Analisis Hubungan Struktur Modal Dengan Rentabilitas Modal Sendiri Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STRATA-1 MEDAN
ANALISIS HUBUNGAN STRUKTUR MODAL DENGAN
RENTABILITAS MODAL SENDIRI PADA
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III
(PERSERO) MEDAN
DRAFT SKRIPSI
OLEH :
HANNA K.R. TAMBUNAN 030502103
MANAJEMEN
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Universitas Sumatera Utara Medan
(2)
ABSTRAK
Hanna K.R. Tambunan, Analisis Hubungan Struktur Modal Dengan Rentabilitas Modal Sendiri pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. Dibimbing oleh Drs. Syahyunan, M.Si, Dr. Khaira Amalia F., SE, MBA.AK, Drs. Ami Dilham, M.Si.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antara Rasio Struktur Modal yaitu : Debt to Asset Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Longterm Debt to Equity Ratio dengan rentabilitas modal sendiri perusahaan yang diukur dengan ROE (Return on Equity) PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara Debt to Equity Ratio (DER) dengan ROE. Nilai dari perhitungan uji-t untuk Debt to Equity Ratio memiliki hubungan yang signifikan dengan Return on Equity (ROE). Hal ini terlihat jelas dari thitung > ttabel (2.453 > 2.015). Artinya Debt to Equity Ratio mempunyai hubungan yang signifikan dengan Return on Equity (ROE) dimana apabila Debt to Equity Ratio meningkat maka Return on Equity (ROE) juga akan meningkat atau sebaliknya. Sedangkan dua rasio lainnya, yaitu Debt to Asset Ratio (DAR) dan Longterm Debt to Equity Ratio (LDER) setelah dilakukan analisis dan evaluasi tidak memiliki hubungan dengan ROE pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.
Keywords : Debt to Asset Ratio, Debt to Equity Ratio, Longterm Debt to Equity
(3)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR ... iv
DAFTAR GRAFIK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 4
C. Kerangka Konseptual ... 5
D. Hipotesis ... 8
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9
F. Metodologi Penelitian ... 10
1. Batasan Operasional ... 10
2. Definisi Operasional ... 11
3. Tempat dan Waktu Penelitian ... 12
4. Jenis Data ... 12
5. Teknik Pengumpulan Data ... 13
6. Metode Analisis Data ... 13
BAB II : URAIAN TEORITIS A. Struktur Modal ... 17
1. Pengertian Struktur Modal ... 17
2. Komponen Struktur Modal ... 18
3. Faktor-faktor Keputusan Struktur Modal ... 23
4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal ... 24
5. Teori-teori Struktur Modal ... 27
(4)
B. Pengukuran Tingkat Rentabilitas ... 30
1. Pengertian Rentabilitas ... 31
2. Rasio-rasio Rentabilitas ... 33
3. Return on Equity (ROE) ... 34
BAB III : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat Perusahaan ... 36
B. Visi, Misi, dan Strategi Perusahaan ... 38
C. Struktur Organisasi Perusahaan ... 41
BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif Variabel ... 51
B. Analisis Statistik Korelasi Spearman ... 55
C. Pengujian Statistik Dengan Hipotesis t... 58
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 62
(5)
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1.1 Perbandingan Antara Rasio Struktur Modal (Debt to Asset Ratio, Debt to Equity Ratio, Longterm Debt to Equity Ratio) dengan Return on Equity (ROE) PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan Periode 2001 – 2007 ... 4 2. Tabel 4.1 Hubungan Debt to Asset Ratio dengan Return on
Equity PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)
Medan Periode 2001 - 2007 ... 54 3. Tabel 4.2 Hubngan Debt to Equity Ratio dengan Return on
Equity PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)
Medan Periode 2001 - 2007 ... 55 4. Tabel 4.3 Hubungan Long Term Debt to Equity Ratio dengan
Return on Equity PT. Perkebunan Nusantara III
(6)
DAFTAR GAMBAR
(7)
DAFTAR GRAFIK
1. Grafik 4.1 Perkembangan Debt to Asset Ratio PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan Periode 2001-2007 ... 50 2. Grafik 4.2 Perkembangan Debt to Equity Ratio PT. Perkebunan
Nusantara III (Persero) Medan Periode 2001-2007 ... 51 3. Grafik 4.3 Perkembangan Longterm Debt to Equity Ratio
PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan
Periode 2001 - 2007 ... 52 4. Grafik 4.4 Perkembangan Return on Equity PT. Perkebunan
(8)
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan hormat kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memperkenankan penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. Adapun judul skripsi ini adalah Analisis Hubungan Struktur Modal Dengan Rentabilitas Modal Sendiri Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai tugas akhir untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang dapat membangun untuk menjadikan skripsi ini lebih baik lagi. Dengan segala kerendahan hati, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.
Penulis mendapat banyak bimbingan, nasihat, dan dorongan dari berbagai pihah dalam perkuliahan hingga penulisan skripsi ini. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Nisrul Irawaty, BA selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
(9)
4. Bapak Drs. Nakman Harahap, M.Si selaku Dosen Wali dan Pembimbing Akademik.
5. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan pengarahan, saran, dan bimbingan bagi penulis selama penulisan skripsi ini.
6. Ibu Dr. Khaira Amalia F., SE, MBA.AK dan Bapak Drs. Ami Dilham, M.Si selaku Dosen Penguji yang telah memberikan banyak saran dan pengarahan dalam memperbaiki skripsi ini.
7. Seluruh Dosen dan staf Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara atas jasa-jasanya selama perkuliahan.
8. PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan yang telah memberikan data-data dan informasi yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini.
9. Keluargaku yang sangat kukasihi : Papa, Mama yang senantiasa berdoa, memberikan pengorbanan, nasehat dan motivasi dengan sabar kepada penulis serta abang-kakak (Matthias-Ramona) dan ketiga adikku (Cathrin, Dinar, Rahel) yang selalu menghiburku.
10.Kepada Julius yang sudah memberikan kasih sayang, perhatian, dorongan, motivasi dan bantuan kepada penulis.
11.Sahabat-sahabatku yang tersayang (Chicha, Sarjani, Duma, Tyar, Angel, Elisabeth, Ika, Vina, Moniq, dan Lola).
12.Kak Mage dan Kak Ririn yang selalu mengingatkan dan memotivasi penulis. 13.Serta semua keluarga yang selalu memberikan perhatian kepada penulis.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan imbalan yang setimpal atas kasih, jerih payah, dan jasa-jasa kepada mereka yang telah memberikan bantuan
(10)
kepada penulis. Kiranya damai sejahtera bagi Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa menyertai kita. Amin.
Medan, Agustus2009 Penulis,
(11)
ABSTRAK
Hanna K.R. Tambunan, Analisis Hubungan Struktur Modal Dengan Rentabilitas Modal Sendiri pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. Dibimbing oleh Drs. Syahyunan, M.Si, Dr. Khaira Amalia F., SE, MBA.AK, Drs. Ami Dilham, M.Si.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antara Rasio Struktur Modal yaitu : Debt to Asset Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Longterm Debt to Equity Ratio dengan rentabilitas modal sendiri perusahaan yang diukur dengan ROE (Return on Equity) PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara Debt to Equity Ratio (DER) dengan ROE. Nilai dari perhitungan uji-t untuk Debt to Equity Ratio memiliki hubungan yang signifikan dengan Return on Equity (ROE). Hal ini terlihat jelas dari thitung > ttabel (2.453 > 2.015). Artinya Debt to Equity Ratio mempunyai hubungan yang signifikan dengan Return on Equity (ROE) dimana apabila Debt to Equity Ratio meningkat maka Return on Equity (ROE) juga akan meningkat atau sebaliknya. Sedangkan dua rasio lainnya, yaitu Debt to Asset Ratio (DAR) dan Longterm Debt to Equity Ratio (LDER) setelah dilakukan analisis dan evaluasi tidak memiliki hubungan dengan ROE pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.
Keywords : Debt to Asset Ratio, Debt to Equity Ratio, Longterm Debt to Equity
(12)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perusahaan didirikan pada umumnya dengan tujuan untuk memperoleh laba yang optimal dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan dengan baik agar perusahaan dapat berkembang pesat. Dengan adanya harapan tersebut, perusahaan dituntut untuk dapat mengambil tindakan dan kebijakan yang tepat dalam segala aktivitasnya. Laba menunjukkan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Untuk tetap berjalan dengan baik suatu perusahaan harus berada dalam keadaan yang menguntungkan. Para kreditur dan pemilik perusahaan berusaha meningkatkan laba karena disadari betul betapa pentingnya arti laba bagi kelangsungan hidup perusahaan. Tanpa adanya laba/keuntungan akan sangat sulit bagi perusahaan untuk menarik modal dari luar.
Perusahaan dalam mewujudkan operasional perusahaan yang efisien, ukuran keberhasilan belum cukup hanya dilihat dari besarnya laba yang diperoleh, tetapi juga harus dilihat dari rentabilitasnya. Rentabilitas merupakan tingkat kemampuan perusahaan untuk mengukur efektivitas manajemen yang dihitung oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan investasi perusahaan. Masalah rentabilitas merupakan suatu hal yang sangat penting bagi perusahaan sebagai alat pengukuran efisiensi penggunaan modal dalam perusahaan.
Pemenuhan kebutuhan dana perusahaan dari sumber modal sendiri berasal dari modal saham, laba ditahan, dan cadangan. Jika dalam pendanaan perusahaan yang berasal dari modal sendiri masih memiliki kekurangan (defisit) maka perlu
(13)
dipertimbangkan pendanaan perusahaan yang berasal dari luar, yaitu dari hutang (debt financing). Namun dalam pemenuhan kebutuhan dana, perusahaan harus mencari alternatif-alternatif pendanaan yang efisien dan menentukan proporsi antara jumlah modal sendiri dan hutang dengan tepat sebab jika jumlah hutang terlalu besar menyebabkan besarnya risiko tidak terbayarnya beban tetap berupa bunga dan pinjaman pokok, yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat rentabilitas perusahaan.
Struktur modal sering dihubungkan dengan nilai perusahaan dan memiliki hubungan dengan rentabilitas perusahaan Struktur modal merupakan pembelanjaan permanen yang mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dan modal sendiri. Pada hakikatnya, masalah pembelanjaan adalah mengadakan komposisi yang baik antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Baik buruknya struktur modal perusahaan ditentukan oleh pembelanjaan perusahaan itu sendiri.
Pendanaan yang efisien akan terjadi bila perusahaan mempunyai struktur modal yang optimal. Struktur modal yang optimal dapat diartikan sebagai struktur modal yang dapat meminimalkan biaya penggunaan modal keseluruhan atau biaya modal rata-rata, sehingga memaksimalkan nilai perusahaan. Struktur modal yang dinilai dari hutang jangka panjang dan modal sendiri pasti akan mempengaruhi rentabilitas perusahaan. Dengan mengelola dana secara efisien, maka perusahaan diharapkan dapat memenuhi kewajiban finansialnya serta meningkatkan profitabilitas dan likuiditasnya.
PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang perkebunan,
(14)
pengolahan, dan pemasaran hasil perkebunan. Perusahaan ini selalu berupaya untuk meningkatkan perolehan laba agar perusahaan tetap hidup. Di samping itu likuiditas perusahaan juga ditingkatkan agar perusahaan memiliki kesempatan untuk mengembangkan usahanya.
PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan menggunakan modal sendiri dan modal asing (pinjaman) dalam melaksanakan kegiatan usahanya, terutama jika perusahaan hendak melakukan ekspansi sebab kebutuhan modalnya tidak akan cukup dipenuhi jika hanya menggunakan modal sendiri. Untuk mengembangkan usahan (ekspansi), perusahaan melakukan berbagai kebijakan dalam menarik dana untuk membiayai usahanya terutama dengan meningkatkan modal pinjaman dengan harapan memperoleh tingkat kemampuan yang baik dalam memenuhi kewajiban serta laba yang tinggi. Namun hal ini akan menyebabkan berubahnya struktur modal perusahaan sebab penggunaan modal asing menimbulkan kewajiban atas pembayaran bunga dan cicilan hutang pokok.
Modal sendiri PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) adalah penjumlahan dari modal saham (capital stock) dan laba ditahan (retained earning). Modal ini digunakan sebagai tanggungan terhadap keseluruhan risiko yang dihadapi oleh perusahaan dan dapat dijadikan sebagai jaminan bagi kreditur. Sedangkan modal yang berasal dari luar perusahaan (modal asing) berasal dari pinjaman maupun dengan mengeluarkan surat utang ataupun surat berharga lainnya. Berikut ini tabel perbandingan rasio-rasio struktur modal dengan rentabilitas modal sendiri yang dihitung dengan Return on Equity (ROE)
(15)
Tabel 1.1
Perbandingan Antara Rasio Struktur Modal (Debt to Asset Ratio, Debt to
Equity Ratio, Longterm Debt to Equity Ratio) dengan Return on Equity (ROE)
PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan Periode 2001 – 2007
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Debt To Asset Ratio (%)
42,40 42,65 43,61 46,27 55,78 50,00 56,79
Debt to Equity Ratio
(%)
73,62 74,37 77,34 86,11 126,16 77,34 131,44
Long Term Debt to Equity Ratio
(%)
12,76 21,98 11,61 4,51 11,68 15,71 27,73
Return on Equity (%)
9,82 10,98 14,26 24,23 26,03 7,23 22,75
Sumber : Laporan Keuangan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)Medan, 2008 (Data Diolah)
Tabel 1.1 memperlihatkan fluktuasi Return on Equity (ROE) pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, mengalami kenaikan pada periode 2001 hingga 2005. Namun pada tahun 2006 ROE mengalami penurunan sebesar 18,80%% dan kembali meningkat sebesar 15,52% pada tahun 2007. Sedangkan Debt to Asset Ratio (DAR) sejak tahun 2001-2005 terus mengalami kenaikan dan mengalami penurunan sebesar 4,22% pada tahun 2006 namun kembali meningkat sebesar 6,79% pada tahun 2007. Debt to Equity Ratio (DER) terus meningkat dari tahun 2001 – 2007. Sedangkan Longterm Debt to Equity Ratio (LDER) mengalami pergerakan yang fluktuatif. LDER menurun selama dua tahun yaitu pada tahun 2003-2004 namun pada tahun 2005 LDER meningkat kembali hingga tahun 2007.
Penulis tertarik untuk melakukan studi mengenai hubungan variabel-variabel struktur modal yang terdiri dari Debt to Asset Ratio (DER), Debt to Equity Ratio (DER), Longterm Debt to Equity Ratio (LDER) terhadap rentabilitas modal sendiri perusahaan yang diwakili oleh Return on Equity (ROE), sehingga
(16)
penulis mengambil judul “Analisis Hubungan Struktur Modal dengan Rentabilitas Modal Sendiri Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. “
B. Perumusan Masalah
Apakah struktur modal (Debt to Asset Ratio, Debt to Equity Ratio, Longterm Debt to Equity Ratio) memiliki hubungan yang signifikan terhadap rentabilitas modal sendiri (Return on Equity) pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan?
C. Kerangka Konseptual
Perusahaan tidak dapat terlepas dari modal sebagai sumber pembelanjaan aktivanya dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Modal merupakan salah satu faktor produksi yang merupakan dasar dari awal pendirian perusahaan. Modal sering disebut dengan ekuitas. Pada dasarnya ekuitas berasal dari investasi pemilik dan hasil usaha perusahaan yang akan berkurang terutama dengan adanya penarikan kembali penyertaan oleh pemilik, pembagian keuntungan atau karena kerugian.
Modal perusahaan berasal dari dua sumber, yaitu modal sendiri dan modal asing. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan tertanam dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya. Modal sendiri dapat berasal dari luar perusahaan dan juga dari dalam perusahaan itu sendiri. Modal yang berasal dari dalam perusahaan merupakan keuntungan yang
(17)
dihasilkan oleh perusahaan. Sedangkan modal yang berasal dari luar perusahaan merupakan modal yang ditanamkan oleh pemilik perusahaan.
Modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan dan bersifat sementara bagi perusahaan. Modal asing merupakan hutang yang harus dibayar oleh perusahaan, baik itu dalam jangka waktu pendek maupun jangka panjang. Perusahaan yang baik seharusnya memiliki komposisi modal sendiri yang lebih besar dari hutang. Pemenuhan kebutuhan dana perusahaan dari modal sendiri bersumber dari modal saham, cadangan, dan laba ditahan. Jika modal sendiri tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dana perusahaan, maka perusahaan dapat mempertimbangkan untuk memperoleh dana dari luar, yaitu dari hutang (debt financing). Namun perusahaan harus mampu mengatur perimbangan yang baik antara besarnya modal sendiri dengan aktiva yang harus dibelanjai oleh modal tersebut (Harahap, 2004:304-305). Tambahan modal asing hanya dapat dibenarkan apabila rentabilitas modal sendiri dengan tambahan modal asing lebih besar daripada rentabilitas modal sendiri dengan tambahan modal sendiri.
Analisis terhadap struktur modal dan kemampuan menghasilkan laba (rentabilitas) bagi para manajer akan sangat diperlukan dalam rangka mengambil keputusan dan untuk efisiensi penggunaan modal bagi perusahaan. Perbandingan antara modal sendiri dan modal asing (hutang) dalam suatu perusahaan akan menentukan struktur modal perusahaan tersebut. Struktur modal mencerminkan bagaimana aktiva-aktiva perusahaan dibelanjai. Struktur modal adalah perbandingan antara pendanaan permanen dalam perusahaan yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham. Pada sisi kanan neraca perusahaan struktur modal terdiri dari hutang jangka pendek, modal
(18)
jangka panjang dan modal sendiri. Struktur modal tercermin pada hutang jangka panjang dan unsur-unsur modal sendiri.
Menurut Warsono (2003:238-239), struktur modal dapat dinyatakan dalam dua indikator. Pertama, rasio hutang (debt ratio). Indikator kedua adalah rasio hutang jangka panjang (debt to equity ratio). Semakin tinggi rasio hutang dan rasio hutang jangka panjang suatu perusahaan, risiko perusahaan semakin tinggi dan tingkat keuntungan yang diharapkan semakin tinggi pula.. Kenyataannya, struktur modal yang dinilai dari hutang jangka panjang dan modal sendiri pasti akan mempengaruhi rentabilitas modal sendiri perusahaan.
Rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan memanfaatkan semua sumber daya yang ada pada perusahaan. Menurut Riyanto (2001:35), rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba dalam periode tertentu. Laba yang dimaksud perlu dilihat efisiensinya dengan membandingkan laba tersebut dengan modal yang dipergunakan untuk menghitung rentabilitasnya. Tingkat rentabilitas perusahaan digambarkan dengan nilai dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham dan hal ini dapat meminimumkan biaya modal dan penggunaan hutang dan modal sendiri dalam struktur modal.
Rentabilitas dapat dihitung dengan rasio Return on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE). Return on Assets (ROA) menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari setiap rupiah asset yang digunakan. ROA dipergunakan untuk menilai apakah perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktivanya untuk kegiatan operasional perusahaan.
(19)
Debt to Asset Ratio (DAR) Longterm Debt to
Equity Ratio (LDER)
Rentabilitas Modal Sendiri (Return on Equity) Debt to Equity Ratio
(DER)
Return on Equity (ROE) digunakan untuk menghitung besarnya keuntungan yang diberikan oleh perusahaan untuk setiap rupiah modal dari pemilik. ROE menunjukkan kemampuan manajemen dalam memaksimalkan pengembalian kepada pemegang saham. ROE mengukur kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan laba (Purba, 2002:118). Secara umum, semakin tinggi ROE maka semakin baik kedudukan pemilik perusahaan.
Rentabilitas modal sendiri atau disebut juga rentabilitas usaha adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri di satu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut di lain pihak. Laba untuk menghitung rentabilitas modal sendiri adalah laba usaha setelah dikurangi dengan bunga modal asing dan pajak perseroan.
Peneliti menggunakan rasio Return on Equity (ROE) untuk menganalisis rasio profitabilitas (rentabilitas) yang berhubungan dengan rentabilitas modal sendiri dalam penelitian ini. Secara matematis, ROE diformulasikan sebagai berikut:
Return on Equity (ROE ) = Net Profit Equity Struktur Modal
Diolah dari berbagai sumber (Sartono, Keown, et.al, 2000) Gambar 1.1 : Kerangka Konseptual
(20)
D. Hipotesis
Hipotesis atau jawaban sementara atas permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah :
1. Struktur modal yang diukur melalui rasio Debt to Asset Ratio (DAR) memiliki hubungan yang signifikan terhadap rentabilitas modal sendiri yang diukur melalui rasio Return on Equity (ROE).
2. Struktur modal yang diukur melalui rasio Debt to Equity Ratio (DER) memiliki hubungan yang signifikan terhadap rentabilitas modal sendiri yang diukur melalui rasio Return on Equity (ROE).
3. Struktur modal yang diukur melalui rasio Longterm Debt to Equity Ratio (LDER) memiliki hubungan yang signifikan terhadap rentabilitas modal sendiri yang diukur melalui rasio Return on Equity (ROE).
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan struktur modal yang diterapkan oleh PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan dengan rentabilitas modal sendiri (ROE) sehingga dapat diketahui perubahan nilai dari rasio struktur modal perusahaan akan mempunyai hubungan atau tidak dengan perubahan nilai ROE pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.
