Preferensi Politik Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur

PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN
DI DESA SUMBEREJO, LUMAJANG, JAWA TIMUR

PUTRI NADIYATUL FIRDAUSI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Preferensi Politik
Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014

Putri Nadiyatul Firdausi
NIM I34100017

ABSTRAK
PUTRI NADIYATUL FIRDAUSI. Preferensi Politik Anggota Kelembagaan di
Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur. Dibimbing oleh SOFYAN SJAF.
Keberadaan kelembagaan khususnya dalam masyarakat pedesaan,
memberikan pengaruh (baik pengaruh struktural maupun konstruktif) yang
penting terkait dengan preferensi politiknya saat pemilihan Kepala Desa.
Besarnya pengaruh kelembagaan, baik secara struktural maupun kosntruktif
dihubungkan dengan tipe perilaku pemilih anggota (sosiologis, psikologis, dan
ekonomi) pada akhirnya akan memunculkan preferensi politik anggota dalam
pemilihan Kepala Desa. Penelitian ini menganalisis bentuk-bentuk pengaruh pada
kelembagaan formal pemerintah desa dan kelembagaan informal pengajian
muslimat terhadap preferensi politik anggota. Analisis didasarkan pada data
kuantitatif (analisis regresi) yang didukung dengan data kualitatif deskriptif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa secara umum kelembagaan di pedesaan

berpengaruh terhadap preferensi politik anggota. Kelembagaan formal terbukti
memberi pengaruh struktural terhadap preferensi politik pada tipe perilaku
sosiologi, sementara pada kelembagaan informal pengajian muslimat tidak
ditemukan satu pun bentuk pengaruh kelembagaan terhadap preferensi politik.
Penemuan ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi utamanya bagi
pemerintah untuk mengevaluasi aparatur yang memanfaatkan pengaruhnya secara
struktural untuk kepentingan-kepentingan politik tertentu.
Kata Kunci: kelembagaan, preferensi politik, pemilihan Kepala Desa.

ABSTRACT
PUTRI NADIYATUL FIRDAUSI. Political Preferences of Institution‟s Member
in Desa Sumberejo, Lumajang. Supervised by SOFYAN SJAF.
Institutions (particularly in rural communities) has big influences (both
structural and constructive) to the political preferences of the current county chief
elections. The amount of institutional influence, both structural and constructive
associated with the behavioral type of the voters (sociological, psychological, and
economic) will eventually bring political preferences of citizens in the selection of
the chief. The objectives of this research is to analyze the influences of the formal
and informal institutions performances of members. The analysis is based on
regression as quantitative and descriptive qualitative. The result of this research is

showed that both institutions has influences to preferences of members. Thus in
the formal influences is proven by structural influences such as sociological type.
But there is not necesserily influences by informal on political preferences of the
citizens. This invention could be one of reference for government to evaluate
instituitions which exploit thier influences to consolidate their politics need.
Keywords: institutions, political preferences, County Chief Election.

PREFERENSI POLITIK ANGGOTA KELEMBAGAAN
DI DESA SUMBEREJO, LUMAJANG, JAWA TIMUR

PUTRI NADIYATUL FIRDAUSI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Preferensi Politik Anggota Kelembagaan di Desa Sumberejo,
Lumajang, Jawa Timur
Nama
: Putri Nadiyatul Firdausi
NIM
: I34100017

Disetujui oleh

Dr Sofyan Sjaf, SPt MSi
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Siti Amanah, MSc
Ketua Departemen


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Subhanahu wata‟ala atas
karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Preferensi Politik Anggota
Kelembagaan di Desa Sumberejo, Lumajang, Jawa Timur” ini dapat diselesaikan
dengan baik. Peneliti menyadari penulisan skripsi ini dapat diselesaikan karena
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan
terima kasih tak terhingga kepada:
1. Dr. Sofyan Sjaf, dosen pembimbing skripsi yang telah dengan penuh
kesabaran mengarahkan dan memberi pencerahan kepada penulis sehingga
penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan baik.
2. Abi As‟at Malik dan Umma Tutuk Fajriatul Mustofiah, Mba Elda, Mas
Taqim, Mas Kamal, Farah, Abdil, Indy, Naya, Alm Mbah Dollah, Mbah Ibuk,
Mbah Yai, Mbah Nyai, dan segenap keluarga besar penulis yang merupakan
sinar penyemangat hidup bagi penulis.
3. Ibu Anna Fatchiya, dosen pembimbing akademik yang selalu memberi
motivasi kepada penulis untuk menjalani dan menyelesaikan kuliah dengan
baik.

4. Keluarga besar Desa Sumberejo yang telah dengan murah hati dan terbuka
menerima penulis menjadi bagian dari
kehidupan sehari-hari selama
penelitian berlangsung.
5. Muhammad Faqih Wiratama yang senantiasa mencurahkan perhatian,
dukungan, dan doa sehingga penulis tidak pernah kehilangan semangat untuk
menyelesaikan skripsi.
6. Keluarga Dwi Regina tercinta, Lorensa, Novalina, Yane, Wulan, Iir, Iin,
Ichan, Yolan, Maya, Putri, Juju, Helen, Maria, Ka Jane, Claudia, Sabet, Elsy,
Yose, Iga, Haning, Teh Maya, Bapak Edi, Teh Yanti, Teh Yuyun, yang
senantiasa mencerahkan hari-hari penulis.
7. Teman-teman seperjuangan, Saefihim, Achmad Fauzi, Anggi, Gebyar, Indah,
Izmi, Citra, Ulfi, Luhur, Ka Fani, dan lain-lain yang senantiasa saling
menguatkan dalam menjalani hari-hari kuliah.
8. Teman-teman bimbingan, Sofi, Habibi, Ka Resa, Ningsih, Annisa, Mimi, dan
Tri, yang selalu kompak untuk bersama-sama menyelesaikan tanggungjawab.
9. Rekan asisten Mata Kuliah Sosiologi Pedesaan, Sylsilia, Bram, Ka Turasih,
Ka Zessy, Ka Rajib, Ka Lukman, dan Ka Anom, yang sering mengingatkan
penulis untuk selalu maksimal dalam menyelesaikan skripsi.
10. Pak Abo dan teteh yang menjadi langganan penulis untuk mencetak tugastugas akhir dan skripsi, yang senantiasa menyambut penulis dengan semangat

dan senyum ramahnya.
11. Semua pihak yang telah banyak mencurahkan dukungan dan bantuan kepada
penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi banyak pihak.

