Pengaruh Efisiensi Modal Kerja dan Biaya Terhadap Rentabilitas Modal Sendiri Pada KPPD DKI Jakarta

i

PENGARUH EFISIENSI MODAL KERJA DAN BIAYA
TERHADAP RENTABILITAS MODAL SENDIRI
PADA KPPD DKI JAKARTA

MUTIA TANTRI

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

ii

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh
Efisiensi Modal Kerja dan Biaya Terhadap Rentabilitas Modal Sendiri Pada
KPPD DKI Jakarta adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam bacaan dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014

Mutia Tantri
NIM H24124050

iv

ABSTRAK
MUTIA TANTRI. Pengaruh Efisiensi Modal Kerja dan Biaya Terhadap
Rentabilitas Modal Sendiri Pada KPPD DKI Jakarta. Dibimbing oleh ABDUL
KOHAR IRWANTO.

Rentabilitas adalah kemampuan untuk menghasilkan laba selama periode
tertentu. Permasalahan rentabilitas harus lebih diperhatikan daripada peningkatan
sisa hasil usahanya, karena SHU yang besar tidak mewakili kinerja koperasi telah
efisien. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi efisiensi modal kerja,
efisiensi biaya, rentabilitas modal sendiri dan mengetahui pengaruh efisiensi
modal kerja dan biaya terhadap rentabilitas modal sendiri, menganalisis selisih
efisiensi biaya, dan memperkirakan SHU di masa mendatang. Metode yang
digunakan adalah analisis deskriptif, regresi liniear berganda, uji beda
berpasangan, dan peramalan SHU. Hasil analisis regresi linier berganda
menunjukkan bahwa secara bersamaan efisiensi modal kerja dan biaya
berpengaruh signifikan secara bersama-sama terhadap rentabilitas modal sendiri.
Sementara hasil uji T menunjukan bahwa hanya variabel efisiensi modal kerja
yang memiliki pengaruh terhadap rentabilitas modal sendiri, lalu uji beda
berpasangan menunjukkan hasil bahwa biaya pegawai dan biaya umum memiliki
selisih di luar batas pengendalian, serta prakiraan SHU KPPD DKI Jakarta
menunjukkan trend positif dan meningkat namun pertumbuhannya yang
cenderung rendah dibandingkan dengan SHU sebelum prakiraan.
Kata kunci : biaya, efisiensi, modal kerja, rentabilitas, SHU.

ABSTRACT

MUTIA TANTRI. The Influence of Working Capital and Costs Efficiency
to Rentability on Equity at KPPD DKI Jakarta. Supervised by ABDUL KOHAR
IRWANTO.
Rentability is the ability to generate profit during a given period.
Rentabilities problem should be more heeded than increase in SHU, because of
the great SHU does not represent the performance of cooperatives has been
efficient. This study aimed to indentify working capital, costs efficiency,
rentability on equity and determine the effect of working capital and costs
efficiency to rentability on equity, analyzing the difference in cost efficiency and
estimate SHU in the future. The method used in this research is descriptive
analysis, multiple liniear regression, paired sample t-test, and forecasting SHU.
The result of multiple linier regression analysis shows that simultaneously
working capital and costs efficiency have a significant influence to rentability on
equity and T test result showed that the working capital efficiency variables that
have influence to rentability on equity. Then the result of paired samples t-test
indicating that personnel costs and general costs having a different beyond the
limits of controlling, And forecast SHU KPPD DKI Jakarta shows positive trend
and increases but its growth that tends to low compared with before its forecast.
Keywords : costs, efficiency, rentabililty, SHU, working capital


v

PENGARUH EFISIENSI MODAL KERJA DAN BIAYA
TERHADAP RENTABILITAS MODAL SENDIRI
PADA KPPD DKI JAKARTA

MUTIA TANTRI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
Departemen Manajemen

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2014

vi

vii

Judul Skripsi
Nama
NIM

: Pengaruh Efisiensi Modal Kerja dan Biaya Terhadap
Rentabilitas Modal Sendiri Pada KPPD DKI Jakarta
: Mutia Tantri
: H24124050

Disetujui oleh

Dr Ir Abdul Kohar Irwanto, MSc
Pembimbing


Diketahui oleh

Dr Mukhamad Najib, STP MM
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

viii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul
Penelitian yang dipilih dalam penelitian yang diselesaikan sejak bulan Maret 2014
sampai bulan Juli 2014 ini ialah Pengaruh Efisiensi Modal Kerja dan Biaya
Terhadap Rentabilitas Modal Sendiri Pada KPPD DKI Jakarta
Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto,
MSc. selaku dosen pembimbing dan ucapan terimakasih juga penulis sampaikan
kepada pihak manajemen KPPD DKI Jakarta. Ungkapan terimakasih juga penulis
sampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas dukungan doa dan kasih

sayang yang selalu menyertai penulis, tidak lupa kepada teman-teman satu
bimbingan skripsi, teman-teman ekstensi manajemen angkatan 10, sahabatsahabat yang selalu memberikan dukungan dan bantuan dalam pembuatan skripsi
ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2014

Mutia Tantri

ix

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi


DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

3

Tujuan Penelitian

3


Ruang Lingkup

3

Manfaat Penelitian

3

TINJAUAN PUSTAKA

4

Konsep Korporasi dan Koperasi

4

Efisiensi Modal Kerja

4


Efisiensi Biaya

4

Rentabilitas Modal Sendiri

5

Penelitian Terdahulu

5

METODE

6

Kerangka Pemikiran Penelitian

6


Lokasi dan Waktu Penelitian

7

Metode Pengumpulan Data

7

Metode Pengolahan dan Analisis Data

7

Analisis Deskriptif

7

Uji Asumsi Klasik

8

Analisis Regresi Linier Berganda

9

Pengujian Hipotesis

9

Analisis Uji Beda (Paired Samples T-Test)

10

Analisis Peramalan

10

HASIL DAN PEMBAHASAN

11

Gambaran Umum

11

Efisiensi Modal Kerja

12

Efisiensi Biaya

12

Uji Asumsi Klasik

15

Analisis Regresi Linier Berganda

16

x

Pengujian Hipotesis

18

Analisis Uji Beda (Paired Samples T-Test)

