebutuhan bersama, dengan cara yang beradab, tidak
konfrontatif, dan dengan menghargai berbagai perbedaan kepentingan yang ada.
keikutsertaan sosial mempromosikan akses yang adil terhadap berbagai
kesempatan, dan menghilangkan hambatan-hambatan formal dan informal untuk
berpartisipasi. Robert Putnam dalam Sarosa dan Amri (2008), menjabarkan
sedikitnya tiga alasan mengapa modal sosial merupakan hal penting bagi
kemajuan masyarakat: Pertama, modal sosial memungkinkan masyarakat untuk
menyelesaikan masalah-masalah bersamanya secara lebih mudah. Seringkali
masyarakat akan lebih baik kalau mereka bekerja sama, masing-masing
melaksanakan peran sebagaimana diharapkan.
Tokoh masyarakat Desa Benete, mengungkapkan bahwa gotong royong dan
tolong menolong sebagai suatu pranata lokal yang telah mengalami transformasi
sehingga praktik dan sifat gotong royong tidak lagi sebagaimana kondisi pada
masa sebelum adanya tambang. Sebagai komunitas yang memiliki karakter
agraris, pada masa lalu (sebelum tambang) tatanan sosial budaya yang
berkembang adalah gotong royong dan tolong menolong. Kegiatan gotong royong
tersebut berlangsung untuk berbagai aspek kehidupan, seperti: bercocok tanam
(basiru), membangun rumah (basenata), melaksanakan upacara adat dan ritual

6
(perkawinan, sunatan, dan upacara selamatan lainnya), membersihkan kampung,
membangun fasilitas umum (masyarakat) dan sebagainya. Aktivitas gotong
royong dan tolong-menolong saat ini telah mengalami perubahan yang sangat
besar. Saat ini bentuk gotong royong dalam arti sumbangan tenaga secara sukarela
banyak diganti dengan bantuan berupa materi atau uang. Sebagian besar penduduk
bekerjadi PT NNT dan perusahaan lainnya menyebabkan sebagian besar
waktudigunakan untuk bekerja sehingga tidak banyak waktu untuk kegiatan yang
kurang produktif.
Perubahan perilaku masyarakat sebagai gambaran realitas yang terjadi
akibat program CSR PT. NNT masih perlu dianalisis lebih lanjut untuk
mengetahui perubahan perilaku yang terjadi di masyarakat. Menurut Putnam
dalam Lawang (2005) “kapital sosial menunjuk pada bagian-bagian dari
organisasi sosial seperti kepercayaan, norma dan jaringan, yang dapat
meningkatkan efisiensi masyarakat dengan memfasilitasi tindakan-tindakan yang
terkoordinasi. Oleh karena itu pertanyannya: bagaimana strategi penguatan
modal sosial kelompok swadaya masyarakat pada program comdev PT NNT
Perumusan Masalah

The world Business Counsil for Sustainable Development mendifinisikan
CSR sebagai sebuah komitemen bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan
ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan karyawan perusahaan, keluarga karyawan
tersebut, berikut komunitas setempat (lokal) dan masyarakat secara keseluruhan
dalam rangka meningkatkan kualitas hidup. CSR sendiri telah dilakukan oleh
perusahaan PT NNT sejak mulai tahun 1997 hingga saat ini dengan berbagai bentuk
program. Oleh karena itu, untuk mengetahui dan menganalisis pertanyaan utama
yang telah diuraikan di atas, maka dapat ditarik beberapa pertanyaan spesifik
dalam penelitian ini. Pertama, bagaimana implementasi program comdev yang
dilaksanakan oleh PT NNT ? Implementasi dari program comdev perusahaan
dilakukan dalam dua bentuk yaitu infrastruktur dan capacity building. Dari
berbagai program capacity building yang dilaksanakan perusahaan, KSM
merupakan salahsatu dari program yang dilaksanakan di Desa Benete. KSM
digambarkan sebagai program yang sangat penting untuk mensejahterakan
masyarakat. Untuk itu, berdasarkan uraian diatas, maka pertanyaan spesifik kedua
yaitu bagaimana implementasi program KSM dilaksanakan?
Pelaksanaan program CSR perusahaan secara tidak langsung mempengaruhi
modal sosial secara keseluruhan yang dimiliki masyarakat. Berbeda halnya dengan
modal finansial yang dapat dihitung nilai kuantitatifnya, maka modal sosial tidak
dapat dihitung secara pasti. Dapat dikatakan, bahwa pengeluaran biaya perusahaan
untuk program KSM merupakan investasi perusahaan untuk memupuk modal sosial
sehingga pada akhirnya program dapat berkelanjutan. Oleh karena itu, maka
pertanyaan spesifik ketiga adalah Bagaimana bentuk modal sosial KSM di Desa
Benete ?