2. Manfaat Penelitian a. Bagi Perusahaan
Sebagai masukan bagi pihak perusahaan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan mengenai kondisi rentabilitas perusahaan khususnya
(21)
ROE dalam hubungannya dengan efektivitas penggunaan modal dalam perusahaan, sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pembuatan keputusan di masa depan yang lebih efektif dalam penggunaan modal perusahaan yang akan mendukung peningkatan kemampuan perusahaan memperoleh laba di masa mendatang.
b. Bagi Pihak Lain
Sebagai bahan referensi yang dapat memberikan perbandingan dalam melakukan penelitian selanjutnya, khususnya dalam penelitian mengenai kemampuan perusahaan memperoleh laba, yaitu ROE dalam hubungannya dengan struktur modal. Dari struktur modal dapat dilihat apakah pendanaan perusahaan sudah digunakan secara efektif.
c. Bagi Penulis
Memberikan kesempatan bagi penulis untuk menerapkan teori yang telah didapatkan di bangku perkuliahan dan menambah wawasan penulis dalam bidang keuangan khususnya dalam penilaian rentabilitas perusahaan dalam hubungannya dengan struktur modal.
F. Metodologi Penelitian 1. Batasan Operasional
Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui konsekuensi dari struktur modal terhadap rentabilitas modal sendiri pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan dalam kurun waktu 7 tahun yaitu mulai tahun 2001 sampai dengan tahun 2007. Rasio-rasio struktur modal yang digunakan adalah Debt to Asset Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER), dan Longterm Debt to Equity
(22)
Ratio (LDER). Rasio profitabilitas (rentabilitas) yang digunakan adalah Return on Equity (ROE).
2. Definisi Operasional
Definisi operasional variabel-variabel yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Struktur modal (Xi
1. Debt to Asset Ratio (X
) merupakan paduan sumber dana jangka panjang yang digunakan oleh perusahaan. Rasio-rasio struktur modal yang digunakan adalah sebagai berikut :
1
Debt to Asset Ratio (DAR) sering disebut dengan rasio hutang (debt ratio). DAR adalah varibel yang mendefinisikan seberapa banyak proporsi dari aktiva yang sumber pendanaannya berasal dari pinjaman atau kredit. Rumus :
DAR =
)
Asset Debt
………Abdullah, 2005:51 2. Debt to Equity Ratio (X2
Merupakan perbandingan antara hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan yang menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya.
Rumus : DER =
)
Equity Total
s Liabilitie Total
(23)
3. Longterm Debt to Equity Ratio (X3
LDER merupakan variabel yang didefinisikan sebagai proporsi dari hutang jangka panjang yang sumber pendanaannya berasal dari ekuitas atau pemegang saham. Ukuran dari variabel LDER dipakai untuk mengidentifikasikan bahwa semakin besar rasio perbandingannya, maka semakin besar risiko yang ditanggung para pemegang saham (Warsono, 2003:239).
Rumus :
LDER =
)
Equity Debt Longterm
………. Abdullah, 2005:52 b. Rentabilitas modal sendiri (Y) merupakan kemampuan suatu perusahaan
dengan modal sendiri yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan.
Rasio profitabilitas/ rentabilitas yang digunakan adalah ROE (Return on Equity), yang dihitung dengan rumus sebagai berikut :
ROE =
Worth Net
ofit Net Pr
……….. .…Syahyunan, 2004:85 3. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kantor PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan yang beralamat di Jl. Sei Batang Hari No. 2 Medan. Waktu penelitian ini dilakukan dari September 2007 sampai dengan Juni 2009.
4. Jenis Data a. Data Primer
Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa wawancara langsung dengan beberapa pegawai perusahaan PT. Perkebunan Nusantara III
(24)
(Persero) Medan yang dianggap memiliki wewenang dalam memberikan keterangan yang dibutuhkan.
b Data Sekunder
Data sekunder yang dibutuhkan oleh penulis berkaitan dengan masalah yang dianalisis meliputi :
1. Sejarah singkat PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, 2. Struktur organisasi
3. Neraca PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan mulai bulan Januari 2001 sampai dengan bulan Desember 2007
4. Laporan laba rugi tahunan PT. Perkebunan Nuantara III (Persero) Medan mulai bulan Januari 2001 sampai dengan bulan Desember 2007
5. Literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan topik batasan dalam penelitian.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Studi Dokumentasi
Penulis mengumpulkan informasi dari laporan keuangan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan tahun 2001 hingga 2007 data lainnya yang relevan dengan penelitian ini baik dari pihak perusahaan maupun yang berasal dari buku-buku dan literatur.
b. Teknik Wawancara
Data dikumpulkan melalui hasil wawancara dengan beberapa pegawai PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan yang memiliki wewenang dalam memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.
(25)
6. Metode Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan :. a. Metode Analisis Deskriptif
Penulis melakukan analisis dengan cara menyusun data yang diperoleh penulis dari perusahaan, mengelompokkan dan selanjutnya menginterpretasikannya sehingga diperoleh gambaran yang sebenarnya mengenai kondisi struktur modal yang serta tingkat rentabilitas usaha yang dihasilkan perusahaan. Pada tahap ini, baik variabel Xi maupun variabel Y akan dihitung
dalam kurun waktu tujuh tahun. Variabel Xi
1. Debt to Asset Ratio (DAR)
dalam penelitian ini terdiri dari :
2. Debt to Equity Ratio (DER)
3. Longterm Debt to Equity Ratio (LDER)
Variabel Y dalam penelitian ini adalah perubahan rentabilitas modal sendiri.
b. Metode Analisis Korelasi Spearman
Korelasi Rank Spearman digunakan untuk mencari hubungan atau menguji signifikansi hipotesis assosiatif bila masing-masing variabel yang dihubungkan berbentuk ordinal, dan sumber data antara variabel tidak harus sama. Bila variabel-variabel dalam suatu penelitian tidak memiliki ciri interval (skala nilai) maka cara yang paling tepat untuk mengukur asosiasi hubungan adalah dengan korelasi Rank Spearman. Untuk menghitung koefisien ini, pengukuran harus dirangking untuk setiap variabel dan perbedaan skor dihitung. Selain bantuan
(26)
dengan rumus menghitung korelasi Rank Spearman, penulis juga menggunakan alat bantuan program SPSS versi 12.00.
Adapun rumus untuk menghitung koefisien korelasi Rank Spearman (Sugiyono, 2004:198) adalah :
rs
) 1 ( 6
2 2
−
∑
n ndi = 1 -
Keterangan :
rs = koefisien korelasi Spearman Rank
di
1
≤
≤rs
= selisih peringkat untuk setiap data n = jumlah sampel atau data
Koefisien korelasi Spearman berkisar dari -1 sampai 1, sehingga dapat ditulis dengan -1 . Tanda positif (+) menunjukkan arah hubungan dua variabel yang positif (searah) dan tanda negatif (-) menunjukkan arah hubungan dua variabel yang negatif (tidak searah).
c. Pengujian Hipotesis 1. Uji Statistik –t
Uji statistik t dilakukan untuk menguji apakah varibel Xi secara individual mempunyai hubungan yang signifikan atau tidak terhadap variabel terikat Y.
Peneliti menguji signifikansi hubungan menggunakan rumus uji statistik t (Sugiyono, 2004:292) sebagai berikut :
t = r 2 1
2 r n
−−
dimana : t = nilai t hitung r = koefisien korelasi
(27)
Tahap-tahap :
a. Bentuk pengujian
H0 : r = 0, artinya tidak terdapat hubungan signifikan antara variabel Xi
b. Kriteria pengambilan keputusan : dengan variabel Y.
H0 diterima jika -ttabel ≤ thitung ≤ ttabel pada α = 10%, df = n – k
H1 diterima jika thitung > ttabel pada α = 10%
(28)
BAB II
URAIAN TEORITIS
A. Struktur Modal
1. Pengertian Struktur Modal
Dalam pengertiannya, struktur modal dibedakan atas struktur modal dan struktur finansial/ keuangan. Struktur modal adalah paduan sumber dana jangka panjang yang digunakan oleh perusahaan, sedangkan struktur keuangan merupakan paduan semua pos yang muncul di sisi kanan neraca perusahaan. Menurut Sawir (2005:10), struktur modal adalah pendanaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham. Menurut Warsono (2003:238), tujuan manajemen struktur modal adalah membentuk kombinasi sumber pembelanjaan yang dapat memaksimumkan harga saham.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan sehubungan dengan struktur modal. Pertama, risiko bisnis perusahaan. Risiko bisnis merupakan tingkat risiko yang terkandung pada aktiva perusahaan apabila tidak menggunakan hutang. Risiko bisnis yang semakin besar menyebabkan rasio hutang yang optimal semakin rendah.
Faktor kedua adalah posisi pajak perusahaan. Perusahaan menggunakan hutang dengan alasan karena dalam perhitungan pajak biaya hutang yang sebenarnya dapat menurun. Hal itu disebabkan oleh karena adanya pengurangan biaya bunga hutang perusahaan. Namun, apabila sebagian besar dari pendapatan perusahaan terhindar dari perhitungan pajak karena penyusutan yang dipercepat.
(29)
Kestabilan operasi perusahaan sangat menentukan bagi keberhasilan jangka panjang. Kemungkinan tersedianya dana di masa mendatang dan konsekuensi akibat kurangnya dana sangat berpengaruh terhadap struktur modal yang ditargetkan. Menurut Astuti (2004:138), struktur modal yang ditargetkan adalah perpaduan antara hutang, saham preferen dan saham biasa yang dikehendaki perusahaan dalam struktur modal, sedangkan struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara risiko dan pengembalian sehingga memaksimumkan harga saham.
Sesuai dengan pengertian struktur modal, maka struktur modal dapat dinyatakan dalam dua indikator. Indikator pertama adalah rasio hutang (debt ratio). Sedangkan indikator kedua ialah rasio hutang-ekuitas (debt to equity ratio), yaitu perbandingan antara hutang jangka panjang dengan ekuitas saham biasa (stock equity). Rasio hutang-ekuitas dapat diformulasikan sebagai berikut (Warsono, 2003) :
Rasio hutang-ekuitas =
Biasa Saham Ekuitas
Panjang Jangka
g Hu tan
Semakin tinggi rasio hutang-ekuitas menunjukkan bahwa dengan struktur modal tersebut, risiko keuangan yang ditanggung oleh pemegang saham juga semakin tinggi.
2. Komponen Struktur Modal
Dalam penentuan komposisi struktur modal, untuk itu diuraikan sumber-sumber dana sebagai berikut :
a. Modal Sendiri (Equity Capital)
Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, perusahaan tidak terlepas dari modal sebagai sumber pembelanjaan aktivanya, baik yang berasal dari dalam
(30)
maupun dari luar perusahaan itu. Modal yang berasal dari dalam perusahaan merupakan keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan. Modal tersebut disebut sebagai modal sendiri. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri, berasal dari bagian pengambilan pemilik perusahaan.