Bogor, Juni 2014
Putri Nadiyatul Firdausi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN

xiii
xv
xvii
1

Latar Belakang


1

Perumusan Masalah

3

Tujuan Penelitian

4

Manfaat Penelitian

5

PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka

7
7


Kerangka Pemikiran

13

Definisi Konseptual

15

Definisi Operasional

16

PENDEKATAN LAPANGAN

25

Metode Penelitian

25


Lokasi dan Waktu Penelitian

25

Teknik Sampling

25

Pengumpulan Data

26

Pengolahan dan Analisis Data

27

GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

29


Kondisi Sosial dan Geografis

29

Karakteristik Responden

32

Ikhtisar

36

PROFIL KANDIDAT DAN DINAMIKA KONDISI SOSIAL POLITIK
PEMILIHAN KEPALA DESA SUMBEREJO

36

Gambaran Umum Pemerintahan Desa Sebelum Pemilihan Kepala Desa 2013 37
Pemilihan Kepala Desa

39

Latar Belakang Sosial Ekonomi Dua Kandidat Kepala Desa

40

Strategi Kandidat

42

Peta Kekuatan Kandidat

44

Ikhtisar

45

ANALISIS PENGARUH KELEMBAGAAN TERHADAP PREFERENSI
POLITIK ANGGOTA

47

Pengaruh kelembagaan pedesaan dalam penentuan tindakan anggota

47

Preferensi politik anggota

53

Pengaruh kelembagaan terhadap preferensi politik anggota

58

Ikhtisar

61

ANALISIS PENGARUH KELEMBAGAAN FORMAL DAN INFORMAL
TERHADAP PREFERENSI POLITIK ANGGOTA

63

Analisis Pengaruh Kelembagaan Formal terhadap Preferensi Politik Anggota 63
Analisis Pengaruh Kelembagaan Informal terhadap Preferensi Politik Anggota
76
Analisis Perbandingan Pengaruh Kelembagaan Formal dan Informal terhadap
Preferensi Politik Anggota
85
Ikhtisar
SIMPULAN DAN SARAN

89
91

Simpulan

91

Saran

92

DAFTAR PUSTAKA

93

LAMPIRAN

94

RIWAYAT HIDUP

103

DAFTAR TABEL
Nomor
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5
Tabel 6
Tabel 7
Tabel 8
Tabel 9
Tabel 10
Tabel 11
Tabel 12
Tabel 13
Tabel 14

Tabel 15
Tabel 16
Tabel 17
Tabel 18
Tabel 19
Tabel 20
Tabel 21
Tabel 22
Tabel 23
Tabel 24

Tabel 25

Uji statistik reliabilitas
Jumlah dan persentase penduduk Desa Sumberejo
berdasarkan agama yang dianut
Jumlah dan persentase penduduk Desa Sumberejo
berdasarkan lulusan pendidikan
Jumlah institusi pendidikan di Desa Sumberejo
Sumber pemasukan desa
Preferensi politik warga Desa Sumberejo pada Pemilihan
Legislatif 2009
Daftar nama pegawai pemerintah Desa Sumberejo
Pengurus pengajian muslimat Desa Sumberejo
Daftar nama Kepala Desa Sumberejo
Profil kandidat Kepala Desa
Rekapitulasi suara Pemilihan Kepala Desa Sumberejo
2013
Perbandingan karakter kedua kandidat Kepala Desa
Frekuensi dan persentase pengaruh kelembagaan dalam
penentuan tindakan anggota pada kelembagaan pedesaan
Frekuensi dan persentase pengaruh berdasarkan posisi
sosial dalam hierarki kelembagaan pada kelembagaan
pedesaan
Frekuensi dan persentase pengaruh berdasarkan lamanya
menjadi anggota pada kelembagaan pedesaan
Frekuensi dan persentase pengaruh struktural dalam
penentuan tindakan anggota pada kelembagaan pedesaan
Frekuensi dan persentase pengaruh konstruktif dalam
penentuan tindakan pada kelembagaan pedesaan
Frekuensi dan persentase tipe perilaku psikologi pada
kelembagaan pedesaan
Frekuensi dan persentase tipe perilaku sosiologi pada
kelembagaan pedesaan
Frekuensi dan persentase tipe perilaku ekonomi pada
kelembagaan pedesaan
Frekuensi dan persentase tipe perilaku pemilih psikologi
pada anggota lama dan baru kelembagaan pedesaan
Frekuensi dan persentase tipe perilaku pemilih sosiologi
pada anggota lama dan baru kelembagaan pedesaan
Frekuensi dan persentase tipe perilaku pemilih ekonomi
pada anggota lama dan baru kelembagaan pedesaan
Frekuensi dan persentase tipe perilaku psikologi
berdasarkan posisi sosial dalam hierarki kelembagaan
pada kelembagaan pedesaan
Frekuensi dan persentase tipe perilaku sosiologi
berdasarkan posisi sosial dalam hierarki kelembagaan

Halaman
26
29
30
30
31
31
33
35
37
39
40
45
48
49

50
51
52
53
54
54
55
56
56
57

57

Tabel 26

Tabel 27
Tabel 28
Tabel 29
Tabel 30

Tabel 31
Tabel 32
Tabel 33
Tabel 34
Tabel 35
Tabel 36

Tabel 37

Tabel 38

Tabel 39

Tabel 40

Tabel 41

Tabel 42
Tabel 43
Tabel 44
Tabel 45

pada kelembagaan pedesaan
Frekuensi dan persentase tipe perilaku ekonomi
berdasarkan posisi sosial dalam hierarki kelembagaan
pada kelembagaan pedesaan
Pengaruh kelembagaan terhadap preferensi politik pada
kelembagaan pedesaan
Frekuensi dan persentase pengaruh kelembagaan dalam
penentuan tindakan individu pada kelembagaan formal
Frekuensi dan persentase pengaruh kelembagaan dilihat
dari lamanya menjadi anggota pada kelembagaan formal
Frekuensi dan persentase pengaruh berdasarkan posisi
sosial dalam hierarki kelembagaan pada kelembagaan
formal
Frekuensi dan persentase pengaruh struktural dalam
penentuan tindakan anggota pada kelembagaan formal
Frekuensi dan persentase pengaruh konstruktif dalam
penentuan tindakan anggota pada kelembagaan formal
Frekuensi dan persentase tipe perilaku psikologi pada
kelembagaan formal
Frekuensi dan persentase tipe perilaku sosiologi pada
kelembagaan formal
Frekuensi dan persentase tipe perilaku ekonomi pada
kelembagaan formal
Frekuensi dan persentase tipe perilaku pemilih psikologi
berdasarkan lamanya menjadi anggota pada kelembagaan
formal
Frekuensi dan persentase tipe perilaku pemilih sosiologi
berdasarkan lamanya menjadi anggota pada kelembagaan
formal
Frekuensi dan persentase tipe perilaku pemilih ekonomi
berdasarkan lamanya menjadi anggota pada kelembagaan
formal
Frekuensi dan persentase tipe perilaku psikologi
berdasarkan posisi sosial dalam hierarki kelembagaan
pada kelembagaan formal
Frekuensi dan persentase tipe perilaku sosiologi
berdasarkan posisi sosial dalam hierarki kelembagaan
pada kelembagaan formal
Frekuensi dan persentase tipe perilaku ekonomi
berdasarkan posisi sosial dalam hierarki kelembagaan
pada kelembagaan formal
Pengaruh kelembagaan terhadap preferensi politik pada
kelembagaan formal
Frekuensi dan persentase preferensi politik berdasarkan
lamanya menjadi anggota pada kelembagaan formal
Frekuensi dan persentase pengaruh kelembagaan dalam
penentuan tindakan individu pada kelembagaan informal
Frekuensi dan persentase pengaruh kelembagaan