7
Tujuan Kajian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, tujuan
utama kajian ini adalah untuk merumuskan strategi penguatan modal sosial KSM
pada program community development PT NNT. Adapun tujuan penelitian secara
lebih rinci dirumuskan sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan implementasi program comdev yang dilaksanakan oleh
PT. NNT.
2. Mendeskrisikan implementasi program KSM.
3. Menganalisis bentuk modal sosial KSM.
4. Menyusun strategi penguatan modal sosial KSM pada program comdev
PT. NNT.
Manfaat Kajian
Secara umum hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
terhadap upaya pemberdayaan masyarakat secara umum. Secara khusus studi ini
diharapkan dapat memberikan sumbangsih referensi bagi PT. Newmont Nusa
Tenggara dalam merumuskan kebijakan dan mengimplementasikan program CSR,
sehingga lebih memperkuat modal sosial masyarakat.

Ruang Lingkup Kajian
Sesuai dengan tujuan penelitian maka ruang lingkup dari penelitian ini
difokuskan pada desain pengembangan program CSR PT NNT dalam
meningkatkan modal sosial komunitas di Desa Benete khususnya masyarakat
penerima manfaat program KSM. Adapun sesuai dengan tujuan spesifik dari
kajian adalah bentuk program KSM dan pengaruh program terhadap modal sosial
kelompok masyarakat.

8

2 PENDEKATAN TEORITIS
Bagian ini akan dibahas tentang tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran.
Tinjauan pustaka menjelaskan beberapa hal yaitu, Corporate Social Responsibility
(CSR), Implementasi CSR di Indonesia, manfaat CSR bagi perusahaan, modal
sosial dan manfaat modal sosial. Kerangka pemikiran konseptual akan dibahas
tentang kerangka yang akan menjadi alur fikir. Dari kerangka pemikiran
konseptual akan dihasilkan suatu bagan alir dari penelitian.
Tinjauan Pustaka
Corporate Social Responsibility (CSR)
Revolusi industri pada dekade 19-an, telah mengakibatkan adanya ledakan
industri. Di era itu, korporat memandang dirinya sebagai organisasi yang
bertujuan mengeruk keuntungan semata. Kontribusinya terhadap komunitas hanya
berupa penyediaan lapangan kerja dan mekanisme pajak yang dipungur
pemerintah. Padahal komunitas membutuhkan lebih dari itu. Kegiatan ekonomi
yang dilakukan korporat telah membawa kerusakan pada lingkungan, yang
acapkali biaya pemulihannya dibebankan pada komunitas/pemerintah. Seiring
perkembangan teori manajemen, periode 1970-an korporat pun mulai menyadari
pentingnya peran lingkungan internal dan eksternal terhadap keberadaannya.
Komunitas tidak lagi dianggap sebagai konsumen semata, melainkan juga sebagai
mitra (partnership). Maka lahirlah istilah CSR atau tanggung jawab sosial
perusahaan (Rahman 2009)
Konsep CSR sendiri sebenarnya bukanlah baru sama sekali. Ketentuan
mengenai kegiatan CSR di Indonesia diatur dalam Undang-Undang No. 25 Tahun
2007 tentang Penanaman Modal (UUPM) dan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas (UUPT) yang menyatakan bahwa setiap perseroan atau
penanam modal berkewajiban untuk melaksanakan tanggung jawab sosial
perusahaan. Ketentuan ini dimaksudkan untuk mendukung terjalinnya hubungan
perusahaan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan
budaya masyarakat setempat. Pengaturan CSR juga bertujuan untuk mewujudkan
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan
dan lingkungannya. Dengan demikian CSR merupakan suatu kewajiban yang harus
dilaksanakan oleh perusahaan, bukan kegiatan yang bersifat sukarela menurut
Wahyudi dan Azheri, seperti yang dikutip Yintayani (2011).
Sebenarnya definisi CSR sangatlah beragam, bergantung pada visi dan misi
korporat yang disesuaikan dengan needs, desire, wants, dan interest komunitas.
Beberapa definisi CSR seperti yang dikemukakan oleh Rahman (2009)
diantaranya, Chambers mendifinisikan melakukan tindakan sosial (termasuk
kepedulian terhadap lingkungan hidup, lebih dari batas-batas yang dituntut
peraturan undang-undang. Trinidad and Tobacco Bureau of Standards
mendifinisikan Komitmen usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi secara
legal, dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi bersamaan dengan
peningkatan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal, dan
masyarakat yang lebih luas. The world Business Counsil for Sustainable
Development mendifinisikan komitemen bisnis untuk berkontribusi dalam