Sumber modal diklasifikasikan atas dua jenis yaitu modal sendiri dan modal asing Metode pembelanjaan dana yang berasal dari modal sendiri disebut dana pembelanjaan sendiri (equity financing) sedangkan metode pembelanjaan modal asing dalam hal ini hutang disebut sebagai metode debt financing.
Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan tertanam untuk jangka waktu yang tidak tertentu lamanya. Oleh karena itu, ditinjau dari segi likuiditasnya merupakan dana jangka panjang yang tidak tertentu lamanya. Modal sendiri yang berasal dari sumber intern ialah dalam bentuk keuntungan yang dihasilkan perusahaan sedangkan modal sendiri yang berasal dari sumber ekstern adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan. Modal sendiri dalam suatu perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) terdiri dari :
1. Modal Saham
Modal saham ialah bukti pengambilan bagian dalam suatu PT. Bagi perusahaan yang bersangkutan, yang diterima dari hasil penjualan sahamnya akan tetap tertanam di dalam perusahaan tersebut selama hidupnya, meskipun bagi pemegang saham sendiri itu bukanlah penanaman yang permanen karena setiap waktu pemegang saham dapat menjual sahamnya.
(31)
Adapun jenis-jenis dari saham adalah sebagai berikut :
a. Saham biasa, merupakan modal saham yang terikat secara permanen dalam perusahaan selama perusahaan beroperasi tersebut beroperasi.
Pemegang saham biasa merupakan pemilik perusahaan yang sebenarnya. Pendapatan yang diterima oleh pemilik saham biasa berasal dari kelebihan laba yang diperoleh setelah dikurangi dengan pembayaran pajak.
b. Saham preferen (modal saham istimewa), merupakan modal permanen dalam perusahaan dimana para pemegang saham tersebut diprioritaskan dalam pembagian laba dan pengembalian modal sebab pemegang saham preferen merupakan kreditur yang memberikan pinjaman kepada perusahaan. Pemilik saham preferen memperoleh dividen yang tetap setiap tahun. Jika perusahaan dilikuidasi, maka pemilik saham preferen juga diprioritaskan oleh perusahaan dalam hal pembagian kekayaannya.
c. Saham kumulatif preferen, merupakan saham preferen yang memberikan hak kepada pemiliknya untuk mendapat prioritas dalam pembagian dividen yang sifatnya kumulatif dalam persentase atas jumlah tertentu, artinya bahwa kalau ada dividen yang dibayarkan pada tahun tertentu tidak mencukupi atau tidak dibayar sama sekali, maka akan diperhitungkan pada tahun-tahun berikutnya.
2. Cadangan
Cadangan dibentuk dari keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan selama beberapa waktu yang lampau dari tahun yang berjalan. Dengan kata lain, cadangan merupakan surplus yang diperoleh dari luar usaha operasional perusahaan. Cadangan yang termasuk dalam modal sendiri adalah :
(32)
a. Paid in Surplus, terdiri atas :
i. Premium on Stock, adalah cadangan yang diperoleh dari kenaikan harga atas penjualan saham, sehingga di neraca kredit timbul cadangan agio saham.
ii. Discount Rate, cadangan yang timbul karena perusahaan melakukan penurunan nilai pada saham yang melebihi saldo rugi.
b. Unrealized Appreciation, merupakan cadangan yang timbul karena adanya penilaian kembali atas aktiva perusahaan yang bertujuan untuk mengurangi beban pajak.
3. Laba Ditahan
Keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan dapat sebagian dibayarkan sebagai dividen dan sebagian ditahan oleh perusahaan. Apabila penahanan keuntungan tersebut sudah dengan tujuan tertentu, maka dibentuklah cadangan sebagaimana diuraikan diatas. Apabila perusahaan belum mempunyai tujuan tertentu tentang penggunaan keuntungan tersebut, maka keuntungan tersebut merupakan keuntungan yang ditahan (retained earning). Adanya keuntungan akan memperbesar retained earning yang berarti akan memperbesar modal sendiri, sebaliknya kerugian yang diderita perusahaan dapat memperkecil retained earning yang berarti memperkecil modal sendiri.
b. Modal Pinjaman (Debt Capital)
Modal pinjaman adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang untuk sementara ada di dalam perusahaan. Modal pinjaman bersifat hutang dan memiliki waktu yang terbatas, baik jangka panjang maupun jangka pendek. Pada saat jatuh temponya modal pinjaman ini harus dibayarkan kembali.
(33)
Bentuk modal pinjaman antara lain :
1. Modal pinjaman jangka pendek, merupakan modal pinjaman yang jangka waktunya paling lama satu tahun. Modal pinjaman ini terdiri atas :
i. Kredit Rekening Koran, merupakan kredit yang diberikan oleh perusahaan dengan batas tertentu dimana perusahaan mengambilnya sesuai kebutuhan saja.
ii. Kredit dari Penjualan (Trade Credit), yaitu kredit yang berasal dari penjualan secara non-tunai (kredit)
iii. Kredit dari Pembeli, adalah kredit yang diberikan oleh perusahaan sebagai pembeli kepada pemasok (supplier) atas bahan mentahnya atau barang-barang lainnya.
iv. Kredit dari Wesel, terjadi jika perusahaan mengeluarkan surat perjanjian untuk membayar hutang kepada pihak lain pada waktu tertentu.
2. Modal Pinjaman Jangka Menengah, yaitu :
i. Term Loan, yaitu kredit usaha yang berumur lebih dari setahun dan kurang dari 10 tahun.
ii. Leasing
3. Modal Pinjaman Jangka Panjang, yaitu modal pinjaman yang memiliki jangka waktu yang cukup panjang, lebih dari satu tahun. Modal ini biasanya digunakan untuk membelanjai perluasan perusahaan (ekspansi) atau memornisasi perusahaan.
Modal ini terdiri atas :
i. Pinjaman Hipotek, merupakan pinjaman jangka panjang, dimana pemilik modal diberikan hak hipotek atas suatu barang tidak bergerak.
(34)
ii. Pinjaman Obligasi, yaitu pinjaman jangka panjang berupa surat pengakuan hutang oleh debitur yang menyatakan bahwa ia bersedia kembali membayar hutangnya pada saat tertentu di masa mendatang. iii. Maturity Longterm Debt, terjadi jika perusahaan membutuhkan
pendanaan berupa hutang dalam jangka waktu yang panjang sehingga dibuat dalam beberapa tahap, biasanya dua tahap. Pada umumnya memiliki masa maturity 20 hingga 30 tahun.
3. Faktor-faktor Keputusan Struktur Modal
Ada empat faktor yang mempengaruhi struktur modal, yaitu : a. Risiko bisnis
merupakan tingkat risiko yang terkandung dalam operasi perusahaan apabila ia tidak menggunakan hutang. Makin besar risiko perusahaan maka makin rendah rasio hutang yang optimal. Dapat juga didefinisikan sebagai ketidakpastian yang melekat pada proyeksi tingkat pengembalian aktiva (ROA) maupun ekuitas (ROE) masa depan, yang merupakan determinan dari struktur modal, sehingga dapat ditelaah untuk memperkirakan risiko bisnis. Faktor yang mempengaruhi risiko bisnis yaitu variabilitas permintaan, variabilitas harga jual, variabilitas harga masukan, kemampuan menyesuaikan harga keluaran terhadap harga masukan, biaya-biaya bersifat tetap (leverage operasi)
b. Posisi pajak perusahaan
Alasan perusahaan menggunakan pajak adalah karena biaya bunga dapat dikurangkan dalam perhitungan pajak, sehingga menurunkan biaya hutang yang sesungguhnya. Akan tetapi apabila sebagian besar dari pendapatan
(35)
perusahaan telah terhindar dari pajak karena perhitungan penyusutan, bunga pada hutang yang beredar saat ini, atau perhitungan pajak yang dikompensasi ke muka, maka tambahan hutang tidak banyak memberi manfaat sebagaimana dirasakan perusahaan dengan tarif pajak efektif lebih tinggi.
c. Fleksibilitas keuangan
Fleksibilitas keuangan adalah kemampuan perusahaan untuk menambah modal dengan persyaratan yang wajar dalam keadaan memburuk. Para manajer dana perusahaan perlu menyediakan modal untuk operasi yang stabil, yang merupakan faktor keberhasilan jangka panjang.
d. Konservatisme atau agresivitas manajemen
Sebagian manajer lebih agresif dari yang lain, maka sebagian perusahaan cenderung menggunakan hutang untuk meningkatkan laba. Faktor ini tidak mempengaruhi struktur modal yang optimal, akan tetapi mempengaruhi struktur modal yang ditargetkan oleh manajer.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
Masalah struktur modal memiliki pengaruh yang sangat penting bagi setiap perusahaan. Baik buruknya struktur modal suatu perusahaan akan memberikan dampak yang langsung terhadap posisi finansial perusahaan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal antara lain : a. Profitabilitas
Pada umumnya perusahaan yang sangat menguntungkan tidak memerlukan banyak hutang untuk membiayai operasional perusahaan. Tingkat pengembaliannya yang tinggi memungkinkan perusahaan untuk dapat membiayai kebutuhan pendanaan mereka dengan dana yang dihasilkan secara internal.
(36)
b. Tingkat bunga
Tingkat bunga yang berlaku pada saat itu sangat mempengaruhi keputusan perencanaan pemenuhan kebutuhan modal perusahaan. Pengaruh tingkat bunga antara lain terdapat pada pemilihan jenis modal yang akan ditarik. Dengan penyesuaian terhadap tingkat bunga yang sedang berlaku, maka perusahaan dapat memutuskan apakah perusahaan akan menerbitkan saham atau obligasi.
c. Stabilitas dari earning
Untuk menarik modal dengan beban tetap atau tidak, maka perusahaan harus memiliki stabililitas earning. Suatu perusahaan yang mempunyai earning yang stabil akan dapat memenuhi kewajiban finansialnya untuk membayar angsuran hutangnya sebagai akibat penggunaan modal asing. Sebaliknya, perusahaan yang memiliki earning yang tidak stabil akan berisiko tidak mampu membayar kewajibannya atas penggunaan hutang dalam operasi perusahaan. d. Stabilitas penjualan
Perusahaan dengan tingkat penjualan yang relatif stabil lebih mudah memperoleh pinjaman dengan jumlah yang lebih banyak dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki tingkat penjualan yang tidak stabil. Perusahaan umum memiliki tingkat penjualan yang stabil dibandingkan dengan perusahaan industri karena permintaan atas produk dan jasanya relatif stabil.
e. Susunan dan Aktiva
Kebanyakan modal perusahaan industri tertanam dalam aktiva tetap dan mengutamakan pemenuhan kebutuhan modalnya dari modal yang permanen yang berasal dari modal sendiri, sedangkan modal asing hanya sebagai pelengkap. Hal
(37)
ini berhubungan dengan aturan finansial konservatif yang menyatakan bahwa besarnya modal sendiri hendaknya paling sedikit dapat menutup jumlah aktiva tetap plus aktiva lain yang bersifat permanen.