58

59
64
65
66

67
67
68
69
69
70

71

71

72

72

73

74
75
77
78

Tabel 46
Tabel 47
Tabel 48
Tabel 49
Tabel 50
Tabel 51
Tabel 52
Tabel 53
Tabel 54
Tabel 55
Tabel 56
Tabel 57

berdasarkan posisi sosial dalam hierarki kelembagaan
pada kelembagaan informal
Frekuensi dan persentase pengaruh kelembagaan
berdasarkan lamanya menjadi anggota
Frekuensi dan peresntase pengaruh struktural dalam
penentuan tindakan anggota pada kelembagaan informal
Frekuensi dan persentase pengaruh konstruktif dalam
penentuan tindakan anggota pada kelembagaan informal
Frekuensi dan persentase tipe perilaku psikologi pada
kelembagaan informal
Frekuensi dan persentase tipe perilaku sosiologi pada
kelembagaan informal
Frekuensi dan persentase tipe perilaku ekonomi pada
kelembagaan informal
Pengaruh kelembagaan terhadap preferensi politik pada
kelembagaan informal
Perbandingan pengaruh pada kelembagaan formal dan
informal
Perbandingan pengaruh struktural pada kelembagaan
formal dan informal
Perbandingan pengaruh konstruktif pada kelembagaan
formal dan informal
Perbandingan preferensi politik pada kelembagaan
formal dan informal
Perbandingan pengaruh kelembagaan terhadap preferensi
politik pada kelembagaan formal dan informal

79
79
79
81
81
82
84
85
86
87
87
88

DAFTAR GAMBAR
Nomor
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 4
Gambar 5
Gambar 6

Kerangka pemikiran
Bagan mekanisme pengambilan sampel
Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan
pada kelembagaan formal
Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan pada
kelembagaan formal
Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan
pada kelembagaan informal
Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan pada
kelembagaan informal

Halaman
14
26
33
34
35
35

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6

Halaman
Jadwal penelitian skripsi
95
Peta Desa Sumberejo
96
Daftar Panitia Pemilihan Kepala Desa Sumberejo tahun
97
2013
Kerangka sampling kelembagaan formal
99
Daftar responden kelembagaan informal
101
Dokumentasi
103

1

PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang, masalah penelitian, tujuan penelitian, dan
kegunaan penelitian. Latar belakang penelitian menguraikan hal-hal yang
melatarbelakangi penelitian dan memunculkan permasalahan penelitian secara
umum (General Research Question). Permasalahan penelitian tersebut kemudian
diuraikan secara lebih detil menjadi permasalahan yang spesifik (Spesific
Research Question) pada bab masalah penelitian. Poin selanjutnya yaitu tujuan
penelitian menjelaskan tujuan dari penelitian yang dilaksanakan berdasarkan
permasalahan yang telah diuraikan. Poin terakhir dari bab ini yaitu penjabaran
tentang kegunaan penelitian baik bagi akademisi, pemerintah, dan masyarakat.

Latar Belakang
Demokrasi secara harfiah berasal dari kata demos (rakyat) dan kratos
(pemerintahan) yang secara sederhana diartikan sebagai pemerintahan dari, oleh,
dan untuk rakyat (Valentina 2009). Sistem pemerintahan ini menempatkan rakyat
pada posisi tertinggi sebagai pemegang kedaulatan. Sebagai bentuk pemerintahan
yang dianggap paling ideal, demokrasi dengan berbagai variannya banyak
diterapkan oleh negara-negara di dunia, termasuk Indonesia. Disesuaikan dengan
karakter dan budaya bangsa, Indonesia melakukan kombinasi prinsip demokrasi
dengan asas negara Indonesia (Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945)
sehingga dicetuslah bentuk pemerintahan Demokrasi Pancasila. Demokrasi
Pancasila memberikan porsi yang besar terhadap sistem pengambilan keputusan
dengan jalan musyawarah, sebagaimana yang disebutkan dalam Pancasila sila ke4, “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan”.
Demokrasi Pancasila dengan musyawarah sebagai psinsip utamanya ini
didasarkan pada kehidupan demokrasi di pedesaan. Moh. Hatta dalam Gayatri
(2007) mengatakan bahwa struktur demokrasi yang hidup dalam diri bangsa
Indonesia harus berdasarkan pada demokrasi asli yang berlaku di desa. Perkataan
Moh. Hatta yang dikutip Gayatri (2007) tersebut secara tidak langsung
menjelaskan bahwa desa merupakan inti dari tatanan politik di Indonesia. Adapun
demokrasi di pedesaan Indonesia merupakan demokrasi asli yang lebih dahulu
terbentuk sebelum negara Indonesia merdeka bahkan pada masa kerajaan sebelum
era kolonial, dengan mekanisme pertemuan antar warga desa dalam bentukbentuk pertemuan publik seperti musyawarah/rapat sebagai ciri utamanya (Gayatri
2007). Peristiwa Indonesia merdeka dengan penetapan sistem pemerintahan yang
penuh dinamika kemudian membawa kehidupan demokrasi pedesaan pada kondisi
yang berubah-ubah dan tidak menentu. Seperti diketahui bahwa demokrasi
Pancasila dicetuskan pada akhir kepemimpinan Presiden Sukarno dan dilanjutkan
pada masa kepemimpinan Presiden Suharto, dan hingga pasca reformasi,
Indonesia masih mengklaim bahwa sistem pemerintahan yang dianut adalah
Demokrasi Pancasila. Desa yang sudah mempraktikkan kehidupan demokrasi
dengan karakternya sendiri sempat mengalami penyeragaman pada masa Orde