10
pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan karyawan perusahaan,
keluarga karyawan tersebut, berikut komunitas setempat (lokal) dan masyarakat
secara keseluruhan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup.
Menurut John Elkington seperti dikutip Tonny (2013), dari sudut
perusahaan, CSR merupakan proses internalisasi faktor-faktor eksternal (the
internalization of externalities) yang merujuk kepada tripel bottom line (3P),
yakni People, Planet, dan Profit. Perusahaan yang baik tidak hanya memburu
keuntungan ekonomi belaka (profit) melainkan pula memiliki kepedulian terhadap
kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat (people).
Konteks pembangunan CSR tidak hanya berorientasi pada produksi, tetapi
seperti telah dinyatakan diatas bahwa CSR harus berorientasi pada pemberdayaan
masyarakat dalam meningkatkan taraf hidup warga komunitas. Oleh karena itu,
tanggung jawab sosial perusahaan perlu dikonstruksikan dalam suatu kerangka
pergeseran paradigma dari “production center development” ke “people center
development”. Dengan demikian aksi CSR dicirikan dengan implementasi
prisnsip-prinsip desentralisasi, partisipasi, pemberdayaan, pelestarian, jejaring,
teritorial, dan ekonomi lokal.
Merujuk pada pemikiran Lubis seperti dikutip Tonny (2013), maka prosesproses pemberdayaan dalam tanggung jawab sosial perusahaan dimplementasikan
dalam aksi-aksi (Gambar 1)
1. Advokasi (advocacy): upaya untuk mengubah atau mempengaruhi perilaku
penentu kebijakan: pemerintah, perusahaan, dan stakeholders lainnya agar
berpihak pada kepentingan masyarakat pedesaan dan komunitas pertanian
melalui penyampaian pesan-pesan yang didasarkan pada argumentasi yang
bisa dipertangung jawabkan secara ilmiah, legal, dan moral. Melalui
kegiatan ini dilakukan identifikasi dan pelibatan semua stakeholders dan
sektor yang relevan dengan aksi CSR di berbagai ara untuk mendukung
program CSR Perusahaan;
2. Pengorganisasian Komunitas (Community Organizing): agar masyarakat
pedesaan dan pertanian mempunyai arena untuk mendiskusikan dan
mengambil keputusan atas masalah disekitarnya. Bila terorganisir,
masyarakat juga akan mampu menemukan sumberdaya yang dapat mereka
manfaatkan dalam CSR. Biasanya, dalam pengembangan masyarakat,
dibentuk kelompok-kelompok petani sebagai wadah refleksi dan aksi
bersama anggota komunitas pedesaan dan pertanian. Pengorganisasian ini
bisa dibentuk berjenjang: ditingkat komunitas, antar komunitas di tingkat
desa ditingkat kecamatan dan seterusnya sampai ketingkat nasional bahkan
regiaonal;
3. Pengembangan Jejaring(Networking and Alliance Building) tanggung
jawab sosial perusahaan: menjalin kerjasama dengan pihak lain agar
bersama-sama saling mendukung untuk mencapai tujuan tanggung jawab
sosial perusahaan, misalnya dengan kelembagaan keuangan, agribisnis,
dan agroindustri. Jejaring dan saling percaya merupakan salah satu unsur
penting dari modal sosial, sehingga menjadi komponen penting dalam
pengembangan tanggung jawab sosial perusahaan;
4. Pengembangan Kapasitas (Capacity-Building): meningkatkan kemampuan
warga masyarakat desa dan pertanian di segala bidang (termasuk untuk
advokasi,mengorganisir diri sendiri, dan mengembangkan jejaring) dalam