f. Kadar Risiko dari Aktiva
Kadar risiko dari setiap aktiva dalam perusahaan tidak sama. Risiko suatu aktiva akan semakin besar apabila jangka waktu penggunaan aktiva tersebut semakin panjang. Dengan adanya risiko yang ada pada aktiva tersebut, maka perusahaan harus lebih banyak membelanjai operasi dengan modal sendiri sebab modal sendiri tahan terhadap risiko dan semaksimal mungkin mengurangi pembelanjaan dengan modal asing agar terhindar dari risiko tersebut.
g. Besarnya Jumlah Modal Yang Dibutuhkan
Jika kebutuhan akan modal berjumlah besar, maka perusahaan perlu mencari lebih dari satu sumber dana, misalnya dengan mengeluarkan dua golongan sekuritas secara bersama-sama yaitu saham preferen dan obligasi. Sebaliknya jika modal yang dibutuhkan oleh perusahaan dapat dipenuhi dari satu sumber saja, perusahaan cukup hanya mengeluarkan satu golongan sekuritas saja. h. Tingkat Pertumbuhan
Perusahaan yang sedang berkembang pesat lebih banyak mengandalkan modal eksternal. Namun pada saat yang sama, perusahaan tersebut sering menghadapi ketidakpastian yang lebih besar sehingga perusahaan cenderung mengurangi kebutuhan untuk menggunakan hutang.
i. Situasi Pasar Modal
Situasi pasar modal sering mengalami perubahan yang disebabkan oleh adanya gelombang konjungtur. Pada umumnya jika gelombang meninggi maka
(38)
para investor cenderung lebih tertarik untuk menanamkan modalnya dalam bentuk saham. Untuk itu, dalam mengeluarkan atau menjual sekuritas perusahaan harus menyesuaikan dengan situasi pasar modal.
j. Sifat Manajemen
Sifat optimis manajer memberikan keberanian lebih besar bagi manajer tersebut dalam menanggung risiko yang lebih besar. Untuk membiayai pertumbuhan penjualan, manajer harus berani memutuskan untuk menggunakan dana yang bersifat hutang (modal asing) walaupun dengan keputusan ini perusahaan akhirnya dikenai beban finansial yang tetap.
k. Skala Perusahaan
Suatu perusahaan berskala besar yang sahamnya tersebar sangat luas lebih berani dalam memenuhi kebutuhannya untuk membiayai pertumbuhan penjualan dibandingkan dengan perusahaan kecil. Perusahaan besar hanya akan merasakan pengaruh yang kecil terhadap kemungkinan hilangnya kendali dari pihak yang dominan dalam perusahaan tersebut. Namun jika penambahan jumlah saham terjadi pada perusahaan kecil, maka akan berpengaruh besar terhadap kemungkinan hilangnya kendali pihak yang dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan.
5. Teori-teori Struktur Modal
Teori-teori yang berhubungan dengan struktur modal antara lain teori trade-off, teori keagenan (Agency Theory), Teori Irrelevan, Teori Pecking Order dan teori free cash flow (Keown et all, 2000:556-558).
(39)
a. Teori Trade-off (Trade-off Theory)
Kebijakan struktur modal melibatkan perimbangan trade-off antara risiko dengan tingkat pengembalian. Teori trade-off menjelaskan bahwa struktur modal yang optimal ditentukan dengan menyeimbangkan keuntungan pajak dengan biaya tekanan finansial (the cost of financial distress) dari penambahan hutang. Dalam teori ini diterangkan bahwa setiap perusahaan harus menetapkan target struktur modalnya, yaitu pada posisi keseimbangan biaya dan keuntungan dari pendanaan dengan hutang, sebab pada posisi tersebut nilai perusahaan menjadi maksimal. Jika jumlah hutang semakin banyak berarti memperbesar risiko yang ditanggung oleh pemegang saham (ekuitas) dan juga memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan. Akibat risiko yang semakin tinggi, harga saham cenderung turun dan tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return) semakin besar. Meningkatnya expected rate of return akan menaikkan harga saham tersebut. Oleh sebab itu struktur modal yang optimal harus berada pada keseimbangan antara risiko dengan pengembalian yang dapat memaksimumkan harga saham (Brigham & Houston, 2001:5-6).
b. Teori Keagenan (Agency Theory)
Dalam perusahaan-perusahaan besar tidak jarang terjadi konflik antara pemegang saham dengan kreditor. Kreditor memiliki hak atas sebagian laba yang diperoleh perusahaan dan sebagian asset perusahaan terutama jika perusahaan bangkrut. Sementara itu, pemegang saham memegang pengendalian perusahaan yang dapat menentukan profitabilitas dan risiko perusahaan. Kendali itu misalnya terdapat dalam ekspansi perusahaan yang menyebabkan risiko perusahaan menjadi lebih besar.
(40)
Apabila ekspansi ini berhasil, maka sebagian besar keuntungan akan menjadi hak para pemegang saham. Tetapi jika ekspansi gagal, maka kreditor harus ikut menanggung risiko kerugian tersebut.
c. Teori Irrelevan
Teori ini dinyatakan oleh Modigliani & Miller (1958) yang selanjutnya disebut dengan teori MM. Berdasarkan pada serangkaian asumsi, MM membuktikan bahwa nilai perusahaan tidak dipengaruhi oleh struktur modalnya dan selama pembayaran bunga dapat dipergunakan untuk mengurangi beban pajak, maka penggunaan hutang akan memberikan manfaat bagi pemilik perusahaan. Dengan kata lain, teori MM menyatakan bahwa struktur modal tidak relevan.
Studi Modigliani & Miller didasarkan pada beberapa asumsi, antara lain : a) tidak ada biaya pialang (broker)
b) tidak ada pajak
c) tidak ada biaya kebangkrutan
d) para investor dapat meminjam dengan tingkat suku bunga yang sama dengan perseroan
e) semua investor memperoleh informasi yang sama seperti manajemen mengenai peluang investasi perusahaan di masa mendatang
f) EBIT tidak dipengaruhi oleh penggunaan hutang
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam studi MM tidak realistis. Namun meskipun demikian, teori MM juga memberikan petunjuk-petunjuk mengenai apa yang diperlukan bagi struktur modal agar menjadi relevan sehingga akan mempengaruhi nilai suatu perusahaan.
(41)
d. Teori Pecking Order
Teori ini menyatakan bahwa perusahaan cenderung memilih pendanaan yang berasal dari sumber internal daripada eksternal. Teori ini juga menjelaskan alasan mengapa perusahaan-perusahaan yang profitable umumnya meminjam dalam jumlah sedikit, yaitu bukan karena perusahaan tersebut memiliki target debt ratio yang rendah melainkan karena memerlukan external financing yang sedikit.
Perusahaan akan menentukan hierarki dana yang paling disukai. Jika dalam pemenuhan dana perusahaan lebih mengutamakan dari sumber ekstern yang berupa hutang saja, maka ketergantungan pada pihak luar akan semakin besar dan risiko finansialnya ikut menjadi besar. Sebaliknya, jika perusahaan hanya menggunakan saham sebagai sumber modal, maka biaya modal yang timbul akan semakin mahal. Oleh karena itu, harus ada keseimbangan yang optimal antara kedua sumber dana tersebut.
6. Rasio-rasio Struktur Modal
Rasio struktur modal mengaitkan komponen struktur modal satu sama lain atau dengan totalnya. Rasio-rasio struktur modal yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
a. Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan perbandingan antara hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan yang menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Makin tinggi rasio ini, maka risiko yang harus dihadapi perusahaan juga semakin besar.
Rumus : DER =
Equity Total
s Liabilitie Total
(42)
b. Debt to Asset Ratio (DAR)
Debt to Asset Ratio (DAR) mengukur kemampuan perusahaan dalam menjamin hutangnya dengan sejumlah aktiva yang dimiliki. Semakin tinggi DAR berarti semakin besar jumlah modal pinjaman (hutang) yang digunakan dalam menghasilkan keuntungan dibanding dengan aktiva yang dimiliki dan risikonya juga akan semakin besar. Dengan kata lain, semakin tinggi DAR, artinya proporsi modal sendiri yang digunakan untuk membiayai aktiva semakin kecil.
DAR dihitung dengan rumus : DAR =
Asset Total
Debt Total
………. Abdullah, 2005:51 c. Longterm Debt to Equity Ratio (LDER)
Longterm Debt to Equity Ratio (LDER) mengukur hubungan antara hutang jangka panjang (biasanya disebut kewajiban tidak lancar) dengan modal ekuitas. Semakin tinggi LDER menunjukkan semakin besar hutang jangka panjang perusahaan dibanding dengan modal sendiri yang dimiliki oleh perusahaan.
Adapun rumus untuk menghitung LDER adalah sebagai berikut : LDER =
Equity Total
Debt Longterm
……… Abdullah, 2005:52
B. Pengukuran Tingkat Rentabilitas 1. Pengertian Rentabilitas
Menurut Riyanto (2001:35), rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba dalam periode tertentu. Laba yang dimaksud perlu dilihat efisiensinya dengan membandingkan laba tersebut dengan modal yang dipergunakan untuk menghitung rentabilitasnya. Rentabilitas merupakan
(43)
hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan kepentingan manajemen (Sawir, 2005:17). Rentabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam periode tertentu. Ada beberapa pengukuran terhadap rentabilitas perusahaan dimana masing-masing pengukuran dihubungkan dengan volume penjualan, total aktiva, dan modal sendiri. Secara keseluruhan ketiga pengukuran ini akan memungkinkan seorang penganalisis untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya dengan volume penjualan, jumlah aktiva, dan investasi tertentu dari pemilik perusahaan.
Rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
Secara umum rentabilitas diformulasikan sebagai berikut :
M L
X 100% Keterangan :
L = jumlah laba yang diperoleh selama periode tertentu M = modal yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut
Pengukuran tingkat rentabilitas perusahaan dalam penelitian ini merujuk pada rentabilitas perusahaan yang menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal sendiri untuk menghasilkan laba atau disebut dengan rentabilitas modal sendiri. Rentabilitas modal sendiri atau disebut juga rentabilitas usaha adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri di satu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut di lain pihak. Dengan kata lain, rentabilitas modal sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan. Laba untuk menghitung rentabilitas modal
(44)
sendiri adalah laba usaha setelah dikurangi dengan bunga modal asing dan pajak perseroan.
2. Rasio – rasio Rentabilitas
a. Rasio margin laba kotor (Gross Profit Margin Ratio), yang diperoleh dengan membandingkan laba kotor dengan penjualan bersih.
Rasio Margin Laba Kotor =
bersih Penjualan
kotor Laba
b. Rasio margin laba bersih (Net Profit Margin Ratio), diperoleh dengan membandingkan laba bersih dengan penjualan bersih.