2

Baru, dimana desa menjadi lebih seperti perpanjangan tangan pemerintah pusat
dan kehilangan karakternya.
Hal ini terus terjadi hingga kemudian reformasi bergulir dan demokrasi
berperspektif otonomi didengungkan. Otonomi desa mulai mendapatkan kembali
karakternya, terlebih dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 72
Tahun 2005 tentang desa untuk mewujudkan otonomi desa yang memberi
kesempatan kepada masyarakat desa mengurus rumah tangganya sendiri termasuk
dalam bidang politik dan pemerintahan (Uang 2012). Selain Peraturan Pemerintah
tersebut, UU No. 22 Tahun 1999 tentang kerangka desentraslisasi politik juga
ditetapkan pemerintah. Undang-undang ini memberi batasan kekuasaan pusat dan
memberikan otoritas yang lebih luas kepada pemerintah daerah. UU No. 22/1999
menjadi prinsip utama untuk menghidupkan kembali parlemen desa dengan
keberadaan
Badan
Permusyawaratan
Desa
(BPD),
serta
adanya
pemberdayaan peran dan fungsi parlemen daerah untuk tujuan meningkatkan
demokratisasi lokal melalui perluasan ruang partisipasi politik rakyat (Gayatri
2007).
Salah satu kegiatan dalam rangka perluasan partisipasi politik rakyat di desa
adalah agenda pemilihan Kepala Desa. Desa pada dasarnya telah melakukan
pemilihan Kepala Desa sejak sebelum Indonesia merdeka. Pemerintah Hindia
Belanda pada masa politik kolonial, melalui penerbitan Indlandsche Gemeente
Ordonanntie (IGO) Stbl. 1906 No. 83 memberikan ruang bagi desa untuk
menjalankan pemerintahan sendiri dalam bentuk pengakuan hak-hak budaya desa,
sistem pemilihan kepala desa, desentralisasi pemerintahan pada tingkat desa,
parlemen desa, dan sebagainya. Penduduk „pribumi‟ diperintah secara langsung
oleh penguasa pribumi, dan secara tidak langsung oleh penguasa Belanda. Adapun
dalam prosesnya, pemilihan Kepala Desa dengan kelembagaan dan jaringan
tradisional yang masih lekat di dalamnya selalu memberi warna dan pengaruh.
Masih tingginya aktivitas dan keterikatan masyarakat dalam kelembagaan di
pedesaan menyebabkan studi tentang pengaruh kelembagaan terhadap
kecenderungan memilih (preferensi politik) anggotanya dalam pemilihan Kepala
Desa menjadi penting untuk dilakukan.
Beberapa penelitian menunjukkan hasil yang menarik terkait hal-hal yang
mempengaruhi proses pemilihan Kepala Desa. Hidayat (2000) mengungkapkan
bahwa terpilihnya seorang Kepala Desa di daerah penelitiannya (Desa Tanjung
Anom, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang) adalah tergantung dari jejaring
yang dimiliki oleh calon tersebut. Saat calon dapat merangkul kelompokkelompok tertentu di desa maka saat itu pula peluang untuk menggiring suara juga
besar. Artinya, preferensi politik masyarakat pedesaan masih sangat tergantung
pada kelompok-kelompok yang ada di desa. Kelompok-kelompok (kelembagaan)
yang ada di desa, senantiasa memberi pengaruh (baik pengaruh struktural maupun
konstruktif) terhadap berbagai bidang kehidupan masyarakat termasuk dalam hal
preferensi politik. Penelitian lain dilakukan Fadhilah (2005) menunjukkan bahwa
peran ketokohan kyai dalam lembaga pengajian desa memberi pengaruh besar
terhadap preferensi politik masyarakat desa. Seringkali kyai di suatu desa
berafiliasi dengan orang-orang lain yang berkepentingan (calon Kepala Desa,
misalnya) sehingga suara jamaah dapat dengan mudah digiring oleh calon. Hal ini
disebabkan oleh kepatuhan dan konformitas yang masih tinggi di daerah
pedesaan.

3

Besarnya pengaruh kelembagaan terhadap preferensi politik seperti yang
telah banyak diteliti tersebut, berhubungan erat dengan tipe perilaku pemilih.
Anggota dalam kelembagaan melakukan konformitas dalam berbagai hal,
termasuk keputusan politik, dengan ditentukan oleh tipe perilaku pemilihnya.
Kristiadi dalam Valentina (2009) mengungkapkan bahwa terdapat tiga tipe
perilaku pemilih yaitu tipe perilaku pemilih dengan pendekatan sosiologis,
psikologis, dan ekonomi1. Keberadaan kelembagaan yang masih besar perannya di
pedesaan dengan tipe perilaku pemilih seperti yang telah dijelaskan tersebut pada
akhirnya akan menentukan preferensi politik anggota dalam pemilihan Kepala
Desa.
Pengaruh kelembagaan yang begitu besar dalam proses pemilihan Kepala
Desa banyak ditemui di desa-desa di Jawa Timur. Kelembagaan utamanya
kelembagaan agama masih besar peran dan pengaruhnya terhadap pilihan
masyarakat sehingga seringkali kelembagaan kemudian dijadikan alat untuk
memobilisasi suara masyarakat. Masih besarnya pengaruh kelembagaan dalam
kehidupan masyarakat utamanya dalam pemilihan pemimpin di daerah Jawa
Timur ini kemudian menjadi alasan bagi peneliti untuk melakukan penelitian di
desa di daerah Jawa Timur. Lebih spesifik peneliti menetapkan Desa Sumberejo,
Kecamatan Sukodono, Kabupaten Lumajang sebagai tempat penelitian. Diketahui
desa ini merupakan desa dengan sejumlah kelembagaan (baik formal maupun
informal) yang beragam. Kelembagaan-kelembagaan di desa ini sedikit banyak
memberi warna dalam pemilihan Kepala Desa. Terlebih diketahui bahwa kandidat
yang memenangkan pertarungan politik ini adalah tokoh dari lembaga informal di
desa setempat. Demikian pula dengan kandidat lawan yang kalah tipis dengan
persentase 43,15 persen-56,11 persen (berdasarkan Data Rekapitulasi Kepala
Desa di Lumajang 2013) diketahui merupakan orang dekat dari tokoh yang
memiliki pengaruh yang cukup besar di desa setempat. Alasan ini yang kemudian
melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian di Desa Sumberejo,
Kecamatan Sukodono, Kabupaten Lumajang.

Perumusan Masalah
Pemilihan Kepala Desa merupakan agenda politik masyarakat pedesaan
yang dilakukan rutin setiap periode tertentu. Terpilihnya Kepala Desa dalam
Pemilihan Kepala Desa khususnya di daerah Jawa Timur seringkali dipengaruhi
oleh kelembagaan-kelembagaan yang ada di sekitarnya. Oleh karena itu
permasalahan umum yang menjadi fokus penelitian adalah bagaimana pengaruh
kelembagaan terhadap preferensi politik anggota dalam Pemilihan Kepala Desa?
Seperti diketahui, kelembagaan di pedesaan membawa pengaruh yang
cukup besar dalam hal penentuan preferensi politik anggotanya. Adapun
preferensi politik dapat dilihat dengan menganalisis tipe perilaku pemilih.
Pengaruh kelembagaan (struktural dan konstruktif) dengan demikian secara
1

Tipe perilaku pemilh dengan pendekatan sosiologis yaitu tipe dimana lingkungan memberi pengaruh besar
terhadap kecenderungan seseorang memilih pemimpin. Tipe kedua, yaitu tipe dengan pendekatan psikologis,
menekankan beberapa aspek yang mempengaruhi perilaku memilih seperti ketertarikan seseorang terhadap
partai politik, orientasi seseorang terhadap calon pemimpin, dan orientasi seseorang terhadap isu-isu politik.
Adapun pendekatan ekonomi menekankan faktor situasional berdasarkan pemikiran untung rugi dan
penghindaran resiko dalam menentukan perilaku pemilih.