11
tanggung jawab sosial perusahaan. Pengembangan kapasitas sebagai
peningkatan atau perubahan perilaku individu, organisasi, dan sistem
masyarakat dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif
dan efisien. Peningkatan kemampuan individu mencakup perubahan dalam
pengetahuan, sikap, dan keterampilan; peningkatan kemampuan
kelembagaan meliputi perbaikan organisasi dan manajemen keuangan, dan
budaya organisasi; peningkatan kemampuan masyarakat pedesaan dan
pertanian, mencakup kemandirian, keswadayaan, dan kemampuan
mengantisipasi perubahan; dan
5. Komunikasi, informasi dan edukasi tanggung jawab sosial perusahaan:
proses pengelolaan informasi, pendidikan masyarakat, dan penyebaran
informasi untuk mendukung keempat komponen di atas dalam tanggung
jawab sosial perusahaan. Pengelolaan informasi juga menyangkut mencari
dan mendokumentasikan informasi agar informasi selalu tersedia bagi
masyarakat yang memelukannya, seperti informasi. Kegiatan edukasi
diperlukan agar kemampuan masyarakat dalam segala hal meningkat,
sehingga masyarakat mampu mengatasi masalahnya sendiri setiap saat.
Untuk mendukung proses komunikasi, berbagai media komunikasi
(modern-tradisional;massa-individu-kelompok)
perlu
dimanfaatkan
dengan kreatif.

PENGORGANISASIAN
KOMUNITAS

ADVOKASI

KOMUNIKASI,
INFORMASI, EDUKASI

PENGEMBANGAN KAPASITAS

PENGEMBANGAN JARINGAN

Gambar 1. Aksi pengembangan masyarakat
CSR Dalam Perspektif Community Depelovment (CD)
M Badri seperti yang dikutip Sumardiyono (2007), Saat ini banyak
perusahaan swasta mengembangkan apa yang disebut Corporate Social
Responsibility (CSR), dan Corporate Citizenship (CC). Berdasarkan sifatnya,
pelaksanaan program CSR dapat dibagi dua, yaitu :
1. Program Pengembangan Masyarakat (Community Development/CD);
2. Program Pengembangan Hubungan / Relasi dengan publik
(RelationsDevelopment/RD).
Sedangkan Corporate Citizenship (CC) adalah cara perusahaan bersikap
atau memperlihatkan perilaku ketika berhadapan dengan para pihak lain sebagai
salah satu cara untuk memperbaiki reputasi dan meningkatkan keunggulan
kompetitif. Corporate Citizenship juga menyangkut pada masalah pembangunan
sosial (social development) dan dilakukan pada konteks partnership dan tata