19

Analisis Peramalan

20

Implikasi Manajerial

21

SIMPULAN DAN SARAN

22

Simpulan

22

Saran

23

DAFTAR PUSTAKA

24

DAFTAR ISTILAH

25

xi

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Analisis efisiensi biaya KPPD DKI Jakarta akhir periode 2006-2013
Standar rasio rentabilitas modal sendiri
Nilai Durbin Watson
Nilai toleransi dan VIF
Hasil analisis regresi linier berganda
Hasil koefisien determinasi
Nilai F hitung pada model RMS
Hasil uji- T
Hasil uji beda (paired samples t-test)
Hasil perhitungan ukuran relatif masing-masing metode peramalan
Prakiraan SHU KPPD DKI Jakarta

13
13
15
16
16
17
18
18
20
21
21

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Prosentase pertumbuhan SHU KPPD DKI Jakarta
Kerangka pemikiran pengaruh efisiensi modal kerja dan biaya terhadap
rentabilitas modal sendiri pada KPPD DKI Jakarta
Grafik perhitungan EMK KPPD DKI Jakarta
Grafik perhitungan EB KPPD DKI Jakarta
Grafik perhitungan RMS KPPD DKI Jakarta
Grafik data dan histogram berdistribusi normal
Sebaran nilai-nilai data uji heteroskedastisitas
Grafik plot data SHU KPPD DKI Jakarta 2006-2013

1
6
12
12
14
15
16
20

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.

Tabel pertumbuhan SHU periode 2006 hingga 2013
27
Rekapitulasi potongan anggota KPPD untuk tagihan selama periode 20122013
27
3. Prosentase pertumbuhan kas dan setara kas
27
4. Tabel rekapitulasi hasil penelitian terdahulu
28
5. Struktur organisasi KPPD DKI Jakarta
29
6. Tabel perhitungan efisiensi modal kerja KPPD DKI Jakarta tahun
2006-2013
30
7. Tabel perhitungan efisiensi biaya KPPD DKI Jakarta tahun 2006-2013
31
8. Tabel perhitungan rentabilitas modal sendiri KPPD DKI Jakarta tahun 20062013
32
9. Hasil uji beda sample paired T-test
33
10. Hasil olah data peramalan SHU dengan Minitab 14
34
11. Daftar pertanyaan/kuesioner untuk Kepala Bagian Administrasi dan Umum
KPPD DKI Jakarta
35

xii

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Persentase SHU (% / Th)

Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi menurut UU No. 25/ 1992 tentang
Perkoperasian adalah pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku
dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban lain termasuk pajak dalam
satu tahun buku yang bersangkutan. Salah satu ukuran kesuksesan koperasi dilihat
dari perolehan SHU. Namun tingkat rentabilitas harus lebih diperhatikan daripada
peningkatan sisa hasil usahanya, karena SHU yang besar tidak mewakili kinerja
koperasi telah efisien. Efisien baru dapat diketahui dengan membandingkan laba
yang diperoleh dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Di
bawah ini adalah Grafik prosentase pertumbuhan SHU periode 2006 hingga akhir
2013.

Gambar 1. Prosentase pertumbuhan SHU KPPD DKI Jakarta
(Laporan Keuangan KPPD DKI Jakarta 2006-2013)
Bila dilihat dari Gambar 1 di atas dapat dilihat bahwa prosentase
pertumbuhan SHU KPPD DKI Jakarta mengalami kenaikan pada akhir tahun
2006 dengan nilai sebesar 25,28%, lalu prosentasenya menurun drastis sebesar
63,9% pada akhir periode 2008. Setelah tahun 2008 prosentase pertumbuhannya
meningkat sebesar 62%. Namun setelah tahun 2012 yaitu akhir periode 2013
perkembangan pertumbuhannya turun -14.5% setelah akhir periode 2012. Rincian
pertumbuhan dan perkembangan SHU dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran
1.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu Kepala Bagian (Kabag)
Administrasi dan Umum KPPD DKI Jakarta didapatkan informasi bahwa
penurunan signifikan yang terjadi pada tahun 2008 dikarenakan adanya pos baru
pada pencatatan laporan keuangan yaitu pos pembinaan anggota yang termasuk
dalam biaya umum yang digunakan untuk mensejahterakan anggota. Namun
berdasarkan penelusuran penulis pada laporan keuangan KPPD ditemukan bahwa
di setiap akhir periode 2008 hingga 2013, realisasi beban usaha selalu lebih besar
dibandingkan dengan rencananya. Dimana biaya-biaya yang termasuk beban
usaha yaitu biaya pegawai, biaya umum, biaya bunga bank, biaya amortisasi &
biaya penyusutan.
Pengendalian biaya yang buruk dikhawatirkan akan mempengaruhi
perolehan SHU KPPD di masa yang akan datang dan dampaknya dapat
mempengaruhi tingkat rentabilitas yang akan dicapai dikarenakan rentabilitas