4

langsung maupun tidak berhubungan dengan perilaku pemilih anggota (sosiologi,
psikologi, ekonomi). Oleh sebab itu, perlu untuk dianalisis sejauh mana pengaruh
kelembagaan terhadap tipe perilaku pemilih?
Seperti dijelaskan pada latar belakang, Desa Sumberejo merupakan desa
dengan sejumlah kelembagaan (baik formal maupun informal) yang beragam.
Kelembagaan-kelembagaan yang ada tersebut akan senantiasa memberi pengaruh
(baik secara langsung maupun tidak) dalam menentukan preferensi politik
anggotanya. Adapun derajat pengaruh dari masing-masing kelembagaan dapat
dimungkinkan berbeda satu sama lain. Oleh karena itu perlu diketahui
kelembagaan manakah yang lebih besar pengaruhnya dalam penentuan
preferensi politik anggota? Secara lebih spesifik, apakah kelembagaan formal
memiliki pengaruh lebih besar daripada kelembagaan informal? Atau
sebaliknya?
Kelembagaan-kelembagaan yang ada di pedesaan mempengaruhi pilihanpilihan politik mayarakat dengan bentuk yang beragam. Beberapa kelembagaan
dapat memberi pengaruh struktural, dan beberapa kelembagaan lain mungkin
memberi pengaruh konstruktif. Kedua bentuk pengaruh tersebut akan menentukan
bagaimana budaya penentuan preferensi politik masyarakat pedesaan. Oleh karena
itu penting untuk mengetahui pengaruh apakah yang lebih dominan pada
kelembagaan dalam penentuan preferensi politik anggota? Apakah pengaruh
struktural atau konstruktif?
Melihat pengaruh kelembagaan yang terdiri dari dua jenis yaitu pengaruh
struktural dan konstruktif, juga dengan melihat tipe perilaku pemilih yaitu
psikologi, sosiologi, dan ekonomi, memungkinkan pula untuk dianalisis hubungan
pengaruh antara kedua konsep tersebut sehingga ditemui kecenderungankecenderungan tertentu. Maka muncul pertanyaan apakah pengaruh kelembagaan
tertentu akan cenderung mengarah kepada tipe perilaku pemilih tertentu pula?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, dapat dirumuskan tujuan penelitian
umum pada penelitian ini yaitu untuk menganalisis pengaruh kelembagaan
terhadap preferensi politik anggota dalam pemilihan Kepala Desa. Adapun tujuantujuan khusus pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis pengaruh kelembagaan terhadap tipe perilaku pemilih sehingga
memunculkan preferensi politik tertentu.
2. Menganalisis kelembagaan yang memiliki pengaruh lebih besar dalam
penentuan preferensi politik anggota.
3. Menganalisis bentuk pengaruh kelembagaan dalam penentuan preferensi
politik anggota.
4. Menganalisis kecenderungan pengaruh kelembagaan tertentu terhadap tipe
perilaku tertentu sehingga memunculkan preferensi politik tertentu.

5

Kegunaan Penelitian
Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi berbagai
pihak, yaitu:
1. Bagi kalangan akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memperluas
pengetahuan mengenai pengaruh kelembagaan-kelembagaan yang ada di
pedesaan dalam penentuan preferensi politik anggotanya. Penting untuk
dipahami bahwa masyarakat desa merupakan masyarakat yang memiliki
ikatan sosial yang kuat sehingga tidak jarang kelembagaan (formal maupun
informal) senantiasa memberi warna dalam berbagai kehidupan masyarakat,
termasuk dalam penentuan preferensi politik. Hal ini menunjukkan bahwa
penelitian ini sangat penting untuk dilakukan dan didalami. Diharapkan
penelitian ini dapat digunakan sebagai literatur dan acuan untuk penelitian
lebih dalam tentang pengaruh kelembagaan.
2. Bagi pembuat kebijakan (pemerintah), penelitian ini diharapkan dapat
menambah wawasan tentang ragam kondisi politik di pedesaan sehingga
dapat menetapkan kebijakan tentang Pemilihan Kepala Desa dengan lebih
sesuai degan kondisi politik yang sebenarnya di pedesaan.
3. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
mengenai pengaruh kelembagaan terhadap preferensi politik anggota dalam
Pemilihan Kepala Desa.

6

7

PENDEKATAN TEORITIS

Bab ini memuat tinjauan pustaka penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis,
dan definisi operasional dari variabel yang disebutkan pada kerangka pemikiran.
Tinjauan pustaka berisi beberapa teori dan konsep terkait penelitian yang
dilakukan. Teori dan konsep yang diuraikan pada tinjauan pustaka selanjutnya
diturunkan menjadi variabel pengaruh dan terpengaruh yang digambarkan
hubungannya pada kerangka pemikiran. Adapun hubungan dugaan antar variabel
pada kerangka pemikiran diuraikan pada hipotesis penelitian. Variabel-variabel
beserta hubungannya tersebut dijelaskan pengertian dan pengukurannya pada
definisi operasional.

Tinjauan Pustaka
Kelembagaan dan Organisasi
Kelembagaan merupakan sebuah istilah yang dalam penggunaannya
memiliki setidaknya dua perspektif. Secara harfiah, kelembagaan dapat diartikan
dari terjemahan langsung istilah institution. Kelembagaan dalam perspektif ini
merujuk kepada suatu badan seperti organisasi, asosiasi, dan sebagainya. Ogburn
dan Nimkof dalam Nasdian (2003) misalnya, berpendapat bahwa kelembagaan
dan asosiasi pada prinsipnya sama, hanya kelembagaan lebih penting dan umum,
sedangkan asosiasi kurang penting dan bertujuan spesifik. Kelembagaan maupun
asosiasi dipandang sebagai organisasi sosial, yakni sebagai kelompok. Adapun
Bertrand dalam Nasdian (2003) mendefinisikan berbeda dengan perspektif
pertama. Kelembagaan diartikan sebagai himpunan norma-norma segala tingkatan
yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan masyarakat. Ia
merupakan tata abstraksi yang lebih tinggi dari grup, organisasi, dan sistem sosial
lainnya. Perspektif ini memandang kelembagaan sebagai kompleks peraturan dan
peranan sosial secara abstrak.
Penelitian ini menempatkan kelembagaan pada perspektif pertama, yaitu
kelembagaan yang secara harfiah merujuk pada istilah institutution, yaitu sebagai
kelompok dan merujuk pada suatu badan, dalam hal ini dikhususkan yaitu
organisasi. Organisasi adalah unit sosial (atau pengelompokan manusia) yang
sengaja dibentuk dan dibentuk kembali dengan penuh pertimbangan dalam rangka
mencapai tujuan-tujuan tertentu (Parsons dalam Etzioni 1985).
Umumnya, organisasi ditandai oleh ciri-ciri sebagai berikut:
1. Adanya pembagian dalam pekerjaan, kekuasaan, dan tanggung jawab
2. Adanya satu atau beberapa pusat kekuasaan yang berfungsi mengawasi dan
mengarahkan organisasi
3. Penggantian tenaga
Organisasi dibentuk dan dikembangkan dengan tujuan yang mencakup
beberapa fungsi, di antaranya yaitu memberikan pengarahan dengan cara
menggambarkan keadaan masa yang akan datang yang senantiasa berusaha