Rasio Margin Laba Bersih =
bersih Penjualan
bersih Laba
c. Rasio pengembalian aktiva (ROA/ Return on Asset), adalah perbandingan antara laba bersih operasi perusahaan dengan total aktiva. Rasio ini menghitung bagaimana perusahaan menggunakan modal perusahaan yang berada di dalam aktiva maupun dalam ekuitas dan pinjaman.
ROA =
aktiva Total
bersih Laba
d. Rasio pengembalian atas ekuitas (ROE/ Return on Equity), adalah perbandingan antara laba bersih dan ekuitas. Yang dimaksud dengan ekuitas adalah modal pemegang saham dan laba ditahan.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan Return on Equity (rasio pengembalian ekuitas) untuk mewakili hubungan rentabilitas dengan rasio Debt to Asset Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Longterm Debt to Equity Ratio.
(45)
ROE = NetProfit Net Worth
e. Earning per share, merupakan rasio yang menggambarkan besarnya pengembalian modal dari setiap satu lembar saham.
EPS =
beredar yang
saham Jumlah
bersih Laba
f. Basic Earning Power menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba diukur dari jumlah laba sebelum dikurangi bunga dan pajak dibandingkan dengan total aktiva.
Basic Earning Power =
aktiva Jumlah
pajak dan bunga sebelum Laba
g. Contribution Margin, yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang akan menutupi biaya-biaya tetap atau biaya operasi lainnya.
Rumus :
Contribution Margin =
Penjualan kotor Laba
h. Productivity Ratio, yaitu menggambarkan kemampuan operasional perusahaan dalam menjual dan menggunakan aktiva yang dimiliki.
Productivity Ratio =
aktiva rata Rata
bersih Penjualan
− 3. Return on Equity (ROE)
Rasio rentabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return on Equity (ROE). ROE mengukur kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan laba (Purba, 2002:118).
(46)
Menurut Agus Sartono (2001:124) :
Return on Equity atau Return on Net Worth mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham.
Return on Equity (ROE) merupakan salah satu cara untuk menghitung efisiensi perusahaan dengan membandingkan antara laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut. Laba yang diperhitungkan adalash laba usaha setelah dikurangi bunga modal asing dan pajak (earning after tax/ EAT), sedangkan modal yang digunakan dalam perhitungannya adalah modal sendiri (equity) yang digunakan dalam pemenuhan kebutuhan dana perusahaan. Semakin besar rasio ini maka semakin besar pula kemampuan modal sendiri untuk menghasilkan laba bersih bagi para pemilik modal/ pemegang saham..
(47)
BAB III
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Singkat Perusahaan
PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan berasal dari perusahaan perkebunan milik bangsa asing yang dinasionalisasikan oleh Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1957 menjadi Perusahaan Perkebunan Negara (PPN).
Perusahaan ini mengalami beberapa kali perubahan reorganisasi/ regrouping. Pada tahun 1958 Pemerintah Indonesia menasionalisasi dua perusahaan peninggalan Belanda yaitu W.V. Rubber Cultuur Maatschapprj Amsterdam (RCMA) dan N.V. Cultuur Mij De Oeskust (CMO) menjadi Perusahaan Perkebunan Negara Baru Cabang Sumatera Utara. Tahun 1971, dari embrio Perusahaan Perkebunan Negara Baru Cabang Sumatera Utara dibentuk Perusahaan Negara (PN) Perkebunan III, Perusahaan Negara (PN) Perkebunan IV, dan Perusahaan Perkebunan (PN) Perkebunan V yang kemudian berubah statusnya menjadi Perseroan Terbatas (PT).
PT. Perkebunan Nusantara III didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1971 yang dinyatakan dalam akte pendirian yang dibuat di hadapan notaris Gustaaf Hoemala Soangkoepan Loemban Tobing, SH No. 63 tanggal 31 Juli 1974 dan telah memperoleh persetujuan dari Menteri Kehakiman dalam Surat Keputusan No. Y. A. 5. 5. 21 tanggal 7 Januari 1975.
Dalam rangka restrukturisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bidang perkebunan, maka berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 8 tahun 1996 tanggal 14 Februari 1996, Pemerintah telah melakukan realokasi pengelolaan areal
(48)
perkebunan di bawah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Perkebunan. Sehubungan dengan realokasi pengelolaan areal perkebunan tersebut, PT Perkebunan Nusantara III, IV, dan V telah dinyatakan bubar dan sejak tanggal tersebut digabung ke dalam perusahaan baru (PT. Perkebunan Nusantara III), walaupun substansinya masih meneruskan usaha sebelumnya, dengan perubahan dalam struktur ekuitasnya (jumlah laba dan saldo laba) dan pertambahan serta pengurangan beberapa aktiva serta kewajiban.
Pendirian perusahaan tersebut dinyatakan dalam Akte yang dibuat di hadapan Notaris Harun Kamil, SH No. 36 tanggal 11 Maret 1996 dan telah memperoleh persetujuan Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-8331 HT. 01. 01 Th. 96 tanggal 8 Agustus 1996. anggaran Dasar Perseroan telah mengalami perubahan, yaitu berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Pemegang Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Perkebunan Nusantara III No. 3 tertanggal 12 September 2002 yang dibuat dihadapan Sri Rahayu H. Prasetyo, SH, notaris di Tangerang dan telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C-20921 HT. 01. 04 Th. 2002 tertanggal 28 Oktober 2002, dan telah didaftarkan pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kotamadya Medan (TDP) No. 021210105841 tertanggal 9 Januari 2003, dan telah diumumkan pada Berita Negara Republik Indonesia No. 8 tertanggal 28 Januari 2003, Tambahan No. 798/2003 (“Akta No. 3/2002”).
Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar perusahaan, ruang lingkup kegiatan perusahaan meliputi :
(49)
a. Pengusahaan budidaya tanaman, yang meliputi pembukaan dan pengolahan lahan, pembibitan, penanaman, dan pemeliharaan serta melakukan kegiatan-kegiatan lain sehubungan dengan pengusahaan budidaya tanaman tersebut,
b. Produksi meliputi pemungutan hasil tanaman, pengolahan hasil tanaman sendiri, maupun dari pihak lain menjadi barang setengah jadi atau barang jadi,
c. Perdagangan meliputi penyelenggaraan kegiatan pemasaran berbagai macam hasil produksi serta melakukan kegiatan perdagangan barang lainnya yang berhubungan dengan kegiatan usaha perusahaan, dan
d. Pengembangan usaha bidang perkebunan agrowisata dan agrobisnis.
B. Visi, Misi, dan Strategi Perusahaan
PT. Perkebunan Nusantara III telah menetapkan visi dan misi sebagai dasar untuk mencapai tujuan perusahaan.
Visi : Menjadi perusahaan agribisnis kelas dunia dengan kinerja prima dan melaksanakan tata kelola bisnis terbaik pada tahun 2008.
Misi : 1. Mengembangkan industri hilir berbasis perkebunan secara berkesinambungan.
2. Menghasilkan produk berkualitas untuk pelanggan.
3. Memperlakukan karyawan sebagai aset strategik dan mengembangkannya secara optimal.
4. Berupaya menjadi perusahaan terpilih yang memberikan imbal-hasil terbaik bagi para investor.
(50)
5. Menjadikan perusahaan yang paling menarik untuk bermitra bisnis.
6. Memotivasi karyawan untuk berpartisipasi aktif dalam perkembangan komunitas.
7. Melaksanakan seluruh aktivitas perusahaan yang berwawasan lingkungan.
Strategi : 1. Menjalin dan mengembangkan hubungan sinergik yang efektif dengan mitra strategik untuk mewujudkan peluang bisnis.
2. Melaksanakan manajemen berorientasi pasar, sensitif terhadap kecenderungan industri dan pergerakan pasar dan mencermati pesaing.
3. Menjaga keseimbangan antara pertumbuhan dan kemampulabaan serta pendapatan dan arus kas.
4. Mematuhi aturan-aturan SHE-Safety, Health, dan Environment, keselamatan, kesehatan, dan lingkungan.
5. Melaksanakan keunggulan operasional agar perusahaan menjadi cost effective.
6. Membangun budaya kerja yang kondusif dengan melaksanakan Tata Nilai dan Paradigma Baru.
7. Membangun dan mengimplementasikan manajemen sumber daya manusia berbasis kompetensi dan kinerja.
Kantor pusat perusahaan terletak di Jl. Sei Batanghari No. 2 Sei Sikambing, Medan, Sumatera Utara. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 11 Maret 1996. Kebun-kebun yang dikelola PT.
(51)
Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan berjumlah 33 kebun, terdiri dari 30 kebun sendeiri dan 3 kebun plasma yang dikelompokkan ke dalam 3 wilayah kerja dengan luas areal seluruhnya adalah 186.910,72 Ha terdiri dari 166.606,94 dan 20.303,78 Ha luas Kebun Plasma yang dilengkapi dengan Pabrik Kelapa Sawit dengan kapasitas 510 ton TBS/ jam, Pabrik Crumb Rubber dengan kapasitas 143 ton KK/ hari, Pabrik Sheet dengan kapasitas 77,5 ton KK/ hari, Pabrik Kakao Karet yang terdiri deari Pabrik Rubber Articles (untuk produk Rubber Articles, Rubber Cowmats, Rubber Conv. Belt, Rubber Dock Fender), Pabrik Dipping proses (untuk produk Rubber Thread) dan Pabrik Resin (untuk produk Resiprene).
Jumlah tenaga kerja yang dipergunakan perseroan adalah 29.406 orang yang terdiri dari 860 orang karyawan pimpinan dan 28.546 karyawan pelaksana. Untuk menunjang kesejahteraan dan meningkatkan pendidikan karyawan dan keluarganya, PT. Perkebunan Nusantara III juga menyediakan sarana/ fasilitas sosial antara lain :
a. 6 unit rumah sakit yang didukung dengan poliklinik kebun dan pos kesehatan di setiap afdeling.
b. Tempat penitipan bayi di setiap kebun/ afdeling.
c. Rumah jompo yang keberadaannya disesuaikan dengan kebutuhan. d. Taman Pendidikan Islam dari tingkat Ibtidaiyah sampai dengan Aliyah. e. STK dan Taman Pendidikan Al-Quran.
f. 3 unit SLTP yang dikelola oleh Yayasan Perkebunan.