2

dipengaruhi secara langsung oleh SHU itu sendiri. Rentabilitas merupakan salah
satu rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan. Rentabilitas yang ditekankan pada penelitian ini ialah
rentabilitas modal sendiri karena prosentase penggunaan modal sendiri lebih besar
dibanding modal asing.
Koperasi dalam menghasilkan keuntungan tidak terlepas dari adanya modal.
Menurut anggaran dasar KPPD DKI Jakarta BAB XII pasal 29 tentang modal
badan usaha KPPD bahwa modal KPPD berasal dari modal sendiri dan modal
pinjaman. Modal sendiri dapat berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib,
dana cadangan, dan hibah. Sedangkan modal pinjaman dapat berasal dari anggota,
koperasi lain, Bank, penerbitan obligasi, dan sumber lainnya yang sah.
Berdasarkan pengamatan penulis, sebagian besar modal KPPD berasal dari modal
sendiri. Presentase penggunaan modal sendiri pada KPPD DKI Jakarta dibanding
modal asing adalah sebesar ±75% dibandingkan dengan modal asingnya.
Jenis modal yang ditekankan pada penelitian ini adalah modal kerja.
Menurut Wilford J. Eiteman – J.h. Holtz dalam Riyanto (2008), yang memberikan
definisi bahwa modal kerja sebagai dana yang digunakan selama periode
accounting yang dimaksudkan untuk menghasilkan current income. Sehingga
dana yang dimaksud di atas dapat juga disebut sebagai modal kerja. Lalu menurut
Sawir (2005) modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki oleh
perusahaan atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia untuk
membiayai kegiatan operasi sehari-hari seperti pembelian bahan baku,
pembiayaan listrik, telepon, upah buruh, hutang dan pembayaran lainnya.
Modal kerja berhubungan dengan current account (aktiva lancar dan hutang
lancar). Salah satu penyumbang modal kerja KPPD berasal dari piutang anggota,
dimana piutang ini merupakan refleksi dari volume usaha KPPD yang berbentuk
penyaluran pinjaman. Penyaluran pinjaman ini akan mempengaruhi besarnya
modal kerja. Namun pada 3 bulan terakhir periode 2013 terjadi peningkatan
jumlah gagal tagih yang dilakukan oleh Bank DKI. Hal ini tentunya akan
mempengaruhi sumber pendapatan koperasi dan pada akhirnya mempengaruhi
besar SHU yang akan diperoleh. Selengkapnya mengenai peningkatan jumlah
gagal tagih pada Lampiran 2.
Sementara itu, prosentase pertumbuhan kas dan setara kas (cash equivalent)
mengalami penurunan sebesar 8,66% pada akhir 2009, lalu meningkat kembali
pada akhir 2010 sebesar 195,97% dan di akhir periode 2013 pertumbuhannya
meningkat sebesar 6,5% namun perkembangannya turun -114,53% setelah akhir
periode 2012. Perkembangan kas yang fluktuatif ini dapat berdampak pada
kelancaran aktifitas operasional KPPD, hal tersebut menjadi masalah karena
menurut aksioma keuangan nomor 3 menyebutkan “kas bukan besarnya laba
adalah yang utama”. Selengkapnya mengenai pertumbuhan kas dan setara kas
dapat dilihat pada Lampiran 3.
Adanya peningkatan jumlah gagal tagih, fluktuasi pertumbuhan kas, dan
pengendalian biaya yang buruk dikhawatirkan akan mengganggu aktivitas
operasional KPPD dalam menghasilkan keuntungan. Menurut Riyanto (2008)
Efisiensi penggunaan dana secara langsung akan menentukan besar kecilnya
tingkat keuntungan yang dihasilkan dari investasi tersebut atau rentabilitas.
Efisiensi modal kerja mengukur seberapa efisien koperasi mengelola dan
menggunakan modal kerjanya. Jenis koperasi KPPD merupakan jenis koperasi

3

berdasarkan profesi anggotanya yaitu koperasi pegawai negeri yang memiliki
usaha utama yakni simpan pinjam. Sehingga kebutuhan akan modal kerja untuk
kelancaran usaha simpan pinjam menjadi sangat penting. Sementara efisiensi
biaya mengukur seberapa jauh selisih antara biaya aktual dengan biaya yang
direncanakan pada koperasi.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut
mengenai Efisiensi Modal Kerja (EMK), Efisiensi Biaya (EB) dan permasalahan
Rentabilitas Modal Sendiri (RMS) pada KPPD DKI Jakarta dengan judul
“Pengaruh Efisiensi Modal Kerja dan Biaya Terhadap Rentabilitas Modal
Sendiri pada KPPD DKI Jakarta”
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan
masalah yang diteliti adalah: (1) Bagaimana EMK, EB dan RMS pada KPPD DKI
Jakarta? (2) Bagaimana pengaruh EMK dan EB terhadap RMS pada KPPD DKI
Jakarta tahun 2006-2013? (3) Bagaimana kondisi selisih beban usaha yang terjadi
pada KPPD DKI Jakarta tahun 2006-2013? (4) Bagaimana kondisi SHU KPPD
DKI Jakarta dimasa mendatang?
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: (1) Melakukan
analisis deskriptif EMK, EB, RMS pada KPPD DKI Jakarta tahun 2006-2013 (2)
Menganalisis pengaruh antara EMK dan EB baik secara sebagian/parsial maupun
bersama/simultan dengan RMS pada KPPD DKI Jakarta tahun 2006-2013 (3)
Menganalisis selisih EB pada KPPD DKI Jakarta tahun 2006-2013 (4)
Mengestimasi SHU KPPD DKI Jakarta di masa mendatang.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi dengan pembahasan pada modal kerja
konsep kualitatif yaitu kelebihan aktiva lancar di atas utang lancarnya (modal
kerja neto), SHU (net profit after taxes), dan beban usaha (biaya pegawai, biaya
umum, biaya bunga bank, biaya penyusutan dan amortisasi). Data pada penelitian
ini dibatasi mulai tahun 2006-2013.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: (1) Bagi KPPD DKI Jakarta,
sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kinerja keuangannya (2) Kalangan
akademis, sebagai informasi, referensi, dan masukan untuk pengembangan
penelitian lebih lanjut.

4

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Korporasi dan Koperasi
Korporasi atau perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang melakukan
kegiatan secara tetap dan terus menerus dengan tujuan memperoleh keuntungan
atau laba, baik yang diselenggarakan oleh orang perorangan maupun badan usaha
yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum, yang didirikan dan
berkedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia. (UU RI No.8 Tahun
1997 tentang Dokumen Perusahaan). Menurut peraturan menteri negara koperasi
dan usaha kecil dan menengah No: 20/Per/M.KUKM/XI/2008 tentang pedoman
penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi
pada pasal 1 poin 1 bahwa koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan
orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
berdasar atas asas kekeluargaan.
Korporasi dan koperasi memiliki tujuan yang sama yaitu memperoleh
keuntungan yang sebesar-besarnya. Namun cara kerja perusahaan adalah
meningkatkan nilai perusahaan agar memiliki daya saing. Sedangkan koperasi
menekankan pada asas kekeluargaan atau asas kerja sama.