8

dikejar dan diwujudkan oleh organisasi. Tujuan tersebut secara otomatis
menciptakan sejumlah pedoman bagi landasan kegiatan organisasi, menjadi
sumber legitimasi yang membenarkan setiap kegiatan organisasi, menjadi pAtan
yang dapat digunakan baik oleh anggota organisasi maupun kalangan luar untuk
menilai keberhasilan organisasi, serta menjadi tolok ukur bagi ilmuwan di bidang
organisasi guna mengetahui seberapa jauh suatu organisasi berjalan dengan baik.
Organisasi dalam studinya mengalami banyak perkembangan. Setidaknya
terdapat beberapa pendekatan dalam memahami organisasi dan perkembangannya
(Etzioni 1985):
1. Aliran Manajemen Ilmiah. Pendekatan ini memandang bahwa motivasi
anggota tumbuh karena perangsang ekonomis. Organisasi ditandai dengan
pembagian kerja yang tegas dengan tenaga-tenaga yang memiliki
keterampilan khusus dan juga oleh hierarki wewenang yang khas. Pandangan
ini merupakan cikal bakal dari timbulnya organisasi formal.
2. Aliran Hubungan Manusia. Pendekatan ini menekankan kepada elemen
emosional, tidak terencana, dan non-rasional di dalam perilaku organisasi.
Rasa persahabatan dan pengelompokan sosial anggota bagi kemajuan
organisasi merupakan hal penting dalam pendekatan ini. Diuraikan pula
tentang manfaat kepemimpinan organisasi dan komunikasi emosional maupun
partisipasi. Dari perspektif ini kemudian dikembangkan konsep organisasi
informal. Ciri informal tersebut kadang dipandang sebagai apa yang tersirat di
balik struktur organisasi formal.
3. Pendekatan strukturalis, merupakan titik temu teori organisasi yang
menggabungkan konsep organisasi formal dan informal serta sekaligus
memberikan gambaran tentang organisasi yang lebih lengkap dan terpadu.
Jika Etzioni (1985) mengungkapkan ada tiga jenis organisasi dalam
perkembangannya (formal, informal, dan gabungan keduanya), peneliti
menetapkan untuk mengambil dua jenis kelembagaan dari pengelompokan
tersebut, yaitu kelembagaan formal dan informal. Hal ini mengingat masih
terdiferensiasi dengan jelasnya kelembagaan formal dan informal di pedesaan
sehingga dapat diperbandingkan secara lebih kuat dan seimbang pengaruh dari
kedua kelembagaan tersebut.
Pengaruh Kelompok terhadap Tindakan Politik Aktor
Studi tentang pengaruh kelompok terhadap tindakan politis anggotanya
berkaitan erat dengan konsep politik identitas. Politik identitas didefiniskan
sebagai tindakan politis yang mengedepankan kepentingan kelompok karena
memiliki kesamaan identitas atau karakteristik, baik berbasiskan etnik, gender,
keagamaan, dan sejenisnya (Sjaf 2013). Tindakan politis tersebut tercermin dari
aktivitas aktor dalam arena ekonomi, politik, sosial, ekonomi, dan lain-lain.
Beberapa pemahaman terkait politik identitas didefinisikan dan dijabarkan
berdasarkan berbagai penelitian. Berikut beberapa pemahaman terkait politik
identitas (Hardiman dalam Sjaf 2013):
1. Individualisme
Paham ini menekankan pada kebebasan individu dalam bertindak dan memilih
identitasnya. Dikatakan bahwa individu konkret tidak terkait dengan konteks

9

kultural konkretnya. Adapun subyek atau kedirian individu itu sendiri terjadi
melalui kemampuan individu untuk memilih tujuan-tujuan menurut preferensipreferensi individualnya.
2. Komunitarianisme
Individu dalam pemahaman ini dikaitkan pada komunitas asalnya. Dikatakan
bahwa individu konkret berasal dari latar belakang etnis, geder, atau religius
tertentu. Subyek atau kedirian terjadi keanggotaannya dalam sebuah komunitas
yang terbentuk melalui tradisi-tradisi dan nilai-nilai kultural.
3. Kritisisme
Mengkritisi dua pemahaman di atas, menurut pemahaman ini, individu
dilahirkan dari proses komunikasi. Identitas kolektif dan individual berada
dalam sebuah proses formatif yang dinamis. Adapun identitasnya dibentuk
melalui komunikasi sehingga terbentuk kesepahaman atau kesepakatan
identitas bersama.
Pemahaman mengenai politik identitas di atas menunjukkan bahwa dalam
melakukan tindakan-tindakannya, individu tidak dapat terlepas dari kelompok,
namun di sisi lain, individu juga dapat memutuskan tindakan-tindakannya,
termasuk dalam tindakan politik sesuai dengan tujuan individual dan
kepentingannya. Gambaran tentang politik identitas terutama terkait dengan
aktornya (individu atau kelompok) digambarkan lebih detil oleh Sjaf (2013)
dalam tipologi pelaku politik identitas berikut:
a. Tipologi pelaku politik pendekatan Konstruktifis
1. Tipologi aktor-struktur-komunikatif
Tipologi ini menekankan peranan penting aktor dalam politik
identitas. Dikatakan bahwa aktor merupakan individu yang memunyai
identitas terbentuk dari komunikasi yang dibangun dengan struktur yang
menyertainya (Habermas dalam Hardiman dalam Sjaf 2013). Lebih lanjut
dijelaskan dalam tipologi ini bahwa identitas individu selain dibentuk
dengan struktur yang menyertai, juga dibentuk dari komunikasi dengan
struktur di luarnya yang kemudian memunculkan kesepakatan atau
kesepahaman tentang identitas bersama. Konstruksi identitas bersama
merupakan resultan yang diperoleh individu-kelompok dalam tindakan
komunikatif.
2. Tipologi aktor-individu
Tipologi ini menyatakan bahwa politik identitas sarat dengan
tindakan individu yang terkait dengan perannya. Individu senantiasa
mengkonstruksi identitasnya sesuai dengan konteks peran yang dimainkan
karena memiliki peran yang beragam dalam beragam arena kehidupan.
Berdasarkan dua tipologi pelaku politik tersebut, dapat diambil variabelvariabel untuk menganalisis pengaruh kelembagaan dengan pendekatan
konstruktif secara umum yaitu, jalinan komunikasi dengan lingkungan
sekitar, luas jaringan sosial, pembentukan kesepakatan bersama, jumlah
variasi peran individu dalam berbagai situasi, dan kemampuan
mengkonstruksi peran.
b. Tipologi pelaku politik pendekatan Strukturisme, terdiri dari:
1. Tipologi aktor-kelompok