Selain kebun dan unit, maka untuk mendukung bisnis utama perusahaan, PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan juga memiliki 9 anak perusahaan yang terdiri dari :
(52)
a. PT. Sarana Agro Nusantara : Jasa Tangki Timbun
b. PT. Mitra Ogan di Sumatera Selatan : Kebun Kelapa Sawit dan Karet serta pengolahan Mebel.
c. Indoham GMBH di Jerman : Jasa Pemasaran d. PT. Bursa Berjangka Jakarta : Perdagangan Saham e. PT. Wana Tani Lestari : Hutan Tanaman Industri
f. PT. ESW Nusantara Tiga : Penepungan Batang Kelapa Sawit
g. JIC Wood Company Hongkong : Panel Wood (pengolahan tepung batang kelapa sawit)
h. PT. Tiga Mutiara Nusantara : pengolahan kayu karet menjadi mebel
i. PT. Bio Industri Nusantara : pengolahan pupuk hayati
C. Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi adalah bagan yang menggambarkan pola pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab masing-masing pelaksana yang terlibat di dalamnya serta penetapan hubungan antara unsur-unsur organisasi sehingga memungkinkan orang-orang dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan perusahaan. Berdasarkan Surat Keputusan Direksi PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan No. 312/SKPTS/05/2006, dalam pelaksanaan pencapaian tujuan ditetapkan suatu organisasi yang menyangkut fungsi, urusan tugas, wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing pengelola.
(53)
Struktur organisasi PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan merupakan struktur organisasi garis dan staff yang mencerminkan tanggung jawab dan wewenang secara vertikal, serta hubungan antara bagian secara horizontal. Dengan sistem ini, pemimpin tertinggi terletak pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan diikuti oleh Dewan Komisaris dan Direksi.
Susunan organisasi PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan adalah sebagai berikut :
1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) 2. Dewan Komisaris
3. Direktur Utama
4. Kepala Bagian Sekretaris Korporat
5. Kepala Bagian Satuan Pengawas Intern (SPI) 6. Kepala Bagian Teknologi Informasi (TI) 7. Direktur Produksi
a. Kepala Bagian Tanaman b. Kepala Bagian Teknik c. Kepala Bagian Pengolahan 8. Direktur Keuangan
a. Kepala Bagian Pembiayaan b. Kepala Bagian Akuntansi 9. Direktur Sumber Daya Manusia
a. Kepala Bagian Umum b. Kepala Bagian SDM
(54)
10.Direktur Pemasaran
a. Kepala Bagian Pemasaran b. Kepala Bagian Pengadaan
11.Distrik Manajer (DM) dan General Manager (GM) 12.Manajer
1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) a. Fungsi
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) adalah pimpinan tertinggi yang membawahi Dewan Komisaris, Direktur serta setingkat lebih bawah. b. Tugas dan Wewenang
1) Mengangkat dan memberhentikan Dewan Komisaris.
2) Bertanggung jawab atas pelaksanaan dan penggunaan modal atau aset perusahaan dalam mencapai tujuan.
3) Mengawasi Dewan Komisaris dalam melaksanakan tugas yang telah dibebankan kepadanya oleh pemegang saham.
2. Dewan Komisaris a. Fungsi
Dewan Komisaris adalah dewan yang bertugas mengawasi pekerjaan Direktur Utama
b. Tugas dan Wewenang
1) Memberikan nasihat kepada pimpinan.
2) Membantu pimpinan dalam menginvestasikan dana perusahaan. 3) Mengawasi jalannya perusahaan.
(55)
3. Direktur Utama a. Fungsi
Direktur utama adalah pimpinan utama di dalam perusahaan dalam mengambil keputusan dan tanggung jawab utama atas jalannya dan tercapainya tujuan perusahaan dan mengkoordinasi para direktur agar pelaksanaan operasional perusahaan secara teratur, terarah, terkendali, dan terpadu dapat tercapai.
b. Tugas dan Wewenang
1) Melaksanakan kebijakan perusahaan, sesuai dengan yang diatur dalam Anggaran Dasar Perusahaan, serta ketentuan yang digariskan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Menteri Pertanian selaku kuasa pemegang saham dan Dewan Komisaris.
2) Menetapkan langkah-langkah pokok dalam melaksanakan kebijakan perusahaan di bidang produksi, teknik, pengolahan, tenaga manusia (SDM), keuangan, dan pemasaran.
3) Mengkoordinasi pelaksanaan tugas para anggota direksi dan mengawasi pengelolaan perusahaan secara umum.
4) Di dalam melaksanakan tugasnya Direktur Utama dibantu oleh : a) Anggota Direksi lainnya
b) Kepala Bagian Sekretaris Korporat
c) Kepala Bagian Satuan Pengawas Intern (SPI) d) Kepala Bagian Teknologi Informasi (TI) e) Manajer
(56)
4. Direktur Produksi a. Fungsi
Direktur Produksi adalah anggota direksi yang mengelola khusus bidang produksi perusahaan.
b. Tugas dan Wewenang
1) Menyusun perencanaan di bidang produksi.
2) Menetapkan ketentuan di bidang produksi perusahaan.
3) Mengelola bidang tanaman, produksi, teknik, pengolahan, dan industri hilir serta sarana lainnya yang berkaitan dengan fungsinya termasuk mengelola plasma.
4) Melaksanakan pengendalian dan pengawasan terhadap bidang-bidangnya.
5) Di dalam melaksanakan tugasnya, Direktur Produksi dibantu oleh : a) Bagian Tanaman
b) Bagian Teknik c) Bagian Pengolahan 5. Direktur Keuangan
a. Fungsi
Direktur Keuangan adalah anggota direksi yang mengelola khusus bidang keuangan perusahaan.
b. Tugas dan Wewenang
1) Menyusun perencanaan di bidang keuangan. 2) Menetapkan ketentuan di bidang keuangan.
(57)
3) Mengelola administrasi keuangan secara umum pada bidang keuangan dan perkantoran serta segala sesuatunya yang berkaitan dengan itu. 4) Melaksanakan pengendalian dan pengawasan terhadap
bidang-bidangnya.
5) Di dalam melaksanakan tugasnya, Direktur Keuangan dibantu oleh bagian-bagian berikut ini :
a) Manajer
b) Kepala Bagian Sekretaris Korporat c) Kepala Bagian Satuan Pengawas Intern d) Kepala Bagian Teknologi Informasi e) Kepala Bagian Akuntansi
f) Kepala Bagian Lainnya c. Tanggung Jawab
Direktur Keuangan bertanggung jawab ke dalam kepada Direktur Utama dan kepada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
6. Direktur Sumber Daya Manusia/ Umum a. Fungsi
Direktur Sumber Daya Manusia/ Umum adalah anggota direksi yang mengelola khusus bidang sumber daya manusia dan umum perusahaan. b. Tugas dan Wewenang
1) Menyusun perencanaan di bidang SDM/ Umum.
2) Menetapkan kebijakan/ ketentuan di bidang SDM/ Umum
(58)
4) Dalam menjalankan tugasnya, Direktur Sumber Daya Manusia (SDM)/ Umum dibantu oleh :
a) Bagian Personalia b) Bagian Umum 7. Direktur Pemasaran
a. Fungsi
Direktur Pemasaran adalah anggota direksi yang mengelola khusus bidang pemasaran hasil produksi perusahaan.
b. Tugas dan Wewenang
1) Menyusun perencanaan di bidang Pemasaran .
2) Menetapkan kebijakan/ ketentuan di bidang SDM/ Umum. 3) Mengkoordinasikan bidang pemasaran hasil-hasil produksi. 4) Mengkoordinasikan bidang pengadaan barang.
5) Dalam melaksanakan tugasnya, Direktur Pemasaran dibantu oleh : a) Bagian Pemasaran
b) Bagian Pengadaan Barang
Bagian-bagian
1. Bagian Satuan Pengawas Intern (SPI)
Membantu Direktur dalam melaksanakan audit fisik, finansial dan manajemen, menyusun kebijakan pengawasan audit, program kerja, evaluasi dan laporan.
(59)
2 Bagian Sekretaris Korporat
Berfungsi sebagai pembantu Direksi di bidang-bidang yang berhubungan dengan administrasi sekretariat Direksi, rumah tangga Direksi, humas masalah protokol.
3. Bagian Teknologi Informasi
Berperan dalam membuat rencana jangka panjang, menengah, dan pendek di semua bidang serta mengkaji, mengembangkan dan menetapkan teknologi yang tepat bagi perusahaan.
4. Bagian Tanaman
Membantu Direktur Produksi dalam merumuskan kultus teknis dan panen yang lebih baik guna meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja serta menyelenggarakan pekerjaan yang berhubungan dengan produksi, pemeliharaan tanaman, peremajaan, rehabilitasi, konversi, diversifikasi, percobaan, mekanisme, pupuk, pemetaan, penempatan bahan dan hasil ke gudang.
5. Bagian Teknik
Membantu Direktur Produksi dalam melaksanakan pekerjaan yang berhubungan dengan mesin-mesin, instalasi listrik/ traksi, teknologi dan sipil serta perencanaan pabrik baru.
6. Bagian Pengolahan
Membantu Direktur Produksi dalam merencanakan pengolahan dan hasil produksi serta bekerja sama dengan bagian teknik dalam mengawasi alat dan instalasi pengolahan kelapa sawit, kakao, dan karet.
(60)
7. Bagian Pembiayaan
Membantu Direksi dalam menyelenggarakan pengadaan sumber dan penggunaan dana seperti asuransi, perpajakan, menyusun anggaran pendapatan dan belanja dan pengkajian atas peraturan pemerintah di bidang keuangan, pajak, dan asuransi, melakukan pemantauan, analisa, dan evaluasi dalam pemberdayaan sumber daya keuangan dan akuntansi secara optimal untuk mewujudkan kondisi keuangan yang sehat.
8. Bagian Akuntansi
Membantu Direksi dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajemen di bidang Akuntansi Keuangan Akuntansi Manajemen, menyusun laporan keuangan, melakukan analisis biaya, mengadakan pemeriksaan kas, melakukan verifikasi/ inspeksi penggunaan dana dan administrasi keuangan kebun/unit, menyusun administrasi aset dan konfirmasi hutang dan tagihan serta melakukan perencanaan pengawasan keuangan,
9. Bagian Personalia/ Umum
Membantu Direktur SDM dalam tugas-tugas yang berhubungan dengan bidang Personalia/ Ketenagakerjaan, Kesejahteraan, Pendidikan, dan Latihan Karyawan.
10.Bagian Pengadaan Barang
Membantu Direksi dalam merumuskan pengadaan barang yang diperlukan oleh perusahaan, membentuk daftar harga sekaligus menentukan harga limit pengadaan barang dan jasa dengan berpedoman pada harga pasar yang sedang berlaku.
(61)
11.Bagian Penjualan
Menyusun rencana, proses, administrasi penjualan, melakukan monitoring persediaan komoditas dan produk, membangun sistem informasi dan kajian pasar dalam menetapkan strategi, kebijakan dan program pemasaran, mengurus penyelesaian dokumen dan mengurus pengangkutan produk/ komoditas.