Efisiensi Modal Kerja
Efisiensi modal kerja penting diterapkan dalam perusahaan karena berguna
dalam pencapaian tujuan perusahaan. Menghitung besar efisiensi modal kerja
pada koperasi menurut Husnan dan Pudjiastuti (2004) dalam Hendar dan Kusnadi
(2005) dapat menggunakan rasio yang disebut Return on Working Capital (ROW),
yaitu:
ROW =

x 100%.......................................(1)

Efisiensi Biaya
Menurut Carter dan Usry (2004) efisiensi biaya dapat diukur dengan cara
membandingkan biaya sesungguhnya dengan biaya yang dianggarkan yang
selanjutnya disebut biaya standar.
Efisiensi Biaya = %Biaya Standar - %Biaya Sesungguhnya……………..(2)

5

Rentabilitas Modal Sendiri
Menurut Riyanto (2008) RMS sering juga disebut dengan rentabilitas usaha
yaitu perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri
disatu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut dilain
pihak.
RM S

x 100%……….......…………………….......(3)

Penelitian Terdahulu
Pebriyanti (2012), melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Efisiensi
Biaya Operasional Terhadap Laba Bersih Dengan Perputaran Persediaan Sebagai
Variabel Pemoderasi” pada PT. Petro Multi Guna Tanjungpinang. Penelitian ini
menggunakan regresi linier dengan variabel moderating menggunakan MRA yang
dilakukan dari tahun buku 2010-2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
efisiensi biaya operasional berpengaruh positif terhadap laba bersih. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin besar biaya operasional maka semakin sedikit laba
yang akan diperoleh, dan sebaliknya. Sedangkan perputaran persediaan tidak
memoderasi hubungan antara efisiensi biaya operasional dengan laba bersih PT.
Petro Multi Guna Tanjungpinang.
Walida (2010), melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Modal Kerja
dan Efisiensi Biaya Serta Pengaruhnya Terhadap Rentabilitas Pada PT. Pos
Indonesia (Persero) Bandung. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
verifikatif dengan alat analisis Rasio Modal Kerja yang dihitung dengan cara
mengurangi Aktiva lancar dengan Hutang Lancar, analisis Efisiensi Biaya yang
dihitung dengan cara mengurangi biaya standar dengan biaya sesungguhnya atau
realisasi, serta Analisis Rentabilitas dengan membagi laba usaha dengan modal
usaha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan, modal kerja dan
efisiensi biaya berpengaruh secara simultan akan tetapi secara parsial hanya
efisiensi biaya yang berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas. Sedangkan
modal kerja berpengaruh terhadap tetapi tidak signifikan terhadap rentabilitas.
Oktaviana (2013) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Efisiensi
Modal Kerja Terhadap RMS pada Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung
(KPKB). Penelitian bertujuan untuk menganalisis efisiensi modal kerja terhadap
RMS pada KPKB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi modal kerja
berpengaruh positif terhadap nilai RMS. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
tinggi nilai efisiensi penggunaan modal kerja maka akan semakin tinggi pula nilai
RMS, atau dapat dikatakan bahwa hasil penelitian ini menjabarkan bahwa
efisiensi modal kerja berbanding lurus dengan RMS. Ringkasan penelitian
terdahulu dipaparkan dalam tabel yang dapat dilihat pada Lampiran 4.

6

METODE

Kerangka Pemikiran Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu cara yang dapat membantu peneliti
tentang urutan penelitian tersebut dilakukan. Dalam melaksanakan penelitian ini,
penulis menggunakan metode deskriptif dengan penelitian kuantitatif.
Kelompok Koperasi Pegawai Negeri
Pemprov DKI Jakarta
KPPD DKI JAKARTA

Laporan Keuangan

Analisa Laporan Keuangan
Penggunaan Modal yang
Efisien

Efisiensi Biaya (EB)

Efisiensi Modal Kerja (EMK)

(X2)

(X1)

Rentabilitas Modal Sendiri (RMS)
(Y)
- Analisis Deskriptif
- Analisis Regresi Berganda
- Analisis Peramalan SHU

Analisis Paired
Sample T-test

Efisiensi Modal Kerja dan Biaya
Mempunyai Pengaruh Terhadap
Rentabilitas Modal Sendiri

Rekomendasi

Gambar 2. Kerangka pemikiran pengaruh efisiensi modal kerja dan biaya
terhadap rentabilitas modal sendiri pada KPPD DKI Jakarta

7

Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian yaitu di KPPD DKI Jakarta, Jalan Jaksa No. 25 Kebon
Sirih Jakarta Pusat. Penelitian dilaksanakan pada bulan 01 April 2014 hingga 31
Agustus 2014.
Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder. Metode untuk mendapatkan data primer adalah dengan wawancara
langsung dengan Kabag. Administrasi KPPD DKI Jakarta. Data sekunder adalah
data yang sudah dipublikasikan dari penelitian lain dan atau institusi lain. Data
tersebut berupa buku laporan keuangan tahunan KPPD yang sudah dipublikasikan
bagi anggota. Data yang diambil adalah laporan keuangan akhir periode yakni
periode 2006 hingga 2013. Jenis laporan yang digunakan antara lain Laporan
Hasil Usaha berupa Rencana dan Realisasi, Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
dan Laporan Laba-Rugi. Data dalam penelitian ini merupakan data antar waktu
(time series) selama akhir periode 2006-2013.

Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah diperoleh baik primer maupun sekunder akan diolah secara
manual dengan bantuan program Microsoft Excel, software statistik SPSS 16, dan
minitab 14. Tahapan analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Analisis Deskriptif
Analisis ini digunakan untuk membahasa data kuantitatif. Dalam analisis ini
dilakukan pembahasan dengan rumus-rumus sebagai berikut:
Efisiensi Modal Kerja
Rasio ini mengukur seberapa besar EMK pada suatu tingkat atau jumlah
modal kerja pada suatu perusahaan. Rumus menghitung rasio ini mengacu pada
persamaan (1) pada tinjauan pustaka yaitu rasio return on working capital (ROW)
yang didapat dengan membandingkan antara operating income dengan current
assets / modal kerja yang digunakan. Modal kerja yang dimaksud adalah modal
kerja netto.
Efisiensi Biaya
Rasio ini mengukur seberapa besar perusahaan telah efisien dalam
melakukan penganggaran biaya dan realisasinya. Rumus EB mengacu pada
persamaan (2) pada tinjauan pustaka dimana dicari dengan membandingkan antara
biaya standar dengan biaya realisasinya.

8

Rentabilitas Modal Sendiri
Rasio ini mengukur kemampuan koperasi dalam menghasilkan laba
berdasarkan modal yang dimilikinya sendiri. Cara menghitung RMS mengacu
pada persamaan (3) pada tinjauan pustaka yaitu dengan cara membandingkan
antara SHU/laba setelah pajak dengan modal sendiri.

Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Menurut Sunyoto (2009) persamaan regresi dikatakan baik jika mempunyai
data variabel bebas dan data variabel terikat berdistribusi mendekati normal atau
normal sama sekali. Uji asumsi klasik normalitas pada penelitian ini
menggunakan cara grafik histogram dan normal probability plots (normal P-P
Plot). Secara histogram maka data normal akan membentuk garis kurva
cenderung simetri terhadap mean (U). Sedangkan cara normal P-P Plot, data
dikatakan berdistribusi normal jika garis (titik-titik) mengikuti atau menyebar di
sepanjang garis diagonal.
Uji Autokorelasi
Menurut Sunyoto (2009) jika terjadi autokorelasi maka persamaan tersebut
menjadi tidak layak dipakai prediksi. Uji Durbin-Watson (DW) ialah salah satu
ukuran untuk menentukan ada tidaknya autokorelasi, hal ini tentunya dengan
ketentuan: (1) Terjadi autokorelasi positif jika nilai DW di bawah -2 (DW ˂ -2),
(2). Tidak terjadi autokorelasi jika nilai DW berada di antara -2 dan +2 atau (-2 <
DW < +2), (3). Terjadi autokorelasi negatif jika nilai DW di atas +2 atau (DW >
+2).
Uji Multikolinieritas
Menurut Sunyoto (2009) bahwa dalam menentukan ada tidaknya
multikolinieritas, dapat digunakan 2 cara yaitu: (1). Nilai tolerance (a) adalah
besarnya tingkat kesalahan yang dibenarkan secara statistik, dan (2). Nilai
variance inflation factor (VIF) adalah faktor inflasi penyimpangan baku kuadrat.
(a) dan VIF dicari dengan menggabungkan kedua nilai tersebut dimana besar nilai
a = 1/ VIF, dan besar nilai VIF = 1/a. Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi diantara variabel independen.
Uji Heteroskedastisitas
Menurut Sunyoto (2009) jika residualnya mempunyai varians yang sama,
disebut terjadi homoskedastisitas dan jika variannya tidak sama/berbeda disebut
heteroskedastisitas. Persamaan regresi yang baik adalah jika tidak terjadi
heteroskedastisitas. Sedangkan heteroskedastisitas terjadi bila titik-titik pada
scatterplot memiliki pola yang teratur, baik menyempit, melebar maupun
bergelombang.

9

Analisis Regresi Linier Berganda
Menurut Siregar (2013) regresi berganda merupakan pengembangan dari
regresi linier sederhana, yaitu sama-sama alat yang digunakan untuk melakukan
prediksi permintaan di masa yang akan datang, berdasarkan data masa lalu atau
untuk mengetahui pengaruh satu atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel
tak bebas. Berikut persamaan umum regresi linier berganda menurut Siregar
(2013)
Y = a + B1X1 + B2X2 ...................................(4)
Keterangan:
Y
X1
X2
a
B1,B2

= Rentabilitas Modal Sendiri
= Efisiensi Modal Kerja
= Efisiensi Biaya
= Konstanta
= Koefisien regresi

Penggunaan regresi linier berganda harus memenuhi persyratan uji asumsi
klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji multikolinieritas, uji autokorelasi, dan
uji heteroskedastisitas. Keempat asumsi ini harus terpenuhi sebelum melakukan
uji regresi linier berganda.
Analisis Koefisien Determinasi (Uji R2)
Besarnya r2 berada di antara 0 (nol) dan 1 (satu) yaitu 0≤ r2 ≤ 1. Jika nilai
semakin mendekati 1 (satu) maka model tersebut baik dan pengaruh antara
variabel bebas X1 dan X2 dengan Variabel Y semakin kuat (erat hubungannya).
Menurut (Sugiyono, 2009) rumus koefisien determinasi adalah sebagai berikut:
KD = r2 x 100% dimana r adalah koefisien korelasi......................(5)

Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis digunakan untuk menguji hubungan dari kedua variabel,
apakah ada pengaruh yang signifikan atau tidak antara EMK dan EB sebagai
variabel X dengan RMS sebagai variabel Y. Hipotesis dari seluruh uji parsial dan
simultan dijabarkan seperti di bawah ini:
Ho1 : Tidak ada pengaruh antara EMK dan EB terhadap RMS
H11 : Ada pengaruh antara EMK dan EB terhadap RMS
Ho2 : Tidak ada pengaruh antara EMK terhadap RMS
H12 : Ada pengaruh antara EMK terhadap RMS
Ho3 : Tidak ada pengaruh antara EB terhadap RMS
H13 : Ada pengaruh antara EB terhadap RMS

10

Uji-F
Uji pengaruh secara simultan menurut Sunyoto (2009) melibatkan kedua
variabel bebas (EMK dan EB) terhadap variabel terikat (RMS) dalam menguji ada
tidaknya pengaruh signifikan secara simultan/bersama-sama. Pengujian secara
simultan membandingkan antara F hitung (F rasio) dan F tabel. Dimana pengujian
untuk F hitung adalah sebagai berikut:

... R =

Fhitung =

...................(6)