12
kelola (governance). Prinsip ini memperhatikan pembangunan masyarakat,
perlindungan dan pelestarian lingkungan untuk keberlanjutan lingkungan dan
membantu memperbaiki kualitas hidup manusia. Corporate citizenship ini
dilakukan melalui manajemen internal yang lebih baik, membantu memberikan
bantuan sumberdaya untuk pembangunan sosial dan kemitraan dengan masyarakat
bukan bisnis dan masyarakat luas.
Praktik paling terkenal dari CSR adalah Community Development (comdev),
walau keduanya tidaklah dapat disamakan. Comdev didefinisikan sebagai upaya
sistematik meningkatkan kemampuan masyarakat, terutama kelompok-kelompok
paling tidak beruntung, dalam pemenuhan kebutuhan berdasarkan potensi seluruh
sumberdaya yang dapat diaksesnya.
Alyson Warhurst seperti yang dikutip Sumardiyono (2007), berpendapat,
hubungan CSR dan masyarakat terwujud dalam empat hal utama, yaitu :
1. kontribusi pada pengembangan masyarakat (comdev);
2. pengikutsertaan (pemrioritasan) kesempatan kerja dan usaha;
3. pembiayaan sesuai kerangka legal; dan
4. tanggapan atas harapan kelompok kepentingan.
Pengkategorian Warhust memperjelas bahwa comdev merupakan salah
satu komponen sangat penting CSR
Budimanta dalam Rudito dan Famiola (2013) menyebutkan bahwa,
Community development adalah kegiatan pembangunan masyarakat yang
dilakukan secara sistematis, terencana dan diarahkan untuk memperbesar akses
masyarakat guna mencapai kondisi sosial ekonomi dan kualitas kehidupan yang
lebih baik apabila dibandingkan dengan kegiatan pembangunan sebelumnya.
Secara hakekat, Community development merupakan suatu proses adaptasi sosial
budaya yang dilakukan oleh industri, pemerintah pusat dan daerah terhadap
kehidupan komunitas lokal menurut Rudi dalam Rudito dan Fabiola (2013)
Implementasi CSR di NNT
Menurut Sarosa dan Amri (2008), Penghujung 2005 dicatat sebagai salah
satu puncak momentum CSR di Indonesia lewat kehadiran CSR Award. Terlepas
dari banyaknya kelemahan disana-sini, terutama dari sudut pandang konsep dan
praktiknya sebagai strategi publikasi tidak berlebihan jika CSR Awards disebut
sebagai momentum penting dalam meningkatkan kesadaran perusahaan akan
keharusan memasukkan CSR sebagai bagian integral strategi bisnis. Sebelumnya,
Asian institute of Management juga menggelar Asian Forum on Corporate Social
Responsibility bertema Exploring CSR Strategi for Business. Gabungan kedua
momen itu tak pelak menghasilkan peningkatan perhatian yang signifikan
terhadap isu CSR di negeri ini.
Perkembangan konsep dan praktek CSR di Indonesia tentu tak lepas dari
perubahan geopolitik ekonomi internasional. Globalisasi yang mengusung isu
demokratisasi membawa implikasi dimasukkannya agenda HAM serta penguatan
masyarakat sipil, sekaligus kesempatan penting bagi perluasan sayap bisnis.
Tetapi kesempatan ini tidak boleh dibaca sebagai peluang memperluas eksploitasi
SDA dan SDM semata. Dengan kata lain proses perluasan bisnis (khususnya yang
dilakukan perusahaan multinasional) harus diiringi kesadaran adanya kesempatan
memeratakan kesejahteraan. Komitmen ini selayaknya diterjemahkan dengan