(1)
124.095.496.029 171.025.591 75.147.832.309 38.148.300.899
139.807.291.011
62.006.744.797 29.573.519.303 1.440.603.760
AKTIVA Aktiva Lancar Kas dan setara kas Investasi jangka pendek
Piutang usaha pihak ketiga setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu sebesar Rp 14.461.774.095
Piutang lain-lain
Persediaan setelah dikurangi penyisihan persediaan usang dan penurunan nilai realisasi bersih
Pajak dibayar dimuka Biaya dibayar dimuka Aktiva lancar lain-lain
Jumlah Aktiva Lancar Aktiva Tidak Lancar
Piutang lain-lain pihak yang mempunyai hubungan istimewa, setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu sebesar Rp 982.631.091
Investasi pada perusahaan asosiasi Investasi jangka panjang lain Tanaman perkebunan :
Tanaman telah menghasilkan,
setelah dikurangi akumulasi penyusutan sebesar Rp 264.523.271.867
Tanaman belum menghasilkan
Aktiva Tetap, setelah dikurangi akumulasi penyusutan sejumlah Rp 519.303.456.490
Aktiva lain-lain, setelah dikurangi akumulasi amortisasi sejumlah Rp 185.097.744.057
Jumlah Aktiva Tidak Lancar
JUMLAH AKTIVA
470.390.813.699
12.025.524.239
72.571.129.184 546.990.000
630.730.813.065 1.144.275.285.089 614.070.337.969 45.167.806.083
2.519.387.885.629
2.989.778.699.328
Lampiran 10
Tabel 3.10
PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan NERACA
Per 31 Desember 2007
(2)
- Pihak ketiga
KEWAJIBAN DAN EKUITAS Kewajiban Lancar
Pinjaman jangka pendek Hutang Usaha :
- Pihak yang mempunyai hubungan istimewa Hutang Pajak
Biaya yang masih harus dibayar Pendapatan diterima dimuka
Bagian kewajiban jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun
Kewajiban lancar lain-lain Jumlah Kewajiban Lancar Kewajiban Tidak Lancar Hutang hubungan istimewa
Kewajiban manfaat karyawan diestimasi Kewajiban pajak tangguhan
Pinjaman jangka panjang, setelah dikurangi bagian kewajiban jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun Rp 1.500.000.000
Hutang obligasi setelah dikurangi amortisasi sebesar Rp 3.310.097.303
Jumlah Kewajiban Tidak Lancar JUMLAH KEWAJIBAN
Ekuitas
Modal saham : modal dasar – 1.200.000 lembar saham dengan nilai nominal Rp 1.000.000 per lembar saham, modal yang ditempatkan dan disetor penuh – 315.000 lembar saham
Selisih nilai transaksi antar entitas sepengendali Selisih transaksi perubahan ekuitas anak perusahaan Saldo laba
Jumlah Ekuitas
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS
150.000.000.000
189.195.943.918 6.411.127.206 47.152.070.418 165.125.816.426 143.986.518.637 53.220.212.139
40.906.094.811 795.997.783.555
19.616.609.455 205.517.445.091 46.927.051.009
358.187.540.323 271.689.902.697 901.938.548.575
1.697.936.332.130
315.000.000.000
(23.158.388.653) 263.408.971
970.836.373.212 1.291.841.353.439 2.989.778.699.328
Lampiran 11
Tabel 3.11
PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan LAPORAN LABA RUGI
Per 31 Desember 2001-2002
(3)
PENJUALAN BERSIH
BEBAN POKOK PENJUALAN LABA KOTOR
BEBAN USAHA
Beban pemasaran dan penjualan Beban umum dan administrasi Jumlah Beban Usaha
LABA USAHA
PENDAPATAN (BEBAN LAIN-LAIN) Penghasilan lain-lain
- Penghasilan bunga - Laba selisih kurs - Pendapatan lainnya Beban lain-lain - Beban lain-lain - Rugi selisih kurs - Beban bunga
- Program kepedulian sosial - Denda dividen
- Beban penghapusan piutang sangsi - Beban restrukturisasi
Penghasilan/ beban lain-lain
LABA SEBELUM BAGIAN LABA PERUSAHAAN ASOSIASI Pendapatan perusahaan asosiasi LABA SEBELUM PPh Pajak penghasilan (PPh) Kini Pajak penghasilan (PPh) Tangguhan Laba sesudah pajak
1.420.212.366.113 (878.896.201.953)
541.316.734.461
(38.718.128.218) (279.059.964.312) (317.778.092.530) 223.538.641.931
1.161.652.268 909.565.972 (28.546.616.272)
(12.785.838.439) 0 (61.980.086.527) (694.779.928) (16.278.705.992)
(10.128.591.297) 0 (102.768.439.163)
122.251.652.420 5.631.222.366
127.882.874.786 (32.809.169.900) (9.300.382.245) 84.444.784.478
1.020.847.365.607 (630.411.974.710) 390.435.390.897
(39.179.508.816) (209.945.427.695) (249.123.936.511) 141.311.454.386
3.823.497.705 0 (38.293.760.142)
(13.616.546.272) 0 (20.332.371.386)
0 (6.272.142.538) (5.591.221.802) 0 (7.518.521.850)
30.651.040.271 2.348.959.729
120.792.932.530 (25.089.750.000) ( 4.571.677.000)
90.131.505.530
LABA BERSIH PER SAHAM 268.079 286,132
Lampiran 12
Tabel 3.12
PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan LAPORAN LABA RUGI
Per 31 Desember 2003 – 2004
(4)
BEBAN POKOK PENJUALAN LABA KOTOR
BEBAN USAHA
Beban pemasaran dan penjualan Beban umum dan administrasi Jumlah Beban Usaha
LABA USAHA
PENDAPATAN (BEBAN LAIN-LAIN) Penghasilan lain – lain
- Penghasilan bunga - Laba selisih kurs - Pendapatan lainnya Beban lain-lain
- Rugi selisih kurs - Beban lain-lain - Beban bunga
- Program kepedulian sosial - Denda dividen
- Beban penghapusan piutang sangsi - Beban restrukturisasi PT. Agrintara Penghasilan beban lain-lain
LABA SEBELUM BAGIAN LABA PERUSAHAAN ASOSIASI
Pendapatan perusahaan asosiasi LABA SEBELUM PPh Pajak Penghasilan (PPh) Kini Pajak Penghasilan (PPh) Tangguhan
Laba Sesudah Pajak
LABA BERSIH PER SAHAM
(953.680.400.340) (1.180.971.327.305) 688.805.970.992 969.197.299.437 (42.354.448.617)
(359.461.055.994)
(35.281.371.154) (503.717.141.201) (401.815.504.611) (538.998.512.355) 286.990.466.381 397.908.436.528
2.332.552.562 0 42.448.213.440
(758.896.572) (57.495.974.673) (48.000.872.584) (268.387.478) (238.284.706) (9.064.245.376) (14.709.642.755)
10.558.064.300 3.547.247.405 61.864.513.074
0 (75.169.088.759) (22.531.261.521) (1.382.480.152) 0 (28.289.679.310 0 (85.755.538.142) (51.402.684.963) 201.234.928.239
3.695.312.081
146.505.751.565 7.450.885.175 204.930.240.320 430.488.557.050
(56.090.506.700) (13.416.165.665)
(111.207.527.300) (13.615.460.777) 135.423.567.955 279.494.480.359 426.916 92.488
Lampiran 13
Tabel 3.13
PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan LAPORAN LABA RUGI
Per 31 Desember 2005 – 2006
(5)
PENJUALAN BERSIH BEBAN POKOK PENJUALAN LABA KOTOR
BEBAN USAHA
Beban pemasaran dan penjualan Beban umum dan administrasi Jumlah Beban Usaha LABA USAHA
PENDAPATAN (BEBAN LAIN-LAIN) Penghasilan lain – lain
- Penghasilan bunga
- Laba selisih kurs
- Pendapatan lainnya
Beban lain-lain
- Beban lain-lain
- Beban bunga
- Rugi selisih kurs
- Program kepedulian sosial - Piutang tak tertagih
- Denda Dividen
- Beban penghapusan piutang sangsi
Jumlah Penghasilan (Beban lain-lain) LABA SEBELUM BAGIAN
LABA PERUSAHAAN ASOSIASI BAGIAN LABA (RUGI)
PERUSAHAAN ASOSIASI LABA SEBELUM PPh
BEBAN PAJAK PENGHASILAN PERIODE BERJALAN
- Beban pajak kini
- Beban pajak tangguhan
-LABA BERSIH
LABA BERSIH PER SAHAM
2.334.949.124.465 (1.468.518.121.461)
1.211.301.366.113 (743.713.786.352)
866.431.003.004 (45.285.831395) (403.592.313.484) (448.878.144.879) 417.552.858.125
467.587.579.761 (33.489.738.194) (260.271.651.040) (293.761.389.234) 173.826.190.527
7.758.762.727 4.178.386.847 70.822.195.602
(73.158.926.818) (12.719.011.280) 0 2.210.667.491 (61.653.937) 0 0 (5.390.914.350) 412.161.943.775
(5.779.399.809) 406.382.543.966
(119.228.030.300) (9.239.209.180) 277.915.304.486
3.514.313.398 2.603.171.188 (12.785.838.439)
(12.785.838.439) (62.312.847.781) 0 (1.145.154.500) 0
0 0 (85.755.538.142) 104.172.636.893
1.046.974.602
105.219.611.495
(14.795.603.872) (13.416.165.665) 68.661.809.796
882.271 217,974
Lampiran 14
Tabel 3.14
PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan LAPORAN LABA RUGI
Per 31 Desember 2007
(6)
BEBAN POKOK PENJUALAN LABA KOTOR
BEBAN USAHA
Beban pemasaran dan penjualan Beban umum dan administrasi Jumlah Beban Usaha
LABA USAHA
PENDAPATAN (BEBAN LAIN-LAIN) Penghasilan lain – lain
- Penghasilan bunga - Laba selisih kurs - Pendapatan lainnya Beban lain-lain
- Beban lain-lain - Beban bunga - Rugi selisih kurs
- Program kepedulian sosial - Piutang tak tertagih
Jumlah Penghasilan (Beban lain-lain) LABA SEBELUM BAGIAN
LABA PERUSAHAAN ASOSIASI BAGIAN LABA (RUGI)
PERUSAHAAN ASOSIASI LABA SEBELUM PPh
BEBAN PAJAK PENGHASILAN PERIODE BERJALAN
- Beban pajak kini - Beban pajak tangguhan LABA BERSIH
LABA BERSIH PER SAHAM
(1.770.110.618.554) 886.557.497.711
(82.188.542.495) (343.057.508.421) (425.246.050.916) 461.311.446.795
3.823.497.705 0 71.065.608.633
(74.513.268.890) (27.964.072.879) (9.394.332.964) 1.529.050.037 0 (38.511.618.432) 422. 799.828.363
1.118.853.587
423.918.681.950
(120.370.275.800) (9.695.083.760) 293.853.322.390
932.868