Uji-T
Menurut Sunyoto (2009) pengujian ini dilakukan untuk menentukan
signifikan atau tidak signifikan masing-masing nilai koefisien regresi (B) secara
sendiri-sendiri terhadap variabel terikat dengan alpha sebesar 5%. Dimana
pengujian untuk nilai b1 dan b2 sebagai berikut:
tb1 =

... Sb1 =

2

.... se =

........(7)

Analisis Uji Beda (Paired Samples T-Test)
Setelah menilai kinerja keuangan dari sisi biaya maka selanjutnya dilakukan
uji beda. Uji ini dimaksudkan untuk melihat apakah selisih dari masing-masing
rencana dan realisasi biaya yang terjadi di KPPD masih dalam batas kewajaran
manajemen atau sebaliknya. T-test menggunakan data selisih antara rencana dan
realisasi biaya pegawai, biaya umum, biaya bunga bank, biaya penyusutan dan
biaya amortisasi. Menurut Nazir (2011) sebelum melakukan uji beda, terlebih
dahulu harus melakukan uji normalitas data dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Uji
beda ini dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 16 dan berguna untuk
melihat selisih dari rencana dan realisasi, apakah masih dalam batas yang dapat
ditoleransi atau hasilnya berbeda signifikan

Analisis Peramalan
Variabel yang akan diramalkan dalam penelitian ini merupakan bagian dari
rasio rentabilitas modal sendiri yaitu data SHU masa lalu. Analisis peramalan data
SHU akan menggunakan beberapa metode peramalan time series yaitu metode
Trend Linier, Trend Quadratic, Moving Average, Single Exponential Smoothing,
Double Exponential Smoothing, Decomposition Additive, dan Decomposition
Multiplicative. Lalu keakuratan nilai peramalan dibandingkan dengan nilai
aktualnya. Ada 3 macam cara untuk menghitung kesalahan peramalan, yaitu
simpangan rataan absolut/mean absolut deviation (MAD), kesalahan rataan
kuadrat/mean square error (MSE), dan kesalahan persen rataan absolut/ mean
absolut percentage error (MAPE).

11

Menurut Makridakis, Wheelwright, dan McGee (1999) terdapat tiga ukuran
relatif yang sering digunakan yaitu percentage error (PE), mean percentage error
(MPE), mean absolute percentage error (MAPE). Sedangkan menurut teorinya
Baroto (2002) bahwa langkah-langlah analisis peramalan adalah sebagai berikut:
(1). Menentukan pola data penjualan, dengan memetakan data secara grafis dan
menyimpulkan apakah data itu berpola trend, musiman, siklikal, atau acak. (2).
Mencoba beberapa metode time series yang sesuai dengan pola penjualan tersebut
untuk melakukan peramalan. Metode yang dicoba semakin banyak, maka semakin
baik. (3). Mengevaluasi tingkat kesalahan masing-masing metode yang telah
dicoba, tingkat kesalahan diukur dengan kriteria MAPE. (4). Memilih metode
terbaik diantara metode yang dicoba. Metode terbaik adalah metode yang
memberikan tingkat kesalahan terkecil dibandingkan metode lainnya. (5).
Melakukan peramalan dengan metode terbaik yang telah dipilih. Pada penelitian
ini, penulis membandingkan keakuratan peramalan dari nilai MAPE terkecil yang
dianjurkan oleh teori Makridakis (1999) dan Baroto (2002) karena ukuran variabel
peramalan merupakan faktor penting untuk mengevaluasi keakuratan peramalan.
Peramalan ini digunakan dalam rangka membuat rekomendasi untuk KPPD DKI
Jakarta ke depan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum
Pada mulanya KPPD DKI Jakarta beroperasi dengan nama Koperasi
Pegawai Kantor Gubernur (KPKG) DKI Jakarta pada tahun 1979. Rapat Anggota
Tahunan (RAT) tahun 1983 atas permintaan Gubernur DKI (Bapak R. Soeprapto)
maka KPKG berubah menjadi KPPD DKI Jakarta. Berdirinya koperasi ini
dilatarbelakangi oleh kecenderungan berdirinya koperasi-koperasi kecil di unit
kerja masing-masing anggota di lingkungan Balaikota Prov DKI Jakarta, sehingga
cakupan pelayanan terbatas pada lingkungan kerja masing-masing dalam skala
kecil. KPPD DKI Jakarta berdiri dengan badan hukum Nomor 1324/BH/I tanggal
28 November 1979 yang disyahkan oleh RAT tahun buku 2003. Jumlah anggota
KPPD DKI Jakarta pada akhir 2013 mencapai 9.112 orang. Struktur organisasi
KPPD terlampir pada Lampiran 5.

12

Efisiensi Modal Kerja

Persentase (% / Th)

Grafik hasil perhitungan untuk efisiensi modal kerja KPPD DKI Jakarta
akhir periode 2006-2013 digambarkan pada Gambar 3 berikut:

tahun

Gambar 3. Grafik perhitungan EMK KPPD DKI Jakarta
(Laporan Keuangan KPPD DKI Jakarta 2006-2013)
Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat bahwa rasio tertinggi dari laba usaha
atau pendapatan operasi dengan modal kerja (return on working capital/ROW)
yang dicapai KPPD terjadi pada tahun 2006 dengan nilai ROW sebesar 10,40%,
dimana berada di atas rata-rata rasio EMK KPPD selama akhir periode 2006-2013
yaitu 8,56%. Jika dari tahun ke tahun rasio EMK selalu mengalami peningkatan
maka dapat dikatakan bahwa KPPD DKI Jakarta sudah efisien dalam
menggunakan modal kerjanya, namun rasio terkecil terjadi pada tahun 2012 yaitu
sebesar 1,75%. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan modal kerja di KPPD
DKI Jakarta belum efisien. Pengelolaan modal kerja yang belum efisien ini salah
satunya dikarenakan meningkatnya jumlah gagal tagih yang dilakukan oleh Bank
DKI. Hal ini juga dikarenakan meningkatnya modal kerja tidak diimbangi dengan
peningkatan besar pendapatan operasi. Data perhitungan EMK selengkapnya pada
Lampiran 6.
Efisiensi Biaya
Grafik hasil perhitungan untuk perbandingan antara realisasi beban usaha
dengan beban usaha akhir periode 2006-2013 dijelaskan pada Gambar 4 berikut:
Persentase (% / Th)