13
menempatkan perusahaan sebagai tetangga yang baik, dengan komitmen penuh
pada upaya peningkatan kesejahteraan komunitas lokal dan pelestarian
lingkungan.
Ikhtisar eksekutif persepsi komunitas dan pemangku kepentingan lainnya
terhadap pengembangan masyarakat dalam kerangka tanggungjawab sosial PT.
Holcim Indonesia Tbk (HIL) Pabrik Narogong, disebutkan bahwa HIL
mendefinisikan CSR-nya sebagai komitmen HIL untuk bekerja sebagai mitra bagi
para pemangku kepentingannya dan memelihara hubungan yang dilandasi saling
menghargai dan saling percaya. Hal ini dituangkan dalam slogan HIL yaitu
“membangun bersama”. Sebagai mitra masyarakat desa, CSR HIL ingin berperan
sebagai motivator yang menumbuhkan inisiatif, partisipasi dan keswadayaan dari
masyarakat dan stakeholders lainnya agar berlangsung pembangunan yang
berkelanjutan. Dalam kebijakannya HIL memiliki struktur tatakelola yang
memperhatikan kepentingan para pemangku kepentingan, mengelola resiko bisnis,
menjaga nama baik dan memiliki tanggung jawab sosial perusahaan terhadap
masyarakat termasuk kesejahteraan warga sekitar dan lingkungan.
Program CSR HIL dalam Periode 2006-2010 meliputi: (1) Infrastruktur,
yang meliputi pembuatan jalan, drainase, pembangunan kantor desa, gedung
sekolah, fasilitas olahraga dan tempat ibadah; (2) Pemberdayaan Ekonomi, yakni
dana bergulir (revolving fund) untuk peternakan (ayam, kambing), pertanian,
persewaan traktor, paving block, usaha, jasa, warung, perdagangan, bengkel
motor, dan lain-lain; (3) Pendidikan, berupa beasiswa yang diberikan kepada
anak-anak yang tergolong kurang mampu dari tingkat SD, SMP dan SMA.
Program EVE yang bekerjasama dengan Politeknik Negeri Jakarta (PNJ); dan (4)
Aspek Sosial, yang terdiri dari posyandu, penyuluhan kesehatan, penyuluhan
hukum, khitanan masal, pelatihan las, pemberian paket lebaran, dana santunan
untuk anak yatim piatu, hewan kurban, dan pembinaan pemuda.
Pola pelaksanaan CSR yang dilakukan HIL diawali dengan pelaksanaan
Forum Komunikasi Masyarakat (FKM) baik di aras desa dan aras kecamatan
setiap tahunnya. Tujuan pelaksanaan Forum Komunikasi Masyarakat (FKM) ini
yaitu untuk berdialog secara langsung dengan aparat dan perwakilan warga desa
seperti kepala desa, kepala dusun, ketua RW/RT, tokoh agama, tokoh masyarakat,
pemuda dan masyarakat umum mengenai program kemitraan HIL. Kegiatan yang
dilakukan selama FKM ini diantaranya pemaparan semua program kemitraan HIL
yang telah dan sedang dilakukan pada tahun tersebut di seluruh desa mitra. Selain
itu dilakukan juga diskusi kendala yang dihadapi selama implementasi program
kemitraan pada tahun tersebut berikut rencana program kemitraan di tahun
selanjutnya.
PT. Chevron Pasifik Indonesia (CPI) dalam melaksanakan CSR-nya,
langkah pertama yang harus dilakukan oleh seorang Public Relations (PR) atau
pihak yang menjalankan fiingsi PR dalam sebuah perusahaan dalam rangka
mensosialisasikan atau mengkomunikasikan sebuah program kerja adalah
menentukan sasaran, yaitu mengidentifikasi pihak-pihak mana saja yang menjadi
target sasaran dari program CSR CPI atau yang mempunyai hubungan, serta
kepentingan dengan program tersebut.
Pihak-pihak yang menjadi sasaran dalam mengkomunikasikan dan
meiaksanakan program CSR CPI terdiri dari: masyarakat secara luas, media
(wartawan atau jumalis), Internal PT CPI (karyawan/shareholder), LSM, pihak