10

Politik identitas dalam tipologi ini ditentukan kelompok dari
individu-individu masyarakat. Identitas individu tidak dapat dilepaskan
dari konteks kelompoknya, baik etnik, ras, agama, maupun gender.
2. Tiplogi struktur-individu
Tipologi struktur-individu melihat aktor tidak memunyai kekuatan
untuk menentukan ciri dan karakteristiknya. Hal ini disebabkan besarnya
hegemoni struktur di dalamnya.
3. Tipologi struktur-kelompok
Tipologi struktur-kelompok menunjukkan kekuatan konstruksi
sejarah yang menempatkan kelompok-kelompok identitas dalam
“dikotomi binary” yang berada pada masing-masing kutub yang berlainan.
Kehadiran kelompok-kelompok identitas dinilai sebagai suatu realitas
alamiah yang senantiasa dipertentangkan antara satu dengan lainnya.
Ketiga tipologi di atas dapat dijadikan dasar untuk menentukan variabel
pengaruh kelembagaan dengan pendekatan struktural. Variabel-variabel tersebut
yaitu, keanggotaan dalam kelompok, keterikatan dengan kelompok, posisi sosial
individu, kemampuan menentukan tindakan, dan pengaruh struktur sosial di
atasnya.
Perilaku Pemilih dan Preferensi Politik
Perilaku pemilih secara sederhana didefinisikan sebagai suatu studi yang
memusatkan diri pada bidang yang menggeluti kebiasaan atau kecenderungan
pilihan rakyat dalam pemilihan umum serta latar belakang mengapa mereka
melakukan pilihan itu (Plano, Ringgs, & Robin 1985). Perilaku pemilih dapat
dikaji dengan menggunakan tiga pendekatan (Jack dalam Rochimah 2009):
1. Pendekatan sosiologi
Pendekatan sosiologi memfokuskan pada hubungan antara geografi dan
demografi dengan perilaku memilih. Keadaan dan kategori sosial seseorang,
keanggotaannya dalam sebuah kelompok, banyak mempengaruhi tindakantindakan politiknya. Menurut ahli-ahli sosiologi, dalam sebuah masyarakat
yang terdiri dari tingkat keagamaan yang kuat, kelas, pembagian wilayah, ras,
kelompok etnis, mengasumsikan bahwa keanggotaannya akan berpengaruh
kuat dalam pemilihan. Konteks sosial individu akan mempengaruhi bagaimana
pilihan individu. Kampanye bukan merupakan hal yang terlalu banyak
memberi pengaruh menurut pendekatan ini. Komunikasi antar pribadi antara
anggota akan menjadi jauh lebih efektif daripada kampanye. Beberapa tipe
pendekatan sosiologis, yaitu:
a. Kelompok kategorial, yaitu kelompok yang memiliki satu atau beberapa
karakter khas namun tidak terdapat kesadaran bersama. Contoh kelompok
tipe ini yaitu usia, jenis kelamin, dan lain sebagainya.
b. Kelompok sekunder, yaitu kelompok yang memiliki ciri yang sama dan
menyadari tujuan dan identifikasi kelompoknya, misalnya, agama atau
etnis.
c. Kelompok primer, yaitu kelompok yang sering dan secara teratur
melakukan interaksi, misalnya keluarga atau peer groups.

11

2. Pendekatan ekonomi
Pendekatan ini menyatakan bahwa ternyata pemilih dapat mengubah
pilihannya sewaktu-waktu, terutama berkaitan dengan perkembangan tigkat
pendidikan dan semakin banyaknya pilihan yang lebih memberikan dan
menjanjikan masa depan. Diasumsikan pada pendekatan ini bahwa pemilih
merupakan orang-orang yang rasional. Mereka akan berhitung saat
menetapkan pilihan. Mereka cenderung lebih individual dan independen
dibandingkan kelompok pada pendekatan sosiologis dan psikologi sosial.
Adapun faktor yang dianggap mempengaruhi pilihan seseorang dalam
pendekatan ini yaitu adalnya peristiwa tertentu, strategi komunikasi, dan
adanya kebutuhan konkret tertentu yang dapat dipenuhi oleh kandidat.
3. Pendekatan psikologi sosial
Pendekatan ini mempertimbangkan unsur loyalitas pemilih terhadap
kandidat. Pemilih cenderung memiliki identifikasi terhadap kelompok, partai
politik, atau kandidat tertentu. Mereka cenderung menetap dan jarang
berpindah dari satu kandidat atau partai satu ke partai lain. Kelompok pemilih
dengan karakteristik ini lebih sulit menerima stimuli kampanye dibandingkan
kelompok pada pendekatan sosiologis. Hal ini disebabkan karena sikap
loyalnya terhadap kelompok atau kandidat yang akan dipilih. Mereka adalah
pemilih yang memiliki sikap terhadap apa yang dipilihnya. Sikap pemilih ini
merupakan hasil dari proses yang panjang.
Setidaknya terdapat tiga tahap mebentukan sikap pada pemilih dengan tipe
psikologis, yaitu:
a. Tahap pertama, yaitu pemberian informasi dan sosialisasi tentang isu
politik tertentu oleh keluarga dan lingkungan sejak anak-anak
b. Tahap kedua, yaitu internalisasi hasil sosialisasi tentang isu politik
yang didapat dari keluarga yang kemudian membentuk sikap politik
saat berada pada situasi di luar keluarga
c. Tahap ketiga, yaitu bagaimana sikap politik dibentuk oleh kelompokkelompok acuan.
Bagaimana masyarakat memilih dengan tipe perilaku yang melatarbelakangi
pada akhirnya akan memunculkan preferensi politik. Preferensi politik seringkali
dikaitkan dengan perubahan perilaku pemilih dalam menentukan pilihan
politiknya dalam pemilihan umum. Preferensi politik didefinisikan sebagai
penentuan pilihan dengan berbagai macam pertimbangan sesuai dengan nilai yang
dibangunnya dalam menentukan standar penilaian terhadap seorang calon maupun
partai politik. Perilaku pemilih dengan tipenya masing-masing ini yang kemudian
akan menentukan preferensi politik seseorang.
Pemilihan Kepala Desa
Desa menurut Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 yaitu desa dan desa
adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik

12

Indonesia. Lebih lanjut Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tersebut
mendefinisikan pemerintahan desa sebagai penyelenggaraan urusan pemerintahan
dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Kepala Desa secara langsung oleh warga desa setempat. Berbeda dengan
Lurah yang merupakan Pegawai Negeri Sipil, Kepala Desa merupakan jabatan
yang dapat diduduki oleh warga biasa. Aturan tentang Pemilihan Kepala Desa
dicantumkan dalam Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014. Mekanisme pemilihan
Kepala Desa baru dimulai sejak BPD memberitahukan kepada Kepala Desa
mengenai akan berakhirnya masa jabatan Kepala Desa secara tertulis enam bulan
sebelum berakhir masa jabatan. Selanjutnya BPD memproses pemilihan Kepala
Desa, paling lama empat bulan sebelum berakhirnya masa jabatan Kepala Desa.
Adapun pemilih dalam pemilihan Kepala Desa adalah penduduk desa Warga
Negara Republik Indonesia yang pada hari pemungutan suara pemilihan kepala
desa sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau sudah/pernah kawin mempunyai
hak memilih. Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon yang
memenuhi syarat.
Pemilihan Kepala Desa dilaksanakan melalui tahap pencalonan dan tahap
pemilihan. Berikut tahapan pencalonan Kepala Desa:
1.
BPD membentuk Panitia Pemilihan yang terdiri dari unsur perangkat desa,
pengurus lembaga kemasyarakatan, dan tokoh masyarakat.
2.
Panitia pemilihan melakukan pemeriksaan identitas bakal calon berdasarkan
persyaratan yang ditentukan, melaksanakan pemungutan suara, dan
melaporkan pelaksanaan pemilihan Kepala Desa kepada BPD.
3.
Panitia pemilihan melaksanakan penjaringan dan penyaringan Bakal Calon
Kepala Desa sesuai persyaratan.
4.
Bakal Calon Kepala Desa yang telah memenuhi persyaratan ditetapkan
sebagai Calon Kepala Desa oleh Panitia Pemilihan.
5.
Calon Kepala Desa yang berhak dipilih diumumkan kepada masyarakat
ditempat-tempat yang terbuka sesuai dengan kondisi sosial budaya
masyarakat setempat.
6.
Calon Kepala Desa dapat melakukan kampanye sesuai dengan kondisi sosial
budaya masyarakat setempat.
7.
Calon Kepala Desa yang dinyatakan terpilih adalah calon yang
mendapatkan dukungan suara terbanyak.
8.
Panitia Pemilihan Kepala Desa melaporkan hasil pemilihan Kepala Desa
kepada BPD.
9.
Calon Kepala Desa terpilih ditetapkan dengan Keputusan BPD berdasarkan
Laporan dan Berita Acara Pemilihan dari Panitia Pemilihan.
10. Calon Kepala Desa Terpilih disampaikan oleh BPD kepada Bupati/Walikota
melalui Camat untuk disahkan menjadi Kepala Desa Terpilih.
11. Bupati/Walikota menerbitkan Keputusan Bupati/ Walikota tentang
Pengesahan Pengangkatan Kepala Desa Terpilih paling lama 15 (lima belas)
hari terhitung tanggal diterimanya penyampaian hasil pemilihan dari BPD.
12. Kepala Desa Terpilih dilantik oleh Bupati/Walikota paling lama (lima belas)
hari terhitung tanggal penerbitan keputusan.
Selain mekanisme secara umum seperti yang dijelaskan di atas, UndangUndang Nomor 6 tahun 2014 juga mengatur tentang pemilihan Kepala Desa

13

dalam kesatuan masyarakat adat. Dijelaskan bahwa pemilihan Kepala Desa dan
masa jabatan kepala desa dalam kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak
tradisionalnya sepanjang masih hidup dan yang diakui keberadaannya berlaku
ketentuan hukum adat setempat. Ketentuan lebih detil tentang pemilihan di daerah
masyarakat adat diserahkan sepenuhnya kepada Pemerintah Daerah dengan
peringatan untuk wajib memperhatikan nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat
kesatuan masyarakat hukum adat setempat.
Kerangka Pemikiran
Masyarakat pedesaan merupakan masyarakat yang identik (lekat) dengan
kelembagaan (baik formal maupun informal) dalam berbagai aktivitas
kehidupannya, termasuk dalam penetapan preferensi politik saat pemilihan Kepala
Desa berlangsung. Kelembagaan-kelembagaan yang ada di pedesaan secara
langsung maupun tidak akan senantiasa memberi warna dalam hal pengaruhnya
terhadap preferensi politik anggota. Sjaf (2013) menyatakan ada dua bentuk
pengaruh komunitas dalam berbagai bidang kehidupan (sosial, ekonomi, politik)
masyarakat, yaitu pengaruh secara struktural dan pengaruh konstruktif. Pengaruh
struktural menggambarkan bagaimana struktur, status, dan posisi sosial seseorang
akan mempengaruhi tindakan sosialnya. Sebaliknya, pengaruh konstruktif
menyatakan bahwa tindakan sosial individu merupakan hasil konstruksi dari
komunikasi yang menghasilkan kesepahaman antar individu dalam kelompok.
Konsep yang disampaikan Sjaf (2013) ini sangat relevan untuk menganalisis
pengaruh kelembagaan yang diteliti dengan melihat kondisi lapang penelitian
yaitu pedesaan Jawa. Diketahui bahwa pedesaan Jawa masih kental dengan tradisi
“sendiko dawuh”, yaitu kepatuhan kepada orang yang memiliki status lebih
tinggi. Konsep pengaruh struktural dan konstruktif dapat menjadi pisau analisis
yang tajam sesuai dengan kondisi lapang penelitian.
Analisis terhadap pengaruh kelembagaan (struktural dan konstruktif)
tentunya belum dapat menjawab penelitian tentang preferensi politik sehingga
peneliti menggunakan konsep perilaku pemilih untuk mengetahui sikap politik
anggota dalam Pemilihan Kepala Desa. Perilaku pemilih yaitu suatu studi yang
memusatkan diri pada bidang yang menggeluti kebiasaan atau kecenderungan
pilihan rakyat dalam pilihan umum serta latar belakang mengapa mereka
melakukan pilihan itu (Plano, Ringgs, & Robin 1985). Terdapat 3 tipe perilaku
pemilih masyarakat desa berdasarkan pendekatannya yang nantinya
mempengaruhi preferensi politik yaitu pendekatan sosiologis, psikologis, dan
ekonomi. Masyarakat dengan tipe perilaku sosiologis akan menentukan pilihannya
dengan pertimbangan arahan dari kelompoknya, sedangkan masyarakat dengan
tipe pendekatan psikologis akan memutuskan pilihannya berdasarkan loyalitasnya,
dan terakhir, masyarakat dengan tipe ekonomi, akan mendasarkan pilihannya
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan rasional dan logis.
Penelitian yang dilakukan memperlihatkan bagaimana pengaruh
kelembagaan (struktural dan konstruktif) terhadap tipe perilaku pemilih
(sosiologis, psikologis, ekonomi) sehingga pada akhirnya memunculkan
preferensi politik, yaitu penentuan pilihan dengan berbagai macam pertimbangan
sesuai dengan nilai yang dibangunnya dalam menentukan standar penilaian

14

terhadap seorang calon maupun partai politik. Adapun kelembagaan yang akan
diteliti disesuaikan dengan kelembagaan yang umum ada di pedesaan. Peneliti
menetapkan dua tipe kelembagaan yang akan dijadikan subyek penelitian yaitu
kelembagaan formal yaitu pemerintah desa serta kelembagaan informal yaitu
majelis taklim. Untuk lebih jelasnya, kerangka pemikiran yang digunakan peneliti
pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Anggota Kelembagaan
Formal:
Pemerintah Desa

Informal:
Majelis Taklim

Pengaruh Kelembagaan












Struktural
Keanggotaan
Keterikatan dengan kelembagaan
Posisi sosial individu
Kemampuan menentukan tindakan
Pengaruh struktur sosial di atasnya

Konstruktif:
Jalinan
komunikasi
dengan
lingkungan sekitar
Luas jaringan sosial
Pembentukan kesepakatan bersama
Jumlah variasi peran individu dalam
berbagai situasi
Kemampuan mengkonstruksi peran

Perilaku pemilih

-

-

-

-

Preferensi Politik Anggota

Keterangan:
:
:
:

Unit Analisis
Mempengaruhi
Merepresentasikan
Gambar 1 Kerangka pemikiran

Psikologis
Loyalitas
terhadap
kandidat
Pembentukan sikap
politik
Keterdedahan
terhadap pendidikan
politik
Sosiologis
Kohesi sosial
Pengelompokan sosial
Informasi politik
Ekonomi
Kebutuhan
konkret
pemilih
Tujuan pemilih
Orientasi pem