10

0
2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

-10
-20
-30

tahun

-40
Standar Beban Usaha

Realisasi Beban Usaha

Gambar 4. Grafik perhitungan EB KPPD DKI Jakarta
(Laporan Keuangan KPPD DKI Jakarta 2006-2013)

13

Berdasarkan Gambar 4 dapat ditarik kesimpulan bahwa pengendalian biaya
KPPD DKI Jakarta dapat dikatakan masih kurang baik karena setiap akhir periode
mengalami inefisiensi biaya. Salah satunya disebabkan oleh pencetakan buku
laporan keuangan untuk anggota yang jumlahnya pada akhir 2013 mencapai 9112
pegawai dengan anggota aktif sebanyak 6500 orang. Dimana ringkasan hasil
perhitungan analisis beban usaha selengkapnya dari akhir periode 2006 hingga
2013 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Analisis efisiensi biaya KPPD DKI Jakarta akhir periode 2006-2013
Tahun Keterangan
Selisih
Selisih
Kriteria
(dlm juta)
(%)
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013

Beban Usaha
Beban Usaha
Beban Usaha
Beban Usaha
Beban Usaha
Beban Usaha
Beban Usaha
Beban Usaha

-103,07
-185,29
-830,94
-1328,26
-1481,90
-1910,99
-2643,00
-1368,93

-6,03%
-9,90%
-37,04%
-33,34%
-27,31%
-26,67%
-28,03%
-10,41%

Inefisiensi
Inefisiensi
Inefisiensi
Inefisiensi
Inefisiensi
Inefisiensi
Inefisiensi
Inefisiensi

(Data diolah, Juni 2014)

Berdasarkan grafik dan ringkasan perhitungan efisiensi biaya khususnya
untuk beban usaha akhir periode 2006-2013, dapat dilihat bahwa inefisiensi selalu
terjadi di setiap akhir periode. Rasio terbaik dengan tingkat selisih terendah terjadi
pada tahun 2006 dengan ketidaksesuaian antara biaya standar dengan biaya
sesungguhnya yaitu sebesar -6,03%. Sementara rasio terburuk dengan selisih
tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar -37,04%. Berdasarkan Tabel 1 di
atas dapat disimpulkan bahwa pengendalian pengeluaran biaya KPPD DKI
Jakarta belum efisien. Hal ini dikarenakan dari tahun ke tahun antara biaya standar
dengan biaya realisasi selalu mengalami inefisiensi. Data perhitungan efisiensi
untuk beban usaha selengkapnya pada Lampiran 7.

Rentabilitas Modal Sendiri
Dibawah ini adalah standar rasio rentabilitas modal sendiri (RMS) menurut
peraturan menteri negara koperasi dan usaha kecil dan menengah No 020/2008
yang dijabarkan dalam Tabel 2 berikut:
Tabel 2. Standar rasio rentabilitas modal sendiri
Rasio
Rentabilitas
Ekuitas (%)
x Ftabel, dengan tingkat keyakinan 95%, α = 5% lalu menentukan
derajat bebas (df) pembilang (numerator) dan df penyebut (denominator).
Numerator = banyak variabel bebas (X1, X2) = 2 serta denominator = N-m-1 = 322-1 maka F tabel = F5%; df (2)(29) = 3,33. Hasil uji ini dapat dilihat dengan pada
Tabel 7.
Tabel 7. Nilai F hitung pada model RMS

a. Predictors: (Constant), Efisiensi Biaya, ROW
b. Dependent Variable: RMS

Berdasarkan Tabel 7 di atas didapatkan hasil uji analisis regresi linier
berganda pada model RMS menunjukkan nilai sebesar 171,481> F tabel sebesar
3,33 dengan signifikansi 0.000 < (α) 0.05 sehingga Ho1 ditolak. Maka dapat
disimpulkan bahwa variabel efisiensi modal kerja dan efisiensi biaya secara
bersamaan memiliki pengaruh terhadap rentabilitas modal sendiri (H11 diterima).

Uji T
Uji-T dengan SPSS 16 pada penelitian ini menghasilkan output sebagai
berikut :
Tabel 8. Hasil uji- T

a. Dependent Variable: RMS

Hasil uji T dengan menggunakan tingkat keyakinan 95%, α = 5 %, dengan
menentukan df menggunakan rumus ( n – k) dimana n = banyak observasi dan k =
banyaknya variabel independen. Maka t(α)/2;df(n-3) = t5%/2;df (32-3) = t2.5%;df

19

(29) = 2,04523. Berdasarkan Tabel 8, didapatkan nilai T hitung masing-masing
variabel adalah :
a. Variabel ROW memiliki nilai probabilitas sebesar (0.000) < α (0.05), artinya
signifikan, didukung dengan nilai t hitung sebesar (14,198) > t tabel (2.04523)
yang artinya signifikan. Secara parsial ada pengaruh signifikan antara efisiensi
modal kerja terhadap rentabilitas modal sendiri.
b. Variabel efisiensi biaya memiliki nilai probabilitas sebesar (0.389) > α (0.05)
dengan nilai t hitung < t tabel yaitu (0,874) < (2,04523), maka dapat
disimpulkan bahwa efisiensi biaya tidak memiliki pengaruh terhadap
rentabilitas modal sendiri. Walaupun hanya variabel EMK yang berpengaruh,
tidak dapat disimpulkan bahwa variabel EB tidak memiliki pengaruh sama
sekali. Sebab secara uji simultan menyatakan bahwa terima H1 dimana nilai
kedua variabel tidak sama dengan nol. Hal ini dapat dilihat pada koefisien beta
hasil uji F dimana variabel EB memiliki pengaruh sebesar 0,6% dalam
meningkatkan RMS.