14
akademisi, pemerintah. Namun, tidak menutup kemungkinan masih ada lagi
sasaran lain yang mempunyai kepentingan dalam program CSR CPI ini. Karena
intinya semua khalayak tersebut memiliki peranan masing-masing dalam
menyukseskan pelaksanaan program CSR CPI. Program-program CSR CPI itu
dibuat tergantung dari adanya masukan-masukan atau ide-ide dari divisi-divisi
lain dan tidak menutup kemungkinan divisi CSR sendiri yang menyusun program
tersebut. Namun, tetap saja setelah adanya rencana program CSR apa yang akan
dilakukan, maka divisi CSR yang akan tetap mengelola pelaksanaan dari aktivitas
CSR tersebut.
Ketika proses kegiatan CSR dilaksanakan, maka yang bertanggung jawab
secara penuh adalah pihak Community Depelopment (CD), Corporate
Communication CPI. Namun, pelaksanaannya pun harus berlandaskan rencana
yang telah ditetapkan oleh divisi CSR dan disepakati bersama sebelumnya.
PT. Newmont Nusa Tenggara menyatakan dalam visi korporasi tambang
Newmont (NMC) yaitu menjadi perusahaan tambang yang paling dihargai dan
dihormati melalui pencapaian kinerja terdepan dalam industri tambang. Guna
mencapai visi tersebut, salah satu nilai utama NMC adalah mewujudkan
kepemimpinan di bidang keselamatan kerja, pengelolaan lingkungan dan
tanggungjawab sosial.
Newmont berkeyakinan bahwa melaksanakan tanggung jawab sosial
merupakan hal penting bagi bisnis, dan hal itu diwujudkan dengan membangun
hubungan berdasarkan atas kepercayaan serta nilai tambah bagi masyarakat
dimana Newmont beroperasi. Hal ini dapat dicapai dalam kepemimpinan, dan
penerapan sistem manajemen formal yang andal, yang mendukung pengambilan
keputusan secara efektif, mengelola resiko perusahaan dan mendorong
peningkatan yang berkelanjutan.
Pelaksanaan perencanaan program CSR, PT. NNT menerapkan strategi
perencanaan secara partisipatif. Beberapa metode yang digunakan diantaranya
Participatory Rural Appraisal (PRA), Participatory Wealth Ranking (PWR),
Future Search Dialog (FSD) dan Ziel-Orientierte Projekt Planung (ZOPP). Untuk
implementasi program CSR, pelaksanaan program melalui kemitraan dengan
pemerintah daerah, lembaga swadaya masyarakat, konsultan dan kontraktor lokal,
perguruan tinggi dan kelompok masyarakat.
Untuk monitoring evaluasi program CSR, PT. NNT menggunakan dua
pendekatan, yaitu:
1. Secara Internal dengan melakukanPemantauan dan Evaluasi secara
Partisipatif
2. Secara Eksternal dengan melibatkan lembaga mitra seperti, LP3ES,
Dampak Sosial Ekonomi dan Perikanan oleh PPLH, P3L (Universitas
Mataram) dan LPEM-FEUI, Implementasi Program oleh Gemilang dan
Transform NTB, INDEF Jakarta, Mitra Samya Mataram, Five Star Team,
ISO14001
Terdapat lima bidang pokok yang menjadi program utama PT. NNT, yaitu:
(1) Kesehatan; (2) Pendidikan: (3) Usaha Ekonomi Masyarakat; (4) Pertanian dan
Pariwisata; dan (5) Sosial budaya dan keagamaan.

15
Beberapa kegiatan CSR bidang pertanian di Desa Benete, diantaranya:
peningkatan produktivitas hasil panen lahan pertanian, peningkatkan akses
permodalan kegiatan usaha produktif bagi perempuan petani, pembangunan
infrastruktur (embung) dan penguatan kapasitas kelompok
Manfaat CSR
Menurut Sarosa dan Amri (2008), Aktivitas CSR masih relatif baru di
Indonesia, saat ini masih sulit menemukan bukti kongkrit manfaat aktivitas CSR
tersebut dalam jangka panjang. Selain itu masih sedikit alat-alat evaluasi yang
dapat digunakan untuk menilai dampak dari aktivitas CSR. Meskipun demikian,
berikut ini akan ditampilkan hal-hal yang diperkirakan menjadi manfaat CSR
dalam hal penguatan modal sosial dan kerekatan sosial, baik dalam jangka
pendek, menegah dan panjang bagi perusahaan.
Dalam jangka pendek, aktivitas yang bertujuan memperkuat kerekatan
sosial memberi manfaat (output) bagi perusahaan dalam beberapa bentuk.
Manfaat yang pertama tentunya adalah citra positif bagi perusahaan yang peduli
dan bertanggungjawab terhadap kondisi masyarakat yang ada disekitarnya.
Dengan masyarakat dan investor