Analisis Uji Beda (Paired Samples T-Test)
Ringkasan hasil t-test dan uji normalitas data dengan KS dapat dilihat pada
Tabel 9. Setelah melakukan analisis efisiensi biaya untuk beban usaha KPPD DKI
Jakarta, peneliti kemudian melakukan uji beda dengan paired samples T-test, uji
ini dimaksudkan untuk melihat apakah selisih dari rencana dan realisasi dari
masing-masing biaya yang terdapat pada beban usaha, masih dalam batas
kewajaran manajemen atau sebaliknya, sehingga dapat dicarikan solusi yang tepat
untuk mengatasi masalah tersebut. Dengan hipotesis sebagai berikut:
Ho4 : Tidak ada perbedaan rencana biaya antara biaya standar dan realisasi.
H14 : Ada perbedaan rencana biaya antara biaya standar dan realisasi.
Ho yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan antara rencana dan
realisasi beban usaha akan diterima jika nilai sig. > α 0,05. Dari hasil uji beda
dapat dijelaskan bahwa selisih yang terjadi antara rencana dan realisasi biaya
masih dapat ditoleransi atau masih dalam batas pengendalian manajemen, namun
hal ini berlaku hanya untuk biaya bunga bank, biaya penyusutan, dan biaya
amortisasi. Sedangkan untuk biaya pegawai dan biaya umum tahun 2006 hingga
2013 memiliki ketidaksesuaian/selisih diluar batas pengendalian atau dapat
dikatakan tidak cukup dapat ditoleransi selisihnya menurut hasil uji beda
berpasangan. Pada Tabel 9 dijelaskan mengenai ringkasan hasil uji beda untuk
selisih biaya-biaya yang terdapat pada beban usaha KPPD DKI Jakarta 20062013.

20

Tabel 9. Hasil uji beda (paired samples t-test)
Keterangan

Biaya Pegawai
Biaya Umum
Biaya Bunga Bank
Biaya Penyusutan
Biaya Amortisasi

Asymp. Sig.
Normalitas data
KS
1,000
0,918
0,893
0,998
0,211

Asymp. Sig.
Paired Samples
T-Test
0,001
0,007
0,120
0,913
0,043

Kesimpulan

Ada Perbedaan
Ada Perbedaan
Tidak Ada Perbedaan
Tidak Ada Perbedaan
Tidak Ada Perbedaan

Output SPSS 16, diolah (2014)

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu staf KPPD DKI Jakarta,
faktor-faktor yang menyebabkan adanya selisih antara rencana dan realisasi biaya
secara umum disebabkan oleh adanya pos baru yaitu biaya pembinaan anggota
yang dikhususkan untuk kesejahteraan anggota dan anggota yang merangkap
sebagai pengurus atau pegawai KPPD DKI Jakarta. Bentuk kesejahteraan pos ini
berupa pembagian voucher belanja kepada seluruh anggota yang aktif setiap
tahun, lalu ada pembagian payung, kalender dan sisanya akan dimasukkan dalam
rekening masing-masing anggota yang dapat diambil apabila anggota tersebut
pensiun, berhenti dari keanggotaan atau meninggal dunia. Adanya pos baru ini
merupakan kebijakan pengurus yang berlandaskan pada tujuan KPPD yaitu
mensejahterakan anggota. Selengkapnya mengenai hasil uji beda pada Lampiran
9.
Analisis Peramalan
Analisis peramalan ini digunakan untuk memperkirakan berapa SHU KPPD
DKI Jakarta sepuluh tahun yang akan datang dari tahun 2014 hingga hingga 2023,
dimana data yang digunakan adalah data masa lalu SHU mulai dari tahun 2006
hingga tahun 2013. Hasil plot pola data SHU KPPD DKI Jakarta periode 2006
hingga 2013 dapat dilihat pada Gambar 8 di bawah ini.

Gambar 8. Grafik plot data SHU KPPD DKI Jakarta 2006-2013
Output Minitab 14, diolah (2014)

Berdasarkan Gambar 8 di atas menunjukkan bahwa data yang ditampilkan
tidak mengalami stasioneritas atau dapat dikatakan memiliki trend. Pada plot data
SHU di atas datanya tidak konstan sehingga analisis peramalan untuk sepuluh
tahun kedepan dapat dilakukan. Langkah selanjutnya setelah dilakukan plot data
dan data tidak stasioner, maka dilakukan peramalan SHU pada sepuluh tahun

21

berikutnya. Hasil analisis tersebut dijabarkan dan diringkas dalam Tabel 10 di
bawah ini.
Tabel 10. Hasil perhitungan ukuran relatif masing-masing metode peramalan
Metode
Linier Trend Model
Quadratic Trend Model
Decomposition Multiplicative Model
Decomposition Additive Model
Single Exponential Smoothing
Double Exponential Smoothing
Moving Average

MAPE
4,2545
1,6917
4,2015
4,2165
4,3625
5,2430
4,7949

(Data diolah, Juli 2014)

Berdasarkan Tabel 10 di atas, dapat dilihat bahwa nilai MAPE terkecil
terdapat pada metode Quadratic Trend Model dengan nilai kesalahan sebesar
(1,6917). Maka dapat disimpulkan bahwa metode terbaik untuk meramalkan
besaran SHU untuk sepuluh tahun mendatang adalah metode Quadratic Trend
Model dengan persamaan Yt = 896.107.494 – 289.815.873*t + 44.639.040*t**2.
Dari persamaan tersebut dapat ditarik kesimpulan awal bahwa setiap tahun terjadi
penurunan SHU sebesar 289.815.873*t dan kenaikan SHU sebesar
44.639.040*t**2. Data hasil peramalan diringkas dalam Tabel 11 di bawah ini.
Tabel 11. Prakiraan SHU KPPD DKI Jakarta
T (periode ke-)

Tahun

9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023

Peramalan
SHU(RpJutaan/Tahun)
1903,53
2461,85
3109,46
3846,34
4672,50
5587,94
6592,65
7686,65
8869,92

10142,5

(Data diolah, Juli 2014)

Berdasarkan Tabel 11 di atas, dapat dilihat bahwa setiap tahunnya SH